Presus GEA

18
 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare sering disebut Gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarak at di Indonesia. Data survey tahun 2002 menunjukkan angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO, diare adalah buang air  besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang  banyak dalam waktu yang singkat. Faktor utama tingginya kejadian gastroenteritis adalah karena  penggunan air yang tidak bersih, sanitasi yang tidak memenuhi sehingga memungkinkan penyebaran agen penginfeksi, dan kondisi fisiologis seperti malnutrisi yang menebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga memudahkan proses infeksi oleh agen penginfeksi. B. Tujuan Penulisan Untuk memahami Diare Akut berdasarkan definisi, patofisiologi, gambaran klinis, diagnosis, serta penatalaksanaan, berdasarkan pada kasus nyata yang ada.

Transcript of Presus GEA

Page 1: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 1/18

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare sering disebut Gastroenteritis masih merupakan salah

satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di Indonesia. Data survey tahun

2002 menunjukkan angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare

diantara 1000 penduduk setiap tahunnya. Dengan demikian di Indonesia dapat

ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya.

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau

setengah cair setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya

lebih dari 200 g atau 200 ml/24 jam. Menurut WHO, diare adalah buang air 

 besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Buang air besar encer tersebut

dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak 

saja di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih

sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang

 banyak dalam waktu yang singkat.

Faktor utama tingginya kejadian gastroenteritis adalah karena

  penggunan air yang tidak bersih, sanitasi yang tidak memenuhi sehingga

memungkinkan penyebaran agen penginfeksi, dan kondisi fisiologis seperti

malnutrisi yang menebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga

memudahkan proses infeksi oleh agen penginfeksi.

B. Tujuan Penulisan

Untuk memahami Diare Akut berdasarkan definisi, patofisiologi,

gambaran klinis, diagnosis, serta penatalaksanaan, berdasarkan pada kasus

nyata yang ada.

Page 2: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 2/18

 

2

BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas

  Nama : Bp. Djuhri

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Salatiga

Tanggal Masuk : 1 Oktober 2011

Tanggal Keluar : 4 Oktober 2011

B. Anamnesa

1.  Keluhan Utama

BAB cair (+), darah (+), lendir (+), lebih dari 20 kali.

2.  Riwayat Penyakit sekarang

Pasien mengeluh sakit perut kiri sampai ke pinggang kiri (+), kepala pusing

(+), panas (+), sesak (+), mual/muntah (-), BAB cair (+), darah (+), lendir 

(+), lebih dari 20 kali, sejak sehari sebelum masuk rumah sakit.

3.  Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami gejala yang serupa sebelumnya. Tidak ada

riwayat alergi.

C. Pemeriksaan Fisik 

1.  Keadaan Umum : Lemah

2.  Kesadaran : Compos Mentis

3.  Vital Sign : Tekanan Darah : 160/80 mmHg

  Nadi : 88x/menit

Suhu : 38,50C

Respirasi : 32x/menit

4.  Status Umum

a.  Kepala : Konjunctiva anemis (-), sklera ikterik (-), reflex cahaya

Page 3: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 3/18

 

3

(+/+), isokor, bibir kering (+).

 b.  Leher : Pembesaran limfonodi (-), JVP meningkat.

c.  Paru

Inspeksi : Dada simetris (+), ketinggalan gerak (-), retraksi (-).

Palpasi : Ketinggalan gerak (-), vokal fremitus kanan=kiri, tidak 

ada massa.

Perkusi : Seluruh lapang paru sonor.

Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+), suara tambahan ronki (-),

wheezing (-).

d.  Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.

Palpasi : Iktus cordis teraba.

Perkusi : Batas jantung kiri atas SIC II prasternalis

Batas jantung kanan atas SIC II parasternal dextra

Batas jantung kiri bawah SIC V linea midclavicula

sinistra

Batas jantung kanan bawah SIC IV parasternal dextra

Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-).

e.  Abdomen

Inspeksi : Simetris, massa (-), sikatrik (-), venektasi (-).

Auskultasi : Bising usus .

Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) diregio lumbal sinistra, massa (-).

Perkusi : Timpani (+), asites (-).

f.  Ekstremitas : Deformitas (-), edema (-), sianosis (-), akral hangat (+).

D. Pemeriksaan Penunjang

Leukosit : 10,2 (4,5-10) . 103/µL

Eritrosit : 4,61 (4,5-5,5) . 106

/µL

Hemoglobin : 14,6 (14-18) g/dl

Hematokrit : 42,2 (40-54) %

MCV : 91,5 (85-100) FL

Page 4: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 4/18

 

4

MCH : 31,7 (28-31) Pg

MCHC : 34,6 (30-35) g/dl

Trombosit : 145 (150-450) . 103 /µL

GDS : 138 (<144) mg/dl

Hitung Jenis

Segmen : 74 (36-66)

Limfosit : 15 (22-40)

Monosit : 11 (4-8)

E. Diagnosa Kerja

Gastroenteritis Akut

F. Terapi

Infus RL 20 tpm

Injeksi Asam Traneksamat 3x500 mg

Injeksi Ranitidin 2x1

Injeksi Buslopan/Scopolamin 3x1 kp

Injeksi Loperamide HCl 2 mg kp

Injeksi Metronidazole 3x500 mg

Injeksi Ceftriakson 2x1 g

 Neo Diaform 3x2

Paracetamol/Erycaf 3x1

Dexanta 3x1

Page 5: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 5/18

 

5

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang

memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali

disertai peningkatan suhu tubuh. Gastroenteritis atau diare akut adalah

kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari

dan banyaknya lebih dari 200 ± 250 gram, dapat disertai dengan darah atau

lendir.

Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung

kurang dari 14 hari. Menurut World Gastroenterology Organization global 

 guidelines 2005, diare akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek 

dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari.

Sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

Keluhan yang biasa dilaporkan pada penderita gastroenteritis bervariasi

dari sakit ringan di perut selama satu atau dua hari sampai menderita muntah

dan diare selama beberapa hari atau lebih lama. Diare dapat disebabkan oleh

  beberapa varian enteropatogen yang luas, yaitu bakteri, virus, dan parasit.

Manifestasi klinik tergantung pada respon penderita terhadap infeksi yaitu

infeksi asimptomatik, diare, diare dengan darah, diare kronik, dan manifestasi

ekstrainternal dari infeksi.

B. Etiologi

Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi

(bakteri, parasit, virus), keracunan makanan, efek obat-obatan, dll.

1.  Infeksi

a.  Enteral

y  Bakteri

Shigella sp,E. Coli patogen, S almonella sp, Vibrio C holera, Yersinia

 Entero Coliyca, Campylobacter Jejuni, V. Parahaemoliticus, V.NAG.,

Page 6: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 6/18

 

6

S taph  ylococcus Aureus, S treptococcus, Klebsiella, Pseudomonan,

 Aeromonas, Proteus dll. 

y  Virus 

Rotavirus, Adenovirus,   Norwalk virus,   Norwalk like virus,

Cytomegalovirus (CMV), Echovirus, Virus HIV. 

y  Parasit 

Protozoa: Entamoeba Histolytica, Giardia Lamblia, Cryptosporidium

 Parvum, Balantidium Coli. 

y  Worm

 A.Lumbricoides, Cacing Tambang, Trichuris Trichiura, S . S tercoralis,

Cestodiasis, dll.

y  Fungi

Kandida/moniliasis.

 b.  Parenteral : Otitis Media Akut (OMA), Pneumonia, Encephalitis.

Traveler¶s diarrhea: E. Coli, Giardia Lamblia, Shigella, Entamoeba

histolytica, dll.

2.  Non Infeksi

a.  Makanan dan Minuman

y  Kekurangan zat gizi; kelaparan (perut kosong) terutama bila perut

kosong dalam waktu yang cukup lama, kemudian diisi dengan

makanan dan minuman dalam jumlah banyak pada waktu yang

  bersamaan, terutama makanan yang berlemak, terlalu manis, dan

 banyak serat.

y  Alergi makanan tertentu seperti protein, lemak, susu sapi, dll.

y  Keracunan makanan.

 b.  Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.c.  Efek obat-obatan : Terapi obat, antibiotik, kemoterapi dll.

C. Patofisiologi

Sebanyak sekitar 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap

harinya, berasal dari luar (diet) dan dari dalam tubuh kita (sekresi cairan

Page 7: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 7/18

 

7

lambung, empedu dan sebagainya). Sebagian besar (75-85%) dari jumlah

tersebut akan diresorbsi kembali di usus halus dan sisanya sebanyak 1500 ml

akan memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan tersebut di usus besar 

akan diresorbsi, sehingga tersisa jumlah 150-250 ml cairan yang akan ikut

membentuk tinja.

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih mekanisme:

y  Diare Osmotik 

Disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang

disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik (antara lain MgSO4,

Mg(OH)2), malabsorbsi umum dan defek dalam absorbsi mukosa usus,

misal pada malabsorbsi glukosa/galaktosa.

y  Diare Sekretorik 

Disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,

menurunnya absorbsi. Gejala khasnya adalah diare dengan volume tinja

yang banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun

dilakukan puasa makan/minum. Penyebab diare tipe ini antara lain karena

efek enterotoksin pada infeksi vibrio cholera, atau escherichia coli.

y  Malabsorbsi Asam Empedu, Malabsorbsi Lemak 

Didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan

 penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.

y  Defek Sistem Pertukaran Anion/Transpor Elektrolit Aktif di Enterosit

Disebabkan adanya hambatan mekanisme transpor aktif Na+K+ATP ase di

enterosit dan absorbsi Na+ dan air yang abnormal.

y  Motilitas dan Waktu Transit Usus Abnormal

Disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga

menyebabkan absorbsi abnormal di usus halus. Penyebab gangguangmotilitas antara lain karena diabetes melitus, hipertiroid.

y  Gangguan Permeabilitas Usus

Disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan

morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.

y  Diare Inflamatorik 

Page 8: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 8/18

 

8

Disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi,

sehingga terjadi produksi mukus yang berlebihan dan eksudasi air dan

elektrolit kedalam lumen, gangguan absorbsi air-elektrolit. Inflamasi

mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri shigella) atau non

infeksi (kolitis ulseratif).

y  Diare Infeksi

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.

D. Patogenesis

Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena

infeksi adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu

adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang

dapat menimbulkan diare akut, terdiri atas faktor-faktor daya tangkis atau

lingkungan internal traktus intestinal saluran cerna seperti keasaman lambung,

motilitas usus, imunitas dan juga mencakup lingkungan mikroflora usus.

Faktor kausal yang mempengaruhi patogenesis antara lain adalah daya

lekat dan penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampan memproduksi

toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus halus. Patogenesis diare yang

disebabkan infeksi bakteri/parasit diklasifikasikan menjadi:

1.  Infeksi Non-Invasi (Enterotoksigenik)

Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasif disebut juga diare

sekretorik atau watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri

yang memproduksi enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa.

Bakteri non invasi misalnya V. Cholera Eltor, Enterotoxigenic E. Coli

(ETEC) dan C. Perfringens.

V. Cholera Eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada usus

halus15-30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan

kegiatan berlebihan nikotinamid adenin dinukleotid pada dinding sel usus,

sehingga meningkatkan kadar adenosins 3¶, 5¶-siklik monofosfat (siklik 

AMP) dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam

lumen usus yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.

Page 9: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 9/18

 

9

2.  Infeksi Invasif (Enterovasif)

Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare

Inflammatory. Bakteri invasif misalnya: Enteroinvasive E. coli (EIEC),

Salmonella, Shigella, Yersinia, C. perfringens tipe C.

Diare terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan

ulserasi. Sifat diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur 

dengan lendir dan darah. Walau demikian infeksi oleh kuman-kuman ini

dapat juga bermanifestasi sebagai suatu diare koleriformis. Kuman

salmonella yang paling sering menyebabkan diare yaitu S. Paratyphi B,

Styphimurium, S. Enteriditis, S. Choleraesuis. Penyebab parasit yang sering

yaitu E. Histolitika dan G. Lamblia.

E. Manifestasi Klinis

Penularan diare akut karena infeksi melalui transmisi fekal oral

langsung dari penderita diare atau melalui makanan/minuman yang

terkontaminasi bakteri patogen yang berasal dari tinja manusia/hewan atau

 bahan muntahan penderita. Penularan dapat juga berupa transmisi dari manusia

ke manusia melalui udara (droplet infection) misalnya: rota virus, atau melalui

aktivitas seksual kontak oral-genital atau oral-anal.

Diare akut karena infeksi bakteri yang mengandung/produksi toksin

akan menyebabkan diare sekretorik (watery diarrhea) dengan gejala-gejala:

mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang umumnya ringan disertai atau

tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek/cair. Umumnya gejala diare

sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan atau minuman yang

terkontaminasi.

Diare sekretorik yang berlangsung beberapa waktu tanpa

  penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena

kekurangan cairan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena

gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena

kehilangan cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata

menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit turun, serta

Page 10: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 10/18

 

10

suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang

isotonik.

Sedangkan kehilangan bikarbonas, menyebabkan perbandingan

  bikarbonas dan asam karbonas berkurang yang menyebabkan penurunan pH

darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi

napas menjadi lebih cepat dari biasa (pernapasan Kussmaul). Reaksi ini adalah

usaha badan untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH darah dapat kembali

normal. Gangguan kardiovaskular pada tahap hipovolemik yang berat dapat

 berupa renjatan denga tanda-tanda denyut nadi yang cepat lebih dari 120x/mnt,

tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka

  pucat, ujung-ujung eksterimitas dingin, dan kadang sianosis. Karena

kehilangan kalium, pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun

dengan sangat dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi

akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang dapat

mengakibatkan gagal ginjal akut.

Sedangkan keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi

kepincangan pada pembagian darah dengan pemusatan darah yang lebih

 banyak dalam sirkkulasi paru-paru. Observasi ini penting sekali karena dapat

menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan

intravena tanpa alkali.

Bakteri yang invasif akan menyebabkan diare yang disebut sebagai

diare inflamasi dengan gejala mual, muntah dan demama yang tinggi, disertai

nyeri perut, tenesmus, diare disertai darah dan lendir.

Pada diare akut karena infeksi, dugaan terhadap bakteri penyebab dapat

diperkirakan berdasarkan anamnesis makanan atau minuman dalam beberapa

 jam atau hari terakhir, dan anamnesis/observasi bentuk diare.

F. Pemeriksaan Penunjang

Page 11: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 11/18

 

11

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare

  berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan

 penunjang, antara lain:

1.  Pemeriksaan Darah Tepi Lengkap

Pasien dengan diare karena virus, biasa memiliki jumlah dan hitung jenis

leukosit yang normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri

terutama yang invasif kemukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan

darah putih muda. Pasien dengan diare karena salmonella dapat timbul

neutropenia. Eosinophilia dapat hadir pada infeksi parasit.

Ureum dan kreatinin diperiksa untuk mengetahui adanya kekurangan

volume cairan dan mineral tubuh.

2.  Pemeriksaan Tinja

Untuk melihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukkan adanya

infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.

Biasanya hanya mengidentifikasi species Campylobacter, Shigella,

S almonella, Aeromonas, dan Yersinia bila terdapat darah atau leukosit

dalam feses merupakan indikasi kuat diare inflamasi.

Fecal leukosit hadir pada 80-90% semua pasien dengan infeksi Shigella,

S almonella, C. jejuni, invasive  E.coli, C. difficile, Y . enterocolitica, V.

 parahaemolyticus, dan Aeromonas atau P. shigelloides tapi jarang ada pada

Campylobacter dan Yersinia.

Tapi pada umumnya E.coli dan E.histolytica punya minimal fecal leukosit

(leukosit dalam feses yang sedikit).

3.  ELISA (Enzym-linked Immunosorbent Assay)

a.  Immunofluorescent antibodi dan enzim immunoassay tersedia untuk 

organisme Giardia dan Cryptosporidium assay toxin C difficile dapat

dilakukan jika diare yang disebabkan oleh antibiotik.

 b.  Rotavirus: Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) tersedia dalam

kurang dari 2 jam tapi tidak cukup sensitive pada dewasa.

c.  Giardia: dapat dilakukan ELISA dengan sensitifitas 90%.

Page 12: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 12/18

 

12

G. Diagnosis Banding

Diagnosis banding diare akut dapat dibagi atas diare akut yang disertai

demam dan tinja berdarah dan diare akut yang tidak disertai demam dan tinja

 berdarah.

y  Diare akut disertai demam dan tinja berdarah

Diare yang disebabkan mikroorganisme invasif, lokasi tersering didaerah

kolon. Diare berdarah yang frekuensinya sering tetapi jumlah volume

sedikit, sering diawali diare air.

Patogen : - Shigella spp (disentri basiler, shigellosis)

- Campylobacter jejuni

- Salmonella spp, aeromonas hydrophila, v. parahaemoliticus,

 plesiomonas shigelloides, yersinia.

Diagnosis : Banyak leukosit ditinja.

y  Diare akut tanpa demam dan tinja berdarah

Diare yang disebabkan oleh patogen yang non invasif, tinja air banyak, tidak 

ada leukosit tinja, sering disertai mual dan muntah.

Patogen : - ETEC

- Giardia Lamblia

- Rotavirus

- Staphylococcus Aureus, Clostridium Perfringens, Bacillus

Cereus

- Vibrio Parahaemolyticus, Vibrio Cholera

- Bahan toksik pada makanan.

Diagnosis : Tidak ada leukosit dalam tinja.

H. Penegakan Diagnosis

1.  Anamnesis

2.  Pemeriksaan Fisik 

3.  Pemeriksaan Penunjang

4.  Penentuan Derajat Dehidrasi, dapat ditentukan berdasarkan :

a.  Keadaan klinis : ringan, sedang, dan berat.

Page 13: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 13/18

 

13

y  Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB) : turgor kurang, suara serak 

(vox cholerica), pasien belum jatuh dalam presyok.

y  Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB) : turgor buruk, suara serak,

  pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat, dan

dalam.

y  Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB) : tanda dehidrasi sedang

ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku,

sianosis.

 b.  Berat jenis plasma : pada dehidrasi BJ plasma meningkat

y  Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025-1,028

y  Dehidrasi sedang : BJ plasma 1,028-1,032

y  Dehidrasi berat : BJ plasma 1,032-1,040

c.  Pengukuran Central Venous Pressure (CVP)

Bila CVP +4 s/d +11 cm H2O : normal

Bila CVP < +4 cm H2O : Syok atau dehidrasi

I.  Penatalaksanaan

1.  Rehidrasi

Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi

yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut. Ini

dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien

kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat yang

memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa. 

Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g natrium

klorida, 2,5 g natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, 29 g glukosa, 1,5

KCl setiap liter. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam paket- paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air, contohnya

renalyte, pharolit, dll. Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan

rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh

garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2-4 sendok makan gula per liter air.

Dua pisang atau satu cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium.

Page 14: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 14/18

 

14

Jika terapi intra vena diperlukan, cairan isotonik seperti NaCl 0,9%

atau Ringer Laktat harus diberikan dengan suplementasi kalium. Status

hidrasi harus dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda

vital, pernapasan, dan urin. 

Prinsip penentuan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai

dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Macam-macam pemberian

cairan: 

a.  BJ plasma dengan rumus:

Kebutuhan Cairan = BJ Plasma - 1,025 x BB(kg) x 4 ml

0,001

 b.  Metode Pierce berdasarkan keadaan klinis:

y  Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan 5% x KgBB

y  Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan 8% x KgBB

y  Dehidrasi berat, kebutuhan cairan 10% x KgBB

c.  Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis (Tabel 1), dengan rumus:

Kebutuhan Cairan = Skor x 10% x BB(kg) x 1 liter 

15

Tabel. 1. Skor Penilaian Klinis Dehidrasi

Klinis Skor y  Rasa haus/muntah

y  Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg

y  Tekanan darah sistolik < 60 mmHg

y  Frekwensi Nadi > 120 x/menit

y  Kesadaran apatis

y  Kesadaran somnolen, sopor atau koma

y  Frekwensi nafas > 30 x/menit

y  Facies cholerica

y  Vox cholerica

y  Turgor kulit menurun

y  Washer¶s woman¶s handy  Ekstremitas dingin

y  Sianosis

y  Umur 50-60 tahun

y  Umur > 60 tahun

1

1

2

1

1

2

1

2

2

1

1

121

2

Jika skor < 3 dan syok (-) cairan oral

Jika skor > 3 dan syok (+) cairan intravena

Page 15: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 15/18

 

15

Cara pemberian cairan rehidrasi terbagi atas:

y  Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): Jumlah total kebutuhan cairan

menurut BJ plasma atau skor Daldiyono deberikan langsung dalam 2 jam

agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.

y  Satu jam berikut/jam ke-3 (tahap kedua): pemberian diberikan

 berdasarkan kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi

inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor Daldiyono < 3 dapat

diganti cairan per oral.

y  Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan

cairan melalui tinja dan Insensible Water Loss (IWL).

2.  Diet

Selama pemberian cairan, makanan cair seperti bubur cair, kaldu,

atau bubur saring boleh diberikan, pasien juga dianjurkan minum minuman

sari buah, teh, tetapi sayur (serat) dapat diberikan apabila keadaan akut

sudah teratasi dan pemberian serat dapat diberikan secara bertahap sampai

dengan pemberian makanan biasa.

3.  Obat Anti Diare

4.  Obat Antimikroba

Tabel. 2. Pengobatan Antimikroba (Oral, dosis dewasa)

Penyebab Terapi

Page 16: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 16/18

 

16

J.  Komplikasi

Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,

terutama pada usia lanjut dan anak-anak. Pada diare akut karena kolera

kehilangan cairan secara mendadak sehingga terjadi shock hipovolemik yang

cepat. Kehilangan elektrolit melalui feses potensial mengarah ke hipokalemia

dan asidosis metabolik.Pada kasus-kasus yang terlambat meminta pertolongan medis, sehingga

syok hipovolemik yang terjadi sudah tidak dapat diatasi lagi maka dapat timbul

Tubular Nekrosis Akut pada ginjal yang selanjutnya terjadi gagal multi organ.

Komplikasi ini dapat juga terjadi bila penanganan pemberian cairan tidak 

adekuat sehingga tidak tecapai rehidrasi yang optimal.

  Haemolityc uremic S  yndrome (HUS) adalah komplikasi yang

disebabkan terbanyak oleh EHEC. Pasien dengan HUS menderita gagal ginjal,

anemia hemolisis, dan trombositopeni 12-14 hari setelah diare. Risiko HUSakan meningkat setelah infeksi EHEC dengan penggunaan obat anti diare,

tetapi penggunaan antibiotik untuk terjadinya HUS masih kontroversi.

Sindrom Guillain ± Barre, suatu demielinasi polineuropati akut, adalah

merupakan komplikasi potensial lainnya dari infeksi enterik, khususnya setelah

infeksi C. jejuni. Dari pasien dengan Guillain-Barre, 20-40 % nya menderita

Page 17: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 17/18

 

17

infeksi C. jejuni   beberapa minggu sebelumnya. Biasanya pasien menderita

kelemahan motorik dan memerlukan ventilasi mekanis untuk mengaktifkan

otot pernafasan. Mekanisme dimana infeksi menyebabkan Sindrom Guillain-

 Barre tetap belum diketahui.

Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit

diare karena Campylobakter, Shigella, S almonella, atau Yersinia spp. 

K. Prognosis

Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung,

dan terapi yang tepat,   prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik dengan

morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit,

morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di

Amerika Serikat, mortalits berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %.

Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang

 berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik . 

BAB IV

PEMBAHASAN

Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair 

atau setengah cair setengah padat, lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih

dari 200-250 ml/24 jam, dapat disertai dengan darah atau lendir, berlangsung

kurang dari 14 hari.

Pada pasien ini didapatkan hasil anamnesis bahwa pasien BAB cair,

 berdarah dan berlendir lebih dari 20 kali. Pasien mengeluh sakit perut kiri sampai

ke pinggang kiri, kepala pusing, demam, sesak, sejak sehari sebelum masuk 

rumah sakit.

Pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan keadaan umum lemah,

kesadaran kompos mentis, tekanan darah 160/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu

38,50C, respirasi 32x/menit. Bising usus (+) , nyeri tekan (+) diregio lumbal

sinistra.

Page 18: Presus GEA

5/13/2018 Presus GEA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/presus-gea 18/18

 

18

Pemeriksaan laboratorium terdapat sedikit peningkatan angka leukosit

yaitu 10,2x103/µL dan angka neutrofil segmen dengan nilai 74. Pemeriksaan

feses belum dilakukan.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

disimpulkan bahwa pasien mengalami diare akut yang disertai demam, tinja

 berdarah dan berlendir dengan etiologi mikroorganisme invasif seperti: Eschericia

Coli, Salmonella (S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S. Enteriditis, S.

Choleraesuis), Shigella, Yersinia, Clostridium Perfringens tipe C. Penyebab

 parasit yang sering yaitu Entamoeba Histolitika dan Giardia Lamblia.

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Sujono, 2002. Diare, Buku Gastroenterologi. Bandung: Penerbit P.T.

Alumni.

Kumar, Vinay, et. al ., 2007. Penyakit Diare, Buku Ajar Patologi Vol. II (7th Ed.).

Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, et. al ., 2000. Diare Akut, Buku Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.

Jakarta: FKUI.

Simadibrata, M. & Daldiyono, 2006. Diare Akut, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Jilid I (4th

Ed.). Jakarta: FKUI.