Preskes Pedsos Speech Delay

download Preskes Pedsos Speech Delay

of 32

Transcript of Preskes Pedsos Speech Delay

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    1/32

    Presentasi Kasus Pediatri Sosial

    ANAK LAKI-LAKI USIA 2 TAHUN 3 BULAN DENGAN

    SPEECH DELAYED DEVELOMPMENT

    Oleh :

    Dwi Prasetyo Nugroho G99112057/G-18-13

    Syamsudduha G99112026/G-23-13

    Pembimbing:

    dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.An, M.Kes

    KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU KESEHATAN ANAK

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI

    SURAKARTA

    2013

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    2/32

    BAB I

    STATUS PENDERITA

    I. IDENTITAS PENDERITA

    Nama : An. R

    Umur : 2 tahun 3 bulan

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    Nama Ayah : Bp. M

    Pekerjaan Ayah : Swasta

    Nama Ibu : Ny. S

    Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

    Alamat : Sukoharjo

    Tanggal Pemeriksaan : 16-7-2013

    II. ANAMNESIS

    Alloanamnesis diperoleh dari orangtua pasien pada tanggal 16 Juli 2013.

    A. Keluhan Utama

    Belum bisa berbicara seperti anak seusianya.

    B. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien merupakan rujukan dari bagian THT yang akan menjalani tes

    BERA. Orang tua pasien mengeluh anak belum bisa berbicara seperti anak

    seusianya. Sampai saat ini, anak tersebut baru bisa mengatakan emoh, pa dan

    ma dan hanya bisa menangis jika menginginkan sesuatu.Sedangkan menurut

    ibu pasien teman seusianya sudah bisa berbicara banyak kata dan bisa

    menyatakan keinginannya tanpa menangis. Ibu pasien merasa anak tersebut

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    3/32

    selama ini selalu sehat, tidak pernah sakit. Juga suka bermain dengan teman

    temannya, aktif bergerak. Tetapi hanya bicara nya yang agak tertinggal. Di

    keluargapun tidak terdapat yang mengalami keluhan serupa. Pasien sudah

    dapat makan minum sendiri (+) dan baru belajar memakai pakaian sendiri.

    BAB dan BAK tidak ada kelainan.

    C. Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat makan/ minum makanan/ minuman yang tidak biasa : disangkal

    Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

    Riwayat mondok : disangkal

    Riwayat trauma : disangkal

    Riwayat kejang sebelumnya : disangkal

    Riwayat sakit kuning : disangkal

    D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan

    Riwayat gangguan serupa di keluarga : disangkal

    Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal

    E. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita

    Faringitis :(+)

    Bronkitis : disangkal

    Pneumonia : disangkal

    Morbili : disangkal

    Pertusis : disangkal

    Meningitis :disangkal

    Malaria : disangkal

    Polio : disangkal

    Demam typoid : disangkal

    Disentri : disangkal

    Reaksi obat : disangkal

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    4/32

    F. Riwayat Imunisasi

    Jenis I II III IV

    BCG 0 bulan - - -

    DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -

    POLIO 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan

    Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 4 bulan -

    Campak 9 bulan - - -

    Kesimpulan : imunisasi sesuai jadwal IDAI

    G. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

    Senyum : umur 2 bulan

    Tengkurap : umur 3 bulan

    Merangkak : umur 5 bulan

    Mengoceh : umur 3 bulan

    Duduk : umur 6 bulan

    Berdiri : umur 1 tahun

    Berjalan : umur 1,5 tahun

    Berbicara 1 kata : 1,5 tahun

    Mengoceh : 1 tahun

    Menyatakan keinginan tanpa menangis : -

    Kesimpulan:

    Kemampuan motorik kasar : setara dengan usiaKemampuan bahasa : tidak setara dengan usia

    Kemampuan adaptif-motorik halus : setara dengan usia

    Kemampuan personal sosial : setara dengan usia

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    5/32

    H. Riwayat Kesehatan Keluarga

    Ayah : baik

    Ibu : baik

    Saudara kandung : baik

    I. Riwayat Makan dan Minum Anak

    ASI diberikan sejak lahir sampai usia 2 tahun. Frekuensi pemberian 8x/

    hari, lama menyusui + 10 menit, bergantian antara payudara kanan dan

    kiri, setelah menyusu anak tidak menangis.

    Susu formula diberikan sejak usia 6 bulan sampai dengan usia 2 tahun,

    frekuensi pemberian 4-6x/ hari, setiap pemberian 80-120 cc, cara

    pembuatan 2-4 sendok takar dalam 80-120 cc air matang.

    Bubur saring diberikan sejak usia 1 tahun, 3x/ hari

    Buah-buahan mulai diberikan sejak usia 1 tahun, macamnya pisang, jeruk,

    pepaya; frekuensi pemberian 1-2x/ hari.

    J. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal

    Pemeriksaan di : bidan

    Frekuensi : Trimester I : 1x/ bulan

    Trimester II : 1x/ bulan

    Trimester III : 2x/ bulan

    Keluhan selama kehamilan : Disangkal

    Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin, tablet penambahdarah.

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    6/32

    K. Riwayat kelahiran

    Lahir sectio secarea di rumah sakit dengan usia kehamilan 36 minggu, berat

    badan lahir 2900 gram, panjang badan 50 cm, menangis kencang setelah lahir.

    L. Pemeriksaan Postnatal

    Pemeriksaan di rumah sakit, frekuensi 3 bulan 3 kali.

    M. Riwayat Keluarga Berencana :

    Ibu penderita menggunakan pil KB

    N. Pohon Keluarga

    An. R, 2 tahun 3 bulan

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    7/32

    III.PEMERIKSAAN FISIK

    A. Keadaan Umum : CM, gizi kesan baik

    Berat badan : 13 kg

    Tinggi badan : 80 cm

    B. Tanda vital

    Nadi : 112 x/menit, regular, teraba kuat

    Laju Pernapasan : 24 x/menit, reguler

    Suhu : 36,7 0C

    C. Kulit : warna sawo matang, lembab, pucat (-), ikterik (-)

    D. Kepala : bentuk mesocephal, rambut hitam sukar dicabut

    E. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), air mata

    (+/+), Refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3

    mm), bulat, di tengah, mata cekung (-/-)

    F. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

    G. Mulut : sianosis (-), mukosa basah (+)

    H. Telinga : sekret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-)

    I. Tenggorok : uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil

    T1 T1

    J. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar

    K. Thorax

    Bentuk : normochest

    Cor

    Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

    Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

    Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar

    Kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra

    Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra

    Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    8/32

    Kiri bawah : SIC V linea medioclavicularis sinistra

    Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)

    Pulmo

    Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-)

    Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri

    Perkusi : sonor di seluruh lapang paru

    Batas paru hepar : SIC VI dextra

    Batas paru lambung : SIC VII Sinistra

    Redup relatif : batas paru hepar

    Redup absolut : hepar

    Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan RBK (-/-), RBH

    (-/-), wheezing (-/-)

    L. Abdomen

    Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada

    Auskultasi : peristaltik (+) normal

    Perkusi : timpani

    Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,

    turgor kulit baik

    M. Ekstremitas :

    Akral dingin Oedema

    - - - -

    - - - -

    Sianosis ujung jari Capilary refill time < 2 detik

    Arteri dorsalis pedis teraba kuat

    - -

    - -

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    9/32

    N. Status Neurologis

    Koordinasi : baik

    Sensorik : baik

    Motorik : kekuatan +5 +5 tonus N N

    +5 +5 N N

    O. Perhitungan Status Gizi

    1. Secara klinis

    Nafsu makan : baik

    Kepala : rambut jagung (-), susah dicabut (+)

    Mata : CA (-/-), SI (-/-)

    Mulut : bibir kering dan pecah-pecah (-)

    Ekstremitas : pitting oedem (-)

    Status gizi secara klinis : gizi kesan baik

    2. Secara Antropometri

    BB = 13 x 100 % = 104 %(WHO 2006) 2 SD < Z score

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    10/32

    IV.RESUME

    Pasien merupakan konsulan dari bagian THT yang akan menjalani tes BERA.

    Orang tua pasien mengeluh anak belum bisa berbicara seperti anak seusianya.

    Sampai saat ini, anak tersebut baru bisa mengatakan emoh, pa dan ma dan hanya

    bisa menangis jika menginginkan sesuatu.Sedangkan menurut ibu pasien teman

    seusianya sudah bisa berbicara banyak kata dan bisa menyatakan keinginannya

    tanpa menangis. Ibu pasien merasa anak tersebut selama ini selalu sehat, tidak

    pernah sakit. Juga suka bermain dengan teman temannya, aktif bergerak. Tetapi

    hanya bicara nya yang agak tertinggal. Di keluargapun tidak terdapat yang

    mengalami keluhan serupa. Pasien sudah dapat makan minum sendiri (+) dan

    baru belajar memakai pakaian sendiri. BAB dan BAK tidak ada kelainan.

    Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital nadi: 112 x/menit, regular,

    teraba kuat, laju pernapasan: 24 x/menit, reguler dan suhu: 36,7 0C. Tidak

    didapatkan kelainan pada pemeriksaan kepala sampai ekstremitas maupun status

    neurologis. Dari pemeriksaan status gizi, didapatkan BB 13 kg dan TB 90 cm.

    Status gizi secara klinis dan dari perhitungan antropometri kesan gizi baik.

    V. DAFTAR MASALAH

    Kemampuan bahasa setara dengan usia13 bulan

    VI.DIAGNOSA BANDING

    Speech delayed development Stimulisasi kurang

    VII. DIAGNOSIS KERJA

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    11/32

    Speech delayed development Gizi baik

    VIII. PENATALAKSANAAN

    a. Menunggu hasil tes BERA

    b. Konsul RM untuk terapi wicara

    c. Edukasi:

    Motivasi keluarga mengenai kondisi pasien Konseling

    IX. PROGNOSIS

    Ad vitam : bonam

    Ad sanam : bonam

    Ad fungsionam : bonam

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    12/32

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. PENGERTIAN GANGGUAN BAHASA DAN BICARA

    Ada perbedaan antara bicara dan bahasa. Bicara adalah pengucapan, yang

    menunjukkan keterampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata.

    Bahasa berarti menyatakan dan menerima informasi dalam suatu cara tertentu.

    Bahasa merupakan salah satu cara berkomunikasi.

    Bahasa reseptif adalah kemampuan untuk mengerti apa yang dilihat dan

    apa yang didengar. Bahasa ekspresif adalah kemampuan untuk berkomunikasi

    secara simbolis baik visual (menulis, memberi tanda) atau auditorik. Seorang

    anak yang mengalami gangguan berbahasa mungkin saja dapat mengucapkan

    suatu kata dengan jelas tetapi ia tidak dapat menyusun dua kata dengan baik.

    Sebaliknya, ucapan seorang anak mungkin sedikit sulit untuk dimengerti, tetapi ia

    dapat menyusun katakata yang benar untuk menyatakan keinginannya. Masalah

    bicara dan bahasa sebenarnya berbeda tetapi kedua masalah ini sering kali

    tumpang tindih.

    Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara,

    masalah kelancaran berbicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan

    katakata, biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara atau

    bahasa. Keterlambatan bicara dan bahasa dapat disebabkan oleh berbagai faktor

    termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran.

    Gangguan bicara dan bahasa juga berhubungan erat dengan area lain yang

    mendukung seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran. Keterlambatan dan

    gangguan bisa mulai dari bentuk yang sederhana seperti bunyi suara yang tidak

    normal (sengau, serak) sampai dengan ketidakmampuan untuk mengerti atau

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    13/32

    menggunakan bahasa, atau ketidakmampuan mekanisme oralmotor dalam

    fungsinya untuk bicara dan makan.

    Gangguan perkembangan artikulasi meliputi kegagalan mengucapkan satu

    huruf sampai beberapa huruf. Sering terjadi penghilangan atau penggantian bunyi

    huruf itu sehingga menimbulkan kesan bahwa bicaranya seperti anak kecil. Selain

    itu juga dapat berupa gangguan dalam pitch, volume atau kualitas suara.

    Afasia yaitu kehilangan kemampuan untuk membentuk kata-kata atau

    kehilangan kemampuan untuk menangkap arti kata-kata sehingga pembicaraan

    tidak dapat berlangsung dengan baik. Anakanak dengan afasia didapat memiliki

    riwayat perkembangan bahasa awal yang normal, dan memiliki onset setelah

    trauma kepala atau gangguan neurologis lain (sebagai contohnya kejang).

    Gagap adalah gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan

    atau irama bicara. Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu

    bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti

    lidah, bibir, dan laring. Terdapat kecenderungan adanya riwayat gagap dalam

    keluarga. Selain itu, gagap juga dapat disebabkan oleh tekanan dari orang tua agar

    anak bicara dengan jelas, gangguan lateralisasi, rasa tidak aman, dan kepribadian

    anak.

    Stimulasi yaitu kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak

    tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi

    rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan yang dapat

    dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh, maupun orangorang terdekat dalam

    kehidupan seharihari. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan gangguan yang

    menetap.

    Gangguan bicara menurut para ahli adalah sebagai berikut :

    1. Menurut Van Riper

    Berbicara dikatakan terganggu bila berbicara itu sendiri membawa perhatian

    yang tidak menyenangkan pada si pembicara, komunikasi itu sendiri

    terganggu, atau menyebabkan si pembicara menjadi kesulitan untuk

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    14/32

    menempatkan diri (terlihat aneh, tidak terdengar jelas, dan tidak

    menyenangkan).

    2. Menurut Berry and Eisenson

    Gangguan pada berbicara: (1) Tidak mudah didengar, (2) Tidak langsung

    terdengar dengan jelas, (3) Secara vocal terdengar tidak enak, (4) Terdapat

    kesalahan pada bunyi-bunyi tertentu, (5) bicara itu sendiri sulit diucapkannya,

    kekurangan nada dan ritme yang normal, (6) Terdapat kekurangan dari sisi

    linguistik, (7) Tidak sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan perkembangan

    fisik pembicara, dan (8) Terlihat tidak menyenangkan bila ia berbicara.

    B. PROSES FISIOLOGIS BICARA

    Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk

    berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang

    serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara.

    Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem

    pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat

    respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta

    rongga hidung.

    Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris.

    Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk

    memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur

    laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung

    jawab untuk pengeluaran suara.

    Di dalam otak terdapat 3 pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, dua

    pusat bersifat reseptif yang mengurus penangkapan bahasa lisan dan tulisan serta

    satu pusat lainnya bersifat ekspresif yang mengurus pelaksanaan bahsa lisan dan

    tulisan. Ketiganya berada di hemisfer dominan dari otak atau sistem susunan saraf

    pusat.

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    15/32

    Kedua pusat bahasa reseptif tersebut adalah area 41 dan 42 disebut area

    wernick, merupakan pusat persepsi auditoro-leksik yaitu mengurus pengenalan

    dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area

    39 broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan

    pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area

    Broca adalah pusat bahsa ekspresif. Ketiga pusat tersebut berhubungan satu sama

    lain melalui serabut asosiasi.

    Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan

    masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada

    membrane timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil

    dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat

    reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara

    mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VII ke area pendengaran

    primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan

    disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang

    mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran

    vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan

    bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk

    proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana

    organ pendengaran sangat penting.

    C. ETIOLOGI GANGGUAN BAHASA & BICARA

    Penyebab kelainan berbicara dan bahasa bisa bermacam-macam yang

    melibatkan berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain kondisi

    lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis, dan lain

    sebagainya.

    Gangguan bicara dan bahasa pada anak dapat disebabkan oleh kelainan

    berikut :

    1. Lingkungan sosial dan emosional anak

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    16/32

    Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi dan

    perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan

    menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak, termasuk lingkungan

    keluarga. Misalnya, gagap dapat disebabkan oleh kekhawatiran dan perhatian

    orang tua yang berlebihan pada saat anak mulai belajar bicara, tekanan emosi

    pada usia yang sangat muda sekali, dan dapat juga sebagai suatu respon

    terhadap konflik dan rasa takut. Sebaliknya, gagap juga dapat menimbulkan

    problem emosional pada anak.

    2. Sistem masukan / input

    Gangguan pada sistem pendengaran, penglihatan, dan defisit taktilkinestetik

    dapat menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak. Dalam

    perkembangan bicara, pendengaran merupakan alat yang sangat penting.

    Anak seharusnya sudah dapat mengenali bunyibunyian sebelum belajar

    bicara. Anak dengan otitis media kronis dengan penurunan daya pendengaran

    akan mengalami keterlambatan kemampuan menerima atau mengungkapkan

    bahasa. Gangguan bahasa juga terdapat pada tuli karena kelainan genetik dan

    metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial (infeksi intrauterin : TORCH), tuli

    konduksi seperti akibat malformasi telinga luar, tuli sentral (sama sekali tidak

    dapat mendengar), tuli persepsi/afasia sensorik (terjadi kegagalan integrasi arti

    bicara yang didengar menjadi suatu pengertian yang menyeluruh), dan tuli

    psikis seperti pada skizofrenia, autism infantil, keadaan cemas dan reaksi

    psikologis lainnya.

    Anak dengan gangguan penglihatan yang berat, akan terganggu pola

    bahasanya. Pada anak dengan defisit taktilkinestetik akan terjadi gangguan

    artikulasi, misalnya pada anak dengan. anomali alat bicara perifer, seperti

    pada labioskizis, palatoskizis dan kelainan bentuk rahang, bisa didapati

    gangguan bicara berupa disartria.

    3. Sistem pusat bicara dan bahasa.

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    17/32

    Kelainan pada susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman,

    interpretasi, formulasi, dan perencanaan bahasa, juga aktivitas dan

    kemampuan intelektual dari anak. Dalam hal ini, terdapat defisit kemampuan

    otak untuk memproses informasi yang komplek secara cepat. Kerusakan area

    Wernicke pada hemisfer dominan girus temporalis superior seseorang akan

    menyebabkan hilangnya seluruh fungsi intelektual yang berhubungan dengan

    bahasa atau symbol verbal, yang disebut dengan afasia Wernicke. Penderita

    mampu mengerti kata-kata yang dituliskan atau didengar, namun tak mampu

    menginterpretasikan pikiran yang diekspresikan.

    Apabila lesi pada area Wernicke ini meluas dan menyebar ke belakang (regio

    girus angular), ke inferior (area bawah lobus temporalis), dan ke superior (tepi

    superior fisura sylvian), maka penderita tampak seperti benar-benar

    terbelakang total untuk mengerti bahasa dan berkomunikasi, disebut dengan

    afasia global. Bila lesi tidak begitu parah, maka penderita masih mampu

    memformulasikan pikirannya namun tidak mampu menyusun katakata yang

    sesuai secara berurutan dan bersama-sama untuk mengekspresikan pikirannya.

    Kerusakan pada area bicara broca yang terletak di regio prefrontal dan fasial

    premotorik korteks menyebabkan penderita mampu menentukan apa yang

    ingin dikatakannya dan mampu bervokalisasi namun tak mampu mengatur

    sistem vokalnya untuk menghasilkan katakata selain suara ribut. Kelainan ini

    disebut afasia motorik, kirakira 95% kelainannya di hemisfer kiri. Regio fasial

    dan laringeal korteks motorik berfungsi mengaktifkan gerakan otot-otot

    mulut, lidah, laring, pita suara, dan sebagainya, yang bertanggung jawab

    untuk intonasi, waktu, dan perubahan intensitas yang cepat dari urutan suara.

    Kerusakan pada region-regio ini menyebabkan ketidakmampuan untuk

    berbicara dengan jelas.

    Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi mental,

    misalnya pada sindrom Down. Pada anak dengan retardasi mental, terdapat

    disfungsi otak akibat adanya ketidaknormalan yang luas dari struktur otak,

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    18/32

    neurotransmitter atau mielinisasi, sehingga perkembangan mentalnya terhenti

    atau tidak lengkap, sehingga berpengaruh pada semua kemampuan kognitif,

    bahasa, motorik dan sosial.

    4. Sistem produksi

    Sistem produksi suara meliputi laring, faring, hidung, struktur mulut dan

    mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas

    untuk berbicara, bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara

    melalui aliran udara lewat laring, faring dan rongga mulut.

    D. MACAM-MACAM GANGGUAN BICARA

    Gangguan bicara pada anak dapat dibagi menjadi :

    1. Gangguan bicara kongenital

    a. Retardasi mental

    Pada umumnya seorang anak dengan gangguan bicara yang nyata

    terlambat, juga menderita gangguan intelegensi. Tetapi harus disingkirkan

    kemungkinan lain seperti gangguan pendengaran dan sebagainya.

    b. Ketulian ( akibat rubela, kernicterus,sindrom turner, osteogenesis

    imperfecta )

    Rehabilitasi harus sedini mungkin dengan alat pendengar dan sekolah luar

    biasa agar anak dapat mengenal bunyi-bunyian sebelum belajar bicara.

    c. Cerebral palsy

    Gangguan bicara pada anak ini mungkin disebabkan olehretardasi mental

    dan disartria akibat spastisitas, atetosis, ataksia, korea dan sebagainya.

    Pertolongan dengan speech therapy sering dapat menolong bila gangguan

    intelegensi tidak terlampau berat.

    d. Anomali alat bicara perifer ( palatum, bibir, gigi, lidah )

    Gangguan bicara berupa disartria terutama pada labioskizis, palatoskizis

    dan kelainan bentuk rahang yang hebat. Pada palatoskizis pertolongan

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    19/32

    dengan speech therapy sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebelum

    dilakukan pembedahan plastik, agar anak tidak membiasakan diri

    berbicara melalui hidung atau menutup lubang palatum dengan menekan

    pangkal lidah ke atas, yang akan sukar dikoreksi kemudian, terurtama jika

    sudah berlangsung lama. Koreksi bicara sesudah pembedahan harus

    dilakukan secepatnya.

    e. Gangguan perkembangan bicara (developmental speech disorders)

    Misalnya developmental dyslexia, gagap, developmental dysarthria,

    developmental word deafness, developmental motor aphasia.

    2. Gangguan bicara didapat

    a. Afasia akibat penyakit yang disertai kejang, pascaensefalitis, pascatrauma,

    neoplasma, ganggua vaskuler otak, penyakit degeneratif.

    Daerah speech pada manusia normal yang menggunakan lengan kanan

    ialah hemisfer kiri (hemisfer yang dominan). Akibat kerusakan berat pada

    daerah bicara tersebut, misalnya oleh trauma kepala, ensefalitis, tumor,

    penyakit degeneratif dan sebagainya, dapat timbul afasia. Pada anak yang

    masih sangat muda, hemisferektomi tidak menyebabkan afasia. Hal ini

    merupakan bukti bahwa pusat bicara dapat berpindah dan berkembang di

    hemisfer kanan. Pada anak yang sudah besar dan sudah icara, keadaan

    tersebut tidak mungkin lagi. Gangguan bicara ini kadang- kadang terdapat

    pada anak yang menderita epilepsi. Pertolongan dengan speech therapy

    memberikan hasil yang memuaskan.

    b. Disartria pada bells palsy (kelumpuhan N.VII perifer), polio mielitis,

    tumor batang otak, miastenia gravis, penyakit degeneratif.

    Dapat terjadi akibat kelemahan otot- otot oleh penyakit yang mengenai

    syaraf perifer seperti Bells palsy, poliomielitis,meastenia grafis dan

    beberapa penyakit degeneratif seperti Friedrichs ataxia. Pertolongan

    terutama ditunjukan kepada penyakit primernya.

    c. Psikogenik

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    20/32

    Pada gangguan psikologis yang berat baik di rumah maupun yang didapat

    dari pengalaman anak yang lalu dapat memperlambat bicara dengan baby

    talk. Kadang- kadang disatria yang menyebabkan seseorang anak

    berbicara berbisik akan tetapi dengan artikulasi yang bik, mungkin

    merupakan reaksi konfersi (husteri) dan memerlukan pertolongan

    psikiater.

    d. Sosiokultural

    Kadang- kadang gangguan bicara terdapat pada anak yang berasal dari

    lingkungan yang kurang di rumah dan disektarnya, yaitu karena stimulasi

    untuk berbicara tidak cukup walaupun inteligensi normal. Contohnya ialah

    anak-anak yang lama tingga di rumah sakit atau rumah yatim piatu.

    E. PATOFISIOLOGI GANGGUAN BAHASA DAN BICARA

    Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua

    gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau

    organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan

    bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental,

    kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan

    fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri

    dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap

    orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik

    yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi

    motorik lainnya.

    Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya

    gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri.

    Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus

    kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga

    di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    21/32

    mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Bila penyebabnya

    karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.

    Terdapat 3 penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah

    retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi.

    Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional.

    KETERLAMBATAN BICARA FUNGSIONAL

    Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering

    dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara fungsional sering juga

    diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa.

    Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas

    (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi

    kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki dan

    sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini

    merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada

    umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2

    tahun. Terdapat penelitian yang melaporkan penderita keterlambatan ini

    kemampuan bicara saat masuk usia sekolah normal seperti anak lainnya.

    Dalam keadaan ini biasanya fungsi reseptif sangat baik dan kemampuan

    pemecahan masalah visuo-motor anak dalam keadaan normal. Anak hanya

    mengalami gangguan perkembangan ringan dalam fungsi ekspresif: Ciri khas lain

    adalah anak tidak menunjukkan kelainan neurologis, gangguan pendengaran,

    gangguan kecerdasan dan gangguan psikologis lainnya.

    Keterlambatan bicara fungsional pada anak sering dialami penderita yang

    mengalami gangguan alergi terutama dermatitis atopi dan saluran cerna.

    Gangguan saluran cerna adalah gejala berulang seperti meteorismus, flatus,

    muntah, konstipasi, diare atau berak darah. Lidah tampak timbal geographic

    tounge, drooling (sialore) atau halitosis. Seringkali disertai gangguan tidur

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    22/32

    malam, dengan ditandai sering gelisah, bolak, balik, mengigau, tertawa, menangis

    dalam tidur, malam terbangun, brushing dan sebagainya.

    Dalam membedakan keterlambatan bicara merupakan fungsional atau

    nonfungsional harus memahami manifestasi klinis beberapa penyebab

    keterlambatan bicara. Untuk memastikan status keterlambatan fungsional harus

    dengan cermat menyingkirkan gejala keterlambatan nonfungsional. Gejala umum

    keterlambatan bicara nonfungsional adalah adanya gangguan bahasa reseptif,

    gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan keterlambatan

    perkembangan.

    Dicurigai keterlambatan bicara nonfungsional bila disertai kelainan neurologis

    bawaan atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali,

    makrosefali, tumor otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis

    telinga, gangguan mata, cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya.

    Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan

    yang berat. Keterlambatan dikatakan berat bila bayi tidak mau tersenyum sosial

    sampai 10 minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3

    bulan.Tanda lainnya tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan,

    tidak bicara sampai usia 15 bulan atau tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia

    20 bulan.

    F. EPIDEMOLOGI

    Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia pra sekolah. Hampir

    sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan

    bicara. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun. Pada

    umur 5 tahun, 19% dari anak-anak diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan

    bahasa (6,4% kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara dan bahasa, dan 6%

    kelemahan bahasa). Gagap terjadi pada 4-5% pada usia 3-5 tahun dan 1% pada

    usia remaja.

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    23/32

    Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali

    lebih banyak daripada wanita. Sekitar 3-6% anak usia sekolah memiliki gangguan

    bicara dan bahasa tanpa gejala neurologi, sedangkan pada usia pra sekolah

    prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15%. Menurut penelitian anak dengan

    riwayat sosial ekonomi yang lemah memiliki insiden gangguan bicara dan bahasa

    yang lebih tinggi dari pada anak dengan riwayat sosial ekonomi menengah keatas.

    G. DIAGNOSA GANGGUAN BAHASA DAN BICARA

    Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam

    diagnosis adalah membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak

    normal mempunyai variasi besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan

    terampil berbahasa. Keterlambatan berbahasa sering diikuti kesulitan dalam

    membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan

    emosional dan perilaku. Untuk menegakkan diagnosis, harus dilakukan pengujian

    terhadap intelektual nonverbal anak. Pengamatan pola bahasa verbal dan isyarat

    anak dalam berbagai situasi dan selama interaksi dengan anakanak lain membantu

    memastikan keparahan, bidang spesifik anak yang terganggu, dan membantu

    dalam deteksi dini komplikasi perilaku dan emosional.

    1. Anamnesis

    Anamnesis pada gangguan bahasa dan bicara mencakup perkembangan

    bahasa anak. Beberapa pertanyaan yang dapat ditanyakan antara lain :

    a. Pada usia berapa bayi mulai mengetahui adanya suara, misalnya berkedip,

    terkejut, atau menggerakkan bagian tubuh.

    b. Pada usia berapa bayi mulai tersenyum (senyum komunikatif), misalnya

    saat berbicara padanya.

    c. Kapan bayi mulai mengeluarkan suara aaaggh

    d. Orientasi terhadap suara, misalnya bila ada suara apakah bayi memaling

    atau

    e. mencari ke arah suara.

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    24/32

    f. Kapan bayi memberi isyarat daag dan bermain cikkebum

    g. Mengikuti perintah satu langkah, seperti beri ayah sepatu atau ambil

    koran

    h. Berapa banyak bagian tubuh yang dapat ditunjukkan oleh anak, seperti

    mata, hidung, kuping, dan sebagainya

    Selain itu harus diperhatikan juga tanda bahaya adanya gangguan bahasa dan

    bicara yaitu bila pada usia:

    a. 4 - 6 Bulan

    Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya

    Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh

    b. 8 - 10 Bulan

    Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian.

    Usia 10 bulan belum bereaksi ketika dipanggil namanya.

    c. 9 - 10 bulan

    Tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis.

    d. 12 - 15 Bulan

    12 bulan, belum menunjukkan mimik.12 bulan, belum mampu

    mengeluarkan suara, seperti mama, dada; tidak menunjukkan

    usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu.

    15 bulan, belum mampu memahami arti tidak boleh atau daag;

    tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda; belum dapat

    mengucapkan 13 kata.

    e. 18 - 20 bulan

    Tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian.

    f. 21 bulan

    Belum dapat mengikuti perintah sederhana.

    g. 24 bulan

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    25/32

    Belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat.

    Tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan

    telepon.

    Belum dapat meniru tingkah laku atau kata-kata orang lain.

    Tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.

    h. 30 - 36 Bulan

    30 bulan tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga.

    36 bulan tidak menggunakan kalimat sederhana dan pertanyaandan tidak dapat dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga.

    i. 3 - 4 tahun

    3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah

    verbal dan tidak memiliki minat bermain dengan sesamanya.

    3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti ayah

    diucapkan aya.

    4 tahun, masih gagap dan tidak dimengerti secara lengkap.

    2. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengungkapkan penyebab lain

    dari gangguan bahasa dan bicara. Perlu diperhatikan ada tidaknya mikrosefali,

    anomali telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William (fasies

    Elfin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang tidak mantap), celah

    palatum, dan lainlain.

    Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak

    menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah, dan mengulang suku kata

    pa, ta, pata, pataka.

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    26/32

    3. Pemeriksaan Penunjang

    a. BERA (Brainstem Evoked Response Audiometry)

    Merupakan cara pengukuran evoked potensial (aktivitas listrik yang

    dihasilkan saraf VIII, pusat-pusat neural dan traktus di dalam batang otak)

    sebagai respon terhadap stimulus auditorik.

    b. Pemeriksaan audiometri

    Pemeriksaan audiometri diindikasikan untuk anak-anak yang sangat kecil

    dan untuk anak-anak yang ketajaman pendengarannya tampak terganggu.

    Ada 4 kategori pengukuran dengan audiometric.

    Audiometri tingkah laku, merupakan pemeriksaan pada anak yang

    dilakukan dengan melihat respon dari anak jika diberi stimulus bunyi.

    Respon yang diberikan dapat berupa menoleh ke arah sumber bunyi

    atau mencari sumber bunyi. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang

    tenang atau kedap suara dan menggunakan mainan yang berfrekuensi

    tinggi. Audiometri bermain, merupakan pemeriksaan pada anak yang

    dilakukan sambil bermain, misalnya anak diajarkan untuk meletakkan

    suatu objek pada tempat tertentu bila dia mendengar bunyi. Dapat

    dimulai pada usia 3-4 tahun bila anak cukup kooperatif.

    Audiometri bicara. Pada tes ini dipakai kata-kata yang sudah disusun

    dalam silabus dalam daftar yang disebut : phonetically balance word

    LBT (PB List). Anak diminta untuk mengulangi kata-kata yang

    didengar melalui kaset tape recorder. Pada tes ini dilihat apakah anak

    dapat membedakan bunyi s, r, n, c, h, ch. Guna pemeriksaan ini adalah

    untuk menilai kemampuan anak dalam pembicaraan sehari-hari dan

    untuk menilai pemberian alat bantudengar (hearing aid).

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    27/32

    Audiometri objektif, biasanya memerlukan teknologi khusus.

    c. CT scan kepala untuk mengetahui struktur jaringan otak, sehingga

    didapatkan gambaran area otak yang abnormal.

    d. Denver Developmental Screening Test

    Dalam melakukan tes ini, terdapat beberapa perkembangan dalam

    penggunaan tes, akan tetapi akan dijelaskan kembali perkembangan

    penggunaan test. Pada penilaian DDST ini menilai perkembangan anak

    dalam 4 faktor diantaranya penilaian terhadap personal social, motorik

    halus, bahasa, dan motorik kasar, dengan persyaratan tes sebagai berikut :

    Lembar formulir DDST II

    Alat Bantu atau peraga seperti benang wool merah, manik-manik,

    kubus warna merah-kuning-hijau-biru, permainan anak bola kecil,

    bola tennis kertas dan pensil.

    Selain tes audiometri, bisa juga digunakan tes intelegensi. Paling

    dikenal yaitu skala Wechsler, yang menyajikan 3 skor intelegen, yaitu IQ

    verbal, IQ performance, dan IQ gabungan :

    1) Skala intelegensi Wechsler untuk anak-III: Penyelesaian susunan

    gambar.

    Tes ini terdiri dari satu set gambar-gambar objek yang

    umum,seperti gambar pemandangan. Salah satu bagian yang

    penting dihilangkan dan anak diminta untuk mengidentifikasi.

    Respon dinilai sebagai benar atau salah.

    2) Skala intelegensi Wechsler untuk anak-III: Mendesain balok.

    Anak diberikan pola bangunan dua dimensi dan kemudian diminta

    untuk membuat replikanya menggunakan kubus dua warna.

    Respon dinilai sebagai benar atau salah.

    H. PENATALAKSANAAN

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    28/32

    Diagnosis yang tepat terhadap gangguan bicara dan bahasa pada anak, sangat

    berpengaruh terhadap perbaikan dan perkembangan kemampuan bicara dan

    bahasa. Terapi sebaiknya dimulai saat diagnosis ditegakkan, namun hal ini

    menjadi sebuah dilema, diagnosis sering terlambat karena adanya variasi

    perkembangan normal atau orang tua baru mengeluhkan gangguan ini kepada

    dokter saat mencurigai adanya kelainan pada anaknya, sehingga para dokter lebih

    sering dihadapkan pada aspek kuratif dan rehabilitatif dibandingkan preventif.

    Tata laksana dini terhadap gangguan ini akan membantu anakanak

    dan orang tua untuk menghindari atau memperkecil kelainan di masa sekolah.

    Sehubungan dengan hal tersebut, para dokter dituntut agar lebih tanggap terhadap

    proses perkembangan bicara dan bahasa pada anak.

    Gangguan bicara dan bahasa pada anak cenderung membaik seiring

    pertambahan usia, dan pada dasarnya perkembangan bahasa dilatarbelakangi

    perawatan primer orang tua dan keluarga terhadap anak. Usaha preventif pada

    masa neonatus, bayi dan balita dapat dilakukan dengan memberi pujian dan

    respon terhadap segala usaha anak untuk mengeluarkan suara, serta memberi

    tanda terhadap semua benda dan kata yang menggambarkan kehidupan seharihari.

    Pola intonasi suara dapat diperbaiki sejalan dengan respon anak yang semakin

    mendekati pola orang dewasa. Secara umum, anak akan berusaha untuk lebih baik

    saat orang dewasa merespon apa yang diucapkannya tanpa menekan anak untuk

    mengucapkan suara atau kata tertentu. Sebagai motivasi ketika seorang anak

    berbicara satu kata secara jelas, pendengar sebaiknya merespon tanpa paksaan

    dengan memperluas hingga dua kata.

    Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memberi semangat dalam proses

    perkembangan bahasa anak :

    1. Ekspresi kalimat seru

    2. Mengombinasikan ekspresi verbal dengan mengarahkan atau melakukan

    gerak isyarat untuk mendapatkan benda

    3. Mengoceh selama bermain

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    29/32

    4. Menirukan kata terakhir yang diucapkan anak

    5. Menirukan suara lingkungan

    6. Berusaha untuk bernyanyi

    Tindakan kuratif penatalaksanaan gangguan bicara dan bahasa pada anak

    disesuaikan dengan penyebab kelainan tersebut. Penatalaksanaan dapat

    melibatkan multi disiplin ilmu dan terapi ini dilakukan oleh suatu tim khusus

    yang terdiri dari fisioterapis, dokter, guru, dan orang tua pasien. Beberapa jenis

    gangguan bicara dapat diterapi dengan terapi wicara, tetapi hal ini membutuhkan

    perhatian medis seorang dokter. Anak-anak usia sekolah yang memiliki gangguan

    bicara dapat diberikan pendidikan program khusus. Beberapa sekolah tertentu

    menyediakan terapi wicara kepada para murid selama jam sekolah, meskipun

    menambah hari belajar.

    Konsultasi dengan psikoterapis anak diperlukan jika gangguan bicara dan

    bahasa diikuti oleh gangguan tingkah laku, sedangkan gangguannya bicaranya

    akan dievaluasi oleh ahli terapi wicara.

    Anak tidak hanya membutuhkan stimulasi untuk aktifitas fisiknya, tetapi juga

    untukmmeningkatkan kemampuan bahasa.bila anak mengalami deprivasi yang

    berat terhadap kesempatan untuk mendapatkan pengalaman tersebut, maka

    akibatnya perkembangannya mengalami hambatan. Beberapa cara menstimulasi

    anak diantaranya.

    1. Berbicara

    Setiap hari bicara dengan bayi sesering mungkin. Gunakan setiap

    kesempatan seperti waktu memandikan bayi, mengenakan pakaiannya,

    memberi makan dan lainlain. Anak tidak pernah terlalu muda untuk diajak

    bicara.

    2. Mengenali berbagai suara

    Ajak anak mendengarkan berbagai suara seperti musik, radio, televisi.

    Juga buatlah suara dari kerincingan, mainan, kemudian perhatikan

    bagaiman reaksi anak terhadap suara yang berlainan.

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    30/32

    3. Menunjuk dan menyebutkan nama gambargambar

    Ajak anak melihat gambargambar, kemudian gambar ditunjuk dan

    namanya disebutkan, usahakan anak mengulangi katakata, lakukan setiap

    hari. Bila anak sudah bisa menyebutan nama gambar, kemudian dilatih

    untuk bercerita tentang gambar tersebut.

    4. Mengerjakan perintah sederhana

    Mulai memberikan perintah kepada anak misal letakkan gelas di meja.

    Kalau perlu tunjukkan kepada anak cara mengerjakan perintah tadi,

    gunakan kata-kata yang sederhana.

    Terapi anak gagap diawali dengan mengurangi stres emosional disertai

    bimbingan dan konseling terhadap orang tua demi kemajuan anaknya. Hampir

    separuh anak gagap dapat mengatasinya, walaupun demikian rujukan ke ahli

    terapi wicara merupakan bantuan yang sangat penting bagi anak, dan terapi lebih

    efektif jika dimulai pada masa pra sekolah. Indikasi rujuk yaitu jika anak terlihat

    tidak nyaman atau cemas saat bicara atau kecurigaan adanya hubungan gangguan

    ini dengan kelainan neurologis ataupun psikis pada anak.

    Dalam perjalanan tata laksana gangguan bicara dan bahasa, orang tua

    diharapkan untuk selalu memberikan motivasi terhadap anak atas perkembangan

    kemampuan berbicara dan berbahasa anaknya walaupun baru memperlihatkan

    sedikit perbaikan.

    I. PROGNOSIS

    Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada penyebabnya. Sebagian

    besar anak memberikan respon baik terhadap tata laksana yang diberikan.Untuk

    gangguan yang berhubungan kelainan organik seperti pada tuli konduksi,

    perbaikan masalah medisnya dapat menghasilkan perkembangan bahasa normal

    pada anak. Anak dengan retardasi mental memiliki prognosis yang lebih buruk

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    31/32

    dibandingkan anak yang inteligensinya baik. Demikian juga dengan anak yang

    memiliki gangguan perkembangan multipel, membutuhkan penanganan ekstra

    agar tidak meninggalkan kelainan sisa. Lingkungan yang berisiko tinggi dan usia

    terdeteksinya gejala turut memperburuk prognosis.

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Soetjiningsih. Perkembangan anak dan permasalahannya. Dalam:Narendra

    MB, Sularyo TS, Soetjiningsih, Suyitno H,

    2. Ranuh IG, penyunting. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja;

    Edisi I. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, Sagung Seto, 2002;

    91

    3. Markum, AH. Gangguan perkembangan berbahasa. Dalam : Markum, Ismael

    S, Alatas H, Akib A, Firmansyah A, Sastroasmoro S, editor. Buku ajar ilmu

    kesehatan anak. Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1991; 5669

    4. Virginia W, Meredith G, Dalam : Adam, boeis highler. Gangguan bicara dan

    bahasa. Buku ajar penyakit telinga, hidung, tenggorok. Edisi 6. Jakarta : EGC

    , 1997 ; 397410.

    5. Kaplan, Harold I. Gangguan komunikasi. Dalam : I Made

    Wiguna, editor. Sinopsis psikiatri : Bina Rupa Aksara, 1997 ; 76682

    6. British medical journal. Language disorders: a 10 year research update

    review. Bmj ; 2000.

    7. Law J, Bowle J, Harris F, Harkness A, Nye C., Screening for speech and

    language delay; a systematic review of literature, In: Health Technology

    Assessment 1998 Vol2(9).

  • 7/22/2019 Preskes Pedsos Speech Delay

    32/32

    8. Sidiarto L. Berbagai gangguan berbahasa pada anak. Proceedings of

    Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma Jaya Keempat. Jakarta:

    Penerbit Kanisius; 1991.

    9. Rydz D, Srour M, Oskoui M, Marget N, Shiller M, Majnemer A, et.al.

    Screening for developmental delay in the setting of a community pediatr

    clinic: A Prospective assessment of parent-Report questionnaires. Pediatrics

    2006;118;e1178-e1186.

    10. Silva PA, Williams SM, McGee R. A longitudinal study of children with

    developmental language delay at age three; later intelligence , reading and

    behavior problems. Dev Med Child Neurol 1987;29;630-640.

    11. Chris V, Suzanne H, Erik JA, Scherder, Ben M, Esther H. Motor Profile of

    Children With Development Speech and Language Disoreders. Pediatris, v0l

    120 no 1 July, pp.e158-e163.