Preskas Meningitis Bakterialis1

64
LAPORAN KASUS SEORANG ANAK PEREMUPUAN USIA 8 TAHUN DENGAN MENINGITIS BAKTERIALIS Oleh : Afrizal Tri Heryadi (G99………) Pembimbing: Prof. D r. B. Soebagyo,dr. Sp.A KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK 0

description

meningitis bakterialis

Transcript of Preskas Meningitis Bakterialis1

Page 1: Preskas Meningitis Bakterialis1

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK PEREMUPUAN USIA 8 TAHUN DENGAN

MENINGITIS BAKTERIALIS

Oleh :

Afrizal Tri Heryadi (G99………)

Pembimbing:

Prof. Dr. B. Soebagyo,dr. Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RUMAH SAKIT DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2015

0

Page 2: Preskas Meningitis Bakterialis1

PRESENTASI KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An.A S

Umur : 8 tahun

Berat badan : 15 kg

Jenis Kelamin : Perempuan

Nama Ayah : Bp. Mardopo

Alamat : Karanganyar

Tanggal masuk : 15 Juli 2015

Tanggal pemeriksaan : 15 Juli 2015

No. RM : 01307487

II. ANAMNESIS

A. Keluhan Utama

Kejang (pasien merupakan rujukan dari RS PKU Muhammadiyah

Karanganyar dengan observasi febris hari ke-4 dengan penurunan

kesadaran).

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Kurang lebih 2 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien kejang di

rumah. Kejang terjadi pada seluruh tubuh dengan mata melirik ke atas,

terjadi kurang lebih selama 5 hingga 10 menit. Kemudian pasien langsung

dibawa ke rumah sakit swasta oleh orang tua pasien. Kejang berhenti setelah

diberi obat suntik??? yaitu Stesolid 3,5 mg. Setelah kejang pasien hilang

kesadaran. Kemudian pasien kejang lagi terjadi pada seluruh tubuh selama

kurang lebih 5 menit dan berhenti setelah diberi Injeksi phenitoin 250 mg IV

dan Injeksi Dexamethason 1 mg. Setelah kejang pasien hilang kesadaran,

kemudian pasien dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi.

Hasil pemeriksaan Laboratorium menunjukkan Hb: 12,6 g/dL, AL:

12.600/mm3, AT: 219.000/mm3, AE: 4.940.000/ mm3, Hct: 38,9%, GDS:

250 mg/dL.

1

Page 3: Preskas Meningitis Bakterialis1

Sebelumnya, pasien mengalami demam kurang lebih 4 hari, tidak ada

batuk, tidak ada pilek, kemudian muncul ruam-ruam merah di dada, kaki,

leher, wajah, dan belakang telinga. Adik pasien juga terkena penyakit

serupa.

Saat di IGD RSUD dr Moewardi, pasien dalam kondisi tidak sadar oleh

karena pengaruh obat. Ditemukan adanya demam pada pasien, tidak ada

batuk, tidak ada pilek, buang air besar dan buang air kecil tidak ada keluhan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat penyakit serupa disangkal.

- Riwayat alergi (-)

D. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan

Riwayat penyakit serupa (+) oleh karena adik pasien juga timbul ruam-ruam

merah.

E. Riwayat Kebiasaan & Sosial Ekonomi

Pasien adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien tinggal

bersama keluarganya. Anggota keluarganya terdiri dari ayah, ibu, 2 orang

kakak perempuan dan pasien sendiri.

F. Riwayat Kehamilan

Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pasien merupakan

anak yang diinginkan. Selama kehamilan ibu pasien teratur periksa

kehamilan di bidan, pertama kali periksa ke bidan pada umur kehamilan 1

bulan. Pada trimester pertama dan kedua 1 kali sebulan. Pada trimester

ketiga, periksa ke bidan setiap 2 minggu sekali. Tidak pernah mengeluh

sakit selama kehamilan. Ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan atau

jamu dan hanya mengkonsumsi vitamin dari bidan.

G. Riwayat Kelahiran

Pasien lahir secara spontan di bidan, lahir langsung menangis kuat, dan

tidak biru. Berat badan saat lahir 2500 gram, panjang badan saat lahir 50 cm.

Usia ibu saat melahirkan 32 tahun.

2

Page 4: Preskas Meningitis Bakterialis1

H. Riwayat Post Natal

Setelah lahir pasien oleh ibunya rutin dibawa ke posyandu setiap bulan

untuk menimbang badan dan mendapat imunisasi lengkap di puskesmas.

I. Riwayat Imunisasi

Pasien sudah mendapat imunisasi :

BCG : 1 bulan

Polio : 0, 2, 3, 4 bulan

DPT : 2, 3, 4 bulan

Hep-B : 0, 2, 3, 4 bulan

Campak : 9 bulan

Kesan : Imunisasi lengkap menurut Depkes.

J. Riwayat Tumbuh Kembang

Berat Badan saat lahir 2500 gram, Panjang Badan saat lahir 50 cm. Saat ini

umur pasien 8 tahun, dengan Berat Badan 15 kg dan Tinggi Badan 116 cm.

1. Senyum : (+) mulai umur 2 bulan

2. Miring : (+) mulai umur 2 bulan

3. Tengkurap : (+) mulai umur 3 bulan

4. Duduk : (+) mulai umur 7 bulan

5. Berjalan : (+) mulai umur 12 bulan

Kesan : Tumbuh kembang sesuai usia

K. Riwayat Nutrisi

1. Usia 0-6 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi menangis

atau minta minum, sehari biasanya lebih dari 8 kali dan lama menyusui

10 menit, bergantian kiri kanan.

2. Usia 6-8 bulan : bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil, dengan

diselingi dengan ASI jika bayi lapar. Buah pisang/pepaya sekali sehari

satu potong 2 x 2 cm2 siang hari.

3. Usia 8-12 bulan : nasi tim 2-3 kali sehari satu mangkok kecil dengan

sayur hijau/wortel, lauk ikan asin/tempe, dengan diselingi dengan ASI

jika bayi masih lapar. Buah pepaya/pisang sehari 2 potong.

3

Page 5: Preskas Meningitis Bakterialis1

tahun thn

I

II

III

4. Usia 1-2 tahun : diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur

bervariasi dan lauk ikan asin/tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari.

ASI masih tapi hanya kadang-kadang. Buah pepaya/pisang/jeruk jumlah

menyesuaikan.

5. 2 tahun lebih : ASI disapih, makan makanan orang dewasa tapi porsi

menyesuaikan, lauk pauk ikan asin/tahu tempe kadang telur. Buah sudah

bervariasi jumlah menyesuaikan.

Kesan: kualitas dan kuantitas asupan nutrisi cukup.

L. Keluarga Berencana

Ibu mengikuti program keluarga berencana suntik.

M. Pohon Keluarga

N. PEMERIKSAAN FISIK

a) Keadaan Umum

- Keadaan umum : tampak sakit sedang

- Derajat kesadaran : Somnolen oleh karena pengaruh sedasi

- Derajat gizi :

Secara Klinis : Gizi kesan kurang

Secara Antropometri :

BB = 15 kg, TB = 116 cm, Usia= 8 tahun

BB/U = 15/27 x 100% = 55,5% (BB/U < p3)

TB/U = 116/130 x 100% = 89,23% (TB/U < p3)

4

An. A S, 8 th

Page 6: Preskas Meningitis Bakterialis1

BB/TB = 15/20 x 100% = 75% (BB/TB < p3)

Kesan : Status Gizi kurang secara antropometris.

b) Tanda vital

- Laju Nadi : 102x/menit, regular, isi tegangan cukup

- Laju Pernafasan : 22x/ menit, kedalaman cukup, reguler,

tipe torakoabdominal.

- Tekanan darah : 90/60 mmHg

- Suhu : 37,80C peraksila

c) Kulit

Kulit sawo matang, kelembaban baik, turgor kembali cepat, ujud

kelainan kulit (-)

d) Kepala

Bentuk mesosefal, lingkar kepala: 47 cm, rambut warna hitam, sukar

dicabut, moon face (-), oedem palpebra (-)

e) Mata

Odema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),

mata cekung (-/-), air mata (+/+), pupil isokor (2mm/2mm), reflek

cahaya (+/+).

f) Hidung

Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-), hiperemis (+/+),

sianosis (-/-).

g) Telinga

Daun telinga dalam batas normal, sekret (-/-) , mastoid pain (-/-),

tragus pain(-/-).

i) Mulut

Mukosa basah (+) , sianosis (-), gusi berdarah (-), hiperemis (+).

j) Tenggorok

Uvula di tengah, mukosa faring hiperemis (-), tonsil T2 – T2.

k) Leher

Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak

membesar, JVP tidak meningkat, kaku kuduk (+).

5

Page 7: Preskas Meningitis Bakterialis1

l) Lymphonodi

Retroaurikuler : tidak membesar

Submandibuler : tidak membesar

m) Toraks

Bentuk : normochest, retraksi (-), bintik-bintik merah (+).

Cor :

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat

Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar

batas kiri atas : SIC II LPSS

batas kiri bawah : SIC IV LMCS

batas kanan atas : SIC II LPSD

batas kanan bawah : SIC IV LPSD

Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)

Pulmo :

Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri

Perkusi : sonor /sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan (-/-)

n) Abdomen

Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi : bising usus (+) normal

Perkusi : timpani, undulasi (-), pekak beralih (-),

Palpasi : supel, hepar tidak teraba membesar, lien tidak

teraba membesar, nyeri tekan (-), undulasi (-),

pekak alih (-)

o) Ekstremitas

Akral dingin Oedem Sianosis petechie (ruam)

- - - - - - - -- - - - - - + +

6--

Page 8: Preskas Meningitis Bakterialis1

Capillary refill time <2 detik

Arteri dorsalis pedis teraba kuat

p) Pemeriksaan Neurologis

Refleks Fisiologis Refleks Patologis Meningeal Sign

Biceps (+/+) Babinsky (-/-) Kaku kuduk (+)

Triceps (+/+) Chaddock (-/-) Brudzinsky I (+)

Achilles(+/+) Gordon (-/-) Brudzinsky II (+)

Patella (+/+) Schaeffer (-/-) Kernig (+)

Oppenheim (-/-)

O. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium darah tanggal 15 Juli 2015 jam 12.18 (Saat di

Laboratorium RS PKU Muhammadiyah KRA)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Hemoglobin 12.6 g/dl 11.5-15.5

Hct 38.9 % 35-45

AL 12.6 Ribu/uL 4.5-13.5

AT 219 Ribu/mm3 150-440

AE 4.94 Juta/uL 4.19-5.96

MPV 8.8 fL 7.2-11.1

PCT 0.1 %

Index

MCV 79.0 fL 77-95

MCH 25.4 Pg 25-33

MCHC 32.3 % 31-37

Differential

Eosinofil % 1-6

Basofil % 0.00-1.00

Netrofil % 3-5

7

Page 9: Preskas Meningitis Bakterialis1

Limfosit 20.2 % 30-45

Monosit 13.6 % 2-8

Gran % 66 %

Jumlah total sel

Total monosit 1.70 Ribu/uL

Total Lymphosit 2.50 Ribu/uL

Gran 8 Ribu/uL

GDS/GDN/G2JPP 250 mg/dL

2. Laboratorium darah tanggal 15 Juli 2015 jam 14.55 (Laboratorium

RSUD dr Moewardi)

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Hemoglobin 11.5 g/dl 11.5-15.5

Hct 35 % 35-45

AL 25.9 Ribu/uL 4.5-14.5

AT 242 Ribu/uL 150-450

AE 4.35 Juta/uL 4.00-5.20

Index Eritrosit

MCV 79.8 /um 80.0-96.0

MCH 26.4 pg 28.0-33.0

MCHC 33.1 g/dl 33.0-36.0

RDW 12.2 % 11.6-14.6

MPV 8.8 fl 7.2-11.1

PDW 16 % 25-65

Hitung Jenis

Eosinofil 0.10 % 0.00-4.00

Basofil 0.40 % 0.00-1.00

Netrofil 90.30 % 29.00-72.00

Limfosit 4.60 % 30.00-48.00

Monosit 4.60 % 0.00-5.00

8

Page 10: Preskas Meningitis Bakterialis1

Kimia Klinik

GDS 234 mg/dL 60-100

SGOT 34 u/l <31

SGPT 9 u/l <34

Albumin 4.1 g/dL 3.8-5.4

Creatinine 0.6 mg/dL 0.3-0.7

Ureum 47 mg/dL <48

Elektrolit

Natrium darah 130 mmol/L 132-145

Kalium darah 4.7 mmol/L 3.1-5.1

Calsium ion 1.10 mmol/L 1.17-1.29

Virologi Hepatitis

HBsAg Nonreactive Nonreactive

3. Konsultasi gambaran darah tepi tanggal 15 Juli 2015 jam 14.55

Hasil:

- Eritrosit : normokrom, normosit, ovalosit, eritroblast (-)

- Leukosit : jumlah meningkat, netrofilia, netrofil batang,

hipergranulasi dan vakuolisasi netrofil, limfosit atipik, monosit

atipik, sel blast (-)

- Trombosit : jumlah dalam batas normal, makrotrombosit,

clumping (+), penyebaran tidak merata

- Simpulan: gambaran darah tepi dengan netrofilia absolut

menyokong proses infeksi

- Saran : CRP dan kultur darah

4. Pemeriksaan urin tanggal 16 Juli 2015 jam 09.56

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

9

Page 11: Preskas Meningitis Bakterialis1

Makroskopis

Warna Yellow

Kejernihan Clear

Kimia urin

Berat jenis 1.018 1.015-1.025

pH 6.0 4.5-8.0

Leukosit Negatif /µl Negatif

Nitrit Negatif Negatif

Protein Negatif mg/dl Negatif

Glukosa Normal mg/dl Normal

Keton 5 mg/dl Negatif

Urobilinogen Normal mg/dl Normal

Bilirubin Negatif mg/dl Negatif

Eritrosit Negatif /µl Negatif

Mikroskopis

Eritrosit 2.2 /ul 0-8.7

Leukosit 0.6 /LBP 0-12

Epitel

Epitel Squamous - /LPB Negatif

Epitel Transisional - /LPB Negatif

Epitel bulat - /LPB Negatif

Silinder

Hyline 0 /LPK 0 – 3

Granulated - /LPK Negatif

Leukosit - /LPK Negatif

Pemeriksaan

Yeast Like Cell 0.0 /uL 0.0-0.0

Mukus 0.00 /uL 0.00-0.00

Sperma 0.0 /uL 0.0-0.0

Konduktivitas 10.9 m5/cm 3.0-32.0

Lain-lainEritrosit: 0-1/LPB. Leukosit: 0-1/LPB. Kristal amorf (+). Bakteri (+)

10

Page 12: Preskas Meningitis Bakterialis1

5. Pemeriksaan cairan otak tanggal 16 Juli 2015 jam 10.41

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Analisa cairan otak makroskopis

Warna Tidak

berwarna

Kejernihan Jernih

Bekuan Negatif

Tes Pandy Positif Negatif

Tes Nonne Positif Negatif

Protein Total 75 mg/dL 10-43

Glukosa 86 mg/dL 32-82

Jumlah sel 40 /uL <32

Hitung jenis sel PMN 53 % -

Hitung jenis MN 17 % -

6. Pemeriksaan Mikrobiologi Kinik dengan specimen Throat swab tanggal

16 Juli 2015

Hasil: Tidak ditemukan bakteri yang berpotensi patogen.

7. Konsultasi ke bagian mata tanggal 16 Juli 2015

mata merah (-/-)

pandangan kabur (-/-)

pandangan double (-/-)

nrocos (-/-)

secret (-/-)

silau (-/-)

11

Page 13: Preskas Meningitis Bakterialis1

gatal (-/-)

Nyeri (-/-)

cekot-cekot (-/-)

pusing (-/-)

P. RESUME

2 hari SMRS pasien kejang selama 5-10 menit. Kejang mereda

setelah diberi obat antikonvulsi. Setelah kejang pasien mengalami

penurunan kesadaran. Pasien kejang untuk kedua kalinya selama 5 menit

dan mengalai penurunan kesadaran lalu dirujuk ke RSUD dr Moewardi.

Ditemukan demam selama 4 hari SMRS, batuk (-), pilek (-), BAB dan

BAK tidak ada keluhan.

Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum tampak sakit

sedang, somnolen oleh karena pengaruh obat sedasi, gizi kesan kurang.

Tanda vital saat datang: S = 37,8oC, TD = 90/60 mmHg, RR = 22 x/menit,

HR = 102 x/menit. Terdapat petechie (+) di wajah, leher, belakang telinga,

thoraks, dan ekstremitas bawah.

Q. DAFTAR MASALAH

1. Demam kurang lebih 4 hari

2. Kejang 2x

3. Penurunan kesadara

4. Petechie (+) di wajah, leher, belakang telinga, dada, dan kaki

R. DIAGNOSIS BANDING

1. Encephalitis

S. DIAGNOSIS KERJA

1. Meningitis

2. Gizi Kurang

12

Page 14: Preskas Meningitis Bakterialis1

T. PENATALAKSANAAN

1. Rawat isolasi bagian anak sub neurologi

2. IVFD D ¼ S 12 tpm makro

3. Diet sonde 1200 kkal/hari

4. O2 nasal 2 lpm

5. Injeksi Ceftriaxon 750 mg/12 jam I.V (100 mg/kgBB/hari)

6. Injeksi Dexamethasone 2,5 mg/6 jam I.V (0,6 mg/kgBB/hari)

7. Injeksi Paracetamol 150 mg/8 jam I.V (10mg/kgBB/x)

8. Injeksi Phenitoin 40 mg/12 jam (5 mg/kgBB/hari) sebagai

maintenance

Monitoring

1. KUVS per 8 jam

2. Balance cairan per 8 jam

3. Diuresis per 8 jam

Planning

1. Cek DL2/ 8 jam

2. Cek GD

3. Cek GDT

4. Cek GDS

5. Cek SGOT/SGPT

6. Cek Ur/Cr

7. Cek albumin

8. Cek elektrolit

9. Lumbal Pungsi

10. Edukasi

11. Motivasi keluarga tentang penatalaksanaan penyakitnya

12. Istirahat

13

Page 15: Preskas Meningitis Bakterialis1

U. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam

Ad sanam : dubia ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad bonam

V. PROGRESS REPORT

DPH Tanggal Keluhan/KU/VS Pemeriksaan / Diagnosis Terapi0

I

15/7/15

16/7/15

Demam (-)Kejang (-)Sesak(-)makan(+)minum (+)BAB (-)BAK (+)

KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=88x/1’RR=20x/1’ S=37,30C

Demam (-)Kejang (-)Sesak(-)makan(+)minum (+)BAB (-)BAK (+)

KU : sakit sedang, CM, gizi kesan

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+/+), Triceps (+/+), Patella (+/+), Achilles (+/+).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

Meningeal Sign : Kaku kuduk (+), Brudzinsky I/II (-/+), Kernig (+).

Ass :1. Meningitis dd Encephalitis2. Gizi kurang3. Tonsilitis

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+/+), Triceps (+/+), Patella (+/+), Achilles (+/+).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

IVFD D ¼ S 12 tpm makro

O2 nasal 2 lpm Diet sonde 1200

kkal/hari Injeksi Ceftriaxon

750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)

Injeksi Dexaethasone 2,5mg/6jam (0,6mg/kgBB/hari)

Injeksi Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)

Injeksi Phenitoin 40mg/12jam (5mg/kgBB/hari)

Planning: Cek Lab Darah

LengkapMonitoring : KUVS/8 Jam BCD/8 Jam

IVFD D ¼ S 12 tpm makro

O2 nasal 2 lpm Diet sonde 1200

kkal/hari Injeksi Ceftriaxon

750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)

Injeksi 14

Page 16: Preskas Meningitis Bakterialis1

kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=88x/1’RR=20x/1’ S=36,1-37,30C

Meningeal Sign : Kaku kuduk (+), Brudzinsky I/II (-/+), Kernig (+).

Hasil konsultasi ke bagian Mata: mata merah (-/-), pandangan kabur (-/-), pandangan double (-/-), nrocos (-/-), secret (-/-), silau (-/-), gatal (-/-), nyeri (-/-), cekot-cekot (-/-), pusing (-/-).

Lab LCS:

Warna : tidak berwarna Kejernihan : jernih Bekuan : (-) Pandy : (+) Nonne : (+) Protein total : 75 mg/dL Glukosa : 86 mg/dL Jumlah sel : 40/uL Sel PMN : 83% Sel MN : 17%

Kesan : menyokong ke arah infeksi meningitis bakterialis.

Hasil urinalisa :

Warna : yellow Kejernihan : clear BJ : 1,018 pH : 6,0 leukosit : (-) nitrit : (-) protein : (-) glukosa : normal keton : 5 mg/dL urobilinogen : normal bilirubin : (-) eritrosit : (-)

Mikroskopis :

eritrosit : 2,2/uL leukosit : 0,6/LPB bakteri : (+) eritrosit : 0-1/LPB

Dexamethasone 2,5mg/6jam (0,6mg/kgBB/hari)

Injeksi Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)

Injeksi Phenitoin 40mg/12jam (5mg/kgBB/hari)

Planning: Lumbal Pungsi Swab Tenggorok Cek Lab UrinMonitoring: KUVS/8 Jam BCD/8 Jam

15

Page 17: Preskas Meningitis Bakterialis1

II

III

17/7/15

18/7/15

Demam (-)Kejang (-)Sesak(-)makan(+)minum (+)BAB (+)BAK (+)

KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=89x/1’RR=20x/1’ S=36,10CBC =281,8 cc/jamD=4,85 cc/kg/jam

Demam (-)Kejang (-)Sesak(-)makan(+)minum (+)BAB (+)BAK (+)

KU : sakit sedang,

leukosit : 0-1/LPB

Kesan : ketonuria, bekteriuria

Usul : ulangi urinalisa

Ass :1. Meningitis dd Encephalitis2. Gizi kurang3. Tonsilitis

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+/+), Triceps (+/+), Patella (+/+), Achilles (+/+).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

Meningeal Sign : Kaku kuduk (+), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).

Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-),

IVFD D ¼ S 12 tpm makro

O2 nasal 2 lpm Ganti diet nasi lauk

1500 kkal/hari Injeksi Ceftriaxon

750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)

Injeksi Dexamethasone 2,5mg/6jam (0,6mg/kgBB/hari)

Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)

Injeksi Phenitoin 40mg/12jam (5mg/kgBB/hari)

Planning: Aff NGT Ganti diet nasi lauk

1500 kkal/hariMonitoring KUVS/8 Jam BCD/8 Jam

IVFD D ¼ S 12 tpm makro

O2 nasal 2 lpm Diet nasi lunak 1500

kkal/hari Injeksi Ceftriaxon

750mg/12jam

16

Page 18: Preskas Meningitis Bakterialis1

IV

V

19/7/15

20/7/15

CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=89x/1’RR=20x/1’S=36-36,80CBC =158 cc/jamD=2,31 cc/kg/jam

Demam (-)Kejang (-)Sesak(-)makan(+)minum (+)BAB (-)BAK (+)

KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=72x/1’RR=22x/1’S=35,6-36,50CBC =753,4 cc/jamD=1,96 cc/kg/jam

Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)

Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).

Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).

Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2),

(50mg/kgBB/12jam) Injeksi

Dexamethasone 2,5mg/6jam (0,6mg/kgBB/hari)

Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)

Injeksi Phenitoin 40mg/12jam (5mg/kgBB/hari)

Planning: Tunggu hasil kultur

LCS tanggal 16 Juli 2015

Monitoring : KUVS/8 Jam BCD/8 Jam

IVFD D ¼ S 12 tpm makro

O2 nasal 2 lpm Diet nasi lunak 1500

kkal/hari Injeksi Ceftriaxon

750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)

Injeksi Dexamethasone 2,5mg/6jam (0,6mg/kgBB/hari)

Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)

Injeksi Phenitoin 40mg/12jam (5mg/kgBB/hari)

Monitoring: KUVS/8 Jam BCD/8 Jam

IVFD D ¼ S 12 tpm makro

Diet nasi lunak 1500

17

Page 19: Preskas Meningitis Bakterialis1

VI 21/7/15

minum (+)BAB (-)BAK (+)

KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=80x/1’RR=20x/1’S=36,70C

Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)Batuk (+) kadangBAB (-)BAK (+)

KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=90x/1’RR=24x/1’S=36,20CBC =600 cc/jamD=3,16 cc/kg/jam

Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).

Nervus Cranialis :

N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)

Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).

Nervus Cranialis :

N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut (perbaikan)

kkal/hari Injeksi Ceftriaxon

750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)

Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)

Injeksi Phenitoin 40mg/12jam (5mg/kgBB/hari)

Planning: Tunggu hasil kultur

LCS tanggal 16 Juli 2015

Monitoring: KUVS/8 Jam BCD/8 Jam

IVFD D ¼ S 12 tpm makro

Diet nasi lunak 1500 kkal/hari

Injeksi Ceftriaxon 750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)

Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)

Lactulac syr 3x1 cth

Planning: Tunggu hasil kultur

LCS tanggal 16 Juli 2015

Konfirmasi ke PKMonitoring: KUVS/8 Jam BCD/8 Jam GDS ulang

18

Page 20: Preskas Meningitis Bakterialis1

VII

VIII

22/7/15

23/7/15

Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)BAB (-)BAK (+)KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=90x/1’RR=24x/1’S=36,20CBC =600 cc/jamD=3,16 cc/kg/jam

Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)Batuk (+) kadangBAB (+)BAK (+)KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=90x/1’RR=24x/1’S=36,20C

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).

Nervus Cranialis :

N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)

Hasil kultur LCS : Tidak ditemukan bakteri yang berpotensi patogen (no growth). Perbaikan pada pasienAss :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut (perbaikan)

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).

Nervus Cranialis :

N.I : (dbn)

Diet nasi lunak 1500 kkal/hari

Injeksi Ceftriaxon 750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)

Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)

Lactulac syr 3x1 cthMonitoring: KUVS/8 Jam

Diet nasi lunak 1500 kkal/hari

Injeksi Ceftriaxon 750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)

Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)

Lactulac syr 3x1 cthMonitoring: KUVS/8 Jam

19

Page 21: Preskas Meningitis Bakterialis1

IX

X

24/7/15

25/7/15

Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)Batuk (+) : berkurangBAB (+) 2xBAK (+)KU : sakit sedang, CM, gizi kesan kurang.VS :TD:110/70mmHgHR=102-104x/1’RR=24-26x/1’S=36,5-36,70C

Demam (-)Kejang (-)Sesak (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)BAB (+)BAK (+)KU : sakit sedang, CM.VS :TD:110/70mmHgHR=92-106x/1’RR=22-26x/1’

N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)

Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi kurang3. Tonsilitis akut (perbaikan)

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).

Nervus Cranialis :

N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)

Ass :1. Meningitis bakterialis2. Tonsilitis akut (perbaikan)

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

Meningeal Sign : Kaku kuduk

Diet nasi lunak 1500 kkal/hari

Extra susu 4x300 cc Injeksi Ceftriaxon

750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)

Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)

Lactulac syr 3x1 cthMonitoring: KUVS/8 Jam

Diet nasi lunak 1500 kkal/hari

Extra susu 4x300 cc Injeksi Ceftriaxon

750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)

Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)

Lactulac syr 3x1 cth

20

Page 22: Preskas Meningitis Bakterialis1

XI 26/7/15

S=36,4-36,90C

Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)BAB (+)BAK (+)KU : sakit sedang, CM.VS :TD:110/70mmHgHR=92x/1’RR=22-26x/1’S=36,90C

(-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).

Nervus Cranialis :

N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)

Motorik

5 5

5 5

Sensorik

- -

- -

Ass :1. Meningitis bakterialis2. Tonsilitis akut (perbaikan)3. Gizi baik

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).

Nervus Cranialis :

N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)

Motorik

5 5

Planning: Tunggu pemberian

antibiotik sampai dengan hari ke XIV

Monitoring: KUVS/8 Jam

Diet nasi lunak 1500 kkal/hari

Extra susu 4x300 cc Injeksi Ceftriaxon

750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)

Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)

Lactulac syr 3x1 cth

Planning: Tunggu pemberian

antibiotik sampai dengan hari ke XIV

Monitoring: KUVS/8 Jam

21

Page 23: Preskas Meningitis Bakterialis1

XII 27/7/15 Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)Sesak (-)Batuk : (+) berkurangmakan(+)minum (+)BAB (+)BAK (+)KU : sakit sedang, CM.VS :TD:110/70mmHgHR=88x/1’RR=20x/1’S=36,20C

5 5

Sensorik

+ +

+ +

Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi baik

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).

Nervus Cranialis :

N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)

Motorik

5 5

5 5

Sensorik

+ +

+ +

Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi baik

Diet nasi lauk 1500 kkal/hari

Extra susu 4x300 cc Injeksi Ceftriaxon

750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)

Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x) Stop

Lactulac syr 3x1 cth Stop

Planning: Besok boleh pulangMonitoring: KUVS/8 Jam

22

Page 24: Preskas Meningitis Bakterialis1

XIII 28/7/15 Demam (-)Kejang (-)Muntah(-)makan(+)minum (+)BAB (+)BAK (+)KU : sakit sedang, CM.VS :TD:110/70mmHgHR=86x/1’RR=24x/1’S=360C

Px Neurologi :

Refleks Fisiologis: Biceps (+2/+2), Triceps (+2/+2), Patella (+2/+2), Achilles (+2/+2).

Refleks Patologis : Babinsky (-/-),Chaddok(-/-),Gordon(-/-), Scheffer (-/-),Oppenheim (-/-).

Meningeal Sign : Kaku kuduk (-), Brudzinsky I/II (-/-), Kernig (-).

Nervus Cranialis :

N.I : (dbn) N.II : (dbn) N.III, IV, VI : (dbn) N.V, VII, VIII : (dbn) N.IX, X, XI, XII : (dbn)

Motorik

5 5

5 5

Sensorik

+ +

+ +

Ass :1. Meningitis bakterialis2. Gizi baik

Diet nasi lauk 1500 kkal/hari

Extra susu 4x300 cc Injeksi Ceftriaxon

750mg/12jam (50mg/kgBB/12jam)

Paracetamol 150mg/8jam (10mg/kgBB/x)

Planning: Injeksi selesai

boleh pulang soreMonitoring: KUVS/8 Jam

23

Page 25: Preskas Meningitis Bakterialis1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Meningitis adalah inflamasi pada membran yang menutupi sistem

saraf pusat, yang biasanya dikenal dengan meninges (radang pada arachnoid

dan piamater). Meningitis dapat berkembang sebagai respon dari berbagai

kasus, seperti agen infeksi, trauma, kanker, atau penyalahgunaan obat. Agen

infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia,protozoa, dan jamur.

Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan

tulang belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak,

pikiran bahkan kematian. Perjalanan penyakit meningitis dapat terjadi secara

akut dan kronis.

B. Epidemiologi

Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan

perempuan dan distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta

lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh

belum terbentuk sempurna. Puncak insidensi kasus meningitis karena

Haemophilus influenzae di negara berkembang adalah pada anak usia kurang

dari 6 bulan, sedangkan di Amerika Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan.

Risiko penularan meningitis umumnya terjadi pada keadaan sosio-

ekonomi rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara

dan jemaah haji), dan penyakit ISPA. Penyakit meningitis banyak terjadi

pada negara yang sedang berkembang dibandingkan pada negara maju.

Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana kasus-

kasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat.

Meningitis yang disebabkan oleh Pneumococcus paling sering

menyerang bayi di bawah usia dua tahun. Meningitis yang disebabkan oleh

bakteri Pneumokokus 3,4 kali lebih besar pada anak kulit hitam dibandingkan

24

Page 26: Preskas Meningitis Bakterialis1

yang berkulit putih. Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi pada setiap

kelompok umur tetapi lebih sering terjadi pada anak-anak usia 6 bulan

sampai 5 tahun dan jarang pada usia di bawah 6 bulan kecuali bila angka

kejadian Tuberkulosa paru sangat tinggi. Meningitis serosa dengan penyebab

virus terutama menyerang anak-anak dan dewasa muda (12-18 tahun).

Meningitis virus dapat terjadi waktu orang menderita campak, Gondongan

(Mumps) atau penyakit infeksi virus lainnya. Meningitis Mumpsvirus sering

terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun dan lebih banyak menyerang laki-

laki daripada perempuan.

C. Etiologi

Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme,

seperti virus, bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke

cairan otak. Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas :

1. Bakteri

Pneumococcus

Meningococcus

Haemophilus influenza

Staphylococcus

Eschericia coli

Salmonella

Mycobacterium tuberculosis

2. Virus

Enterovirus

3. Jamur

Cryptococcus neoformans

Coccidioides immitris

25

Page 27: Preskas Meningitis Bakterialis1

D. Patofisiologi / patogenesis

Agen penyebab

Invasi ke susunan saraf pusat melalui aliran darah

Bermigrasi ke lapisan subarachnoid

Respon inflamasi di piamater, arachnoid, cairan serebrospinal, dan

ventrikuler

Eksudat menyebar di seluruh saraf cranial dan saraf spinal

Kerusakan neurologist

Selain dari adanya infeksi bakteri, virus, jamur, maupun protozoa,

point of entry masuknya kuman juga bisa melalui trauma tajam, prosedur

operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya

rhinorhea, otorhea pada fraktur basis cranii yang memungkinkan kontaknya

cairan serebrospinal dengan lingkungan luar.

E. Manifestasi Klinik

Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke

tengkuk dan punggung. Temgkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh

mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus,

yaitu tengkuk kaku dalam sikap tertengadah dan punggung dalam sikap

hiperekstensi. Kesadaran menurun, tanda Kernig’s dan Brudzinsky positif.

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita

serta virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah

demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu

biasanya si penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku,

gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas.

26

Page 28: Preskas Meningitis Bakterialis1

Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat

rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan nadanya tinggi,

demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti

tangannya membuat gerakan tidak beraturan.

Gejala meningitis meliputi :

Gejala infeksi akut

Panas

Nafsu makan tidak ada

Anak lesu

Gejala kenaikan tekanan intrakranial

Kesadaran menurun

Kejang-kejang

Ubun-ubun besar menonjol

Gejala rangsangan meningeal

Kaku kuduk

Kernig

Brudzinsky I dan II positif

F. Pendekatan Diagnostik

Diagnosis kerja ke arah meningitis dapat dipikirkan apabila

menemukan gejala dan tanda dari infeksi akut, peningkatan tekanan

intrakranial dan rangsang meningeal perlu diperhatikan. Untuk

mengonfirmasi diagnosis meningitis dilakukan tes laboratorium berupa tes

darah dan cairan sumsum tulang belakang.

Cairan sumsum tulang belakang diambil dengan proses yang disebut

pungsi lumbal (lumbal puncture atau spinal tap). Sebuah jarum ditusukkan

pada pertengahan tulang belakang, pas di atas pinggul. Jarum menyerap

contoh cairan sumsum tulang belakang. Tekanan cairan sumsum tulang

belakang juga dapat diukur. Bila tekanan terlalu tinggi, sebagiam cairan

tersebut dapat disedot. Tes ini aman dan biasanya tidak terlalu menyakitkan.

27

Page 29: Preskas Meningitis Bakterialis1

Namun setelah pungsi lumbal beberapa orang mengalami sakit kepala yang

dapat berlangsung beberapa hari.

G. Diagnosis Banding

Encephalitis

Meningismus

Abses otak

Tumor otak

H. Klasifikasi

MENINGITIS BAKTERI atau PURULENTA

Meningitis bakteri atau purulenta adalah radang selaput otak yang

menimbulkan proses eksudasi berupa pus yang disebabkan oleh kuman non

spesifik dan non virus.

Meningitis bakteri merupakan salah satu penyakit infeksi yang

menyerang susunan saraf pusat, mempunyai risiko tinggi dalam

menimbulkan kematian dan kecacatan. Diagnosis yang cepat dan tepat

merupakan tujuan dari penanganan meningitis bakteri. Penyebab meningitis

purulenta yang tersering adalah Haemophilus influenza, Diplococcus

pneumonia, Neisseria meningitides, Streptococcus B haemolitikus,

Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella sp.

ETIOLOGI

1. Neonatus : Escherichia coli, Streptokokus, Listeria

2. Anak : Haemophilus influenza, Neisseria meningitides (meningokokus),

Pneumokokus

3. Dewasa : Neisseria meningitides, Pneumokokus, Streptococcus,

Staphylococcus

PATOGENESIS

Bakteri mencapai selaput otak dan ruang subarachnoid melalui :

o Trauma terbuka kepala

28

Page 30: Preskas Meningitis Bakterialis1

o Operasi

o Fraktur basis kranium

o Langsung dari infeksi telinga, sinus paranasalis, tulang

o Hematogen : sepsis, radang paru, infeksi jantung, infeksi kulit, infeksi

gigi dan mulut

Patogenesis dari meningitis dapat terjadi melalui beberapa fase :

1. Penyebaran kuman ke tuan rumah

2. Pembentukan kolonisasi pada nasofaring

3. Invasi ke dalam traktus respiratorius

4. Penyebaran hematogen

5. Invasi ke susunan saraf pusat

Bila bakteri mencapai ruang subarachnoid akan terjadi proses

inflamasi. Neutrofil masuk ke dalam ruang subarachnoid menghasilkan

eksudat yang purulen. Dalam penilaian secara dasar tampak eksudat

berwarna kuning keabu-abuan atau kuning kehijauan. Eksudat paling banyak

terdapat dalam sistema pada daerah basal otak dan seluruh permukaan dari

hemisfer dalam sulkus Sylvii dan Rolandi.

Eksudat purulen terkumpul dalam sistema ini dan meluas ke dalam

sistema basal dan di atas permukaan posterior dari medulla spinalis. Eksudat

juga dapat meluas ke dalam selubung arachnoid dari saraf cranial dan ruang

perivaskuler dari korteks. Dalam jumlah kecil eksudat dapat ditemukan

dalam cairan ventrikel dan melekat pada dinding ventrikel dan pleksus

choroideus, sehingga cairan ventrikel tampak berawan dan hal ini terjadi pada

akhir minggu pertama.

GEJALA KLINIS

TRIAS MENINGITIS :

Demam

Sakit kepala

Tanda rangsang meningeal (+)

Muntah, photophobia

29

Page 31: Preskas Meningitis Bakterialis1

Kejang, defisit fokal neurologik (hemiparesis, paresis saraf cranial)

Letargi, iritabilitas, gangguan intelektual, penurunan kesadaran

Gambaran klinis yang khas :

RASH (PETECHIA, PURPURA) : Meningococcus

Eksantema :Pneumococcus,

Haemophilus influenza

Artritis, artralgia :Meningococcus,

Haemophilus influenza

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Lumbal pungsi :

Pemeriksaan LCS (warna keruh, sel meningkat, dominan PMN,

protein meningkat)

Pemulasan garam

Kultur dan sensitivitas

2. EEG : perlambatan difus

3. Darah : leukosit, hitung jenis, elektrolit

4. Radiologik : CT scan otak, cari fokus infeksi (rongten kepala, rongten

dada)

Diagnosa pasti ditegakkan melalui pemeriksaan lumbal pungsi dan

terdapatnya organisme atau antigennya dalam cairan cerebrospinal. Pada

pemeriksaan cairan cerebrospinal didapatkan :

1. Warna opalesen atau keruh dapat terjadi pada hari pertama atau kedua

2. Jumlah sel meningkat lebih dari 100 sel/ml

3. Jenis sel terutama PMN

4. Kadar gula darah turun antara 0-20 mg/ml

5. Kadar protein meningkat, tergantung lama sakit

6. Pada sediaan gram bakteri (+) hampir pada 80% kasus bila belum

mendapat pengobatan sebelumnya

7. Kadar asam laktat dan pH meningkat

8. Pada sediaan dengan methylene blue (+)

30

Page 32: Preskas Meningitis Bakterialis1

PENATALAKSANAAN

Terapi bertujuan memberantas penyebab infeksi disertai perawatan

intensif suportif untuk membantu pasien melalui masa kritis. Sementara

menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa diberikan obat sebagai berikut :

1. Meningitis yang disebabkan pneumokok, meningokok.

Ampisilin 12-18 gram intravena dalam dosis terbagi per hari, selama

minimal 10 hari atau hingga sembuh.

2. Meningitis yang disebabkan Haemophylus influenza.

Kombinasi ampisilin dan kloramfenikol seperti di atas, kloramfenikol

disuntikkan intravena 30 menit setelah ampisilin. Lama pengobatan

minimal 10 hari. Bila pasien alergis terhadap penisilin, berikan

kloramfenikol saja.

3. Meningitis yang disebabkan enterobacteriaceae.

Sefotaksim 1-2 gram intravena tiap 8 jam. Bila resisten terhadap

sefotaksim, berikan campuran trimetoprim 80 gram dan sulfametosazol

400 mg per infuse 2 kali 1 ampul per hari selama minimal 10 hari.

4. Meningitis yang disebabkan Staphylococcus aureus yang resisten

terhadap penisilin.

Berikan sefotaksim atau seftriakson 6-12 gram intravena. Bila pasien

alergi terhadap penisilin, berikan vankomisin 2 gram intravena perhari

dalam dosis terbagi.

5. Bila etiologi tidak diketahui

Pada orang dewasa berikan ampisilin 12-18 gram intravena dalam

dosis terbagi dikombinasi dengan kloramfenikol 4 gram per hari

intravena. Pada anak ampisilin 400 mg/kgBB ditambah kloramfenikol

100 mg/kgBB/hari intravena. Pada neonatus ampisilin 100-200

mg/kgBB disertai gentamisin 5 mg/kgBB perhari.

Bila setelah diberi terapi yang tepat selama 10 hari pasien masih

demam, cari sebabnya di antaranya :

1. Efusi subdural

2. Abses

31

Page 33: Preskas Meningitis Bakterialis1

3. Hidrosefalus

4. Empiema subdural

5. Trombosis

6. Sekresi hormon antidiuretik yang berkurang

7. Pada anak-anak : ventrikulitis

KOMPLIKASI

Komplikasi akut meningitis adalah kejang, pembentukan abses,

hidrosefalus, sekresi hormon antidiuretik yang tidak sesuai dan syok septik.

Manifestasi berat syok septik dengan koagulasi intravaskuler

diseminata dan perdarahan adrenal adalah komplikasi meningitis

meningokokal (sindrom Waterhouse – Friderichsen). Komplikasi penyakit

meningokokal lainnya adalah artriti baik artritis septik atau diperantarai

kompleks imun.

MENINGITIS TUBERCULOSA

Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di

Indonesia karena morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis

tuberkulosa terjadi sebagai akibat komplikasi penyebaran tuberkulosis

primer, biasanya di paru. Terjadinya meningitis tuberkulosa bukanlah karena

terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen, melainkan

biasanya melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsum

tulang belakang, atau vertebra yang kemudian pecah ke dalam rongga

arachnoid.

Pada pemeriksaan histologis, meningitis tuberkulosa ternyata

merupakan meningoensefalitis. Peradangan ditemukan sebagian besar pada

dasar otak, terutama pada batang otak tempat terdapat eksudat dan tuberkel.

Eksudat yang serefibrinosa dan gelatinosa dapat menimbulkan obstruksi

pada sistema basalis.

Meningitis tuberkulosa adalah penyulit dari tuberkulosis yang

mempunyai morbiditas dan mortalitas yang tinggi, bila tidak diobati. Oleh

32

Page 34: Preskas Meningitis Bakterialis1

karena itu penyakit ini memerlukan diagnosa dini dan pemberian

pengobatan yang cepat, tepat, dan rasional.

Insidensi meningkat pada pasien dengan :

Resistensi obat

Program pemberantasan tidak adekuat

Infeksi HIV/AIDS

ETIOLOGI

Mycobacterium tuberculosis

PATOFISIOLOGI

BTA masuk tubuh

Tersering melalui inhalasi. Jarang pada kulit, saluran cerna

Multiplikasi

Infeksi paru/focus infeksi lain

Penyebaran hematogen

Meninges

Membentuk tuberkel

BTA tidak aktif/dominan

Bila daya tahan tubuh menurun

Ruptur tuberkel meningen

Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid

MENINGITIS

33

Page 35: Preskas Meningitis Bakterialis1

Terjadi peningkatan inflamasi granulomatous di leptomeningen

(piamater dan arachnoid) dan korteks serebri di sekitarnya menyebabkan

eksudat cenderung terkumpul di daerah basal otak.

GEJALA KLINIS

Stadium I : Stadium awal

Gejala prodromal non spesifik : apatis, iritabilitas, nyeri kepala,

malaise, demam, anoreksia

Stadium II : Intermediate

Gejala menjadi lebih jelas

Mengantuk, kejang

Defisit neurologik fokal : hemiparesis, paresis saraf kranial (terutama

N.III dan N.VII, gerakan involunter

Hidrosefalus, papil edema

Stadium III : Advanced

Penurunan kesadaran

Disfungsi batang otak, dekortikasi, deserebrasi

DIAGNOSIS

1. Lumbal pungsi

LCS:

Warna jernih/xantokrom

Sel meningkat

Limfositer

Protein meningkat

Glukosa menurun

Periksa :

Ziehl-Neelsen (ZN)

PCR (Polymerase Chain Reaction)

2. Rongten thorax

TB apex paru

34

Page 36: Preskas Meningitis Bakterialis1

TB milier

3. CT scan otak

Penyengatan kontras (enhancement) di sistema basalis

Tuberkuloma : massa nodular, massa ring-enhanced

Komplikasi : hidrosefalus

4. MRI

TERAPI

1. Rifampisin (R)

Efek samping: hepatotoksik

2. INH (H)

Efek samping: hepatotoksik, defisiensi vitamin B6

3. Pirazinamid (Z)

Efek samping: hepatotoksik

4. Streptomisin (S)

Efek samping: gangguan pendengaran dan vestibuler

5. Etambutol (E)

Efek samping: neuritis optika

Regimen : RHZE / RHZS

Nama Obat Dosis

INH Dewasa: 10-15

mh/kgBB/hari +

piridoksin 50 mg/hari

Anak : 20

mg/kgBB/hari

Streptomisin 20 mg/kgBB/hari i.m selama 3 bulan

Etambutol 25 mg/kgBB/hari p.o selama 2 bulan pertama

dilanjutkan 15 mg/kgBB/hari

Rifampisin Dewasa : 600 mg/hari Anak : 10-20

mg/kgBB/hari

35

Page 37: Preskas Meningitis Bakterialis1

Di samping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan

dengan deksametason untuk menghambat edema serebri dan timbulnya

perlekatan-perlekatan antara arachnoid dan otak.

Steroid, diberikan untuk :

Menghambat reaksi inflamasi

Mencegah komplikasi infeksi

Menurunkan edema serebri

Mencegah perlekatan

Mencegah artritis/infark otak

Indikasi :

Kesadaran menurun

Defisit neurologis fokal

Dosis :

Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena

selama 2 minggu selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.

DIAGNOSA BANDING

Meningitis bakteri dengan terapi tidak adekuat

Infeksi jamur

Encephalitis viral

MENINGITIS VIRAL

Disebut juga dengan meningitis aseptik, terjadi sebagai akibat akhir /

sequel dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus seperti campak,

mumps, herpes simpleks dan herpes zooster. Pada meningitis virus ini tidak

terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan cairan serebrospinal tidak

ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada korteks cerebri, white

matter, dan lapisan meninges. Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung

dari jenis sel yang terkena. Pada herpes simpleks, virus ini akan mengganggu

metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa menyebabkan gangguan

36

Page 38: Preskas Meningitis Bakterialis1

produksi enzim neurotransmitter, di mana hal ini akan berlanjut terganggunya

fungsi sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologis.

ETIOLOGI

Sering : ENTEROVIRUS

Coxsackie dan echovirus termasuk dalam family Enterovirus merupakan

hampir 50% penyebab dari meningitis virus (meningitis aseptik)

Virus neurotropik

GAMBARAN KLINIS

TRIAS MENINGITIS :

Sakit kepala

Demam

Tanda rangsang meningeal (kaku kuduk, Kernig, Brudzinski)

Muntah, iritabilitas, malaise, photophobia, myalgia

DIAGNOSA

1. Pungsi lumbal

LCS :

Tekanan meningkat

Sel meningkat (awal PMN limfositer)

Warna jernih

Protein normal/sedikit meningkat

Glukosa normal

Periksa :

PCR (Polymerase Chain Reaction) : DNA / RNA virus

Kultur virus

Titer antibodi

2. Darah

Titer antibodi

3. Swab orofaring, feses

Kultur virus

37

Page 39: Preskas Meningitis Bakterialis1

TERAPI

Simptomatik.

MENINGITIS JAMUR

Meningitis oleh karena jamur merupakan penyakit yang relatif jarang

ditemukan, namun dengan meningkatnya pasien dengan gangguan imunitas,

angka kejadian meningitis jamur semakin meningkat. Problem yang dihadapi

oleh para klinisi adalah ketepatan diagnosa dan terapi yang efektif. Sebagai

contoh, jamur tidak langsung dipikirkan sebagai penyebab gejala penyakit /

infeksi dan jamur tidak sering ditemukan dalam cairan cerebrospinal (CSS)

pasien yang terinfeksi oleh karena jamur hanya dapat ditemukan dalam

beberapa hari sampai minggu pertumbuhannya.

ETIOLOGI

1. Cryptococcus neoformans

Cryptococcus neoformans adalah jamur seperti ragi (yeast like fungus)

yang ada di mana-mana di seluruh dunia. Jamur ini menyebabkan

penyakit jamur sistemik yang disebut cyptococcis, dahulu dikenal

dengan nama Torula hystolitica. Jamur ini paling dikenal sebagai

penyebab utama meningitis jamur dan merupakan penyebab terbanyak

morbiditas dan mortalitas pasien dengan gangguan imunitas.

Cryptococcus neoformans dapat ditemukan pada kotoran burung

(terutama merpati), tanah, binatang juga pada kelompok manusia

(colorized human). Dengan adanya AIDS, insiden Cryptococcal

meningitis meningkat drastis. Di Amerika, meningitis ini termasuk lima

besar penyebab infeksi oprtunistik pada pasien AIDS.

2. Coccidioides immitris

PATOGENESIS

Ada tiga pola dasar infeksi jamur pada susunan saraf pusat yaitu, meningitis

kronis, vaskulitis, dan invasi parenkimal. Pada infeksi Cryptococcal jaringan

menunjukkan adanya meningitis kronis pada leptomeningen basal yang

38

Page 40: Preskas Meningitis Bakterialis1

dapat menebal dan mengeras oleh reaksi jaringan penyokong dan dapat

mengobstruksi likuor dari foramen luschka dan magendi sehingga terjadi

hydrocephalus. Pada jaringan otak terdapat substansia gelatinosa pada ruang

subarachnoid dan kista kecil di dalam parenkim yang terletak terutama pada

ganglia basalis pada distribusi arteri lentikulostriata. Lesi parenkimal terdiri

dari agregasi atau gliosis. Infiltrat meningen terdiri dari sel-sel inflamasi dan

fibroblast yang bercampur dengan Cryptococcus. Bentuk granuloma tidak

sering ditemukan, pada beberapa kasus terlihat reaksi inflamasi kronis dan

reaksi granulomatosa sama dengan yang terlihat pada Mycobacterium

tuberculosa dengan segala bentuk komplikasinya.

GEJALA KLINIS

Gejala klinis infeksi jamur pada susunan saraf pusat tidak spesifik

seperti akibat infeksi bakteri. Pasien paling sering mengalami gejala

sindroma meningitis atau sebagai meningitis yang tidak ada perbaikan atau

semakin progresif selama observasi (paling kurang empat minggu).

Manifestasi klinis lainnya dapat berupa kombinasi beberapa gejala

seperti demam, nyeri kepala, lethargi, confuse, mual, muntah, kaku kuduk

atau defisit neurologis. Sering kali hanya satu atau dua gejala uatama yang

dapat ditemukan pada gejala awal.

DIAGNOSA

Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan

tambahan seperti laboratorium cairan cerebrospinal. Gambaran cairan

cerebrospinal infeksi Cryptococcus sama dengan meningitis tuberculosa.

Diagnosa dapat dibuat dengan menemukan Cryptococcus dalam cairan

cerebrospinal dengan pewarnaan tinta India, kultur dalam media sabouraud

dan berdasarkan hasil inokulasi pada hewan percobaan. Jamur ini juga dapat

dikultur dari urin, darah, feses, sputum, dan sumsum tulang. Pemeriksaan

antigen Cryptococcus pada serum dan cairan cerebrospinal dapat

menegakkan diagnosa, dapat dikultur dari urin, darah, feses, sputum, dan

sumsum tulang.

Karakteristik LCS yang ditemukan pada meningitis jamur

39

Page 41: Preskas Meningitis Bakterialis1

10-500 sel/mm3 (dengan dominasi limfosit)

Peningkatan kadar protein

Penurunan kadar gula biasanya sekitar 15-35 mg

Kultur bakteri yang negatif membedakan dengan meningitis

bakterial

TERAPI

Terapi dengan Amfoterisin B memperlihatkan hasil yang baik. Amfoterisin

B diberikan tiap hari intravena dengan dosis 0,5 mg/kgBB, diberikan enam

sampai 10 minggu, tergantung dari perbaikan klinis dan kembalinya cairan

cerebrospinal ke arah normal. Amfoterisin B dapat diberikan dengan 5-

flurocystosine 150 mg/kg per hari (dalam empat dosis). Kombinasi ini

memberikan hasil yang baik.

PERBANDINGAN GAMBARAN (LCS ANTARA MENINGITIS

PURULENTA TB, VIRAL, DAN JAMUR

PURULENTA TUBERKULOSA VIRUS JAMUR

Tekanan > 180

mm H20

Bila didiamkan

terbentuk

pelikula

Mikroskopis :

kuman TBC

Pemeriksaan

mikroskopik

Biakan

cairan otak

Pemeriksaan

serologik

serum dan

cairan otak

Kultur

bakteri

negatif

Warna Keruh sampai

purulen

Jernih atau

xantokrom

Jernih Jernih

Sel Leukosit

meningkat 95%

PMN

Meningkat,

<500/mm3, MN

dominan

Meningkat

antara 10-

1000/mm3

10-500

sel/mm3

dengan

dominasi

limfosit

40

Page 42: Preskas Meningitis Bakterialis1

Protein Meningkat,

>75 mg%

Meningkat Normal / sedikit

meningkat

Meningkat

Klorida Menurun, <700

mg%

Menurun Normal

Glukosa Menurun, <40

mg% atau <40

% gula darah

Menurun Normal Menurun,

sekitar 15-

35 mg

41

Page 43: Preskas Meningitis Bakterialis1

DAFTAR PUSTAKA

Aminoff, MJ et al. 2005. Lange medical book : Clinical Neurology, Sixth Edition,

McGraw-Hill.

Ropper, AH, Brown, Robert H. 2005. Adams & Victor’s Principles of Neurology,

Eight Edition, McGraw-Hill.

Anonim. 2007. Apa itu Meningitis. URL :

http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/t47283.html

Ellenby, M., Tegtmeyer, K, Lai, S., and Branner, D. 2006. Lumbar Puncture. The

New England Journal of Medicine. 12 : 355. URL :

http://content.nejm.org/cgi/reprint355/13/e12.pdf

Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi 2. URL :

http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm

Japardi I. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library. URL :

http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf

Quagliarello, VJ., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The New

England Journal of Medicine. 336 : 708-16. URL :

http://content.nejmorg/cgi/reprint/336/10/708.pdf

Yayasan Spiritia. 2006. Meningitis Kriptokokus. Lembaran Informasi 503. URL :

http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=503

42