Presentasi Usul Skripsi Yohan

34
HUBUNGAN FAKTOR USIA DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN OTITIS MEDIA AKUT PADA ANAK DI KLINIK THT RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PERIODE 2011-2012 Penelaah : dr. Pembimbing 1 : dr. Nur Mei Chasanati, Sp. THT Pembimbing 2 : dr. Mustofa Tim Komisi : dr. USUL SKRIPSI YOHAN PARULIAN G1A009130 UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Senin, 22 April 2013

description

Usulan Skripsi THT saya

Transcript of Presentasi Usul Skripsi Yohan

Page 1: Presentasi Usul Skripsi Yohan

HUBUNGAN FAKTOR USIA DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN OTITIS MEDIA AKUT PADA ANAK DI KLINIK THT RSUD PROF. DR.

MARGONO SOEKARJO PERIODE 2011-2012

Penelaah : dr. Pembimbing 1 : dr. Nur Mei Chasanati, Sp. THTPembimbing 2 : dr. MustofaTim Komisi : dr.

USUL SKRIPSI

YOHAN PARULIANG1A009130

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANSenin, 22 April 2013

Page 2: Presentasi Usul Skripsi Yohan

PENDAHULUAN

Page 3: Presentasi Usul Skripsi Yohan

A. LATAR BELAKANG

Page 4: Presentasi Usul Skripsi Yohan
Page 5: Presentasi Usul Skripsi Yohan
Page 6: Presentasi Usul Skripsi Yohan
Page 7: Presentasi Usul Skripsi Yohan

B. PERUMUSAN MASALAH

“ Apakah terdapat hubungan faktor usia dan status gizi dengan angka kejadian otitis media akut pada anak-anak di klinik THT RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo periode 2011-2012 ? ”

Page 8: Presentasi Usul Skripsi Yohan

C. TUJUAN PENELITIAN

Page 9: Presentasi Usul Skripsi Yohan

D. MANFAAT PENELITIAN

Page 10: Presentasi Usul Skripsi Yohan

TINJAUAN PUSTAKA

Page 11: Presentasi Usul Skripsi Yohan

ANATOMI TELINGA TENGAH

Page 12: Presentasi Usul Skripsi Yohan

Kavum timpani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak sejajar dengan membran timpani. Di depan ruangan ini berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius dan di belakang dengan antrum mastoideum (Snell, 2006).

Menurut ketinggian batas superior dan inferior membran timpani, kavum timpani dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epitimpanum yang merupakan bagian kavum timpani yang lebih tinggi dari batas superior membran timpani, mesotimpanum yang merupakan ruangan di antara batas atas dengan batas bawah membran timpani, dan hipotimpanum yaitu bagian kavum timpani yang terletak lebih rendah dari batas bawah membran timpani (Helmi, 2005).

Kavum timpani mempunyai enam dinding yaitu bagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior dan dinding posterior (Dhingra, 2007). Atap dibentuk oleh tegmen timpani yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis, lempeng ini memisahkan kavum timpani dari meningens dan lobus temporalis otak di fossa krania media. Lantai dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan kavum timpani dari bulbus superior v. jugularis interna. Dinding lateral sebagian besar dibentuk oleh membran timpani. Dinding medial dibentuk oleh promontorium. Dinding anterior bagian bawah dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan kavum timpani dari a. carotis interna, sedangkan bagian atas terdapat muara dari dua buah saluran yaitu saluran yang lebih besar dan terletak lebih bawah menuju tuba Eustachius, dan yang lebih atas dan lebih kecil masuk ke dalam saluran untuk muskulus tensor timpani. Dinding posterior dibatasi oleh sebuah lubang besar yang tidak beraturan yaitu aditus ad antrum (Snell, 2006).

Kavum timpani berisi tulang-tulang pendengaran (maleus, incus dan stapes), muskulus stapedius dan muskulus tensor timpani. Muskulus stapedius terletak di dalam tulang, pada sulkus di bagian posterior kavum timpani berdekatan dengan kanalis fasialis. Muskulus stapedius menerima persarafan dari n. Fasialis. Muskulus tensor timpani muncul dari bagian tulang rawan tuba Eustachius, berjalan pada semikanal. Muskulus tensor timpani dipersarafi oleh n. Fasialis (Helmi, 2005).

Membran timpani dibagi dalam dua bagian yaitu pars tensa dan pars flaksida. Pars tensa merupakan bagian terbesar dari membran timpani, permukaannya tegang dan bergetar dengan sekelilingnya menebal dan melekat pada annulus timpanikus di sulkus timpanikus pada tulang temporal. Pars flaksida atau membran Sharpnell, letaknya dibagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida dibatasi oleh dua lipatan yaitu plika maleolaris anterior dan plika maleolaris posterior (Dhingra, 2007).

Tuba Eustachius disebut juga tuba auditiva atau tuba faringotimpani, bentuknya seperti huruf S. Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring, yang terdiri atas tulang rawan pada dua pertiga kearah nasofaring dan sepertiganya terdiri atas tulang (Djaafar, 2007; Helmi, 2005). Tuba Eustachius terbentang dari dinding anterior kavum timpani ke bawah, depan dan medial sampai ke nasofaring. Tuba berhubungan dengan nasofaring melalui pinggir atas muskulus constrictor pharynges superior (Snell, 2006).

Page 13: Presentasi Usul Skripsi Yohan

Fungsi tuba Eustachius antara lain sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan udara di dalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drainage sekret yang berasal dari kavum timpani menuju ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring menuju ke kavum timpani (Helmi, 2005).

Tuba Eustachius dalam keadaan normal cenderung selalu menutup. Pembukaan tuba dibantu oleh kontraksi muskulus tensor veli palatini apabila terjadi perbedaan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar antara 20 sampai dengan 40 mmHg (Djaafar, 2007). Dengan adanya kontraksi dari muskulus tensor veli palatini, tuba Eustachius dapat terbuka pada saat menelan, menguap, atau membuka rahang sehingga terjadi keseimbangan tekanan atmosfer antara kavum timpani dengan tekanan udara luar (Levine et al, 1997).

Antrum mastoideum adalah ruangan pertama dan yang terbesar yang terdiri dari sel-sel mastoid. Ruangan ini terletak di belakang kavum timpani di dalam pars petrosa ossis temporalis dan berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus (Snell, 2006).

Antrum mastoideum berhubungan dengan resessus epitimpanika pada bagian posterior melalui aditus. Antrum mastoideum berbatasan dengan fossa kranial media oleh tegmen timpani. Membran mukosa yang melapisi sel udara mastoid bersambungan dengan membran mukosa yang melapisi telinga tengah. Oleh karena itu, otitis media dapat dengan mudah menyebar ke area mastoid (Levine et al, 1997).

Page 14: Presentasi Usul Skripsi Yohan

OTITIS MEDIA AKUT

Otitis media akut (OMA) adalah suatu peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, dan antrum mastoideum yang berlangsung kurang dari tiga minggu Infeksi akut telinga lebih umum terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa karena saluran telinga anak lebih pendek dan sempit.

Page 15: Presentasi Usul Skripsi Yohan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya OMA, yaitu

Faktor Genetik

Faktor genetik memiliki keterkaitan yang cukup kuat dengan timbulnya penyakit OMA. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Emonts (2007) menunjukkan adanya keterkaitan gen imunoresponsi TNFA, IL6, IL10, dan TLR4 dalam kecenderungan terjadinya OMA dan hal ini juga membuat OMA terjadi secara episodik.

Faktor Usia

Faktor usia juga berperan dalam terjadinya OMA. Peningkatan insiden OMA pada bayi dan anak-anak kemungkinan disebabkan oleh struktur dan fungsi tuba Eustachius yang belum matang atau imatur serta sistem pertahanan tubuh atau status imunologi anak yang masih rendah (Kerschner, 2007).

Jenis Kelamin

Insiden terjadinya otitis media pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena anak laki-laki memiliki tingkat keterpaparan yang lebih tinggi terhadap lingkungan yang beresiko menimbulkan OMA dibandingkan dengan anak perempuan (Kerschner, 2007).

Ras

Menurut data WHO, anak –anak pada ras Indian, Aborigin, Greenland, dan Eskimo menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan ras yang lain (WHO, 2004).

Status Nutrisi

Status nutrisi yang rendah dapat mendorong terjadinya OMA pada anak-anak (Kerschner, 2007).

ASI

ASI dapat membantu dalam pertahanan tubuh. Oleh karena itu, anak-anak yang kurang asupan ASI banyak yang menderita OMA (Kerschner, 2007).

Lingkungan Merokok

Lingkungan merokok menyebabkan peningkatan resiko timbulnya OMA yang signifikan pada anak-anak dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terpapar asap rokok (Kerschner, 2007).

Riwayat penyakit ISPA

Riwayat penyakit ISPA dalam jangka waktu yang dekat mempunyai resiko yang tinggi untuk terkena OMA. Diperkirakan sekitar 30 % penderita ISPA terkena OMA (Soepardi, 2007).

Infeksi saluran nafas atas yang disebabkan oleh Respiratory Syncytial Virus (RSV) sering koinfeksi dengan bakteri sehingga berkembang menjadi OMA. Keadaan ini terjadi pada lebih dari empat puluh persen anak-anak yang mengalami OMA (Donaldson, 2010).

Mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya OMA pada anak-anak antara lain S. pneumoniae, H. influenzae, M. catarrhalis, Streptococcus pyogenes. Bakteri patogen yang paling sering menyebabkan rekurensi OMA dan bersifat lebih invasif pada anak-anak yaitu S. pneumoniae dan H. influenzae (Donaldson, 2010).

Page 16: Presentasi Usul Skripsi Yohan

KLASIFIKASI OTITIS MEDIA AKUT

Stadium Oklusi Tuba Eustachius Pada stadium ini terjadi sumbatan tuba Eustachius yang ditandai dengan retraksi pada membran timpani.

Hal ini disebabkan oleh tekanan negatif intratimpani. Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh virus dan alergi (Djaafar, 2007).

Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi) Pada stadium hiperemis terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, ditandai dengan membran

timpani hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat yang serosa. Stadium hiperemis merupakan tanda dari infeksi bakteri, sehingga menyebabkan timbulnya keluhan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan, yang disebabkan peningkatan tekanan udara di kavum timpani. Gejala-gejala berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

Stadium Supurasi Pada stadium ini terbentuk edema yang hebat pada mukosa telinga serta sekret eksudat purulen di telinga

tengah dan di sel-sel mastoid sehingga menyebabkan membran timpani menjadi menonjol atau bulging kearah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat (Djaafar, 2007).

Stadium Perforasi Pada stadium ini karena terjadi perforasi membran timpani, mengakibatkan keluarnya sekret berupa nanah

dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur dengan nyenyak. Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman. Namun bila membran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika berlangsung lebih dari satu setengah atau dua bulan, keadaan ini disebut otitis media supuratif kronik (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

Stadium Resolusi Stadium resolusi merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan berkurangnya serta berhentinya

otorea. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya kering. Pendengaran kembali normal. Stadium ini dapat berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah. Apabila stadium resolusi gagal terjadi, perforasi membran timpani menetap, sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang timbul maka akan terjadi otitis media supuratif kronik (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

Page 17: Presentasi Usul Skripsi Yohan

TANDA DAN GEJALA OTITIS MEDIA AKUT

Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta usia pasien. Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai 39,5° C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh menurun dan anak tidur tenang. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utamanya adalah rasa nyeri di dalam telinga dan peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri, terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar (Djaafar, 2007).

Page 18: Presentasi Usul Skripsi Yohan

FAKTOR USIA TERHADAP KEJADIAN OMA

Mekanisme proteksi telinga tengah belum sepenuhnya matang pada awal perkembangan anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan struktur anatomi dari tuba Eustachius pada masa anak-anak dan orang dewasa. Pada anak-anak, tuba Eustachius lebih pendek, lebar, dan terletak cenderung lebih horizontal jika dibandingkan tuba Eustachius pada orang dewasa (Djaafar, 2007). Kondisi ini membuat inflamasi pada tuba Eustachius menjadi sangat sering terjadi pada anak-anak. Inflamasi tersebut akan memicu gangguan fisiologis tuba Eustachius dalam memproteksi telinga tengah sehingga kecenderungan terjadinya infeksi pada telinga tengah akan meningkat.

Page 19: Presentasi Usul Skripsi Yohan

STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN OMA

Page 20: Presentasi Usul Skripsi Yohan

D. KERANGKA TEORI

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Status Gizi

Ras

Otitis Media Akut

Genetik

Jenis Kelamin

Usia

Lingkungan Merokok

Riwayat ISPA

Asupan ASI

Page 21: Presentasi Usul Skripsi Yohan

E. KERANGKA KONSEP

Status Gizi

Otitis Media AkutUsia

Page 22: Presentasi Usul Skripsi Yohan

F. HIPOTESIS

Ada hubungan faktor usia dengan kejadian OMA pada anak di klinik THT di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo periode 2011-2012.

Ada hubungan status gizi dengan kejadian OMA pada anak di klinik THT di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo periode 2011-2012.

Page 23: Presentasi Usul Skripsi Yohan

METODE PENELITIAN

Page 24: Presentasi Usul Skripsi Yohan

A. RANCANGAN PENELITIAN

Observasional Analitik Cross Sectional

Page 25: Presentasi Usul Skripsi Yohan

B. SAMPEL PENELITIAN

Page 26: Presentasi Usul Skripsi Yohan
Page 27: Presentasi Usul Skripsi Yohan

C. VARIABEL PENELITIAN

Page 28: Presentasi Usul Skripsi Yohan

D. DEFINISI OPERASIONAL VARIABELVariabel

Definisi Operasional Instrumen Skala Ukur

Usia Usia merupakan masa hidup yang sudah dijalani subjek dengan satuan tahun yang masuk dalam kelompok usia pada masa usia anak-anak, yang terbagi atas0-2 tahun Subjek berusia nol tahun hingga mencapai sama dengan dua tahun dikategorikan kelompok rentang usia 0-2 tahun.>2-7 tahunSubjek berusia lebih dari dua tahun hingga mencapai sama dengan tujuh tahun dikategorikan kelompok rentang usia >2-7 tahun. >7-14 tahunSubjek berusia lebih dari tujuh tahun hingga mencapai sama dengan dua belas tahun dikategorikan kelompok rentang usia >7-14 tahun.

Rekam medikOrdinal

Page 29: Presentasi Usul Skripsi Yohan

Variabel Definisi Operasional Instrumen Skala Ukur

Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2002). Indikator yang dipakai untuk menentukan status gizi adalah BB/U berdasarkan Z-score standar baku WHO NCHS. Rumus yang digunakan untuk menentukan Z-score adalah :

Z-score = nilai individu subjek – nilai median baku rujukan

Nilai simpang baku rujukanDengan nilai rujukan sebagai berikut :Gizi lebih : >120% median BB/UGizi baik : 80%-120% median BB/UGizi sedang : 70%-79,9% median BB/UGizi kurang : 60%-69% median BB/UGizi buruk : <60% median BB/U

Rekam Medis

Ordinal

Page 30: Presentasi Usul Skripsi Yohan

Variabel Definisi Operasional Instrumen Skala Ukur

Kejadian OMA

Otitis media akut (OMA) adalah suatu peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, dan antrum mastoideum yang berlangsung kurang dari tiga minggu. Diagnosis OMA ditegakkan bila ditemukan gejala klinis berupa nyeri telinga, keluarnya sekret encer atau kental, bening atau berupa nanah dari liang telinga, demam, gelisah, mual, muntah serta diare yang dapat terjadi secara lengkap atau sebagian dan berlangsung kurang dari tiga minggu yang didapatkan dari hasil diagnosis oleh dokter spesialis THT RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.Dikategorikan sebagai :1.OMA2.Bukan OMA

Rekam Medis Nominal

Page 31: Presentasi Usul Skripsi Yohan

E. PENGUMPULAN DATA

Page 32: Presentasi Usul Skripsi Yohan

F. ANALISIS DATA

Page 33: Presentasi Usul Skripsi Yohan

G.TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April 2013 – Mei 2013 di Instalasi rekam medis RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

Page 34: Presentasi Usul Skripsi Yohan