Presentasi Kasus Pneumonia
-
Upload
andy-selvian -
Category
Documents
-
view
223 -
download
2
Transcript of Presentasi Kasus Pneumonia
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama Tn H
Usia 62 Tahun
Jenis Kelamin Laki ndash laki
Alamat Jl Anjasmara Raya 210
No RM 551781
Ruang Rawat Melati R704
Tanggal Pemeriksaan 14 April 2014
Anamnesa
Keluhan Utama
Sesak terus menerus sejak 2 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Batuk dahak susah keluar nyeri dada kiri nyeri perut lemas pusing
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan sesak terus menerus sejak 2 hari SMRS Pasien juga mengeluh nyeri dada kiri saat batuk batuk dengan dahaknya susah keluar nyeri perut lemas serta pusing merasa kurang enak badan seperti masuk angin Pasien mengaku belum pernah berobat OAT tidak pernah merasa sesak dan tidak memiliki riwayat Asma sebelumnya
Namun sekarang pasien juga sedang memiliki kadar gula darah tinggi dan masih dalam pengobatan Merokok minum - minuman keras dan terpajan bahan bahan kimia disangkal oleh pasien BAK dan BAB lancer
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah memiliki riwayat sakit maag Asma dan penyakit penyakit jantung disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien
Status Generalis
1 Keadaan umum Tampak sakit sedang2 Kesadaran Compos Mentis3 Tekanan Darah 170 100 mmHg4 Nadi 96 x menit5 Suhu 365 ˚C6 Pernafasan 40 x menit
Pemeriksaan Fisik
1 Kepala Normocephal2 Mata CA ++ SI --3 Telinga Pendengaran baik4 Leher Trakea tidak deviasi ne pembesaran KGB5 Paru ndash paru
Inspeksi Pergerakan dinding dada dalam keadaan statis dan dinamis kanan kiri simetris tidak adanya luka dan penonjolan
Palpasi Tidak teraba masa tidak terdapat nyeri tekan fremitus taktil dan fremitus vocal dalam keadaan statis dan dinamis sama kanan kiri
Perkusi Terdengar sonor pada seluruh lapang paruAuskultasi Suara dasar napas vesikuler ++ terdapat suara tambahan
ronkhi ++6 Jantung
Inspeksi Iktus kordis terlihatPalpasi Iktus kordis teraba pulsasiPerkusi Jantung dalam batas normalAuskultasi Bunyi jantung I-II reguler gallop (-) murmur (-)
7 AbdomenInspeksi DatarAuskultasi Bising usus terdengarPerkusi Terdengar timpani pada keempat kuadran abdomen
Palpasi Nyeri tekan (+) hepar dan lien DBN8 Ektremitas Akral hangat edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
13 April 2014 (jam 0320 WIB) 13 April 2014 (jam 1930)
Hematologi
Hb 90 gdL (13-16) L
Ht 28 (40-48) L
Leukosit 10020 microL (5000 ndash 10000) H
Trombosit 463000 microL (150000 ndash 450000) H
Kimia Darah
Glukosa Sewaktu 257 mgdL (lt200) H
Ureum 56 mgdL (20-40) H
Kreatinin 285 mgdL (05 ndash 15) H
SGPT 27 UI (lt 50)
SGOT 48 UI (lt 50)
Analisa Gas Darah
pH 724 (737 ndash 745) L pH 743 (737 ndash 745) H
pCO2 18 mmHg (33-44) L pCO2 240 mmHg (33-44) L
pO2 76 mmHg (71 ndash 104) pO2 700 mmHg (71 ndash 104) L
HCO3- 77 mmMolL (22-29) L HCO3- 159 mmMolL (22-29) L
Saturasi O2 92 (94 ndash 98) L Saturasi O2 94 (94 ndash 98)
Ro Thorax
Keterangan - Corakan bronkovaskular kasar
- Infiltrat ++- Ulsen paru kiri lobus inferior
Diagnosis Kerja
1 Pneumonia2 Diabetes Melitus
Diagnosis Banding
1 TB paru2 Sindrom Dispepsia3 PPOK
Pemeriksaan Anjuran
1 Cek BTA sputum2 Spirometri3 Cek LED
Tatalaksana
13 April 2014
1 O2 2-4 Lpm2 Lasix 2x23 Inh Combiven 8jam4 NaCl 24jam5 Flumucil 2x16 Aminoral 3x27 As Folat 2x18 Bignat 3x1
14 April 2014
1 O2 3Lpm2 NaCl 12 jam3 Cefriaxon 1x2 mg4 Retafil 3x15 Salbutamol 3x2 mg6 Furosemide iv7 Pansoprazole drip
Prognosis
1 Ad vitam ad bonam2 Ad functionam dubia ad bonam3 Ad sanationam dubia ad bonam
PNEUMONIA
Defenisi
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh
nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan toksik obat-obatan dan lain-lain)
disebut pneumonitis
Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri virus
jamur dan protozoa Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar
negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak
disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri
anaerob Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri
yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram
negatif
Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan
Jakarta Surabaya Malang dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan dan metode
pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut
o Klebsiella pneumoniae 4518
o Streptococcus pneumoniae 1404
o Streptococcus viridans 921
o Staphylococcus aureus 9
o Pseudomonas aeruginosa 856
o Steptococcus hemolyticus 789
o Enterobacter 526
o Pseudomonas spp 09
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu
dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal
bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan
didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P
carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui
bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan
penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat
inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan
pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian
antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades
biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak
ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak
boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan
biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk
Patogenesis
Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini
disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya
tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi
di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak
permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan
1 Inokulasi langsung
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal
atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas
(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi
dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada
keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi
orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari
sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan
terjadi pneumonia
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi
Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran
napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis
mikroorganisme yang sama
Patologi
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit
sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak
bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan
antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu
1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema
2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah
3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak
4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan
alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan
Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas
Klasifikasi Pneumonia
1 Berdasarkan klinis dan epideologis
a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)
c Pneumonia aspirasi
d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk
memudahkan penatalaksanaan
2 Berdasarkan bakteri penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada
penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
3 Berdasarkan predileksi infeksi
a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan
b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c Pneumonia interstisial
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di
bawah ini
Kriteria minor
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg
bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg
Kriteria mayor adalah sebagai berikut
bull Membutuhkan ventilasi mekanik
bull Infiltrat bertambah gt 50
bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)
bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal
atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis
Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT
Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia
komuniti adalah
1 Skor PORT lebih dari 70
2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria dibawah ini
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
Tekanan sistolik lt 90 mmHg
Tekanan diastolik lt 60 mmHg
3 Pneumonia pada pengguna NAPZA
DIAGNOSIS
1 Gambaran klinis
a Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah
sesak napas dan nyeri dada
b Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada
perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi
Pemeriksaan penunjang
a Gambaran radiologis
Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
b Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari
10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-
25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah memiliki riwayat sakit maag Asma dan penyakit penyakit jantung disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien
Status Generalis
1 Keadaan umum Tampak sakit sedang2 Kesadaran Compos Mentis3 Tekanan Darah 170 100 mmHg4 Nadi 96 x menit5 Suhu 365 ˚C6 Pernafasan 40 x menit
Pemeriksaan Fisik
1 Kepala Normocephal2 Mata CA ++ SI --3 Telinga Pendengaran baik4 Leher Trakea tidak deviasi ne pembesaran KGB5 Paru ndash paru
Inspeksi Pergerakan dinding dada dalam keadaan statis dan dinamis kanan kiri simetris tidak adanya luka dan penonjolan
Palpasi Tidak teraba masa tidak terdapat nyeri tekan fremitus taktil dan fremitus vocal dalam keadaan statis dan dinamis sama kanan kiri
Perkusi Terdengar sonor pada seluruh lapang paruAuskultasi Suara dasar napas vesikuler ++ terdapat suara tambahan
ronkhi ++6 Jantung
Inspeksi Iktus kordis terlihatPalpasi Iktus kordis teraba pulsasiPerkusi Jantung dalam batas normalAuskultasi Bunyi jantung I-II reguler gallop (-) murmur (-)
7 AbdomenInspeksi DatarAuskultasi Bising usus terdengarPerkusi Terdengar timpani pada keempat kuadran abdomen
Palpasi Nyeri tekan (+) hepar dan lien DBN8 Ektremitas Akral hangat edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
13 April 2014 (jam 0320 WIB) 13 April 2014 (jam 1930)
Hematologi
Hb 90 gdL (13-16) L
Ht 28 (40-48) L
Leukosit 10020 microL (5000 ndash 10000) H
Trombosit 463000 microL (150000 ndash 450000) H
Kimia Darah
Glukosa Sewaktu 257 mgdL (lt200) H
Ureum 56 mgdL (20-40) H
Kreatinin 285 mgdL (05 ndash 15) H
SGPT 27 UI (lt 50)
SGOT 48 UI (lt 50)
Analisa Gas Darah
pH 724 (737 ndash 745) L pH 743 (737 ndash 745) H
pCO2 18 mmHg (33-44) L pCO2 240 mmHg (33-44) L
pO2 76 mmHg (71 ndash 104) pO2 700 mmHg (71 ndash 104) L
HCO3- 77 mmMolL (22-29) L HCO3- 159 mmMolL (22-29) L
Saturasi O2 92 (94 ndash 98) L Saturasi O2 94 (94 ndash 98)
Ro Thorax
Keterangan - Corakan bronkovaskular kasar
- Infiltrat ++- Ulsen paru kiri lobus inferior
Diagnosis Kerja
1 Pneumonia2 Diabetes Melitus
Diagnosis Banding
1 TB paru2 Sindrom Dispepsia3 PPOK
Pemeriksaan Anjuran
1 Cek BTA sputum2 Spirometri3 Cek LED
Tatalaksana
13 April 2014
1 O2 2-4 Lpm2 Lasix 2x23 Inh Combiven 8jam4 NaCl 24jam5 Flumucil 2x16 Aminoral 3x27 As Folat 2x18 Bignat 3x1
14 April 2014
1 O2 3Lpm2 NaCl 12 jam3 Cefriaxon 1x2 mg4 Retafil 3x15 Salbutamol 3x2 mg6 Furosemide iv7 Pansoprazole drip
Prognosis
1 Ad vitam ad bonam2 Ad functionam dubia ad bonam3 Ad sanationam dubia ad bonam
PNEUMONIA
Defenisi
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh
nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan toksik obat-obatan dan lain-lain)
disebut pneumonitis
Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri virus
jamur dan protozoa Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar
negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak
disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri
anaerob Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri
yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram
negatif
Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan
Jakarta Surabaya Malang dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan dan metode
pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut
o Klebsiella pneumoniae 4518
o Streptococcus pneumoniae 1404
o Streptococcus viridans 921
o Staphylococcus aureus 9
o Pseudomonas aeruginosa 856
o Steptococcus hemolyticus 789
o Enterobacter 526
o Pseudomonas spp 09
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu
dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal
bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan
didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P
carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui
bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan
penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat
inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan
pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian
antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades
biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak
ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak
boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan
biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk
Patogenesis
Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini
disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya
tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi
di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak
permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan
1 Inokulasi langsung
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal
atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas
(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi
dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada
keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi
orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari
sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan
terjadi pneumonia
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi
Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran
napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis
mikroorganisme yang sama
Patologi
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit
sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak
bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan
antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu
1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema
2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah
3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak
4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan
alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan
Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas
Klasifikasi Pneumonia
1 Berdasarkan klinis dan epideologis
a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)
c Pneumonia aspirasi
d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk
memudahkan penatalaksanaan
2 Berdasarkan bakteri penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada
penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
3 Berdasarkan predileksi infeksi
a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan
b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c Pneumonia interstisial
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di
bawah ini
Kriteria minor
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg
bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg
Kriteria mayor adalah sebagai berikut
bull Membutuhkan ventilasi mekanik
bull Infiltrat bertambah gt 50
bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)
bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal
atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis
Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT
Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia
komuniti adalah
1 Skor PORT lebih dari 70
2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria dibawah ini
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
Tekanan sistolik lt 90 mmHg
Tekanan diastolik lt 60 mmHg
3 Pneumonia pada pengguna NAPZA
DIAGNOSIS
1 Gambaran klinis
a Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah
sesak napas dan nyeri dada
b Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada
perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi
Pemeriksaan penunjang
a Gambaran radiologis
Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
b Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari
10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-
25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
Palpasi Nyeri tekan (+) hepar dan lien DBN8 Ektremitas Akral hangat edema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
13 April 2014 (jam 0320 WIB) 13 April 2014 (jam 1930)
Hematologi
Hb 90 gdL (13-16) L
Ht 28 (40-48) L
Leukosit 10020 microL (5000 ndash 10000) H
Trombosit 463000 microL (150000 ndash 450000) H
Kimia Darah
Glukosa Sewaktu 257 mgdL (lt200) H
Ureum 56 mgdL (20-40) H
Kreatinin 285 mgdL (05 ndash 15) H
SGPT 27 UI (lt 50)
SGOT 48 UI (lt 50)
Analisa Gas Darah
pH 724 (737 ndash 745) L pH 743 (737 ndash 745) H
pCO2 18 mmHg (33-44) L pCO2 240 mmHg (33-44) L
pO2 76 mmHg (71 ndash 104) pO2 700 mmHg (71 ndash 104) L
HCO3- 77 mmMolL (22-29) L HCO3- 159 mmMolL (22-29) L
Saturasi O2 92 (94 ndash 98) L Saturasi O2 94 (94 ndash 98)
Ro Thorax
Keterangan - Corakan bronkovaskular kasar
- Infiltrat ++- Ulsen paru kiri lobus inferior
Diagnosis Kerja
1 Pneumonia2 Diabetes Melitus
Diagnosis Banding
1 TB paru2 Sindrom Dispepsia3 PPOK
Pemeriksaan Anjuran
1 Cek BTA sputum2 Spirometri3 Cek LED
Tatalaksana
13 April 2014
1 O2 2-4 Lpm2 Lasix 2x23 Inh Combiven 8jam4 NaCl 24jam5 Flumucil 2x16 Aminoral 3x27 As Folat 2x18 Bignat 3x1
14 April 2014
1 O2 3Lpm2 NaCl 12 jam3 Cefriaxon 1x2 mg4 Retafil 3x15 Salbutamol 3x2 mg6 Furosemide iv7 Pansoprazole drip
Prognosis
1 Ad vitam ad bonam2 Ad functionam dubia ad bonam3 Ad sanationam dubia ad bonam
PNEUMONIA
Defenisi
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh
nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan toksik obat-obatan dan lain-lain)
disebut pneumonitis
Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri virus
jamur dan protozoa Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar
negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak
disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri
anaerob Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri
yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram
negatif
Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan
Jakarta Surabaya Malang dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan dan metode
pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut
o Klebsiella pneumoniae 4518
o Streptococcus pneumoniae 1404
o Streptococcus viridans 921
o Staphylococcus aureus 9
o Pseudomonas aeruginosa 856
o Steptococcus hemolyticus 789
o Enterobacter 526
o Pseudomonas spp 09
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu
dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal
bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan
didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P
carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui
bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan
penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat
inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan
pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian
antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades
biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak
ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak
boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan
biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk
Patogenesis
Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini
disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya
tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi
di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak
permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan
1 Inokulasi langsung
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal
atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas
(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi
dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada
keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi
orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari
sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan
terjadi pneumonia
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi
Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran
napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis
mikroorganisme yang sama
Patologi
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit
sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak
bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan
antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu
1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema
2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah
3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak
4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan
alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan
Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas
Klasifikasi Pneumonia
1 Berdasarkan klinis dan epideologis
a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)
c Pneumonia aspirasi
d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk
memudahkan penatalaksanaan
2 Berdasarkan bakteri penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada
penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
3 Berdasarkan predileksi infeksi
a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan
b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c Pneumonia interstisial
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di
bawah ini
Kriteria minor
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg
bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg
Kriteria mayor adalah sebagai berikut
bull Membutuhkan ventilasi mekanik
bull Infiltrat bertambah gt 50
bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)
bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal
atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis
Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT
Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia
komuniti adalah
1 Skor PORT lebih dari 70
2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria dibawah ini
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
Tekanan sistolik lt 90 mmHg
Tekanan diastolik lt 60 mmHg
3 Pneumonia pada pengguna NAPZA
DIAGNOSIS
1 Gambaran klinis
a Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah
sesak napas dan nyeri dada
b Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada
perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi
Pemeriksaan penunjang
a Gambaran radiologis
Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
b Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari
10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-
25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
Ro Thorax
Keterangan - Corakan bronkovaskular kasar
- Infiltrat ++- Ulsen paru kiri lobus inferior
Diagnosis Kerja
1 Pneumonia2 Diabetes Melitus
Diagnosis Banding
1 TB paru2 Sindrom Dispepsia3 PPOK
Pemeriksaan Anjuran
1 Cek BTA sputum2 Spirometri3 Cek LED
Tatalaksana
13 April 2014
1 O2 2-4 Lpm2 Lasix 2x23 Inh Combiven 8jam4 NaCl 24jam5 Flumucil 2x16 Aminoral 3x27 As Folat 2x18 Bignat 3x1
14 April 2014
1 O2 3Lpm2 NaCl 12 jam3 Cefriaxon 1x2 mg4 Retafil 3x15 Salbutamol 3x2 mg6 Furosemide iv7 Pansoprazole drip
Prognosis
1 Ad vitam ad bonam2 Ad functionam dubia ad bonam3 Ad sanationam dubia ad bonam
PNEUMONIA
Defenisi
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh
nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan toksik obat-obatan dan lain-lain)
disebut pneumonitis
Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri virus
jamur dan protozoa Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar
negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak
disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri
anaerob Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri
yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram
negatif
Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan
Jakarta Surabaya Malang dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan dan metode
pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut
o Klebsiella pneumoniae 4518
o Streptococcus pneumoniae 1404
o Streptococcus viridans 921
o Staphylococcus aureus 9
o Pseudomonas aeruginosa 856
o Steptococcus hemolyticus 789
o Enterobacter 526
o Pseudomonas spp 09
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu
dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal
bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan
didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P
carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui
bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan
penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat
inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan
pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian
antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades
biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak
ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak
boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan
biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk
Patogenesis
Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini
disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya
tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi
di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak
permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan
1 Inokulasi langsung
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal
atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas
(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi
dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada
keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi
orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari
sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan
terjadi pneumonia
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi
Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran
napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis
mikroorganisme yang sama
Patologi
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit
sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak
bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan
antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu
1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema
2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah
3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak
4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan
alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan
Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas
Klasifikasi Pneumonia
1 Berdasarkan klinis dan epideologis
a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)
c Pneumonia aspirasi
d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk
memudahkan penatalaksanaan
2 Berdasarkan bakteri penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada
penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
3 Berdasarkan predileksi infeksi
a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan
b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c Pneumonia interstisial
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di
bawah ini
Kriteria minor
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg
bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg
Kriteria mayor adalah sebagai berikut
bull Membutuhkan ventilasi mekanik
bull Infiltrat bertambah gt 50
bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)
bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal
atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis
Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT
Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia
komuniti adalah
1 Skor PORT lebih dari 70
2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria dibawah ini
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
Tekanan sistolik lt 90 mmHg
Tekanan diastolik lt 60 mmHg
3 Pneumonia pada pengguna NAPZA
DIAGNOSIS
1 Gambaran klinis
a Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah
sesak napas dan nyeri dada
b Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada
perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi
Pemeriksaan penunjang
a Gambaran radiologis
Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
b Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari
10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-
25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
Diagnosis Banding
1 TB paru2 Sindrom Dispepsia3 PPOK
Pemeriksaan Anjuran
1 Cek BTA sputum2 Spirometri3 Cek LED
Tatalaksana
13 April 2014
1 O2 2-4 Lpm2 Lasix 2x23 Inh Combiven 8jam4 NaCl 24jam5 Flumucil 2x16 Aminoral 3x27 As Folat 2x18 Bignat 3x1
14 April 2014
1 O2 3Lpm2 NaCl 12 jam3 Cefriaxon 1x2 mg4 Retafil 3x15 Salbutamol 3x2 mg6 Furosemide iv7 Pansoprazole drip
Prognosis
1 Ad vitam ad bonam2 Ad functionam dubia ad bonam3 Ad sanationam dubia ad bonam
PNEUMONIA
Defenisi
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh
nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan toksik obat-obatan dan lain-lain)
disebut pneumonitis
Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri virus
jamur dan protozoa Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar
negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak
disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri
anaerob Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri
yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram
negatif
Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan
Jakarta Surabaya Malang dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan dan metode
pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut
o Klebsiella pneumoniae 4518
o Streptococcus pneumoniae 1404
o Streptococcus viridans 921
o Staphylococcus aureus 9
o Pseudomonas aeruginosa 856
o Steptococcus hemolyticus 789
o Enterobacter 526
o Pseudomonas spp 09
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu
dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal
bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan
didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P
carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui
bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan
penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat
inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan
pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian
antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades
biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak
ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak
boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan
biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk
Patogenesis
Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini
disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya
tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi
di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak
permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan
1 Inokulasi langsung
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal
atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas
(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi
dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada
keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi
orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari
sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan
terjadi pneumonia
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi
Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran
napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis
mikroorganisme yang sama
Patologi
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit
sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak
bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan
antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu
1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema
2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah
3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak
4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan
alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan
Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas
Klasifikasi Pneumonia
1 Berdasarkan klinis dan epideologis
a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)
c Pneumonia aspirasi
d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk
memudahkan penatalaksanaan
2 Berdasarkan bakteri penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada
penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
3 Berdasarkan predileksi infeksi
a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan
b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c Pneumonia interstisial
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di
bawah ini
Kriteria minor
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg
bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg
Kriteria mayor adalah sebagai berikut
bull Membutuhkan ventilasi mekanik
bull Infiltrat bertambah gt 50
bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)
bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal
atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis
Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT
Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia
komuniti adalah
1 Skor PORT lebih dari 70
2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria dibawah ini
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
Tekanan sistolik lt 90 mmHg
Tekanan diastolik lt 60 mmHg
3 Pneumonia pada pengguna NAPZA
DIAGNOSIS
1 Gambaran klinis
a Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah
sesak napas dan nyeri dada
b Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada
perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi
Pemeriksaan penunjang
a Gambaran radiologis
Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
b Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari
10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-
25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
PNEUMONIA
Defenisi
Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh
nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan toksik obat-obatan dan lain-lain)
disebut pneumonitis
Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri virus
jamur dan protozoa Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar
negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak
disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri
anaerob Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri
yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram
negatif
Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan
Jakarta Surabaya Malang dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan dan metode
pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut
o Klebsiella pneumoniae 4518
o Streptococcus pneumoniae 1404
o Streptococcus viridans 921
o Staphylococcus aureus 9
o Pseudomonas aeruginosa 856
o Steptococcus hemolyticus 789
o Enterobacter 526
o Pseudomonas spp 09
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu
dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal
bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan
didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P
carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui
bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan
penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat
inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan
pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian
antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades
biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak
ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak
boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan
biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk
Patogenesis
Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini
disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya
tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi
di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak
permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan
1 Inokulasi langsung
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal
atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas
(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi
dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada
keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi
orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari
sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan
terjadi pneumonia
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi
Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran
napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis
mikroorganisme yang sama
Patologi
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit
sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak
bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan
antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu
1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema
2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah
3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak
4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan
alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan
Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas
Klasifikasi Pneumonia
1 Berdasarkan klinis dan epideologis
a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)
c Pneumonia aspirasi
d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk
memudahkan penatalaksanaan
2 Berdasarkan bakteri penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada
penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
3 Berdasarkan predileksi infeksi
a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan
b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c Pneumonia interstisial
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di
bawah ini
Kriteria minor
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg
bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg
Kriteria mayor adalah sebagai berikut
bull Membutuhkan ventilasi mekanik
bull Infiltrat bertambah gt 50
bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)
bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal
atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis
Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT
Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia
komuniti adalah
1 Skor PORT lebih dari 70
2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria dibawah ini
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
Tekanan sistolik lt 90 mmHg
Tekanan diastolik lt 60 mmHg
3 Pneumonia pada pengguna NAPZA
DIAGNOSIS
1 Gambaran klinis
a Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah
sesak napas dan nyeri dada
b Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada
perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi
Pemeriksaan penunjang
a Gambaran radiologis
Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
b Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari
10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-
25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
Cara pengambilan bahan
Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu
dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal
bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan
didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali
ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P
carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui
bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan
penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat
inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan
pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian
antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur
Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar
Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades
biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak
ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak
boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi
dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan
biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk
Patogenesis
Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini
disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya
tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi
di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak
permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan
1 Inokulasi langsung
2 Penyebaran melalui pembuluh darah
3 Inhalasi bahan aerosol
4 Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal
atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas
(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi
dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada
keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi
orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari
sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan
terjadi pneumonia
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi
Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran
napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis
mikroorganisme yang sama
Patologi
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit
sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak
bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan
antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu
1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema
2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah
3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak
4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan
alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan
Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas
Klasifikasi Pneumonia
1 Berdasarkan klinis dan epideologis
a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)
c Pneumonia aspirasi
d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk
memudahkan penatalaksanaan
2 Berdasarkan bakteri penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada
penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
3 Berdasarkan predileksi infeksi
a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan
b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c Pneumonia interstisial
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di
bawah ini
Kriteria minor
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg
bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg
Kriteria mayor adalah sebagai berikut
bull Membutuhkan ventilasi mekanik
bull Infiltrat bertambah gt 50
bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)
bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal
atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis
Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT
Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia
komuniti adalah
1 Skor PORT lebih dari 70
2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria dibawah ini
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
Tekanan sistolik lt 90 mmHg
Tekanan diastolik lt 60 mmHg
3 Pneumonia pada pengguna NAPZA
DIAGNOSIS
1 Gambaran klinis
a Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah
sesak napas dan nyeri dada
b Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada
perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi
Pemeriksaan penunjang
a Gambaran radiologis
Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
b Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari
10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-
25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara
inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur
Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal
atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas
(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi
mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi
dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada
keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi
orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari
sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan
terjadi pneumonia
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi
Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran
napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis
mikroorganisme yang sama
Patologi
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang
berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit
sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak
bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis
sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan
antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu
1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema
2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah
3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN
yang banyak
4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan
alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan
Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas
Klasifikasi Pneumonia
1 Berdasarkan klinis dan epideologis
a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)
c Pneumonia aspirasi
d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk
memudahkan penatalaksanaan
2 Berdasarkan bakteri penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada
penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
3 Berdasarkan predileksi infeksi
a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan
b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c Pneumonia interstisial
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di
bawah ini
Kriteria minor
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg
bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg
Kriteria mayor adalah sebagai berikut
bull Membutuhkan ventilasi mekanik
bull Infiltrat bertambah gt 50
bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)
bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal
atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis
Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT
Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia
komuniti adalah
1 Skor PORT lebih dari 70
2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria dibawah ini
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
Tekanan sistolik lt 90 mmHg
Tekanan diastolik lt 60 mmHg
3 Pneumonia pada pengguna NAPZA
DIAGNOSIS
1 Gambaran klinis
a Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah
sesak napas dan nyeri dada
b Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada
perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi
Pemeriksaan penunjang
a Gambaran radiologis
Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
b Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari
10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-
25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
Klasifikasi Pneumonia
1 Berdasarkan klinis dan epideologis
a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)
c Pneumonia aspirasi
d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk
memudahkan penatalaksanaan
2 Berdasarkan bakteri penyebab
a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri
mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada
penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza
b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia
c Pneumonia virus
d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
3 Berdasarkan predileksi infeksi
a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua
Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder
disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses
keganasan
b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat
disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang
dihubungkan dengan obstruksi bronkus
c Pneumonia interstisial
Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di
bawah ini
Kriteria minor
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg
bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg
Kriteria mayor adalah sebagai berikut
bull Membutuhkan ventilasi mekanik
bull Infiltrat bertambah gt 50
bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)
bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal
atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis
Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT
Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia
komuniti adalah
1 Skor PORT lebih dari 70
2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria dibawah ini
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
Tekanan sistolik lt 90 mmHg
Tekanan diastolik lt 60 mmHg
3 Pneumonia pada pengguna NAPZA
DIAGNOSIS
1 Gambaran klinis
a Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah
sesak napas dan nyeri dada
b Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada
perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi
Pemeriksaan penunjang
a Gambaran radiologis
Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
b Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari
10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-
25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg
bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg
Kriteria mayor adalah sebagai berikut
bull Membutuhkan ventilasi mekanik
bull Infiltrat bertambah gt 50
bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)
bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal
atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis
Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT
Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia
komuniti adalah
1 Skor PORT lebih dari 70
2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria dibawah ini
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
Tekanan sistolik lt 90 mmHg
Tekanan diastolik lt 60 mmHg
3 Pneumonia pada pengguna NAPZA
DIAGNOSIS
1 Gambaran klinis
a Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah
sesak napas dan nyeri dada
b Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada
perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi
Pemeriksaan penunjang
a Gambaran radiologis
Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
b Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari
10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-
25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu
dari kriteria dibawah ini
bull Frekuensi napas gt 30menit
bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg
bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus
Tekanan sistolik lt 90 mmHg
Tekanan diastolik lt 60 mmHg
3 Pneumonia pada pengguna NAPZA
DIAGNOSIS
1 Gambaran klinis
a Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat
dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah
sesak napas dan nyeri dada
b Pemeriksaan fisik
Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada
perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang
mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi
Pemeriksaan penunjang
a Gambaran radiologis
Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air
broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja
tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke
arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh
Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
b Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari
10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-
25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral
atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan
konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus
b Pemeriksaan labolatorium
Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari
10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi
diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-
25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia
pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik
Pengobatan
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada
penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya
akan tetapi karena beberapa alasan yaitu
1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia
3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum
pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut
Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)
1048707 Golongan Penisilin
1048707 TMP-SMZ
1048707 Makrolid
Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)
1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi
1048707 Marolid baru dosis tinggi
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
Pseudomonas aeruginosa
1048707 Aminoglikosid
1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim
1048707 Tikarsilin Piperasilin
1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem
1048707 Siprofloksasin Levofloksasin
Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)
1048707 Vankomisin
1048707 Teikoplanin
1048707 Linezolid
Hemophilus influenzae
1048707 TMP-SMZ
1048707 Azitromisin
1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3
1048707 Fluorokuinolon respirasi
Legionella
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
1048707 Rifampisin
Mycoplasma pneumoniae
1048707 Doksisiklin
1048707 Makrolid
1048707 Fluorokuinolon
Chlamydia pneumoniae
1048707 Doksisikin
1048707 Makrolid
Fluorokuinolon
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan
disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
bull Efusi pleura
bull Empiema
bull Abses Paru
bull Pneumotoraks
bull Gagal napas
bull Sepsis
Prognosis
Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab
dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat
mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang
dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )
angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan
kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal
ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan
peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998
adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -
35
Pencegahan
bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok
bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)
Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin
tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik
diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah
gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang
terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
Daftar Pustaka
1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009
2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
2003
3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA
(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)
PNEUMONIA
Disusun oleh
Selviandi
1102009261
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo
Pembimbing
Dr Eva Sri Diana SpP
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
April 2014