Presentasi Kasus Pneumonia

24
LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA (Periode 31 Maret – 7 Juni 2014) STATUS PASIEN Identitas Pasien Nama : Tn. H Usia : 62 Tahun Jenis Kelamin : Laki – laki Alamat : Jl. Anjasmara Raya 210 No. RM : 551781 Ruang Rawat : Melati R704 Tanggal Pemeriksaan : 14 April 2014 Anamnesa Keluhan Utama Sesak terus menerus sejak 2 hari SMRS Keluhan Tambahan Batuk dahak susah keluar, nyeri dada kiri, nyeri perut, lemas, pusing Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan sesak terus menerus sejak 2 hari SMRS. Pasien juga mengeluh nyeri dada kiri saat batuk, batuk dengan dahaknya susah keluar, nyeri perut lemas serta pusing, merasa kurang enak badan seperti masuk angin.

Transcript of Presentasi Kasus Pneumonia

Page 1: Presentasi Kasus Pneumonia

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

STATUS PASIEN

Identitas Pasien

Nama Tn H

Usia 62 Tahun

Jenis Kelamin Laki ndash laki

Alamat Jl Anjasmara Raya 210

No RM 551781

Ruang Rawat Melati R704

Tanggal Pemeriksaan 14 April 2014

Anamnesa

Keluhan Utama

Sesak terus menerus sejak 2 hari SMRS

Keluhan Tambahan

Batuk dahak susah keluar nyeri dada kiri nyeri perut lemas pusing

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RSUD Pasar Rebo dengan keluhan sesak terus menerus sejak 2 hari SMRS Pasien juga mengeluh nyeri dada kiri saat batuk batuk dengan dahaknya susah keluar nyeri perut lemas serta pusing merasa kurang enak badan seperti masuk angin Pasien mengaku belum pernah berobat OAT tidak pernah merasa sesak dan tidak memiliki riwayat Asma sebelumnya

Namun sekarang pasien juga sedang memiliki kadar gula darah tinggi dan masih dalam pengobatan Merokok minum - minuman keras dan terpajan bahan bahan kimia disangkal oleh pasien BAK dan BAB lancer

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah memiliki riwayat sakit maag Asma dan penyakit penyakit jantung disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien

Status Generalis

1 Keadaan umum Tampak sakit sedang2 Kesadaran Compos Mentis3 Tekanan Darah 170 100 mmHg4 Nadi 96 x menit5 Suhu 365 ˚C6 Pernafasan 40 x menit

Pemeriksaan Fisik

1 Kepala Normocephal2 Mata CA ++ SI --3 Telinga Pendengaran baik4 Leher Trakea tidak deviasi ne pembesaran KGB5 Paru ndash paru

Inspeksi Pergerakan dinding dada dalam keadaan statis dan dinamis kanan kiri simetris tidak adanya luka dan penonjolan

Palpasi Tidak teraba masa tidak terdapat nyeri tekan fremitus taktil dan fremitus vocal dalam keadaan statis dan dinamis sama kanan kiri

Perkusi Terdengar sonor pada seluruh lapang paruAuskultasi Suara dasar napas vesikuler ++ terdapat suara tambahan

ronkhi ++6 Jantung

Inspeksi Iktus kordis terlihatPalpasi Iktus kordis teraba pulsasiPerkusi Jantung dalam batas normalAuskultasi Bunyi jantung I-II reguler gallop (-) murmur (-)

7 AbdomenInspeksi DatarAuskultasi Bising usus terdengarPerkusi Terdengar timpani pada keempat kuadran abdomen

Palpasi Nyeri tekan (+) hepar dan lien DBN8 Ektremitas Akral hangat edema (-)

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

13 April 2014 (jam 0320 WIB) 13 April 2014 (jam 1930)

Hematologi

Hb 90 gdL (13-16) L

Ht 28 (40-48) L

Leukosit 10020 microL (5000 ndash 10000) H

Trombosit 463000 microL (150000 ndash 450000) H

Kimia Darah

Glukosa Sewaktu 257 mgdL (lt200) H

Ureum 56 mgdL (20-40) H

Kreatinin 285 mgdL (05 ndash 15) H

SGPT 27 UI (lt 50)

SGOT 48 UI (lt 50)

Analisa Gas Darah

pH 724 (737 ndash 745) L pH 743 (737 ndash 745) H

pCO2 18 mmHg (33-44) L pCO2 240 mmHg (33-44) L

pO2 76 mmHg (71 ndash 104) pO2 700 mmHg (71 ndash 104) L

HCO3- 77 mmMolL (22-29) L HCO3- 159 mmMolL (22-29) L

Saturasi O2 92 (94 ndash 98) L Saturasi O2 94 (94 ndash 98)

Ro Thorax

Keterangan - Corakan bronkovaskular kasar

- Infiltrat ++- Ulsen paru kiri lobus inferior

Diagnosis Kerja

1 Pneumonia2 Diabetes Melitus

Diagnosis Banding

1 TB paru2 Sindrom Dispepsia3 PPOK

Pemeriksaan Anjuran

1 Cek BTA sputum2 Spirometri3 Cek LED

Tatalaksana

13 April 2014

1 O2 2-4 Lpm2 Lasix 2x23 Inh Combiven 8jam4 NaCl 24jam5 Flumucil 2x16 Aminoral 3x27 As Folat 2x18 Bignat 3x1

14 April 2014

1 O2 3Lpm2 NaCl 12 jam3 Cefriaxon 1x2 mg4 Retafil 3x15 Salbutamol 3x2 mg6 Furosemide iv7 Pansoprazole drip

Prognosis

1 Ad vitam ad bonam2 Ad functionam dubia ad bonam3 Ad sanationam dubia ad bonam

PNEUMONIA

Defenisi

Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan

oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh

nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan toksik obat-obatan dan lain-lain)

disebut pneumonitis

Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri virus

jamur dan protozoa Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar

negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak

disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri

anaerob Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri

yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram

negatif

Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan

Jakarta Surabaya Malang dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan dan metode

pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut

o Klebsiella pneumoniae 4518

o Streptococcus pneumoniae 1404

o Streptococcus viridans 921

o Staphylococcus aureus 9

o Pseudomonas aeruginosa 856

o Steptococcus hemolyticus 789

o Enterobacter 526

o Pseudomonas spp 09

Cara pengambilan bahan

Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu

dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal

bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan

didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali

ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P

carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui

bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan

penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat

inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan

pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian

antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur

Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades

biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak

ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak

boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi

dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan

biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk

Patogenesis

Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini

disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya

tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi

di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak

permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan

1 Inokulasi langsung

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara

inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur

Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal

atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas

(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi

mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi

dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada

keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi

orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari

sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan

terjadi pneumonia

Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi

Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran

napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis

mikroorganisme yang sama

Patologi

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang

berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit

sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak

bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis

sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan

antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu

1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema

2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah

3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN

yang banyak

4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan

alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan

Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas

Klasifikasi Pneumonia

1 Berdasarkan klinis dan epideologis

a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)

c Pneumonia aspirasi

d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk

memudahkan penatalaksanaan

2 Berdasarkan bakteri penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada

penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)

3 Berdasarkan predileksi infeksi

a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder

disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses

keganasan

b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus

c Pneumonia interstisial

Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di

bawah ini

Kriteria minor

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg

bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg

Kriteria mayor adalah sebagai berikut

bull Membutuhkan ventilasi mekanik

bull Infiltrat bertambah gt 50

bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)

bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal

atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis

Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT

Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia

komuniti adalah

1 Skor PORT lebih dari 70

2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu

dari kriteria dibawah ini

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

Tekanan sistolik lt 90 mmHg

Tekanan diastolik lt 60 mmHg

3 Pneumonia pada pengguna NAPZA

DIAGNOSIS

1 Gambaran klinis

a Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat

dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah

sesak napas dan nyeri dada

b Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat

terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada

perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang

mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium

resolusi

Pemeriksaan penunjang

a Gambaran radiologis

Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air

broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja

tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke

arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh

Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan

konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

b Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari

10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat

pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-

25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik

Pengobatan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada

penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya

akan tetapi karena beberapa alasan yaitu

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum

pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

Fluorokuinolon

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 2: Presentasi Kasus Pneumonia

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah memiliki riwayat sakit maag Asma dan penyakit penyakit jantung disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien

Status Generalis

1 Keadaan umum Tampak sakit sedang2 Kesadaran Compos Mentis3 Tekanan Darah 170 100 mmHg4 Nadi 96 x menit5 Suhu 365 ˚C6 Pernafasan 40 x menit

Pemeriksaan Fisik

1 Kepala Normocephal2 Mata CA ++ SI --3 Telinga Pendengaran baik4 Leher Trakea tidak deviasi ne pembesaran KGB5 Paru ndash paru

Inspeksi Pergerakan dinding dada dalam keadaan statis dan dinamis kanan kiri simetris tidak adanya luka dan penonjolan

Palpasi Tidak teraba masa tidak terdapat nyeri tekan fremitus taktil dan fremitus vocal dalam keadaan statis dan dinamis sama kanan kiri

Perkusi Terdengar sonor pada seluruh lapang paruAuskultasi Suara dasar napas vesikuler ++ terdapat suara tambahan

ronkhi ++6 Jantung

Inspeksi Iktus kordis terlihatPalpasi Iktus kordis teraba pulsasiPerkusi Jantung dalam batas normalAuskultasi Bunyi jantung I-II reguler gallop (-) murmur (-)

7 AbdomenInspeksi DatarAuskultasi Bising usus terdengarPerkusi Terdengar timpani pada keempat kuadran abdomen

Palpasi Nyeri tekan (+) hepar dan lien DBN8 Ektremitas Akral hangat edema (-)

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

13 April 2014 (jam 0320 WIB) 13 April 2014 (jam 1930)

Hematologi

Hb 90 gdL (13-16) L

Ht 28 (40-48) L

Leukosit 10020 microL (5000 ndash 10000) H

Trombosit 463000 microL (150000 ndash 450000) H

Kimia Darah

Glukosa Sewaktu 257 mgdL (lt200) H

Ureum 56 mgdL (20-40) H

Kreatinin 285 mgdL (05 ndash 15) H

SGPT 27 UI (lt 50)

SGOT 48 UI (lt 50)

Analisa Gas Darah

pH 724 (737 ndash 745) L pH 743 (737 ndash 745) H

pCO2 18 mmHg (33-44) L pCO2 240 mmHg (33-44) L

pO2 76 mmHg (71 ndash 104) pO2 700 mmHg (71 ndash 104) L

HCO3- 77 mmMolL (22-29) L HCO3- 159 mmMolL (22-29) L

Saturasi O2 92 (94 ndash 98) L Saturasi O2 94 (94 ndash 98)

Ro Thorax

Keterangan - Corakan bronkovaskular kasar

- Infiltrat ++- Ulsen paru kiri lobus inferior

Diagnosis Kerja

1 Pneumonia2 Diabetes Melitus

Diagnosis Banding

1 TB paru2 Sindrom Dispepsia3 PPOK

Pemeriksaan Anjuran

1 Cek BTA sputum2 Spirometri3 Cek LED

Tatalaksana

13 April 2014

1 O2 2-4 Lpm2 Lasix 2x23 Inh Combiven 8jam4 NaCl 24jam5 Flumucil 2x16 Aminoral 3x27 As Folat 2x18 Bignat 3x1

14 April 2014

1 O2 3Lpm2 NaCl 12 jam3 Cefriaxon 1x2 mg4 Retafil 3x15 Salbutamol 3x2 mg6 Furosemide iv7 Pansoprazole drip

Prognosis

1 Ad vitam ad bonam2 Ad functionam dubia ad bonam3 Ad sanationam dubia ad bonam

PNEUMONIA

Defenisi

Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan

oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh

nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan toksik obat-obatan dan lain-lain)

disebut pneumonitis

Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri virus

jamur dan protozoa Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar

negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak

disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri

anaerob Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri

yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram

negatif

Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan

Jakarta Surabaya Malang dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan dan metode

pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut

o Klebsiella pneumoniae 4518

o Streptococcus pneumoniae 1404

o Streptococcus viridans 921

o Staphylococcus aureus 9

o Pseudomonas aeruginosa 856

o Steptococcus hemolyticus 789

o Enterobacter 526

o Pseudomonas spp 09

Cara pengambilan bahan

Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu

dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal

bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan

didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali

ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P

carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui

bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan

penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat

inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan

pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian

antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur

Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades

biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak

ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak

boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi

dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan

biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk

Patogenesis

Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini

disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya

tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi

di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak

permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan

1 Inokulasi langsung

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara

inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur

Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal

atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas

(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi

mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi

dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada

keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi

orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari

sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan

terjadi pneumonia

Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi

Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran

napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis

mikroorganisme yang sama

Patologi

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang

berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit

sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak

bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis

sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan

antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu

1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema

2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah

3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN

yang banyak

4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan

alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan

Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas

Klasifikasi Pneumonia

1 Berdasarkan klinis dan epideologis

a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)

c Pneumonia aspirasi

d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk

memudahkan penatalaksanaan

2 Berdasarkan bakteri penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada

penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)

3 Berdasarkan predileksi infeksi

a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder

disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses

keganasan

b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus

c Pneumonia interstisial

Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di

bawah ini

Kriteria minor

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg

bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg

Kriteria mayor adalah sebagai berikut

bull Membutuhkan ventilasi mekanik

bull Infiltrat bertambah gt 50

bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)

bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal

atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis

Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT

Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia

komuniti adalah

1 Skor PORT lebih dari 70

2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu

dari kriteria dibawah ini

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

Tekanan sistolik lt 90 mmHg

Tekanan diastolik lt 60 mmHg

3 Pneumonia pada pengguna NAPZA

DIAGNOSIS

1 Gambaran klinis

a Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat

dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah

sesak napas dan nyeri dada

b Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat

terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada

perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang

mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium

resolusi

Pemeriksaan penunjang

a Gambaran radiologis

Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air

broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja

tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke

arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh

Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan

konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

b Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari

10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat

pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-

25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik

Pengobatan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada

penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya

akan tetapi karena beberapa alasan yaitu

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum

pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

Fluorokuinolon

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 3: Presentasi Kasus Pneumonia

Palpasi Nyeri tekan (+) hepar dan lien DBN8 Ektremitas Akral hangat edema (-)

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

13 April 2014 (jam 0320 WIB) 13 April 2014 (jam 1930)

Hematologi

Hb 90 gdL (13-16) L

Ht 28 (40-48) L

Leukosit 10020 microL (5000 ndash 10000) H

Trombosit 463000 microL (150000 ndash 450000) H

Kimia Darah

Glukosa Sewaktu 257 mgdL (lt200) H

Ureum 56 mgdL (20-40) H

Kreatinin 285 mgdL (05 ndash 15) H

SGPT 27 UI (lt 50)

SGOT 48 UI (lt 50)

Analisa Gas Darah

pH 724 (737 ndash 745) L pH 743 (737 ndash 745) H

pCO2 18 mmHg (33-44) L pCO2 240 mmHg (33-44) L

pO2 76 mmHg (71 ndash 104) pO2 700 mmHg (71 ndash 104) L

HCO3- 77 mmMolL (22-29) L HCO3- 159 mmMolL (22-29) L

Saturasi O2 92 (94 ndash 98) L Saturasi O2 94 (94 ndash 98)

Ro Thorax

Keterangan - Corakan bronkovaskular kasar

- Infiltrat ++- Ulsen paru kiri lobus inferior

Diagnosis Kerja

1 Pneumonia2 Diabetes Melitus

Diagnosis Banding

1 TB paru2 Sindrom Dispepsia3 PPOK

Pemeriksaan Anjuran

1 Cek BTA sputum2 Spirometri3 Cek LED

Tatalaksana

13 April 2014

1 O2 2-4 Lpm2 Lasix 2x23 Inh Combiven 8jam4 NaCl 24jam5 Flumucil 2x16 Aminoral 3x27 As Folat 2x18 Bignat 3x1

14 April 2014

1 O2 3Lpm2 NaCl 12 jam3 Cefriaxon 1x2 mg4 Retafil 3x15 Salbutamol 3x2 mg6 Furosemide iv7 Pansoprazole drip

Prognosis

1 Ad vitam ad bonam2 Ad functionam dubia ad bonam3 Ad sanationam dubia ad bonam

PNEUMONIA

Defenisi

Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan

oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh

nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan toksik obat-obatan dan lain-lain)

disebut pneumonitis

Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri virus

jamur dan protozoa Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar

negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak

disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri

anaerob Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri

yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram

negatif

Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan

Jakarta Surabaya Malang dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan dan metode

pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut

o Klebsiella pneumoniae 4518

o Streptococcus pneumoniae 1404

o Streptococcus viridans 921

o Staphylococcus aureus 9

o Pseudomonas aeruginosa 856

o Steptococcus hemolyticus 789

o Enterobacter 526

o Pseudomonas spp 09

Cara pengambilan bahan

Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu

dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal

bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan

didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali

ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P

carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui

bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan

penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat

inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan

pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian

antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur

Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades

biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak

ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak

boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi

dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan

biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk

Patogenesis

Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini

disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya

tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi

di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak

permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan

1 Inokulasi langsung

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara

inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur

Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal

atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas

(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi

mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi

dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada

keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi

orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari

sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan

terjadi pneumonia

Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi

Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran

napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis

mikroorganisme yang sama

Patologi

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang

berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit

sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak

bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis

sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan

antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu

1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema

2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah

3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN

yang banyak

4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan

alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan

Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas

Klasifikasi Pneumonia

1 Berdasarkan klinis dan epideologis

a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)

c Pneumonia aspirasi

d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk

memudahkan penatalaksanaan

2 Berdasarkan bakteri penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada

penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)

3 Berdasarkan predileksi infeksi

a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder

disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses

keganasan

b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus

c Pneumonia interstisial

Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di

bawah ini

Kriteria minor

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg

bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg

Kriteria mayor adalah sebagai berikut

bull Membutuhkan ventilasi mekanik

bull Infiltrat bertambah gt 50

bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)

bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal

atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis

Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT

Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia

komuniti adalah

1 Skor PORT lebih dari 70

2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu

dari kriteria dibawah ini

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

Tekanan sistolik lt 90 mmHg

Tekanan diastolik lt 60 mmHg

3 Pneumonia pada pengguna NAPZA

DIAGNOSIS

1 Gambaran klinis

a Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat

dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah

sesak napas dan nyeri dada

b Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat

terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada

perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang

mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium

resolusi

Pemeriksaan penunjang

a Gambaran radiologis

Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air

broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja

tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke

arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh

Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan

konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

b Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari

10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat

pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-

25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik

Pengobatan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada

penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya

akan tetapi karena beberapa alasan yaitu

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum

pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

Fluorokuinolon

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 4: Presentasi Kasus Pneumonia

Ro Thorax

Keterangan - Corakan bronkovaskular kasar

- Infiltrat ++- Ulsen paru kiri lobus inferior

Diagnosis Kerja

1 Pneumonia2 Diabetes Melitus

Diagnosis Banding

1 TB paru2 Sindrom Dispepsia3 PPOK

Pemeriksaan Anjuran

1 Cek BTA sputum2 Spirometri3 Cek LED

Tatalaksana

13 April 2014

1 O2 2-4 Lpm2 Lasix 2x23 Inh Combiven 8jam4 NaCl 24jam5 Flumucil 2x16 Aminoral 3x27 As Folat 2x18 Bignat 3x1

14 April 2014

1 O2 3Lpm2 NaCl 12 jam3 Cefriaxon 1x2 mg4 Retafil 3x15 Salbutamol 3x2 mg6 Furosemide iv7 Pansoprazole drip

Prognosis

1 Ad vitam ad bonam2 Ad functionam dubia ad bonam3 Ad sanationam dubia ad bonam

PNEUMONIA

Defenisi

Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan

oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh

nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan toksik obat-obatan dan lain-lain)

disebut pneumonitis

Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri virus

jamur dan protozoa Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar

negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak

disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri

anaerob Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri

yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram

negatif

Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan

Jakarta Surabaya Malang dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan dan metode

pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut

o Klebsiella pneumoniae 4518

o Streptococcus pneumoniae 1404

o Streptococcus viridans 921

o Staphylococcus aureus 9

o Pseudomonas aeruginosa 856

o Steptococcus hemolyticus 789

o Enterobacter 526

o Pseudomonas spp 09

Cara pengambilan bahan

Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu

dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal

bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan

didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali

ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P

carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui

bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan

penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat

inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan

pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian

antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur

Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades

biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak

ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak

boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi

dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan

biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk

Patogenesis

Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini

disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya

tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi

di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak

permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan

1 Inokulasi langsung

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara

inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur

Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal

atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas

(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi

mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi

dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada

keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi

orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari

sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan

terjadi pneumonia

Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi

Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran

napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis

mikroorganisme yang sama

Patologi

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang

berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit

sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak

bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis

sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan

antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu

1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema

2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah

3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN

yang banyak

4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan

alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan

Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas

Klasifikasi Pneumonia

1 Berdasarkan klinis dan epideologis

a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)

c Pneumonia aspirasi

d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk

memudahkan penatalaksanaan

2 Berdasarkan bakteri penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada

penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)

3 Berdasarkan predileksi infeksi

a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder

disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses

keganasan

b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus

c Pneumonia interstisial

Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di

bawah ini

Kriteria minor

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg

bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg

Kriteria mayor adalah sebagai berikut

bull Membutuhkan ventilasi mekanik

bull Infiltrat bertambah gt 50

bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)

bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal

atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis

Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT

Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia

komuniti adalah

1 Skor PORT lebih dari 70

2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu

dari kriteria dibawah ini

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

Tekanan sistolik lt 90 mmHg

Tekanan diastolik lt 60 mmHg

3 Pneumonia pada pengguna NAPZA

DIAGNOSIS

1 Gambaran klinis

a Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat

dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah

sesak napas dan nyeri dada

b Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat

terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada

perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang

mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium

resolusi

Pemeriksaan penunjang

a Gambaran radiologis

Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air

broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja

tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke

arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh

Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan

konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

b Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari

10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat

pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-

25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik

Pengobatan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada

penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya

akan tetapi karena beberapa alasan yaitu

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum

pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

Fluorokuinolon

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 5: Presentasi Kasus Pneumonia

Diagnosis Banding

1 TB paru2 Sindrom Dispepsia3 PPOK

Pemeriksaan Anjuran

1 Cek BTA sputum2 Spirometri3 Cek LED

Tatalaksana

13 April 2014

1 O2 2-4 Lpm2 Lasix 2x23 Inh Combiven 8jam4 NaCl 24jam5 Flumucil 2x16 Aminoral 3x27 As Folat 2x18 Bignat 3x1

14 April 2014

1 O2 3Lpm2 NaCl 12 jam3 Cefriaxon 1x2 mg4 Retafil 3x15 Salbutamol 3x2 mg6 Furosemide iv7 Pansoprazole drip

Prognosis

1 Ad vitam ad bonam2 Ad functionam dubia ad bonam3 Ad sanationam dubia ad bonam

PNEUMONIA

Defenisi

Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan

oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh

nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan toksik obat-obatan dan lain-lain)

disebut pneumonitis

Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri virus

jamur dan protozoa Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar

negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak

disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri

anaerob Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri

yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram

negatif

Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan

Jakarta Surabaya Malang dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan dan metode

pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut

o Klebsiella pneumoniae 4518

o Streptococcus pneumoniae 1404

o Streptococcus viridans 921

o Staphylococcus aureus 9

o Pseudomonas aeruginosa 856

o Steptococcus hemolyticus 789

o Enterobacter 526

o Pseudomonas spp 09

Cara pengambilan bahan

Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu

dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal

bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan

didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali

ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P

carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui

bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan

penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat

inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan

pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian

antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur

Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades

biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak

ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak

boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi

dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan

biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk

Patogenesis

Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini

disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya

tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi

di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak

permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan

1 Inokulasi langsung

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara

inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur

Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal

atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas

(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi

mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi

dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada

keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi

orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari

sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan

terjadi pneumonia

Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi

Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran

napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis

mikroorganisme yang sama

Patologi

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang

berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit

sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak

bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis

sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan

antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu

1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema

2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah

3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN

yang banyak

4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan

alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan

Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas

Klasifikasi Pneumonia

1 Berdasarkan klinis dan epideologis

a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)

c Pneumonia aspirasi

d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk

memudahkan penatalaksanaan

2 Berdasarkan bakteri penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada

penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)

3 Berdasarkan predileksi infeksi

a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder

disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses

keganasan

b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus

c Pneumonia interstisial

Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di

bawah ini

Kriteria minor

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg

bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg

Kriteria mayor adalah sebagai berikut

bull Membutuhkan ventilasi mekanik

bull Infiltrat bertambah gt 50

bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)

bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal

atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis

Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT

Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia

komuniti adalah

1 Skor PORT lebih dari 70

2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu

dari kriteria dibawah ini

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

Tekanan sistolik lt 90 mmHg

Tekanan diastolik lt 60 mmHg

3 Pneumonia pada pengguna NAPZA

DIAGNOSIS

1 Gambaran klinis

a Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat

dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah

sesak napas dan nyeri dada

b Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat

terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada

perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang

mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium

resolusi

Pemeriksaan penunjang

a Gambaran radiologis

Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air

broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja

tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke

arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh

Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan

konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

b Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari

10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat

pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-

25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik

Pengobatan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada

penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya

akan tetapi karena beberapa alasan yaitu

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum

pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

Fluorokuinolon

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 6: Presentasi Kasus Pneumonia

PNEUMONIA

Defenisi

Secara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan

oleh mikroorganisme (bakteri virus jamur parasit) Pneumonia yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh

nonmikroorganisme (bahan kimia radiasi aspirasi bahan toksik obat-obatan dan lain-lain)

disebut pneumonitis

Etiologi

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri virus

jamur dan protozoa Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita oleh masyarakat luar

negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif sedangkan pneumonia di rumah sakit banyak

disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri

anaerob Akhir-akhir ini laporan dari beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri

yang ditemukan dari pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram

negatif

Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan

Jakarta Surabaya Malang dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan dan metode

pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda didapatkan hasil pemeriksaan sputum sebagai berikut

o Klebsiella pneumoniae 4518

o Streptococcus pneumoniae 1404

o Streptococcus viridans 921

o Staphylococcus aureus 9

o Pseudomonas aeruginosa 856

o Steptococcus hemolyticus 789

o Enterobacter 526

o Pseudomonas spp 09

Cara pengambilan bahan

Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu

dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal

bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan

didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali

ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P

carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui

bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan

penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat

inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan

pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian

antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur

Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades

biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak

ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak

boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi

dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan

biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk

Patogenesis

Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini

disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya

tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi

di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak

permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan

1 Inokulasi langsung

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara

inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur

Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal

atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas

(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi

mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi

dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada

keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi

orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari

sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan

terjadi pneumonia

Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi

Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran

napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis

mikroorganisme yang sama

Patologi

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang

berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit

sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak

bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis

sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan

antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu

1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema

2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah

3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN

yang banyak

4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan

alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan

Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas

Klasifikasi Pneumonia

1 Berdasarkan klinis dan epideologis

a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)

c Pneumonia aspirasi

d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk

memudahkan penatalaksanaan

2 Berdasarkan bakteri penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada

penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)

3 Berdasarkan predileksi infeksi

a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder

disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses

keganasan

b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus

c Pneumonia interstisial

Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di

bawah ini

Kriteria minor

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg

bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg

Kriteria mayor adalah sebagai berikut

bull Membutuhkan ventilasi mekanik

bull Infiltrat bertambah gt 50

bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)

bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal

atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis

Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT

Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia

komuniti adalah

1 Skor PORT lebih dari 70

2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu

dari kriteria dibawah ini

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

Tekanan sistolik lt 90 mmHg

Tekanan diastolik lt 60 mmHg

3 Pneumonia pada pengguna NAPZA

DIAGNOSIS

1 Gambaran klinis

a Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat

dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah

sesak napas dan nyeri dada

b Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat

terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada

perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang

mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium

resolusi

Pemeriksaan penunjang

a Gambaran radiologis

Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air

broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja

tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke

arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh

Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan

konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

b Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari

10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat

pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-

25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik

Pengobatan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada

penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya

akan tetapi karena beberapa alasan yaitu

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum

pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

Fluorokuinolon

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 7: Presentasi Kasus Pneumonia

Cara pengambilan bahan

Cara pengambilan bahan untuk pemeriksaan bakteriologik dapat secara noninvasif yaitu

dibatukkan (dahak) atau dengan cara invasif yaitu aspirasi transtorakal aspirasi transtrakeal

bilasan sikatan bronkus dan BAL Diagnosis pasti bila dilakukan dengan cara yang steril bahan

didapatkan dari darah cairan pleura aspirasi transtrakeal atau aspirasi transtorakal kecuali

ditemukan bakteri yang bukan koloni di saluran napas atas seperti M tuberkulosis Legionella P

carinii Diagnosis tidak pasti (kemungkinan) dahak bahan yang didapatkan melalui

bronkoskopi (BAL sikatan bilasan bronkus dll) Cara invasif walaupun dapat menemukan

penyebab pasti tidak dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat

inap dianjurkan hanya digunakan pada kasus tertentu Untuk penderita rawat inap dianjurkan

pemeriksaan rutin kultur dahak pada kasus berat sebaiknya dilakukan sebelum pemberian

antibiotik Pemeriksaan Gram harus dilakukan sebelum pemeriksaan kultur

Cara pengambilan amp pengiriman dahak yang benar

Pengambilan dahak dilakukan pagi hari Pasien mula-mula kumur-kumur dengan akuades

biasa setelah itu pasien diminta inspirasi dalam kemudian membatukkan dahaknya Dahak

ditampung dalam botol steril dan ditutup rapat Dahak segera dikirim ke labolatorium (tidak

boleh lebih dari 4 jam) Jika terjadi kesulitan mengeluarkan dahak dapat dibantu nebulisasi

dengan NaCl 3Kriteria dahak yang memenuhi syarat untuk pemeriksaan apusan langsung dan

biarkan yaitu bila ditemukan sel PMN gt 25lpk dan sel epitel lt 10lpk

Patogenesis

Dalam keadaan sehat tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru Keadaan ini

disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya

tahan tubuh mikroorganisme dapat berkembang biak dan menimbulkan penyakit Resiko infeksi

di paru sangat tergantung pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak

permukaan epitel saluran napas Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan

1 Inokulasi langsung

2 Penyebaran melalui pembuluh darah

3 Inhalasi bahan aerosol

4 Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara

inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur

Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal

atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas

(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi

mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi

dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada

keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi

orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari

sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan

terjadi pneumonia

Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi

Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran

napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis

mikroorganisme yang sama

Patologi

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang

berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit

sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak

bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis

sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan

antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu

1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema

2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah

3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN

yang banyak

4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan

alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan

Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas

Klasifikasi Pneumonia

1 Berdasarkan klinis dan epideologis

a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)

c Pneumonia aspirasi

d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk

memudahkan penatalaksanaan

2 Berdasarkan bakteri penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada

penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)

3 Berdasarkan predileksi infeksi

a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder

disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses

keganasan

b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus

c Pneumonia interstisial

Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di

bawah ini

Kriteria minor

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg

bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg

Kriteria mayor adalah sebagai berikut

bull Membutuhkan ventilasi mekanik

bull Infiltrat bertambah gt 50

bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)

bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal

atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis

Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT

Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia

komuniti adalah

1 Skor PORT lebih dari 70

2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu

dari kriteria dibawah ini

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

Tekanan sistolik lt 90 mmHg

Tekanan diastolik lt 60 mmHg

3 Pneumonia pada pengguna NAPZA

DIAGNOSIS

1 Gambaran klinis

a Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat

dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah

sesak napas dan nyeri dada

b Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat

terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada

perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang

mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium

resolusi

Pemeriksaan penunjang

a Gambaran radiologis

Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air

broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja

tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke

arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh

Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan

konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

b Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari

10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat

pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-

25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik

Pengobatan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada

penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya

akan tetapi karena beberapa alasan yaitu

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum

pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

Fluorokuinolon

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 8: Presentasi Kasus Pneumonia

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara Kolonisasi Secara

inhalasi terjadi pada infeksi virus mikroorganisme atipikal mikrobakteria atau jamur

Kebanyakan bakteri dengan ukuran 05 -20 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal

atau alveol dan selanjutnya terjadi proses infeksi Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas

(hidung orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi

mikroorganisme hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru Aspirasi

dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50 ) juga pada

keadaan penurunan kesadaran peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse) Sekresi

orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10ml sehingga aspirasi dari

sebagian kecil sekret (0001 - 11 ml) dapat memberikan titer inokulum bakteri yang tinggi dan

terjadi pneumonia

Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau aspirasi

Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas sama dengan di saluran

napas bagian bawah akan tetapi pada beberapa penelitian tidak di temukan jenis

mikroorganisme yang sama

Patologi

Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang

berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit

sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi Sel-sel PMN mendesak

bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain melalui psedopodosis

sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan Pada waktu terjadi peperangan

antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik yaitu

1 Zona luar alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema

2 Zona permulaan konsolidasi terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah

3 Zona konsolidasi yang luas daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN

yang banyak

4 Zona resolusie daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati leukosit dan

alveolar makrofag Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan

Gray hepatization ialah konsolodasi yang luas

Klasifikasi Pneumonia

1 Berdasarkan klinis dan epideologis

a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)

c Pneumonia aspirasi

d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk

memudahkan penatalaksanaan

2 Berdasarkan bakteri penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada

penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)

3 Berdasarkan predileksi infeksi

a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder

disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses

keganasan

b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus

c Pneumonia interstisial

Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di

bawah ini

Kriteria minor

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg

bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg

Kriteria mayor adalah sebagai berikut

bull Membutuhkan ventilasi mekanik

bull Infiltrat bertambah gt 50

bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)

bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal

atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis

Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT

Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia

komuniti adalah

1 Skor PORT lebih dari 70

2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu

dari kriteria dibawah ini

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

Tekanan sistolik lt 90 mmHg

Tekanan diastolik lt 60 mmHg

3 Pneumonia pada pengguna NAPZA

DIAGNOSIS

1 Gambaran klinis

a Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat

dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah

sesak napas dan nyeri dada

b Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat

terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada

perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang

mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium

resolusi

Pemeriksaan penunjang

a Gambaran radiologis

Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air

broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja

tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke

arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh

Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan

konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

b Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari

10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat

pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-

25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik

Pengobatan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada

penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya

akan tetapi karena beberapa alasan yaitu

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum

pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

Fluorokuinolon

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 9: Presentasi Kasus Pneumonia

Klasifikasi Pneumonia

1 Berdasarkan klinis dan epideologis

a Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)

b Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia nosocomial pneumonia)

c Pneumonia aspirasi

d Pneumonia pada penderita Immunocompromised pembagian ini penting untuk

memudahkan penatalaksanaan

2 Berdasarkan bakteri penyebab

a Pneumonia bakterial tipikal Dapat terjadi pada semua usia Beberapa bakteri

mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka misalnya Klebsiella pada

penderita alkoholik Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza

b Pneumonia atipikal disebabkan Mycoplasma Legionella dan Chlamydia

c Pneumonia virus

d Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder Predileksi terutama pada

penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)

3 Berdasarkan predileksi infeksi

a Pneumonia lobaris Sering pada pneumania bakterial jarang pada bayi dan orang tua

Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder

disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses

keganasan

b Bronkopneumoni ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru Dapat

disebabkan oleh bakteria maupun virus Sering pada bayi dan orang tua Jarang

dihubungkan dengan obstruksi bronkus

c Pneumonia interstisial

Menurut ATS kriteria pneumonia berat bila dijumpai salah satu atau lebih kriteria di

bawah ini

Kriteria minor

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg

bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg

Kriteria mayor adalah sebagai berikut

bull Membutuhkan ventilasi mekanik

bull Infiltrat bertambah gt 50

bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)

bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal

atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis

Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT

Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia

komuniti adalah

1 Skor PORT lebih dari 70

2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu

dari kriteria dibawah ini

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

Tekanan sistolik lt 90 mmHg

Tekanan diastolik lt 60 mmHg

3 Pneumonia pada pengguna NAPZA

DIAGNOSIS

1 Gambaran klinis

a Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat

dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah

sesak napas dan nyeri dada

b Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat

terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada

perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang

mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium

resolusi

Pemeriksaan penunjang

a Gambaran radiologis

Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air

broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja

tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke

arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh

Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan

konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

b Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari

10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat

pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-

25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik

Pengobatan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada

penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya

akan tetapi karena beberapa alasan yaitu

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum

pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

Fluorokuinolon

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 10: Presentasi Kasus Pneumonia

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

bull Tekanan sistolik lt 90 mmHg

bull Tekanan diastolik lt 60 mmHg

Kriteria mayor adalah sebagai berikut

bull Membutuhkan ventilasi mekanik

bull Infiltrat bertambah gt 50

bull Membutuhkan vasopresor gt 4 jam (septik syok)

bull Kreatinin serum gt 2 mgdl atau peningkatan gt 2 mgdI pada penderita riwayat penyakit ginjal

atau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis

Tabel 1 Sistem skor pada pneumonia komuniti berdasarkan PORT

Berdasar kesepakatan PDPI kriteria yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia

komuniti adalah

1 Skor PORT lebih dari 70

2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu

dari kriteria dibawah ini

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

Tekanan sistolik lt 90 mmHg

Tekanan diastolik lt 60 mmHg

3 Pneumonia pada pengguna NAPZA

DIAGNOSIS

1 Gambaran klinis

a Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat

dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah

sesak napas dan nyeri dada

b Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat

terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada

perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang

mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium

resolusi

Pemeriksaan penunjang

a Gambaran radiologis

Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air

broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja

tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke

arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh

Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan

konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

b Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari

10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat

pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-

25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik

Pengobatan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada

penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya

akan tetapi karena beberapa alasan yaitu

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum

pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

Fluorokuinolon

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 11: Presentasi Kasus Pneumonia

2 Bila skor PORT kurang lt 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah satu

dari kriteria dibawah ini

bull Frekuensi napas gt 30menit

bull Pa02FiO2 kurang dari 250 mmHg

bull Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral

bull Foto toraks paru melibatkan gt 2 lobus

Tekanan sistolik lt 90 mmHg

Tekanan diastolik lt 60 mmHg

3 Pneumonia pada pengguna NAPZA

DIAGNOSIS

1 Gambaran klinis

a Anamnesis

Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam menggigil suhu tubuh meningkat

dapat melebihi 40 ˚C batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-kadang disertai darah

sesak napas dan nyeri dada

b Pemeriksaan fisik

Temuan pemeriksaan fisis dada tergantung dari luas lesi di paru Pada inspeksi dapat

terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas pasa palpasi fremitus dapat mengeras pada

perkusi redup pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial yang

mungkin disertai ronki basah halus yang kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium

resolusi

Pemeriksaan penunjang

a Gambaran radiologis

Foto toraks (PAlateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan

diagnosis Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air

broncogram penyebab bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti Foto toraks saja

tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia hanya merupakan petunjuk ke

arah diagnosis etiologi misalnya gambaran pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh

Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan

konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

b Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari

10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat

pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-

25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik

Pengobatan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada

penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya

akan tetapi karena beberapa alasan yaitu

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum

pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

Fluorokuinolon

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 12: Presentasi Kasus Pneumonia

Steptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral

atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukkan

konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus

b Pemeriksaan labolatorium

Pada pemeriksaan labolatorium terdapat peningkatan jumlah leukosit biasanya lebih dari

10000ul kadang-kadang mencapai 30000ul dan pada hitungan jenis leukosit terdapat

pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED Untuk menentukan diagnosis etiologi

diperlukan pemeriksaan dahak kultur darah dan serologi Kultur darah dapat positif pada 20-

25 penderita yang tidak diobati Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan hikarbia

pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik

Pengobatan

Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif Pemberian antibiotik pada

penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya

akan tetapi karena beberapa alasan yaitu

1 penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

2 bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab pneumonia

3 hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu

Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris Secara umum

pemilihan antibiotik berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dapat dilihat sebagai berikut

Penisilin sensitif Streptococcus pneumonia (PSSP)

1048707 Golongan Penisilin

1048707 TMP-SMZ

1048707 Makrolid

Penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP)

1048707 Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)

1048707 Sefotaksim Seftriakson dosis tinggi

1048707 Marolid baru dosis tinggi

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

Fluorokuinolon

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 13: Presentasi Kasus Pneumonia

Pseudomonas aeruginosa

1048707 Aminoglikosid

1048707 Seftazidim Sefoperason Sefepim

1048707 Tikarsilin Piperasilin

1048707 Karbapenem Meropenem Imipenem

1048707 Siprofloksasin Levofloksasin

Methicillin resistent Staphylococcus aureus (MRSA)

1048707 Vankomisin

1048707 Teikoplanin

1048707 Linezolid

Hemophilus influenzae

1048707 TMP-SMZ

1048707 Azitromisin

1048707 Sefalosporin gen 2 atau 3

1048707 Fluorokuinolon respirasi

Legionella

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

1048707 Rifampisin

Mycoplasma pneumoniae

1048707 Doksisiklin

1048707 Makrolid

1048707 Fluorokuinolon

Chlamydia pneumoniae

1048707 Doksisikin

1048707 Makrolid

Fluorokuinolon

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 14: Presentasi Kasus Pneumonia

Bila dengan pengobatan secara empiris tidak ada perbaikan memburuk maka pengobatan

disesuaikan dengan bakteri penyebab dan uji sensitiviti

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 15: Presentasi Kasus Pneumonia

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi

bull Efusi pleura

bull Empiema

bull Abses Paru

bull Pneumotoraks

bull Gagal napas

bull Sepsis

Prognosis

Pada umumnya prognosis adalah baik tergantung dari faktor penderita bakteri penyebab

dan penggunaan antibiotik yang tepat serta adekuat Perawatan yang baik dan intensif sangat

mempengaruhi prognosis penyakit pada penderita yang dirawat Angka kematian penderita

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 16: Presentasi Kasus Pneumonia

pneumonia komuniti kurang dari 5 pada penderita rawat jalan sedangkan penderita yang

dirawat di rumah sakit menjadi 20 Menurut Infectious Disease Society Of America ( IDSA )

angka kematian pneumonia komuniti pada rawat jalan berdasarkan kelas yaitu kelas I 01 dan

kelas II 06 dan pada rawat inap kelas III sebesar 28 kelas IV 82 dan kelas V 292 Hal

ini menunjukkan bahwa meningkatnya risiko kematian penderita pneumonia komuniti dengan

peningkatan risiko kelas Di RS Persahabatan pneumonia rawat inap angka kematian tahun 1998

adalah 138 tahun 1999 adalah 21 sedangkan di RSUD Dr Soetomo angka kematian 20 -

35

Pencegahan

bull Pola hidup sebut termasuk tidak merokok

bull Vaksinasi (vaksin pneumokokal dan vaksin influenza)

Sampai saat ini masih perlu dilakukan penelitian tentang efektivitinya Pemberian vaksin

tersebut diutamakan untuk golongan risiko tinggi misalnya usia lanjut penyakit kronik

diabetes penyakit jantung koroner PPOK HIV dll Vaksinasi ulang direkomendasikan setelah

gt 2 tahun Efek samping vaksinasi yang terjadi antara lain reaksi lokal dan reaksi yang jarang

terjadi yaitu hipersensitiviti tipe 3

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 17: Presentasi Kasus Pneumonia

Daftar Pustaka

1 Sudoyo AW et al Pneumonia Jakarta Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 2009

2 Hariadi S et al Pneumonia KomunitiJakara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

2003

3 Priyanti ZS et al Pneumonia Nosokomial Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan

di Indonesia Jakarta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2005

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014

Page 18: Presentasi Kasus Pneumonia

LAPORAN PRESENTASI KASUS KOASS INTERNA

(Periode 31 Maret ndash 7 Juni 2014)

PNEUMONIA

Disusun oleh

Selviandi

1102009261

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSUD Pasar Rebo

Pembimbing

Dr Eva Sri Diana SpP

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD PASAR REBO JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

April 2014