PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

18
PRESENTASI KASUS DERMATITIS KONTAK IRITAN Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo Diajukan Kepada : dr. H. Aris Budiarso, Sp.KK Disusun Oleh : Ewo Jatmiko 20100310006 BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN BADAN RUMAH SAKIT DAERAH WONOSOBO FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 1

description

dki paederin

Transcript of PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

Page 1: PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

PRESENTASI KASUS

DERMATITIS KONTAK IRITAN

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam MengikutiProgram Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

Badan Rumah Sakit Daerah Wonosobo

Diajukan Kepada :

dr. H. Aris Budiarso, Sp.KK

Disusun Oleh :

Ewo Jatmiko

20100310006

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

BADAN RUMAH SAKIT DAERAH WONOSOBO

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

YOGYAKARTA

2015

1

Page 2: PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui Presentasi Kasus dengan judul :

DERMATITIS KONTAK IRITAN

Tanggal : Desember 2015

Tempat : RSUD KRT Setjonegoro, Wonosobo

Oleh :

Ewo Jatmiko

20100310006

Disahkan oleh :

Dokter Pembimbing

dr. H. Aris Budiarso, Sp.KK

2

Page 3: PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, petunjuk

dan kemudahan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

presentasi kasus “Dermatitis Kontak Iritan”.

Presentasi kasus ini terwujud atas bimbingan serta pengarahan dari berbagai

pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih

yang tak ternilai kepada:

1. dr. H. Aris Budiarso, Sp.KK selaku dosen pembimbing bagian Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD KRT Setjonegoro Wonosobo yang

telah mengarahkan dan membimbing dalam menjalani stase serta dalam

penyusunan presentasi kasus ini.

2. Perawat bagian poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Setjonegoro

Wonosobo.

3. Rekan-rekan Co-Assisten atas bantuan dan kerjasamanya.

4. Dan seluruh pihak-pihak terkait yang membantu penyelesaian presentasi

kasus ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Dalam penyusunan presentasi kasus ini, penulis menyadari masih terdapat

banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun

demi kesempurnaan penyusunan presus di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Wonosobo, Oktober 2015

Penulis

3

Page 4: PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

DAFTAR ISI

PRESENTASI KASUS 1

HALAMAN PENGESAHAN 2

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI 4

BAB I 5

PENDAHULUAN 5

BAB II 7

LAPORAN KASUS 7

BAB III 9

PEMBAHASAN 9

BAB IV 11

KESIMPULAN 11

DAFTAR PUSTAKA 12

4

Page 5: PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

BAB I

PENDAHULUAN

Dermatitis adalah peradangan kulit baik epidermis maupun dermis sebagai

respon terhadap pengaruh faktor endogen dan atau faktor eksogen, menimbulkan

kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,

skuama, likenifikasi) dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan,

bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung memiliki

perjalanan yang lama atau kronis dan resitif atau berulang.1

Dermatitis Kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh kontak dengan

suatu zat/ bahan tertentu yang menempel pada kulit, dan menyebabkan alergi atau

reaksi iritasi. ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas

yang tegas. Dermatitis kontak adalah jenis dermatitis yang paling banyak diderita

manusia, diperkirakan 70% penyakit dermatitis merupakan jenis ini. Terdapat 2 jenis

dermatitis yaitu dermatitis kontak iritan (DKI), dan dermatitis kontak alergi (DKA).1

Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai

golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Jumlah penderita dermatitis kontak iritan

diperkirakan cukup banyak, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan, namun

jumlahnya sulit diketahui.1

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), seperti misalnya bahan

kimia, iritasi karena sabun, kosmetik, parfum dan logam, fisik (sinar),

mikroorganisme (bakteri, jamur), ataupun dari dalam (endogen), misalnya dermatitis

atopic. Sebagian lain tidak diketahui secara pasti etiologi.3

Penyebab dermatitis kontak iritan biasanya adalah bahan yang bersifat iritan,

misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, serbuk kayu atau

bahkan toksin serangga. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan ukuran molekul,

daya larut, konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor

lain. Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak, kekerapan (terus menerus atau

5

Page 6: PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

berselang), adanya oklusi yang menyebabkan kulit permeable, demikian pula gesekan

dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga berpengaruh.3

Faktor individu juga ikut berpengaruh misalnya perbedaan ketebalan kulit di

berbagai lokasi menyebabkan perbedaan permeabilitas, usia juga ikut berpengaruh

(anak 8 tahun dan usai lanjut lebih mudah teriritasi), ras (kulit hitam lebih tahan

dibandingkan dengan kulit putih), jenis kelamin (insidens DKI lebih banyak pada

wanita).1,3

Tomcat (paederus sp) merupakan serangga dari genus Paederus, family

Staphyllinidae, ordo Coleoptae, kelas Insecta. Paederus sp bersifat nocturnal,

Paederus sp tidak menggigit dan tidak menyengat. Paederus sp memiliki cairan

hemolimfe dalam tubuhnya yaitu paederin. Paederin merupakan vesicant aktif yang

sangat ampuh menyebabkan reaksi pada kulit dalam 24 jam setelah kontak. Paederin

yang berumus kimia C25H45O9N adalah sebuah struktur amida dengan dua cincin

tetrahydropyran.4,5

6

Page 7: PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang perempuan berusia 57 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin

RSUD KRT Setjonegoro dengan keluhan leher terasa perih (terbakar) dan panas.

Keluhan muncul secara tiba-tiba dengan gambaran menakutkan. Keluhan sudah

dirasakan 3 hari. Awalnya pasien merasakan perubahan pada kulit disekitar leher

disertai sedikit rasa gatal, selanjutnya timbul kemerahan disekitar leher dan timbul

lepuh-lepuh kecil serta rasa perih (terbakar) dan panas. Keluhan pertama kali muncul

di leher dan tidak menjalar daerah lain serta tidak hilang timbul. Keluhan sekarang

berupa perih (terbakar) dan panas tanpa adanya rasa gatal. Pasien juga mengatakan

bahwa kelainan basah jika lepuh-lepuh pecah.

Pasien tidak memiliki riwayat demam, lemas dan lesu sebelum timbulnya

keluhan. Nafsu makan pasien baik. Pasien mengatakan beberapa hari yang lalu saat

tidur di malam hari pasien merasa ada serangga yang melintas disekitar leher. Dalam

beberapa hari terakhir pasien tidur dalam kamar yang terang dengan ventilasi jendela

yang sedikit terbuka. Di daerah tempat tinggal pasien masih terdapat sawah dan

tanaman lainnya. Pasien menyangkal adanya riwayat alergi. Pasien baru pertama kali

mengalami keluhan seperti ini. Pasien belum pernah periksa sebelumnya, tetapi

dirumah pasien minum acyclovir karena pasien mencurigai kelainannya itu sebagai

herpes zoster.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, dan

keadaan umum pasien baik. Pada pemeriksaan status dermatologi ditemukan

efloresensi berupa pada leher bagian kanan terdapat patch eritem, bentuk bervariasi,

batas tidak tegas, tepi ireguler, jumlah multiple, susunan linier, dengan pustule di

daerah tepi bentuk bulat, ukuran miliar, batas tegas, tepi regular, susunan linier,

multiple, lokalisata, dan disertai jaringan nekrotik. Terdapat gambaran “kissing

lession”.

7

Page 8: PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

Diagnosis banding pada kasus ini adalah dermatitis kontak alergi dan herpes

zoster. Karena memiliki manifestasi klinis yang hampir sama.

Penatalaksanaan pada pasien ini dibagi dalam penatalaksanaan non

medikamentosa dan medikamentosa. Dalam penatalaksanaan non medikamentosa

yaitu tentang edukasi terhadap pasien dan menghindari pajanan terhadap Tomcat

(Paederus sp), menghindari agar tidak menggaruk lesi, dan menjaga kebersihan lesi.

Dalam penatalaksanaan medikamentosa diberikan obat sistemik dan topical,

untuk sistemik diberikan antihistamin yaitu Cetirizine 1 x 10 mg selama 7 hari, dan

kortikosteroid yaitu Methylprednisolone 3 x 4 mg selama 7 hari. Untuk topical

diberikan Mometasone Furoate 0,1% cream.

8

Page 9: PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

BAB III

PEMBAHASAN

Diagnosis dermatitis kontak iritan ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan

pemeriksaan fisik dan status dermatologis. Pada kasus Ny. S datang ke poliklinik

kulit dan kelamin dengan keluhan utama perih (seperti terbakar) dan panas disekitar

leher. Keluhan muncul secara tiba-tiba dengan gambaran menakutkan Awalnya

pasien merasakan perubahan pada kulit disekitar leher disertai sedikit rasa gatal,

selanjutnya timbul kemerahan disekitar leher dan timbul lepuh-lepuh kecil serta rasa

perih (terbakar) dan panas. Keluhan sudah dirasakan 3 hari. Pasien mengatakan

beberapa hari yang lalu saat tidur di malam hari pasien merasa ada serangga yang

melintas disekitar leher.

Hal ini sesuai dengan tanda dan gejala dermatitis kontak iritan seperti tanda

peradangan di tempat terjadinya kontak dengan kulit seperti eritema, edema, panas,

perih (terbakar). Perbedaan dengan dermatitis kontak alergi adalah pada DKI

keluham utama adalah gatal, nyeri dan perih (tersengat ataupun terbakar), sedangkan

pada DKA keluhan utama adalah nyeri dan gatal. Lesi pada DKI berupa terbatas pada

daerah yang terpapar bahan iritan, sedangkan lesi DKA dapat melebihi daerah yang

terpapar alergen. Bahan penyebab DKA adalah bahan iritan, tergantung pada

konsentrasi dan letak kulit yang terpapar, dan semua orang bisa kena, sedangkan pada

bahan penyebab DKI adalah bahan alergen, tidak tergantung konsentrasi bahan,

hanya pada orang yang mengalami hipersensitivitas yang dapat terkena.

Pada herpes zoster karakteristik khas yang sangat membedakan dengan

dermatitis kontak iritan e.c paederin adalah keluhan utama berupa nyeri menajalar,

kemudian distribusi erupsi sejajar dengan dermatom, serta bersifat unilateral, hal ini

jelas berbeda debgab nyeri terbakar atau tersengat yang merupakan gejala subjektif

dan gejala dominan dari dermatitis kontak iritan e.c paederin.

9

Page 10: PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

Pada pemeriksaan fisik dan status dermatologis didapatkan ditemukan

efloresensi berupa pada leher bagian kanan terdapat patch eritem, bentuk bervariasi,

batas tidak tegas, tepi ireguler, jumlah multiple, susunan linier, dengan pustule di

daerah tepi bentuk bulat, ukuran miliar, batas tegas, tepi regular,susunan linier,

multiple, lokalisata, dan disertai jaringan nekrotik. Terdapat gambaran “kissing

lession”.Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik (status dermatologis) maka

dapat diambil diagnosis dermatitis kontak iritan e.c paederin.

Pada pasien ini mendapatkan penatalaksanaan berupa non medikamentosa dan

medikamentosa. Untuk pengobatan non mendikamentosa pasien diberi pengetahuan

serta menghindari pajanan terhadap Tomcat (Paederus sp), menyarankan pasien

untuk tidak menggaruk lesi, serta menjaga kebersihan lesi. Untuk pengobatan

medikamentosa dibagi dalam 2 macam pengobatan yaitu sistemik dan topical. Obat

sistemik yaitu Cetirizine 1 x 10 mg dan Methylprednisolone 3 x 4 mg, sedangkan

topical menggunakan Mometasone Furoate 0,1% cream.

Hal ini sesuai dengan pengobatan dermatitis yaitu meliputi non

medikamentosa dan medikamentosa. Untuk pengobatan non medikamentosa yang

terpenting adalah menghindari pajanan atau penyebab dari bahan iritan, pada kasus

ini adalah paederin yang terdapat dalam tubuh Tomcat (Paederus sp). Untuk

pengobatan medikamentosa bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi

keluhan dan gejala, serta menekan peradangan. Untuk pengobatan sistemik pada

kasus yang ringan dapat diberikan antihistamin. Pada kasus akut dan berat dapat

diberikan kortikosteroid. Untuk pengobatan topical dapat diberikan kortikosteroid

untuk mengatasi peradangan.

Pada kasus ini umumnya prognosisnya baik jika penderita mampu

menghindari pajanan atau penyebab dari bahan iritan yaitu paederin. Bila hal ini

dilaksanakan dengan sempurna maka tidak akan terjadi komplikasi.

10

Page 11: PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

BAB IV

KESIMPULAN

Dermatitis adalah peradangan kulit baik epidermis maupun dermis sebagai

respon terhadap pengaruh faktor endogen dan atau faktor eksogen, menimbulkan

kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel,

skuama, likenifikasi). Dermatitis Kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh

kontak dengan suatu zat/ bahan tertentu yang menempel pada kulit, dan menyebabkan

alergi atau reaksi iritasi. ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali

memiliki batas yang tegas.

Tomcat (paederus sp) merupakan serangga dari genus Paederus, family

Staphyllinidae, ordo Coleoptae, kelas Insecta. Paederus sp bersifat nocturnal,

paederus sp tidak menggigit dan tidak menyengat. Paederus sp memiliki cairan

hemolimfe dalam tubuhnya yaitu paederin. Paederin merupakan vericant aktif yang

sangat ampuh menyebabkan reaksi pada kulit dalam 24 jam setelah kontak.

Gejala utama dermatitis kontak iritan karena paederin adalah lesi kulit yang

muncul tiba-tiba dengan gambaran menakutkan, selain itu timbul gejala seperti

tersengat atau terbakar yang merupaka tanda gejala subjektif yang serinng ditemukan.

Pruritus jarang terjadi, tapi masih ditemukan. Riwayat kontak dengan Tomcat

“Paederus sp” merupakan tanda yang sangat membantu dalam membuat diagnosis.

Tomcat “Paederus sp” bersifat nocturnal maka kontak dengan pasien terjadi saat

pasien tidur sehingga biasanya pasien menyangkal adanya riwayat kontak.

11

Page 12: PRESENTASI KASUS Dermatitis Kontak Iritan

DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito, S.A dan Suria Djuanda, editors. Dermatitis. In: Djuanda A, Mochtar H,

Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2011.

2. Wolff C, Richard A.J, and Dick S, editor. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis Of

Clinical Dermatology. 5th ed. New York: McGraw – Hill; 2005.

3. Bourke J, Coulson I, and English J. Guidelines For The Management Of Contact

Dermatitis: An Update. London: British Journal of Dermatology; 2008.

4. Taneja A, Nayak S, and Shenoi S.D. Clinical and epidemiological study of

Paederus dermatitis in Manipal, India. Journal of Pakistan Association of

Dermatologists; 2013.

5. Nikhita R, Srithilak R, and Radhakrishnan M.V. Prevalence of Paederus spp.

(Coleoptera; Staphylinidae) and dermatitis in Annamalainagar, Chidambaram,

Tamilnadu. Journal of Entomology and Zoology Studies; 2014.

12