PR-Reza Hermawan.pdf
Transcript of PR-Reza Hermawan.pdf
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA TIMUR
JL. MATRAMAN RAYA NO. 218
PERIODE 11-28 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
REZA HERMAWAN SULISTOMO, S. Farm
1206313601
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
MARET 2013
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
ii Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA TIMUR
JL. MATRAMAN RAYA NO. 218
PERIODE 11-28 MARET 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker
REZA HERMAWAN SULISTOMO, S. Farm.
1206313601
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
MARET 2013
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
iii Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh:
Nama (NPM) : Reza Hermawan Sulistomo, S. Farm.
NPM : 1206313601
Program Studi : Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Timur
Jl. Matraman Raya No. 218 Periode 11-28 Maret 2013
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas
Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dra. Dyan Sulistyorini, Apt. (………………....….)
Pembimbing : Dr. Harmita, Apt. (…………………….)
Penguji : ………………………... (………………....….)
Penguji : ……………………….. (……………….........)
Penguji : ....................................... (.................................)
Ditetapkan : ................
Tanggal : …………
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
iv Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia. Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan,
arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
2. Dr. Harmita, Apt., selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi dan ketua
Program Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah
membantu dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA
berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini.
3. Dr. Safaruddin, MARS selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melaksanakan PKPA.
4. Dra. Dyan Sulistyorini, Apt., selaku pembimbing PKPA dan Koordinator
Farmasi, Makanan, dan Minuman, Seksi Sumber Daya Kesehatan yang telah
membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA
berlangsung.
5. drg. Margaretha S.D.W., selaku Koordinator Tenaga Kesehatan yang telah
memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama
PKPA berlangsung.
6. drg. Roselyne Tobing, selaku Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan yang
telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama
PKPA berlangsung.
7. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang
telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
v Universitas Indonesia
8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
9. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan
moral dan finansial kepada penulis.
10. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 76 yang telah berjuang
bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas
Indonesia.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada
kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.
Penulis
2013
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
HALAMAN PERI\TYATAAI\I PERSETUJUAI\T PUBTIKASI TUGASAKIIIR TINTUK KEPENTINGAIT AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesi4 saya yang bertanda tangan dibawah ini:
demi pengembangan ilmu pengetahuaq menyetujui untuk memberikan kepadaUniversitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan KotaAdministrasi JaIGrta Timur Jalan Mahaman Raya No.2l8 Periode l l - 28 Maret2013
beserta perangkat yang ada (iika diperlukan). Dengan Hak Bebas RoyaltiNoneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,mengalihmedia/format-kara mengelola dalam bentuk pangkalan data (dafabase),
merawat dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan namasaya sebagai penuliVpencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian penryataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuatdi : DepokPada Tanggal : 2) Juli 2012
NamaNPMProgra$a StdiFakultasJenis Karya
Reza Hermawan Sulistomo1206313601Profesi ApotekerFamrasiLaporan Kerja Praktek
viii
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
vi Univeritas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2. Tujuan ......................................................................................................... 2
2. TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA
ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR .......................................................... 3
2.1. Instansi Kesehatan ..................................................................................... 3
2.2. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur .......................... 4
3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN .............. 14
3.1. Seksi Sumber Daya Kesehatan ................................................................. 14
3.2. Dasar Hukum ............................................................................................ 14
3.3. Ruang Lingkup ......................................................................................... 17
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 43
4.1. Bagian Tenaga Kesehatan ........................................................................ 44
4.2. Bagian Standarisasi Mutu Kesehatan ...................................................... 50
4.3. Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman ............................................... 54
5. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 72
5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 72
5.2. Saran ......................................................................................................... 73
DAFTAR ACUAN ..............................................................................................74
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
vii Univeritas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Grafik rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P-
IRT di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur
hingga bulan Maret 2013 ............................................................ 64
Gambar 4.2 Grafik rekapitulasi jumlah sarana toko obat yang berada di
wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga
bulan Maret 2013 ........................................................................ 67
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
viii Univeritas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan
Pulo Gadung ................................................................................ 45
Tabel 4.2. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan
Matraman .................................................................................... 45
Tabel 4.3. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan
Makasar ....................................................................................... 46
Tabel 4.4. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan
Duren Sawit ................................................................................ 46
Tabel 4.5. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan
Ciracas ......................................................................................... 47
Tabel 4.6. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan
Cakung ........................................................................................ 48
Tabel 4.7. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan
Cipayung ..................................................................................... 48
Tabel 4.8. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan
Jatinegara .................................................................................... 49
Table 4.9. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan
Kramat Jati .................................................................................. 49
Tabel 4.10. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan
Pasar Rebo .................................................................................. 50
Tabel 4.11. Jenis obat terbanyak dipakai di Puskesmas wilayah Jakarta
Timur ........................................................................................... 57
Tabel 4.12. Data jumlah apotek di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur
berdasarkan kecamatan ............................................................... 60
Tabel 4.13. Data jumlah apotek rakyat di wilayah Kota Administrasi Jakarta
Timur berdasarkan kecamatan .................................................... 60
Tabel 4.14. Data jumlah apoteker penanggung jawab apotek dan apoteker
pendamping berdasarkan data sarana dan prasarana di wilayah
Sudinkes Jakarta Timur ............................................................... 62
Tabel 4.15. Data jumlah sarana IRTP di berbagai kecamatan dalam
wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai
bulan Maret 2013 ........................................................................ 63
Tabel 4.16. Data jumlah Nomor P-IRT di berbagai kecamatan dalam
wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga
bulan Maret 2013 ........................................................................ 63
Tabel 4.17. Data rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P-
IRT di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur
hingga bulan Maret 2013 ............................................................ 64
Tabel 4.18. Data jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes
kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 ........ 66
Tabel 4.19. Data rekapitulasi sarana toko obat yang berada di wilayah
Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret
2013 ............................................................................................. 66
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
ix Univeritas Indonesia
Tabel 4.20. Hasil monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan
kesehatan di wilayah Jakarta Timur ............................................ 69
Tabel 4.21. Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2010... 76
Tabel 4.22. Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2011... 76
Tabel 4.23. Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2012... 78
Tabel 4.24. Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT hingga bulan
Maret 2013 .................................................................................. 78
Tabel 4.25. Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2010 ......................... 79
Tabel 4.26. Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2011 ......................... 79
Tabel 4.27. Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2012 ......................... 79
Tabel 4.28. Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2013 ......................... 79
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
x Univeritas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan ................................... 81
Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.. 82
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan
nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. Untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal, diperlukan penyelenggaraan pembangunan
kesehatan secara terpadu dan berkesinambungan, yang meliputi sumber daya dan
upaya kesehatan. Dalam hal ini, pemerintah bertanggung jawab dalam
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang No.36 tahun 2009, pemerintah bertanggung
jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun
sosial bagi masyarakat, ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil
dan merata, ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas
pelayanan kesehatan, memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat
dalam segala bentuk upaya kesehatan, ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan
yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau untuk mencapai derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Berdasarkan Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah, bahwa dalam menghadapi perkembangan keadaan di dalam maupun
diluar negeri serta tantangan persaingan global, dipandang perlu
menyelenggarakan sistem otonomi daerah yang menjadikan Pemerintah Pusat
melakukan pendelegasian wewenang kepada Pemerintah Daerah. Kewenangan
Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah harus disertai dengan penyerahan
dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia
sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut. Salah satu pendelegasian
wewenang adalah dalam hal pengelolaan kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 25
Tahun 2000, 2000). Pembangunan Kesehatan yang diupayakan oleh Pemerintah
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
2
Provinsi DKI Jakarta diatur dalam suatu aturan, yaitu Sistem Kesehatan Daerah
(Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009, 2009). Pemerintah DKI Jakarta
melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009
mendirikan Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) di setiap Kota Administrasi yang
berada di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta
Selatan, dan Jakarta Timur. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur merupakan
perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta untuk
mempermudah tugas dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan binwasdal
(pembinaan, pengawasan, dan pengendalian) upaya-upaya kesehatan di Jakarta
Timur (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009).
Sebagai sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan,
apoteker memiliki peran dan fungsi dalam Suku Dinas Kesehatan. Peran dan
fungsi tersebut berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi cara
perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan pengendalian dari pelayanan
kesehatan, termasuk sarana dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu, Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur dalam mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA). Kegiatan PKPA dilaksanakan pada tanggal 7 - 28 Januari 2013
dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran profesi apoteker di
Suku Dinas Kesehatan, serta memberikan pengalaman.
1.2 Tujuan
Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta
Timur bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker:
a. Mengetahui tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Timur.
b. Mengetahui bagian Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kesehatan
Kota Administasi Jakarta Timur.
c. Mengetahui tugas dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas
Kesehatan Kota Administasi Jakarta Timur.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
2.1 Instansi Kesehatan
Ada beberapa instansi pemerintah yang khusus menangani bidang
kesehatan. Secara hirarki instansi tersebut dapat dibagi menjadi:
a. Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan (dahulu Departemen Kesehatan) merupakan
badan pelaksana pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri
Kesehatan. Kementerian Kesehatan berada di bawah Presiden, bertanggung jawab
kepada Presiden, bertugas membantu Presiden dan menyelenggarakan sebagian
urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di
tingkat nasional.
b. Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun
2009, 2009)
Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang
kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat
dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam
melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur
melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI
Jakarta.
c. Suku Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150
Tahun 2009, 2009)
Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi/Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada
tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas
yang diangkat dari pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
4
Universitas Indonesia
teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional
kepada Walikota Administrasi yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya.
d. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan
organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat,
dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan
yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan
derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan. Jumlah Puskesmas yang tercatat sampai saat ini sekitar 7.277 unit
Puskesmas Kecamatan dengan 1.818 unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang
rawat inap, 21.587 unit Puskesmas kelurahan, dan 5.084 unit Puskesmas keliling
untuk wilayah Jakarta Timur terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 78
Puskesmas Kelurahan.
2.2 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur (Peraturan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009)
Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem
sentralisasi menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang
pemerintah pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah
Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.
58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta
yang mengawali berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas
Kesehatan Masyarakat di tingkat Kotamadya, dan pada tahun 2009 dengan
Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi
Suku Dinas Kesehatan pasca restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi dimana
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
5
Universitas Indonesia
Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat
dilebur menjadi satu, yakni Suku Dinas Kesehatan.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas
Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan
pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh
seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara
operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi :
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) Suku Dinas.
b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.
c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan
lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan,
khusus, tradisional, dan keahlian.
d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar
Biasa (KLB).
e. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak
menular.
f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian.
g. Pelaksanaan surveilans kesehatan.
h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan.
i. Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan
kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan
pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku
Dinas.
k. Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi perizinan atau
rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
6
Universitas Indonesia
l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup
Kota Administrasi.
m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan
gizi dan kesehatan masyarakat.
n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan
pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan
lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan
khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi.
o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.
p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang.
q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan.
r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas.
s. Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan
fungsi Suku Dinas.
t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.
2.2.1 Visi dan Misi (Sudinkes Jaktim, 2009)
Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yaitu Jakarta Timur Sehat,
Mandiri dan Bermutu untuk semua. Misi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
adalah :
a. Meningkatkan kemampuan manajerial dan profesionalisme Sumber Daya
Manusia (SDM).
b. Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim.
c. Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai dengan perkembangan
teknologi.
d. Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, Lembaga
Swadaya Masyarakat, dan organisasi terkait.
e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
7
Universitas Indonesia
2.2.2. Sasaran Mutu (Sudinkes Jaktim, 2009)
Sasaran mutu yang ingin dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
adalah :
a. Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) SDM Sudinkes 100 %
terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu.
b. Binwasdal Program 100 % terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu.
c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan 12 hari kerja,
kecuali sarana kesehatan lingkungan 25 hari kerja.
d. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti.
e. Kepuasan pelanggan dengan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat)
minimal 2,51 atau dalam kategori baik.
2.2.3. Struktur Organisasi (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150
Tahun 2009, 2009)
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari :
a. Kepala Suku Dinas
b. Subbagian Tata Usaha
c. Seksi Kesehatan Masyarakat
d. Seksi Pelayanan Kesehatan
e. Seksi Sumber Daya Kesehatan
f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan
g. Sub kelompok Jabatan Fungsional
2.2.3.1. Kepala Suku Dinas
Kepala Suku Dinas mempunyai tugas :
a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Subkelompok
Jabatan Fungsional
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
8
Universitas Indonesia
c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan atau Instansi
pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
Suku Dinas.
d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi
Suku Dinas.
2.2.3.2. Subbagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja staf Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan.
Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang
berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas.
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas :
a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Pengkoordinasian penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.
d. Pelakasanaan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas.
e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas.
f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas.
g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan
prasarana dan sarana kerja Suku Dinas.
h. Pemeliharaan kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor.
i. Pelaksanaan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas.
j. Pelaksanaan publikasi kegiatan, upacara dan pengaturan acara Suku Dinas.
k. Penerimaan, pencatatan, pembukuan, penyetoran, dan pelaporan penerimaan
retribusi Suku Dinas Kesehatan.
l. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian
Tata Usaha.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
9
Universitas Indonesia
m. Pengkoordinasian penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja dan
akuntabilitas) Suku Dinas.
n. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha.
2.2.3.3 Seksi Kesehatan Masyarakat
Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan
masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas.
Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas :
a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Pelaksanaan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga
termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia
sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana,
pekerja wanita, dan asuhan keperawatan.
d. Pengkoordinasian sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan
dan pengendalian program kesehatan masyarakat.
e. Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dan informasi
f. Pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatann
masyarakat.
g. Pelaksanaan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat
Kota Administrasi.
h. Pelaksanaan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi
manajemen kesehatan yang terintegrasi.
i. Pelaksanaan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM.
j. Penerapan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).
k. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Kesehatan Masyarakat.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
10
Universitas Indonesia
l. Pelaporan dan pertanggunjawaban pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan
Masyarakat.
2.2.3.4 Seksi Pelayanan Kesehatan
Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan
dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan
mempunyai tugas:
a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tata laksana
pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.
d. Penghimpunan, pengolahan, penyajian, pemeliharan, pengembangan,
pemanfaatan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan.
e. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar
pelayanan kesehatan
f. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan akreditasi sarana pelayanan
kesehatan.
g. Pemberian rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan.
h. Pemberian tanda daftar kepada pengobat tradisional.
i. Pelaksanaan siaga 24 jam/Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan
(Pusdaldukkes).
j. Pelakuan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal
pelayanan kesehatan.
k. Peyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Pelayanan Kesehatan.
l. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan
Kesehatan.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
11
Universitas Indonesia
2.2.3.5 Seksi Sumber Daya Kesehatan
Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi
Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya
Kesehatan mempunyai tugas:
a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Pelaksanaan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan
minuman.
d. Pemberian rekomendasi atau perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan,
dan minuman.
e. Pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan
f. Penyusunan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan.
g. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas
kesehatan terhadap standar pelayanan.
h. Pelaksanaan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem
manajemen mutu.
i. Pelaksanaan survey kepuasan pelanggan kesehatan.
j. Pelaksanaan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penetapan
sistem manajemen mutu kepada Puskesmas.
k. Pelaksanaan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator.
l. Pelaksanaan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,
assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan.
m. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan
sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional,
subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri
makanan minuman rumah tangga.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
12
Universitas Indonesia
n. Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan
persediaan cadangan obat esensial.
o. Pelaksanaan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada
lingkup Kota Administrasi.
p. Pelaksanaan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.
q. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Sumber Daya Kesehatan.
r. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya
Kesehatan.
2.2.3.6 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku
Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan.
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi
Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas:
a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.
b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai
dengan lingkup tugasnya.
c. Pelaksanaan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular,
kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah
atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan.
d. Pelaksanaan kegiatan pembinan pelaksanaan kesehatan haji.
e. Penyiapan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular
atau tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat.
f. Pelaksanaan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis
peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular, serta kesehatan jiwa
masyarakat.
g. Pelaksanaan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian
penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
13
Universitas Indonesia
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Dearah
(UKPD) dan atau instansi pemerintah / swasta / masyarakat.
h. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan
imunisasi.
i. Penghimpunan, pengolahan, penyajian, pemeliharaan, pengembangan dan
pemanfaatan data dan informasi surveilens epidemiologi sebagai Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota
Administrasi.
j. Pelaksanaan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan.
k. Peningkatan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB)
dan surveilans.
l. Pelaksanaan kegiatan pengendalian surveilans kematian.
m. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan
wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans.
n. Pelaksanaan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan
lingkungan meliputi penyehatan air minum / air bersih, penyehatan makanan
dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian
radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum,
tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan
lingkungan / upaya pemantauan lingkungan.
o. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang
kesehatan lingkungan.
p. Penyiapan materi pelatihan teknis dalam Bidang Kesehatan Lingkungan dan
Kesehatan Kerja.
q. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas
Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.
r. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian
Masalah Kesehatan.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
14 Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN
3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan (Undang-undang No. 25 Tahun 2009,
2009)
Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas
Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi
Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas.
Deskripsi kerja Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain:
a. Menyusun rencana kerja program: Standarisasi Mutu Kesehatan; Tenaga
Kesehatan; dan Farmasi, Makanan, dan Minuman selama 1 tahun.
b. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Standarisasi Mutu Kesehatan.
c. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Tenaga Kesehatan.
d. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Farmasi, Makanan, dan
Minuman.
e. Membantu melaksanakan tugas-tugas dari Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur.
f. Pemantauan Pemberantasan Sarang Nyamuk di wilayah kecamatan binaan.
3.2 Dasar Hukum
3.2.1 Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan
Dasar hukum yang mengatur perizinan sarana kesehatan farmasi makanan
dan minuman adalah sebagai berikut:
a. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
b. Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
c. Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
d. Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
e. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
f. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
g. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
15
Universitas Indonesia
h. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi
Pangan.
i. Kepmenkes No.1331/MenKes/SK/X/2002 tentang Pedagang Eceran Obat.
j. Kepmenkes No. 246/MenKes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil
Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional.
k. Permenkes No. 1191/MenKes/Per/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat
Kesehatan
l. Kepmenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pemberian Izin Apotek.
m. Kepmenkes No.184/MenKes/Per/II/1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan
Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker.
n. Kepmenkes No. 149/MenKes/Per/II/1998 tentang Perubahan Atas PerMenKes
No.184/MenKes/Per/II/1995 Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa
Bakti dan Ijin Kerja Apoteker.
o. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.970 tahun 1990 tentang Ketentuan
Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di wilayah DKI Jakarta.
3.2.2 Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan
Dasar hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai
berikut:
a. Permenkes No. 1796/Menkes/Per/ VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan.
b. Kepmenkes No.889/MenKes/ Per/V/2011 tentang Izin Praktik dan izin Kerja
Tenaga Kefarmasian.
c. Kepmenkes No.2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
d. Kepmenkes No. H.K 02.02/Menkes/148/ I/2001 Tentang Registrasi dan
Praktik Perawat.
e. Kepmenkes No.1392/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Kerja
Perawat Gigi.
f. Kepmenkes No. H.K 02.02/Menkes/149/ I/2001 Tentang Registrasi dan
PraktikBidan.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
16
Universitas Indonesia
g. Kepmenkes No.357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin
Radiografer.
h. Kepmenkes No.544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin Kerja
Refraksionis Optisien.
i. Kepmenkes No.1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin
Praktik Fisioterapis.
j. Kepmenkes No.867/Menkes/Per/VIII/2004 Tentang Registrasi dan Praktik
Terapis Wicara.
3.2.3 Dasar Hukum Mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan
Dasar hukum mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan menyangkut
Undang-Undang Pelayanan Publik. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan publik yang
dilaksanakan di Negara ini sehingga menjamin kepastian hukum dalam hubungan
antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Menurut Undang-
Undang tersebut, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik tersebut adalah
setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen, yang
dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan
hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Pelayanan administratif yang dimaksud oleh undang-undang ini meliputi:
a. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur
dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan
perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga
negara.
b. Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh
negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan, serta diterapkan
berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
17
Universitas Indonesia
Undang-undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan pelayanan
publik, termasuk yang paling utama ialah kewajiban bagi setiap penyelenggara
pelayanan publik untuk menetapkan standar pelayanan mengenai standar
pelayanan publik yang diberikan dan hal ini diatur lag ioleh peraturan pemerintah.
Dengan demikian, undang-undang ini menjamin adanya diberikannya pelayanan
publik yang berkulaitas bagi seluruh masyarakat.
3.3 Ruang Lingkup
Seksi ini membawahi tiga bagian, yaitu:
a. Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman
b. Koordinator Tenaga Kesehatan
c. Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan
3.3.1 Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman
Ruang lingkup perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman
di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku
Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah:
a. Apotek (apotek kerjasama, apotek profesi, apotek rakyat dari toko obat dan
depo obat / farmasi)
b. Toko Obat
c. Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) sejak Januari 2013
d. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)
e. Sertifikasi kelayakan olahan/produksi makanan minuman rumah tangga/
Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)
3.3.1.1 Apotek (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan
No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002)
Berdasarkan Permenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat. Dengan telah diterbitkannya Peraturan
Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian maka nantinya
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
18
Universitas Indonesia
semua persyaratan untuk melakukan pekerjaan kefarmasiaan pada sarana farmasi
akan mengacu pada Peraturan Pemerintah tersebut. Akan tetapi, fungsi Peraturan
Pemerintah tersebut belum dapat digunakan karena masih menunggu aturan dari
Menteri Kesehatan RI yang hingga kini belum diterbitkan.
Khusus di DKI Jakarta perizinan apotek dibagi menjadi 4, yaitu:
a. Apotek Kerjasama, adalah apotek dimana apoteker hanya sebagai apoteker
pengelola apotek (APA), sedangkan pemilik sarana apotek (PSA) adalah dari
pihak lain (bisa perorangan, PT, dan lain-lain).
b. Apotek Profesi, adalah apotek yang apoteker pengelola apotek (APA) juga
sebagai pemilik sarana apoteknya (PSA).
c. Depo Farmasi/Depo Obat, adalah apotek yang berada di klinik, dan hanya
boleh menerima resep dari klinik tersebut.
d. Apotek Rakyat (apotek sederhana) adalah sarana kesehatan tempat
dilaksanakannya pelayanan kefarmasian di mana dilakukan penyerahan obat
dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan, serta tidak menjual
obat golongan narkotika dan psikotropika, di mana terhitung sejak
ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
284/MenKes/PER/III/2007, seluruh izin dan status apotek yang berasal dari
apotek sederhana akan disesuaikan menjadi apotek rakyat.
Standar penanggung jawab teknis apotek adalah apoteker. Apoteker adalah
mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak
melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Sebelum
melaksanakan kegiatannya, APA wajib memiliki Surat Izin Kerja (SIK)/Surat
Penugasan (SP) dan Surat Izin Apotek (SIA).
SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif
melakukan kegiatan dan tidak ada perubahan fisik dan non fisik. SIA harus
diperbaharui bila terjadi perubahan fisik dan non fisik dari sarana apotek. Kriteria
perubahan non fisik yakni apabila terjadi pergantian apoteker pengelola
saranaapotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi
pergantian pemilik sarana kesehatan apotek (baik karena meninggal dunia maupun
hal lainnya), terjadi pergantian nama sarana kesehatan apotek, terjadi perubahan
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
19
Universitas Indonesia
alamat sarana kesehatan apotek tanpa pemindahan lokasi,dan/atau terjadi karena
surat izin sarana kesehatan apotek hilang atau rusak. Sedangkan perubahan fisik,
yakni apabila terjadi perubahan denah sarana kesehatan apotek dan terjadi
perubahan pindah lokasi apotek.
Untuk mendapatkan SIA, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan
bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang
merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus
mempunyai luas yang memadai, sehingga dapat menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan
kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek minimal terdiri dari ruang tunggu,
ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja
apoteker, tempat pencucian alat dan toilet/WC. Bangunan apotek harus dilengkapi
sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat
pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, serta ventilasi dan sistem
sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama apotek berukuran
minimal 40x60 cm dengan tulisan berwarna hitam (ukuran 5 cm) di atas dasar
berwarna putih yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA dan alamat
apotek.
Apotek harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan,
mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan obat, termasuk lemari khusus
narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Apotek harus melaporkan
pemakaian narkotika setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM di DKI
Jakarta, sedangkan pemakaian psikotropika harus dilaporkan maksimal setahun
sekali.
SIA dapat dicabut jika terdapat pelanggaran-pelanggaran yang
menyebabkan pencabutan SIA tersebut yang diatur menurut Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 25 adalah :
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola
Apotek (APA).
b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
20
Universitas Indonesia
c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-
menerus.
d. Terjadi pelanggaran terhadap UU tentang narkotika, psikotropika, kesehatan,
dan ketentuan perundang-undangan yang lain.
e. Surat izin kerja APA dicabut.
f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-
undangan di bidang obat.
Secara umum persyaratan izin apotek yang bekerja sama dengan pihak lain
adalah:
a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan
setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai
Rp.6000,00.
b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum
dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang
disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI.
c. Fotokopi KTP DKI dari APA.
d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK)/ Surat Penugasan (SP) apoteker, dengan
lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai
negeri.
e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: Fotokopi sertifikat, bila gedung milik
sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua) tahun dan
KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun, bila
kontrak/sewa.
f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG).
g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat.
i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada
peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00.
j. Peta lokasi dan denah ruangan.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
21
Universitas Indonesia
k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak
akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak
akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00.
l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang
farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00.
m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu
tanpa resep di atas materai Rp.6000,00.
n. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana (dalam bentuk Organogram).
o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan.
p. SIK Asisten Apoteker/D3 farmasi.
q. Rencana jadwal buka apotek.
r. Daftar peralatan peracikan obat.
s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi.
t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika.
u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir).
v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil.
Secara umum persyaratan izin apotek praktek profesi:
a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku
Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas
materai Rp.6000,00.
b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang
menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi
yang diterbitkan setiap tahun sekali.
c. Fotokopi KTP DKI apoteker apotek praktek profesi.
d. Status kepemilikan bangunan, IMB dan surat sewa menyewa minimal 2
tahun.
e. Denah bangunan beserta peta lokasi.
f. Daftar peralatan peracikan, etiket, dll.
g. Fotokopi NPWP apoteker.
h. SIK/SP apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan
surat selesai masa bakti apoteker.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
22
Universitas Indonesia
i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada
apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup).
j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/apoteker yang lain yang ikut
melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta.
Secara umum persyaratan Izin depo obat/farmasi:
a. Surat permohonan apoteker penanggung jawab depo ditujukan kepada Suku
Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas
materai Rp.6000,00.
b. Fotokopi izin klinik yang masih berlaku.
c. Fotokopiakte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum
dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk badan hukum.
d. Fotokopi KTP DKI APA.
e. Ijasah/SIK/SP Apotekerdengan melampirkan surat selesai masa bakti
apoteker.
f. Surat pengangkatan apoteker sebagai karyawan/penanggung jawab depo
obat/farmasi.
g. Proposal untuk mendirikan depo obat/farmasi.
h. Ijazah/SIK asisten apoteker.
i. Peta lokasi dan denah bangunan seatap/sepekarangan dengan klinik serta
denah bangunan tertutup.
j. NPWP perusahaan.
k. UUG.
l. Status gedung/sertifikat gedung sewa minimal dua tahun.
m. Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik perusahaannya
(bukan dari resep umum), kecuali atas nama pasien perusahaan.
Apabila apotek memberikan pelayanan 24 jam, maka apotek tersebut harus
memiliki apoteker pendamping, dan apabila APA dan apoteker pendamping
berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk apoteker pengganti.
Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dalam hal ini kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
23
Universitas Indonesia
setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi setempat. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan oleh apoteker pendamping maupun apoteker pengganti/supervisor,
dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih
dari dua tahun secara terus-menerus, maka harus menunjuk apoteker pengganti,
sedangkan jika APA berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu 1 – 3 bulan,
maka harus menunjuk apoteker supervisor. (Peraturan Menteri Kesehatan No.
1332/MenKes/SK/X/2002, 2002).
Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan
karena penggantian APA oleh apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah
terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci tempat
penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan
pembuatan berita acara. Apabila apotek melakukan pelanggaran, maka dapat
diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak
ada perbaikan dari apotek tersebut, maka diberikan peringatan tertulis kepada
APA. Pelaksanaan pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan
peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan
tenggang waktu masing-masing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk
jangka waktu selama-lamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat
dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh
persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.Peraturan Menteri Kesehatan
No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002).
3.3.1.2 Apotek Rakyat (Dinkes Provinsi, 2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan No
284/MenKes/PER/III/2007, 2007)
Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan
kefarmasian, dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan
tidak melakukan peracikan dan pelayanan resep narkotik dan psikotropik.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/MenKes/PER/III/2007,
ketentuan yang harus dipenuhi oleh Apotek rakyat adalah:
a. Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat
generik.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
24
Universitas Indonesia
b. Apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang termasuk
golongan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas, dan perbekalan
kesehatan rumah tangga.
c. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat
dan menyerahkan obat dalam jumlah besar.
d. Setiap apotek rakyat harus memiliki satu orang apoteker sebagai penanggung
jawab, dan dapat dibantu oleh asisten apoteker.
e. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, apotek rakyat yang melanggar
ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan dapat
dikenakan tindakan administratif berupa teguran lisan, tertulis, sampai dengan
pencabutan izin.
f. Pedagang eceran yang statusnya sudah berubah menjadi apotek sederhana
dianggap telah menjadi apotek rakyat.
Secara umum persyaratan izin apotek yang berasal dari toko obat/apotek
sederhana (apotek rakyat) :
a. Surat permohonan APA ditujukan kepada kepala Suku Dinas Kesehatan
setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai
Rp.6.000,00.
b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum
dari Departemen Kehakiman dan HAM bila bentuk PT.
c. Salinan/fotokopi KTP DKI dari APA.
d. Fotokopi izin domisili dari lurah.
e. Status bangunan milik sendiri lampirkan sertifikat, bila sewa, fotokopi
perjanjian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku
minimal 2 (dua) tahun.
f. Pernyataan pemilik sarana lokasi hanya untuk pada sentra pasar tempat toko
obat dan tidak pindah diluar pasar diatas materai Rp.6000,00.
g. Surat pernyataan kepala pasar yang menyatakan pihaknya ikut mengawasi
kegiatan apotek terhadap ketentuan per UU Farmasi yang berlaku di atas
materai Rp. 6000,00.
h. Surat keterangan domisili dari lurah atau kepala pasar.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
25
Universitas Indonesia
i. Surat pernyataan pemohon dan pemilik yang menyatakan akan tunduk serta
patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp.6000,00.
j. Peta lokasi dan denah bangunan.
k. Surat pernyataan pemilik sarana apotek tidak terlibat lagi dalam pelanggaran
peraturan di bidang Farmasi/obat di atas materai Rp.6000,00.
l. Surat pernyataan APA sanggup mengelola apotek/toko obat diatas materai
Rp.6000,00.
m. Surat pernyataan dari APA dan PSA tidak melakukan peracikan dan penjualan
obat Narkotik, OKT baik dengan resep dokter maupun tanpa resep dari
pemilik dan apoteker diatas materai Rp.6000,00.
n. Struktur organisasi apotek dan tata kerja/tata laksana.
o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan dilampiri sengan SK pengangkatan
dan daftar gaji yang disetujui oleh apoteker, pemilik dan tenaga kerja tersebut
diatas materai Rp.6000,00.
p. Surat izin kerja/surat penugasan apoteker.
q. Surat izin kerja AA/D3 Farmasi.
r. Rencana jadwal buka apotek.
s. Daftar peralatan lainnya.
t. Daftar buku wajib peraturan per UU di bidang Farmasi.
u. Surat peryataan APA dan pemilik bersedia bila diperiksa ke apotek oleh
petugas kesehatan yang berwenang di atas materai Rp.6000,00.
3.3.1.3 Toko Obat (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002)
Pedagang eceran obat didefinisikan sebagai orang/badan hukum di
Indonesia yang mempunyai izin untuk menyimpan obat-obat bebas (label hijau)
dan obat-obat bebas terbatas (label biru) untuk dijual secara eceran di tempat
tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat harus menjaga
agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi
atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Surat
izin pendirian suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat
permohonan Izin Usaha kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
setempat yaitu di Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan, dan
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
26
Universitas Indonesia
Minuman. Izin toko obat berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang kembali
dengan penanggung jawab teknis adalah seorang Asisten Apoteker. Adapun
persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara
lain :
a. Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada Kepala Sudinkes
Kotamadya setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas
materai Rp. 6000,00.
b. Fotokopi KTP DKI Jakarta pemilik toko obat.
c. Akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang terdaftar pada
Menteri Kehakiman dan HAM.
d. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan
e. Ijazah dan SIK AA, foto 2x3 2 lembar.
f. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai AA penanggung jawab teknis
pada toko obat di atas materai Rp. 6000,00.
g. Status bangunan tempat usaha milik sendiri (lampirkan sertifikat) dan bila
sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP
pemilik.
h. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
i. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak toko obat
harus mengajukan permohonan tertulis kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan
yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan
Kota Administrasi setempat.
Perubahan non fisik meliputi:
a. Terjadi pergantian asisten apoteker penanggung jawab teknis sarana kesehatan
toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya).
b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat.
c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan
lokasi.
d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal
dunia maupun hal lainnya).
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
27
Universitas Indonesia
e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak.
Perubahan fisik meliputi:
a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat.
b. Terjadi perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat.
Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan
perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan
pelanggaran akan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun
sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan,
penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin,
sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan.
3.3.1.4 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) (Permenkes No.006 Tahun 2012)
Menurut Permenkes No.006 tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat
Tradisional menjelaskan Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut
UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk
param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. UMOT hanya dapat
diselenggarakan oleh badan usaha perorangan yang memiliki izin usaha sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap industri dan usaha di bidang
obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri Kesehatan, kecuali untuk usaha
jamu gendong dan usaha jamu racikan. Dalam memberikan izin obat tradisional,
Menteri Kesehatan mendelegasikan kewenangan pemberian izin UMOT kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selain wajib memiliki izin, industri dan
usaha obat tradisional juga wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang penanaman modal.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin UMOT terdiri
dari :
a. Surat Permohonan;
b. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan Pengawas dalam hal
permohonan bukan perseorangan;
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
28
Universitas Indonesia
d. Fotokopi KTP/identitas pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan
Komisaris/Badan Pengawas;
e. Pernyataan pemohon dan/atau Direksi/Pengurus dan Komisaris/Badan
Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang farmasi;
f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan;
g. Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan;
h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan
perseorangan;
i. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak; dan
j. Fotokopi Surat Keterangan Domisili
Permohonan izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh sebagaimnana
tercantum dalam Formulir 18. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima
permohonan untuk izin UMOT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat. Paling lama 7 (tujuh) hari
kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan
administrasi dan teknis, dan menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh sebagaimana
tercantum dalam Formulir 19. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima
hasil pemeriksaan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyetujui,
menunda, atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat, dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 20a, Formulir 20b
atau Formulir 20c. Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat
permohonan diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tidak
dilakukan pemeriksaan/verifikasi, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
berproduksi Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dengan
menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 21.
Izin UMOT diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan.
Permohonan izin UMOT ditunda atau ditolak apabila ternyata belum memenuhi
persyaratan. Dalam hal pemberian izin UMOT ditunda, kepada pemohon diberi
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
29
Universitas Indonesia
kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi paling lama 6
(enam) bulan sejak diterimanya Surat Penundaan.
Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban:
a. Menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang
dihasilkan;
b. Melakukan penarikan produk obat tradisional yang tidak memenuhi ketentuan
keamanan, khasiat/manfaat dan mutu dari peredaran; dan
c. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.
Industri dan usaha obat tradisional yang akan melakukan perubahan
bermakna terhadap pemenuhan CPOTB wajib melapor dan mendapat persetujuan
dari Kepala Badan.
Setiap industri dan usaha obat tradisional dilarang membuat:
a. Segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau
sintetik yang berkhasiat obat;
b. Obat tradisional dalam bentuk intravaginal, tetes mata, sediaan parenteral,
supositoria kecuali untuk wasir; dan/atau
c. Obat tradisional dalam bentuk cairan obat dalam yang mengandung etanol
dengan kadar lebih dari 1% (satu persen).
d. UMOT yang telah mendapat izin, yang melakukan perubahan nama, alamat,
atau Tenaga Teknis Kefarmasian penanggung jawab wajib melaporkan secara
tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
kepada Kepala Balai setempat. Industri dan usaha obat tradisional yang akan
melakukan perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan
mendapat persetujuan sesuai ketentuan. UMOT wajib menyampaikan laporan
secara berkala setiap 6 (enam) bulan meliputi jenis dan jumlah bahan baku
yang digunakan serta jenis, jumlah, dan nilai hasil produksi. Laporan UMOT
disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dengan
tembusan kepada Kepala Balai setempat.
3.3.1.5 Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK)
Cabang Penyalur Alat Kesehatan adalah badan hukum atau badan usaha
yang telah memperoleh izin usaha untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran
alat kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
30
Universitas Indonesia
Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) merupakan sarana yang legal yang
dapat menyalurkan alkes berbeda fungsi dari Penyalur Alkes (PAK) dimana
perusahaan yang sama namanya yang telah mendapat izin dari Depkes RI. Izin
Cabang Penyalur Alkes belaku sesuai dengan penunjukkan yang diberikan oleh
PAK pusat dan paling lama adalah 3 (tiga) tahun.
Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan,
reagen/produk diagnostik in vitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait
komponen, bagian dan perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendiagosis
penyakit, menyembuhkan, merawat, memulihkan atau mencegah penyakit pada
manusia.
Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin Cabang Penyalur
Alat Kesehatan (CPAK), antara lain:
a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan Usaha Penyalur Alat Kesehatan
(UPAK), bukan dari CPAK, yang ditujukan kepada Sudinkes setempat
sebanyak tiga rangkap dan satu rangkap di atas materaiRp. 6000,00.
b. Surat penunjukkan dari UPAK sebagai CPAK di atas materai Rp. 6.000,00.
c. Fotokopi izin UPAK.
d. Akte perusahaan CPAK bila bentuk PT dan terdaftar pada Menteri Kehakiman
dan HAM.
e. Denah bangunan/ruangan dari CPAK.
f. Peta lokasi CPAK.
g. SIUP CPAK.
h. NPWP CPAK.
i. UUG.
j. Domisili perusahaan.
k. Status bangunan bila milik sendiri, lampirkan sertifikat dan bila sewa minimal
dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik.
l. Penanggung jawab teknis (AA atau SMU yang mempunyai sertifikat
pengelolaan alat kesehatan).
Perubahan fisik maupun non fisik pada sarana CPAK juga harus
dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Sudinkes Seksi
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
31
Universitas Indonesia
Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan
Minuman.
Perubahan non fisik meliputi:
a. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan CPAK (baik meninggal dunia
maupun lainnya).
b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan CPAK.
c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan CPAK tanpa pemindahan lokasi.
d. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan CPAK hilang atau rusak.
Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan), meliputi:
a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan CPAK.
b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan CPAK.
Izin CPAK berlaku paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang
kembali bila semua persyaratan telah dipenuhi.
3.3.1.6 Izin Toko Alat Kesehatan (Kemenkes/No. 1191/MenKes/Per/VIII/2010,
2010)
Toko alat kesehatan adalah unit usaha yang diselenggarakan oleh
perorangan atau badan untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan,
penyaluran alat kesehatan tertentu secara eceran sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Toko alat kesehatan hanya dapat menyalurkan alat
kesehatan tertentu dan dalam jumlah yang terbatas.
Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, dan atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
Persyaratan memperoleh izin toko alat kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Berbentuk badan usaha atau perorangan yang baik memperoleh izin usaha
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Memiliki toko dengan status milik sendiri, kontrak, atau sewa, paling singkat
2 (dua) tahun.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
32
Universitas Indonesia
Izin toko alat kesehatan dapat dicabut apabila:
a. Mendistribusikan alat kesehatan yang tidak mempunyai izin edar.
b. Mengadakan alat penyaluran kesehatan yang bukan dari Penyalur Alat
Kesehatan atau dari Cabang Penyalur Alat Kesehatan.
c. Pencabutan izin ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3.3.1.7 Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) (Dinkes Provinsi DKI Jakarta,
2002)
Berdasarkan UU No. 28 tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa perusahaan
Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki
tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual
hingga semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat
Makanan (BPOM) RI Nomor HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 tentang
Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
(SPP-IRT), maka SPP-IRT bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan
pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan.
b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang
pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap
keselamatan konsumen.
c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang
dihasilkan PIRT
Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan, yaitu:
a. Permohonan di atas materai Rp. 6000,00.
b. Fotokopi KTP.
c. Pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.
Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, antara
lain:
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
33
Universitas Indonesia
a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan yang
ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu)
rangkap di atas materai Rp. 6000,00.
b. Data perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notarisnya.
c. Peta lokasi, IMB.
d. Denah ruangan produksi.
e. Rancangan etiket.
f. Fotokopi KTP pemilik (DKI Jakarta).
g. Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar.
h. Surat izin perindustrian dari Dinas/SuDin Perindustrian.
i. Data produk makanan yang akan diproduksi.
j. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan
dari asal produk.
k. Status bangunan (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat , dan bila
sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun beserta fotokopi KTP
pemilik.
Tata cara penyelenggaraan SPP-IRT yaitu:
a. Pengajuan permohonan
1) Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah
Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2) Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa:
a) Susu dan hasil olahan.
b) Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses
dan atau penyimpanan beku.
c) Pangan kaleng.
d) Pangan bayi.
e) Minuman beralkohol.
f) Air minum dalam kemasan.
g) Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI (contoh : SL,
coklat bubuk, garam yodium, AMDK, dan tepung).
h) Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
34
Universitas Indonesia
3) Pemohon diwajibkan mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan
telah melewati tahap pemeriksaan sarana produksinya oleh Sudinkes
Kotamadya.
b. Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan
Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka SPP-IRT
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Suku Dinas
Kesehatan di DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara
bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi
penyuluhan keamanan pangan yang diberikan, meliputi:
1) Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan
memusnahkannya serta pengawetan pangan.
2) Higienis dan sanitasi sarana perusahaan pangan industri rumah tangga.
3) Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB).
4) Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan
Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan.
Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan pangan
industri rumah tangga, misalnya:
1) Pengemasan dan penyimpanan produk pangan industri rumah tangga.
2) Pengembangan usaha perusahaan pangan industri rumah tangga termasuk
etika bisnis.
c. Pemeriksaan sarana produksi
Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas
Kesehatan Kotamadya melakukan pemeriksaan ke sarana produksi PIRT.
Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi
Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP dengan hasil
minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan
SPP-IRT.
a. Sertifikasi produksi pangan IRT
Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari dua jenis, yaitu:
1) Sertifikasi penyuluhan keamanan pangan
Sertifikasi ini diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti
penyuluhan keamanan pangan, dimana semua IRTP harus mempunyai
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
35
Universitas Indonesia
minimal satu orang tenaga yang telah memiliki sertifikat penyuluhan
keamanan pangan. Apabila IRTP tidak mempunyai tenaga yang telah
memiliki sertifikat yang dimaksud, maka perusahaan tersebut harus
menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti
penyuluhan keamanan pangan.
2) Sertifikasi produksi pangan
Sertifikat ini diberikan pada IRTP yang mempunyai tenaga yang lulus
Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya
dengan hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk satu
jenis pangan produk IRTP. IRTP berlaku untuk selamanya selama IRTP
tersebut masih tetap beroperasi.
b. Sistem pendataan dan pelaporan
Penyelenggaraan SPP-IRT di Sudinkes Kota Administrasi setempat
melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Badan POM
atau Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat Penyuluhan
Keamanan Pangan dan Sertifikat Produksi Pangan IRTP yang selambat-
lambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan
rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada Badan POM. Sistem pendataan dan
pelaporan SPP-IRT dilakukan oleh Sudinkes Kota Administrasi setempat.
3.3.2 Koordinator Tenaga Kesehatan
Ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta yang
proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi adalah, antara lain:
a. Surat Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
b. Surat Izin Praktik Dokter (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi danDokter
gigi spesialis)
3.3.2.1 Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (Keputusan Menteri
Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011, 2011)
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
36
Universitas Indonesia
Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga
Teknis Kefarmasian dapat berupa Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga
kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan
memiliki izin kerja/praktik. Sebelumnya, Apoteker dan Asisten Apoteker yang
melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat
Penugasan atau Surat Izin Kerja bagi Apoteker atau SIAA dan SIKAA bagi
Asisten Apoteker. Namun sejak tanggal 1 juni 2011, diberlakukan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang
Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan
Permenkes ini, setiap Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi.
Surat Tanda Registrasi tersebut berupa STRA bagi Apoteker dan STRTTK bagi
Tenaga Teknis Kefarmasian. Setelah memiliki STRA atau STRTTK, Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga
kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut dapat berupa SIPA atau SIKA bagi
Apoteker dan SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian.
Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK
dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website KFN
(Komite Farmasi Nasional). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib
mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan
kefarmasian dilakukan. Sementara bagi Asisten Apoteker yang telah memiliki
SIAA dan/atau SIKAA harus menggantinya dengan STRTTK dengan cara
mendaftar melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Setelah mendapat STRTTK, Tenaga
Teknis Kefarmasian wajib mengurus SIKTTK di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
STRA dan STRTTK dikeluarkan oleh Menteri, di mana Menteri akan
mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi Nasional dan STRTTK
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. STRA dan STRTTK berlaku selama
lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk
memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
37
Universitas Indonesia
permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi. Surat permohonan STRTTK
harus melampirkan:
a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis
Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker;
b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP;
c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian;
d. Surat rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki
STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang
menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan
e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm dua lembar dan ukuran 2 x 3 cm
dua lembar.
Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian
wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin
tersebut berupa SIPA bagi Apoteker penanggung jawab atau Apoteker
pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, SIKA bagi Apoteker yang
melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas
distribusi/penyaluran, atau SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang
melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian.
SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian
atau SIKA hanya diberikan untuk satu tempat fasilitas kefarmasian sementara
SIPA bagi apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat
fasilitas pelayanan kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak
tiga tempat fasilitas kefarmasian. SIPA, SIKA, atau SIKTTK dikeluarkan oleh
Kepala DinKes Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan.
Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian
dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan:
a. Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN;
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari
pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi
atau distribusi/penyaluran;
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
38
Universitas Indonesia
c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi;
d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm
sebanyak dua lembar.
Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping
harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama,
kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan
SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan
diterima dan dinyatakan lengkap. Permohonan SIKTTK harus melampirkan:
a. Fotokopi STRTTK;
b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan
pekerjaan kefarmasian;
c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis
Kefarmasian; dan
d. Pas foto berwarna berukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm
sebanyak dua lembar.
Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan permintaan
SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama dua
puluh hari sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap.
3.3.2.2 Surat Izin Praktik Dokter (Peraturan Menteri Kesehatan No.
2052/Menkes/Per/X/2011, 2011)
Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter
dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan
dokter gigi yang dimaksud meliputi dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan
dokter gigi spesialis. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik
kedokteran wajib memiliki Surat Izin Praktik (SIP). SIP adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi
yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran. Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam memberikan SIP harus
mempertimbangkan keseimbangan antara jumlah dokter dan dokter gigi dengan
kebutuhan pelayanan kesehatan.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
39
Universitas Indonesia
Dokter atau dokter gigi mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan untuk
memperoleh SIP. Dokumen yang harus terlampir dalam permohonan SIP tersebut
meliputi:
a. Fotokopi Surat TandaRegistrasi (STR) dokter atau STR dokter gigi yang
diterbitkan dan dilegalisasi asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih
berlaku;
b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik, atau surat keterangan dari sarana
pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya;
c. Surat persetujuan dari atasan langsung bagi dokter dan dokter gigi yang
bekerja pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau pada
instansi/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara purna waktu;
d. Surat rekomendasi asli dari organisasi profesi sesuai tempat praktik; dan
e. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar dan 3 x 4 cm
sebanyak dua lembar.
Selain dokumen tersebut, Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur
menambahkan persyaratan dokumen sebagai berikut:
a. Fotokopi SIP yang telah dimiliki;
b. Surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung; dan
c. Fotokopi KTP.
Fotokopi KTP ditambahkan untuk menghindari kesalahan penulisan nama
pada SIP karena terkadang tulisan dari para dokter sulit untuk dibaca oleh petugas.
Fotokopi SIP yang telah dimiliki dan surat keterangan aktif bekerja dari atasan
langsung ditambahkan sebagai tambahan pertimbangan bagi Suku Dinas
Administrasi Kota Administrasi Jakarta Timur dalam pengambilan keputusan
apakah izin akan dibuatkan atau tidak.
Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan tersebut
diberikan SIP untuk satu tempat praktik. SIP dokter atau dokter gigi diberikan
paling banyak untuk tiga tempat praktik, baik pada sarana pelayanan kesehatan
milik pemerintah, swasta maupun praktik perorangan. Oleh karena itu, dalam
pengajuan permohonan SIP harus dinyatakan permintaan SIP tersebut untuk
tempat praktik pertama, kedua, atau ketiga. SIP yang diberikan berlaku selama 5
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
40
Universitas Indonesia
tahun sepanjang STR masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang
tercantum dalam SIP.
3.3.3 Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan (Sudinkes, 2009)
Ruang lingkup kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Timur adalah sebagai berikut:
a. Orientasi pada kepuasan pelanggan.
b. Perbaikan/peningkatan terus menerus dan berkesinambungan (continous and
sustainable improvement).
c. Mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
d. Memberikan jasa pelayanan dan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
(Binwasdal) bidang kesehatan yang profesional dan responsif.
Adapun sasaran mutu yang ingin dicapai dalam jasa pelayanan dan
Binwasdal yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
Jakarta Timur adalah sebagai berikut.
a. Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) SDM Sudinkes 100 %
terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu.
b. Binwasdal Program 100 % terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu.
c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan 12 hari kerja,
kecuali sarana kesehatan lingkungan 25 hari kerja.
d. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti.
e. Kepuasan pelanggan dengan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat)
minimal 2,51 atau dalam kategori baik.
Dokumen mutu merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Sudinkes
Jakarta Timur sebagai bentuk penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008. Ada beberapa level dokumen mutu, berdasarkan tingkatan
penggunaannya di lingkungan Sudinkes Jakarta Timur.
a. Dokumen level pertama (I), yaitu manual mutu (quality manual) yang
merupakan dokumen mutu induk yang menjadi dasar dan rujukan bagi semua
dokumen mutu lainnya dan berlaku bagi seluruh bagian Sudinkes Jaktim.
b. Dokumen level kedua (II), yaitu prosedur mutu (quality procedure) yang
merupakan penjelasan lebih rinci mengenai hal-hal tertentu yang disebutkan
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
41
Universitas Indonesia
dalam manual mutu serta terbagi atas prosedur yang berlaku bersama untuk
seluruh bagian Sudinkes Jaktim dan prosedur yang hanya berlaku untuk satu
seksi/subbagian saja.
c. Dokumen level ketiga (III), yaitu instruksi kerja merupakan penjelasan
mendetail mengenai hal-hal tertentu dalam prosedur mutu yang perlu
dijelaskan lebih lanjut.
d. Dokumen level keempat (IV), yaitu format gambar dan dokumen pendukung
lainnya yang dipakai dalam sistem manajemen mutu dalam berbagai kegiatan
yang berhubungan dengan kegiatan kendali mutu.
Manual mutu Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan
suatu dokumen mutu yang menjadi pedoman dan acuan dasar pelaksanaan sistem
manajemen mutu di lingkungan Sudinkes Jaktim. Hal-hal pokok yang tercantum
dalam Manual Mutu Sudinkes Jaktim adalah sebagai berikut.
a. Pengantar Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Jaktim
b. Profil Organisasi Sudin
c. Sistem Manajemen Mutu Sudin
d. Persyaratan Umum Sistem Manajemen Mutu
e. Komitmen Mutu
f. Manjemen Sumber Daya
g. Realisasi Pelayanan
h. Pengukuran, Analisa, dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu
Beberapa kegiatan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes
Jakarta Timur adalah sebagai berikut:
a. Audit Mutu Internal, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan/audit yang dilakukan
oleh bagian Standarisasi Mutu Kesehatan dari Seksi Sumber Daya Kesehatan
untuk memastikan tercapainya sasaran mutu yang telah ditetapkan untuk
dicapai oleh Sudinkes Jaktim. Audit ini dilakukan minimal dua kali dalam
setahun.
b. Audit Surveilans, yaitu suatu kegiatan pemeriksaaan/audit yang dilakukan
oleh pihak luar, yakni badan sertifikasi independen yang memberikan
sertifikat terhadap implementasi Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO
9001:2008 kepada Sudinkes Jaktim, untuk memastikan terpeliharanya
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
42
Universitas Indonesia
implementasi Sistem Manajemen Mutu tersebut. Audit ini dilakukan minimal
satu kali dalam setahun.
c. Tinjauan Manajemen, yaitu suatu kegiatan rapat seluruh bagian Sudinkes
Jaktim guna membahas hasil evaluasi pemeliharaan implementasi sistem
manajemen mutu di Sudinkes Jaktim sehingga dapat dilakukan langkah-
langkah yang diperlukan untuk memperbaiki hal tersebut sehingga
implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dapat lebih baik
lagi. Tinjauan manajemen dilakukan minimal 1 tahun sekali.
d. Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu survei untuk menilai terpenuhinya
kepuasan pelanggan Sudinkes terhadap pelayanan yang diberikan oleh semua
bagian (Seksi dan Subbagian) Sudinkes Jaktim. Survei ini dilaksanakan
melalui pengisian angket oleh pelanggan yang datang dan menerima
pelayanan Sudinkes, misalnya pihak yang mengurus sarana perizinan seperti
apotek dan toko obat. Selanjutnya, hasil pengisian angket ini dianalisis
sehingga nilai pemenuhan kepuasan pelanggan dapat diperoleh dan dapat
ditingkatkan lagi apabila hasil analisis menunjukkan kekurangan.
e. Pelatihan-pelatihan, misalnya pelatihan auditor pemimpin (lead auditor) dan
pelatihan kepuasan pelanggan, yang berguna untuk membantu implementasi
sistem manajemen mutu oleh segenap karyawan Sudinkes Jaktim.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
43 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi
menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat
dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah Provinsi DKI
Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali
berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan
Masyarakat di tingkat Kotamadya,dan pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah
DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas
Kesehatan pasca restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi dimana Suku Dinas
Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi
satu yaitu Suku Dinas Kesehatan.
Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi/Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada
tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta. Di daerah DKI Jakarta saat ini terdapat enam Suku Dinas yang
terdapat di enam wilayah, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta
Timur, Jakarta Selatan, dan Pulau Seribu. Berdasarkan Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi ini merupakan unit kerja dinas kesehatan pada kota administrasi
dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan
masyarakat. Suku Dinas Kesehatan ini dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas
yang diangkat dari pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara
teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional
kepada Walikota Administrasi yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya.
Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan perizinan,
pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan dan program
kesehatan masyarakat. Salah satu seksi dalam Suku Dinas Kesehatan di Jakarta
Timur, yaitu Sumber Daya Kesehatan. Berikut ini merupakan pembahasan
mengenai hasil pelaksanaan tugas dari seksi Sumber Daya Kesehatan.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
44
Universitas Indonesia
4.1 Bagian Tenaga Kesehatan
Bagian Tenaga Kesehatan dipimpin oleh seorang koordinator. Bagian ini
bertugas antara lain:
a. Memberikan rekomendasi/perizinan praktek tenaga kesehatan.
b. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan
c. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan
d. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan
Analisis ketersediaan tenaga kesehatan di puskesmas dilakukan
berdasarkan jumlah minimal tenaga kesehatan yang harus tersedia di
puskesmas tingkat kecamatan dan kelurahan. Perhitungan rasio dilakukan
untuk melihat kecukupan dan penyebaran tenaga kesehatan di masing-masing
kecamatan dan kelurahan dilihat dari jumlah penduduk di setiap kecamatan dan
kelurahan.
e. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga kesehatan.
Terdapat dua jenis izin yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan, yaitu
izin kewenangan dan izin kerja atau praktek. Dengan adanya otonomi daerah
ada beberapa izin kerja yang menjadi wewenang sudinkes, yaitu Surat Izin
Kerja Asisten Apoteker, Surat/ Sertifikat Penanggung Jawab Industri Rumah
Tangga Pangan, dan Surat izin praktek tenaga medis (SIPTM), seperti Surat
Izin Praktek Dokter Umum, Surat Izin Praktek Dokter Gigi, Surat Izin Praktek
Bidan, Surat Izin Praktek Perawat, dan Surat Izin Praktek Refraksi Optisian.
Analisis distribusi dan pemetaan tenaga kesehatan pada Puskesmas
Kecamatan dan Kelurahan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan
untuk melihat ketersediaan tenaga kesehatan di Puskemas. Berdasarkan data
kepegawaian dari Tata Usaha (TU) dari 10 Puskesmas Kecamatan di Jakarta
Timur didapatkan distribusi dan jumlah dari tenaga kesehatan yang tersedia di
masing-masing Puskesmas. Tenaga kesehatan yang dianalisis adalah tenaga medis
(dokter dan dokter gigi), keperawatan, bidan, kefarmasian, ahli gizi, sanitarian,
dan keteknisan medis. Tenaga non-kesehatan juga turut di hitung jumlah dan
ketersediaannya.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
45
Universitas Indonesia
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 8
Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pulo Gadung terdapat pada Tabel 4.1. Jumlah
total dokter umum yaitu 11 orang, dokter gigi 12 orang, Apoteker 1 orang, asisten
apoteker 2 orang, bidan 13 orang, perawat 31 orang, tidak ada perawat gigi dan
sanitarian sama sekali, ahli gizi 1 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-
kesehatan 19 orang.
Tabel 4.1. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Pulo Gadung
Puskesmas
Kecamatan /
Kelurahan
PK
C P
ulo
Ga
du
ng
PK
L J
ati
I
PK
L J
ati
II
PK
L P
isa
ng
an
Tim
ur
I
PK
L P
isa
ng
an
Tim
ur
II
PK
L
Ra
wa
ma
ng
un
PK
L K
ay
u
Pu
tih
PK
L
Ja
tin
ega
ra
Ka
um
PK
L C
ipin
an
g
Ju
mla
h
Dokter 4 1 0 1 1 1 1 1 1 11
Dokter Gigi 4 1 1 1 1 1 1 1 1 12
Apoteker 1 - - - - - - - - 1
Asisten Apoteker 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Bidan 5 1 1 1 1 1 1 1 1 13
Perawat 15 2 2 1 2 3 2 2 2 31
Perawat Gigi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Gizi 1 - - - - - - - - 1
Sanitarian 0 - - - - - - - - 0
Keteknisan medis 2 - - - - - - - - 2
Staf Non-kesehatan 10 1 1 2 1 1 1 1 1 19
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 6
Puskesmas Kelurahan di kecamatan Matraman terdapat pada Tabel 4.2. Jumlah
total dokter umum yaitu 15 orang, dokter gigi 11 orang, Apoteker 2 orang, asisten
apoteker 1 orang, bidan 13 orang, perawat 18 orang, perawat gigi 5 orang, ahli
gizi 2 orang, sanitarian 2 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-kesehatan
16 orang.
Tabel 4.2. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Matraman
Puskesmas
Kecamatan /
Kelurahan PK
C
Ma
tra
ma
n
PK
L U
tan
Ka
yu
Sel
ata
n I
PK
L U
tan
Ka
yu
Sel
ata
n I
I
PK
L U
tan
Ka
yu
Uta
ra
PK
L
Pis
an
ga
n
Ba
ru
PK
L
Pa
lmer
iem
PK
L K
ay
u
Ma
nis
Ju
mla
h
Dokter 9 1 1 1 1 1 1 15
Dokter Gigi 5 1 1 1 1 1 1 11
Apoteker 2 - - - - - - 2
Asisten Apoteker 0 0 0 0 0 0 1 1
Bidan 6 1 1 1 1 1 2 13
Perawat 9 1 2 2 1 2 1 18
Perawat Gigi 1 1 1 0 0 1 1 5
Gizi 2 - - - - - - 2
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
46
Universitas Indonesia
Sanitarian 2 - - - - - - 2
Keteknisan Medis 2 - - - - - - 2
Staf Non-kesehatan 13 0 0 1 0 1 1 16
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 6
Puskesmas Kelurahan di kecamatan Makasar terdapat pada Tabel 4.3. Jumlah
total dokter umum yaitu 9 orang, dokter gigi 9 orang, Apoteker 2 orang, asisten
apoteker 5 orang, bidan 13 orang, perawat 31 orang, tidak ada perawat gigi sama
sekali, ahli gizi 1 orang, sanitarian 3 orang, keteknisan medis 1 orang dan staf
non-kesehatan 12 orang.
Tabel 4.3. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Makasar
Puskesmas
Kecamatan /
Kelurahan PK
C
Ma
ka
sar
PK
L
Ma
ka
sar
PK
L
Pin
an
g
Ra
nti
PK
L
Cip
ina
ng
Mel
ay
u
PK
L
Keb
on
pa
la
PK
L
Ha
lim
I
PK
L
Ha
lim
II
Ju
mla
h
Dokter 6 0 1 0 0 1 1 9
Dokter Gigi 2 1 1 2 2 0 1 9
Apoteker 2 - - - - - - 2
Asisten Apoteker 1 1 1 1 1 0 0 5
Bidan 11 2 2 2 3 1 2 23
Perawat 13 3 3 3 4 1 4 31
Perawat Gigi 0 0 0 0 0 0 0 0
Gizi 1 - - - - - - 1
Sanitarian 3 - - - - - - 3
Keteknisan Medis 1 - - - - - - 1
Staf Non-kesehatan 10 1 0 0 1 0 0 12
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan
11 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Duren Sawit terdapat pada Tabel 4.4.
Jumlah total dokter umum yaitu 16 orang, dokter gigi 20 orang, Apoteker 2 orang,
asisten apoteker 7 orang, bidan 22 orang, perawat 32 orang, perawat gigi 4 orang,
ahli gizi 1 orang, sanitarian 4 orang, keteknisan medis 4 orang dan staf non-
kesehatan 17 orang.
Tabel 4.4. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Duren Sawit
Puskesmas
Kecamatan /
Kelurahan
PK
C D
ure
n
Sa
wit
PK
L D
ure
n
Sa
wit
PK
L
Kle
nd
er I
PK
L
Kle
nd
er I
I
PK
L
Kle
nd
er I
II
PK
L M
ala
ka
Ja
ya
PK
L M
ala
ka
Sa
ri
PK
L P
d.
Ba
mb
u I
PK
L P
d.
Ba
mb
u I
I
PK
L P
d.
Kel
ap
a
PK
L P
d.
Ko
pi
I
PK
L P
d.
Ko
pi
II
Ju
mla
h
Dokter 7 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 16
Dokter Gigi 7 1 0 2 0 2 1 1 2 2 0 2 20
Apoteker 2 - - - - - - - - - - - 2
Asisten Apoteker 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 7
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
47
Universitas Indonesia
Bidan 6 1 1 1 1 2 1 2 3 1 2 1 22
Perawat 13 2 2 2 1 2 1 2 3 1 1 2 32
Perawat Gigi 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4
Gizi 1 - - - - - - - - - - - 1
Sanitarian 4 - - - - - - - - - - - 4
Keteknisan Medis 4 - - - - - - - - - - - 4
Staf non-kesehatan 5 1 0 1 2 1 1 1 1 1 2 1 17
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 5
Puskesmas Kelurahan di kecamatan Ciracas terdapat pada Tabel 4.5. Jumlah total
dokter umum yaitu 12 orang, dokter gigi 10 orang, Apoteker 2 orang, asisten
apoteker 5 orang, bidan 20 orang, perawat 35 orang, perawat gigi 5 orang, ahli
gizi 3 orang, sanitarian 3 orang, keteknisan medis 3 orang dan staf non-kesehatan
23 orang.
Tabel 4.5. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Ciracas
Puskesmas
Kecamatan /
Kelurahan PK
C
Cir
aca
s
PK
L
Cib
ub
ur
PK
L
Cir
aca
s
PK
L
Kel
ap
a D
ua
Wet
an
PK
L
Ra
mb
uta
n
PK
L
Su
suk
an
Ju
mla
h
Dokter 5 0 1 1 1 3 11
Dokter Gigi 6 1 0 1 0 2 10
Apoteker 2 - - - - - 2
Asisten Apoteker 2 1 1 1 0 0 5
Bidan 11 1 2 3 1 2 20
Perawat 24 3 1 2 3 2 35
Perawat Gigi 1 1 1 0 1 1 5
Gizi 3 - - - - - 3
Sanitarian 3 - - - - - 3
Keteknisan Medis 3 - - - - - 3
Staf non-kesehatan 15 1 2 0 2 3 23
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 8
Puskesmas Kelurahan di kecamatan Cakung terdapat pada Tabel 4.6. Jumlah total
dokter umum yaitu 9 orang, dokter gigi 12 orang, Apoteker 2 orang, tidak ada
asisten apoteker, bidan 14 orang, perawat 24 orang, perawat gigi 4 orang, ahli gizi
2 orang, sanitarian 4 orang, tidak ada tenaga keteknisan medis dan staf non-
kesehatan 22 orang.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
48
Universitas Indonesia
Tabel 4.6. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Cakung
PK
C C
ak
un
g
PK
L J
ati
neg
ara
PK
L
Pen
gg
ilin
ga
n P
IK
PK
L C
ak
un
g
Tim
ur
PK
L R
aw
a
Ter
ate
PK
L C
ak
un
g
Ba
rat
PK
L U
jun
g
Men
ten
g
PK
L
Pen
gg
ilin
ga
n
Elo
k
PK
L P
ulo
Geb
an
g
Ju
mla
h
Puskesmas
Kecamatan /
Kelurahan
Dokter 3 1 0 1 1 1 1 1 0 9
Dokter Gigi 4 0 0 1 1 2 1 1 1 12
Apoteker 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Asisten Apoteker 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bidan 5 1 1 2 2 1 1 1 0 14
Perawat 8 2 2 1 2 2 3 2 2 24
Perawat Gigi 1 1 0 1 0 0 0 0 1 4
Sanitarian 3 1 0 0 0 0 0 0 0 4
Gizi 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Keteknisan medis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Staf non-kesehatan 14 0 1 3 0 1 1 1 1 22
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan
10 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Cipayung terdapat pada Tabel 4.7. Jumlah
total dokter umum yaitu 5 orang, dokter gigi 10 orang, tidak ada tenaga Apoteker,
asisten apoteker hanya 2 orang, bidan 22 orang, perawat 38 orang, perawat gigi 3
orang, ahli gizi 2 orang, sanitarian 1 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf
non-kesehatan 27 orang.
Tabel 4.7. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Cipayung
Puskesmas
Kecamatan /
Kelurahan PK
C C
ipa
yu
ng
PK
L P
.Ra
ng
on
I
PK
L P
.Ra
ng
on
II
PK
L B
am
bu
Ap
us
I
PK
L B
am
bu
Ap
us
II
PK
L M
un
jul
PK
L S
etu
PK
L L
ub
an
g
Bu
ay
a
PK
L C
ila
ng
ka
p
PK
L
Ceg
er
PK
L C
ipa
yu
ng
Ju
mla
h
Dokter 2 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 5
Dokter Gigi 3 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 10
Apoteker 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Asisten Apoteker 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Bidan 5 2 2 2 2 1 1 1 2 1 3 22
Perawat 14 3 2 2 1 2 4 3 2 2 3 38
Perawat Gigi 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
Sanitarian 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Gizi 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Keteknisan medis 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Staf non-kesehatan 15 1 0 1 3 2 1 2 1 0 1 27
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
49
Universitas Indonesia
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan
11 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Jatinegara terdapat pada Tabel 4.8. Jumlah
total dokter umum yaitu 17 orang, dokter gigi 18 orang, Apoteker 1 orang, asisten
apoteker 3 orang, bidan 19 orang, perawat 32 orang, perawat gigi 4 orang, ahli
gizi 3 orang, sanitarian 2 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-kesehatan
21 orang.
Tabel 4.8. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Jatinegara
PK
C J
ati
neg
ara
PK
L B
ali
mest
er
PK
L B
ida
raci
na
I
PK
L B
ida
raci
na
II
PK
L B
ida
raci
na
III
PK
L C
ip B
esa
r
Sel
ata
n I
PK
L C
ip B
esa
r
Sel
ata
n I
I
PK
L C
ip B
esa
r U
tara
PK
L C
ip C
em
ped
ak
PK
L C
ip M
ua
ra
PK
L K
am
pu
ng
Mel
ay
u
PK
L R
aw
a B
un
ga
Ju
mla
h
Puskesmas
Kecamatan /
Kelurahan
Dokter 9 2 1 0 1 1 1 2 0 0 0 0 17
Dokter Gigi 5 0 1 0 1 1 1 1 2 3 1 2 18
Apoteker 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Asisten Apoteker 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
Bidan 10 1 0 1 0 1 2 1 1 0 2 0 19
Perawat 16 2 1 1 2 1 1 0 1 4 2 1 32
Perawat Gigi 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 4
Sanitarian 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Gizi 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 3
Keteknisan medis 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
Staf non-
kesehatan
12 1 0 1 0 1 0 1 1 2 1 1 21
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 8
Puskesmas Kelurahan di kecamatan Kramat Jati terdapat pada Tabel 4.9. Jumlah
total dokter umum yaitu 8 orang, dokter gigi 14 orang, Apoteker hanya 1 orang,
asisten apoteker 3 orang, bidan 27 orang, perawat 27 orang, perawat gigi 4 orang,
ahli gizi 1 orang, sanitarian 3 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-
kesehatan 47 orang.
Tabel 4.9. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Kramat Jati
PK
C K
ram
at
Ja
ti
PK
L K
ram
at
Ja
ti 1
PK
L K
ram
at
Ja
ti 2
PK
L C
ilil
ita
n
PK
L T
eng
ah
PK
L D
uk
uh
PK
L C
aw
an
g
PK
L B
atu
Am
pa
r
PK
L B
ale
Ka
mb
an
g
Ju
mla
h
Puskesmas
Kecamatan /
Kelurahan
Dokter 3 0 1 1 1 0 0 1 1 8
Dokter Gigi 6 0 2 1 1 1 2 0 1 14
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
50
Universitas Indonesia
Apoteker 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Asisten Apoteker 1 0 1 0 1 0 0 0 0 3
Bidan 9 3 4 2 2 2 1 2 2 27
Perawat 14 1 3 0 2 2 3 1 1 27
Perawat Gigi 3 0 1 0 0 0 0 0 0 4
Sanitarian 3 0 0 0 0 0 0 0 0 3
Gizi 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Keteknisan medis 1 0 1 0 0 0 0 0 0 2
Staf non-kesehatan 31 3 2 2 2 2 2 2 1 47
Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di Puskesmas Kecamatan dan 5
Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pasar Rebo terdapat pada Tabel 4.10. Jumlah
total dokter umum yaitu 10 orang, dokter gigi 7 orang, Apoteker 1 orang, asisten
apoteker 1 orang, bidan 15 orang, perawat 32 orang, perawat gigi 4 orang, ahli
gizi 2 orang, sanitarian 2 orang, keteknisan medis 3 orang dan staf non-kesehatan
30 orang.
Tabel 4.10. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Pasar Rebo
Puskesmas Kecamatan /
Kelurahan
PK
C P
asa
r
Reb
o
PK
L B
aru
PK
L
Cij
an
tun
g
PK
L
Ged
on
g
PK
L
Ka
lisa
ri
PK
L
Pek
ay
on
Ju
mla
h
Dokter 4 1 1 1 1 2 10
Dokter Gigi 4 1 0 1 1 0 7
Apoteker 1 0 0 0 0 0 1
Asisten Apoteker 1 0 0 0 0 0 1
Bidan 9 1 1 2 2 0 15
Perawat 21 4 2 2 2 1 32
Perawat Gigi 0 1 1 1 0 1 4
Sanitarian 2 0 0 0 0 0 2
Gizi 2 0 0 0 0 0 2
Keteknisan medis 3 0 0 0 0 0 3
Staf non-kesehatan 24 0 2 1 1 2 30
Dari analisis data tenaga kesehatan di 10 Puskesmas Kecamatan, dapat
dilihat jumlah tenaga kesehatan yang tidak merata antara tenaga kesehatan di
Puskesmas Kecamatan dengan Puskesmas Kelurahan. Masih banyak tenaga
kesehatan yang harus tersedia di puskesmas kelurahan seperti dokter, dokter gigi,
asisten apoteker, perawat, dan sanitarian untuk memberikan pelayanan kesehatan.
4.2 Bagian Standardisasi Mutu Kesehatan
Bagian Standardisasi Mutu dipimpin oleh seorang koordinator. Bagian ini
bertugas:
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
51
Universitas Indonesia
a. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas
kesehatan terhadap standar pelayanan.
Kegiatan monitoring, evaluasi, pengukuran kinerja dan pengukuran mutu
pelayanan selalu dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa pelayanan yang
diberikan telah sesuai dengan persyaratan pelanggan dan standar pelayanan.
b. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal mengenai penerapan
sistem manajemen mutu.
Audit mutu internal, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan/audit yang
dilakukan oleh bagian standardisasi mutu kesehatan yang bertujuan untuk
memastikan tercapainya sasaran mutu yang telah ditetapkan untuk dicapai oleh
Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Audit ini dilakukan minimal 2 kali
dalam setahun dan dilakukan tim audit yang ditunjuk oleh Quality
Management Representative.
Audit Eksternal/surveillance, adalah suatu kegiatan pemeriksaan/audit
yang dilakukan oleh pihak luar, yakni badan sertifikasi independen yang
memberikan sertifikat terhadap implementasi sistem manajemen mutu
berdasarkan ISO 9001:2008 kepada Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
untuk memastikan terpeliharanya implementasi sistem tersebut. Audit ini
dilakukan minimal 1 kali dalam setahun.
c. Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan Kepuasan pelanggan
merupakan satu hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap badan
penyelenggara pelayanan publik, termasuk Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Timur. Selain untuk memenuhi peraturan perundang-undangan uang berlaku,
survei untuk memperoleh informasi mengenai kepuasan pelanggan juga wajib
dilaksanakan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk
mempertahankan sertifikat ISO 9001:2008 yang merupakan pengakuan
terhadap system manajemen mutu yang telah dilaksanakan oleh Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur. Dalam implementasi system manajemen mutu,
kepuasan pelangga dan respon terhadap pelanggan yang tidak puas merupakan
hal penting yang harus selalu diperhatikan.
d. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penerapan
sistem manajemen mutu kepada puskesmas
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
52
Universitas Indonesia
e. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator
Setiap hasil kegiatan monitoring, pengukuran kinerja dan pengukuran
mutu pelayanan dilakukan evaluasi secara periodik dalam rapat-rapat tinjauan
manajemen. Berdasarkan hasil evaluasi kebijakan mutu dan pencapaian sasaran
mutu; hasil audit; hasil analisa data; pengukuran dan tinjauan manajemen,
dilakukan perbaikan secara terus menerus terhadap penerapan sistem
manajemen mutu. Tindakan perbaikan yang dilakukan meliputi perbaikan alat
ukur, pelayanan, perbaikan sarana pendukung, maupun perbaikan proses
sehingga ketidaksesuaian dapat diminimalkan.
f. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur,
assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan
Bagian standardisasi mutu memfasilitasi pelatihan-pelatihan untuk para
tenaga fasilitator, instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan yang
berguna untuk membantu implementasi sistem manajemen mutu. Contoh
pelatihan yang difasilitasi oleh bagian ini seperti pelatihan auditor pemimpin
(Lead Auditor) dan pelatihan kepuasan pelanggan.
Sistem Manajemen Mutu yang dilaksanakan berdasarkan ISO 9001:2008
telah dan terus menerus dijalankan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk
menjamin kualitas pelayanan publik dalam bidang kesehatan yang
diselenggarakan oleh Sudinkes Jaktim. Instruksi Kerja dan Quality Procedure
tentang pelayanan perizinan dan sertifikasi mengalami revisi terkait proses
perizinan yang masih ditangani oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan
salah satu aspek mendasar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 mengenai
dokumentasi.
Sampai saat ini penyelenggaraan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu)
pada pelayanan perizinan masih belum sepenuhnya dilakukan. Khusus untuk
perizinan tenaga kesehatan bidan dan sarana farmasi, makanan, dan minuman,
berkas pemohon yang dilakukan melalui customer service unit PTSP kantor
walikota, berkas permohonan selanjutnya diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Timur untuk diproses lebih lanjut sampai surat izin disahkan atau
diterbitkan. Surat izin yang telah diterbitkan akan diserahkan ke kantor walikota
untuk selanjutnya dapat diambil oleh pemohon. Sejak 9 Agustus 2011,
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
53
Universitas Indonesia
diberlakukan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 74 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pada Kota Administrasi yang
menerangkan bahwa kegiatan pelayanan perizinan dan non perizinan yang proses
pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen
dilakukan dalam satu tempat melalui satu pintu, yaitu di kantor walikota. Dengan
perubahan ini maka terjadi perubahan pula terhadap alur perizinan untuk sarana
dan tenaga kesehatan yang dialihkan ke Kantor Walikota.
Telah disebutkan sebelumnya mengenai sistem pelayanan satu pintu,
Pemerintah kota Jakarta Timur sedang dalam peralihan atau percobaan menuju
sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi
DKI Jakarta Nomor 114 tahun 2011 tentang Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap.
PTSP ini merupakan sistem di mana seluruh berkas permohonan perizinan masuk
melalui customer service yang berada di walikota, kemudian diteruskan ke seksi
atau bagian yang bersangkutan. Sistem PTSP ini menjadikan seluruh proses
perizinan terpusat di satu tempat dan diharapkan dapat mengurangi lamanya
proses perizinan. Dengan perubahan sistem perizinan ini maka alur perizinan dan
sertifikasi mengalami perubahan juga yang sebelumnya mengacu pada sistem satu
atap menjadi satu pintu. Dengan perubahan ini, maka instruksi kerja dan prosedur
mutu perlu mengalami perubahan atau dilakukan revisi.
Namun, sampai saat ini penyelenggaraan PTSP pada pelayanan perizinan
masih belum sepenuhnya dilakukan. Khusus untuk perizinan tenaga kesehatan
bidan dan sarana farmasi, makanan, dan minuman, berkas pemohon yang
dilakukan melalui customer service unit PTSP kantor walikota, berkas
permohonan selanjutnya diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
untuk diproses lebih lanjut sampai surat izin disahkan atau diterbitkan. Surat izin
yang telah diterbitkan akan diserahkan ke kantor walikota untuk selanjutnya dapat
diambil oleh pemohon. Salah satu tugas bagian Standarisasi Mutu Kesehatan
adalah evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan
dengan cara mengevaluasi pelayanan perizinan yang dilakukan di Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur berdasarkan standar 12 hari kerja terhitung dari
lengkapnya berkas yang diperlukan untuk mendapatkan surat izin. Dengan adanya
alur perizinan ini dapat memberikan informasi tambahan mengenai tata cara
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
54
Universitas Indonesia
perizinan tenaga dan sarana kesehatan dan jika pelayanan alur perizinan lebih
dari 12 hari dapat diketahui penyebab dari keterlambatan tersebut dengan melihat
pada alur perizinan.
Revisi instruksi kerja perizinan dilakukan terhadap referensi yang
digunakan dengan membandingkan peraturan yang sudah ada dan menambahkan
peraturan baru yang belum ada ke dalam instruksi kerja sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Pada instruksi kerja juga ditambahkan persyaratan yang harus
dipenuhi untuk melakukan perizinan baik untuk tenaga kesehatan maupun sarana
kesehatan. Revisi quality procedure pelayanan perizinan dan sertifikasi dilakukan
terhadap referensi yang digunakan berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku saat ini dengan cara menambahkan peraturan baru yang belum
tercantum serta mengganti peraturan yang lama dengan peraturan baru ke dalam
quality procedure tersebut. Peraturan-peraturan baru tersebut melengkapi
peraturan lama yang telah ada pada referensi sebelumnya. Selain itu, revisi juga
dilakukan terhadap definisi, rincian prosedur, dan alur pelayanan perizinan yang
mengacu pada prosedur manual. Pembuatan bagan alur perizinan menggunakan
program Microsoft Office Visio 2007 berdasarkan proses dari tiap tahap dan
bentuk diagram yang ada di program tersebut. Proses revisi Instruksi Kerja dan
Quality Procedure melibatkan bagian terkait hingga diperoleh persetujuan dari
bagian tersebut atas revisi yang dilakukan.
4.3 Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman
4.3.1 Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
Sistem penyerahan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO) di Puskesmas kecamatan wilayah Jakarta Timur kepada Suku Dinas
Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan setiap sebulan sekali
sebagai pengawasan terhadap penggunaan obat di Puskesmas sebab puskesmas
Kecamatan merencanakan sendiri kebutuhan obatnya untuk pemakaian satu
tahun.. Hal ini dilakukan karena Puskesmas Kecamatan di wilayah DKI Jakarta
mendapat subsidi langsung dari pemerintahan DKI Jakarta dan dianggap mampu
melakukan pengelolaan obat sendiri. Selain itu, sistem tersebut dilakukan supaya
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
55
Universitas Indonesia
persediaan atau pengadaan obat di setiap Puskesmas Kecamatan sesuai dengan
yang diperlukan sehingga pengobatan dapat memenuhi sasaran.
Puskesmas Kecamatan merencanakan pengadaan obat tiap tahunnya
berdasarkan jumlah pemakaian obat selama setahun, jumlah resep atau kunjungan
pasien, dan pola penyakit yang berkembang. Puskesmas Kelurahan mendapat
distribusi obat dari Puskesmas Kecamatan tiap tiga bulan sekali namun apabila
terjadi kekosongan obat Puskesmas Kelurahan dapat langsung melakukan
permintaan obat ke Puskesmas Kecamatan. Hal ini untuk menghindari pemakaian
obat yang berlebihan di Puskesmas Kelurahan. Dari data LPLPO dapat dilihat
jumlah pemakaian obat setiap bulan, sisa stok dan pola penyakit yang berkembang
sehingga dapat dimanfaatkan oleh penanggung jawab Puskesmas untuk analisis
pengelolaan obat, penggunaan obat, perencanaan kebutuhan obat dan
pengendalian persediaan.
Alur pelaporan LPLPO dimulai dari penyerahan LPLPO Puskesmas
Kelurahan ke Puskesmas Kecamatan paling lambat tanggal 5 pada bulan
berikutnya. Selanjutnya, Puskesmas Kecamatan mengirimkan LPLPO ke Suku
Dinas Kesehatan Kotamadya/Kabupaten paling lambat tanggal 10 pada bulan
berikutnya. Hasil rekapitulasi LPLPO dari Suku Dinas Kesehatan
Kotamadya/Kabupaten dikirim kepada Dinas Kesehatan Provinsi setiap 3 bulan.
Kemudian, setiap 6 bulan sekali hasil kompilasi LPLPO dari Dinas Kesehatan
Provinsi dilaporkan ke Departemen Kesehatan RI.
Saat ini, sistem pengiriman LPLPO dari masing-masing Puskesmas
Kecamatan kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi Makanan dan
Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan
secara komputerisasi dalam bentuk softcopy menggunakan program Microsoft
Excel yang telah ditentukan formatnya oleh Kemenkes kemudian dikirim melalui
surat elektronik. Pada format ini terdapat 144 macam obat, tetapi tidak mencakup
semua obat yang ada di Puskesmas, sehingga setiap Puskesmas perlu
menambahkan obat yang tidak terdapat dalam format. Selain itu, Puskesmas juga
perlu melaporkan data kunjungan pasien dalam pelaporan.
Sistem ini dirasa sangat memudahkan dalam melakukan rekapitulasi. Perlu
diketahi bahwa pelaporan LPLPO sebelumnya (hingga 2012) dilakukan secara
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
56
Universitas Indonesia
manual dalam bentuk hardcopy dengan format yang berbeda-beda tiap
Puskesmas. Selain itu juga, beberapa LPLPO Puskesmas Kecamatan ada yang
mencantumkan obat yang tidak terdapat di Puskesmas Kecamatan lainnya
sehingga pada akhirnya Kemenkes melalui Suku Dinas Kesehatan membuat
format standar LPLPO yang berlaku untuk setiap Puskesmas Kecamatan. Format
standar yang dibuat diharapkan dapat memudahkan rekapitulasi LPLPO di Suku
Dinas Kesehatan, menghemat waktu pengerjaan dan tenaga dari staf Suku Dinas
Kesehatan.
Rekapitulasi LPLPO diharapkan dapat membantu pihak Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur untuk merencanakan pengadaan obat-obat buffer stock
bagi Puskesmas maupun obat-obat program pemerintah dari Kementerian
Kesehatan. Rekapitulasi LPLPO juga digunakan dalam pengambilan l kebijakan
maupun keputusan dalam pendistribusian obat buffer stock (obat essensial
generik) ke tiap-tiap Puskesmas kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Timur
sehingga pembagiannya dapat merata sesuai dengan kebutuhan tiap Puskesmas.
Berdasarkan daftar pemakaian dua puluh obat terbanyak di wilayah Jakarta Timur
periode Desember 2012 – Februari 2013, dapat disimpulkan bahwa penyakit yang
banyak menyerang masyarakat di wilayah Jakarta Timur adalah Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) dengan gejala seperti demam, batuk, pilek, radang
maupun gatal tenggorokan yang masing-masing gejala tersebut diatasi dengan
pemberian Parasetamol, Gliseril Guaiakolat atau Dekstrometorfan HBr,
Khlorofeniramin Maleat (CTM) atau prednison. Selain itu, pada penderita ISPA
juga diberikan Vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh seperti Vitamin B (
B1, B6, B12 atau B Kompleks) dan vitamin C. Penyakit lain yang prevalensinya
cukup tinggi adalah gangguan saluran pencernaan (gastritis dan diare) yang
pengobatannya dengan antasida dan antibiotika kotrimoksazol , nyeri-nyeri yang
pengobatannya dengan antalgin, ibuprofen atau paracetamol, dan tekanan darah
tinggi yang pengobatannya dilakukan dengan pemberian kaptopril dan kombinasi
Vitamin B. Hal ini dapat terlihat pada data Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat di Puskesmas wilayah Jakarta Timur periode Desember 2012
Februari 2013, dua puluh jenis obat terbanyak yang dipakai secara berurutan dari
yang terbesar adalah sebagai berikut :
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
57
Universitas Indonesia
Tabel 4.11. Jenis obat terbanyak dipakai di Puskesmas wilayah Jakarta Timur
1 Paracetamol 500 mg Tablet 1,503,962 501,321
2 Khlorfeniramin Maleat Tablet 1,399,013 466,338
3 Gliseril Guaiakolat 100 mg Tablet 1,272,494 424,165
4 Amoxylin 500 mg Tablet 1,080,576 360,192
5 Vitamin B Kompleks Tablet 999,087 333,029
6 Vitamin C 50 mg Tablet 825,297 275,099
7 Vitamin B6 10 mg Tablet 757,698 252,566
8 Deksametason 0,5 mg Tablet 652,461 217,487
9 Vitamin B1 50 mg Tablet 598,748 199,583
10 Antasida DOEN Tablet 593,296 197,765
11 Kalsium Laktat 500 mg Tablet 429,469 143,156
12 Amoxylin 250 mg Kapsul 323,249 107,750
13 Kaptopril 12.5 & 25 mg Tablet 310,685 103,562
14 Prednison Tablet 305,227 101,742
15 Antalgin 500 mg Tablet 260,334 86,778
16 Vitamin B12 50 mcg Tablet 260,032 86,677
17 Dekstrometorfan HBr Tablet 195,308 65,103
18 Tablet Tambah Darah Tablet 190,275 63,425
19 Kotrimoksazol (Dewasa) Tablet 176,147 58,716
20 Ibuprofen 200 mg Tablet 153,530 51,177
Rata - Rata
/BulanTotal SatuanNo Nama Obat
4.3.2 Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
Unit pelayanan kesehatan wajib membuat, menyampaikan, dan
menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika
dan psikotropika sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 35 tahun
2009 tentang Narkotika dan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang
Psikotropika. Sistem pelaporan Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika
di DKI Jakarta dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya ke Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur. Data penggunaan narkotika dan psikotropika di
Puskesmas juga dapat terlihat pada Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan
Obat (LPLPO) Puskesmas Kecamatan.
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI telah mengembangkan program SIPNAP sejak tahun 2008. Program
SIPNAP ini mengalami perkembangan dan pembaharuan pada tahun 2012. Pada
akhir tahun 2012 program ini sudah diperkenalkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
58
Universitas Indonesia
kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. Program terbaru ini sudah
mulai diberlakukan pada tahun 2013. Sistem pada program ini memiliki bagian-
bagian yang terintegrasi, yaitu unit pelayanan kesehatan, dinas kesehatan
kabupaten/kota, dinas kesehatan propinsi dan pusat, serta web server (Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2009). Pada program SIPNAP baru ini sistem dapat langsung
melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika masing-masing unit
pelayanan kesehatan ke Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Dinas Kesehatan
Propinsi, dan Kementerian Kesehatan. Masing-masing unit pelayanan kesehatan
dapat langsung memasukkan laporan penggunaan narkotika dan psikotropikanya
ke program SIPNAP.
Rekapitulasi data pelaporan penggunaan narkotika menggunakan Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang baru. Pada data laporan
penggunaan narkotik di Apotek bulan Desember 2012, tidak ditemukan data.
Hanya ada data stok awal dan stok akhir narkotika dengan jumlah yang sama,
artinya tidak ada penggunaan narkotika pada bulan tersebut. Narkotika yang
paling banyak digunakan di Apotek bulan Januari tahun 2013 adalah Codein tablet
20 mg sejumlah 4.874 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Apotek
bulan Februari tahun 2013 adalah Codein tablet 15 mg sejumlah 1.206 mg.
Narkotika yang paling banyak digunakan di rumah sakit bulan Desember tahun
2012 dan bulan Januari tahun 2013 berturut-turut adalah Codein tablet 20 mg
sejumlah 938 tablet dan 5.703 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di
rumah sakit bulan Februari tahun 2013 adalah Codein tablet 15 mg sejumlah 591
tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Puskesmas bulan Desember
tahun 2012, Januari tahun 2013 dan Februari tahun 2013 adalah Codein tablet 10
mg sejumlah 1.110 tablet, 1.733 tablet dan 685 tablet. Berdasarkan hasil
rekapitulasi bulan Desember 2012, Januari 2013 dan Februari 2013 maka
narkotika yang paling banyak digunakan pada bulan-bulan tersebut adalah Codein
tablet 20 mg.
Data penggunaaan psikotropika bulan Desember 2012-Februari 2013 di
unit pelayanan apotek tidak dapat direkapitulasi karena data tersebut tidak bisa
diambil atau diunduh dari situs SIPNAP. Hal ini disebabkan karena jaringan
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
59
Universitas Indonesia
internet yang kurang memadai dan program SIPNAP yang masih dalam tahap
pengembangan. Oleh karena itu data yang dapat disajikan hanya dari unit pelayan
puskesmas kecamatan dan rumah sakit. Namun, pada bulan Februari 2013 semua
rumah sakit belum mengumpulkan laporannya. Psikotropika yang paling banyak
digunakan oleh Puskesmas Kecamatan pada bulan Desember 2012, Januari 2013
dan Februari adalah Phenobarbital tablet 30 mg dengan jumlah berturut-turut
adalah 8.303 tablet, 6.860 tablet dan 5.402 tablet. Psikotropika yang paling
banyak digunakan oleh rumah sakit pada bulan Desember 2012 adalah
Phenobarbital tablet 30 mg sejumlah 4.590 tablet. Psikotropika yang paling
banyak digunakan oleh rumah sakit pada bulan Januari 2013 adalah Alprazolam
0,5 mg sejumlah 8.489 tablet. Berdasarkan hasil rekapitulasi bulan Desember
2012, Januari 2013 dan Februari 2013 maka psikotropika yang paling banyak
digunakan pada bulan-bulan tersebut adalah Phenobarbital tablet 30 mg sejumlah
27.342 tablet.
4.3.3 Perizinan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no 1332 tahun 2002 dan
Keputusan kepala Dinkes Propinsi DKI Jakrta no 7687 2002 ; Permenkes 1332
2002, perizinan sarana apotek telah didelegasikan proses perizinannya ke sudinkes
kota/kabupaten, sehingga Sudinkes memiliki tugas mengatur dan mengawasi
keberadaan sarana, fasilitas, pelayanan dan jumlah tenaga kerja apotek.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no 1332 tahun 2002, Sudinkes kota
wajib melaporkan pemberian, pembekuan, pencairan dan pencabutan izin sekali
setahun kepada Menteri kesehatan, sehingga setiap tahun dilakukan pemutakhiran
data sarana apotek, baik apotek maupun apotek rakyat.
Berdasarkan hasil pemutakhiran data apotek dan apotek rakyat di wilayah
Suku Dinas Kesehatan kota jakarta Timur hingga Maret 2013, diketahui bahwa
jumlah total sarana apotek yang berada di wilayah Sudinkes Jakarta Timur hingga
Maret 2013 adalah sebanyak 508 sarana dengan jumlah apotek sebanyak 358
sarana dan jumlah apotek rakyat sebanyak 150 sarana. Data jumlah apotek di
wilayah Sudinkes jakarta Timur dapat dilihat pada tabel 4,13, sedangkan data
jumlah apotek rakyat dapat dilihat pada tabel 4.14.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
60
Universitas Indonesia
Tabel 4.12 Data jumlah apotek di wilayah kota administrasi Jakarta Timur
berdasarkan kecamatan
No Kecamatan Jumlah Apotek aktif
Jumlah
Apotek
tutup
1 Duren Sawit 93 5
2 Kramat Jati 37 2
3 Pasar Rebo 16 1
4 Cipayung 22 0
5 Ciracas 28 0
6 Jatinegara 33 1
7 Matraman 16 2
8 Makasar 20 1
9 Cakung 36 3
10 Pulo gadung 57 45
Jumlah 358 20
Tabel 4.13 Data jumlah apotek rakyat di wilayah kota administrasi Jakarta Timur
berdasarkan kecamatan
No Kecamatan Jumlah Apotek aktif
Jumlah
Apotek
tutup
1 Duren Sawit 4
2 Kramat Jati 8
3 Pasar Rebo 1
4 Cipayung 1
5 Ciracas 3
6 Jatinegara 50 3
7 Matraman 78 8
8 Makasar 1
9 Cakung 1
10 Pulo gadung 3
Jumlah 150 11
Sedangkan jumlah total perizinan apotek yang diterbitkan pada periode
tahun 2010 hingga Maret 2013 adalah sebanyak 257 sarana dengan rincian
sebagai berikut. jumlah perizinan apotek yang diterbitkan pada tahun 2010 adalah
sebanyak 45 sarana, sedangkan apotek rakyat adalah sebanyak 44 sarana; jumlah
perizinan apotek yang diterbitkan pada tahun 2011 adalah sebanyak 45 sarana,
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
61
Universitas Indonesia
sedangkan apotek rakyat adalah sebanyak 31 sarana; jumlah perizinan apotek
yang diterbitkan pada tahun 2012 adalah sebanyak 52 sarana, sedangkan apotek
rakyat adalah sebanyak 23 sarana; jumlah perizinan apotek yang diterbitkan pada
Januari – Maret 2013 adalah sebanyak 13 sarana, sedangkan apotek rakyat adalah
sebanyak 4 sarana.
Sedangkan jumlah total perizinan apotek, baitk apotek maupun apotek
rakyat yang diterbitkan pada periode tahun 2010 hingga Maret 2013 adalah
sebanyak 257 sarana. Untuk apotek, jumlah perizinan yang dikeluarkan pada
tahun 2010 sebanyak 45 perizinan, dengan rincian sebagai berikut: 30 perizinan
baru, 12 perizinan apotek karena pergantian APA, dan 3 perizinan karena
perubahan nama sarana apotek; jumlah perizinan apotek yang dikeluarkan pada
tahun 2011 adalah sebanyak 45 perizinan dengan rincian sebagai berikut: 37
perizinan baru, 7 perizinan apotek karena pergantian APA, dan 1 perizinan karena
perubahan pemilik sarana; jumlah total perizinan apotek pada tahun 2012 adalah
sebanyak 52 perizinan dengan rincian sebagai berikut: 31 perizinan baru, 18
perizinan apotek karena pergantian APA, 1 perizinan karena perubahan nama
apotek dan 2 perizinan karena perubahan alamat; sedangkan jumlah total
perizinan apotek pada periode Januari hingga Maret 2013 adalah sebanyak 13
perizinan meliputi 9 perizinan baru dan 4 perizinan karena pergantian APA.
Untuk apotek rakyat, jumlah total perizinan sarana apotek rakyat pada tahun 2010
sebanyak 44 perizinan, dengan rincian sebagai berikut: 38 perizinan baru, 3
perizinan sarana apotek rakyat karena perubahan APA, 1 perizinan karena
perubahan nama sarana dan 2 perizinan karena perubahan lokasi sarana. Pada
tahun 2011 jumlah total perizinan sarana apotek rakyat adalah sebanyak 31
perizinan dengan rincian sebagai berikut: 20 perizinan baru, 8 perizinan sarana
karena perubahan APA, 1 perizinan karena perubahan nama sarana dan 2
perizinan karena perubahan lokasi sarana. Pada tahun 2012, jumlah total
perizinan sarana apotek rakyat adalah sebanyak 23 perizinan dengan rincian
sebagai berikut: 20 perizinan baru dan 3 perizinan sarana karena perubahan APA,
sedangkan pada periode Januari hingga Maret 2013, jumlah total perizinan sarana
apotek rakyat adalah sebanyak 4 perizinan meliputi 1 perizinan baru dan 3
perizinan karena perubahan APA.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
62
Universitas Indonesia
Jumlah total apoteker yang terdaftar bekerja di apotek dan apotek rakyat,
baik sebagai apoteker pengelola maupun apoteker pendamping adalah sebanyak
531 apoteker dengan rincian sebagai berikut: pada apotek terdapat 359 apoteker
sebagai apoteker pengelola apotek dan 22 apoteker sebagai apoteker pendamping,
sedangkan pada apotek rakyat terdapat 150 apoteker sebagai apoteker penanggung
jawab (APA). Jumlahapoteker pendamping tersebut lebih sedikit dibandangkan
jumlah apotek yang memiliki apoteker pendamping, yaitu 31 apotek. Hal ini
disebabkan karena tidak semua apotek tersebut mencantumkan nama dan nomor
surat penugasan atau SIK/SIPA dari apoteker pendamping saat mengajukan
permohonan izin apotek. Sehingga perlu dilakukan pendatan kembali untuk
memperoleh data yang lebih akurat dan valid. Data jumlah apoteker dapat dilihat
pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 Data jumlah apoteker penanggung jawab apotek dan apoteker
pendamping berdasarkan data sarana dan prasarana di wilayah
Sudinkes jakarta Timur.
No Apoteker Sarana/Prasarana Total
Apotek Apotek Rakyat
1 APA 359 150 509
2 Apoteker Pendamping 22 - 22
Total 381 150 531
Kegiatan pemutakhiran data IRTP dilakukan oleh Sudinkes sebagai
program dari Depkes dibawah perintah Menkes. Format penyusunan
pemutakhiran data IRTP sesuai dengan petunjuk adalah sebagai berikut: Tahun,
Propinsi, Kabupaten/Kota, Nama, Alamat Kantor, Telepon Kantor, Pemilik,
Penanggung Jawab, Kelamin, Sertifikat PKP, Sertifikat IRT Jenis Produk,
Keterangan dan Tutup. Berdasarkan data yang tersedia, diperoleh data Perizinan
IRTP di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur yang disusun sesuai
format tersebut hingga bulan Maret 2013 yang dapat dilihat pada lampiran 3.
Data jumlah sarana IRTP yang berada di wilayah Sudinkes kota
administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 dapat dilihat pada tabel 4.15
dan data jumlah Nomor P-IRT dapat dilihat pada tabel 4.16. Sedangkan data
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
63
Universitas Indonesia
rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan rekapitulasi jumlah Nomor P-IRT dapat
dilihat pada Tabel 4.17 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Tabel 4.15 Data jumlah sarana IRTP di berbagai kecamatan dalam wilayah
Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013
Tahun
Kecamatan
Jumla
h
Jati
neg
ara
Du
ren
Saw
it
Matr
am
an
Pu
logad
un
g
Cak
un
g
Mak
asa
r
Kra
mat
Jati
Pasa
r R
ebo
Cir
aca
s
Cip
ayu
ng
≤2009 19 30 8 23 7 8 14 9 13 19 150
2010 22 34 10 26 9 10 20 12 13 20 176
2011 27 42 12 32 11 11 22 14 13 22 206
2012 27 46 14 35 13 12 25 14 17 23 226
2013 (Maret) 28 46 16 35 13 13 25 14 17 25 232
Tabel 4.16 Data jumlah Nomor P-IRT di berbagai kecamatan dalam wilayah
Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013
Tahun
Kecamatan
Jumlah
Jati
neg
ara
Du
ren
Saw
it
Matr
am
an
Pu
logad
un
g
Cak
un
g
Mak
asa
r
Kra
mat
Jati
Pasa
r R
ebo
Cir
aca
s
Cip
ayu
ng
≤2009 41 94 20 70 8 21 25 12 18 44 353
2010 63 136 22 103 11 29 74 17 18 52 525
2011 85 199 45 124 18 33 85 29 18 72 708
2012 85 209 55 132 27 44 89 29 28 78 776
2013
(Maret) 89 213 58 133 33 54 89 29 28 87 813
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
64
Universitas Indonesia
Tabel 4.17 Data rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT di
wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret
2013
Tahun
Jumlah
sarana
IRTP
Jumlah Nomor
P-IRT Keterangan
≤2009 150 353 34 IRTP Baru
2010 176 525 26 IRTP Baru
2011 206 708 30 IRTP Baru + 1 IRTP Lama
(Penambahan Produk)
2012 226 776 20 IRTP Baru
2013
(Maret) 232 813
6 IRTP Baru + 3 IRTP Lama (2
Penambahan Produk dan 1
Penyesuaian No. SPP-IRT)
Gambar 4.1 Grafik rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT di
wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan
Maret 2013
Dari tabel 4.17 terlihat bahwa hingga bulan Maret 2013 teradapat adanya
232 sarana IRTP dan 813 SPP-IRT dengan penambahan 82 sarana IRTP dan 460
Nomor P-IRT dari tahun 2010 hingga Maret 2013 dimana:
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
65
Universitas Indonesia
a. Pada tahun 2010 terdapat adanya 26 sarana IRTP baru dengan 172 Nomor
P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.21
b. Pada tahun 2011 terdapat adanya 30 sarana IRTP baru dengan 183 Nomor
P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.22
c. Pada tahun 2012 terdapat adanya 20 sarana IRTP baru dengan 68 Nomor
P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.23
d. Hingga bulan Maret 2013 terdapat adanya 6 IRTP baru dengan 37 Nomor
P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.24
Menurut Peraturan Kepala BPOM RI No. HK.03.1.23.04.12.2205 tahun
2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga tertera bahwa SPP-IRT berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
selama memenuhi persyaratan sehingga untuk IRTP yang memiliki SPP-IRT yang
terdaftar sebelum tahun 2012 seharusnya didaftar ulang dan disesuaikan untuk
mendapatkan SPP-IRT yang baru sedangkan hingga bulan Maret 2013 hanya ada
1 sarana IRTP lama yang melakukan penyesuaian No P-IRT sesuai SPP-IRT yang
baru. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pemilik sarana IRTP lainnya belum
mengetahui adanya peraturan tersebut sehingga seharusnya diberikan sosialisasi
atau pemberitahuan yang bisa dilakukan melalui media massa seperti radio, koran
dan sebagainya kepada para pemilik tentang adanya peraturan tersebut.
Kegiatan pemutakhiran data toko obat dilakukan oleh Sudinkes sebagai
program dari Depkes dibawah perintah Menkes. Format penyusunan
pemutakhiran data IRTP sesuai dengan petunjuk adalah sebagai berikut: Tahun,
Propinsi, Kabupaten/Kota, Nama Toko Obat, Nomor Izin, Alamat Kantor,
Telepon Kantor, Penanggung-Jawab, Kelamin, SIK Penanggung-Jawab, dan
Tutup. Berdasarkan data yang tersedia, diperoleh data perizinan toko obat di
wilayah Suku Dinas Kesehatan kota administrasi Jakarta Timur yang disusun
sesuai format tersebut hingga bulan Maret 2013 yang dapat dilihat pada lampiran
4.
Data jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota
administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 dapat dilihat pada tabel 4.18
dan data rekapitulasi jumlah sarana toko obat dapat dilihat pada Tabel 4.19
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
66
Universitas Indonesia
sedangkan grafik data rekapitulasi jumlah sarana toko obat dapat dilihat pada
Gambar 4.2
Tabel 4.18 Data jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota
administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013
Tahun
Kecamatan
Jumlah
sarana
toko
obat
Du
ren
Saw
it
Pu
logad
un
g
Kra
mat
Jati
Cip
ayu
ng
Cir
aca
s
Jati
neg
ara
Matr
am
an
Cak
un
g
Pasa
r R
ebo
Mak
asa
r
≤ 2009 5 6 18 1 13 24 58 3 2 7 137
2010 5 6 18 1 13 24 58 3 2 6 136
2011 6 6 18 1 14 23 58 3 2 6 137
2012 7 6 18 1 14 23 58 3 2 6 138
2013 (Maret) 8 8 18 1 14 23 58 4 3 6 143
Tabel 4.19 Data rekapitulasi sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes
kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013
Tahun Jumlah Toko Obat Keterangan
≤ 2009 137 Perizinan hingga tahun 2009
2010 136 1 TO Baru, 2 jadi Apotek Rakyat,
4 Perpanjangan Izin
2011 137 2 TO Baru, 1 jadi Apotek Rakyat,
3 Perpanjangan Izin
2012 138 1 TO Baru, 5 Perpanjangan Izin
2013 (Maret) 143 5 TO Baru, 3 Perpanjangan Izin
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
67
Universitas Indonesia
Gambar 4.2 Grafik rekapitulasi jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah
Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013
Dari tabel 4.19 terlihat bahwa hingga bulan Maret 2013 teradapat adanya
143 sarana toko obat dengan penambahan izin dari tahun 2010 hingga Maret 2013
sebanyak 24 perizinan dimana:
a. Pada tahun 2010 terdapat adanya 1 izin toko obat baru, 2 toko obat yang
menjadi Apotek Rakyat dan 4 perpanjangan izin yang dapat dilihat
selengkapnya pada tabel 4.25
b. Pada tahun 2011 terdapat adanya 2 izin toko obat baru, 1 menjadi apotek
rakyat dan 3 perpanjangan izin yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel
4.26
c. Pada tahun 2012 terdapat adanya 1 izin toko obat baru dan 5 perpanjangan
izin yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.27
d. Hingga bulan Maret 2013 terdapat adanya 5 izin toko obat baru dengan 3
perpanjangan izin yang dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.28
Dari peraturan tertera bahwa izin usaha pedagang eceran obat (toko obat)
berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung mulai tanggal ditetapkan sedangkan dari
data yang didapatkan masih ada sarana toko obat yang izinnya dibawah tahun
2011 yang belum memperpanjang izinnya dan masih terdaftar data sarana toko
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
68
Universitas Indonesia
obat tersebut di Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur. Hal tersebut mungkin
disebabkan karena pemilik sarana yang tidak mengetahui atau tidak menyadari
bahwa izin sarana yang dimiliki telah berakhir sehingga seharusnya pihak pemilik
diberikan sosialisasi atau pemberitahuan misalnya melalui media massa seperti
koran tentang batas izin toko obat tersebut.
4.3.4 Harga Eceran Tertinggi
Monitoring harga obat generik di wilayah Kota Administrasi Jakarta
Timur periode Januari – Maret 2013 dilakukan pada 10 sarana pelayanan farmasi,
di antaranya satu Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu Instalasi Farmasi RSUD
Pasar Rebo, delapan apotek yang terdiri dari Apotek Kimia Farma 48, Apotek
K24 Pondok Kopi, Apotek K24 Matraman, Apotek K24 Haji Ten, Apotek Sehati
Farma, Apotek Dewa Medika, Apotek Kimia Farma No. 4 Rawamangun dan
Apotek Golden Libra, serta satu apotek rakyat yaitu Apotek Rakyat Aisyah.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
092/MENKES/SK/II/2012, terdapat 498 item Harga Eceran Tertinggi (HET) obat
generik yang diperbarui. Dari 498 item tersebut, dibuat daftar sebanyak 30 item
obat generik yang umum digunakan oleh masyarakat sesuai program kerja
bersama dengan pemantauan pada sarana pelayanan farmasi, di antaranya Instalasi
Farmasi Rumah Sakit, Apotek dan Apotek rakyat di wilayah Jakarta Timur. Hal
ini dilakukan untuk mengawasi seberapa banyak sarana pelayanan kesehatan dan
item obat generik yang melebihi harga eceran tertinggi. Sarana pelayanan farmasi
yang memenuhi dan yang tidak memenuhi persyaratan harga obat generik di
bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) sesuai Kepmenkes RI No.
092/Menkes/SK/II/2012 dapat dilihat pada tabel 4.20.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
69
Universitas Indonesia
Tabel 4.20. Hasil monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan
di wilayah Jakarta Timur
No Sarana
Harga generik tidak
melebihi HET sesuai
Kepmenkes RI No.
092/Menkes/SK/II/
2012
Harga generik
melebihi HET sesuai
Kepmenkes RI No.
092/Menkes/SK/II/
2012
Jumlah % Jumlah %
1 IFRSUD Rasar Rebo 28 100 0 0
2 Apotek Kimia Farma 48 24 85,71 4 14,28
3 Apotek K-24 Pondok Kopi 26 96,29 1 3,70
4 Apotek K-24 Matraman 26 92,86 2 7,14
5 Apotek K -24 Haji Ten 29 96,67 1 3,33
6 Apotek Sehati Farma 29 96,67 1 3,33
7 Apotek Dewa Medika 6 23,08 20 76,92
8 Apotek Kimia Farma No.4
Rawamangun 27 96,43 1 3,57
9 Apotek Rakyat Aisyah 20 80 5 20
10 Apotek Golden Libra 25 100 0 0
Rata – rata persentase 86,78 13,22
Dari tabel 4.20, dapat dilihat masing-masing sarana memiliki perbedaan
pada total jumlah obat generik. Apotek K24 Haji Ten dan Apotek Sehati Farma
memiliki semua item obat generik yang diisi dalam kuesioner yaitu 30 item.
Namun dari 30 item obat generik dalam kuisioner, Instalasi Farmasi RSUD Pasar
Rebo, Apotek Kimia Farma 48, Apotek K24 Matraman dan Apotek Kimia Farma
No.4 Rawamangun memiliki 28 item; Apotek K24 Pondok Kopi memiliki 27
item; Apotek Dewa Medika memiliki 26 item; Apotek Rakyat Aisyah dan Apotek
Golden Libra memiliki 25 item obat generik. Hal tersebut karena adanya
perbedaan kelengkapan tersedianya obat generik di masing-masing sarana.
Dari hasil perhitungan kenaikan per item harga obat generik terhadap
Harga Eceran Tertinggi, harga obat generik yang paling banyak melebihi Harga
Eceran Tertinggi (HET). Dari delapan sarana pelayanan farmasi, terdapat empat
sarana pelayanan farmasi memberikan harga amoksisilin (golongan antibiotik)
melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).
Penyebab sarana pelayanan farmasi menjual obat generik melebihi Harga
Eceran Tertinggi (HET) masih belum bisa dipastikan karena ada beberapa
kemungkinan. Pertama, kemungkinan tidak teliti dalam memberi harga obat
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
70
Universitas Indonesia
generik dengan kemasan yang mirip tetapi jumlah tabletnya berbeda. Kedua,
Apoteker penaggung jawab sarana pelayanan farmasi tidak mengetahui adanya
Kepmenkes RI No. 092/Menkes/SK/II/2012 yang mengatur pemberian harga
generik tidak boleh melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Ketiga,
kemungkinan harga pembelian obat generik dari Pedagang Besar Farmasi (PBF)
yang tinggi sehingga sarana pelayanan farmasi menjual obat generik tersebut lebih
tinggi dari harga beli. Kemungkinan terakhir yaitu sarana pelayanan farmasi yang
memang memberikan harga obat generik lebih mahal untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar.
4.3.5 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian
Kegiatan binwasdal periode Januari-Maret 2013 telah dilakukan oleh
Bagian Farmasi, Makanan dan Minuman ke beberapa unit pelayanan kesehatan,
yaitu 14 apotek, 2 puskesmas, dan 2 rumah sakit. Kriteria yang digunakan dalam
kegiatan ini adalah sarana, administrasi, sumber daya manusia (SDM) dan
pelayanan informasi obat (PIO).
Dari hasil binwasdal ini ditemukan bahwa masih ada beberapa
kekurangan yang perlu diperbaiki. Dari segi sarana di apotek, tera timbangan
harus terus diawasi agar timbangan ditera pada waktunya, kebersihan harus
ditingkatkan, alat-alat yang belum ada harus segera diadakan seperti termometer
lemari es dan penyimpanan obat hendaknya sesuai dengan tempatnya. Sarana di
puskesmas sudah cukup baik dan lengkap. Hal yang perlu dilakukan adalah
perluasan gudang puskesmas kecamatan (PKC Matraman) agar memudahkan
pekerjaan di gudang, obat-obat tersimpan dengan baik dan aliran udara terjaga.
Sarana di rumah sakit sudah cukup baik dan lengkap. Tera timbangan tetap harus
dilaksanakan pada waktunya.
Dari segi administrasi di apotek, hal-hal yang harus diperbaiki adalah kartu
stok harus dilengkapi dengan nomor batch dan tanggal kadaluarsa, pengeluaran
obat antibiotik harus dengan resep dan resep-resep diarsipkan dengan baik.
Kegiatan administrasi di rumah sakit juga harus diperbaiki, yaitu kartu stok harus
dilengkapi dengan nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Kegiatan administrasi di
puskesmas sudah cukup baik, kartu stok sudah dilengkapi dengan nomor batch
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
71
Universitas Indonesia
dan tanggal kadaluarsa sehingga sistem FIFO berjalan. Sistem pendokumentasian
di apotek puskesmas juga sudah berjalan dengan baik. Selain itu, berkaitan dengan
adanya Sistem Pelaporan Narkotik dan Psikotropik (SIPNAP) yang baru maka
diperlukan sosialisasi mengenai SIPNAP ini ke unit-unit pelayanan kesehatan.
Dari segi SDM dibutuhkan tambahan SDM terutama di apotek dan
puskemas agar pelayanan informasi obat dapat berjalan dengan baik. Sejauh ini,
pelayanan informasi obat (PIO) baik di apotek, puskemas maupun rumah sakit
belum berjalan dengan aktif dan terdokumentasi. Oleh karena itu, diperlukan
sosialisasi mengenai pentingnya PIO dan pendokumentasiannya kepada sarana-
sarana kesehatan.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
72
72 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur melaksanakan
tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yaitu sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.
150 Tahun 2009.
5.1.2 Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) Suku Dinas Kesehatan Kota
Administrasi Jakarta Timur membawahi 3 (tiga) koordinator, yaitu
Koordinator Farmasi, Makanan dan Minuman, Koordinator Tenaga
Kesehatan, dan Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan.
5.1.3 Tugas dan fungsi seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu sesuai dengan
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, yaitu :
a) Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yang antara lain tugasnya
adalah melayani perizinan sarana farmasi, makanan dan minuman,
pembinaan, pengawasan dan pengendalian (Binwasdal) sarana farmasi,
makanan dan minuman, pelaporan narkotika psikotropika dan laporan
pemakaian dan lembar permintaan obat yang menggunakan format
baru, monitoring dan pengendalian harga obat.
b) Koordinator Tenaga Kesehatan antara lain tugasnya melayani perizinan
tenaga kesehatan, melaksanakan bimbingan teknis serta memantau
ketersediaan tenaga kesehatan di seluruh Puskesmas di Jakarta Timur
c) Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan antara lain bertugas
melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi standard pelayanan
tenaga kesehatan, melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan,
melaksanakan kegiatan pengembangan mutu, dan menilai pencapaian
sasaran mutu di Sudinkes Jakarta Timur
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
73
Universitas Indonesia
5.2 Saran
5.2.1 Perlu dilakukan pemutakhiran data tenaga kesehatan di lapangan dan
dilakukan pemenuhan tenaga kesehatan di semua sarana pelayanan
kesehatan agar program Kartu Jakarta Sehat dapat terlaksana.
5.2.2 Perlu dilakukan alur perizinan secara konsisten atau mengubahnya sesuai
dengan kondisi di lapangan.
5.2.3 Perlu dilakukan pemutakhiran format LPLPO yang sesuai dengan jenis
obat di Puskesmas serta pemutakhiran data sarana farmasi makanan dan
minuman di lapangan.
5.2.4 Sistem pelaporan narkotika psikotropika dan laporan pemakaian dan
lembar permintaan obat menggunakan sistem yang baru sehingga perlu
dikembangkan lagi dan diadakan sosialisasi menyeluruh terhadap unit
pelayanan kesehatan di seluruh Jakarta Timur serta perlu didukung dengan
penambahan sarana dan prasarana, seperti komputer dan printer.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
74 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. (2009). Undang-
undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. (2009). Undang-undang
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. (1999). Undang-undang
No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonomi (2000). Peraturan
Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai Daerah OtonomPresiden RI. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi,
Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. (2011). KeputusanMenteri
Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan
Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik
dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan
No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007 tentang Apotek
Rakyat. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan
No284/MenKes/PER/III/2007, tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang
Indikator Indonesia Sehat 2010. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan No.
1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. (2002). Peraturan Menteri
Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
75
Universitas Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991 tentang Penyalur
Alat Kesehatan. (1991). Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
142/MenKes/PER/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990 tentang Izin Usaha
Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. (1990).
Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990 Tentang Izin
Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas
Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. (2009). Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem
KesehatanDaerah. (2009). Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009
tentang Sistem Kesehatan Daerah Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta..(2009). Pedoman Perizinan Sarana
Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana
Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku
Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2009). Dokumen Sistem Manajemen Mutu
Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009;Deskripsi Kerja Suku Dinas
Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
TABEL
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
76
Tabel 4.21 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2010
No Nama IRTP Keterangan Banyaknya
izin No P-IRT
1 GSR SARI RASA Izin Baru 2
2 SUMBER ROSO Izin Baru 17
3 THE COOKIES LADY (TCL ) Izin Baru 3
4 SUKA HATI Izin Baru 22
5 Saboga Izin Baru 7
6 YORYA COOKIES Izin Baru 8
7 RATU CERIA BAKERY Izin Baru 5
8 JAKARTA ART CULTUTE
(JAC) Izin Baru 1
9 TABHO Izin Baru 1
10 IVA CAKE BAKERY Izin Baru 6
11 PARAHYANGAN Izin Baru 20
12 TRI DARA Izin Baru 7
13 CIPTA BINA KARYA Izin Baru 1
14 RAFLESIA BAKERY Izin Baru 2
15 EEL SHOP WIYONO Izin Baru 5
16 CV.56 BINTANG UTAMA Izin Baru 3
17 AYA SNACK Izin Baru 8
18 MEMORI Izin Baru 2
19 RATIH JAYA Izin Baru 9
20 WADI BIN ALI Izin Baru 10
21 MELATI PUTIH Izin Baru 15
22 AMANAH Izin Baru 5
23 SARI JAYA Izin Baru 1
24 CV. GEMILANG KARYA
BERSAMA Izin Baru 3
25 GEMBIRA Izin Baru 1
26 KIRANI JAYATAMA Izin Baru 8
Jumlah 26 IRTP Semuanya
izin baru
172 No. P-IRT
Baru
Tabel 4.22 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2011
No Nama IRTP Keterangan Banyaknya
produk/No P-IRT
1 KENANGA Izin Baru 4
2 FRESH HJ. LELA Izin Baru 3
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
77
Universitas Indonesia
3 ZAFA FOOD Izin Baru 5
4 LAPAS KLAS II A
NARKOTIKA Izin Baru 7
5 Tjik Oneh Izin Baru 3
6 PRIMA TALENT UTAMA
MANDIRI Izin Baru 2
7 SIHAR PANGIHUTAN
HAMONANGAN SITORUS Izin Baru 2
8 RAFA HARUM JAYA Izin Baru 3
9 SRIKANDI JAYA Izin Baru 4
10 TUNAS MEKAR Izin Baru 9
11 AMNUR JB HERBAL Izin Baru 3
12 LESTARI FOOD INDUSTRI Izin Baru 26
13 DAPUR ACI Izin Baru 14
14 PD. LARIS MANIS Izin Baru 9
15 SALAMAH FOOD Izin Baru 14
16 Shofi Cookies Penambahan
Produk 13
17 WILMAS MANDIRI Izin Baru 2
18 HARUM LEGIT Izin Baru 1
19 Aneka Kriuk Izin Baru 2
20 Wawat Suprabawati Izin Baru 1
21 Sedap Sari Izin Baru 1
22 MEI PASTEL Izin Baru 1
23 KEMANGI 3 FOODS Izin Baru 1
24 CV. JAYA TUNGGAL Izin Baru 6
25 INNA Izin Baru 4
26 CITRA INDOBOGA Izin Baru 5
27 RAYA FOOD Izin Baru 6
28 UD. LESTARI MAKMUR Izin Baru 10
29 Usaha Mandiri Segar Alami Izin Baru 2
30 CV. Mora Sentosa Izin Baru 13
31 CLARISHA Izin Baru 7
Jumlah 31 IRTP 30 izin baru
+ 1 lama
183 No. P-IRT
Baru
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
78
Universitas Indonesia
Tabel 4.23 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2012
No Nama IRTP Keterang
an
Banyaknya
produk/No P-IRT
1 UD. SUMBER TANI MAKMUR Izin Baru 2
2 UD. SYIFA ALAMI TURKI Izin Baru 5
3 MAHARAJA Izin Baru 1
4 CV MENATA KREASI Izin Baru 2
5 INDRI RASA Izin Baru 8
6 CV HUSEN'S PRIMA MANDIRI Izin Baru 2
7 MAJU SEKAWAN SEJATI Izin Baru 1
8 POPY POPS MAKARONI Izin Baru 1
9 BROTIE BAKERY Izin Baru 6
10 CV BUMI PANGAN Izin Baru 5
11 TIGA PUTRI Izin Baru 4
12 FELISYA ENTERPRISE Izin Baru 11
13 IKONARASAKI Izin Baru 2
14 RANI INDAH PERMATA SARI Izin Baru 1
15 HANDAYANI Izin Baru 1
16 HERBAL HOLISTIK Izin Baru 4
17 SYAFARA Izin Baru 1
18 ORIENTASI NUSANTARA Izin Baru 1
19 LITO BINTANG ABADI Izin Baru 4
20 NA JAYA Izin Baru 6
Jumlah 20 IRTP Semuanya
izin baru 68 No. P-IRT Baru
Tabel 4.24 Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT hingga bulan Maret 2013
No Nama IRTP Keterangan Banyaknya
produk/No P-IRT
1 JAYA ABADI PACKAGING Izin Baru 4
2 MAHARAJA Penambahan
produk 4
3 SANGKU RATU Izin Baru 2
4 CV AZ ZAHRA Izin Baru 1
5 Shofi Cookies Penambahan
produk 1
6 CV. JAYA TUNGGAL Penyesuaian
No. PIRT 6
7 DAPUR KUE MAMA Izin Baru 10
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
79
Universitas Indonesia
8 CEMILAN Izin Baru 5
9 INDOVERA BIOTECH Izin Baru 4
Jumlah 9 IRTP 6 izin baru + 3
lama 37 No. P-IRT Baru
Tabel 4.25 Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2010
Toko Obat Keterangan
ANUGERAH Menjadi Apotek Rakyat
MERLIN Izin Baru
PT.LION SUPER INDO Perpanjangan
CAHAYA BARU II Perpanjangan
LOTTE SHOPPING
INDONESIA Perpanjangan & Ganti Nama
INTI CAKRAWALA
CITRA
Perpanjangan & Ganti Nama
(INDOGROSIR CIPINANG)
SINAR MAKMUR II Menjadi Apotek Rakyat
Tabel 4.26 Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2011
Toko Obat Keterangan
A & G Izin Baru
SEHAT CIJANTUNG Perpanjangan
JAYA AGUNG Jadi Apotek Rakyat
TIGA A (3A) Perpanjangan
PERMATA BIRU Perpanjangan
HYPERMART CIBUBUR JUNCTION Izin Baru
Tabel 4.27 Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2012
Toko Obat Keterangan
CAHAYA BARU II Perpanjangan
FOODMART Izin Baru
GURYANA Perpanjangan
HADI MAKMUR Perpanjangan
LOTTE SHOPPING INDONESIA Perpanjangan
INDOGROSIR CIPINANG Perpanjangan
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
80
Universitas Indonesia
Tabel 4.28 Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2013
Toko Obat Keterangan
FARHANAH Perpanjangan
HYPERMART CIBUBUR JUNCTION Perpanjangan
PERMATA BIRU Perpanjangan
SUPER INDO PASAR REBO Izin Baru
SUPER INDO ARION Izin Baru
SUPER INDO CAKUNG Izin Baru
SUPER INDO PULOMAS Izin Baru
SUPER INDO PONDOK BAMBU Izin Baru
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
81
Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
82
Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR
JL. MATRAMAN RAYA NO. 218
PERIODE 11 MARET – 28 MARET 2013
ANALISIS DISTRIBUSI DAN PEMETAAN TENAGA
KESEHATAN PUSKESMAS DI KECAMATAN CIRACAS,
DUREN SAWIT, MAKASAR, MATRAMAN DAN
PULO GADUNG WILAYAH KOTA ADMINISTRASI
JAKARTA TIMUR
Oleh:
REZA HERMAWAN SULISTOMO, S. Farm
1206313601
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
MARET 2013
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Tujuan ....................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1. Tenaga Kesehatan .................................................................... 4
2.2. Sarana/Fasilitas Kesehatan ...................................................... 8
2.3. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) .............................. 9
2.4. Profil Wilayah Jakarta Timur .................................................. 11
BAB 3. METODOLOGI TINJAUAN ......................................................... 14
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus ...................... 14
3.2 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 14
3.3 Analisis Jumlah dan Pemetaan Tenaga Kesehatan di
Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan Wilayah Kota
Administrasi Jakarta Timur ..................................................... 14
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 15
4.1 Puskesmas Kecamatan ............................................................. 15
4.2 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Pulo Gadung ................. 19
4.3 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Matraman ..................... 22
4.4 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Makasar ........................ 24
4.5 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit .................. 26
4.6 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Ciracas .......................... 28
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 31
5.1. Kesimpulan .............................................................................. 31
5.2. Saran ........................................................................................ 32
DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 33
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 4.1. Grafik Rekapan Tenaga Kesehatan yang berada di lima
Puskesmas Kecamatan .................................................................. 17
Gambar 4.2. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas
Kelurahan yang berada di kecamatan Pulo Gadung ..................... 20
Gambar 4.3. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas
Kelurahan yang berada di kecamatan Matraman ......................... 22
Gambar 4.4. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas
Kelurahan yang berada di kecamatan Makasar ............................ 24
Gambar 4.5. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas
Kelurahan yang berada di kecamatan Duren Sawit ...................... 26
Gambar 4.6. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas
Kelurahan yang berada di kecamatan Ciracas .............................. 28
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1. Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan yang terdapat di Wilayah
Kota Administratif Jakarta Timur ..................................................... 11
Tabel 2.2. Jumlah penduduk di kecamatan dan Kelurahan di Jakarta Timur .... 13
Tabel 4.1. Data rekapan lima Puskesmas Kecamatan ........................................ 16
Tabel 4.2. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Pulo Gadung ...................................................................................... 21
Tabel 4.3. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Matraman .......................................................................................... 23
Tabel 4.4. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Makasar ............................................................................................. 25
Tabel 4.5. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Duren Sawit ....................................................................................... 27
Tabel 4.6. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas
Kelurahan yang berada di kecamatan Ciracas ................................... 29
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung . 34
Lampiran 2. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Jati I ................. 34
Lampiran 3. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Jati II ................ 34
Lampiran 4. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pisangan
Timur I ......................................................................................... 35
Lampiran 5. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pusangan Timur
II ..................................................................................................35
Lampiran 6. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Rawamangun ... 35
Lampiran 7. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Kayu Putih ....... 35
Lampiran 8. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Jatinegara
Kaum .......................................................................................... 36
Lampiran 9. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Cipinang .......... 36
Lampiran 10. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman ....... 36
Lampiran 11. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Utan Kayu
Selatan I ...................................................................................... 37
Lampiran 12. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Utan Kayu
Selatan II ..................................................................................... 38
Lampiran 13. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Utan Kayu
Utara ........................................................................................... 38
Lampiran 14. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pisangan Baru ... 38
Lampiran 15. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Palmeriem ........ 38
Lampiran 16. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Kayu Manis ..... 39
Lampiran 17. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kecamatan Makasar .......... 39
Lampiran 18. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Makasar ........... 39
Lampiran 19. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pinang Ranti .... 40
Lampiran 20. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Cipinang
Melayu ........................................................................................ 40
Lampiran 21. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Kebon Pala ...... 40
Lampiran 22. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Halim I ............. 41
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
vi
Lampiran 23. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Halim II ........... 41
Lampiran 24. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit ... 41
Lampiran 25. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Duren Sawit ..... 43
Lampiran 26. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Klender I .......... 43
Lampiran 27. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Klender II ........ 43
Lampiran 28. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Klender III ....... 43
Lampiran 29. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Malaka Jaya ..... 44
Lampiran 30. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Malaka Sari ..... 44
Lampiran 31. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok
Bambu I ...................................................................................... 44
Lampiran 32. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok
Bambu II ..................................................................................... 44
Lampiran 33. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok
Kelapa ......................................................................................... 45
Lampiran 34. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Kopi I .. 45
Lampiran 35. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Kopi
II ................................................................................................. 45
Lampiran 36. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kecamatan Ciracas ............ 46
Lampiran 37. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Cibubur ............ 48
Lampiran 38. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Ciracas ............. 48
Lampiran 39. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Kelapa Dua
Wetan .......................................................................................... 48
Lampiran 40. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Rambutan ........ 49
Lampiran 41. Data Tenaga Kesehatan Puskesmas Kelurahan Susukan ........... 49
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa kesehatan adalah
merupakan hak asasi manusia. Pada pasal 28 H dinyatakan bahwa setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Selanjutnya pada pasal 34 ayat 3 dinyatakan bahwa negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah
berkewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan berupaya mempertahankan yang
sehat untuk tetap sehat. Berdasarkan UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Dengan demikian kesehatan selain sebagai hak asasi manusia,
kesehatan juga merupakan suatu investasi (Kemenkes, 2011).
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis
(Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, 2009). Berbagai studi menunjukkan bahwa
tenaga kesehatan merupakan kunci utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan
pembangunan kesehatan. Tenaga kesehatan memberikan kontribusi hingga 80%
dalam keberhasilan pembangunan kesehatan. Dalam laporan WHO tahun 2006,
Indonesia termasuk salah satu dari 57 negara yang menghadapi krisis SDM
kesehatan, baik jumlahnya yang kurang maupun distribusinya (Kemenkes, 2011).
Kementrian kesehatan dalam visi dan misi rencana strategis tahun 2010-
2014 menyebutkan bahwa akan menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber
daya kesehatan. Untuk menjamin hal tersebut, maka pemerintah, dalam hal ini
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
2
Universitas Indonesia
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia bertanggung jawab untuk
merencanakan, mengatur menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelengaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Selain itu, Pemerintah daerah juga mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk
pemerataan pelayanan kesehatan dan dapat melakukan pengadaan serta
pendayagunaan tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerahnya (Keputusan
Menteri Kesehatan No. 81/Menkes/SK/I/2004, 2004). Tenaga kesehatan yang
dimaksud dalam tugas khusus ini adalah tenaga medis (meliputi dokter umum dan
dokter gigi), keperawatan, kebidanan, kefarmasian, ahli gizi, kesehatan
masyarakat, dan sanitari. Ketujuh tenaga kesehatan ini dipilih berdasarkan standar
tenaga kesehatan yang ditetapkan pemerintah (Keputusan Menteri Kesehatan No.
1202/Menkes/SK/VIII/2003, 2003).
Perlu dilakukan kajian yang mendalam untuk merencanakan ketersediaan
jumlah tenaga medis dan obat dengan jumlah pasien yang semakin meningkat,
terutama terkait dengan diberlakukannya Program KJS (Kartu Jakarta Sehat) yang
diluncurkan bulan Desember 2012 oleh Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo.
Pengelolaan SDM Kesehatan khususnya perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan
selama ini masih bersifat administratif kepegawaian dan belum dikelola secara
profesional, masih bersifat top down dari pusat, belum bottom up (dari bawah),
belum sesuai kebutuhan organisasi dan kebutuhan nyata di lapangan, serta belum
berorientasi pada jangka panjang. Diharapkan dalam menyusun perencanaan SDM
sebaiknya ditetapkan terlebih dahulu Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Kesehatan di Propinsi, Kabupaten/Kota untuk mengantisipasi masalah-masalah
kesehatan yang mungkin akan terjadi, karena SDM Kesehatan merupakan bagian
tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan No.
81/Menkes/SK/I/2004, 2004).
Dalam tugas khusus ini akan dibahas mengenai analisis distribusi dan
pemetaan tenaga kesehatan di lima kecamatan di wilayah Kota Administrasi
Jakarta Timur, yaitu kecamatan Ciracas, Duren Sawit, Makasar, Matraman dan
Pulo Gadung. Analisis dilakukan dengan cara mengolah data sekunder yang telah
dikumpulkan mahasiswa Apoteker UI yang melakukan praktik kerja di puskesmas
kecamatan selama tiga hari. Tugas khusus ini diharapkan dapat membantu Suku
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
3
Universitas Indonesia
Dinas Kesehatan Jakarta Timur dalam memetakan dan merencanakan tenaga
kesehatan di berbagai sarana kesehatan yang terletak di berbagai kecamatan
dengan lebih baik lagi.
1.2. Tujuan
Mengetahui dan menganalisis penyebaran serta jumlah tenaga kesehatan
yaitu tenaga medis (dokter dan dokter gigi), keperawatan, bidan, kefarmasian
(apoteker dan asisten apoteker), ahli gizi, sanitarian, keteknisan medis dan tenaga
non-kesehatan di lima kecamatan wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, yaitu
kecamatan Ciracas, Duren Sawit, Makasar, Matraman dan Pulo Gadung.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
4 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tenaga Kesehatan
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
mengatur tentang jenis tenaga kesehatan di Indonesia beserta persyaratan yang
berlaku, sistem pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan, standar profesi,
serta mekanisme pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan agar sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan. Tenaga Kesehatan menurut Peraturan
Pemerintah No 32 Tahun 1996 adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan upaya kesehatan
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
dilakukan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 1996, jenis tenaga kesehatan
yang diakui di Indonesia yaitu :
a. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi
b. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan
c. Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker.
d. Tenaga kesehatan masyarakat, meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan dan sanitarian.
e. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis dan dietisien
f. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapiswicara
g. Tenaga keteknisian medis, meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi,
teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik,
teknisi transfusi dan perekam medis.
Visi rencana strategis yang ingin dicapai Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia adalah “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Visi tersebut
kemudian dituangkan dalam 4 misi, yaitu meningkatkan derajat kesehatan
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
5
Universitas Indonesia
masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan madani,
melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan
yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan, menjamin ketersediaan dan
pemerataan sumber daya kesehatan, serta menciptakan tata kelola keperintahan
yang baik. Salah satu misi yang tertuang dalam visi dan misi tersebut adalah
jaminan pemeratan sumber daya kesehatan.
Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan oleh
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi
seluruh masyarakat. Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan nasional tenaga kesehatan. Perencanaan tersebut
disusun dengan memperhatikan faktor jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
oleh masyarakat, sarana kesehatan serta jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. (Peraturan Pemerintah No.32
Tahun 1996, 1996).
Sebagai turunan dari Peraturan Pemerintah tersebut, telah diterbitkan
beberapa Keputusan Menteri Kesehatan, yaitu Kepmenkes No.
81/Menkes/SK/I/2004 tentang pedoman penyusunan perencanaan sumber daya
kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta rumah sakit. Secara garis
besar perencanaan kebutuhan SDM tenaga kesehatan dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok besar yaitu :
a. Perencanaan kebutuhan pada tingkat institusi
Perencanaan SDM kesehatan pada kelompok ini ditujukan pada perhitungan
kebutuhan SDM kesehatan untuk memenuhi kebutuhan sarana pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik dan lain-lainnya.
b. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan pada tingkat wilayah
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menghitung kebutuhan SDM
kesehatan berdasarkan kebutuhan di tingkat wilayah (Propinsi / Kabupaten /
Kota) yang merupakan gabungan antara kebutuhan institusi dan organisasi.
c. Perencanaan kebutuhan SDM kesehatan untuk Bencana.
Perencanaan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM Kesehatan saat
prabencana, terjadi bencana, dan post bencana, termasuk pengelolaan
kesehatan pengungsi
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
6
Universitas Indonesia
Dalam perencanaan SDM Kesehatan perlu memperhatikan :
a. Rencana kebutuhan SDM Kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunanan kesehatan baik kebutuhan lokal, nasional maupun global.
b. Pendayagunaan SDM Kesehatan diselenggarakan secara merata, serasi,
seimbang dan selaras oleh pemerintah, masyarakat dan dunia usaha baik di
tingkat pusat maupun tingkat daerah. Dalam upaya pemerataan SDM
Kesehatan perlu memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban
perorangan dengan kebutuhan masyarakat. Pendayagunaan SDM
Kesehatan oleh pemerintah diselenggarakan melalui pendelegasian
wewenang yang proporsional dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah.
c. Penyusunan perencanaan mendasarkan pada sasaran nasional upaya
kesehatan dari Millenium Development Goals 2015 yang berkaitan dengan
kesehatan, seperti mengurangi kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu
hamil, dan melawan HIV.Aids, Malaria, TBC dan penyakit lain.
d. Pemilihan metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan di dasarkan
pada kesesuaian metode dengan kemampuan dan keadaan daerah masing-
masing.
Pada dasarnya kebutuhan SDM tenaga kesehatan dapat ditentukan
berdasarkan kebutuhan epidemiologi penyakit utama masyarakat, permintaan
(demand) akibat beban pelayanan kesehatan atau sarana upaya kesehatan yang
ditetapkan dan standar atau ratio terhadap nilai tertentu. Dimana determinan yang
berpengaruh dalam perencanaan kebutuhan SDM adalah perkembangan
penduduk, baik jumlah, pola penyakit, daya beli, maupun keadaan sosiobudaya
dan keadaan darurat / bencana, pertumbuhan ekonomi dan berbagai kebijakan di
bidang pelayanan kesehatan.
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan disebutkan bahwa dalam
perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan terdapat empat metoda penyusunan yang
dapat digunakan, yaitu (Kepmenkes No. 81/Menkes/SK/I/2004, 2004) :
a. Health Need Method (keperluan kesehatan), yaitu perencanaan kebutuhan
tenaga kesehatan yang didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada
pada masyarakat.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
7
Universitas Indonesia
b. Health Service Demand (kebutuhan kesehatan), yaitu perencanaan kebutuhan
tenaga kesehatan yang didasarkan atas permintaan akibat beban pelayanan
kesehatan.
c. Health Service Target Method (sasaran upaya kesehatan yang ditetapkan),
yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas sarana
pelayanan kesehatan yang ditetapkan, misalnya Puskesmas dan Rumah Sakit.
d. Ratios Method (dibandingkan tehadap jumlah penduduk), yaitu perencanaan
kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan pada standar/rasio terhadap nilai
tertentu.
Pelaksanaan penyusunan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga
kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan, serta
melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan di Kota
Administrasi yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta merupakan tugas Seksi
Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kota Administrasi (Peraturan Gubernur DKI
Jakarta Nomor 150 tahun 2009, 2009).
Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 23
yang menyebutkan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga
kesehatan wajib memilki izin dari pemerintah. Perizinan praktik tenaga kesehatan
di Provinsi DKI Jakarta diberikan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi
dengan keluarnya Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009. Dasar
hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Permenkes No. 1796/Menkes/Per/ VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan.
b. Kepmenkes No.889/MenKes/ Per/V/2011 tentang Izin Praktik dan izin Kerja
Tenaga Kefarmasian.
c. Kepmenkes No.2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
d. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/148/ I/2001 Tentang Registrasi dan
Praktik Perawat.
e. Kepmenkes No.1392/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Kerja
Perawat Gigi.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
8
Universitas Indonesia
f. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/149/ I/2001 Tentang Registrasi dan
Praktik Bidan.
g. Kepmenkes No.357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin
Radiografer.
h. Kepmenkes No.544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin Kerja
Refraksionis Optisien.
i. Kepmenkes No.1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin
Praktik Fisioterapis.
j. Kepmenkes No.867/Menkes/Per/VIII/2004 Tentang Registrasi dan Praktik
Terapis Wicara.
2.2. Sarana/Fasilitas Kesehatan
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 32, 1996). Sedangkan yang dimaksud
dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan menurut
jenisnya dibedakan menjadi fasilitas pelayanan perseorangan dan fasilitas
pelayanan masyarakat, yang diselenggarakan baik oleh pihak pemerintah,
pemerintah daerah maupun pihak swasta. Pelayanan kesehatan perorangan
ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan dan keluarga. Sementara pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu
kelompok dan masyarakat (Undang-Undang No. 36, 2009).
Fasilitas pelayanan kesehatan memiliki kewajiban untuk memberikan
akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan
dan mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada pemerintah
daerah atau Menteri. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu serta
dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka (Undang-Undang No. 36,
2009).
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
9
Universitas Indonesia
Sedangkan dalam menentukan jenis dan jumlah fasilitas kesehatan
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dengan mempertimbangkan
(Undang-Undang No. 36, 2009) :
a. luas wilayah;
b. kebutuhan kesehatan;
c. jumlah dan persebaran penduduk;
d. pola penyakit;
e. pemanfaatannya;
f. fungsi sosial; dan
g. kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.
2.3. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004
tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai unit
pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Pembangunan kesehatan yang
dimaksud adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah
kabupaten/kota adalah tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
sedangkan puskesmas hanya bertanggung jawab pada sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
sesuai dengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas
adalah satu kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari
satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).
Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
10
Universitas Indonesia
langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dalam menyelenggarakan
upaya kesehatan, Puskesmas memiliki fungsi sebagai berikut (Keputusan Menteri
Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004, 2004):
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan.
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran,
kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup
sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan.
c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab
puskesmas meliputi:
1). Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk
puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
2). Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
11
Universitas Indonesia
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
2.4. Profil Wilayah Jakarta Timur
Jakarta Timur merupakan salah satu Kota Administratif yang berada di
Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terbagi dalam 10 kecamatan dan 65
kelurahan, serta terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 78 Puskesmas Kelurahan,
yaitu (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2010) :
Tabel 2.1. Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan yang terdapat di wilayah Kota
Administratif Jakarta Timur
Kecamatan / Kelurahan Kecamatan / Kelurahan
Ciracas Cipayung
PKC Ciracas + RB + RI 10 TT PKC Cipayung + RB
PKL Kp Rambutan + RB PKL Lubang Buaya
PKL Ciracas PKL Bambu Apus I
PKL Cibubur PKL Bambu Apus II
PKL Susukan PKL Ceger
PKL Kelapa Dua Wetan PKL Munjul
PKL Setu
PKL Cilangkap
PKL Pondok Rangon I
PKL Pondok Rangon II
PKL Cipayung
Duren Sawit Cakung
PKC Duren Sawit + RB PKC Cakung + RB
PKL Pondok Bambu I PKL Jatinegara
PKL Pondok Bambu II + RB PKL Penggilingan PIK
PKL Klender I PKL Rawa Terate
PKL Klender II PKL Cakung Timur
PKL Klender III PKL Cakung Barat
PKL Duren Sawit PKL Ujung Menteng
PKL Malaka Jaya PKL Penggilingan I (Elok)
PKL Malaka Sari PKL Pulo Gebang
PKL Pondok Kopi I
PKL Pondok Kopi II
PKL Pondok Kelapa
Makasar Pasar Rebo
PKC Makasar + RB PKC Pasar Rebo + RB + RI 25 TT
PKL Cipinang Melayu PKL Kampung Baru
PKL Kebon Pala PKL Pekayon
PKL Halim P Kusumah I PKL Gedong
PKL Halim P Kusumah II PKL Cijantung
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
12
Universitas Indonesia
Kecamatan / Kelurahan Kecamatan / Kelurahan
PKL Makasar PKL Kalisari
PKL Pinang Ranti
Matraman Kramat Jati
PKC Matraman + RB PKC Kramat Jati + RB + RI 20 TT
PKL Palmeriam PKL Cawang
PKL Kayu Manis PKL Cililitan
PKL Utan Kayu Utara PKL Kramat Jati I
PKL Utan Kayu Selatan I PKL Kramat Jati II
PKL Utan Kayu Selatan II PKL Batu Ampar
PKL Pisangan Baru PKL Bale Kambang
PKL Kampung Tengah
PKL Dukuh
Pulo Gadung Jatinegara
PKC Pulo Gadung + RB PKC Jatinegara + RB
PKL Kayu Putih PKL Kp Melayu
PKL Jati I PKL Balimester
PKL Jati II PKL Bidara Cina I
PKL Rawamangun PKL Bidara Cina II
PKL Pisangan Timur I PKL Bidara Cina III
PKL Pisangan Timur II PKL Cipinang Cempedak
PKL Cipinang PKL Rawa Bunga
PKL Jatinegara Kaum + RB PKL Cipinang Muara
PKL Cipinang Besar Utara
PKL Cipinang Besar Selatan I
PKL Cipinang Besar Selatan II Keterangan : PKC = Puskesmas Kecamatan; PKL = Puskesmas Kelurahan; TT = Tempat Tidur;
RI = Rawat Inap; RB = Ruang Bersalin.
[Sumber : Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur]
Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk (SP) 2010 pada Tabel 2.2,
jumlah penduduk Jakarta Timur adalah 2.693.896 jiwa. Dari hasil SP tahun 2010
tersebut bahwa penyebaran penduduk di Jakarta Timur dengan 3 Kecamatan
terbesar, yaitu:
1. Kecamatan Cakung yakni sebesar 18,70%,
2. Kecamatan Duren Sawit sebesar 14,28%, dan
3. Kecamatan Kramat Jati sebesar 10,11%.
Sedangkan kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah
Kecamatan Matraman yang berjumlah 148.406 orang (Badan Pusat Statistik,
2010). Dengan luas wilayah Jakarta Timur sekitar 161,66 km2 yang didiami oleh
2.693.896 orang maka rata‐rata tingkat kepadatan penduduk Jakarta Timur adalah
sebanyak 16.664 orang per kilo meter persegi.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
13
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 Jumlah penduduk di kecamatan dan kelurahan di Jakarta Timur
Kecamatan / Kelurahan Jumlah
Penduduk Kecamatan / Kelurahan
Jumlah
Penduduk
Ciracas 252999 Cipayung 228659
Kp Rambutan 36182 Lubang Buaya 64531
Ciracas 65638 Bambu Apus 27221
Cibubur 66201 Cipayung 24964
Susukan 38817 Ceger 20247
Kelapa Dua Wetan 44919 Munjul 23040
Setu 20038
Cilangkap 24916
Pondok Rangon 23579
Duren Sawit 381964 Cakung 503174
Pondok Bambu 67664 Jatinegara 103080
Klender 79223 Penggilingan 101157
Duren Sawit 68233 Rawa Terate 29234
Malaka Jaya 28672 Cakung Timur 66992
Malaka Sari 27449 Cakung Barat 70769
Pondok Kopi 37076 Ujung Menteng 31131
Pondok Kelapa 76431 Pulo Gebang 101483
Makasar 185645 Pasar Rebo 188771
Cipinang Melayu 44270 Kampung Baru 23400
Kebon Pala 46596 Pekayon 43106
Halim Perdana Kusumah 32899 Gedong 38493
Makasar 35228 Cijantung 42736
Pinang Ranti 26837 Kalisari 41497
Matraman 148648 Kramat Jati 272164
Kebon Manggis 15297 Cawang 32318
Palmeriam 18536 Cililitan 41911
Kayu Manis 23761 Kramat Jati 33181
Utan Kayu Utara 24820 Batu Ampar 53514
Utan Kayu Selatan I 36396 Bale Kambang 34201
Pisangan Baru 29596 Kampung Tengah 50530
Dukuh 26824
Pulo Gadung 261102 Jatinegara 264901
Pulo Gadung 38104 Kp Melayu 23260
Kayu Putih 47307 Balimester 8886
Jati 34650 Bidara Cina 33729
Rawamangun 38947 Cipinang Cempedak 31768
Pisangan Timur 41388 Rawa Bunga 21252
Cipinang 37889 Cipinang Muara 58395
Jatinegara Kaum 24043 Cipinang Besar Utara 53387
Cipinang Besar Selatan 36057
Total Jumlah Penduduk 2693896 [Sumber : Badan Pusat Statistik, 2010]
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
14 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI TINJAUAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus
Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA) periode 11 Maret – 28 Maret 2013 di Suku Dinas Kesehatan Jakarta
Timur Seksi Sumber Daya Kesehatan, Subseksi Tenaga Kesehatan.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder. Data sekunder berupa
data yang dikumpulkan oleh lima orang Mahasiswa yang melakukan Praktek
Kerja di masing-masing lima Puskesmas Kecamatan di wilayah Jakarta Timur
yaitu Puskesmas Kecamatan Ciracas, Kecamatan Duren Sawit, Kecamatan
Makasar, Kecamatan Matraman dan Kecamatan Pulo Gadung yang didapat dari
bagian Tata Usaha (TU) masing-masing Puskesmas Kecamatan.
3.3 Analisis Jumlah dan Pemetaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Kecamatan dan Kelurahan Wilayah Kota Administrasi Jakarta
Timur
Dalam analisis ini akan dilakukan perhitungan jumlah dan pemetaan
tenaga kesehatan (Tenaga medis, kefarmasian, keperawatan, bidan, kesehatan
masyarakat, sanitarian, gizi, keteknisan medis) dan tenaga non-kesehatan yang
tersedia di Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan yang ada di lima kecamatan di
wilayah Jakarta Timur, yaitu Ciracas, Duren Sawit, Makasar, Matraman dan Pulo
Gadung melalui data kepegawaian yang diperoleh dari Tata Usaha (TU) lima
Puskesmas Kecamatan tersebut. Dari data tersebut dihitung ketersediaan tenaga
kesehatan (baik jumlah dan kekurangan) yang ada agar tenaga kesehatan dapat
menjalankan pelayanan kesehatan yang baik.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
15 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis distribusi dan pemetaan tenaga kesehatan di tiap Puskesmas
Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur
dilakukan dengan mengolah data kepegawaian yang diperoleh dari Tata Usaha
kelima Puskesmas Kecamatan dan dikelompokkan menjadi tenaga kesehatan yang
akan dihitung ketersediaan dan jumlahnya. Jenis tenaga kesehatan yang dianalisis
adalah dokter, dokter gigi, apoteker, asisten apoteker, bidan, perawat, perawat gigi
dan staf non-kesehatan untuk Puskesmas Kelurahan. Untuk Puskesmas
Kecamatan, ditambah dengan ahli gizi, sanitarian dan keteknisan medis.
Berdasarkan data dari Suku Dinas Kesehatan, terdapat 10 Puskesmas Kecamatan
dan 78 Puskesmas Kelurahan di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur.
Namun, yang didata tenaga kesehatannya hanya lima Puskesmas Kecamatan,
yaitu Puskesmas Kecamatan Ciracas, Duren Sawit, Makasar, Matraman dan Pulo
Gadung, serta 36 Puskesmas Kelurahan yang tersebar di lima kecamatan tersebut.
Ketersediaan, jumlah dan distribusi tenaga kesehatan tersebut dibandingkan antar
Puskesmas Kecamatan, dan antar Puskesmas Kelurahan dalam satu Kecamatan.
4.1 Puskesmas Kecamatan
Puskesmas Kecamatan yang dibandingkan adalah Puskesmas Kecamatan
Ciracas, Duren Sawit, Makasar, Matraman dan Pulo Gadung. Tenaga Kesehatan
yang tersedia di masing-masing Puskesmas dibandingkan, yaitu dokter, dokter
gigi, apoteker, asisten apoteker, bidan, perawat, perawat gigi, ahli gizi, sanitarian,
keteknisan medis dan staf. Data rekapan tenaga kesehatan Puskesmas kecamatan
dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan perbandingan jumlah tenaga kesehatan dapat
dilihat pada grafik Gambar 4.1.
Dari data rekapan tersebut dapat dilihat dari kelima kecamatan, kecamatan
Matraman memiliki jumlah dokter umum terbanyak yaitu 9 orang, sementara
kecamatan Pulo Gadung memiliki jumlah dokter umum terkecil yaitu 4 orang.
Untuk tenaga dokter gigi, kelima kecamatan telah miliki dokter gigi, kecamatan
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
16
Universitas Indonesia
Duren Sawit memiliki dokter gigi terbanyak yaitu 7 orang, sementara kecamatan
Makasar yang terendah dengan 2 orang dokter gigi.
Tabel 4.1. Data Rekapan lima Puskesmas Kecamatan
Puskesmas
Kecamatan
Pulo
Gadung +
RB
Matraman +
RB
Makasar
+ RB
Duren
Sawit +
RB
Ciracas +
RB + RI
10 TT
Jumlah Penduduk 262328 148406 185830 384748 251757
Dokter Umum 4 9 6 7 5
Dokter Gigi 4 5 2 7 6
Apoteker 1 2 2 2 2
Asisten Apoteker 2 0 1 2 2
Bidan 5 6 11 6 11
Perawat 15 9 13 13 24
Perawat Gigi 0 1 0 1 1
Gizi 1 2 1 1 3
Sanitarian 0 2 3 4 3
Keteknisan Medis 2 2 1 4 3
Staf non-kesehatan 10 13 10 5 15
Jumlah 42 49 49 48 72 Keterangan : RB = Ruang Bersalin; TT = Tempat Tidur; RI = Ruang Inap
[Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung, Matraman, Makasar, Duren
Sawit, Ciracas, 2013]
Dari kelima Puskesmas Kecamatan, semuanya telah memiliki tenaga
apoteker. Sebanyak empat Puskesmas memiliki 2 orang apoteker, yaitu kecamatan
Matraman, Makasar, Duren Sawit dan Ciracas, sementara kecamatan Pulo
Gadung hanya memiliki seorang apoteker. Ini berarti Puskesmas Pulo Gadung
tidak memiliki apoteker pendamping dikarenakan satu orang apoteker sedang
menempuh tugas belajar, sehingga bebas tugas dan tidak masuk dalam data
kepegawaian terbaru. Untuk tenaga kefarmasian lain yang cukup penting yaitu
asisten apoteker, sebanyak 3 kecamatan yang memiliki 2 orang asisten apoteker,
yaitu kecamatan Pulo Gadung, Duren Sawit, dan Ciracas, sementara kecamatan
Makasar hanya memiliki seorang asisten apoteker. Namun, kecamatan Matraman
tidak memiliki tenaga asisten apoteker, padahal tenaga asisten apoteker sesuai
dengan PP No. 51 tahun 2009 cukup diperlukan di fasilitas pelayanan kefarmasian
seperti kamar obat di Puskesmas untuk membantu apoteker melakukan pelayanan,
menyiapkan obat ataupun meracik obat. Untuk kasus seperti ini, mungkin bisa
saja fungsi asisten apoteker diberikan kepada tenaga kesehatan lain yang dilatih,
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
17
Universitas Indonesia
namun tetap saja asisten apoteker yang memiliki pengetahuan dalam membaca
resep, menyiapkan obat dan meracik obat sesuai dengan ketentuan untuk
memastikan keamanan, mutu, manfaat dan khasiat dari sediaan farmasi yang
diracik dan diberikan.
Hasil dari data rekapan tenaga bidan di masing-masing puskesmas
kecamatan menunjukkan bahwa kelima puskesmas telah memiliki tenaga
kebidanan. Dua kecamatan memiliki 11 orang bidan, yaitu kecamatan Matraman
dan Ciracas, kemudian kecamatan Matraman dan Duren Sawit memiliki 6 orang
bidan, dan kecamatan Pulo Gadung yang terkecil, hanya memiliki 5 orang bidan.
Gambar 4.1. Grafik Rekapan Tenaga Kesehatan yang berada di lima Puskesmas
Kecamatan
Dari data hasil rekapan terlihat bahwa Kecamatan Ciracas memiliki tenaga
perawat terbanyak yaitu 24 orang dan kecamatan yang memiliki tenaga perawat
terendah berada di Puskesmas Kecamatan Matraman dengan 9 orang. Untuk
perawat gigi, data rekap tenaga kesehatan menunjukkan angka yang cukup rendah
dibandingkan dengan dokter gigi yang terdapat di dalam puskesmas. Ada tiga
0
5
10
15
20
25
4 4
1 2
5
15
0 1
0
2
10 9
5
2
0
6
9
1 2 2 2
13
6
2 2 1
11
13
0 1
3
1
10
7 7
2 2
6
13
1 1
4 4 5 5
6
2 2
11
24
1
3 3 3
15
Tenaga kesehatan
Grafik Perbandingan Jumlah Tenaga
Kesehatan di lima Puskesmas Kecamatan
Pulo Gadung
Matraman
Makasar
Duren Sawit
Ciracas
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
18
Universitas Indonesia
Puskesmas Kecamatan yang telah memiliki seorang perawat gigi, yaitu
Kecamatan Matraman, Duren Sawit dan Ciracas. Sementara kecamatan Pulo
Gadung dan Matraman, tidak memiliki tenaga perawat gigi sama sekali,
sementara di Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung dan Makasar berturut-turut
memiliki 4 orang dan 2 orang tenaga dokter gigi. Padahal perawat gigi memiliki
peranan yang penting dalam melaksanakan keperawatan dan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut meskipun tugasnya dapat digantikan oleh perawat biasa. Perawat
gigi bertugas untuk membantuk dokter gigi dalam melaksanakan kegiatan
pengobatan gigi dan mulut, memberikan pelayanan pada pasien gigi, melakukan
sterilisasi peralatan gigi, melakukan administrasi klinik gigi dan melayani
pendaftaran pasien.
Kelima Puskesmas Kecamatan dikatakan cukup memiliki ahli gizi karena
telah menunjukkan ketersediaan tenaga ahli gizi dengan jumlah terbanyak berada
pada kecamatan Ciracas dengan 3 orang, dan terkecil berada pada kecamata Pulo
Gadung yang hanya memiliki seorang ahli gizi. Untuk tenaga sanitarian, hasil data
tenaga kesehatan menunjukkan empat Puskesmas Kecamatan telah tersedia tenaga
sanitarian yaitu Puskesmas Kecamatan Matraman, Makasar, Duren Sawit dan
Ciracas, dengan yang terbanyak berada pada Puskesmas Duren Sawit dengan 4
orang sanitarian. Sementara itu, Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung tidak
memiliki tenaga sanitarian sama sekali karena sedang menjalani tugas belajar,
sehingga dibebas tugaskan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
373/Menkes/SKIIII/2007 tentang Standar Profesi Sanitarian memberikan
pengertian sanitarian/ahli kesehatan lingkungan adalah tenaga profesional di
bidang kesehatan lingkungan yang memberikan perhatian terhadap aspek
kesehatan lingkungan air, udara, tanah, makanan dan vektor penyakit pada
kawasan perumahan, tempat umum, tempat kerja, industri, transportasi dan matra.
Sehingga kehadiran sanaitarian di dalam suatu Puskesmas dirasa cukup penting
sebagai penyelenggara pelaksana dan penilaian kegiatan klinik sanitasi,
pengawasan, penilaian ddan perbaikan kualitas lingkungan, melakukan
pencegahan penyakit berbasis lingkungan, pembinaan masyarakat melalui
penyuluhan dan konseling, serta beberapa tugas sanitarian lainnya.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
19
Universitas Indonesia
Untuk tenaga keteknisan medis, yang meliputi radiografer, radioterapis,
teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik
prostetik, teknisi transfusi maupun perekam medis telah tersedia di kelima
Puskesmas Kecamatan. Jumlah tenaga keteknisan medis terbanyak berada di
Puskesmas Kecamatan Duren Sawit dengan 4 orang tenaga keteknisan medis,
sementara yang terendah berada di Puskesmas Kecamatan Makasar.
Dari data hasil rekap tenaga kesehatan menunjukkan masing-masing
Puskesmas Kecamatan memiliki staf non-kesehatan yang dibagi menjadi staf
pegawai TU dan staf bagian lain, Puskesmas Ciracas memiliki staf non-kesehatan
terbanyak sebesar 15 orang dan Puskesmas Duren Sawit memiliki jumlah staf
non-kesehatan terendah yaitu 5 orang. Tidak tersedianya beberapa tenaga
kesehatan di Puskesmas Kecamatan juga dapat terjadi karena beberapa tenaga
kesehatan masih dalam status honorer atau kontrak, sehingga tidak terdata di
dalam data kepegawaian Puskesmas.
4.2 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Pulo Gadung
Di kecamatan Pulo Gadung, terdapat satu Puskesmas Kecamatan Pulo
Gadung, dan 8 Puskesmas Kelurahan yang tersebar di kecamatan Pulo Gadung,
diantaranya Puskesmas Kelurahan Jati I, Jati II, Pisangan Timur I, Pisangan Timur
II, Rawamangun, Kayu Putih, Jatinegara Kaum dan Cipinang. Grafik
perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pulo
Gadung dapat dilihat pada Gambar 4.2, dan data rekapan tenaga kesehatan
Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan dapat dilihat pada Tabel 4. 2.
Dapat dilihat dari grafik diatas, telah terdapat masing-masing satu dokter
umum pada 7 Puskesmas Kelurahan, hanya Puskesmas Kelurahan Jati II yang
tidak memiliki tenaga dokter umum. Tidak tersedianya dokter umum di
Puskesmas Jati II mungkin disebabkan karena pada kelurahan Jati terdapat dua
buah Puskesmas Kelurahan, dan masih kurangnya penempatan tenaga dokter
umum untuk ditempatkan pada fasilitas pelayanan Puskesmas Kelurahan
menyebabkan Puskesmas Jati II belum memiliki tenaga dokter umum. Padahal,
pelayanan kesehatan untuk pasien dengan gejala umum wajib dilaksanakan oleh
tenaga dokter umum, tidak boleh dilakukan oleh dokter gigi, perawat ataupun
bidan.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
20
Universitas Indonesia
Gambar 4.2. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan
yang berada di kecamatan Pulo Gadung
Untuk tenaga medis lain yaitu dokter gigi, semua Puskesmas kelurahan
telah memiliki seorang dokter gigi sehingga pelayanan Balai Pengobatan Gigi
(BPG) dapat dilaksanakan pada setiap Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Pulo
Gadung.
Pada Tabel 4.2 juga menyajikan data Puskemas Kelurahan dan Puskesmas
Kecamatan Pulo Gadung. Dapat dilihat untuk tenaga kefarmasian yaitu Apoteker
dan Asisten Apoteker, Puskesmas Kecamatan telah memenuhi ketersediaan tenaga
kesehatan dengan menyediakan seorang apoteker dan 2 orang asisten apoteker.
Namun, jika dilihat pada grafik, dari kedelapan Puskesmas Kelurahan tidak ada
satupun yang memiliki tenaga kefarmasian asisten apoteker. Padahal jika
pelayanan kesehatan dilakukan oleh dokter ataupun dokter gigi, meskipun tenaga
kesehatan yang lain dapat dilatih, namun yang berhak memberikan obatnya adalah
tenaga kefarmasian.
Disetiap Puskesmas Kecamatan telah tersedia fasilitas pelayanan ruang
bersalin (RB), sehingga di Puskesmas Kecamatan tersedia lebih dari satu bidan
untuk melayani pasien ibu hamil yang akan melahirkan, pada Puskesmas Pulo
Gadung tersedia 5 orang tenaga kebidanan. Pada Kelurahan Jatinegara Kaum,
Puskesmasnya juga memiliki fasilitas ruang bersalin. Namun, dapat dilihat pada
Tabel 4.2, Puskesmas ini hanya memiliki seorang bidan. Jumlah bidan di
Puskesmas ini dirasa kurang apalagi untuk melayani pasien ibu hamil di ruang
0
1
2
3
Dokter Dokter
Gigi
Asisten
Apoteker
Bidan Perawat Perawat
Gigi
Staf
Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan di kecamatan Pulo
Gadung
Jati I
Jati II
Pisangan Timur I
Pisangan Timur II
Rawamangun
Kayu Putih
Jatinegara Kaum
Cipinang
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
21
Universitas Indonesia
bersalin (RB), karena ibu hamil tidak dapat diprediksi kapan akan melahirkan.
Dan jika bidan tersebut sedang berhalangan, maka tidak dapat dilaksanakan
pelayanan ruang bersalin di Puskesmas tersebut. Sehingga diperlukan lebih dari
satu bidan, terutama untuk puskesmas yang memiliki fasilitas ruang bersalin.
Tabel 4.2. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Pulo Gadung
Puskesmas
Kecamatan/
Kelurahan
PK
C P
ulo
Ga
du
ng
+ R
B
PK
L J
ati
I
PK
L J
ati
II
PK
L
Pis
an
ga
n
Tim
ur
I
PK
L
Pis
an
ga
n
Tim
ur
II
PK
L
Ra
wa
ma
ng
un
PK
L K
ay
u
Pu
tih
PK
L
Ja
tin
ega
ra
Ka
um
+ R
B
PK
L
Cip
ina
ng
Jumlah Penduduk 38104 34650 41388 38947 47307 24043 37889
Dokter 4 1 0 1 1 1 1 1 1
Dokter Gigi 4 1 1 1 1 1 1 1 1
Apoteker 1
Asisten Apoteker 2 0 0 0 0 0 0 0 0
Bidan 5 1 1 1 1 1 1 1 1
Perawat 15 2 2 1 2 3 2 2 2
Perawat Gigi 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Gizi 1
Sanitarian 0
Keteknisan medis 2
Staf non-kesehatan 10 1 1 2 1 1 1 1 1
Jumlah 42 6 5 6 6 7 6 6 6
Keterangan : PKC = Puskesmas Kecamatan; PKL = Puskesmas Kelurahan; RB = Ruang Bersalin.
Data rekapan Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung didapatkan dari data Beezeting.
[Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung, 2013]
Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pulo Gadung semuanya telah
memiliki tenaga perawat. Dengan jumlah tenaga perawat terbanyak berada pada
Puskesmas Rawamangun yaitu 3 orang perawat, dan yang terkecil berada pada
Puskesmas Pisangan Timur I dengan satu orang perawat.
Sama seperti tenaga kefarmasian, semua Puskesmas Kelurahan di
kecamatan Pulo Gadung tidak ada yang memiliki tenaga kesehatan perawat gigi.
Padahal di setiap Puskesmas Kelurahan memiliki dokter gigi yang membuka Poli
Gigi. Mungkin beberapa dokter gigi tidak memerlukan adanya perawat gigi
seperti halnya dokter gigi yang membuka praktek dirumah atau klinik. Namun,
untuk di puskesmas, ketersediaan perawat gigi cukup diperlukan karena dapat
membantuk dokter gigi dalam melaksanakan kegiatan pengobatan gigi dan mulut,
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
22
Universitas Indonesia
terutama jika Puskesmas tersebut memiliki banyak pasien poli gigi. Untuk tenaga
tambahan yaitu staf non-kesehatan, setiap Puskesmas telah memiliki staf non-
kesehatan setidaknya satu orang untuk membantu proses administrasi.
4.3 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Matraman
Di kecamatan Matraman terdapat 5 kelurahan, namun terdapat 6
Puskesmas Kelurahan dan satu Puskesmas Kecamatan Matraman. Keenam
Puskesmas Kelurahan tersebut adalah Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Selatan I,
Utan Kayu Selatan II, Utan Kayu Utara, Pisangan Baru, Palmeriem dan Kayu
Manis. Terlihat dari grafik Gambar 4.3, keenam Puskesmas Kecamatan tersebut
memiliki distribusi tenaga medis dokter umum dan dokter gigi yang merata, yaitu
satu orang dokter dan dokter gigi di masing-masing Puskesmas Kelurahan.
Gambar 4.3. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan
yang berada di kecamatan Matraman
Untuk tenaga kefarmasian asisten apoteker, hanya satu Puskesmas
Kelurahan yang memiliki tenaga kefarmasian, yaitu Puskesmas Kelurahan Kayu
Manis. Untuk Puskesmas Kelurahan yang lain belum memiliki tenaga
kefarmasian yang tetap. Bahkan dapat dilihat pada Tabel 4.3 Puskemas
Kecamatan Matraman pun tidak memiliki tenaga kefarmasian. Tidak tersedianya
tenaga kefarmasian yang minimal seperti asisten apoteker ini sangat disayangkan.
Dokter Dokter
Gigi
Asisten
Apoteker
Bidan Perawat Perawat
Gigi
Staf
0
1
2
3
Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan di kecamatan
Matraman
Utan Kayu Selatan I
Utan Kayu Selatan II
Utan Kayu Utara
Pisangan Baru
Palmeriem
Kayu Manis
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
23
Universitas Indonesia
Karena dapat dibayangkan praktik dan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
Kelurahan tidak dilakukan oleh tenaga ahli kefarmasian.
Pada Puskemas Kelurahan di kecamatan Matraman belum ada fasilitas
ruang bersalin. Sehingga tenaga kebidanan di lima Puskesmas Kelurahan hanya
memiliki seorang bidan, sementara untuk Puskesmas Kelurahan Kayu Manis
memiliki 2 orang tenaga bidan. Untuk tenaga keperawatan, keenam Puskesmas
telah memiliki tenaga perawat dan 4 Puskesmas telah memiliki tenaga perawat
gigi. Sebanyak tiga Puskesmas memiliki 2 orang perawat, yaitu Puskesmas Utan
Kayu Selatan II, Utan Kayu Utara, dan Palmeriem. Sementara Puskesmas lainnya
hanya memiliki seorang perawat saja.
Puskesmas yang telah memiliki 1 orang tenaga keperawatan gigi antara
lain Utan Kayu Selatan I, Utan Kayu Selatan II, Palmeriem dan Kayu Manis.
Untuk tenaga staf non-kesehatan, baru dimiliki oleh Puskesmas Utan Kayu Utara,
Palmeriem dan Kayu Manis sebanyak 1 orang, Puskesmas lainnya belum
memiliki staf non-kesehatan.
Tabel 4.3. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Matraman
Puskesmas
Kecamatan /
Kelurahan PK
C
Matr
am
an
+ R
B
PK
L U
tan
Kayu
Sel
ata
n I
PK
L U
tan
Kayu
Sel
ata
n I
I
PK
L U
tan
Kayu
Uta
ra
PK
L
Pis
an
gan
Baru
PK
L
Palm
erie
m
PK
L K
ayu
Man
is
Jumlah Penduduk 36396 24820 29596 18536 23761
Dokter 9 1 1 1 1 1 1
Dokter Gigi 5 1 1 1 1 1 1
Apoteker 2
Asisten Apoteker 0 0 0 0 0 0 1
Bidan 6 1 1 1 1 1 2
Perawat 9 1 2 2 1 2 1
Perawat Gigi 1 1 1 0 0 1 1
Gizi 2
Sanitarian 2
Keteknisan medis 13
Staf non-kesehatan 13 0 0 1 0 1 1
Jumlah 49 5 6 6 4 7 8
Keterangan : PKC = Puskesmas Kecamatan; PKL = Puskesmas Kelurahan; RB = Ruang Bersalin;
[Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Kecamatan Matraman, 2013]
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
24
Universitas Indonesia
4.4 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Makasar
Gambar 4.4. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan
yang berada di kecamatan Makasar
Kecamatan Makasar terdiri dari 5 kelurahan yaitu kelurahan Makasar,
Pinang Ranti, Cipinang Melayu, Kebon Pala, dan Halim yang masing-masing
memiliki sebuah Puskesmas Kelurahan, kecuali untuk kelurahan Halim memiliki
2 Puskesmas Kelurahan. Dapat dilihat dari grafik pada Gambar 4.4, ketersediaan
tenaga medis yaitu dokter umum belum terpenuhi dengan baik pada Puskesmas
Kelurahan Makasar, Cipinang Melayu dan Kebon Pala karena belum mempunyai
dokter umum yang terdaftar sebagai pegawai. Untuk Puskesmas Pinang Ranti,
Halim I dan Halim II masing-masing telah memiliki seorang tenaga dokter umum.
Tenaga medis lain yaitu dokter gigi telah tersedia pada lima Puskesmas
Kelurahan, kecuali pada Puskesmas Halim I tidak mempunyai tenaga dokter gigi.
Tidak tersedianya dokter gigi di Puskesmas Halim I mungkin dapat disebabkan
karena tidak tersedianya fasilitas balai pengobatan gigi (BPG) di Puskesmas
tersebut.
Dari segi tenaga kefarmasian Puskesmas di Halim, baik Puskesmas Halim
I ataupun Halim II belum memiliki asisten apoteker untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian, sehingga mungkin hanya digantikan oleh tenaga medis yang lain.
Sementara untuk tenaga kebidanan, semua Puskesmas telah memiliki bidan,
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
Dokter Dokter
Gigi
Asisten
Apoteker
Bidan Perawat Perawat
Gigi
Staf
Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan di kecamatan Makasar
Makasar
Pinang Ranti
Cipinang Melayu
Kebon pala
Halim I
Halim II
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
25
Universitas Indonesia
dengan jumlah tenaga bidan terbanyak berada di Puskesmas Kebon Pala sebanyak
3 orang bidan, dan terkecil di Puskesmas Halim I dengan hanya seorang bidan.
Tabel 4.4. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Makasar
Puskesmas
Kecamatan /
Kelurahan PK
C
Ma
ka
sar
+ R
B
PK
L
Ma
ka
sar
PK
L
Pin
an
g
Ra
nti
PK
L
Cip
ina
ng
Mel
ay
u
PK
L
Keb
on
pa
la
PK
L
Ha
lim
I
PK
L
Ha
lim
II
Jumlah Penduduk 35228 26837 44270 46596 32899
Dokter 6 0 1 0 0 1 1
Dokter Gigi 2 1 1 2 2 0 1
Apoteker 2
Asisten Apoteker 1 1 1 1 1 0 0
Bidan 11 2 2 2 3 1 2
Perawat 13 3 3 3 4 1 4
Perawat Gigi 0 0 0 0 0 0 0
Gizi 1
Sanitarian 3
Keteknisan medis 1
Staf non-kesehatan 0 1 0 0 1 0 0
Jumlah 39 8 8 8 11 3 8
Keterangan : PKC = Puskesmas Kecamatan; PKL = Puskesmas Kelurahan; RB = Ruang Bersalin;
Data rekapan Puskesmas Kecamatan Makasar didapatkan dari data Beezeting.
[Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Makasar, 2013]
Tenaga keperawatan telah dipenuhi dengan cukup baik oleh keenam
Puskesmas Kelurahan, dimana 4 orang perawat masing-masing berada di
Puskesmas Kebon Pala dan Halim II. Sementara hanya seorang bidan yang terdata
berada di Puskesmas Halim I. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
128//MENKES/SKII/2004 disebutkan bahwa secara nasional, standar wilayah
Puskesmas adalah satu kecamatan. Jika didalam suatu kecamatan terdapat lebih
dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas,
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah kerja. Dari Kepmenkes diatas
dapat berarti tanggung jawab wilayah Puskesmas Halim II lebih besar karena
memiliki 4 orang perawat, atau tenaga kesehatan perawat yang belum dibagi
dengan merata. Untuk perawat gigi, dapat dilihat Tabel 4.4 bahwa tidak ada
satupun Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan yang memiliki tenaga keperawatan
gigi. Dan untuk tenaga staf non-kesehatan hanya tersedia seorang staf di
Puskesmas Kelurahan Makasar dan Kebon Pala.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
26
Universitas Indonesia
4.5 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit
Kecamatan Duren Sawit memiliki 7 kelurahan, namun memiliki sebuah
Puskesmas Kecamatan dan 11 Puskesmas Kelurahan. Mungkin ini dibuat untuk
melayani jumlah penduduk di kecamatan Duren Sawit sendiri yang merupakan
penduduk terbanyak kedua setelah Kecamatan Cakung di Wilayah Kota
Administrasi Jakarta Timur.
Gambar 4.5. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan
yang berada di kecamatan Duren Sawit.
Berdasarkan Gambar 4.5, terlihat bahwa ada dua Puskesmas Kelurahan
yang belum memiliki tenaga dokter umum yang tercatat pada data tenaga
kesehatan yaitu Puskesmas Kelurahan Klender II dan Pondok Bambu II.
Sementara yang lainnya telah memiliki seorang dokter umum di setiap
Puskesmas. Tenaga medis lain yaitu dokter gigi hanya terdapat pada 8 Puskesmas
Kelurahan, sementara 3 Kelurahan lainnya tidak memiliki balai pengobatan gigi
(BPG), yaitu Puskesmas Klender I, Klender III dan Pondok Kopi I.
Untuk tenaga kefarmasian, belum semua Puskesmas Kelurahan memiliki
asisten apoteker. Hanya 5 Puskesmas yang sudah memiliki tenaga asisten apoteker
yaitu Puskesmas Kelurahan Duren Sawit, Klender III, Malaka Jaya, Pondok
Kelapa dan Pondok Kopi II.
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
Dokter Dokter
Gigi
Asisten
Apoteker
Bidan Perawat Perawat
Gigi
Staf
Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan di Kecamatan Duren
Sawit
Duren Sawit
Klender I
Klender II
Klender III
Malaka Jaya
Malaka Sari
Pd. Bambu I
Pd. Bambu II
Pd. Kelapa
Pd. Kopi I
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
27
Universitas Indonesia
Tabel 4.5. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Duren Sawit
Puskesmas
Kecamatan /
Kelurahan P
KC
Du
ren
Sa
wit
+ R
B
PK
L D
ure
n S
aw
it
PK
L K
len
der
I
PK
L K
len
der
II
PK
L K
len
der
III
PK
L M
ala
ka
Ja
ya
PK
L M
ala
ka
Sari
PK
L P
d.
Ba
mb
u I
PK
L P
d.
Ba
mb
u
II +
RB
PK
L P
d. K
ela
pa
PK
L P
d. K
op
i I
PK
L P
d. K
op
i II
Jumlah Penduduk 68233 79223 28672 27449 67664 76431 37076
Dokter 7 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
Dokter Gigi 7 1 0 2 0 2 1 1 2 2 0 2
Apoteker 2
Asisten Apoteker 2 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1
Bidan 6 1 1 1 1 2 1 2 3 1 2 1
Perawat 13 2 2 2 1 2 1 2 3 1 1 2
Perawat Gigi 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0
Gizi 1
Sanitarian 4
Keteknisan medis 4
Staf non-kesehatan 5 1 0 1 2 1 1 1 1 1 2 1
Jumlah 48 8 4 6 6 9 5 8 9 8 6 8
Keterangan : PKC = Puskesmas Kecamatan; PKL = Puskesmas Kelurahan; RB = Ruang Bersalin
[Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Kecamatan Duren Sawit, 2013]
Dari segi tenaga kebidanan, semua Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan
telah terdapat bidan. Dan pada Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu II terdapat
fasilitas ruang bersalin, dan terlihat dari Tabel 4.5 Puskesmas Pondok Bambu II
memiliki 3 orang bidan untuk menjalankan fasilitas tersebut. Tenaga keperawatan
pun Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu II yang memiliki tenaga perawat yang
terbesar, yaitu 3 orang perawat. Namun untuk tenaga perawat gigi, hanya 3
Puskesmas yang telah mempunyai seorang perawat gigi, yaitu Puskesmas
Kelurahan Duren Sawit, Pondok Bambu I dan Pondok Kelapa. Namun, untuk
Puskesmas yang memiliki BPG seperti Puskesmas Klender II, Malaka Jaya,
Malaka Sari, Pondok Bambu II dan Pondok Kopi II, justru tidak memiliki perawat
gigi yang memadai.Tenaga staf non-kesehatan telah dimiliki oleh semua
Puskesmas Kelurahan, kecuali untuk Puskesmas Klender 1 tidak ada data tenaga
staf non-kesehatan pada data pegawai Puskesmas.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
28
Universitas Indonesia
4.6 Puskesmas Kelurahan di Kecamatan Ciracas
Gambar 4.6. Grafik perbandingan jumlah tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan
yang berada di kecamatan Ciracas
Kecamatan Ciracas memiliki 5 Kelurahan dan 5 Puskesmas Kelurahan,
yaitu Puskesmas Cibubur, Ciracas, Kelapa Dua Wetan, Rambutan, dan Susukan.
Dari Gambar 4.6 terlihat bahwa Puskesmas Susukan memiliki jumlah dokter
umum terbanyak yaitu 3 orang, sementara Puskesmas Cibubur tidak memiliki
tenaga dokter umum yang terdaftar di Puskesmas, sehingga pelayanan kesehatan
untuk poli umum tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk tenaga dokter gigi,
sebanyak 2 Puskesmas Kelurahan tidak menjalankan BPG karena tidak memiliki
dokter gigi, yaitu Puskesmas Ciracas dan Rambutan.
Ketesediaan tenaga kefarmasian pada 2 Puskesmas juga tidak mencukupi,
karena tidak memiliki satupun asisten apoteker. Kedua Puskesmas tersebut yaitu
Puskesmas Kelurahan Rambutan dan Susukan, sehingga praktik kefarmasiannya
tidak dijalankan dengan baik.
Puskesmas Kelurahan Rambutan adalah salah satu Puskesmas Kelurahan
yang memiliki fasilitas ruang bersalin, namun disayangkan ketersediaan tenaga
kebidanan di Puskesmas ini hanya ada seorang bidan. Sehingga jika bidan tersebut
berhalangan hadir, maka pelayanan bersalin di Puskesmas ini tidak dapat berjalan
dengan baik. Namun, Puskesmas Rambutan dan juga Cibubur memiliki jumlah
perawat yang terbanyak diantara Puskesmas Kelurahan lainnya yaitu sebanyak 3
0
1
2
3
Dokter Dokter
Gigi
Asisten
Apoteker
Bidan Perawat Perawat
Gigi
Staf
Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan di kecamatan
Ciracas
Cibubur
Ciracas
Kelapa Dua
WetanRambutan
Susukan
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
29
Universitas Indonesia
orang perawat bekerja di Puskesmas ini. Perawat gigi telah tersedia di empat
Puskesmas Kelurahan kecuali Puskesmas Kelapa Dua Wetan yang memiliki balai
pengobatan gigi. Sementara itu, Puskesmas Ciracas dan Rambutan yang tidak
memiliki dokter gigi malah memiliki masing-masing seorang perawat gigi. Dan
untuk tenaga staf non-kesehatan non-kesehatan terbanyak dimiliki oleh
Puskesmas Susukan, dan terendah oleh Puskesmas Kelapa Dua Wetan yang tidak
memiliki staf non-kesehatan non-kesehatan non-medis yang tercatat di data
kepegawaian.
Tabel 4.6. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan
Ciracas
Puskesmas
Kecamatan /
Kelurahan PK
C
Cir
aca
s +
RB
+ R
I 1
0
TT
PK
L
Cib
ub
ur
PK
L
Cir
aca
s
PK
L K
ela
pa
Du
a W
eta
n
PK
L
Ram
bu
tan
+
RB
PK
L
Su
suk
an
Jumlah Penduduk 66201 65638 44919 36182 38817
Dokter 5 0 1 1 1 3
Dokter Gigi 6 1 0 1 0 2
Apoteker 2
Asisten Apoteker 2 1 1 1 0 0
Bidan 11 1 2 3 1 2
Perawat 24 3 1 2 3 2
Perawat Gigi 1 1 1 0 1 1
Gizi 3
Sanitarian 3
Keteknisa medis 3
Staf non-kesehatan 15 1 2 0 2 3
Jumlah 72 8 8 8 8 13
Keterangan : PKC = Puskesmas Kecamatan; PKL = Puskesmas Kelurahan; RB = Ruang Bersalin;
RI = Rawat Inap; TT = Tempat Tidur
[Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Ciracas, 2013. Untuk data Puskesmas tempat kerja masih
menggunakan data bulan September 2012]
Tidak tersedianya tenaga kesehatan di dalam suatu Puskesmas dapat
diakibatkan karena kurangnya pemerataan tenaga kesehatan di Wilayah Jakarta
Timur, ataupun karena kurang lengkapnya data dan kurang cepat memperbarui
data kepegawaian yang ada di Puskesmas. Oleh karena itu, butuh peran
pemerintah daerah untuk memenuhi ketersediaan tenaga kesehatan di masing-
masing unit pelayanan kesehatan sesuai dengan pembagian tanggung jawabnya
agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada setiap warga di
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
30
Universitas Indonesia
wilayahnya, terutama dengan di mulainya Program Kartu Jakarta Sehat oleh
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tahun 2012 yang lalu.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
31 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hasil analisis distribusi serta pemetaan tenaga kesehatan di lima
Puskesmas kecamatan wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, yaitu kecamatan
Ciracas, Duren Sawit, Makasar, Matraman dan Pulo Gadung, dapat ditarik
kesimpulan :
a. Data kepegawaian Puskesmas Makasar dan Pulo Gadung hanya
didapatkan dari data Beezeting.
b. Perbandingan antara tenaga kesehatan yang berada di 5 Puskesmas
Kecamatan menunjukkan bahwa Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung
hanya memiliki seorang apoteker penanggung jawab, tanpa apoteker
pendamping. Puskesmas Matraman tidak memiliki tenaga kefarmasian
berupa asisten apoteker. Puskesmas Pulo Gadung dan Makasar tidak
memiliki tenaga perawat gigi meskipun memiliki balai pengobatan gigi
(BPG). Puskesmas Pulo Gadung juga tidak memiliki tenaga kesehatan
lingkungan yaitu sanitarian.
c. Data tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pulo Gadung
menunjukkan bahwa Puskesmas Jati II tidak memiliki tenaga medis dokter
umum. Kedelapan Puskesmas Kelurahan tidak memiliki tenaga asisten
apoteker dan perawat gigi sama sekali. Untuk Puskesmas Jatinegara Kaum
yang memiliki fasilitas ruang bersalin, jumlah tenaga kebidanannya hanya
seorang bidan saja.
d. Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Matraman tidak
memiliki asisten apoteker kecuali di Puskesmas Kayu Manis yang
memiliki 1 orang asisten. Kelurahan Utan Kayu Utara dan Pisangan Baru
tidak memiliki perawat gigi. Dan staf non-kesehatan hanya dimiliki oleh 3
Puskesmas Kelurahan yaitu Puskesmas Utan Kayu Utara, Palmeriem, dan
Kayu Manis.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
32 Universitas Indonesia
e. Tenaga kesehatan dokter umum tidak tersedia di Puskesmas Kelurahan
Makasar, Cipinang Melayu, dan Kebon Pala. Sementara Puskesmas Halim
I tidak menjalankan balai pengobatan gigi karena tidak memiliki dokter
gigi. Puskesmas Halim I dan Halim II tidak memiliki tenaga kefarmasian
yaitu asisten apoteker. Seluruh Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di
Kecamatan Makasar tidak memiliki data tentang tenaga perawat gigi. Dan
staf hanya tersedia pada Puskesmas Kelurahan Makasar dan Kebon Pala
dengan seorang staf.
f. Di kecamatan Duren Sawit, Puskesmas Kelurahan Klender II dan Pondok
Bambu II tidak memiliki tenaga dokter umum. Sementara untuk
Puskesmas Klender I, Klender III, dan Pondok Kopi I tidak menjalankan
balai pengobatan gigi. Tenaga kefarmasian yaitu asisten apoteker hanya
tersedia di Puskesmas Kelurahan Duren Sawit, Klender III, Malaka Jaya,
Pondok Kelapa dan Pondok Kopi II. Perawat gigi hanya berada di
Puskesmas Kelurahan Duren Sawit, Pondok Bambu I, dan Pondok Kelapa
dengan masing-masing seorang perawat gigi. Data di Puskesmas Klender I
tidak menunjukkan adanya staf.
g. Data tenaga kesehatan di kecamatan Ciracas memperlihatkan bahwa
Puskesmas Cibubur tidak memiliki tenaga dokter umum. Sementara
Puskesmas Ciracas dan Rambutan tidak memiliki dokter gigi, sehingga
balai pengobatan giginya tidak berjalan. Puskesmas Rambutan dan
Susukan tidak memiliki tenaga kefarmasian berupa asisten apoteker.
Puskesmas Kelapa Dua Wetan tidak memiliki tenaga perawat gigi dan staf.
5.2 Saran
a. Mengembangkan database ketenagaan yang terpadu yang disepakati dan
dipakai bersama oleh setiap unit pengelola ketenagaan di Pemerintah
Daerah (Pemda) serta saling mendukung/terkait antara satu dengan lainnya
(compatible).
b. Dibuat peraturan yang mengatur tenaga kesehatan minimal yang tersedia
di Puskesmas Kecamatan atau Kelurahan untuk Provinsi DKI Jakarta
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
33
Universitas Indonesia
sehingga tenaga kesehatan dapat tersedia dan pelayanan kesehatan dapat
dilaksanakan dengan baik.
c. Dilakukan proses pemenuhan dan pemerataan ketersediaan tenaga
kesehatan di sarana pelayanan kesehatan dasar di wilayah kota
Administrasi Jakarta Timur.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
34 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Kementrian Kesehatan. (2011). Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan
Tahun 2011-2025. Kementrian Kesehatan: Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 81/Menkes/SK/I/2004. (2004). Keputusan
Menteri Kesehatan No. 81/Menkes/SK/I/2004 tentang Pedoman Penyusunan
Perencanaan Sumberdaya Kesehatan Di Tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota,
serta Rumah Sakit. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004. (2004). Keputusan
Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Kementrian Kesehatan
Indonesia: Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 373/MENKES/SKIIII/2007. (2007).
Keputusan Menteri Kesehatan No. 373/MENKES/SKIIII/2007 Republik
Indonesia tentang Standar Profesi Sanitarian. Departemen Kesehatan:
Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003. (2003).
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang
Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia.
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996. (1996). Peraturan Pemerintah No. 32
Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta.
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas
Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. (2009). Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009. (2009). Undang-Undang No. 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan. Jakarta.
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
LAMPIRAN
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
34
Lampiran 1. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung
NO JABATAN JUMLAH
1 Kepala Puskesmas Kecamatan 1
2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha 1
3 Staf TU 10
4 Dokter Umum 4
5 Dokter Gigi 4
6 Perawat 15
7 Bidan 5
8 Apoteker 1
9 Asisten Apoteker 2
10 Kesehatan Masyarakat 2
11 Gizi 1
12 Keteknisan medis 2
Jumlah 48
Lampiran 2. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Jati I
NO JABATAN JUMLAH
1 Kepegawaian TU 1
2 Dokter Umum 1
3 Dokter Gigi 1
4 Perawat 2
5 Bidan 1
Jumlah 6
Lampiran 3. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Jati II
NO JABATAN JUMLAH
1 Kepegawaian TU 1
2 Dokter Gigi 1
3 Perawat 2
4 Bidan 1
Jumlah 5
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
35
Lampiran 4. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pisangan Timur I
NO JABATAN JUMLAH
1 Kepegawaian TU 2
2 Dokter Umum 1
3 Dokter Gigi 1
4 Perawat 1
5 Bidan 1
Jumlah 6
Lampiran 5. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pisangan Timur II
NO JABATAN JUMLAH
1 Kepegawaian TU 1
2 Dokter Umum 1
3 Dokter Gigi 1
4 Perawat 2
5 Bidan 1
Jumlah 6
Lampiran 6. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Rawamangun
NO JABATAN JUMLAH
1 Kepegawaian TU 1
2 Dokter Umum 1
3 Dokter Gigi 1
4 Perawat 3
5 Bidan 1
6 Keteknisan medis 1
Jumlah 8
Lampiran 7. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Kayu Putih
NO JABATAN JUMLAH
1 Kepegawaian TU 1
2 Dokter Umum 1
3 Dokter Gigi 1
4 Perawat 2
5 Bidan 1
6 Gizi 1
Jumlah 7
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
36
Lampiran 8. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Jatinegara Kaum
NO JABATAN JUMLAH
1 Kepegawaian TU 1
2 Dokter Umum 1
3 Dokter Gigi 1
4 Perawat 2
5 Bidan 1
Jumlah 6
Lampiran 9. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Cipinang
NO JABATAN JUMLAH
1 Kepegawaian TU 1
2 Dokter Umum 1
3 Dokter Gigi 1
4 Perawat 2
5 Bidan 1
Jumlah 6
Lampiran 10. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman
NO NAMA NIP18 JABATAN
1 Ani Sri Wiryaningsih, dr, M.K.K. 196009191991032001/122665 Kepala Puskesmas (Dokter)
2 Dahlia Mangiri, dr 195704101988032001/122656 Dokter Madya
3 Isra Miryanti, dr 195601031983032005/122768 Dokter Madya
4 Jun Helminda, dr 196206021990102001/130932 Dokter Madya
5 Mohammad Herry Zainal Mochlas, dr 195806271987091002/118171 Dokter Madya
6 Patut Ritonga, dr, Sp.OG 196206221988031005/158350 Dokter Madya
7 Desty Darman, dr 197203182006042011/165487 Dokter Muda
8 Desy Safitri, dr 197112312008012071/174675 Dokter Muda
9 Heni Puspawati, dr 196712142007012025/168414 Dokter Pertama
10 Nany Suliantiny, drg 195302181980122001/116516 Dokter Gigi Madya
11 Eny Rahayu, drg 195411191984032001/122822 Dokter Gigi Madya
12 Lieny Budyarto, drg,Sp.KG 196612041993022001/120903 Dokter Gigi Madya
13 Harlina Hasbi, drg 195403081992032001/118088 Dokter Gigi Madya
14 Sirly Cut Caesarrina, drg 198412242011012015/180992 Dokter Gigi
15 Eko Yusprihani, Apt 196004271989032001/120904 Apoteker Madya
16 Agung Setiayanti, S. Farm. Apt. 198508302011012015/181019 Apoteker Muda
17 Endang Suhaeni 195708041981032004/100391 Bidan Penyelia
18 Neneng Sudarti Ishak 195901151981032004/071739 Bidan Penyelia
19 Sri Sunarti 195708121981052001/071838 Bidan Penyelia
20 Zaerina 196202101983112002/110756 Bidan Penyelia
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
37
21 Wiwik Surtika Dewi 196809241991032006/123120 Bidan Pelaksana Lanjutan
22 Yuli Marnis 197211171993012001/158515 Bidan Pelaksana
23 Grace Sampul 195711051980022001/120800 Perawat Penyelia
24 Delfina Mariany Purba 196601121986022004/158427 Perawat Pelaksana Lanjutan
25 Endah Purwanti K. 195705161991032003/116646 Perawat Pelaksana Lanjutan
26 Neny Agustini 197108131998032004/128472 Perawat Pelaksana Lanjutan
27 Noorce Umboh 196002291983012001/118561 Perawat Pelaksana Lanjutan
28 E n d i 197303251997031002/123101 Perawat Pelaksana Lanjutan
29 Soetoyo 195807221982051001/077466 Perawat Pelaksana
30 Sumarni Sebayang 196003071980122004/122756 Perawat Gigi Penyelia
31 Herman Susilo, Amd. Kep. 198212082011011009/180932 Perawat
32 Sri Haryati 198205292007012006/168528 Perawat
33 Yanti Noviyanti Sri Pujiastuti, S.Kom 196911141999032004/158072 Ka. Sub. Bag. Tata Usaha
34 Dwiana Rachmianthi 196102151986032013/108085 Staff
35 A m z a n i . B. 196405181986032015/108087 Staff
36 Bambang Mulyono 196702221987031001/110423 Staff
37 Gati Purwari 196209161987032002/110631 Staff
38 Suyono 195807241985031005/087951 Staff
39 Endah Wijiarti 196511081988032004/111201 Staff
40 Nendah Awalia, SKM 198405032010012044/177425 Staff
41 Ismadi Wibowo 196705081987121002/111180 Staff
42 Manne Matondang 196907111994032005/120644 Staff
43 Mulyono 196712241995031002/118713 Staff
44 Sodikin 196403101985111001/104419 Staff
45 B a w o n 195710121986111001/108849 Staff
46 Adi Suyono 195708141983021001/078875 Staff
47 Haryanto 196403061985011002/086527 Staff Gizi
48 Tetty Muna Sumiwaty Simanjuntak 197203251996032003/122392 Staff Gizi
49 Binarja 196402281987031004/110424 Radiografer Penyelia
50 Elisabeth Dualembang 195906111995032001/162644 Arsiparis Pelaksana Lanjutan
51 Paida Lumban Raja 195909111981072001/071442 Sanitarian Pelaksana Lanjut
52 Sri Supraptiningsih 196808051992032008/117652 Sanitarian Penyelia
53 Mennaria Pasaribu 196910041994032002/118855 Pranata Labkes Pelaksana
Lanjutan
Lampiran 11. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Selatan I
NO NAMA NIP18 JABATAN
1 Henny Oktaria Aziz, drg 196610101993022003/158174 Kepala Puskesmas (Dokter Gigi)
2 Nina Triana, dr 198306082010012037/179767 Dokter
3 Romauli Sitompul 197210191993032003/128610 Bidan Pelaksana
4 Siti Rahmaniah 197507161994032002/161788 Perawat Gigi Pelaksana
Lanjutan
5 Eli Nurhayati 197905172007012022/168507 Perawat
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
38
Lampiran 12. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Selatan II
NO NAMA NIP18 JABATAN
1 drg. Budi Suryoningsih 196512241993022001/162657 Kepala Puskesmas (Dokter Gigi)
2 dr. Anita Sari 198206052010012044/177799 Dokter
3 Yuni Adriani 197006021993032005/162646 Perawat Pelaksana Lanjutan
4 Yesni Syarbaini 196912231990032005/123337 Perawat Gigi Pelaksana
Lanjutan
5 Ernawati 196905141991012001/122850 Perawat Pelaksana
6 Mutia Novinina 198511092010012039/178981 Bidan
Lampiran 13. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Utara
NO NAMA NIP18 JABATAN
1 drg. Homalessy Rosalina 195810141987102001/118034 Kepala Puskesmas (Dokter Gigi)
2 dr. Rahadhini Ayu Setyaningrum 198507242011012015/180215 Dokter
3 Choti Sunarni 196703121989032005/162225 Perawat Penyelia
4 Yana Hidayana 196601071987031006/110752 Staff
5 Maswah 198204022008012030/174458 Bidan Pelaksana
6 Nurhaeni 198002122008012033/174606 Perawat
Lampiran 14. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pisangan Baru
NO NAMA NIP18 JABATAN
1 dr. Alfiah Koes 197608162003122015/167986 Kepala Puskesmas (Dokter)
2 drg. Tris Sundari 196711081994022001/162299 Dokter Gigi Madya
3 Agustina P. Siregar 195808271981032008/071536 Perawat Gigi Pel. Lanjut
4 Nurlian Raja Gukguk 195710101984032006/083172 Bidan Penyelia
Lampiran 15. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Palmeriem
NO NAMA NIP18 JABATAN
1 dr. Neli Mayaferani 197702092006042020/165640 Kepala Puskesmas (Dokter)
2 drg. Yuyut Indrawaty 195708081983112002/116515 Dokter Gigi Madya
3 Robiah 195806051982012004/073232 Perawat Penyelia
4 Maysa Rachmawati 197905202008012032/171198 Perawat
5 Kunmaryani 197211171994032002/118856 Perawat Gigi Pelaksana
Lanjutan
6 Sonya Paula Connie Fransesca 197305241993012001/179884 Bidan Pelaksana
7 Djodi Sunarto 196304241987031007/110405 Staff
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
39
Lampiran 16. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Kayu Manis
NO NAMA NIP18 JABATAN
1 drg.Katarina Dairi 196410251992032004/161633 Kepala Puskesmas (Dokter Gigi)
2 dr. Putu Datika Puspitasari 198412152010012031/178458 Dokter
3 Helmyana 197606092000122003/161515 Asisten Apoteker Pelaksana
4 ERNAWATI 195807051983032011/122769 Bidan Penyelia
5 Siti Ruliyah 196701021990032004/116249 Bidan Pelaksana Lanjutan
6 Puji Wahyuni 196110091983022001/158264 Perawat Gigi Pel. Lanjut
7 Sulastri Kusmala Dewi S. 197505291996032004/121089 Perawat Pelaksana
8 Feny Djamilah 196502261986102002/109065 Staf
Lampiran 17. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan Makasar
NO JABATAN JUMLAH
1 Dokter Umum 6
2 Dokter Gigi 2
3 Perawat 13
4 Bidan 11
5 Apoteker 2
6 Asisten Apoteker 1
7 Kesehatan Masyarakat 5
8 Gizi 1
9 Laboratorium 1
10 Sanitarian 3
TOTAL 45
Lampiran 18. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Makasar
NO JABATAN JUMLAH
1 Staf 1
2 Dokter Umum 0
3 Dokter Gigi 1
4 Perawat 3
5 Bidan 2
6 Asisten Apoteker 1
TOTAL 8
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
40
Lampiran 19. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pinang Ranti
NO JABATAN JUMLAH
1 Staf 0
2 Dokter 1
3 Dokter Gigi 1
4 Perawat 3
5 Bidan 2
6 Asisten Apoteker 1
7 Kesehatan Masyarakat 1
TOTAL 9
Lampiran 20. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Cipinang Melayu
NO JABATAN JUMLAH
1 Staf 0
2 Dokter Umum 0
3 Dokter Gigi 2
4 Asisten Apoteker 1
5 Perawat 3
6 Bidan 2
7 Laboratorium 1
TOTAL 9
Lampiran 21. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Kebon Pala
NO JABATAN JUMLAH
1 Staf 1
2 Dokter Umum 0
3 Dokter Gigi 2
4 Perawat 4
5 Bidan 3
6 Asisten Apoteker 1
7 Laboratorium 1
TOTAL 12
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
41
Lampiran 22. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Halim I
NO JABATAN JUMLAH
1 Staf 0
2 Dokter Umum 1
3 Dokter Gigi 0
4 Perawat 1
5 Bidan 1
6 Asisten Apoteker 0
TOTAL 3
Lampiran 23. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Halim II
NO JABATAN JUMLAH
1 Staf 0
2 Dokter Umum 1
3 Dokter Gigi 1
4 Perawat 4
5 Bidan 2
6 Asisten Apoteker 0
TOTAL 8
Lampiran 24. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan Duren Sawit
NO NAMA NIP/NRK JABATAN
1 drg.R.Tatok Rifai 140200876/118270 Kepala Puskesmas (Dokter
Gigi)
2 Nelson Pasaribu SH 140252846/115618 Kepala Sub Bag Tata Usaha
3 drg.Lidyawati Patah 140159439 / 118032 Dokter Gigi Utama
4 Drg.Inda Handayani 140238100 / 120636 Dokter Gigi Madya
5 drg Marthen Juliana 140186343 / 118337 Dokter Gigi Madya
6 drg Onie Novirawati 140298834 / 120635 Dokter Gigi Madya
7 drg.Johana Rometa 140279118/125099 Dokter Gigi Madya
8 drg.Yulia Tri Handayani 140310906/ 162640 Dokter Gigi Madya
9 dr EM Sembiring 140161088 / 122778 Dokter Madya
10 dr Biliater Sinaga 140134881/118237 Dokter Madya
11 dr.Emilda Yunda 140218280 / 122706 Dokter Madya
12 dr Clara Magdalena 140256264/125235 Dokter Madya
13 Dr.Zusye J.Rolos 140210278/116045 Dokter Madya
14 dr Diah Anggraeni 460041036/157627 Dokter Pertama
15 dr Tahjo Nugroho Staf
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
42
16 Dra.Iswara Dewi 140252570/122726 Apoteker Madya
17 Lida Apria Dewantiani, S.Si., Apt Staf
18 Dwiyati Herminingsih 140143277/122852 Asisten Apoteker Penyelia
19 Marintan 140273823/116744 Asisten Apoteker Pelaks Lanjt
20 Rimba Pramukti 140117238/72331 Perawat Penyelia
21 Faridatul Asni 140127275/122680 Perawat Penyelia
22 Siti Norma Purba 140166419/108296 Perawat Penyelia
23 Henni Iriani 140114266/ 718045 Perawat Penyelia
24 Yossy Yuliaris 140326326/122999 Perawat Pelaksana
25 B.Samsida Panjaitan 140285496/122636 Perawat Pelaksana
26 Herawati Pasaribu 140344614/125601 Perawat Pelaksana
27 Selly Ompu Sunggu 140266397/122708 Perawat Pelaksana
28 Sugianto 140300717/127707 Perawat Pelaksana
29 Mimi Sulastri 140114953/72351 Perawat Pelks Lanjt
30 Elly Hutabarat 140311336/118866 Perawat Pelks Lanjt
31 ANNEKE O RARUNG 140142731/103874 Perawat Pelks Lanjt
32 Harlina.S 140337235/123512 Perawat Pelaks Lanjut
33 Elizar 140135756/120825 Perawat Gigi Penyelia
34 Hartinah 380047784/163964 Bidan Pelaks Lanjt
35 Eva Munalysa Sikumbang 140282564/164787 Bidan Pelaks Lanjt
36 Sri Handayani 140296719/128474 Bidan Pelaksana Lanjut
37 Samsidar Galingging 40097831/116217 Bidan Penyelia
38 Ani Anggraeny 140275375/129035 Bidan Pelaksana Lanjut
44 Kurniasih 140294026 / 125852 Bidan Pelaks Lanjt
39 Trismardiati 140171015/120348 Perekam Medis Penyelia
40 Sri Murwati 140211766/ 117664 Sanitarian Pelaks Lajt
41 Retno Restiandy 140326319 / 121993 Sanitarian Pelaks Lajt
42 Nurliyanto 140311387/122299 Sanitarian Pelaks
43 Sumartini 140240174/113798 Sanitarian Pelaksana Lanjut
45 Dwi Deria 140189286/110135 Nutrisionis Pelaks Lanjt
46 JAILLUDIN 140197336/110749 Elektro Medik Pelaks Lanjt
47 Ida Ayu Retno 140345730/157181 Radiografer Pelaks
48 Etty Nurhayati 140345269/125572 Labkes Pelaksana
49 Rustini 140197313/110427 Staf
50 RETTA ROLASITA 140183801/120283 Staf
51 Robby Ramelan 140196405/110613 Staf
52 Fitriyati SKM 140280429/11695 Staf
53 Rina Lukmana SKM Staf
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
43
Lampiran 25. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Duren Sawit
NO NAMA NIP JABATAN
1 drg.Lukertina Siboro 140191840/118966 Dokter Gigi Madya
2 Mizawati 140117392/'072379 Perawat Penyelia
3 Dr.Rodameta Imelda HB 140365917/165176 Dokter Muda
4 Paima Napitupulu 380044162 /163794 Bidan Penyelia
5 Rosna Manurung 140288006/120634 Perawat Pelaksana Lanjt
6 Mariana Harsyamsiyah 140328947/122223 Asisten Apotk Pelaks Lanjt
7 Ade Asmarita 140248385/123307 Perawat Gigi Pelaksana
8 Erika Roslina.T 140148816/121028 Staf
Lampiran 26. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Klender I
NO NAMA NIP JABATAN
1 dr.Diny Safitri Any 140365919/ 165162 Dokter Muda
2 Yunita 140228741/122777 Perawat Pelks Lanjt
3 Naeva Mutiara S 140313595/162965 Pelaks Gizi
4 Togina Evalusi Manurung 140337026/123241 Perawat Pelaksana
5 Rini Suzanty, A Md Keb Staf (Bidan)
Lampiran 27. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Klender II
NO NAMA NIP JABATAN
1 drg.Rosemary Yunita Hutajulu 140149534 / 162672 Dokter Gigi Madya
2 drg.Nurul Ambarti 140275435/162143 Dokter Gigi Muda
3 Martha Purba 083652 Perawat Penyelia
4 Dusmauli Limbong 140250149/123324 Perawat Pelaksana Lanjt
5 Titin Murtisyah 140288001/16180 Bidan Pelaks Lanjt
6 Slamet Daryadi 140198040/111114 Staf
Lampiran 28. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Klender III
NO NAMA NIP JABATAN
1 dr.Made Santhi 140180068/158644 Dokter Madya
2 Elli Hastuti 140263713/125772 Bidan Pelaksana Lanjut
3 Retno Listiyani 140299126/165103 pelaks Apotik
4 Komariah 140333707/123300 Perawat Pelaksana
5 Kaman . S 140181547/107487 Staf
6 Merlion Oktavia Staf
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
44
Lampiran 29. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Malaka Jaya
NO NAMA NIP JABATAN
1 Drg.Farida.Posmawati 140154621/ 122837 Dokter Gigi Madya
2 drg Wardah 140191385 / 174731 Dokter Gigi Madya
6 dr Dina Wijayanti 470064054 / 165488 Dokter Pertama
3 Sunengsih 140127936/100244 Perawat Penyelia
5 Tuti Dalianti 140153521/123236 Perawat Penyelia
4 Nafri Welly 140135214/122839 Asisten Apoteker Penyelia
7 Nurliana 140265396/164357 Bidan Pelaks Lanjt
8 Lasmaria Dolok Saribu 140244904/130967 Bidan Pelaksana
9 Sudhiyono 140322076/122872/ Staf
Lampiran 30. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Malaka Sari
NO NAMA NIP JABATAN
1 drg.Susi Siregar 140293667/ 125322 Dokter Gigi Madya
2 Tiarli Sitinjak 140268441/123395 Bidan Pelaks Lanjt
3 dr Tiurma Yunita 470064111 / 165516 Dokter Pertama
4 Rini Suwarmi 140345211/125675 Perawat Pelaksana
5 Helvina Royanti Staf
Lampiran 31. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu I
NO NAMA NIP JABATAN
1 Drg.Isma Dewi 140151583 / 122726 Dokter Gigi Madya
2 dr.Persis Sampeliling 140187723 / 122752 Dokter Madya
3 Megaria R.Purba 140337942/125226 Perawat Pelaksana
4 Luciana Aritonang 140345905/125775 Perawat Pelaksana
5 Etik Kustari 140233620/118157 Perawat Gigi Pelaks Lanjt
6 Siti Mudrikah 140305150/128495 Bidan Pelaks Lanjt
7 Roslina Manalu 140307534/123319 Bidan Pelaksana
8 Purnamawaty.P 140253478/122229 Staf
Lampiran 32. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu II
NO NAMA NIP JABATAN
1 drg. Ani Widiastuti 140191526/ 122737 Dokter Gigi Madya
2 drg.Junaidah 140275951/162136 Dokter Gigi Madya
3 Modesta 140114416/71789 Perawat Penyelia
4 Neneng Tuti R 140117692/72435 Perawat Penyelia
5 Tuti Rosmawati 140186372/102337 Perawat Penyelia
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
45
6 HARTININGSIH 140166897/88678 Bidan Penyelia
7 SUSILAWATI 140267895/162701 Bidan Pelaks Lanjt
8 Keken Suhaeni 140286089/117711 Bidan Pelaksana Lanjutan
9 dr Astrid J Staf
Lampiran 33. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Kelapa
NO NAMA NIP JABATAN
1 Drg.Yumanti 140147152 / 122753 Dokter Gigi Madya
2 drg Rabiatul Adawiyah 140289493/120771 Dokter Gigi Madya
3 dr.Lennywati 140349627/164685 Dokter Muda
4 HERWANI 140101351 /164786 / Perawat Penyelia
5 Restu Sugiarto 470322174/120299 Perawat Gigi Pelaksana
6 Netty Tambunan 140114341/71868 Asisten Apoteker Penyelia
7 Herlina V.I.S 140219109/162730 Nutrisionis Penyelia
8 KURNIA KASIH 140197686/110713 Bidan Pelaksana Lanjutan
9 Joanda Silaloho .470050600/083236 Staf
Lampiran 34. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Kopi I
NO NAMA NIP JABATAN
1 dr Amalia 140365489 / 121278 Staf (Dokter)
2 Ellys Butar Butar 140104371/109079 Perawat Penyelia
3 Fatmawati 140143613/125612 Bidan Penyelia
4 Faikoh 140271781/122317 Bidan Pelaksana Lanjutan
5 Maryam AB 140101813/157790 Staf
6 S.Pondelu 140153526/083758 Staf
Lampiran 35. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Kopi II
NO NAMA NIP JABATAN
1 Drg.Ginta Reni 140223145 / 118329 Dokter Gigi Madya
2 drg.Faizah 140362471/165138 Dokter gigi muda
3 dr.Ovi Norfiani 470063685 / 110135 Dokter Pertama
4 Eka Sri Hartati 140114261/71812 Perawat Penyelia
5 Raziah 140251218/ 122691 Perawat Pelaksana Lanjutan
6 Emi Darmawati 140268057/120803 Bidan Pelaksana Lanjutan
7 Jenti Sormin 140336888/124885 Pelaksana Gizi
8 Ratri Rifina Rakhmawati 140333515/123158 Asisten Apoteker Pelaksana
9 Lilly.G.T Kokong 140096550/161657 Staf
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
46
Lampiran 36. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan Ciracas
NO NAMA NIP/NRK JABATAN
1 drg.Ronny Kurniawan 196712171993031006 Ka.Puskesmas Kec. (Dokter Gigi)
2 drg.Umi Kulsum 195910271986032001 Dokter Gigi Madya
3 drg.Nurhabibah 196308011989102001 DOKTER GIGI MADYA
4 drg. Hubertina Maria 196610211993032003 Dokter Gigi Madya
5 drg.Jarunjung Manurung 196912231993032005 Dokter Gigi
6 drg.Retno Hadiati 195303131983032002 Pembina TK I (Dokter Gigi)
7 Naomi Hana Thei, SE 195903041985012002 Penata
8 dr. Ellysabeth Mulyani 196707052007012042 Dokter Pratama
9 dr. Desyati Jasman 1969121222007012030/168376 Dokter Pratama
10 dr. Eva Srigita Tarigan 198108262010012018/178856 Dokter Umum
11 dr. Sevi Aristya 198010272006042013/164853 Dokter Muda
12 dr. Yuni Astuti 197406162006042027 Dokter Muda
13 Dra.Tisna Misnawati 196301011989112001 Apoteker Madya
14 Dra. Sri Utami, Apt 196412101992032003 Pembina (Apoteker)
15 Justina Br Sitepu 196712141994032001/118644 Asisten Apoteker Pelk.
16 Risma Pelita Sinaga 196905141996032002 Asisten Apoteker Pelaksana
17 Rika Evrinarti 197404061993022001 Penata Muda (Perawat)
18 Wagini, Amk. 196609141994032002 Pengatur Muda TK I (Perawat)
19 Indrawati, Amk. 195905091981012001 Penata Tk I (Perawat)
20 Sri Rohinten SKM 196109251987032001 Penata Tk I (Perawat)
21 Dwi Astuti 195705221981072001/72340 Perawat Penyelia
22 Ai Siti Sutilah, S.Kep, Ns. 197304121995032001 PERAWAT PELAKSANA
23 Ni Kadek Arsini 196003161982022002 Perawat Penyelia
24 Siti Khadijah Malawat 196107301984012001 Perawat Penelia
25 Haryadi, Amk. 196601241989031005 Perawat Pelaksana Lanjutan
26 Nurchairati, Amk. 196611161991032006 Perawat Pelaksana Lanjutan
27 Riani, Amk. 196906091997032002 Perawat Pelaksana Lanjutan
28 Puji Astuti, Amk. 196903131997032004 Perawat Pelaksana Lanjutan
29 Minarsih W. Amk. 197410201997032001 Perawat Pratama Pengatur
30 Fitriah Amk 197804042000122001 Pengatur Perawat Kepala
31 Putri Katnawati 197303131997032002 Perawat Pelaksana Puskesmas
32 Destri Winandari 198312022011012012/180937 Perawat Pelaksana
33 Vienceria 198102242011012004/181836 PERAWAT PELAKSANA
34 Noviana S 197511222007012019 Perawat Pelaksana
35 Baiq Murniati 195911141992032003 Perawat Lanjutan
36 Diah Mintarsih, Amk. 197612091999032002 Pengatur muda TK I Penata Perawat
37 Bunga Mahardhika 198411102011012024/181831 Perawat BPU
38 Rini Ismawati 196607011988032005 Perawat Gigi Pelaksana
39 Gonap Sirait Amk. 196710301998032003 CAPEG
40 Siti Khotijah,Amk 197504081997032002 Perawat
41 Dewi Agnes Br Ginting 196702251994102001 Perawat
42 Retno Kusmardiati 195903181981032005/125451 Penata TKI (Bidan)
43 Sri Murtiningsih,Amkeb. 195801101982022004 Panata I (Bidan)
44 Melinsa Sitanggang 195812081985032003 Penata Bidan Penyelia
45 Maria Tambunan 195708111985022001 Bidan Pelaksana Lanjutan
46 Darlianis 196808121989122002 Bidan Pelaksana Lanjutan
47 Rapmauli Manalu 196808291989112001 Bidan Pelaksana Lanjutan
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
47
48 Rubiawati O. Amkeb 196011021985032002 Bidan Pelaksana Lanjutan
49 Widia Sunaryati 197308111993022002 Bidan Pelaksana Lanjutan
50 Ririn Yuliana 197004161990012001 Bidan Pelaksana Lanjutan
51 Dermawan TIN 195901181990012001/120584 Pelaksana Bidan
52 Juhannengsih, Amkeb 198211042008012020/172345 Pelaksana Bidan
53 Siti Nurendah 196304181984022001/ 083194 Pelaksana Gizi
54 Lustri Hawati 196510301989032011 PelaksanaGizi
55 Eny Rochayaty Dcn 196809231995032003 Nutrisionis Pelaksana Lanjutan
56 Sumarwan 196509261985031005 Penata LAB KES Penyelia
57 Asih Kurniawati 197505051998032004 Pranata LAB KES Pelaksana
58 Sumiati, SKM 197302121996032004 Koord.Laboratorium
59 Haryati 196006121980032002 Pelaksana TU
60 Widhi Hastuti 197004151989032003 Pelaksana TU
61 Sukesti 196203151985032007/123063 Pelaksana TU
62 Tati Rismawati 195904201980022001 Staf TU
63 Sri Maryanti 196103111984032008 Staf TU
64 Marlon Sianipar 196802101993031006 Staf TU
65 Umi Nazilatul Fauziah 197401161992032001 Staf Keuangan
66 Istiati 196405101984012001 Staf Puskesmas
67 Sukmawati 196602221988032007 Staf Puskesmas
68 Indrati 195804131983032008 Staf
69 I Wayan Arjana,SKM. 197202161994021004 Staf
70 Saiful Anwar 195708171987031006 Staf
71 Nurmasita, SKM 197407061997032005 Staf
72 Era Hotmauli, SKM, M.
Epid 197310261992032001 Staf
73 Mahpudin 196303241991031004 Staf
74 Ramli 196010281985031007 Staf
75 ST Hasanah 196809281989022001 Sanitarian Pelaksana Lanjutan
76 Ely Yuliah 197006181992032005 Sanitarian Pelaksana Lanjutan
77 Sukaesih, SKM 197010291997032002 Sanitarian Pelaksana Lanjutan
78 Esnik Ernawati 197002041993032005 Pelaksana RO
79 Irma Rakhmadona, SKM 198606012010012040/177592 Penyuluh Kesmas
80 Intan Hutagalung 196309061985032000 Pekarya Kes
81 Suntoro S.Sos 195905071983111001 Pengelola Urusan Kepegawaian
82 Siti Hasanah 198004032007012022 Prajabatan
83 Dwi Juriah 197801161998022003 Pengelolaan Umum / Pelengkapan PKC
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
48
Lampiran 37. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Cibubur
NO NAMA NIP/NRK JABATAN
1 drg.Pestaria Napitupulu 195212261979032002 Dokter Gigi Madya
2 Grace Tiaramudi R 196305301985012002 Pelaksana Gizi Kebayoran lama
3 Yunita Nirmawati H 195806201986032002 Asisten Apoteker Pelaksana Lanjutan
4 Nurul Fadilah, AmKeb 198411012010012044/178784 Pelaksana Kebidanan
5 Henny Sulistiowaty 198809172011012009/180963 Perawat Pelaksana
6 Jenal Abidin Amk. 196705171991031007/123338 Perawat Pelaksana
7 Hotmalina Purba 196806091992032005 Pel.Perawatan
8 Suryani 197503291997032005/164751 Perawat.Gigi
9 Abdilah Gulo 197510221995032003/120190 Staf TU
Lampiran 38. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Ciracas
NO NAMA NIP/NRK JABATAN
1 dr. Heddy Meina S. 195505301989032001/122734 Dokter Madya
2 Tri Iswintari 197001301996032001/121094 ASISTEN APOTEKER PELAKSANA
LANJUTAN
3 Lidya Susilowati 196109121981032002 BIDAN PENYELIA
4 Rosmimi 197305081993022004/125800 Bidan Pelaksana
5 Sri Mulyani 197309211996032003 Pel.Perawatan
6 Triyono 196207151984031013/ TENAGA PERAWAT GIGI
7 Haryani 196405131985032008/087442 Staf
8 Mat Usin 196306151985031011/070829 STAF
9 Monalisa Br Ginting 197306071995032001/161817 Pelaksana Gizi
Lampiran 39. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Kelapa Dua Wetan
NO NAMA NIP/NRK JABATAN
1 dr. Indira Dewi 196312031995032001 Ka.PKL (Dokter Gigi)
2 drg. Dian Larasati 198303112011012015/181232 Dokter Umum Capeg
3 Lubna Syarifah 197606182000032003/130820 PENGATUR MUDA TK I (Asisten
Apoteker)
4 Yanti Hidayanti 196902171990032006/120787 Penata Muda TKI (Bidan)
5 Linda Tambunan 196508141991032007/117222 Pengatur TK I (Bidan)
6 Nipit Gusmawati 197208161991032001 Bidan Pelaksana Lanjutan
7 Rosinta Lubis 195804241995032001 Penata Muda Penata Muda TK I (Perawat)
8 N. Atikah Heliawati 196808011996032001/ 121128 Pengatur Muda TK I (Perawat)
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013
49
Lampiran 40. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Rambutan
NO NAMA NIP/NRK JABATAN
1 dr. Anang Kuncoro Adi 197309212006041004/ CPNS (Dokter)
2 Tri Suharyanti 197107101991032006/ Bidan Pelaksana Lanjutan
3 Eva Rusmiyati 197211281995032003/123398 Perawat pelaksana lanjutan
4 Mery Gusmaryani,Amk 196908231991032008/ Perawat Pelaksana Lanjutan
5 Dahlia Syakban 195806151981032007/072039 Penata (Perawat Gigi)
6 Irma Rodearni, Amk. 198009302008012019/174691 Perawat
7 Ellys Tambun 197104051993032003/118483 Pelaksana Gizi
8 Saria Sibarani 196103231987032007/ staf
9 Saamin 196308131986091001/108836 Staf
Lampiran 41. Data Tenaga kesehatan Puskesmas Kelurahan Susukan
NO NAMA NIP/NRK JABATAN
1 dr. Betriswati Azis 195510071991032001/122734 Dokter Madya
2 dr. Achlia Sari Usman 197610012006042009 Dokter Umum
3 dr. Winarto 198102242006041003 Dokter Umum
4 drg. Citra 196010311993122001/125327 Dokter Gigi Muda
5 drg. Margaretha
Damayanti 197805122005022001 Dokter Gigi Muda
6 Rumondang Hutahaen 197102271996032003 Pelaksana Gizi
7 Rumanti Pakpahan 197104161994032004/164772 Pelaksana Gizi
8 Dian Nurani 195909241981082001/072329 Bidan Penyelia
9 Rodemi H SKM. ccc/165523 Bidan Pelaksana Lanjutan
10 Nyai Atih 195705251981052001/'072070 Penata TKI (Perawat)
11 R.Endang TB,Amk. 196105031982071001/
078951 Perawat Penyelia
12 Ariyani Utami 198207042007012006/168647 Perawat Gigi Pelaksana
13 Hendra Gumilang, Amk 197409291997031003 Staf
14 Linda Catur Pramesti 197512171996032001/121095 Penata Muda (Staf)
15 Ade Romdlon 196002061991031001/ Penata Muda (Staf)
Laporan praktek...., Reza Hermawan, FF, 2013