Case Meningitis Reza

30
IDENTITAS PASIEN Nama : D Umur : 14 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Cilawu Pekerjaan : Pelajar Pendidikan : SMP Tanggal Masuk : 02 Maret 2015 Tanggal Periksa : 04 Maret 2015 ANAMNESA (alloanamnesa) A. Keluhan Utama Penurunan kesadaran B. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan kondisi penurunan kesadaran, dikeluhkan oleh keluarganya bahwa pasien sudah mulai penurunan kesadaran sejak 3 hari SMRS. Sebelumnya, 4 hari SMRS pasien demam. Demam dirasakan tiba-tiba tanpa ada keluhan apapun sebelumnya. Demam meninggi keesokan harinya dan pasien juga merasa nyeri kepala hebat. Nyeri kepala dirasakan pada seluruh bagian kepala terutama bagian tengah kepala. Saat nyeri kepala berlangsung, pasien juga merasa mual-mual serta sempat muntah sebanyak 3 kali. Pasien sempat dibelikan obat penurunan demam yang dibeli di warung oleh keluarganya, tetapi demam tidak kunjung menurun. Setelah 3 hari hanya dirawat di rumah, 1

description

meningitis serosa

Transcript of Case Meningitis Reza

IDENTITAS PASIENNama: DUmur: 14 tahunJenis kelamin: Laki-lakiAgama: IslamAlamat: CilawuPekerjaan: PelajarPendidikan: SMPTanggal Masuk : 02 Maret 2015Tanggal Periksa: 04 Maret 2015

ANAMNESA (alloanamnesa)A. Keluhan Utama Penurunan kesadaran

B. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan kondisi penurunan kesadaran, dikeluhkan oleh keluarganya bahwa pasien sudah mulai penurunan kesadaran sejak 3 hari SMRS. Sebelumnya, 4 hari SMRS pasien demam. Demam dirasakan tiba-tiba tanpa ada keluhan apapun sebelumnya. Demam meninggi keesokan harinya dan pasien juga merasa nyeri kepala hebat. Nyeri kepala dirasakan pada seluruh bagian kepala terutama bagian tengah kepala. Saat nyeri kepala berlangsung, pasien juga merasa mual-mual serta sempat muntah sebanyak 3 kali.Pasien sempat dibelikan obat penurunan demam yang dibeli di warung oleh keluarganya, tetapi demam tidak kunjung menurun. Setelah 3 hari hanya dirawat di rumah, pasien mulai terlihat selalu mengantuk dan susah untuk diajak berbicara. Karena khawatir akan kondisi pasien, keluarga pun membawa pasien ke RSUD dr Slamet Garut untuk dilakukan penanganan yang lebih baik. Kejang kejang disangkal oleh keluarga pasien.

C. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit serupa disangkal Riwayat TB disangkal Riwayat DM,Hipertensi dan jantung disangkal

D. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat penyakit serupa pada keluarga disangkal

E. Sosial - EkonomiCukup

PEMERIKSAAN FISIKA. Keadaan umumKeadaan umum: Sakit BeratKesadaran: SophorTekanan darah: 100/70 mmHgNadi: 64x/menit regulerRespirasi: 20x/menitSuhu: 37,1CTurgor: baikGizi: baikKepala: NormocephalKonjungtiva: AnemisSklera: tidak ikterikLeher: KGB tidak teraba, JVP tidak meningkatThoraks: Simetris bilateral Jantung: BJ I,II reguler murni, Murmur (-), Gallop (-) Paru: Vesikuler Ka = Ki, Rhonki -/-, Wheezing -/-Abdomen: datar, lembut, nyeri tekan (-), bising usus normalExtremitas : Akral hangat, edema -/-, turgor baik, CTR < 2

B. Pemeriksaan Neurologi 1. Inspeksi: Kepala: normocephal, tidak ada deformitasColumna vertebra : tidak ada deformitas2. Rangsang MeningealKaku kuduk: +Brudzinski 1: +Brudzinski 2: +Brudzinski 3: -Brudzinski 4: -Laseque: Terbatas, 500Kernig: Terbatas, 900Patrick: -/-Kontra Patrick: -/-

3. Saraf otakN. cranialisKananKiri

N. I (Olfaktorius) Penciuman Tidak dilakukanTidak dilakukan

N. II (Optikus)Ketajaman PenglihatanCampus (tes konfrontasi)Refleks cahaya langsungFundus okuli

Tidak dilakukansdn+Tidak dilakukan

Tidak dilakukansdn+Tidak dilakukan

N. III (Okulomotorius)/ N. IV (Troklearis)/ N. VI (Abdusens)PtosisPupil Refleks cahaya tak langsungPosisi mataGerakan bola mataNistagmus

(-)Isokor, D : 3mm+Ortoforiasdn-

(-)Isokor, D : 3mm+Ortoforiasdn-

N. V (Trigeminus)SensorikOftalmicusMaksillarisMandibularisRefleks kornea

MotorikRefleks mengunyah

sdnsdnsdntidak dilakukan

Tidak dilakukan

sdnsdnsdntidak dilakukan

Tidak dilakukan

N. VII (Facialis)Mengangkat alis mataMemejamkan mataLipatan nasolabialRasa kecap 2/3 bagian muka lidahRangsang Nyeri sdn sdnsdntidak dilakukanKesan parese sentral dxsdnsdnsdntidak dilakukan

N. VIII (Vestibulokoklearis)PendengaranKeseimbangan

Tidak dilakukanTidak dilakukan

Tidak dilakukanTidak dilakukan

N. IX (Glosofaringeus) / N. X (Vagus)Suara bicaraMenelanRefleks faringUvula Refleks kecap 1/3 belakangsdnTidak dilakukan Tidak dilakukanTidak dilakukanTidak dilakukan

N. XI ( Assesorius )Menenggok kanan kiriMengangkat Bahusdn sdn

N. XII ( Hipoglossus )Gerakan LidahAtrofi otot lidah Tremor Lidah/fasikulasi

sdnsdnTidak dilakukan

4. MotorikPemeriksaan KekuatanTonus Atrofi Fasikulasi

Anggota badan atasKesan hemiparese dxHipotonus--

Anggota badan bawahKesan hemiparese dxHipotonus--

Cara berjalanSulit dinilai

5. Sensorik Pemeriksaan PermukaanDalam

Anggota badan atassdnsdn

Batang tubuhsdnsdn

Anggotabadanbawah sdn sdn

6. VegetatifSulit dinilai

7. KoordinasiCara bicara: sdnTremor : tidak ada

8. Refleks Reflek fisiologisRefleksDextra / Sinistra

Biseps /

Triseps /

Brachioradialis /

Patella /

Achiles /

Reflek PatologisRefleksEkstremitas DextraEkstremitas Sinistra

Babinski++

Chaddock--

Openheim++

Gordon++

Schaeffer--

9. Pemeriksaan fungsi luhur Hubungan psikis : sdnAfasia: sdnIngatan : jangka pendek : sdn jangka panjang : sdn

DIAGNOSA KERJAMeningitis Serosa ec susp TB gr III

PEMERIKSAAN PENUNJANG/USULAN PEMERIKSAAN1. Laboratorium : Darah rutin (Hb,Ht,Leukosit,Trombosit) Kimia klinik (Ureum, Kreatinin, GDS, Asam Urat, Kolesterol, Trigliserida) Elektrolit (Na, K)2. Pemeriksaan EKG 3. Radiologi :- Rontgen thorax- CT-scan

02 Maret 2015 Darah RutinHb : 14,9 mg/dLHt: 45 %Leukosit : 9700/mm3Trombosit : 289.000/mm3

ImunoserologiAnti S.Typhi-H: 1/160 Anti S.Typhi-O: 1/320

ElektrolitNatrium: 139 mEq/LKalium: 4,5 mEq/LKlorida: 103 mEq/LKalsium: 5.14 mg/dL

RESUMEPasien datang dengan kondisi penurunan kesadaran, dikeluhkan oleh keluarganya bahwa pasien sudah mulai penurunan kesadaran sejak 3 hari SMRS. Sebelumnya, 4 hari SMRS pasien demam. Demam dirasakan tiba-tiba tanpa ada keluhan apapun sebelumnya. Demam meninggi keesokan harinya dan pasien juga merasa nyeri kepala hebat. Nyeri kepala dirasakan pada seluruh bagian kepala terutama bagian tengah kepala. Saat nyeri kepala berlangsung, pasien juga merasa mual-mual serta sempat muntah sebanyak 3 kali.Kejang disangkal. BAK dan BAB dalam batas normal. Riwayat pengobatan TB disangkal.

Pemeriksaan fisik :Keadaan umum: Sakit beratKesadaran: Compos mentisTekanan darah: 100/70 mmHgNadi: 64x/menit regulerRespirasi: 20x/menitSuhu: 37,1C

Rangsang MeningealKaku kuduk: +Brudzinski 1: +Brudzinski 2: +Brudzinski 3: -Brudzinski 4: -Laseque: Terbatas, 500Kernig: Terbatas, 900Patrick: -/-Kontra Patrick: -/-

Reflek fisiologisRefleksDextra / Sinistra

Biseps /

Triseps /

Brachioradialis /

Patella /

Achiles /

Reflek PatologisRefleksEkstremitas DextraEkstremitas Sinistra

Babinski++

Chaddock--

Openheim++

Gordon++

Schaeffer--

Diagnosa : Meningitis Serosa ec Susp Tb gr III

TERAPIInfus Asering 20 gtt/menitInj Cefotaxime 2 x 1grInj Dexametason 4 x 1ampInf Paracetamol 3 x 500mg PRNInj Stesolid 1 amp Bila KejangInj Fenitoin 2 x 1amp

PROGNOSIS Quo ad vitam : dubia ad malamQuo ad functionam : dubia ad malamQuo ad sanationam: dubia ad malem

FOLLOW UPTanggal 04 Maret 2015 Keluhan : Kejang 2x, 1 periode 5 menit Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Sakit berat Kesadaran: SophorTekanan darah: 100/75 mmHgNadi: 64 x/menit regulerRespirasi: 20 x/menitSuhu: 37.4 oC Pemeriksaan neurologis Rangsang meningeal : kk + ,brz 1 +,brz 2 +Saraf otak N VII: dbn N XII: dbnSensorik: sdnMotorik : sdnReflek fisiologi : BTR +/+ KPR +/+ APR +/+Reflek patologi : babinski +/+ Terapi Inf Asering 20 gtt Dexametason 4 x 1 amp Cefotaxim 2x 1gr iv Inf PCT 3 x 500mg PRN Inj Stesolid 1 amp bila kejang Inj Fenitoin 2 x 1

Tanggal 05 Maret 2015 Keluhan : Demam Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Sakit berat Kesadaran: SophorTekanan darah: 100/60 mmHgNadi: 71 x/menit regulerRespirasi: 22 x/menitSuhu: 38,2 oC Pemeriksaan neurologis Rangsang meningeal : kk + ,brz 1 +,brz 2 +Saraf otak N VII: dbn N XII: dbnSensorik: sdnMotorik : sdnReflek fisiologi : BTR +/+ KPR +/+ APR +/+Reflek patologi : babinski +/+ Terapi Inf Asering 20 gtt Dexametason 4 x 1 amp Cefotaxim 2x 1gr iv Inf PCT 3 x 500mg PRN Inj Stesolid 1 amp bila kejang Inj Fenitoin 2 x 1

Tanggal 06 Maret 2015 Keluhan : Kejang 1x, 1 periode 5 menit Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Sakit berat Kesadaran: SophorTekanan darah: 110/60 mmHgNadi: 68 x/menit regulerRespirasi: 20 x/menitSuhu: 37.1 oC Pemeriksaan neurologis Rangsang meningeal : kk + ,brz 1 +,brz 2 +Saraf otak N VII: dbn N XII: dbnSensorik: sdnMotorik : sdnReflek fisiologi : BTR +/+ KPR +/+ APR +/+Reflek patologi : babinski +/+ Terapi Inf Asering 20 gtt Dexametason 4 x 1 amp Cefotaxim 2x 1gr iv Inf PCT 3 x 500mg PRN Inj Stesolid 1 amp bila kejang Inj Fenitoin 2 x 1

Tanggal 07 Maret 2015 Keluhan : Demam menurun Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Sakit berat Kesadaran: SophorTekanan darah: 100/60 mmHgNadi: 78 x/menit regulerRespirasi: 24 x/menitSuhu: 36.7 oC Pemeriksaan neurologis Rangsang meningeal : kk + ,brz 1 +,brz 2 +Saraf otak N VII: dbn N XII: dbnSensorik: sdnMotorik : sdnReflek fisiologi : BTR +/+ KPR +/+ APR +/+Reflek patologi : babinski +/+ Terapi Inf Asering 20 gtt Dexametason 4 x 1 amp Cefotaxim 2x 1gr iv Inf PCT 3 x 500mg PRN Inj Stesolid 1 amp bila kejang Inj Fenitoin 2 x 1

Tanggal 08 Maret 2015 Keluhan : Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: Sakit berat Kesadaran: SophorTekanan darah: 100/60 mmHgNadi: 73 x/menit regulerRespirasi: 22 x/menitSuhu: 36,8 oC Pemeriksaan neurologis Rangsang meningeal : kk + ,brz 1 +,brz 2 +Saraf otak N VII: dbn N XII: dbnSensorik: sdnMotorik : sdnReflek fisiologi : BTR +/+ KPR +/+ APR +/+Reflek patologi : babinski +/+ Terapi Inf Asering 20 gtt Dexametason 4 x 1 amp Cefotaxim 2x 1gr iv Inj Stesolid 1 amp bila kejang Inj Fenitoin 2 x 1

PEMBAHASAN

DefinisiMeningitis Serosa adalah radang selaput otak arakhnoid dan piamater yang sering disebabkan oleh kuman spesifik seperti Mycobacterium tuberculosa.Meningitis Tuberkulosa adalah infeksi mycobacterium tuberculosis yang mengenai arachnoid, piameter dan cairan cerebrospinal di dalam sistem ventrikel. Penyakit ini merupakan meningitis yang sifatnya subakut atau kronis dengan angka kematian dan kecacatan yang cukup tinggi. Meningitis tuberkulosa merupakan radang selaput otak akibat komplikasi primer, secara histologik meningitis tuberkulosa merupakan meningoenfefalitis (tuberkulosa) di mana terjadi invasi ke selaput dan jaringan susunan sarat pusat.

Epidemiologi Kuman mikobakterium tuberculosis paling sering menyebabkan infeksi pada paru-paru, tetapi infeksi pada susunan saraf pusat adalah yang paling berbahaya. Kekeraban meningitis tuberculosis sebanding dengan prevalensi infeksi dengan mikobakterium tuberkulosa pada umumnya. Jadi bergantung pada keadaan sosial ekonomi dan kesehatan masyarakat. Penyakit ini dapat terjadi pada segala umur, tetapi jarang dibawah 6 bulan. Yang tersering adalah pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun. Pada anak, meningitis tuberkulosa merupakan komplikasi infeksi primer dengan atau tanpa penyebaran miliar. Pada orang dewasa, penyakit ini merupakan bentuk tersendiri atau bersamaan dengan tuberculosis ditempat lain. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian dan cacat bila pengobatan terlambat

Etiologi Meningitis serosa tuberkulosa disebabkan oleh mikobakterium tuberkulos jenis hominis, jarang oleh jenis bovinum atau aves. Mycobacterium tuberculosis tipe human merupakan basilus tahan asam yang merupakan penyebab pathogen yang banyak menginfeksi sistem nervus. Penyakit ini terdapat pada penduduk dengan keadaan sosio-ekonomi rendah, penghasilan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, perumahan tidak memenuhi syarat kesehatan minimal, hidup dan tinggal atau tidur berdesakan, kekurangan gizi, kebersihan yang buruk. Factor suku atau ras, kurang atau tidak mendapat fasilitas imunisasi. Meningitis tuberkulosa dapat terjadi pada setiap umur terutama pada anak antara 6 bulan sampai 5 tahun. Jarang terdapat di bawah umur 6 bulan kecuali apabila angka kejadian tuberculosis sangat tinggi. Paling sering terjadi di bawah umur 2 tahun, yaitu antara 9 sampai 15 bulan.

Patofisiologi Kuman dapat tumbuh dan berkembang biak tergantung pada kondisi ruang lingkupnya, kuman yang sudah masuk dalam tubuh dapat berbiak subur atau tidak, proses multiplikasi ini tidak berlalu tanpa pergulatan antara kuman dan unsur-unsur sel dan zat biokimiawi tubuh yang dikerahkan untuk mempertahankan keutuhan tubuh. Aksi kuman dan reaksi tubuh setempat menghasilkan runtuhan kuman dan unsur-unsur tubuh yang merupakan racun bagi tubuh. Setelah kuman berhasil menerobos permukaan tubuh dalam dan luar, ia dapat tiba disusunan saraf pusat melalui lintasan-lintasan berikut. Pada kuman yang bersarang di mastoid dapat menjalar ke otak perkontinuitatum. Sutura memberikan kesempatan untuk invasi semacam itu. Invasi hematogenik melalui arteria intraserebral merupakan penyebaran ke otak secara langsung.Penyebaran hematogen tak langsung dapat juga dijumpai, misalnya arteri meningeal yang terkena radang dahulu. Dari arteri ini kuman dapat tiba di likuor dan invasi kedalam otak melalui penerobosan dari piamater. Akhirnya, saraf saraf tepi dapat digunakan juga sebagai jembatan bagi kuman untuk tiba disusunan saraf pusat. Faktor predisposisi infeksi susunan saraf pusat. Daya pertahanan susunan saraf pusat untuk menangkis infeksi mencakup kesehatan umum yang sempurna, struktur sawar darah otak yang utuh dan efektif, aliran darah ke otak yang adekuat, sistem imunologik, hormonal dan seluler yang berfungsi sempurna.Meningitis tuberkulosa selalu terjadi sekunder dari proses tuberculosis primer di luar otak. Focus primer biasanya di paru-paru, tetapi bisa juga pada kelenjar getah bening, sinus nasalaes, traktus gatro-intestinalis, ginjal dan sebagainya. Dengan demikian meningitis tuberkulosa terjadi sebagai komplikasi penyebaran tuberculosis paru-paru.Terjadinya meningitis bukan karena peraadangan langsung pada selaput otak oleh penyebaran hematogen, tetapi melalui pembentukan tuberkel-tuberkel kecil (beberapa millimeter sampai 1 sentimeter), berwarna putih. Terdapat pada permukaan otak, selaput otak, sum-sum tulang belakang, tulang. Tuberkel tadi kemudian melunak, pecah dan masuk kedalam ruang subaraknoid, dam ventrikulus, sehingga terjadi peradangan yang difus. Secara mikroskopik tuberkel-tuberkel ini tidak dapat di bedakan dengan tuberkel-tuberkel dibagian lain dari kulit di mana terdapat pengujian sentral dan di kelilingi oleh sel-sel raksasa, limfosit, sel-sel plasma dan di bungkus oleh jaringan ikat sebagai penutup atau kapsul. Penyebaran dapat pula terjadi secara per kontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan di dekat selaput otak seperti proses dinasofaring, pneumonia, bronkopneumonia, endokarditis, otitis media, mastoiditis, trombosis sinus, kavernosus, atau spondilitis, penyebaran kuman dalam ruang subaraknoid, menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid., CSS, ruang subaraknoid dan ventrikulus. Akibat reaksi radang ini adalah terbentuknya eksudat kental, serofibrinosa dan gelatinosa oleh kuman-kuman dan toksin yang mengandung sel-sel mononuclear, limfosit, sel plasma, makrofag, sel raksasa dan fibroblast. Eksudat ini tidak terbatas di dalam ruang subaraknoid saja, tetapi teruatama terkumpul di dasar tengkorak. Eksudat juga meyebar melalui pembuluh-pembuluh darah pia dan menyerang jaringan otak di bawahnya, sehingga proses sebenarnya adalah moningo-ensefalitis. Eksudat juga dapat menyumbat akuaduktus Sylvii, foramen Magendi, foramen Luschka dengan akibat terjadinya hidrosefalus, edema papil dan peningkatan tekanan intrakanial. Kelainan juga terjadi pada pembulu-pembulu darah yang berjalan dalam ruang subaraknoid berupa kongesti, peradangan dan penyumbatan, sehingga selain ateritis dan flebitis juga mengakibatkan infrak otak terutama pada bagian korteks, medulla oblongata dan ganglia basalis yang kemudian mengakibatkan perlunakan otak dengan segala akibatnya.MANIFESTASIMeningitis bakterial disebut juga leptomeningitis karena organisme penyebabnya biasanya didapatkan pada subarachnoid dan menyebar ke piamater dan arachnoid. Penyakit ini timbul bertahap sehingga biasanya terdapat panas yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk. Disamping itu juga terdapat riwayat penurunan berat badan, nyeri otot, nyeri punggung, anoreksia dan mungkin sedikit demam, kemungkinan dijumpai kelainan jiwa seperti halusinasi, waham. Setelah beberapa hari, bukti adanya keterlibatan meningen ditandai dengan adanya letargi, iritabilitas, dan pada pemeriksaan akan dijumpai tanda-tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk, tanda Kernig dan tanda Brudzinsky. Jika diagnosis tidak ditegakkan pada tahap ini akan terjadi kejang, tanda fokal dan gangguan kesadaran. Terdapat peningkatan jumlah limfosit dengan peningkatan protein dan glukosa yang rendah pada LCSStadium 1 Stadium prodromal berlangsung < 2 minggu 3 bulan. Pada anak yang masih kecil awal penyakit bersifat subakut, sering tanpa panas atau hanya kenaikan suhu yang ringan atau hanya dengan tanda-tanda infeksi umum, muntah-muntah, tidak ada nafsu makan, murung, berat badan turun, tak ada gairah, mudah tersinggung, cengeng, tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis. Anak yang lebih besar mengeluh nyeri kepala, tidak ada nafsu makan, obstipasi, muntah-muntah, pola tidur terganggu. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi,, tak ada nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, delusi dan sangat gelisah.Stadium 2 Gejala terlihat lebih berat. Pada anak kecil dan bayi terdapat kejang umum atau fokal. Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku dan timbul opistotonus, terdapat tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Nyeri kepala yang bertambah berat dan progresif menyebabkan sianak berteriak dan menangis dengan nada yang khas yaitu meningeal cry. Kesadaran makin menurun. Refleks tendon meningkat, refleks abdomen menghilang, disertai klonus patela dan pergelangan kaki. Terdapat gangguan nervi kraniales antara lain N.II, III, IV, VI, VII dan VIII. Dalam stadium ini dapat terjadi deficit neurologic fokal seperti hemiparesis, hemiplegia karena infark otak dan rigiditas deserebrasiStadium 3Dalam stadium ini suhu tidak teratur dan semakin tinggi yang disebabkan oleh terganggunya regulasi pada diensefalon. Pernapasan dan nadi juga tak teratur dan terdapat gangguan pernapasan dalam bentuk Cheyne-Stokes atau Kussmaul, spasme klonik dan peningkatan suhu tubuh. Gangguan miksi berupa retensi atau inkotinensia urin. Di dapatkan pula adanya gangguan kesadaran makin menurun sampai koma yang dalam. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu 3 minggu bila tidak memperoleh pengobatan sebagaimana mestinyaDiagnosis AnamnesisPada anamnesis yang ditanyakan adalah ada tidaknya gejala prodromal berupa nyeri kepala, anoreksia, mual/muntah, demam subfebris, disertai dengan perubahan tingkah laku dan penurunan kesadaran, onset sub akut, riwayat penderita TB atau adanya fokus infeksi sangat mendukung. Anamnesis diarahkan pada riwayat kontak dengan pasien penderita tuberkulosa, keadaan sosio-ekonomi, imunisasi dan sebagainya. Sementara itu gejala-gejala yang khas untuk meningitis tuberkulosa ditandai dengan tekanan intrakranial meninggi, muntah yang hebat, nyeri kepala yang progresif dan pada bayi terdapat fontanela yang menonjol.Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Rangsangan Meningeala. Pemeriksaan Kaku Kudukb. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinskis contralateral leg sign)d. Pemeriksaan Tanda KernigPemeriksaan penunjang1. Darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit darah2. Pemeriksaan fungsi lumbal bila ada indikasiPada fungsi lumbal : cairan serebrospinal jernih atau santokrom, sel leukosit meningkat sampai 500/l, dengan hitung jenis sel limfosit dominan walaupun pada keadaan awal dapat polimorfonuklear. Protein meningkat sampai 500 mg/dl, kadar glukosa dibawah normal. Fungsi lumbal ulangan dapat memperkuat diagnosis.Pemeriksaan cairan otak : Tekanan meningkat, warna jernih atau santokrom, protein meningkat, gula menurun, klorida menurun, lekosit meningkat sampai 500/ mm3 dengan sel mononuclear yang dominan. Bila didiamkan beberapa jam akan terbentuk pelikula yang berbentuk sarang laba-laba. Pada pengecatan Ziehl Neelsen dan biakan akan ditemukan kuman mikobakterium tuberkulosa. Tes tuberculin terutama dilakukan pada bayi dan anak kecil, hasilnya sering kali negative karena anergi, terutama pada stadium terminal.Pemeriksaan lainnya meliputi foto dada dan kolumna vertebralis, rekaman EEG, dan CT Scan.Diagnosis meningitis tuberkulosa dapat ditegakkan secara cepat dengan PCR, ELISA dan aglutinasi Latex. Baku emas diagnosis meningitis TB adalah menemukan Micobacterium Tuberculosa dalam kultur Cairan Serebro Spinal. Namun pemeriksaan kultur Cairan Serebro Spinal ini membutuhkan waktu yang lama dan memberikan hasil positif hanya pada kira-kira setengah dari penderita.Penatalaksanaan Penatalaksanaan meningitis serosa tuberkulosa:1. Umum : Penderita meningitis tuberkulosa harus dirawat di Rumah Sakit, dibagian perawatan intensif. Dengan menentukan diagnosis secepat dan setepat mungkin, pengobatan dapat segera dimulai. Perawatan penderita meliputi berbagai aspek yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh, antara lain kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan gizi pada umumnya, posisi penderita, perawatan kandung kemih dan defekasi, serta perawatan umum lainnya diarahkan kepada hiperpireksia, gelisah atau kejang, serta nyeri dan kerewelan lainnya.2. Terapi kausal : kombinasi anti tuberkulosa obat-obat lini pertama : terapi obat lini pertama untuk meningitis tuberkulosa terdiri atas dua macam obat, isoniazid (INH) dan rifampisin. Isoniazid diberikan dengan dosis 10 -20 mg/KgBB/hari dengan dosis maksimal 300 m/hari untuk anak-anak dan 600 mg/ hari untuk dewasa. Obat-obat lini kedua : terdapat tiga obat antituberkulosa lini kedua untuk meningitis tuberkulosa yang digunakan sebagai tambahan ataupun pengganti INH dan rifampisin. Ethambutol, pyrazinamid dan ethionamid sangat efektif penetrasinya ke dalam cairan serebrospinal untuk menghilangkan inflamasi. Obat-obat lini ketiga : lima obat yang paling sering digunakan adalah aminoglikosida pada terapi tuberkulosis adalah golongan aminoglikosida yaitu streptomisin, capreomisin, kanamisin, viomisin dan amikatin. Kesemuanya adalah antibiotik polipeptida dan kesemunya berpotensi menimbulkan nefrotoksik dan ototoksik. Kelima obat tersebut penetrasinya sangat jelek kedalam otak atau cairan serebrospinal. Diberikan obat obatan spesifik yaitu : INH : Dewasa 10 15 mg / kgBB / hari, Anak 20 mg / kgBB / hari Rifampisin : 450 600mg/ kgBB / hari Etambutol : 65 mg / kgBB / hari Pirazinamid : 1500 mg / kgBB / hari Streptomisin: 1 gramRegimen yang diberikan dalam 2 bulan pertama : INH : 300 mg / hari Rifampisin : 450 mg / hari Etambuthol : 1000 mg / hari Pirazinamid : 1500 mg / hariBila terdapat induced hepatitis, pemberian rifampisin dan pirazinamid dihentikan dan diganti dengan streptomisin 1 gram.Regimen yang diberikan 10 bulan berikutnya : Rifampisin 600 mg / hari INH 400 mg / hari3. Kortikosteroid biasanya dipergunakan prednison dengan dosis 2-3 mg/kg BB/hari (dosis normal 20 mg/hari dibagi dalam 3 dosis) selama 2-4 minggu kemudian diteruskan dengan dosis 1 mg/kg BB/hari selama 1-2 minggu. Pemberian kortikosteroid seluruhnya adalah lebih kurang 3 bulan.Komplikasi Komplikasi yang paling menonjol dari meningitis tuberkulosis adalah gejala sisa neurologis (sekuele). Sekuele terbanyak adalah paresis spastik, kejang, paraplegia, dan gangguan sensori ekstremitas. Sekuele minor dapat berupa kelainan saraf otak, nistagmus, ataksia, gangguan ringan pada koordinasi, dan spastisitas. Komplikasi pada mata dapat berupa atrofi optik dan kebutaan. Gangguan pendengaran dan keseimbangan disebabkan oleh obat streptomisin atau oleh penyakitnya sendiri. Gangguan intelektual terjadi pada kira-kira 2/3 pasien yang hidup. Pada pasien ini biasanya mempunyai kelainan EEG yang berhubungan dengan kelainan neurologis menetap seperti kejang dan mental subnormal. Kalsifikasi intrakranial terjadi pada kira-kira 1/3 pasien yang sembuh. Seperlima pasien yang sembuh mempunyai kelainan kelenjar pituitari dan hipotalamus, dan akan terjadi prekoks seksual, hiperprolaktinemia, dan defisiensi ADH, hormon pertumbuhan, kortikotropin dan gonadotropin.Prognosis Prognosis pasien berbanding lurus dengan tahapan klinis saat pasien didiagnosis dan diterapi. Semakin lanjut tahapan klinisnya, semakin buruk prognosisnya. Apabila tidak diobati sama sekali, pasien meningitis serosa tuberkulosis dapat meninggal dunia. Prognosis juga tergantung pada umur pasien. Pasien yang berumur kurang dari 3 tahun mempunyai prognosis yang lebih buruk daripada pasien yang lebih tua usianya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Meningitis Research Foundation. 2008. Understand Meningits And Septicaemia. http://www.meningitis.org/. 05 Maret 20152. Microbiology Bytes. 2007. Mycobacterium tuberculosis. http://www.microbiologybytes.com/video/Mtuberculosis.html. 05 Maret 20153. Ginsberg L. Difficult and recurrent meningitis. Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry. 2004; 75: 16-21

4. Yayan A. Israr. Meningitis. Faculty of Medicine University of Riau, Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru. 2008; 1-6.

5. Raviglione MC, OBrien RJ. Tuberculosis. In: Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J. Harrisons principles of internalmedicine. 18th edition. New York: McGraw Hill; 2012

6. Ali R. Meningitis Serosa. 2008. http:// medicaltextbooks.com/2008/05/ meningitis-serosa-pendahuluan-penyakit.html. 07 Maret 2015

7. Anonymous. Meningitis Tuberkulosis. 2010. Available from: http:// www .kalbe .co. id/files/cdk/files/10_InfeksiIntrakranial.pdf/10_InfeksiIntrakranial.html. 08 Maret 2015

21