3. Reza Lapkas.docx

20
BAB I PENDAHULUAN Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai d kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya kete sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepiansendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya ot yang menghubungkan sendi. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut teruta pada sendi-sendi tangan, lutut, dan sendi besar yang menanggung seara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi o gerak. ! Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling sering me manusia dan dianggap sebagai penyebab disabilitas pada orang tua. Osteoar lutut merupakan jenis penyakit sendi terbanyak dijumpai di seluruh dunia penyebab nyeri serta keaatan pada usia lanjut dibandingkan deng lain. Osteoartritis lutut lebih banyak pada wanita setelah usia "# tahun. $ %ada penderita osteoartritis lutut datang dengan keluhan nye timbul yang sudah menahun pada lututnya dan lama kelamaan kekuat berkurang, tidak mampu untuk naik tangga, serta sulit jongkok. & 'ika proses ini terjadi seara berlebihan bisa timbul gejala yaitu rasa nyeri yang hebat penderita akan mengalami gangguan aktifitas sehari-hari. %enyakit radang sendi ini mulai dikenal sejak abad ke-! , dan pada itu dipandang sebagai akibat dari suatu proses aus karena dipakai selama *enjelang abad ke-$#, penyakit kelainan sendi adalah penyebab utama gangg muskuloskeletal di seluruh dunia, dan dianggap sebagai keaatan yang ked Amerika +erikat setelah penyakit jantung rematik. & erikut ini akan dibahas suatu tinjauan pustaka dan laporan kasus rehabilitasi medik pada osteoartritis genu bilateral. 1

Transcript of 3. Reza Lapkas.docx

BAB IPENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan melemahnya otot-otot yang menghubungkan sendi. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut terutama pada sendi-sendi tangan, lutut, dan sendi besar yang menanggung beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi oleh hambatan gerak.1Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling sering menyerang manusia dan dianggap sebagai penyebab disabilitas pada orang tua. Osteoartritis lutut merupakan jenis penyakit sendi terbanyak dijumpai di seluruh dunia dan penyebab nyeri serta kecacatan pada usia lanjut dibandingkan dengan penyakit lain. Osteoartritis lutut lebih banyak pada wanita setelah usia 50 tahun.2Pada penderita osteoartritis lutut datang dengan keluhan nyeri hilang timbul yang sudah menahun pada lututnya dan lama kelamaan kekuatan otot berkurang, tidak mampu untuk naik tangga, serta sulit jongkok.3 Jika proses ini terjadi secara berlebihan bisa timbul gejala yaitu rasa nyeri yang hebat sehingga penderita akan mengalami gangguan aktifitas sehari-hari.4Penyakit radang sendi ini mulai dikenal sejak abad ke-19, dan pada saat itu dipandang sebagai akibat dari suatu proses aus karena dipakai selama hidup. Menjelang abad ke-20, penyakit kelainan sendi adalah penyebab utama gangguan muskuloskeletal di seluruh dunia, dan dianggap sebagai kecacatan yang kedua di Amerika Serikat setelah penyakit jantung rematik.3Berikut ini akan dibahas suatu tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang rehabilitasi medik pada osteoartritis genu bilateral.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Osteoartritis berasal dari kata yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yaitu sendi dan itis berarti radang atau inflamasi. Osteoartritis (OA) adalah suatu kelainan sendi kronis (jangka lama) dimana terjadi proses pelemahan dan disintegrasi dari tulang rawan sendi yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan baru pada sendi. Kelainan ini merupakan suatu proses degeneratif pada sendi yang dapat mengenai satu atau lebih sendi. Setiap sendi memiliki resiko untuk terserang OA. Daerah yang paling sering terserang OA yaitu lutut, panggul, vertebra dan pergelangan kaki.3

B. Epidemiologi Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemukan di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris dan Wales, sekitar 1,3 hingga 1,75 juta orang mengalami gejala OA. Di Amerika, 1 dari 7 penduduk menderita OA. Osteoartritis menempati urutan kedua setelah penyakit kardiovaskuler sebagai penyebab ketidakmampuan fisik (seperti berjalan dan menaiki tangga) di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 15% orang.5Prevalensi osteoartritis secara jelas meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Kondisi ini jarang ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Usia, jenis kelamin, pekerjaan, kegemaran, ras, dan hereditas seluruhnya bisa berperan dalam manifestasi klinis osteoartritis.2Data di Indonesia yang didapat dari Malang dimana prevalensinya sekitar 10-13,5%, di pedesaan Jawa tengah prevalensi osteoartritis klinis sekitar 5,1%. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan 43,8% (1991-1994) 35% (2000) merupakan penderita osteoartritis.4 Sedangkan sesuai data di Rumah Sakit Prof. DR. Kandou Manado menunjukkan bahwa penderita osteoarthritis sebanyak 22 % (2010), 20 % (2011), 19 % (2012).

C. Etiologi Etiologi pasti dari osteoartritis sampai saat ini tidak diketahui, akan tetapi beberapa faktor predisposisi terjadinya osteoartritis dipengaruhi oleh:5,6 UmurUmumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50 tahun) Jenis Kelamin Kelainan ini ditemukan baik pada pria maupun wanita, dimana osteoartritis primer lebih banyak ditemukan pada wanita pasca menopause, sedangkan osteoartritis sekunder lebih banyak pada laki-laki. Ras Lebih sering pada orang Asia khususnya China, Eropa, dan Amerika. Faktor Keturunan Faktor metabolik/endokrin Pada penderita obesitas, hipertensi, hiperurisemia dan diabetes lebih rentan. Trauma dan faktor okupasi

D. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis seperti nyeri pada sendi yang terkena terutama sewaktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, pembengkakan sendi dan perubahan gaya berjalan.5,6Lebih lanjut terdapat pembengkakan sendi dan krepitasi tulang. Tempat predileksi osteoartritis adalah sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat dan kemerahan.7,8

E. Patofisiologi 1. Tulang rawan sendiStage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilago. Berhubungan dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan oleh gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan metabolisme kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan derajat agregasi proteoglikan menurun.Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks. Ketika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak, mempertahankan jaringan, dan meningkatkan volume kartilago.Respon ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.Stage III : Penurunan respon kondrosit. Kegagalan respon kondrosit untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi disertai dan diperparah oleh penurunan respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini belum diketahui, namun diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan kondrosit dan downregulasi respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.2

2. Perubahan Tulang.Perubahan tulang subkondral yang mengikuti degenerasi tulang rawan sendi meliputi peningkatan densitas tulang subkondral, pembentukan rongga-rongga yang menyerupai kista yang mengandung jaringan miksoid, fibrosa, atau kartilago.Respon ini muncul paling sering pada tepi sendi tempat pertemuan tulang dan tulang rawan yang berbentuk bulan sabit (crescent). Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari pembentukan lapisan tulang baru pada trabekula biasanya merupakan tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subkondral, tapi pada beberapa sendi rongga-rongga terbentuk sebelum peningkatan densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit, tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subkondral yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang (denuded) dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan kerusakan tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.2Pada sebagian besar sendi sinovial, pertumbuhan osteofit diikuti dengan perubahan tulang rawan sendi serta tulang subkondral dan metafiseal. Permukaan yang keras, fibrosa, dan kartilaginis ini biasanya muncul di tepi-tepi sendi. Osteofit marginal biasanya muncul pada permukaan tulang rawan, tapi dapat muncul juga di sepanjang insersi kapsul sendi (osteofit kapsuler). Tonjolan tulang intraartikuler yang menonjol dari permukaan sendi yang mengalami degenerasi disebut osteofit sentral. Sebagian besar osteofit marginal memiliki pernukaan kartilaginis yang menyerupai tulang rawan sendi yang normal dan dapat tampak sebagai perluasan dari permukaan sendi. Pada sendi superfisial, osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan terasa sakit jika sendi digerakkan. Tiap sendi memiliki pola karakter yang khas akan pembentukan osteofit di sendi panggul, osteoartritis biasanya membentuk cincin di sekitar tepi acetabulum dan tulang rawan femur. Penonjolan osteofit sepanjang tepi inferior dari permukaan artikuler os humerus biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit degenartif sendi glenohumeral. Osteofit merupakan respon terhadap proses degenerasi tulang rawan sendi dan remodelling tulang subkondral, termasuk pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel tulang dan matriks kartilago.2

3. Jaringan Periartikuler.Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder dari sinovial, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang terlibat. Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan sampai sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi. Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan atrofi otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi dan kelemahan tungkai.2

F. Diagnosis Diagnosis pada osteoartritis didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis akan didapatkan gejala-gejala yang sudah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.2 Gejala utama adalah nyeri pada sendi yang terkena, terutama pada waktu bergerak. Awal mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada gerak sendi, biasanya semakin bertambah berat sejalan dengan bertambanya rasa nyeri. Kaku pada pagi hari dapat timbul setelah imobilisasi, seperti duduk dalam waktu yang cukup lama atau setelah bangun tidur. Krepitasi atau rasa gemeretak pada sendi yang sakit juga menjadi keluhan dari penderita osteoarttritis.6Tes-tes provokasi yang dilakukan untuk memeriksa sendi lutut antara lain: 1. Tes McMurray Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi meniskus. Pada tes ini penderita berbaring terlentang. Dengan satu tangan pemeriksa memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut. Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut. Tungkai bawah eksorotasi/ endorotasi dan secara perlahan-lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi klek atau teraba sewaktu lutut diluruskan, maka meniskus medial atau bagian posteriornya yang mungkin terobek.8

Gambar 1.Pemeriksaan McMurray

2. Anterior drawer testMerupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada anterior cruciatum ligamen lutut. Penderita harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45.Lutut fleksi dan kedua kaki sejajar. Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas maka akan terjadi gerakan hiperekstresi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor. Posisi pemeriksa di depan kaki penderita. Jika terdorong lebih dari normal, artinya tes drawer positif.8

Gambar 2. Anterior Drawer Test11

3. Posterior Drawer Test Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada posterior cruciatum ligamen lutut. Posterior Drawer Test sama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya saja menggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang.8

Gambar 3. Posterior Drawer Test11

4. Appley Compresion Test Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh robeknya meniskus. Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai bawah ditekukkan pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan pada tumit pasien. Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam (endorotasi) dan luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di samping medial atau lateral garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan lateral sangat mungkin ada.8

5. Appley Distraction Test Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental pada persendian lutut.Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley Comppresion Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai bawah keluar dan kedalam dan lakukan fiksasi. Apabila pada distraksi eksorotasi dan endorotasi itu terdapat nyeri maka hal tersebut disebabkan oleh lesi di ligamen.8 (a) (b) Gambar 4. (a) Appley Compresion Test; (b) Appley Distraction Test11

Pemeriksaan penunjang : 1,3,5a. Pemeriksaan radiologi foto polos lutut b. Pemeriksaan laboratorium darah c. Analisa cairan sendi

Pemeriksaan radiologi Derajat kerusakan sendi berdasarkan gambaran radiologis kriteria Kellgren & Lawrence :Derajat 0: radiologi normal. Derajat1: penyempitan celah sendi meragukan. Derajat2 : osteofit dan penyempitan celah sendi yang jelas. Derajat3: osteofit sedang dan multipel, penyempitan celah sendi, sklerosis sedang dan kemungkinan deformitas kontur tulang. Derajat4 : osteofit yang besar, penyempitan celah sendi yang nyata, sklerosis yang berat dan deformitas kontur tulang yang nyata.

The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA lutut idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut:1Klinis dan LaboratoriumKlinis dan radiologi Klinis

Nyeri lutut + minimal 5 dari 9 berikut : - umur > 50 tahun - stiffness < 30 menit - krepitasi - nyeri pada tulang - pelebaran tulang -tidak hangat pada perabaan - LED < 40mm/jam - Rheumatoid factor 50 tahun - stiffness < 30 menit - krepitasi - nyeri pada tulang - pelebaran tulang -tidak hangat pada perabaan

G. Rehabilitasi medik pada osteoartritis Tujuan:5,9,101. Mengurangi nyeri dan spasme2. Memperbaiki lingkup gerak sendi3. Meningkatkan kekuatan otot4. Memperbaiki fungsi5. Meningkatkan kualitas hidup

Penatalaksanaan rehabilitasi medik pada penderita osteoarthtritis antara lain:1. Fisioterapi.9,10,12a. Terapi dingin digunakan untuk melancarkan sirkulasi darah, mengurangi peradangan, mengurangi spasme otot dan kekakuan sendi sehingga dapat mengurangi nyeri. Dapat juga menggunakan es yang dikompreskan pada sendi yang nyeri. Terapi dingin dapat berupa cryotherapy, kompres es dan masase es.b. Terapi panas superfisial yaitu panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub kutis saja (Hot pack, infra merah, kompres air hangat, paraffin bath) Sedangkan terapi panas dalam, yaitu panas dapat menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam yang sampai ke otot,tulang, dan sendi (Diatermi gelombang mikro (MWD), Diatermi gelombang pendek (SWD), Diatermi gelombang suara ultra(USD). Pada kasus OA digunakan SWD (short wave diathermi) dan USD (ultra sound diathermi).c. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) merupakan modalitas yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri melalui peningkatan ambang rangsang nyeri. d. Hidroterapi bermanfaat untuk memberi latihan. Daya apung air akan membuat ringan bagian atau ekstermitas yang direndam sehinggasendi lebih mudah digerakan. Suhu air yang hangat akan membantu mengurangi nyeri, relaksasi otot dan memberi rasa nyaman.e. Latihan penguatan otot. Latihan diketahui dapat meningkatkan dan mempertahankan pergerakan sendi, menguatkan otot, meningkatkan ketahanan statik dan dinamik dan meningkatkan fungsi yang menyeluruh.Latihan terdiri dari latihan pasif, aktif, ketahanan, peregangan dan rekreasi.

2. Terapi okupasi meliputi latihan koordinasi aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) untuk memberikan latihan pengembalian fungsi sehingga penderita bisa melakukan kembali kegiatan/perkerjaan normalnya.10,123. Ortotik Prostetik digunakan untuk mengembalikan fungsi,mencegah dan mengoreksi kecacatan,menyangga berat badan dan menunjang anggota tubuh yang sakit. Pada penderita OA biasa dilakukan rencana penggunaan knee brace atau knee support.104. Sosial Medis. Tujuannya adalah menyelesaikan/memecahkan masalah sosial yang berkaitan dengan penyakit penderita, seperti masalah penderita dalam keluarga maupun lingkungan masyarakat.12-14

BAB IIILAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PENDERITA Nama : Ny. M. D Umur:59 TahunAlamat: Banjer Lingkungan VPekerjaan : WiraswastaAgama: IslamSuku: GorontaloTanggal Periksa :26 Mei 2014

2. ANAMNESIS Keluhan utama : Nyeri pada lutut kanan dan kiri

Riwayat Penyakit Sekarang : Nyeri lutut dialami penderita sejak + 1 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk pada kedua lutut secara bersamaan, nyeri hanya pada lutut dan tidak menjalar. Nyeri lutut disertai kekakuan terutama saat bangun di pagi hari + 5 menit, kemudian hilang secara sendirinya. Nyeri terasa juga saat berjalan pada jarak +- 100m dan atau pada posisi lama duduk lalu berdiri akan terasa nyeri. Pada saat tidur penderita tidak merasa terganggu dengan nyeri, bengkak (-), riwayat trauma (-).

Riwayat penyakit dahulu: Hipertensi tidak ada. Kolesterol tidak ada Asam urat tidak ada Penyakit DM tidak ada. Riwayat Keluarga : Hanya penderita yang sakit seperti ini.

Riwayat Psikologis : Penderita merasa cemas dan terganggu dengan penyakit yang dialami.

Riwayat Sosial Ekonomi :Penderita sehari-hari hanya bekerja membersihkan rumah . Penderita tinggal dirumah permanen, 1 lantai, lantai semen, dinding beton. Sumber penerangan dari Perusahaan Listrik Negara, sumber air dari Perusahaan Air Minum, WC jongkok. Biaya pengobatan ditanggung pemerintah melalui askes.

Riwayat Kebiasaan dan Aktivitas:Selain IRT penderita juga seorang pedagang kecil-kecilan di pasar.

3. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum :cukup Kesadaran : Compos Mentis GCS: E4M6V5 Tekanan darah : 120/80 mmHg Respirasi: 20x/mNadi : 80x/menit Suhu : 36,50CTinggi badan : 157 cm Berat badan : 65kg Indeks massa tubuh : 26,4kg/m2 (obesitas tingkat 1) Kepala :Normocephal Mata :Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik. Pupil bulat isokor 3 mm, refleks cahaya kiri dan kanan ada, refleks cahaya tidak langsung kiri dan kanan ada.Leher:Trakea letak tengah, pembesaran kelenjar getah bening tidak ada. Thoraks: Simetris kiri = kanan Cor/Pulmo: dalam batas normal. Abdomen : Datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal.

Visual Analog Scale lutut kanan : 0 7 10

Visual Analog Scale lutut kiri : 0 7 10

Status lokalis Regio genu dextra dan sinistra :Inspeksi :Edema (-/-), kemerahan (-/-), deformitas (-), atrofi otot (-)Palpasi: Hangat (-/-), nyeri tekan (-/-), krepitasi (+/-)

Movement: Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) regio genu dextra dan sinistra Dextra SinistraNormal

Fleksi 0-9000-13500- 1350

Ekstensi 0-000-000-00

Pemeriksaan status motorik Ekstremitas Inferior Ekstremitas Superior

DextraSinistraDextra Sinistra

GerakanNormalNormalNormalNormal

Kekuatan otot5/5/5/55/5/5/55/5/5/55/5/5/5

Tonus ototNormalNormalNormal Normal

Refleks FisiologisNormalNormalNormal Normal

Refleks Patologis----

SensibilitasNormalNormalNormal Normal

Tes Provokasi :Jenis tesDextra Sinistra

Anterior drawer--

Posterior drawer--

McMurray--

Appley compression--

Appley distraction--

Gambar 1. Hasil X-Foto genu dextra et sinistra AP/lateral Kesan : osteoartritis Genu dextra et sinistra

4. RESUMESeorang wanita 62 tahun, dengan keluhan utama nyeri pada lutut kanan dan kiri, sejak + 1 tahun yang lalu, nyeri seperti ditusuk tusuk. Nyeri lutut disertai kekakuan 5 menit pada pagi hari. Nyeri timbul saat berjalan,berjongkok dan berdiri lama. Nyeri berkurang pada saat penderita beristirahat.

Diagnosis klinis : Osteoartritis genu dekstra et sinistra Diagnosis etiologi : DegeneratifDiagnosis topis: Genu dekstra et sinistra Diagnosis fungsional : Impairment: Nyeri lutut kanan dan kiri, Disability : Gangguan AKS (dressing, toileting) dan gangguan ambulasi Handicap : penderita sulit sembayang Problem : Nyeri lutut kanan dan kiri saat berjalan (VAS 7) Gangguan AKS (berdiri dan berjalan),sulit jongkok, duduk lama

5. PENATALAKSANAAN: Medikamentosa : Obat Anti Inflamasi Non-Steroid Paracetamol 3x500mg tab jika nyeri.

Non medikamentosa : Rehabilitasi medik Fisioterapi Evaluasi : Nyeri lutut (VAS genu dekstra 7, VAS genu sinistra 7) Gangguan AKS (berdiri,berjongkok dan berjalan)

Program: SWD genu bilateral Latihan peningkatan kekuatan otot quadrisep dan hamstring bilateral, selang seling setelah 3x konsul ulang.

Okupasi terapi Evaluasi : Nyeri lutut (VAS genu dekstra 7, VAS genu sinistra 7) Gangguan AKS (berdiri,berjongkok dan berjalan)Program: latihan atau edukasi melaksanakan aktivitas kehidupan sehari hari dengan prinsip mengurangi beban pada sendi lutut (joint protection).

Ortotik Prostetik Evaluasi : Nyeri lutut (VAS genu dekstra 7, VAS genu sinistra 7) Gangguan AKS (berdiri,berjongkok dan berjalan)Program: Saat ini belum diperlukan

Psikolog Evaluasi : Penderita merasa cemas dengan sakitnya. Program: memberi dukungan kepada penderita agar rajin berlatih di rumah dan kontrol secara teratur, memberi dukungan mental kepada penderita dan keluarga agar tidak cemas dengan penyakit yang dideritanya.

Sosial medik Evaluasi: Biaya hidup sehari-hari cukup, biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah menggunakan jaminan kesehatan masyarakat (askes).Program: Mengevaluasi faktor-faktor risiko keadaaan di lingkungan rumah. Usahakan memakai WC modifikasi

Home program / edukasi Mengurangi aktivitas yang berdampak besar pada lutut seperti naik turun tangga, berjalan lama, berdiri serta berjongkok dalam waktu yang lama. Kontrol ke poli rehabilitasi medik secara rutin. Kompres dengan es atau air dingin atau hangat 10-15 menit sesuai kenyamanan pasien jika nyeri.

6. PROGNOSIS Quo ad vitam : Dubia ad Bonam Quo ad fungtionam: Dubia ad BonamQua ad sanationam: Dubia ad Bonam

DAFTAR PUSTAKA

1. Reni H. Masduchi. Rehabilitasi Nyeri pada Sendi Degeneratif. SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK UNAIR. PKB Rehabilitasi Medik, Surabaya: 2005.2. Brandt KD, Doherty M, Lohmander LS. Osteoarthritis. 2 ed. OxfordUniversity Press. New York: 2003;299-308.3. Garison SJ. Osteoartritis. Dalam : Wijaya AC, alih bahasa. Dasar-DasarTerapi dan Rehabilitasi Fisik.Jakarta : Hipokrates, 1996;70-2.4. Broto R. Manfaat Glukosamin dan Kondroitin Sulfate untuk terapiOsteoartritis. Dalam: Setyohadi B, Kasjmir YI, editor. Naskah lengkap TemuIlmiah Reumatologi. Jakarta: 2002.5. Rosjad C. Kelainan Degeneratif Tulang dan Sendi. Dalam : Pengantar IlmuBedah Ortopedi. Ujung Pandang : Bintang Lamumpatue; 197-235 6. Asviarty, Nuhani SA, Tulaar A, dkk. Osteoartritis. Dalam: StandarOperasional Prosedur .DEPKES. Jakarta, 2000; 15-18 7. Anonymous.Osteoartritis. [Online]. 2004 [cited 2013 November 25]; Availablefrom:www.arthritis.com/types%of%20arthritis/osteoartritis. 8. Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative joint disease. In: Harrisonsmanual of medicine 15thed. Boston: McGraw-Hill: 2002;748-49.9. Elyas E. Pendekatan Terapi Fisik pada Osteoarthritis. Pertemuan Ilmiah Tahunan PERDOSRI 2002. Bidang Pendidikan da LAtihan Pengurus BesarPERDOSRI. Jakarta, 2002;53-63.10. Tulaar ABM. Peran Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik padaTatalaksana Osteoarthritis. Semijurnal Farmasi dan Kedokteran EthicalDigest. Februari 2006;46-54.11. Pain exercises. Knee Pain Exercise. (online). Available from:http//Painexercise.net 12. Mansjoer A, dkk. Reumatologi. Dalam: Kapita selekta kedokteran. Jakarta:Media Aesculapius FKUI, 1999;525-6 .13. Vogelgesang S. Osteoarthritis. In: West SG, editor. Rheumatology secrets,2nd edition. Philadelphia: Hanley & Belfus Inc, 2002;365-74.14. Sengkey LS, dkk. Kumpulan Kuliah Rehabilitasi Medik FK UNSRATManado: 2010.

Lampiran Foto

13