pr dr iwan
-
Upload
ade-churie-tanjaya -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
description
Transcript of pr dr iwan
1. Beberapa indikasi operasi katarak adalah :
a. Indikasi optik
Indikasi optik yang dimaksud dikarenakan terjadi penurunan visus pada
pasien sehingga pasien merasa terganggu dalam melihat objek tertentu.
b. Indikasi sosial.
Indikasi sosial operasi katarak adalah karena adanya penurunan visus
pasien yang mengakibatkan kesulitan dalam melakukan pekerjaan sehari-
hari. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap lingkungan sosial pasien.
c. Indikasi terapeutik dan mencegah komplikasi.
Operasi katarak merupakan terapi untuk mengangkat lensa yang keruh
sehingga visus pasien akan membaik. Operasi katarak juga bertujuan
untuk mencegah komplikasi yang dapat ditimbulkan katarak yaitu
glaukoma sekunder dan glaukoma fakolitik.
d. Indikasi diagnostik.
Indikasi diagnostik katarak adalah untuk mengetahui adanya penyakit lain
yang mungkin berperan dalam penurunan visus pasien. Diagnostik
penyakit penyerta dapat diketahui setelah operasi katarak.
e. Indikasi kosmetik
Pasien katarak mempunyai pupil yang tampak berwarna putih dan hal ini
membuat pasien sedikit kurang percaya diri.
2. Posterior Capsular Opacity (PCO)
Posterior Capsular Opacity (PCO) merupakan salah satu
komplikasi dari operasi katarak dan biasa disebut katarak sekunder. Gejala
yang biasa dikeluhkan pasien adalah pandangan mata kabur setalah operasi
serta fotofobia.
Selama operasi katarak, dokter bedah secara berhati-hati akan
mengangkat lensa yang terdapat katarak dari mata yang terkena, dan
menggantinya dengan lensa intraokuler buatan (IOL). Lensa ini terletak
dalam 'kantong' membran sangat tipis yang disebut kapsul. Bagian depan
kapsul harus dibuka untuk menghilangkatn katarak dan memasukkan
lensa. Bagian belakang atau 'posterior' kapsul tetap utuh untuk mendukung
lensa baru. Sekitar 10% pasien memiliki sisa sel luar dari lensa lama yang
tumbuh pada kapsul. Hal ini menyebabkan kapsul menjadi keruh atau
berkabut, yang menghasilkan penglihatan kabur dan disebut dengan
Posterior Capsular Opacity (PCO)
3. Gangguan lapang pandang terdapat pada pasien dengan gejala papil
edema, glaukoma, miopia progresif, papilitis, retinitis pigmentosa,
keracunan obat dan histeria.
4. Uji Kelainan Air mata
Uji Break Up time
a. Uji break up time merupakan uji kualitas dan stabilitas tear film
atau pemeriksaan mucin.
b. Tujuan dari tes ini adalah untuk melihat fungsi fisiologis air mata
yang melindungi kornea. Dimana diukur kekeringan kornea
sesudah suatu kedipan pada suatu waktu tertentu yang disebut
break up time. Pemeriksaan ini digunakan untuk pemeriksaan
defisiensi musin. Waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya
bercak kering pada permukaan kornea setelah mata berkedip.
c. Dasar
Bila tear film but kurang dibanding kecepatan berkedipnya
mata, mata tidak terlindung dan akan mengakibatkan terjadinya
gejala mata kering pada mata.
Berkedip akan meratakan film air mata pada permukaan mata.
Bila mata dibuka lama tanpa mengedip, maka film air mata
mulai pecah atau terbuka.
Pada keadaan ini mata akan terasa pedas dan mata dipaksa
berkedip.
Pada mata kering air mata tidak stabil sehingga mudah pecah
dalam waktu yang lebih pendek. Dapat dikatakan bila but
pendek mungkin sekali menderita mata kering.
Bercak kering merupakan bagian dari penguapan normal dan
penyebaran air mata. Pada mata normal, bercak kering terbentuk
antara kedipan kira-kira 12 detik.
d. Alat yang dibutuhkan adalah natrium flouresein, unpreserve,
mikropipet atau DET filter, serta stopwatch.
e. Teknik nya adalah sebagai berikut :
Tetes mata dengan 1-5 mikroliter larutan 2 % na flouresein pada
konjungtiva bulbi. Tanpa merangsang refleks air mata dengan
mikropipet atau strip.
Pasien diminta berkedip seperti biasa untuk menyebarkan secara
normal merata flouresein.
Setelah 10-30 detik flouresein diberikan pasien diminta untuk
membuka mata dan menatap lurus tanpa kedip.
Diperiksa dengan slitlamp dengan pembesaran 10X dengan
mempertahankan penerangan tetap.
Dipakai stopwatch untuk mencatat waktu kedipan terakhir dan
timbulnya perubahan.
Setelah terdapat Tearfilm but pasien dapat diminta berkedip
secara bebas.
f. Dengan memakai filter cobalt warna biru dilihat gambaran bintik
kering pada kornea yang terbentuk yaitu daerah bebas flouresein
yang berwarna hitam.
g. Normal waktu terjadinya bentukan warna hitam adalah 15-20
detik. Bila kurang dari 20 detik berarti defisiensi mucin.
Dakriosistografi
Dakriosistografi dilakukan untuk mengetahui susunan anatomi normal
sistem lakrimalis. Pemeriksaan ini dengan menggunakan bahan kontras
yang dimasukkan ke dalam kantung air mata.
a. Tujuan
Untuk melihat struktur ekskresi sistem lakrimal yang patologis
dengan kontras dengan pemeriksaan radiologis.
b. Dasar
Zat warna kontras dapat dimasukkan ke dalam sistem lakrimal yang
terbuka dan dilihat dengan fotografi.
c. Alat
Anestesi lokal tetes mata, kontras media (minyak ) pantopaque,
semprit berisi garam fisiologis jarum anel.
d. Teknik
Isi sakus lakrimal dikosongkan dengan memverikan tekana pada
sakus
Mata ditetesi dengan obat anestesi topikal
Dilakukan dilatasi pungtum dengan dilatator
Isi sakus dibersihkan dengan irigasi garam fisiologis
Sebaiknya bila memasukkan kontras pada kanalikuli bawah
maka pungtum lakrimal akan ditutup dengan dilatator.
Bila terdapat kelebihan lakrimal yang terdapat pada kantus atau
forniks maka dibersihkan
Keadaan yang sama dilakukan pada aparatus lakrimal
sebelahnya (untuk perbandingan bila normal atau untuk melihat
keadaan yang sama).
Dalam beberapa menit (segera) dibuat foto posteroanterior
(Caldwell atau Water) dan oblik ( untuk melihat satu kanal
optik).
e. Nilai
Pada keadaan normal, sakus lakrimal terlihat terdapat dalam
orbita, dukstus nasolakrimal dalam tulang kanal nasolakrimal
yang masuk pada turbinat nasi inferior.
Dalam keadaan abnormal dapat terlihat penyumbatan,
divertikulum, fistul ke dalam sinus, adanya dakriolit dan bentuk
septum nasi abnormal.