PPT CRS Epilepsi Alina

download PPT CRS Epilepsi Alina

of 36

Transcript of PPT CRS Epilepsi Alina

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    1/36

    BAB 1

    TINJAUAN PUSTAKA

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    2/36

    DEFINISI

    Epilepsi

    Suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan (seizure)

    berulang sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak

    secara intermiten yang disebabkan oleh pelepasan muatan

    listrik abnormal dan berlebihan di neuron-neuron secara

    paroksismal, didasari oleh berbagai faktor etiologi.

    Bangkitan epilepsi (epileptic seizure)

    Manifestasi klinik dari bangkitan serupa (stereotipik),

    berlangsung secara mendadak dan sementara dengan atau

    tanpa perubahan kesadaran, disebabkan oleh hiperaktivitaslistrik sekelompok sel saraf di otak, bukan disebabkan oleh

    suatu penyakit otak akut (unprovoked).

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    3/36

    ETIOLOGI

    Idiopatik

    Penyebabnya tidak diketahui, umumnya mempunyai predisposisi genetik.

    Kriptogenik

    Dianggap simptomatik tetapi penyebabnya belum diketahui. e.g:

    - Sindrom West

    - Sindrom Lennox-Gastaut- Epilepsi mioklonik.

    Simptomatik

    Disebabkan oleh :

    - kelainan/ lesi pada SSP

    - kelainan kongenital- lesi desak ruang

    - GPDO

    - toksik (alkohol, obat)

    - metabolik

    - kelainan neurodegeneratif.

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    4/36

    EPIDEMIOLOGI

    Di Indonesia diperkirakan ada 1-1,8 juta penderita.

    Laki-laki lebih sering dari pada perempuan.

    Usia 20 tahun kebawah + 80%

    Usia 21 tahun - 55 tahun + 15%

    Usia diatas 55 tahun + 1-2%.

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    5/36

    KLASIFIKASI

    Klasifikasi International League Against Epilepsy (ILAE) untukjenis bangkitan epilepsi

    1. Bangkitan Parsial1.1 Bangkitan parsial sederhana

    1.1.1 Motorik

    1.1.2 Sensorik

    1.1.3 Otonom

    1.1.4 Psikis

    1.2 Bangkitan parsial kompleks

    1.2.1 Bangkitan parsial sederhana yang diikuti dengangangguan kesadaran

    1.2.2 Bangkitan parsial yang disertai gangguankesadaran saat awal bangkitan

    1.3 Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder

    1.3.1 Parsial sederhana yang menjadi umum tonik klonik

    1.3.2 Parsial kompleks menjadi umum tonik klonik

    1.3.1 Parsial sederhana menjadi parsial komplekskemudian menjadi umum tonik klonik

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    6/36

    2. Bangkitan Umum

    2.1 Lena (absence)2.2 Mioklonik

    2.3 Klonik

    2.4 Tonik

    2.5 Tonik-klonik

    2.6 Atonik

    3. Tak Tergolongkan

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    7/36

    GEJALAKLINIS

    Bangkitan Parsial Sederhana

    - Tidak terjadi perubahan kesadaran- Bangkitan dimulai dari tangan, kaki atau muka

    (unilateral/fokal) kemudian menyebar pada sisi yang sama ( Jacksonian

    March )

    - Wajah mungkin berpaling ke arah sisi tubuh yang mengalami kejang

    ( adversif )

    Bangkitan Parsial Kompleks

    - Bangkitan fokal disertai terganggunya kesadaran

    - Sering diikuti oleh automatisme yang stereotipik e.g. mengunyah,

    menelan dan kegiatan motorik lainnya tanpa tujuan yang jelas- Kepala mungkin berpaling ke arah sisi tubuh yang mengalami kejang

    ( adversif )

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    8/36

    Bangkitan Umum Sekunder

    - Berkembang dari bangkitan parsial sederhana atau

    kompleks yang dalam waktu singkat menjadi

    bangkitan umum- Bangkitan parsial dapat berupa aura

    - Bangkitan umum yang terjadi biasanya bersifat

    kejang tonik-klonik

    Bangkitan Umum Lena (Absence)- Gangguan kesadaran secara mendadak, berlangsung

    beberapa detik

    - Selama bangkitan kegiatan motorik terhenti dan pasien

    diam tanpa reaksi

    - Mata memandang jauh ke depan

    - Mungkin terdapat automatisme

    - Pemulihan kesadaran segera terjadi tanpa perasaan

    bingung

    - Sesudah itu pasien melanjutkan aktivitas semula

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    9/36

    Bangkitan Umum Tonik-Klonik

    - Dapat didahului prodormal seperti jeritan, sentakan

    - Pasien kehilangan kesadaran, kaku (fase tonik)

    selama 10-30 detik, diikuti gerakan kejang

    kelojotan pada kedua lengan dan tungkai (fase

    klonik) selama 30-60 detik, dapat disertai mulut

    berbusa

    - Selesai bangkitan pasien menjadi lemas (faseflaksid) dan tampak bingung

    - Pasien sering tidur setelah bangkitan

    Bangkitan Umum Atonik

    - Sangat jarang kesadaran menurun

    - Terjatuh karena kehilangan tonus otot tidak diikuti

    gerakan atau serangan tonik klonik, bisa kepala

    terkulai tiba- tiba.

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    10/36

    Bangkitan Umum Mioklonik

    - Kontraksi kelompok otot anggota gerak,singkat

    - Bisa serangan tunggal atau berulang

    - Mulai gerakan halus sampai sentakan hebat.

    - Biasanya pasien mendadak jatuh, benda yang dipegang

    terlontar (flying saucer syndrome).

    Bangkitan Umum Klonik

    - Gerakan menyentak pada ekstremitas atas dan bawah, kadang-

    kadang mengenai kedua sisi tubuh. Lamanya bervariasi.

    Bangkitan Umum Tonik

    - Tonus otot sangat meningkat tubuh, lengan, atau kaki

    menjadi kaku.

    - Kesadaran biasanya tidak terganggu

    - Paling sering terjadi pada saat tidur dan biasanya

    melibatkan kedua sisi tubuh.

    - Jika orang itu berdiri saat kejang dimulai, seringkali ia akan jatuh.

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    11/36

    DIAGNOSIS

    1. Anamnesis (auto dan allo anamnesis)

    - Pola/ bentuk bangkitan

    - Lama bangkitan

    - Gejala sebelum, selama dan pascabangkitan

    - Frekuensi bangkitan

    - Faktor pencetus

    - Ada/ tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang

    - Usia pada saat terjadinya serangan pertama

    - Riwayat pada saat dalam kandungan, persalinan /

    kelahiran dan perkembangan bayi/anak

    - Riwayat terapi epilepsi sebelumnya

    - Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    12/36

    Pemeriksaan fisik umum dan neurologik

    Perlu diperiksa:

    tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan

    dengan epilepsi, misalnya:

    trauma kepala

    infeksi telinga atau sinus

    gangguan kongenital

    gangguan neurologik fokal atau difus

    kecanduan alkohol atau obat-obat terlarang

    kanker.

    Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan Laboratorium EEG

    MRI

    CT Scan

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    13/36

    TERAPI

    Tujuan Terapi :

    untuk mengontrol gejala atau tanda secara adekuat denganmenggunakan obat tanpa/ dengan efek samping minimal

    Prinsip Terapi:

    Dilakukan bila terdapat minimum 2 kali bangkitan dalam

    setahun

    Terapi mulai diberikan bila diagnosis telah ditegakkan dan

    setelah pasien dan keluarga menerima penjelasan tentang

    tujuan pengobatan dan kemungkinan efek samping

    Pemilihan jenis obat sesuai dengan jenis bangkitan

    Sebaiknya terapi dengan monoterapi

    Pemberian obat dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan

    secara bertahap sehingga dosis efektif tercapai

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    14/36

    Pada prinsipnya terapi dimulai dengan obat antiepilepsi

    lini pertama. Bila diperlukan penggantian obat, maka

    dosis obat pertama diturunkan secara bertahap dan

    dosis obat kedua dinaikkan secara bertahap

    Bila didapatkan kegagalan monoterapi maka dapat

    dipertimbangkan untuk diberi kombinasi OAE

    Bila memungkinkan dilakukan pemantauan kadar obat

    sesuai indikasi

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    15/36

    Jenis Bangkitan OAE Lini Pertama OAE Lini Kedua

    Bangkitan umum tonik klonik Sodium Valproate

    LamotrigineTopiramate

    Carbamazepine

    Clobazam

    LevetiracetamOxcarbazepine

    Bangkitan lena Sodium Valproate

    Lamotrigine

    Clobazam

    Topiramate

    Bangkitan Mioklonik Sodium Valproate

    Topiramate

    Clobazam

    Topiramate

    LevetiracetamLamotrigine

    Piracetam

    Bangkitan Tonik Sodium Valproate

    Lamotrigine

    Clobazam

    Levetiracetam

    Topiramate

    Bangkitan Atonik Sodium valproate

    Lamotrigine

    Clobazam

    Levetiracetam

    Topiramate

    Bangkitan Fokal Dengan/

    Tanpa Umum Sekunder

    Carbamazepine

    Oxcarbazepine

    Sodium Valproate

    Topiramate

    Lamotrigine

    Clobazam

    Gabapentin

    Levetiracetam

    Phenytoin

    Tiagabine

    Tabel 1. Pemilihan Obat Anti Epilepsi Atas Dasar Jenis Bangkitan Epilepsi

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    16/36

    OBAT DOSIS AWAL

    (mg/hari)

    DOSIS RUMATAN

    (mg/hari)

    JUMLAH DOSIS

    PER HARI

    WAKTU PARUH

    PLASMA

    (Jam)

    Carbamazepine 400-600 400-1600 2-3x 2 s/d 7

    Phenytoin 200-300 200-400 1-2x 3 s/d 15

    Valproic acid 500-1000 500-2500 2-3x 2 s/d 4

    Phenobarbital 50-100 50-200 1

    Clonazepam 1 4 1 atau 2 2 s/d 10

    Clobazam 10 10 30 2-3x 2 s/d 6

    Oxcarbazepine 600-900 600-3000 2-3x

    Levetiracetam 1000-2000 1000-3000 2x 2

    Topiramate 100 100-400 2x 2 s/d 5

    Gabapentin 900-1800 900-3600 2-3x 2

    Lamotrigine 50-100 20-200 1-2x 2 s/d 6

    Tabel 2. Dosis Obat Anti Epilepsi Untuk Orang Dewasa

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    17/36

    DRUGSIDE EFFECT

    TERKAIT DOSIS IDIOSINKRETIK

    Carbamazepin Diplopia, dizziness, nyeri kepala, mual,

    mengantuk, neutropenia, hiponatremia

    Ruam morbiliform, agranulositosis,

    anemia aplastik, efek hepatotoksik,

    Sindroma Stevens-Johnson,

    teratogenecity

    Phenytoin Nistagmus, ataxia, mual, muntah,

    hipertrofi gusi, depresi, mengantuk,

    paradoxical increase in seizure, anemia

    megaloblastik

    Jerawat, coarse facies, hirsutism,

    cariasis, lupus-like syndrome, ruam,

    Sindroma Stevens-Johnson,Dupuytrens

    contracture, efek hepatotoksik,

    teratogenicity

    Valproic acid Tremor, berat badan bertambah,

    dispepsia, mual, muntah, kebotakan,

    tetratogenicity

    Pankreatitis akut, efek hepatotoksik,

    trombositopenia, ensefalopati , udem

    perifer

    Phenobarbital Kelelahan, listlesness, depresi, insomnia

    (pada anak), distractability (pada anak),

    hiperkinesia (pada anak), irritability

    (pada anak)

    Ruam makulopapular, exfoliation,

    nekrosis epidermal toksik, efek

    hepatotoksik, arthritic changes,

    Dupuytrens contracture, teratogenicity

    Pirimidone Kelelahan, listlessness, depresi, psikosis,libido menurun, impoten Ruam, agranulositosis, trombositopenia,lupus-like syndrome, teratogenicity

    Ethosuximide Mual, anoreksia, muntah agitasi,

    mengantuk, nyeri kepala, lethargy

    Ruam, eritema multiformis, Sindroma

    Steven-Johnson, lupus-like syndrome,

    agranulositosis, anemia aplastik

    Clonazepam Kelelahan, sedasi, mengantuk, dizziness,

    agresi (pada anak) hiperkinesia (padaanak)

    Ruam, trombositopenia

    Tabel 3. Efek samping obat anti-epilepsi klasik

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    18/36

    OBAT EFEK SAMPING UTAMA

    EFEK SAMPING

    YANG LEBH

    SERIUS NAMUN

    JARANGLevetiracetam Somnolen, asthenia, sering muncul ataksia. Juga dilaporkan

    penurunan kecil kadar sel darah merah, hemoglobin, dan

    hematokrit.

    Gabapentin Somnolen, kelelahan, ataksia, dizziness, gangguan saluran cerna

    Lamotrigine Ruam, dizziness, tremor, ataksia, diplopia, nyeri kepala, gangguan

    saluran cerna

    Sindroma Stevens-

    Johnson

    Clobazam Sedasi, dizziness, irritability, depresi, disinhibition

    Vigabatrin Perubahan perilaku, depresi, sedasi, kelelahan, berat badan

    bertambah, gangguan saluran cerna

    Psikosis

    Oxcarbazepine Dizziness, diplopia, ataksia, nyeri kepala, kelemahan, ruam,

    hiponatremia

    Zonisamide Somnolen, nyeri kepala, dizziness, ataksia, renal calculi

    Tiagabine Confusion, dizziness, gangguan saluran cerna, anoreksia, kelelahan

    Topiramate Gangguan kognitif, tremor, dizziness, ataksia, nyeri kepala,

    kelelahan, gangguan saluran cerna, renal calculi

    Tabel 4. Efek samping obat anti-epilepsi baru

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    19/36

    Penghentian OAE:

    Penghentian OAE dapat didiskusikan dengan

    pasien atau keluarganya setelah minimal 2 tahunbebas bangkitan dan sesuai indeks prognosis ,

    tergantung bentuk bangkitan.

    Gambaran EEG normal / membaik.

    Bertahap, pada umumnya 25% dari dosis semula,setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan.

    Bila bangkitan timbul kembali maka dosis terakhir

    dipertahankan, kemudian di evaluasi kembali.

    Dimulai dari 1 OAE yang bukan utama.

    Pertimbangkan kemungkinan kekambuhan

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    20/36

    Pertimbangkan kemungkinan kekambuhanbangkitan lebih besar pada:

    riwayat KUTKprimer atau sekunder.

    penggunaan lebih dari satu OAE. riwayat bangkitan mioklonik.

    masih mendapatkan satu atau lebih bangkitansetelah memulai terapi

    mendapat terapi 10 tahun atau lebih.

    riwayat bangkitan neonatal

    gambaran EEG masih abnormal

    Semakin tua usia kemungkinan timbulnyakekambuhan makin tinggi

    Kemungkinan kekambuhan kecil pada pasien yang telahbebas bangkitan antara tiga sampai lima tahun, danyang selama lima tahun atau lebih 21

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    21/36

    ILUSTRASIKASUS

    Seorang pasien perempuan berusia 16 tahun datang ke

    Poliklinik Neurologi RS Dr M.Djamil Padang pada tanggal 21 April2011 pukul 10.00 wib dengan:

    Keluhan Utama:

    Kejang seluruh tubuh

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Kejang seluruh tubuh 1 minggu yang lalu, kejang sebanyak 1 kali,

    lamanya kurang lebih 4 menit, terjadi tiba-tiba sewaktu pasien

    sedang bermain dengan adiknya dimana pasien tiba-tiba terjatuh,kedua mata pasien melirik ke arah atas, seluruh tubuh pasien

    menjadi kaku selama beberapa detik, kemudian tangan dan kaki

    kiri pasien kelihatan bergerak seperti menyentak-nyentak.

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    22/36

    Saat kejang pasien tidak sadar, lidah tergigit, keluarbusa dari mulut dan ngompol .

    Pasien sadar beberapa detik setelah kejang, saat

    sadar pasien merasa lemas, kebingungan danpusing

    Sebelumnya pasien berobat ke praktek dokter

    umum lalu dirujuk ke RS Dr M Djamil Padang

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    23/36

    Riwayat Penyakit Dahulu:

    Pasien pernah mengalami kejang seperti ini

    sebelumnya sebanyak 3 kali yaitu yang pertamasewaktu berumur 7 bulan, yang kedua ketika

    berusia 11 tahun dan yang ketiga kira-kira 1 bulan

    yang lalu. Kejang terjadi dengan pola yang sama,

    setiap kalinya berlangsung selama kira-kira 1

    menit. Pasien tidak pernah dibawa berobat.

    Riwayat trauma kepala (-), riwayat infeksi telinga (-

    ).

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    24/36

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderitapenyakit seperti ini

    Riwayat Pekerjaan, Sosioekonomi, Kebiasaan

    dan Kejiwaan: Pasien seorang pelajar

    Pasien mempunyai kebiasaan sering tidur lewat

    malam untuk belajar

    Riwayat kecanduan alkohol dan obat-obatanterlarang tidak ada

    Pasien lahir secara persalinan normal, cukup bulan,

    perkembangan pada masa anak-anak baik

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    25/36

    PEMERIKSAANFISIK

    Status Generalis :

    Keadaan umum : CMC Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)

    Tekanan darah : 120/70 mmHg

    Nadi : 84x /menit

    Nafas : 20x /menit

    Suhu : 36,8 C

    Status Internus :

    Mata :

    Kanan : konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Kiri : konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

    Leher : Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada

    JVP 5-2 cmH2O.

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    26/36

    KGB : tidak ada pembesaran

    Paru:

    Inspeksi : simetris statis dan dinamis

    Palpasi : fremitus ka=ki

    Perkusi : sonor

    Auskultasi : vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

    Jantung: Inspeksi : iktus tidak terlihat

    Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

    Perkusi : batas jantung atas RIC II, kanan LSD,

    kiri 1 jari medial LMCS

    Auskultasi : irama murni, bising (-)

    Punggung : Tidak ada kelainan

    Ekstremitas : Oedem tidak ada, refilling kapiler baik

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    27/36

    STATUSNEUROLOGIKUS:

    Tanda Rangsang Meningeal:

    Kaku kuduk (-)

    Brudzinski I & II (-)

    Kernig Sign (-)

    Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial: (-)

    Nervus Kranialis:

    N. I : penciuman baik

    N. II : visus 6/6 ODS,, refleks cahaya +/+

    N. III, IV, VI : bola mata dalam posisi ortho, ptosis

    (-), gerakan bola mata bebas ke

    segala arah

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    28/36

    N. V : bisa membuka mulut & menggerakkanrahang ke kiri & kanan, bisa menggigit &mengunyah, refleks kornea (+)

    N. VII : bisa menggerakkan dahi, bisa menutupmata, plica nasolabialis ka=ki

    N. VIII : Fungsi pendengaran baik, nistagmus (-)

    N.IX, X : Refleks muntah (+), arkus faring simetris,uvula di tengah

    N. XI : Bisa menoleh ke kanan & kiri, bisamengangkat bahu

    N. XII : deviasi lidah (-), tremor (-), atrofi papillidah (-), fasikulasi (-)

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    29/36

    Motorik:

    Sensorik : BaikOtonom : Baik

    Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah

    Kanan Kiri Kanan Kiri

    Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif

    Kekuatan 555 555 555 555

    Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus

    Tropi Eutropi Eutropi Eutropi Eutropi

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    30/36

    Refleks:

    RefleksFisiologis Kanan Kiri Reflekspatologis Kanan Kiri

    Biseps ++ ++ Babinsky - -

    Triseps ++ ++ Hoffman

    Tromner

    - -

    KPR ++ ++

    Oppenheim - - APR ++ ++ Chaddock - -

    Gordon - -

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    31/36

    Rencana Pemeriksaan Tambahan: Pemeriksaan laboratorium: darah rutin, kimia darah

    EEG

    Diagnosis: Diagnosis Klinis : Epilepsi bangkitan umum tonik klonik

    Dianosis Topik : Intrakranial

    Diagnosis Etiologi : Idiopatik

    Prognosis: Quo ad vitam : dubia ad bonam

    Quo ad sanam : dubia ad bonam

    Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

    Terapi: Carbamazepine 2x 200mg p.o.

    Asam Folat 2 x 5mg p..

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    32/36

    PKM

    Kepada Pasien: Harus patuh minum obat

    Kontrol ke pelayanan kesehatan secara teratur

    Hindari faktor pencetus e.g kelelahan

    Kepada Keluarga Pasien:

    Beri dukungan kepada pasien

    Ciptakan suasana yang nyaman bagi pasien agar

    pasien tidak stress Memberikan informasi kemungkinan kejang berulang

    kembali

    Memberikan informasi cara penanganan kejang

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    33/36

    DISKUSI

    Telah diperiksa seorang pasien perempuan berumur 16

    tahun yang datang ke Poliklinik Saraf Dr. M.Djamil

    Padang pada tanggal 21 April 2011. Diagnosis klinik

    pada pasien ini adalah epilepsi bangkitan umum tonik-

    klonik (grand-mal seizure), diagnosis topiknya

    intrakranial manakala diagnosis etiologinya adalah

    idiopatik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesisdan pemeriksaan fisik.

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    34/36

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    35/36

    Pasien pernah mengalami kejang seperti ini

    sebelumnya sebanyak 3 kali yaitu yang pertama

    sewaktu berumur 7 bulan, yang kedua ketika

    berusia 11 tahun dan yang ketiga kira-kira 1 bulan

    yang lalu. Kejang terjadi dengan pola yang sama,setiap kalinya berlangsung selama kira-kira 1

    menit. Pasien tidak pernah dibawa berobat. Dari

    pemeriksaan fisik tidak ditemukan sebarang

    kelainan pada pasien ini.

  • 7/27/2019 PPT CRS Epilepsi Alina

    36/36

    Pada kasus ini, pasien mengalami bangkitan

    epilepsi mungkin karena faktor dari kebiasaannya

    yaitu sering tidur lewat malam untuk belajar, sesuai

    dengan teori bahwa kurang tidur dapat

    mencetuskan bangkitan epilepsi. Pasien telah dianjurkan untuk menjalani

    pemeriksaan elektroensefalografi (EEG).

    Penatalaksaan farmakologis yang diberikan pada

    pasien ini adalah Carbamazepine 2x 200mg danasam folat 2 x 5mg. Edukasi juga diberikan kepada

    pasien dan keluarganya sebagai suatu bentuk

    penatalaksanaan non farmakologis