Posr Tht - Iknur

72
BLOK XIX: INDERA TUGAS POSR KASUS THT OLEH IKA NURFITRIA TAUHIDA H1A 008 011 KELOMPOK C FAKULTAS KEDOKTERAN

description

ik

Transcript of Posr Tht - Iknur

BLOK XIX: INDERA

TUGAS POSRKASUS THT

OLEHIKA NURFITRIA TAUHIDAH1A 008 011KELOMPOK C

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MATARAM2011

KASUS 1Seorang anak, 8 tahun, diantarkan ibunya, datang ke dokter dengan keluhan telinga kirinya sakit. Keluhan ini sudah berlangsung selama 3 bulan, namun hilang timbul. Muncul terutama apabila anak sedang batuk pilek atau habis berenang. Sebelumnya pasien sudah meminum obat nyeri antalgin. Ibu pasien menceritakan bahwa sejak kemarin muncul kotoran dari telinganya berupa sekret encer berwarna kuning, berbau, dan disertai demam.

A. Permasalahan Telinga kiri sakit hilang timbul selama 3 bulan Keluar kotoran telinga encer, berwarna kuning dan berbau 1 hari yang lalu DemamDiagnosis : Otitis Media Supuratif Akut (Stadium Perforasi)B. Tujuan Terapi Mengeradikasi kuman penyebab dengan antibiotik Mengurangi rasa nyeri di telinga dan demam dengan analgetik-antipiretikC. Golongan Obat Sesuai Tujuan Mengeradikasi kuman penyebab dengan antibiotik Beta laktam (Penisilin dan Sefalosporin) Kuinolon Tetrasiklin Golongan sulfonamid dan trimetoprin (Kotrimoksazol) Aminoglikosida Makrolid Kloramfenikol Mengurangi rasa nyeri di telinga dan demam dengan analgetik-antipiretik Golongan paraamminofenol NSAID

Tugas POSR BLOK 19

11Ika Nurfitria Tauhida (H1A008011)Perbandingan Golongan Obat AntibiotikGolongan ObatMekanisme KerjaPenggunaan KlinisEfek Samping

Penisilin Penisilin G Penisilin V Ampisilin AmoksisilinMenghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba, bersifat bakterisidal (FKUI, 2008).Indikasi : infeksi kokus gram positif, infeksi streptococcus, infeksi staphylococcus, infeksi kokus gram negatif (FKUI, 2008). KI : individu dengan riwayat anafilaksis, urtikaria, atau ruam yang langsung muncul setelah pemberian penisilin, pasien dengan resiko hipersensitivitas (IONI, 2008).Kehamilan & menyusui : kategori AReaksi alergi, syok anafilaksis, reaksi toksik dan iritasi lokal, perubahan biologis, dan reaksi Jarisch-Hexheimer (FKUI, 2008).

Sefalosporin (Generasi 3) Sefotaksim Seftriakson Sefiksim Menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adlh reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun gram negatif (broad-spectrum antibiotics) (FKUI, 2008).KI : sama dengan ESKehamilan & menyusui : kategori B2The principal side-effect of the cephalosporins is hypersensitivity and about 0.56.5% of penicillin-sensitive patients will also be allergic to the cephalosporins (BNF 57, 2009).

Kuinolon Ciprofloxacin Ofloxacin Levofloxacin NorfloxacinBekerja dengan cara menghambat kerja enzim DNA girase (topoisomerase II) pada kuman dan bersifat baktericidal (FKUI, 2008).Spektrum kerja pada gram (-) seperti E. coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas aeruginosa. Juga kuman gram (+), termasuk Campylobacter jejuni, Chlamydia, Legionella, Mycoplasma, dan Mycobacterium TB. Kurang aktif terhadap Streptococci, Pneumococci dan kuman-kuman anaerob (FKUI, 2008).KI : pasien dengan riwayat gangguan tendon (tendonitis & ruptur tendon), kemungkinan lebih besar pada lansia berusia > 60 tahun; pasien pasca transplantasi ginjal, jantung, atau paru.Kerusakan tendon dapat terjadi dalam waktu 48 jam setelah terapi kuinolon (IONI, 2008).Kehamilan & menyusui : kategori B3Nausea, vomiting, dyspepsia, abdominal pain, diarrhoea, headache, dizziness, etc (BNF 57, 2009).

Aminoglikosida Amikasin Gentamisin Kanamisin Neomisin Netilmisin TobramisinSpektrum kerja terutama pada basil Gram negatif (-) yang aerobik, antara lain E. coli, H. influenzae, Klebsiella, Proteus dan Enterbacter, Salmonella dan Shigella. Merupakan baktericidal cepat dengan cara menghambat sintesis protein (FKUI, 2008).Toksisitas meningkat pada usia lanjut dan pasien dengan ggn ginjal (FKUI, 2008).KI : dapat mengganggu transmisi neuromuskular, sehingga sebaiknya dihindari pada pasien miastenia gravis (IONI, 2008).Kehamilan & menyusui : kategori D Reaksi alergi Reaksi iritasi dan toksik (ototoksik, nefrotoksik, neurotoksik). Perubahan biologis (FKUI, 2008)

Macrolide Eritromisin Azitromisin KlaritromisinBersifat bakteriostatis, bakteri gram (+), dan spektrum kerja mirip penisilin-G. Mekanisme kerja melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman sehingga sintesis proteinnya dihambat (FKUI, 2008).Kontraindikasi : alergi eritromisinKehamilan dan laktasi : Eritromisin : kategori A Azitromisin : kategori B1 Klaritromisin : kategori B3ES : gangguan GIT, lebih jarang nyeri kepala dan reaksi kulit, ototoksisitas, gangguan fungsi hati.

Kotrimoksazol(Sulfonamid dan trimetoprim)Sulfonamid menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul asam folat dan trimetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat (FKUI, 2008).Aktif terhadap mikroba spt S. pneumonia, C. diphtheriae, N. meningitis, S. aureus, S. epidermidis, S. pyogenes, Enterobacter, Aerobacter sp, Salmonella, Shigella.KI : gagal ginjal dan gangguan fungsi hati, porfiria, sebaiknya dihindari pemberiannya pada bayi usia < 6 minggu, kecuali untuk pengobatan dan profilaksis Pneumocystis carinii (IONI, 2008).Kehamilan & menyusui : Sulfametoksazol : kategori C Trimetoprim : kategori B3Mual, diare, sakit kepala, hiperkalemia, rash (Steven Johnson Syndrome), diskrasia darah, penekanan sumsum tulang, agranulositosis (FKUI, 2008).

KloramfenikolBekerja dengan cara menghambat proses sintesis protein kuman. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik, tapi pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang bersifat bakterisidal terhadap kuman tertentu (FKUI, 2008).

Digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh H.infuenzae dan demam tifoid (BNF 57, 2009).Kehamilan & menyusui : kategori A Reaksi hematologik berupa depresi sumsum tulang terjadi jika kadar serum kloramfenikol >> 25 g/ml, serta anemia aplastik yang timbulnya tidak tergantung pada besarnya dosis dan lama pengobatan. Reaksi saluran cerna berupa mual muntah, glositis, diare, dan enterokolitis (FKUI, 2008).

TetrasiklinAntibiotik broad spectrum yg kegunaannya sudah menurun karena meningkatnya resistensi bakteri. Biasanya digunakan pada infeksi Chlamydia, Ricketsia, Brucella, dan Spirocheta (IONI, 2008).KI : hipersensitif thdp tetrasiklin, gangguan hepar dan renal, anak usia < 8 tahun, serta ibu hamil dan menyusui (Depkes, 2008). Kehamilan & menyusui : kategori DES : gangguan saluran cerna, gangguan osifikasi, depresi sumsum tulang (tidak menetap), pemakaian yang lama dapat menyebabkan perubahan flora normal usus (Depkes, 2008).

Golongan obat antibiotik yang dipilih yaitu Beta Laktam (Penisilin), karena bersifat bakterisidal dan memiliki aktivitas antibakteri sprektrum luas, efektif melawan bakteri gram positif maupun negatif.

Perbandingan Obat Golongan Penisilin

Nama ObatEfficacySuitabilitySafetyCost

Penisilin G(Benzylpenicillin)Digunakan secara parenteral. Tersedia dalam bentuk penisilin G larut air & lepas lambat. Dengan sediaan lepas lambat, masa kerja dapat diperpanjang krn absorbsi dari tempat suntikan terjadi scr berangsur-angsur (FKUI, 2008).KI : hipersensitivitas penisilin, gagal ginjal, riwayat alergi (BNF 57, 2009).Kehamilan : amanMenyusui : diekskresikan ke dalam ASI dalam konsentrasi rendah (kategori A) (DepKes, 2006).ES : hypersensitivity reactions including urticaria, fever, joint pains, rashes, angioedema, anaphylaxis, serum sickness-like reaction (BNF 57, 2009).Benzatin Benzil Penisilin 1,2 juta IU/vial (larutan 20 ml/vial) Rp. 3.802,50Benzatin Benzil Penisilin 2,4 juta IU/vial (larutan 20 ml/vial) Rp. 5.400,00

Penisilin V(Phenoxymethyl Penicillin)Tahan asam lambung, diberikan sebelum makan, aktif secara oral.KI : hipersensitivitas penisilin (BNF 57, 2009).Kehamilan : amanMenyusui : diekskresikan ke dalam ASI dalam konsentrasi rendah (kategori A) (DepKes, 2006).ES : hypersensitivity reactions including urticaria, fever, joint pains, rashes, angioedema, anaphylaxis, serum sickness-like reaction (BNF 57, 2009).Rp. ----------------

AmpisilinAktif melawan bakteri Gram (+) dan (-), tetapi dapat diinaktivasi oleh penicillinase yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus dan berbagai bakteri Gram-negatif seperti, Escherichia coli (BNF 57, 2009).Ampisilin oral mencapai kadar puncak dalam plasma 2 jam. Pemberian IM mencapai kadar puncak dalam 1 jam, dgn t 80 menit (Goodman-Gilman, 2006).KI : hipersensitivitas penisilin, hati-hati pada pasien dengan riwayat alergi, gagal ginjal, erythematous rashes, cytomegalovirus infection, & acute atau chronic lymphocytic leukaemia (BNF 57, 2009).Kehamilan : aman (DepKes, 2006)Menyusui : konsentrasi dalam ASI rendah (kategori A) (DepKes, 2006).ES : mual, muntah, diare, ruam, kadang-kadang kolitis (BNF 57, 2009).

Ampisilin kaplet 250 mg Rp. 238,00Ampisilin kaplet 500 mg Rp. 370,00Ampisilin serbuk injeksi IM/IV 1000 mg/ml Rp. 3.176,00Ampisilin serbuk injeksi IM/IV 500 mg/vial Rp. 2.055,80Ampisilin sirup kering 125 mg/5 ml Rp. 3.400,00

AmoksisilinMerupakan derivat dari ampicillin dan dan memiliki antibacterial spectrum yang sama (BNF 57, 2009).Amoksisilin oral mencapai kadar puncak dalam plasma 2 jam (Goodman-Gilman, 2006).KI : hipersensitivitas penisilin, pemberian amoksisilin dosis tinggi harus diimbangi dengan hidrasi yang adekuat (BNF 57, 2009).Kehamilan : aman (DepKes, 2006)Menyusui : masuk ke dalam ASI secara lambat (kategori A) (Depkes, 2006). ES : mual, muntah, diare, ruam, kadang-kadang kolitis (BNF 57, 2009).Amoksisilin kapsul 250 mg Rp. 238,00Amoksisilin kaplet 500 mg Rp. 370,00Amoksisilin serbuk injeksi 1000 mg Rp. 4.630,70Amoksisilin sirup kering 125 mg/5 ml Rp. 3.400,00

Obat yang dipilih yaitu Amoksisilin, karena merupakan obat lini pertama untuk otitis media akut.

Perbandingan Golongan Obat Analgetik-AntipiretikGolongan ObatEfficacySuitabilitySafety

Paraaminofenol(Paracetamol)Memiliki efek sentral dan merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah pada SSP (ISFI, 2009).Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 0,5 jam dan masa paruh plasma 1-3 jam (FKUI, 2008).Indikasi : nyeri ringan sampai sedang, pasien demam/pireksia.KI : pasien dengan fenilketonuria dan pasien yang harus membatasi masukan fenilalanin, hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, serta ketergantungan alkohol (IONI, 2008; ISFI, 2009).ES : jarang terjadi, tetapi dilaporkan adanya ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut setelah penggunaan jangka panjang, dan berperan dalam kerusakan hati apabila overdosis (ISFI, 2009).

NSAIDsMenghambat enzim COX sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat enzim COX dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda terhadap isoform COX 1 dan COX 2 (FKUI, 2008).Indikasi : terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan (Sudoyo, 2009).KI : hipersensitivitas terhadap asetosal & NSAIDs lainnya, termasuk penderita asma, angioedema, urtikaria, atau rinitis yang dipicu oleh asetosal dan NSAIDs. Sebaiknya tidak diberikan pada penderita tukak lambung aktif (ISFI, 2009).Hati-hati pada penderita usia lanjut, kehamilan, menyusui, dan gangguan koagulasi (IONI, 2008).Efek samping yang paling sering adalah induksi tukak peptik yang disertai dengan anemia akibat perdarahat GIT, terutama oleh efek COX 1. ES lain berupa gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2 sehingga memperpanjang waktu perdarahan, edema, perburukan fungsi renal dan jantung, menurunkan efektivitas terapi antihipertensi (Brunton, 2006; FKUI, 2008).

Golongan obat analgetik-antipiretik yang dipilih yaitu Paraaminofenol, karena memiliki efek antipiretik yang kuat dan dapat mengurangi nyeri telinga yang dialami pasien.Obat yang dipilih Parasetamol, karena merupakan satu-satunya jenis obat yang ada pada golongan ini dan terdapat sediaan generik.

D. Nama Obat, Dosis, Cara dan Lama PemberianPerhitungan Dosis:Amoksisilin: Dosis maksimal amoksisilin pada orang dewasa adalah 3000 mg/hari (IONI, 2008). Penghitungan dosis anak usia 8 tahun menggunakan rumus Young:

Jika dibagi dalam 3 dosis, maka dapat diberikan sebanyak 400 mg/kali minum. BSO yang digunakan adalah sirup kering, karena mudah diminum untuk anak-anak. Sediaan yang tersedia berupa sirup kering Amoksisilin 60 ml (250 mg/5 ml), sehingga dapat diberikan sebanyak kurang lebih 1 sendok obat tiap kali minum. Amoksisilin diberikan selama 7 hari, sehingga jumlah botol sirup yang dibutuhkan sebanyak 2 botol.

Parasetamol: Dosis maksimal parasetamol pada orang dewasa adalah 4000 mg/hari (IONI, 2008). Penghitungan dosis anak usia 8 tahun menggunakan rumus Young adalah :

Jika dibagi dalam 4 dosis, maka dapat diberikan sebanyak 400 mg/kali minum. BSO yang digunakan adalah sirup, karena mudah diminum untuk anak-anak. Sediaan yang tersedia berupa sirup Parasetamol 60 ml (120 mg/5 ml), sehingga dapat diberikan sebanyak kurang lebih 1 sendok makan (15 ml) tiap kali minum. Parasetamol diberikan bila perlu, saat demam saja.

E. Resep

dr. Ika Nurfitria TauhidaSIP No: 252/123/UP/DINKESPraktek:Jalan Pesona Hijau No. 84 Mataram Telp. (0370) 631590 Mataram, 15 Oktober 2011R/ Syr Amoksisilin 60 mlLag II s.t.d.d.cth 11/2 .p.c.R/ Syr Parasetamol 60 mlLag II s.p.r.n.4.d.d. C 1. p.c.Pro: AnandaUmur: 8 tahunAlamat: Jl. Merpati Putih No. 100

paraf

paraf

F. Informasi yang diberikan Beritahukan ibu pasien cara meminumkan obat amoksisilin, yaitu: Campurkan sirup kering dengan 60 ml air matang (samapi garis pembatas). Pertama masukkan kira-kira seperampat air, kemudian kocok sampai tercampur rata. Setelah itu tambahkan air sampai garis pembatas pada botol sirup. Setiap akan meminum obat, kocok botol sirup terlebih dahulu. Obat diberikan selama 7 hari. Karena pasien berada pada stadium perforasi, diberikan cuci telinga H2O2 3%, berupa tetes telinga, untuk membersihkan sekret yang keluar dari telinga.

KASUS 2Pria, 27 tahun, datang ke puskesmas, dengan keluhan pilek selama dua minggu, ingusnya kental, dan berbau. Hidung terasa buntu. Pasien juga mengeluhkam nyeri pada kedua daerah pipi dan pada dahi, terutama pada ujung alis bagian dalam. Nyeri bertambah berat pada posisi membungkuk. Pemeriksaan fisik menunjukkan nyeri tekan di daerah maksilaris bilateral. Rinoskopi anterior tampak sekret pada meatus media. Rinoskopi posterior didapatkam post nasal drip. Suhu tubuh 38.5.

A. Permasalahan Pilek selama dua minggu, ingusnya kental, dan berbau Hidung terasa buntu Nyeri pada kedua daerah pipi dan pada dahi, terutama pada ujung alis bagian dalam Sekret pada meatus media & post nasal drip DemamDiagnosis: Sinusitis Akut

B. Tujuan Terapi Mengeradikasi kuman penyebab Mengencerkan sekret pada hidung Mengurangi keluhan nyeriC. Golongan Obat Sesuai Tujuan Mengeradikasi kuman penyebab dengan antibiotik Beta laktam (Penisilin dan Sefalosporin) Kuinolon Tetrasiklin Golongan sulfonamid dan trimetoprin (Kotrimoksazol) Aminoglikosida Makrolid Kloramfenikol Mengencerkan sekret pada hidung dengan dekongestan Simpatomimetik (adrenergik) Derivat Imidazolin Mengurangi keluhan nyeri dengan analgetik Golongan paraamminofenol NSAID Opioid Kortikosteroid

Perbandingan Golongan Obat AntibiotikGolongan ObatMekanisme KerjaPenggunaan KlinisEfek Samping

Penisilin Penisilin G Penisilin V Ampisilin AmoksisilinMenghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba, bersifat bakterisidal (FKUI, 2008).Indikasi : infeksi kokus gram positif, infeksi streptococcus, infeksi staphylococcus, infeksi kokus gram negatif (FKUI, 2008). KI : individu dengan riwayat anafilaksis, urtikaria, atau ruam yang langsung muncul setelah pemberian penisilin, pasien dengan resiko hipersensitivitas (IONI, 2008).Kehamilan & menyusui : kategori AReaksi alergi, syok anafilaksis, reaksi toksik dan iritasi lokal, perubahan biologis, dan reaksi Jarisch-Hexheimer (FKUI, 2008).

Sefalosporin (Generasi 3) Sefotaksim Seftriakson Sefiksim Menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adlh reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun gram negatif (broad-spectrum antibiotics) (FKUI, 2008).KI : sama dengan ESKehamilan & menyusui : kategori B2The principal side-effect of the cephalosporins is hypersensitivity and about 0.56.5% of penicillin-sensitive patients will also be allergic to the cephalosporins (BNF 57, 2009).

Kuinolon Ciprofloxacin Ofloxacin Levofloxacin NorfloxacinBekerja dengan cara menghambat kerja enzim DNA girase (topoisomerase II) pada kuman dan bersifat baktericidal (FKUI, 2008).Spektrum kerja pada gram (-) seperti E. coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas aeruginosa. Juga kuman gram (+), termasuk Campylobacter jejuni, Chlamydia, Legionella, Mycoplasma, dan Mycobacterium TB. Kurang aktif terhadap Streptococci, Pneumococci dan kuman-kuman anaerob (FKUI, 2008).KI : pasien dengan riwayat gangguan tendon (tendonitis & ruptur tendon), kemungkinan lebih besar pada lansia berusia > 60 tahun; pasien pasca transplantasi ginjal, jantung, atau paru.Kerusakan tendon dapat terjadi dalam waktu 48 jam setelah terapi kuinolon (IONI, 2008).Kehamilan & menyusui : kategori B3Nausea, vomiting, dyspepsia, abdominal pain, diarrhoea, headache, dizziness, etc (BNF 57, 2009).

Aminoglikosida Amikasin Gentamisin Kanamisin Neomisin Netilmisin TobramisinSpektrum kerja terutama pada basil Gram negatif (-) yang aerobik, antara lain E. coli, H. influenzae, Klebsiella, Proteus dan Enterbacter, Salmonella dan Shigella. Merupakan baktericidal cepat dengan cara menghambat sintesis protein (FKUI, 2008).Toksisitas meningkat pada usia lanjut dan pasien dengan ggn ginjal (FKUI, 2008).KI : dapat mengganggu transmisi neuromuskular, sehingga sebaiknya dihindari pada pasien miastenia gravis (IONI, 2008).Kehamilan & menyusui : kategori D Reaksi alergi Reaksi iritasi dan toksik (ototoksik, nefrotoksik, neurotoksik). Perubahan biologis (FKUI, 2008)

Macrolide Eritromisin Azitromisin KlaritromisinBersifat bakteriostatis, bakteri gram (+), dan spektrum kerja mirip penisilin-G. Mekanisme kerja melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman sehingga sintesis proteinnya dihambat (FKUI, 2008).Kontraindikasi : alergi eritromisinKehamilan dan laktasi : Eritromisin : kategori A Azitromisin : kategori B1 Klaritromisin : kategori B3ES : gangguan GIT, lebih jarang nyeri kepala dan reaksi kulit, ototoksisitas, gangguan fungsi hati.

Kotrimoksazol(Sulfonamid dan trimetoprim)Sulfonamid menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul asam folat dan trimetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat (FKUI, 2008).Aktif terhadap mikroba spt S. pneumonia, C. diphtheriae, N. meningitis, S. aureus, S. epidermidis, S. pyogenes, Enterobacter, Aerobacter sp, Salmonella, Shigella.KI : gagal ginjal dan gangguan fungsi hati, porfiria, sebaiknya dihindari pemberiannya pada bayi usia < 6 minggu, kecuali untuk pengobatan dan profilaksis Pneumocystis carinii (IONI, 2008).Kehamilan & menyusui : Sulfametoksazol : kategori C Trimetoprim : kategori B3Mual, diare, sakit kepala, hiperkalemia, rash (Steven Johnson Syndrome), diskrasia darah, penekanan sumsum tulang, agranulositosis (FKUI, 2008).

KloramfenikolBekerja dengan cara menghambat proses sintesis protein kuman. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik, tapi pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang bersifat bakterisidal terhadap kuman tertentu (FKUI, 2008).

Digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh H.infuenzae dan demam tifoid (BNF 57, 2009).Kehamilan & menyusui : kategori A Reaksi hematologik berupa depresi sumsum tulang terjadi jika kadar serum kloramfenikol >> 25 g/ml, serta anemia aplastik yang timbulnya tidak tergantung pada besarnya dosis dan lama pengobatan. Reaksi saluran cerna berupa mual muntah, glositis, diare, dan enterokolitis (FKUI, 2008).

TetrasiklinAntibiotik broad spectrum yg kegunaannya sudah menurun karena meningkatnya resistensi bakteri. Biasanya digunakan pada infeksi Chlamydia, Ricketsia, Brucella, dan Spirocheta (IONI, 2008).KI : hipersensitif thdp tetrasiklin, gangguan hepar dan renal, anak usia < 8 tahun, serta ibu hamil dan menyusui (Depkes, 2008). Kehamilan & menyusui : kategori DES : gangguan saluran cerna, gangguan osifikasi, depresi sumsum tulang (tidak menetap), pemakaian yang lama dapat menyebabkan perubahan flora normal usus (Depkes, 2008).

Golongan obat antibiotik yang dipilih yaitu Beta Laktam (Penisilin), karena bersifat bakterisidal dan memiliki aktivitas antibakteri sprektrum luas, efektif melawan bakteri gram positif maupun negatif. Perbandingan Obat Golongan PenisilinNama ObatEfficacySuitabilitySafetyCost

Penisilin G(Benzylpenicillin)Digunakan secara parenteral. Tersedia dalam bentuk penisilin G larut air & lepas lambat. Dengan sediaan lepas lambat, masa kerja dapat diperpanjang krn absorbsi dari tempat suntikan terjadi scr berangsur-angsur (FKUI, 2008).KI : hipersensitivitas penisilin, gagal ginjal, riwayat alergi (BNF 57, 2009).Kehamilan : amanMenyusui : diekskresikan ke dalam ASI dalam konsentrasi rendah (kategori A) (DepKes, 2006).ES : hypersensitivity reactions including urticaria, fever, joint pains, rashes, angioedema, anaphylaxis, serum sickness-like reaction (BNF 57, 2009).Benzatin Benzil Penisilin 1,2 juta IU/vial (larutan 20 ml/vial) Rp. 3.802,50Benzatin Benzil Penisilin 2,4 juta IU/vial (larutan 20 ml/vial) Rp. 5.400,00

Penisilin V(Phenoxymethyl Penicillin)Tahan asam lambung, diberikan sebelum makan, aktif secara oral.KI : hipersensitivitas penisilin (BNF 57, 2009).Kehamilan : amanMenyusui : diekskresikan ke dalam ASI dalam konsentrasi rendah (kategori A) (DepKes, 2006).ES : hypersensitivity reactions including urticaria, fever, joint pains, rashes, angioedema, anaphylaxis, serum sickness-like reaction (BNF 57, 2009).Rp. ----------------

AmpisilinAktif melawan bakteri Gram (+) dan (-), tetapi dapat diinaktivasi oleh penicillinase yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus dan berbagai bakteri Gram-negatif seperti, Escherichia coli (BNF 57, 2009).Ampisilin oral mencapai kadar puncak dalam plasma 2 jam. Pemberian IM mencapai kadar puncak dalam 1 jam, dgn t 80 menit (Goodman-Gilman, 2006).KI : hipersensitivitas penisilin, hati-hati pada pasien dengan riwayat alergi, gagal ginjal, erythematous rashes, cytomegalovirus infection, & acute atau chronic lymphocytic leukaemia (BNF 57, 2009).Kehamilan : aman (DepKes, 2006)Menyusui : konsentrasi dalam ASI rendah (kategori A) (DepKes, 2006).ES : mual, muntah, diare, ruam, kadang-kadang kolitis (BNF 57, 2009).

Ampisilin kaplet 250 mg Rp. 238,00Ampisilin kaplet 500 mg Rp. 370,00Ampisilin serbuk injeksi IM/IV 1000 mg/ml Rp. 3.176,00Ampisilin serbuk injeksi IM/IV 500 mg/vial Rp. 2.055,80Ampisilin sirup kering 125 mg/5 ml Rp. 3.400,00

AmoksisilinMerupakan derivat dari ampicillin dan dan memiliki antibacterial spectrum yang sama (BNF 57, 2009).Amoksisilin oral mencapai kadar puncak dalam plasma 2 jam (Goodman-Gilman, 2006).KI : hipersensitivitas penisilin, pemberian amoksisilin dosis tinggi harus diimbangi dengan hidrasi yang adekuat (BNF 57, 2009).Kehamilan : aman (DepKes, 2006)Menyusui : masuk ke dalam ASI secara lambat (kategori A) (Depkes, 2006). ES : mual, muntah, diare, ruam, kadang-kadang kolitis (BNF 57, 2009).Amoksisilin kapsul 250 mg Rp. 238,00Amoksisilin kaplet 500 mg Rp. 370,00Amoksisilin serbuk injeksi 1000 mg Rp. 4.630,70Amoksisilin sirup kering 125 mg/5 ml Rp. 3.400,00

Obat yang dipilih yaitu Amoksisilin, karena merupakan obat lini pertama untuk sinusitis akut bakterial.

Perbandingan Golongan Obat DekongestanGolongan ObatMekanisme KerjaPenggunaan KlinisEfek Samping

Simpatomimetik (Adrenergik) Efedrin Pseudoefedrin FenilpropanolaminDekongestan sistemik diberikan secara oral. Merupakan obat adrenergik non-katekolamin. Efeknya melalui pelepasan NE endogen dan akibat kerja langsung melalui reseptor adrenergik.Digunakan secara hati-hati pada penderita hipertensi, pria dengan hipertrofi prostat dan lanjut usia.Meskipun efeknya tidak secepat topikal tapi kelebihannya tidak mengiritasi hidung.Memiliki efek samping sentral sehingga menimbulkan efek samping takikardia (frekuesi denyut jantung berlebihan), aritmia (penyimpangan irama jantung), peningkatan tekanan darah, atau stimulasi susunan saraf pusat.

Derivat Imidazolin Naphazolin Xylometazolin Oksimetazolin TetrahidrozolinMemiliki efek alfa adrenergik langsung dengan vasokonstriksi tanpa stimulasi SSP.

Khususnya digunakan sebagai dekongestan pada selaput lendir yang bengkak di hidung dan mata, pilek, selesma (rhinitis, coryza), hay fever, sinusitis, dsb.Bayi dan anak kecil sebaiknya jangan diberikan dalam jangka waktu lama. Dapat diabsorbsi dari mukosa dengan menimbulkan depresi SSP. Gejalanya berupa rasa kantuk, pening, hipotermi, bradikardi, bahkan juga koma pada kasus overdosis.

Golongan obat dekongestan yang dipilih yaitu Derivat Imidazolin, karena merupakan dekongestan topikal yang memiliki efek langsung pada nasal tanpa stimulasi SSP.

Perbandingan Obat Golongan Derivat ImidazolinNama ObatEfficacySuitabilitySafetyCost

NaphazolinDerivate yang paling tua dengan sifat yang sama, tetapi kerjanya lebih singkat, rata-rata 3 jam. Senyawa simpatomimetik yang ditandai dengan aktivitas alfa adrenergiknya, vasokontriktor dengan kerja cepat dalam mengurangi pembengkakan.Tidak ada dataTidak ada data---

OksimetazolinBekerja langsung tehadap reseptor alfa tanpa berefek pada reseptor beta. Setelah diteteskan di hidung, dalam waktu 5-10 menit terjadi vasokonstriksi mukosa yang bengkak & kemampatan hilang. Efeknya bertahan hingga 5 jam.KI : hipersensitif dan MAOI therapyEfek sampingnya dapat berupa rasa terbakar dan teriritasi pada selaput lendir hidung dengan menimbulkan bersin.Oksimetazolin tetes hidung 0,05% (HCl) btl 15 ml Rp. 17,325

Iliadin 10 ml (Oksimetazolin HCl 0,05%) Rp. 26.862

TetrahidrozolinDerivate dari imidazolin yang bekerja dgn cara menyebabkan vasokonstriksi pada saluran darah di mata.Tidak ada dataEfek samping : menyebabkan kemerahan persisten dengan penggunaan berlebih, merusak pembuluh darah dalam mata akibat penggunaan berlebih, dapat terjadi glaucoma secara tiba-tiba (namun, jarang terjadi ).---

Obat yang dipilih yaitu Oksimetazolin, karena tersedia dalam bentuk topikal sehingga dapat bekerja cepat dan cukup lama.

Perbandingan Golongan Obat AnalgetikGolongan ObatEfficacySuitabilitySafety

Para Amino Fenol(Paracetamol)Memiliki efek sentral dan merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah pada SSP (ISFI, 2009).Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 0,5 jam dan masa paruh plasma 1-3 jam (FKUI, 2008).Indikasi : nyeri ringan sampai sedang, pasien demam/pireksia.KI : pasien dengan fenilketonuria dan pasien yang harus membatasi masukan fenilalanin, hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, serta ketergantungan alkohol (IONI, 2008; ISFI, 2009).ES : jarang terjadi, tetapi dilaporkan adanya ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut setelah penggunaan jangka panjang, dan berperan dalam kerusakan hati apabila overdosis (ISFI, 2009).

NSAIDsMenghambat enzim COX sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat enzim COX dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda terhadap isoform COX 1 dan COX 2 (FKUI, 2008).Indikasi : terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan (Sudoyo, 2009).KI : hipersensitivitas terhadap asetosal & NSAIDs lainnya, termasuk penderita asma, angioedema, urtikaria, atau rinitis yang dipicu oleh asetosal dan NSAIDs. Sebaiknya tidak diberikan pada penderita tukak lambung aktif (ISFI, 2009).Hati-hati pada penderita usia lanjut, kehamilan, menyusui, dan gangguan koagulasi (IONI, 2008).Efek samping yang paling sering adalah induksi tukak peptik yang disertai dengan anemia akibat perdarahat GIT, terutama oleh efek COX 1. ES lain berupa gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2 sehingga memperpanjang waktu perdarahan, edema, perburukan fungsi renal dan jantung, menurunkan efektivitas terapi antihipertensi (Brunton, 2006; FKUI, 2008).

KortikosteroidKortikosteroid memiliki aktivitas gluko-kortikoid dan mineralokortikoid.Bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya menghasilkan perubahan dalam sintesis protein yang akan mengubah fungsi seluler organ target sehingga diperoleh efek glukoneogenesis, asam lemak, reabsorbsi Na, reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif, dan efek antiinflamasi (ISFI, 2009).KI : untuk infeksi sistemikPeringatan : Supresi adrenal dapat terjadi pada penggunaan jangka lama.Pengurangan dosis yang tiba-tiba setelah penggunaan lama, dapat menimbulkan hipotensi, insufisiensi adrenal akut, dan kematian (ISFI, 2009).Glukokortikoid ES : diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi pasien berusia lanjut. Pemberian dosis tinggi dapat menyebabkan nekrosis avaskular dan Cushing syndrome. Dapat juga terjadi gangguan mental, euforia, dan miopati (ISFI, 2009).MineralokortikoidES : hipertensi, retensi Na dan cairan, dan hipokalemia (ISFI, 2009).

OpioidOpioid menimbulkan efek analgesia melalui kerjanya di daerah otak, yang mempengaruhi prekursor opioid endogen dalam proses modulasi nyeri (FKUI, 2008). Mula kerja analgesik oral biasanya sekitar 45 menit dan efek puncak umumnya terlihat dalam 1-2 jam (ISFI, 2009).Analgesik opioid terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan nyeri sedang sampai berat (FKUI, 2008).KI : pasien yang mengemudi karena menyebabkan kantuk & mempengaruhi kemampuan kerja seseorang, orang yang alkoholisme (IONI, 2008).ES : mual, muntah, konstipasi, dan rasa mengantuk. Dosis yang lebih besar menimbulkan depresi napas, hipotensi, dan overdosis (IONI, 2008).

Golongan obat analgetik yang dipilih yaitu NSAID, karena mampu mengurangi rasa nyeri pada pasien, serta dapat menekan proses peradangan.

Perbandingan Golongan Obat NSAIDNama obatEfficacy(Indikasi)Safety(Efek Samping)Suitability(Kontraindikasi)Cost

Ibuprofen Efektif untuk mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Menurunkan demam. Jarang terjadi: Mual, muntah, gangguan saluran cerna. Pernah dilaporkan adanya ruam kulit, trombositopenia dan limfopenia. Penurunan ketajaman penglihatan (sangat jarang) Hipersensitifitas ibuprofen. Penderita ulkus peptikum. Kehamilan trimester pertama. Ibuprofen tablet 200 mg Rp. 91,70/tablet; dalam sediaan botol 100.Ibuprofen tablet 400 mg Rp. 184,39/tablet; dalam sediaan kotak 10x10.Ibuprofen suspensi 60 ml (100 mg/5 ml) Rp. 4.900,-

Asetosal (Asam asetilsalisilat) Nyeri ringan sampai sedang. Demam Sakit kepala, nyeri muskuloskeletal sementara, dismenore. Makin banyak dipakai karena kerja anti-plateletnya. Biasanya ringan dan tidak sering, tetapi kejadiannya tinggi untuk terjadinya iritasi saluran cerna dengan perdarahan ringan yang asimtomatis. Memanjangnya bleeding time. Bronkospasme Reaksi kulit pada pasien hipersensitivitas. Anak dan remaja usia di bawah usia 16 tahun. Ibu menyusui dan hati-hati pada kehamilan. Hipersensitivitas terhadap asetosal dan obat AINS lainnya. Riwayat maupun sedang menderita tukak saluran cerna. Hemophilia Tidak untuk pengobatan gout.Asam asetilsalisilat tablet 100 mg Rp.74,36/tablet; dalam sediaan kotak 10x10.

Asam asetilsalisilat tablet 500 mg Rp.124,53; dalam sediaan kotak 10x10.

Asam Mefenamat Nyeri ringan sampai sedang Radang pada penyakit reumathoid dan gangguan skelet lainnya SSP : mengantuk, pusing, cemas, sakit kepala, gangguan penglihatan insomnia Kardiovaskular : palpitasi (jarang), dispnea Dermatologi : ruam kulit, urtikaria, edema fasial Hematologi : anemia hemolitik autoimun (jangka panjang), leucopenia, eosinofilia, trombositopenia, agranulosis, pansitopenia, hipoplasia sumsum tulang Ginjal : disuria, hematuria Saluran pencernaan : mual, muntah, kembung, diare, inflamasi atau perdarahan usus, toksisitas hati ringan Mata: iritasi, kehilangan penglihatan warna yang reversibel (jarang) Lain-lain: nyeri telinga, diaphoresis, meningkatkan kebutuhan insulin. Ulserasi saluran pencernaan Inflamasi saluran pencernaan kronik Hipersensitif terhadap asam mefenamat Riwayat gangguan saluran kemih Penyakit kantung empedu dan penyakit prostatAsam mefenamat kapsul 250 mg @ 1 strip : Rp 950,00Asam mefenamat tablet salut selaput 250 mg @ 1 strip : Rp 1.649,00

Natrium DiklofenakDigunakan untuk terapi awal pada akut rematik (artritis reumatoid, osteoartritis, spondilartritis, dan ankylosing spondilitis), sindroma nyeri dan kolumna vertebralis, rematik non-artikular, serangan akut daro gout, nyeri pascabedahEfek samping beragam, dan kadang timbul rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, dan perdarahan serta tukak. Dispepsia bisa ditekan dengan memberikan obat ini bersamaan dengan makanan. Bisa terjadi reaksi hipersensitivitasTidak diberikan untuk ibu menyusui, untuk pasien hipertensi, gagal jantung kongestif, perdarahan saluran cerna,dll

KetoprofenNyeri dan radang pada penyakit reumatik yang ringan dan gangguan otot skelet yang lainnya, dan stelah pembedahan ortopedik, bisa juga diberikan pada gout akut dan dismenoreEfek samping beragam, dan kadang timbul rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, dan perdarahan serta tukak. Dispepsia bisa ditekan dengan memberikan obat ini bersamaan dengan makanan. Bisa terjadi reaksi hipersensitivitasTidak diberikan untuk ibu menyusui, untuk pasien hipertensi, gagal jantung kongestif, perdarahan saluran cerna,dll

Obat yang dipilih yaitu Ibuprofen, karena di samping memiliki efek analgetik dan anti-inflamasi, ibuprofen juga mampu menurunkan demam pada pasien.

1. 2. 3. 4.

D. Nama Obat, Dosis, Cara dan Lama PemberianAmoksisilin Sediaan kapsul 250 mg Dosis lazim : 250 mg / 8 jam Dosis maksimal 3000 mg/hari Diberikan selama 14 hari, jadi diresepkan sebanyak 42 tablet.Oksimetazolin Sediaan: semprot hidung Oksimetazolin 0,05% (0,5 mg/ml), botol 10 ml Dosis: 2 semprot pada hidung, pada pagi hari dan malam hari sebelum tidur. Bentuk semprot lebih dipilih daripada bentuk tetes karena risiko tertelan obat dan hasil absorpsi sistemik lebih kecil (kecuali pada anak yang sulit menggunakan bentuk semprot).Ibuprofen Sediaan tablet 200 mg. Dosis 200 mg/8 jam. Dosis maksimal 1200 mg/hari.

E. Resep

dr. Ika Nurfitria TauhidaSIP No: 252/123/UP/DINKESPraktek:Jalan Pesona Hijau No. 84 Mataram Telp. (0370) 631590 Mataram, 28 Juni 2011R/ Caps. Amoksisilin 250 mg No. XLII s.t.d.d. caps 1 p.c.R/ Iliadin 10 ml Lag I s.p.r.n.b.d.d. puff II m.et.v R/ Tab. Ibuprofen 200 mg No. X s.p.r.n.t.d.d. tab I p.c.Pro: RandiUmur: 27 tahunAlamat: Jl. Merpati Putih No. 100

paraf

paraf

paraf

F. Informasi yang diberikan Pasien diajarkan penggunaan semprot hidung, yaitu dengan disemprotkan pada masing-masing lubang hidung dengan kepala pasien dalam posisi tegak sehingga kelebihan cairan tidak terbuang. Bila gejala hidung buntu tidak hilang dalam waktu 3 hari, dianjurkan untuk menghentikan pemakaian, dan konsul ke dokter. Antibiotik tetap diminum selama 2 minggu, sampai habis.

KASUS 3Perempuan, 20 tahun, datang ke poli rsu mataram dengan keluhan pilek terutama muncul di pagi hari, disertai bersin-bersin berkepanjangan. Ingus encer dan bening keluar terus menerus. Merasa berat dibagian kepala dan gatal pada hidung. Didapatkan riwayat alergi dalam keluarga. Keluhan ini muncul sejak tiga bulan terakhir, setelah terkena AC di tempat kerja, dan berkurang saat diluar ruangan. Pemeriksaan fisik demam 37.2. Rinoskopi anterior didapatkan sekret mukoid encer pada kavum nasi bilateral, konka nasal tampak livide.

A. Permasalahan Pilek pada pagi hari Bersin berkepanjangan Sekret hidung mukoid encer terus menerus Kepala terasa berat Gatal pada hidung Demam Konka nasal tampak livideDiagnosis: Rinitis AlergikaB. Tujuan Terapi Mengurangi gejala reaksi alergiC. Golongan Obat Sesuai Tujuan Mengurangi gejala reaksi alergi Antihistamin (Antagonis reseptor H1) Kortikosteroid

Perbandingan Golongan ObatGolongan ObatMekanisme KerjaPenggunaan KlinisEfek Samping

Antihistamin (Anatagonis reseptor H1) Antihistamin generasi pertama Antihistamin generasi kedua Sebagai inverse agonist, antihistamin H1 beraksi dengan bergabung bersama dan menstabilkan reseptor H1 yang belum aktif, sehingga berada pada status yang tidak aktif. Penghambatan reseptor histamine H1 ini bisa mengurangi permiabilitas vaskular, pengurangan pruritus, dan relaksasi otot polos saluran cerna serta napas.Sering digunakan sebagai obat pilihan pertama untuk menegah atau mengobati reaksi alergi, serta sering sangat efektif untuk rinitis alergika.AH1 dapat menghilangkan bersin, rinore, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan pada pasien seasonal hay fever. Generasi pertama lebih menyebabkan sedasi dan menimbulkan efek antikolinergik yang lebih nyata. Hal ini dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar dibanding generasi kedua. Sementara itu, generasi kedua lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak dan efek sedatifnya minimal sampai tidak ada.

Kortikosteroid

Kortikosteroid banyak digunakan dalam pengobatan radang dan penyakit imunologik. Efek antiinflamasi dan imunosupresifnya sukar dipisahkan secara tegas oleh karena respon inflamasi merupakan bagian dari respon imun. Efek imunosupresif kortikosteroid yaitu menekan respon imun humoral juga menekan respon imun seluler. Sangat efektif pada pasien-pasien alergi. Namun, dicadangkan hanya untuk kasus-kasus yang sangat parah yang tidak merespon pada perawatan yang biasa dengan antihistamin. Pada rhinitis alergi, hanya diberikan pada serangan akut yang berat. Karena pemberian jangka panjang dan dihentikan secara tiba-tiba: insufisiensi adrenal akut dengan gejala demam, mialgia, atralgia, dan malaise. ES akibat pengobatan jangka panjang: gangguan cairan dan elektrolit, hiperglikemia, glikosuria, mudah terjadi infeksi terutama TB, perdarahan atau perforasi pada pasien tukak peptic, osteoporosis, miopati yang karekteristik, psikosis, habitus pasien Cushing.

Golongan obat yang dipilih yaitu Antihistamin (Antagonis reseptor H1), karena merupakan obat pilihan (drug of choice) dan sering sangat efektif untuk rinitis alergika. Dari golongan ini, saya lebih memilih AH1 generasi kedua, karena memiliki efek sedatif dan efek antikolinergik yang minimal bahkan sampai tidak ada, sehingga aman dan cocok diberikan pada pasien yang bekerja.Dari beberapa obat dalam golongan AH1 generasi kedua (Loratadin, Fexofenadin, Piperazin, dan Cetirizine), obat yang dipilih yaitu Loratadin, karena memiliki durasi kerja yang lama yaitu 24 jam dibandingkan obat yang lain, sehingga pemberiannya hanya perlu 1 kali dalam sehari, serta memiliki sediaan generik sehingga mudah terjangkau oleh pasien.

D. Nama Obat, Dosis, Cara dan Lama PemberianLoratadin Sediaan tablet 10 mg Dosis: 10 mg/24 jam Lama pemberian: 5 hariE. Resep

dr. Ika Nurfitria TauhidaSIP No: 252/123/UP/DINKESPraktek:Jalan Pesona Hijau No. 84 Mataram Telp. (0370) 631590 Mataram, 15 Oktober 2011R/ Tab Loratadin 10 mg No.V s.u.d.d. tab 1 p.c.Pro: IndiUmur: 20 tahunAlamat: Jl. Merpati Putih No. 100

F. Informasi yang diberikan Hindari alergen penyebab Makan yang teratur Istirahat yang cukup dan hindari stres Obat loratadin cukup diminum selama 5 hari

KASUS 4Anak, 5 tahun datang ke poli dengan keluhan nyeri pada tenggorokan, terutama pada saat menelan, disertai demam tinggi 39. Keluhan ini diawali dengan batuk pilek selama 2 hari dan saat ini sudah mereda. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tonsil tampak hiperemi, membesar T3-T3.

A. Permasalahan Nyeri pada tenggorokan, terutama saat menelan Demam tinggi Tonsil tampak hiperemi, membesar T3-T3Diagnosis: Tonsilitis Akut

B. Tujuan Terapi Mengeradikasi kuman penyebab Mengurangi keluhan nyeri dan demamC. Golongan Obat Sesuai Tujuan Mengeradikasi kuman penyebab dengan antibiotik Beta laktam (Penisilin dan Sefalosporin) Kuinolon Tetrasiklin Golongan sulfonamid dan trimetoprin (Kotrimoksazol) Aminoglikosida Makrolid Kloramfenikol Mengurangi keluhan nyeri dan demam dengan analgetik-antipiretik Golongan paraamminofenol NSAID

Perbandingan Golongan Obat AntibiotikGolongan ObatMekanisme KerjaPenggunaan KlinisEfek Samping

Penisilin Penisilin G Penisilin V Ampisilin AmoksisilinMenghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba, bersifat bakterisidal (FKUI, 2008).Indikasi : infeksi kokus gram positif, infeksi streptococcus, infeksi staphylococcus, infeksi kokus gram negatif (FKUI, 2008). KI : individu dengan riwayat anafilaksis, urtikaria, atau ruam yang langsung muncul setelah pemberian penisilin, pasien dengan resiko hipersensitivitas (IONI, 2008).Kehamilan & menyusui : kategori AReaksi alergi, syok anafilaksis, reaksi toksik dan iritasi lokal, perubahan biologis, dan reaksi Jarisch-Hexheimer (FKUI, 2008).

Sefalosporin (Generasi 3) Sefotaksim Seftriakson Sefiksim Menghambat sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adlh reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun gram negatif (broad-spectrum antibiotics) (FKUI, 2008).KI : sama dengan ESKehamilan & menyusui : kategori B2The principal side-effect of the cephalosporins is hypersensitivity and about 0.56.5% of penicillin-sensitive patients will also be allergic to the cephalosporins (BNF 57, 2009).

Kuinolon Ciprofloxacin Ofloxacin Levofloxacin NorfloxacinBekerja dengan cara menghambat kerja enzim DNA girase (topoisomerase II) pada kuman dan bersifat baktericidal (FKUI, 2008).Spektrum kerja pada gram (-) seperti E. coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas aeruginosa. Juga kuman gram (+), termasuk Campylobacter jejuni, Chlamydia, Legionella, Mycoplasma, dan Mycobacterium TB. Kurang aktif terhadap Streptococci, Pneumococci dan kuman-kuman anaerob (FKUI, 2008).KI : pasien dengan riwayat gangguan tendon (tendonitis & ruptur tendon), kemungkinan lebih besar pada lansia berusia > 60 tahun; pasien pasca transplantasi ginjal, jantung, atau paru.Kerusakan tendon dapat terjadi dalam waktu 48 jam setelah terapi kuinolon (IONI, 2008).Kehamilan & menyusui : kategori B3Nausea, vomiting, dyspepsia, abdominal pain, diarrhoea, headache, dizziness, etc (BNF 57, 2009).

Aminoglikosida Amikasin Gentamisin Kanamisin Neomisin Netilmisin TobramisinSpektrum kerja terutama pada basil Gram negatif (-) yang aerobik, antara lain E. coli, H. influenzae, Klebsiella, Proteus dan Enterbacter, Salmonella dan Shigella. Merupakan baktericidal cepat dengan cara menghambat sintesis protein (FKUI, 2008).Toksisitas meningkat pada usia lanjut dan pasien dengan ggn ginjal (FKUI, 2008).KI : dapat mengganggu transmisi neuromuskular, sehingga sebaiknya dihindari pada pasien miastenia gravis (IONI, 2008).Kehamilan & menyusui : kategori D Reaksi alergi Reaksi iritasi dan toksik (ototoksik, nefrotoksik, neurotoksik). Perubahan biologis (FKUI, 2008)

Macrolide Eritromisin Azitromisin KlaritromisinBersifat bakteriostatis, bakteri gram (+), dan spektrum kerja mirip penisilin-G. Mekanisme kerja melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman sehingga sintesis proteinnya dihambat (FKUI, 2008).Kontraindikasi : alergi eritromisinKehamilan dan laktasi : Eritromisin : kategori A Azitromisin : kategori B1 Klaritromisin : kategori B3ES : gangguan GIT, lebih jarang nyeri kepala dan reaksi kulit, ototoksisitas, gangguan fungsi hati.

Kotrimoksazol(Sulfonamid dan trimetoprim)Sulfonamid menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul asam folat dan trimetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat (FKUI, 2008).Aktif terhadap mikroba spt S. pneumonia, C. diphtheriae, N. meningitis, S. aureus, S. epidermidis, S. pyogenes, Enterobacter, Aerobacter sp, Salmonella, Shigella.KI : gagal ginjal dan gangguan fungsi hati, porfiria, sebaiknya dihindari pemberiannya pada bayi usia < 6 minggu, kecuali untuk pengobatan dan profilaksis Pneumocystis carinii (IONI, 2008).Kehamilan & menyusui : Sulfametoksazol : kategori C Trimetoprim : kategori B3Mual, diare, sakit kepala, hiperkalemia, rash (Steven Johnson Syndrome), diskrasia darah, penekanan sumsum tulang, agranulositosis (FKUI, 2008).

KloramfenikolBekerja dengan cara menghambat proses sintesis protein kuman. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik, tapi pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang bersifat bakterisidal terhadap kuman tertentu (FKUI, 2008).

Digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh H.infuenzae dan demam tifoid (BNF 57, 2009).Kehamilan & menyusui : kategori A Reaksi hematologik berupa depresi sumsum tulang terjadi jika kadar serum kloramfenikol >> 25 g/ml, serta anemia aplastik yang timbulnya tidak tergantung pada besarnya dosis dan lama pengobatan. Reaksi saluran cerna berupa mual muntah, glositis, diare, dan enterokolitis (FKUI, 2008).

TetrasiklinAntibiotik broad spectrum yg kegunaannya sudah menurun karena meningkatnya resistensi bakteri. Biasanya digunakan pada infeksi Chlamydia, Ricketsia, Brucella, dan Spirocheta (IONI, 2008).KI : hipersensitif thdp tetrasiklin, gangguan hepar dan renal, anak usia < 8 tahun, serta ibu hamil dan menyusui (Depkes, 2008). Kehamilan & menyusui : kategori DES : gangguan saluran cerna, gangguan osifikasi, depresi sumsum tulang (tidak menetap), pemakaian yang lama dapat menyebabkan perubahan flora normal usus (Depkes, 2008).

Golongan obat antibiotik yang dipilih yaitu Beta Laktam (Penisilin), karena bersifat bakterisidal dan memiliki aktivitas antibakteri sprektrum luas, efektif melawan bakteri gram positif maupun negatif.

Perbandingan Obat Golongan PenisilinNama ObatEfficacySuitabilitySafetyCost

Penisilin G(Benzylpenicillin)Digunakan secara parenteral. Tersedia dalam bentuk penisilin G larut air & lepas lambat. Dengan sediaan lepas lambat, masa kerja dapat diperpanjang krn absorbsi dari tempat suntikan terjadi scr berangsur-angsur (FKUI, 2008).KI : hipersensitivitas penisilin, gagal ginjal, riwayat alergi (BNF 57, 2009).Kehamilan : amanMenyusui : diekskresikan ke dalam ASI dalam konsentrasi rendah (kategori A) (DepKes, 2006).ES : hypersensitivity reactions including urticaria, fever, joint pains, rashes, angioedema, anaphylaxis, serum sickness-like reaction (BNF 57, 2009).Benzatin Benzil Penisilin 1,2 juta IU/vial (larutan 20 ml/vial) Rp. 3.802,50Benzatin Benzil Penisilin 2,4 juta IU/vial (larutan 20 ml/vial) Rp. 5.400,00

Penisilin V(Phenoxymethyl Penicillin)Tahan asam lambung, diberikan sebelum makan, aktif secara oral.KI : hipersensitivitas penisilin (BNF 57, 2009).Kehamilan : amanMenyusui : diekskresikan ke dalam ASI dalam konsentrasi rendah (kategori A) (DepKes, 2006).ES : hypersensitivity reactions including urticaria, fever, joint pains, rashes, angioedema, anaphylaxis, serum sickness-like reaction (BNF 57, 2009).Rp. ----------------

AmpisilinAktif melawan bakteri Gram (+) dan (-), tetapi dapat diinaktivasi oleh penicillinase yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus dan berbagai bakteri Gram-negatif seperti, Escherichia coli (BNF 57, 2009).Ampisilin oral mencapai kadar puncak dalam plasma 2 jam. Pemberian IM mencapai kadar puncak dalam 1 jam, dgn t 80 menit (Goodman-Gilman, 2006).KI : hipersensitivitas penisilin, hati-hati pada pasien dengan riwayat alergi, gagal ginjal, erythematous rashes, cytomegalovirus infection, & acute atau chronic lymphocytic leukaemia (BNF 57, 2009).Kehamilan : aman (DepKes, 2006)Menyusui : konsentrasi dalam ASI rendah (kategori A) (DepKes, 2006).ES : mual, muntah, diare, ruam, kadang-kadang kolitis (BNF 57, 2009).

Ampisilin kaplet 250 mg Rp. 238,00Ampisilin kaplet 500 mg Rp. 370,00Ampisilin serbuk injeksi IM/IV 1000 mg/ml Rp. 3.176,00Ampisilin serbuk injeksi IM/IV 500 mg/vial Rp. 2.055,80Ampisilin sirup kering 125 mg/5 ml Rp. 3.400,00

AmoksisilinMerupakan derivat dari ampicillin dan dan memiliki antibacterial spectrum yang sama (BNF 57, 2009).Amoksisilin oral mencapai kadar puncak dalam plasma 2 jam (Goodman-Gilman, 2006).KI : hipersensitivitas penisilin, pemberian amoksisilin dosis tinggi harus diimbangi dengan hidrasi yang adekuat (BNF 57, 2009).Kehamilan : aman (DepKes, 2006)Menyusui : masuk ke dalam ASI secara lambat (kategori A) (Depkes, 2006). ES : mual, muntah, diare, ruam, kadang-kadang kolitis (BNF 57, 2009).Amoksisilin kapsul 250 mg Rp. 238,00Amoksisilin kaplet 500 mg Rp. 370,00Amoksisilin serbuk injeksi 1000 mg Rp. 4.630,70Amoksisilin sirup kering 125 mg/5 ml Rp. 3.400,00

Obat yang dipilih: Amoksisilin, karena

Perbandingan Golongan Obat Analgetik AntipiretikGolongan ObatEfficacySuitabilitySafety

Para Amino Fenol(Paracetamol)Memiliki efek sentral dan merupakan penghambat biosintesis PG yang lemah pada SSP (ISFI, 2009).Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 0,5 jam dan masa paruh plasma 1-3 jam (FKUI, 2008).Indikasi : nyeri ringan sampai sedang, pasien demam/pireksia.KI : pasien dengan fenilketonuria dan pasien yang harus membatasi masukan fenilalanin, hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal, serta ketergantungan alkohol (IONI, 2008; ISFI, 2009).ES : jarang terjadi, tetapi dilaporkan adanya ruam kulit, kelainan darah, pankreatitis akut setelah penggunaan jangka panjang, dan berperan dalam kerusakan hati apabila overdosis (ISFI, 2009).

NSAIDsMenghambat enzim COX sehingga konversi asam arakhidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat enzim COX dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda terhadap isoform COX 1 dan COX 2 (FKUI, 2008).Indikasi : terapi awal untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan (Sudoyo, 2009).KI : hipersensitivitas terhadap asetosal & NSAIDs lainnya, termasuk penderita asma, angioedema, urtikaria, atau rinitis yang dipicu oleh asetosal dan NSAIDs. Sebaiknya tidak diberikan pada penderita tukak lambung aktif (ISFI, 2009).Hati-hati pada penderita usia lanjut, kehamilan, menyusui, dan gangguan koagulasi (IONI, 2008).Efek samping yang paling sering adalah induksi tukak peptik yang disertai dengan anemia akibat perdarahat GIT, terutama oleh efek COX 1. ES lain berupa gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2 sehingga memperpanjang waktu perdarahan, edema, perburukan fungsi renal dan jantung, menurunkan efektivitas terapi antihipertensi (Brunton, 2006; FKUI, 2008).

Golongan obat analgetik-antipiretik yang dipilih yaitu NSAID, karena di samping memiliki efek analgetik-antipiretik, NSAID juga memiliki efek anti inflamasi yang cukup kuat untuk mengurangi pembengkakan dan kemerahan pada tonsil.

Perbandingan Golongan Obat NSAIDNama obatEfficacy(Indikasi)Safety(Efek Samping)Suitability(Kontraindikasi)Cost

Ibuprofen Efektif untuk mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Menurunkan demam pada anak-anak. Jarang terjadi: Mual, muntah, gangguan saluran cerna. Pernah dilaporkan adanya ruam kulit, trombositopenia dan limfopenia. Penurunan ketajaman penglihatan (sangat jarang) Hipersensitifitas ibuprofen. Penderita ulkus peptikum. Kehamilan trimester pertama. Ibuprofen tablet 200 mg Rp. 91,70/tablet; dalam sediaan botol 100.Ibuprofen tablet 400 mg Rp. 184,39/tablet; dalam sediaan kotak 10x10.Ibuprofen suspensi 60 ml (100 mg/5 ml) Rp. 4.900,-

Asetosal (Asam asetilsalisilat) Nyeri ringan sampai sedang. Demam Sakit kepala, nyeri muskuloskeletal sementara, dismenore. Makin banyak dipakai karena kerja anti-plateletnya. Biasanya ringan dan tidak sering, tetapi kejadiannya tinggi untuk terjadinya iritasi saluran cerna dengan perdarahan ringan yang asimtomatis. Memanjangnya bleeding time. Bronkospasme Reaksi kulit pada pasien hipersensitivitas. Anak dan remaja usia di bawah usia 16 tahun. Ibu menyusui dan hati-hati pada kehamilan. Hipersensitivitas terhadap asetosal dan obat AINS lainnya. Riwayat maupun sedang menderita tukak saluran cerna. Hemophilia Tidak untuk pengobatan gout.Asam asetilsalisilat tablet 100 mg Rp.74,36/tablet; dalam sediaan kotak 10x10.

Asam asetilsalisilat tablet 500 mg Rp.124,53; dalam sediaan kotak 10x10.

Asam Mefenamat Nyeri ringan sampai sedang Radang pada penyakit reumathoid dan gangguan skelet lainnya SSP : mengantuk, pusing, cemas, sakit kepala, gangguan penglihatan insomnia Kardiovaskular : palpitasi (jarang), dispnea Dermatologi : ruam kulit, urtikaria, edema fasial Hematologi : anemia hemolitik autoimun (jangka panjang), leucopenia, eosinofilia, trombositopenia, agranulosis, pansitopenia, hipoplasia sumsum tulang Ginjal : disuria, hematuria Saluran pencernaan : mual, muntah, kembung, diare, inflamasi atau perdarahan usus, toksisitas hati ringan Mata: iritasi, kehilangan penglihatan warna yang reversibel (jarang) Lain-lain: nyeri telinga, diaphoresis, meningkatkan kebutuhan insulin. Ulserasi saluran pencernaan Inflamasi saluran pencernaan kronik Hipersensitif terhadap asam mefenamat Riwayat gangguan saluran kemih Penyakit kantung empedu dan penyakit prostatAsam mefenamat kapsul 250 mg @ 1 strip : Rp 950,00Asam mefenamat tablet salut selaput 250 mg @ 1 strip : Rp 1.649,00

Natrium DiklofenakDigunakan untuk terapi awal pada akut rematik (artritis reumatoid, osteoartritis, spondilartritis, dan ankylosing spondilitis), sindroma nyeri dan kolumna vertebralis, rematik non-artikular, serangan akut daro gout, nyeri pascabedahEfek samping beragam, dan kadang timbul rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, dan perdarahan serta tukak. Dispepsia bisa ditekan dengan memberikan obat ini bersamaan dengan makanan. Bisa terjadi reaksi hipersensitivitasTidak diberikan untuk ibu menyusui, untuk pasien hipertensi, gagal jantung kongestif, perdarahan saluran cerna,dll

KetoprofenNyeri dan radang pada penyakit reumatik yang ringan dan gangguan otot skelet yang lainnya, dan stelah pembedahan ortopedik, bisa juga diberikan pada gout akut dan dismenoreEfek samping beragam, dan kadang timbul rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, dan perdarahan serta tukak. Dispepsia bisa ditekan dengan memberikan obat ini bersamaan dengan makanan. Bisa terjadi reaksi hipersensitivitasTidak diberikan untuk ibu menyusui, untuk pasien hipertensi, gagal jantung kongestif, perdarahan saluran cerna,dll

Obat yang dipilih yaitu Ibuprofen, karena di samping memiliki efek analgesik-antipiretik, dapat menekan reaksi inflamasi. Selain itu, terdapat sediaan sirup untuk anak-anak dengan kemasan yang menarik, sehingga cocok diberikan untuk pasien di skenario.

5. 6. 7. 8.

D. Nama Obat, Dosis, Cara dan Lama PemberianPerhitungan Dosis:Amoksisilin: Dosis maksimal amoksisilin pada orang dewasa adalah 3000 mg/hari (IONI, 2008). Penghitungan dosis anak usia 5 tahun menggunakan rumus Young:

Pasien dapat diberikan dosis 750 mg/hari. Jika dibagi dalam 3 dosis, maka dapat diberikan sebanyak 250 mg/kali minum. BSO yang digunakan adalah sirup kering, karena mudah diminum untuk anak-anak. Sediaan yang tersedia berupa sirup kering Amoksisilin 60 ml (250 mg/5 ml), sehingga dapat diberikan sebanyak kurang lebih 1 sendok obat tiap kali minum. Amoksisilin diberikan selama 7 hari, sehingga jumlah botol sirup yang dibutuhkan sebanyak 2 botol.

Ibuprofen: Dosis maksimal ibuprofen pada orang dewasa adalah 1200 mg/hari (IONI, 2008). Penghitungan dosis anak usia 5 tahun menggunakan rumus Young adalah :

Pasien dapat diberikan ibuprofen dengan dosis 300 mg/hari. Jika dibagi dalam 3 dosis, maka dapat diberikan sebanyak 100 mg/kali minum. BSO yang digunakan adalah suspensi, karena mudah diminum untuk anak-anak. Sediaan berupa suspensi (100 mg/5 ml) yang diberikan sebanyak 1 sendok obat tiap kali minum. Diberikan bila perlu, saat ada gejala nyeri dan demam.

E. Resep

dr. Ika Nurfitria TauhidaSIP No: 252/123/UP/DINKESPraktek:Jalan Pesona Hijau No. 84 Mataram Telp. (0370) 631590 Mataram, 28 Juni 2011R/ Syr. Amoksisilin 60 ml Lag II s.t.d.d.cth 1 p.c.R/ Susp. Ibuprofen 60 mlLag I s.p.r.n.t.d.d.cth 1 p.c.Pro: SiskaUmur: 5 tahunAlamat: Jl. Merpati Putih No. 100parafparaf

F. Informasi yang diberikan Beritahukan ibu pasien cara meminumkan obat amoksisilin, yaitu: Campurkan sirup kering dengan 60 ml air matang (samapi garis pembatas). Pertama masukkan kira-kira seperampat air, kemudian kocok sampai tercampur rata. Setelah itu tambahkan air sampai garis pembatas pada botol sirup. Setiap akan meminum obat, kocok botol sirup terlebih dahulu. Obat diberikan selama 7 hari. Istirahat yang cukup, makan makanan yang lunak dan minum minuman yang hangat. Dapat diberikan obat kumur untuk menyegarkan mulut (Misalnya, Gargarisma Kan).

DAFTAR PUSTAKABadan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2008. Informatorium Obat Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.FKUI, 2008, Famakologi dan Terapi, FKUI, Jakarta.ISFI, 2009. ISO Indonesia, PT.ISFI Penerbitan: JakartaKatzung, B et al., 2006, Basic and Clinical Pharmacology, 10th ed, Mc Graw Hill, San Fransisco.Rukmini, S, et.al., 2005, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok, RSU Dokter Soetomo. FK UNAIR: Surabaya.WHO, 2009, Pelayaan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama Di Kabupaten/Kota, Tim Adaptasi Indonesia, Jakarta