Portofolio Solusio Placenta Fix Print

27
No. ID dan Nama Peserta : dr. Fadilla Ayuningtias No. ID dan Nama Wahana : RSUD Kota Surakarta Topik : Kegawatdaruratan Tanggal (kasus) : 30 Juni 2015 Nama Pasien : Ny. S (23 tahun) No. RM : 05.69.70 Tanggal presentasi : 05 Juli 2015 Nama Pendamping : dr. Muhammad Fikri dr. Indah Budi Tempat presentasi : RSUD Kota Surakarta Objektif presentasi : Keilmuan√ Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka√ Diagnostik Manajemen Masalah √ Istimewa Neonat us Bayi Anak Remaj a Dewasa Lansi a Bumil Deskripsi: Pasien seorang wanita usia 23 tahun hamil 32 minggu datang ke IGD RSUD Kota Surakarta pada pukul 15.30 WIB diantar oleh suaminya, dengan keluhan nyeri perut bawah sejak tadi pagi. Nyeri perut dirasakan ± 8 jam sebelum masuk rumah sakit, hilang timbul, tidak membaik dengan istirahat. Awalnya nyeri perut dirasakan ringan namun semakin lama semakin memberat. Nyeri perut dirasakan pertama kali oleh pasien selama kehamilannya. Menurut pasien nyeri perut dirasakan seperti nyeri disaat awal menstruasi. Pasien datang dengan keadaan sadar, namun dibopong oleh suami karena badan terasa lemas. Selain itu pasien merasakan pusing, nyeri kepala, dan

description

solplas

Transcript of Portofolio Solusio Placenta Fix Print

Page 1: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

No. ID dan Nama Peserta : dr. Fadilla Ayuningtias

No. ID dan Nama Wahana : RSUD Kota Surakarta

Topik : Kegawatdaruratan

Tanggal (kasus) : 30 Juni 2015

Nama Pasien : Ny. S (23 tahun) No. RM : 05.69.70

Tanggal presentasi : 05 Juli 2015 Nama Pendamping : dr. Muhammad Fikri

dr. Indah Budi

Tempat presentasi : RSUD Kota Surakarta

Objektif presentasi :

Keilmuan√ Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka√

Diagnostik Manajemen Masalah √ Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa√ Lansia Bumil√

Deskripsi:

Pasien seorang wanita usia 23 tahun hamil 32 minggu datang ke IGD RSUD Kota

Surakarta pada pukul 15.30 WIB diantar oleh suaminya, dengan keluhan nyeri perut bawah

sejak tadi pagi. Nyeri perut dirasakan ± 8 jam sebelum masuk rumah sakit, hilang timbul,

tidak membaik dengan istirahat. Awalnya nyeri perut dirasakan ringan namun semakin lama

semakin memberat. Nyeri perut dirasakan pertama kali oleh pasien selama kehamilannya.

Menurut pasien nyeri perut dirasakan seperti nyeri disaat awal menstruasi. Pasien datang

dengan keadaan sadar, namun dibopong oleh suami karena badan terasa lemas. Selain itu

pasien merasakan pusing, nyeri kepala, dan pandangan berkunang-kunang. Pasien

menyangkal adanya perdarahan dari jalan lahir. Menyangkal keluar cairan ngempyok.

Riwayat obstetri: Gravida satu para nol abortum nol

Riwayat menstruasi: teratur, siklus 28 hari, selama 7 hari

HPHT: 17/11/2014

HPL : 24/08/2015

Riwayat KB: tidak pernah

Riwayat ANC: rutin di bidan

Usia kehamilan saat ini : 32 minggu

Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan pada buang air kecil dan buang air besar.

Riwayat darah tinggi dan kaki bengkak selama hamil di sangkal.

Tujuan :

Untuk mengetahui penegakan diagnosis solusio placenta.

Page 2: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

Untuk membedakan jenis perdarahan antepartum

Mengetahui penatalaksanaan pertama pada solusio placenta

Bahan bahasan: Tinjauan

Pustaka

Riset Kasus √ Audit

Cara membahas : Diskusi √ Presentasi Email Pos

Data Pasien: Nama : Ny. S No. Registrasi : 05. 69.70

Nama Klinik: UGD Telp : - Terdaftar sejak: 30 Juni 2015

Data utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis/ gambaran klinis :

Pasien seorang wanita usia 23 tahun hamil 32 minggu datang ke IGD RSUD Kota

Surakarta pada pukul 15.30 WIB diantar oleh suaminya, dengan keluhan nyeri perut bawah

sejak tadi pagi. Nyeri perut dirasakan ± 8 jam sebelum masuk rumah sakit, hilang timbul,

tidak membaik dengan istirahat. Awalnya nyeri perut dirasakan ringan namun semakin lama

semakin memberat. Nyeri perut dirasakan pertama kali oleh pasien selama kehamilannya.

Menurut pasien nyeri perut dirasakan seperti nyeri disaat awal menstruasi. Pasien datang

dengan keadaan sadar, namun dibopong oleh suami karena badan terasa lemas. Selain itu

pasien merasakan pusing, nyeri kepala, dan pandangan berkunang-kunang. Pasien

menyangkal keluar darah dari jalan lahir. Serta menyangkal keluar cairan ngempyok.

Riwayat obstetri: Gravida satu para nol abortum nol

Riwayat menstruasi: teratur, siklus 28 hari, selama 7 hari

HPHT: 17/11/2014

HPL : 24/08/2015

Riwayat KB: tidak pernah

Riwayat ANC: rutin di bidan

Usia kehamilan saat ini : 32 minggu

Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan pada buang air kecil dan buang air

besar. Riwayat darah tinggi dan kaki bengkak selama hamil di sangkal.

2. Riwayat pengobatan :

Pasien tidak melakukan pengobatan dan segera datang ke igd rsud kota surakarta

3. Riwayat kesehatan/ penyakit:

R. sakit yang sama : disangkal

R. Tensi tinggi : disangkal

Page 3: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

R. Sakit gula : disangkal

R. Alergi : disangkal

4. Riwayat keluarga :

R. sakit yang sama :disangkal

R. Tensi Tinggi : disangkal

R. Sakit Gula : disangkal

R. alergi : disangkal

5. Riwayat pekerjaan :

Pasien tidak bekerja, hanya dirumah sebagai ibu rumah tangga.

6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik :

Pasien tinggal bersama suaminya. Pasien menggunakan pembayaran secara umum. Kesan

ekonomi: baik.

a) Pemeriksaan fisik :

Kesan Umum :

Keadaan umum : pasien tampak kesakitan

Kesadaran : composmentis

Status gizi : baik

b) Tanda-tanda vital :

Tekanan darah: 76/53 mmHg

Nadi : 104 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

RR : 24 x/menit

T : 37 °C

SPO2 : 98%

c) Keadaan Tubuh :

Mata : Cekung (-/-), konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya

(+/+), pupil isokor (2mm/2mm), oedem palpebra (-/-)

Leher : Simetris, trachea di tengah , KGB servikal membesar (-), tiroid membesar

(-), nyeri tekan (-), kaku kuduk (-)

Thorax : normochest, simetris, retraksi supraternal (-).

Jantung :

I = ictus cordis tak tampak

P = ictus cordis teraba pada SIV IV LMCS, tidak kuat angkat.

Page 4: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

P = batas jantung dalambatas normal

A = Suara jangtung I > II, reguler, tidak terdengar murmur maupun gallop.

Paru :

I = simetris, retraksi (-)

P = Fremitus taktil kanan = kiri

P = sonor dikedua lapang paru

A = Suara dasar vesikuler +/+ tidak terdengar suara tambahan.

Abdomen :

I = Cembung gravid

A = Bising usus (+) normal.

Per = Pekak janin (+)

Pal = Teraba janin, nyeri tekan (+)

Extremitas :

Atas : pitting edem (-/-), akral dingin (-/-).

Bawah : pitting oedem (-/-), akral dingin (+/+).

Status obstetric ginekologi:

Abdomen:

Leopold 1 : teraba fundus uteri, tfu 30 cm, ballottement (-), teraba bagian besar janin

lebih lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan.

Leopold 2 : punggung janin teraba disisi kiri, bagian kanan teraba bagian-bagian kecil

janin. Denyut jantung janin 13-13-12 (152x/m teratur)

Leopold 3 : teraba kepala janin, dan masih dapat digerakan.

Leopold 4 : tidak dilakukan karena bagian terbawah janin belum masuk pintu atas

panggul.

Vaginal touché: sarung tangan lender darah (-), stoles (-), pembukaan portio (-). Tidak

terdapat pembesaran atau massa di adneksa.

Daftar Pustaka :

1. Campbell S, Monga A. 2006. Gynecology by ten teachers, 18th editionI. Hodder Arnold. London.

2. Cunningham, F. G., Gant, N. F., Leveno, K. J., Gilstrap , L. C., Hault, J. C., &

Wenstrom, K. D. (2006). Obstetri William (Vol. 2). Jakarta: EGC.

3. Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N. Penatalaksanaan Perdarahan Antepartum.

Page 5: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

Bagian Obstetri danGinekologi FK UNHAS; 1997. 3-8.

4. Prawirohardjo, S., & Wiknjosatro, H. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Prawirohardjo.

5. WHO. Managing Complications in Pregnancy and Childbirth. Geneva: WHO, 2003.

518-20.

Hasil Pembelajaran :

1. Untuk mengetahui penegakan diagnosis solusio placenta.

2. Untuk membedakan jenis perdarahan antepartum.

3. Mengetahui penatalaksanaan utama pasien solusio placenta.

SOAP

Subjektif

Pasien seorang wanita usia 23 tahun hamil 32 minggu datang ke IGD RSUD Kota

Surakarta pada pukul 15.30 WIB diantar oleh suaminya, dengan keluhan nyeri perut bawah

sejak tadi pagi. Nyeri perut dirasakan ± 8 jam sebelum masuk rumah sakit, hilang timbul,

tidak membaik dengan istirahat. Awalnya nyeri perut dirasakan ringan namun semakin lama

semakin memberat. Nyeri perut dirasakan pertama kali oleh pasien selama kehamilannya.

Menurut pasien nyeri perut dirasakan seperti nyeri disaat awal menstruasi. Pasien datang

dengan keadaan sadar, namun dibopong oleh suami karena badan terasa lemas. Selain itu

pasien merasakan pusing, nyeri kepala, dan pandangan berkunang-kunang. Pasien

menyangkal keluar darah dari jalan lahir. Serta menyangkal keluar cairan ngempyok.

Riwayat obstetri: Gravida satu para nol abortum nol

Riwayat menstruasi: teratur, siklus 28 hari, selama 7 hari

HPHT: 17/11/2014

HPL : 24/08/2015

Riwayat KB: tidak pernah

Riwayat ANC: rutin di bidan

Usia kehamilan saat ini : 32 minggu

Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan pada buang air kecil dan buang air besar.

Riwayat darah tinggi dan kaki bengkak selama hamil di sangkal.

Page 6: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

Objektif

a. Kesan Umum :

Keadaan umum : pasien tampak kesakitan

Kesadaran : Composmentis

Status gizi : baik

BB : 65 kg

TB : 160 cm

d) Tanda-tanda vital :

Tekanan darah: 76/53 mmHg

Nadi : 104 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

RR : 24 x/menit

T : 37 °C

SPO2 : 98%

e) Keadaan Tubuh :

Mata : Cekung (-/-), konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya

(+/+), pupil isokor (2mm/2mm), oedem palpebra (-/-).

Leher : Simetris, trachea di tengah , KGB servikal membesar (-), tiroid membesar

(-), nyeri tekan (-), kaku kuduk (-)

Thorax : normochest, simetris, retraksi supraternal (-).

Jantung :

I = ictus cordis tak tampak

P = ictus cordis teraba pada SIV IV LMCS, tidak kuat angkat.

P = batas jantung dalambatas normal

A = Suara jangtung I > II, reguler, tidak terdengar murmur maupun gallop.

Paru :

I = simetris, retraksi (-)

P = Fremitus taktil kanan = kiri

P = sonor dikedua lapang paru

A = Suara dasar vesikuler +/+ tidak terdengar suara tambahan.

Abdomen :

I = Cembung gravid

A = Bising usus (+) normal.

Per = Pekak janin (+)

Page 7: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

Pal = Teraba janin, nyeri tekan (+)

Extremitas :

Atas : pitting edem (-/-), akral dingin (-/-).

Bawah : pitting oedem (-/-), akral dingin (+/+).

Status obstetric ginekologi:

Abdomen:

Leopold 1 : teraba fundus uteri, tfu 30 cm, ballottement (-), teraba bagian besar janin

lebih lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan.

Leopold 2 : punggung janin teraba disisi kiri, bagian kanan teraba bagian-bagian kecil

janin. Denyut jantung janin 13-13-12 (152x/m teratur)

Leopold 3 : teraba kepala janin, dan masih dapat digerakan.

Leopold 4 : tidak dilakukan karena bagian terbawah janin belum masuk pintu atas

panggul.

Vaginal touché: sarung tangan lender darah (-), stoles (-), pembukaan portio (-). Tidak

terdapat pembesaran atau massa di adneksa.

b. Pemeriksaan penunjang tanggal 30 juni 2014

Hemoglobin : 6,9 (11,5 - 18,0) menurun

Leukosit: 11,24 (4,60 – 10,20) naik

Eritrosit: 4,14 (3,80 – 10,2) normal

Hematokrit: 37 (37,0 – 54,0) normal

Trombosit: 209 (150 – 400) normal

Golongan darah : A

Waktu pembekuan (CT) : 5 Menit (2-6 menit) normal

Waktu pendarahan (BT) : 2 Menit 50 detik (1-3 menit) normal

HBSAG : Non reaktif (non reaktif)

Gula darah sewaktu : 101 mg/dl (70-140 mg/dl)

Assesment

G1P0A0 Usia 23 Tahun Umur Kehamilan 32 Minggu dengan susp solusio placenta

Plan

Terapi IGD:

Page 8: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

1. Rawat inap

2. IVFD RL loading 500 cc kemudian evaluasi tekanan darah kemudian naik menjadi

101/62 mmhg kemudian maintenance 20 tpm.

3. Observasi tanda - tanda syok

Konsul dr. Didi, Sp.OG via telepon

Advice:

1. Inj. Asam traneksamat 500 mg

2. Inj. Cefotaxim 1 gram

3. Inj. Ketorolak 30 mg

4. Inj. Dexametason 4 mg

5. IVFD RL 20 tpm

6. Dirujuk segera untuk dilakukan operasi cito

Page 9: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

Tinjauan Pustaka

A. Definisi

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari

implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin

lahir . Menurut Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai

separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri sebelum janin

lahir . Jika separasi ini terjadi di bawah kehamilan 20 minggu maka mungkin akan

didiagnosis sebagai abortus imminens 1.

Gambar .1. Solusio Plasenta (Placental abrubtion).

B. Klasifikasi

Solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta terbagi menjadi tiga 1,2,3 :

1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.

2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.

3. Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.

Kemudian menurut tingkat gejala klinisnya, dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Ringan : perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda

renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar

fibrinogen plasma lebih 150 mg%.

2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan, gawat

janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian permukaan, kadar

fibrinogen plasma 120-150 mg%.

3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin mati,

pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.

Page 10: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

C. Etiologi

Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor

yang menjadi predisposisi 3,4 :

1. Faktor kardio-reno-vaskuler

Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia.

Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus

solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai

penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan. Dapat

terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan dengan adanya hipertensi pada ibu.

2. Faktor trauma

Trauma yang dapat terjadi antara lain :

- Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.

- Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas,

versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.

- Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

3. Faktor paritas ibu

Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Hal ini dapat diterangkan

karena makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium.

4. Faktor usia ibu

Karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan solusio plasenta

apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.

6. Faktor pengunaan kokain

Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan peningkatan

pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya vasospasme

pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini

belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan

kokain dilaporkan berkisar antara 13-35% .

7. Faktor kebiasaan merokok

Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta

sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat

diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan

beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya .

Page 11: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya

Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio

plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya jauh

lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio

plasenta sebelumnya.

9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena cava

inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan, dan lain-lain.

D. Patogenesis 1,2

Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke dalam desidua basalis dan

terbentuknya hematom subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh darah miometrium

atau plasenta, dengan berkembangnya hematom subkhorionik terjadi penekanan dan

perluasan pelepasan plasenta dari dinding uterus.

Gambar.2. Plasenta normal dan solusio plasenta dengan hematom subkhorionik.

Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak

jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala dan

tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada

pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan

darah lama yang berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-

menerus/tidak terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan tidak mampu

berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan perdarahan yang terjadi. Akibatnya

hematom subkhorionik akan menjadi bertambah besar, kemudian akan medesak plasenta

sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta akan terlepas dari implantasinya di

dinding uterus. Sebagian darah akan masuk ke bawah selaput ketuban, dapat juga keluar

melalui vagina, darah juga dapat menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau

Page 12: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

mengadakan ekstravasasi di antara otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya

berlangsung hebat akan terjadi suatu kondisi uterus yang biasanya disebut dengan istilah

Uterus Couvelaire, dimana pada kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis seluruh

permukaan uterus terdapat bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus pada kondisi

seperti ini (Uterus Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan juga akan

mengganggu kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan pada

saat setelah bayi dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi perdarahan post partum yang

hebat.

Akibat kerusakan miometrium dan bekuan retroplasenter adalah pelepasan

tromboplastin yang banyak ke dalam peredaran darah ibu, sehingga berakibat pembekuan

intravaskuler dimana-mana yang akan menghabiskan sebagian besar persediaan fibrinogen.

Akibatnya ibu jatuh pada keadaan hipofibrinogenemia. Pada keadaan hipofibrinogenemia ini

terjadi gangguan pembekuan darah yang tidak hanya di uterus, tetapi juga pada alat-alat

tubuh lainnya.

E. Gambaran klinis 3,4,5

1. Solusio plasenta ringan

Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis, dimana terdapat

pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak. Apabila terjadi perdarahan

pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau

terasa agak tegang yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin

masih mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat saja

menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung. Salah satu tanda yang

menimbulkan kecurigaan adanya solusio plasenta ringan ini adalah perdarahan pervaginam

yang berwarna kehitam-hitaman.

2. Solusio plasenta sedang

Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari satu per empat bagian, tetapi belum dua

per tiga luas permukaan. Tanda dan gejala dapat timbul perlahan-lahan seperti solusio

plasenta ringan, tetapi dapat juga secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus,

yang tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan

pervaginam dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml.

Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika masih hidup

mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus teraba tegang terus-menerus dan

nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar untuk diraba. Apabila janin masih hidup,

Page 13: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

bunyi jantung sukar didengar. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah

terjadi, walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat.

3. Solusio plasenta berat

Plasenta telah terlepas lebih dari dua per tiga permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba.

Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal. Uterusnya sangat

tegang seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampak tidak sesuai dengan

keadaan syok ibu, terkadang perdarahan pervaginam mungkin saja belum sempat terjadi.

Pada keadaan-keadaan di atas besar kemungkinan telah terjadi kelainan pada pembekuan

darah dan kelainan/gangguan fungsi ginjal.

F. Komplikasi 1,2,3

Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang

terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.

Komplikasi yang dapat terjadi pada Ibu:

1. Syok perdarahan

Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak

dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera. Bila persalinan

telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan postpartum karena

kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan perdarahan pada kala III

persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan darah. Pada solusio plasenta berat

keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang terlihat.

Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia, karena itu

pengobatan segera ialah pemulihan defisit volume intravaskuler secepat mungkin.

Angka kesakitan dan kematian ibu tertinggi terjadi pada solusio plasenta berat.

Meskipun kematian dapat terjadi akibat nekrosis hipofifis dan gagal ginjal, tapi

mayoritas kematian disebabkan syok perdarahan dan penimbunan cairan yang

berlebihan. Tekanan darah tidak merupakan petunjuk banyaknya perdarahan, karena

vasospasme akibat perdarahan akan meninggikan tekanan darah. Pemberian terapi

cairan bertujuan mengembalikan stabilitas hemodinamik dan mengkoreksi keadaan

koagulopathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah pilihan yang ideal,

karena pemberian darah segar selain dapat memberikan sel darah merah juga

dilengkapi oleh platelet dan faktor pembekuan.

Page 14: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

2. Gagal ginjal

Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio

plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena perdarahan

yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya

masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu

karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat

nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya

dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang harus secara rutin

dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal ginjal meliputi

penggantian darah yang hilang secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi

hipovolemia, secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan

pembekuan darah. Sedangkan komplikasi pada janin dapat mengalami kematian atau

fetal distress.

G. Diagnosis 2,3,4

Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai

contoh, perdarahan eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan plasenta belum

begitu luas sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau dapat juga terjadi

perdarahan eksternal tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas seluruhnya dan janin

meninggal sebagai akibat langsung dari keadaan ini. Solusio plasenta dengan

perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya yang jauh lebih besar bagi

ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang lebih tinggi,

namun juga akibat intensitas perdarahan yang tidak diketahui sehingga pemberian

transfusi sering tidak memadai atau terlambat.

Tabel 1. Tanda dan Gejala Pada Solusio Plasenta

No. Tanda atau Gejala Frekuensi (%)

1. Perdarahan pervaginam 78

2. Nyeri tekan uterus atau nyeri pinggang 66

3. Gawat janin 60

4. Persalinan prematur idiopatik 22

5. Kontraksi berfrekuensi tinggi 17

6. Uterus hipertonik 17

7. Kematian janin 15

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perdarahan pervaginam merupakan gejala atau

Page 15: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

tanda dengan frekuensi tertinggi pada kasus-kasus solusio plasenta.

Berdasarkan kepada gejala dan tanda yang terdapat pada solusio plasenta klasik

umumnya tidak sulit menegakkan diagnosis, tapi tidak demikian halnya pada bentuk solusio

plasenta sedang dan ringan. Solusio plasenta klasik mempunyai ciri-ciri nyeri yang hebat

pada perut yang datangnya cepat disertai uterus yang tegang terus menerus seperti papan,

penderita menjadi anemia dan syok, denyut jantung janin tidak terdengar dan pada

pemeriksaan palpasi perut ditemui kesulitan dalam meraba bagian-bagian janin.

Prosedur pemeriksaan untuk dapat menegakkan diagnosis solusio plasenta antara lain :

1. Anamnesis

- Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat menunjukkan tempat yang

dirasa paling sakit.

- Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan sekonyong-konyong (non-recurrent)

terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman .

- Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak

bergerak lagi).

- Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu terlihat anemis

yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar pervaginam.

- Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

2. Inspeksi

- Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan

- Pucat, sianosis dan berkeringat dingin

- Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).

3. Palpasi

- Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan

- Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik

waktu his maupun di luar his

- Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas

- Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.

4. Auskultasi

Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar biasanya di atas 140,

kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari satu

per tiga bagian.

5. Pemeriksaan dalam

- Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.

Page 16: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

- Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his

maupun di luar his.

- Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke

bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta, ini sering meragukan

dengan plasenta previa.

6. Pemeriksaan umum

- Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit

vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat, kecil

dan filiformis.

7. Pemeriksaan laboratorium

- Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan leukosit.

- Darah : Hb menurun, periksa golongan darah, lakukan cross-match test. Karena pada

solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah hipofibrinogenemia, maka

diperiksakan pula COT (Clot Observation test) tiap l jam, tes kualitatif fibrinogen

(fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 15O mg%).

8. Pemeriksaan plasenta .

Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian

plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya

menempel di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.

9.Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)

Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :

- Terlihat daerah terlepasnya plasenta

- Janin dan kandung kemih ibu

- Darah

- Tepian plasenta

Gambar. 3. Ultrasonografi kasus solusio plasenta

Page 17: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

H. Terapi 4,5

Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya gejala

klinis, yaitu:

a.Solusio plasenta ringan

Bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan (perdarahan

berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah baring dan

observasi ketat, kemudian tunggu persalinan spontan.

Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin

jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka

kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati

lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan.

b.Solusio plasenta sedang dan berat

Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di rumah

sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio sesaria.Apabila

diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi sekurang-

kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi akan merangsang

persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin. Keluarnya cairan amnion juga dapat

mengurangi perdarahan dari tempat implantasi dan mengurangi masuknya tromboplastin ke

dalam sirkulasi ibu yang mungkin akan mengaktifkan faktor-faktor pembekuan dari hematom

subkhorionik dan terjadinya pembekuan intravaskuler dimana-mana. Persalinan juga dapat

dipercepat dengan memberikan infus oksitosin yang bertujuan untuk memperbaiki kontraksi

uterus yang mungkin saja telah mengalami gangguan.

Gagal ginjal sering merupakan komplikasi solusio plasenta. Biasanya yang terjadi adalah

nekrosis tubuli ginjal mendadak yang umumnya masih dapat tertolong dengan penanganan

yang baik. Tetapi bila telah terjadi nekrosis korteks ginjal, prognosisnya buruk sekali. Pada

tahap oliguria, keadaan umum penderita umumnya masih baik. Oleh karena itu oliguria hanya

dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang teliti yang harus secara rutin

dilakukan pada penderita solusio plasenta sedang dan berat, apalagi yang disertai hipertensi

menahun dan preeklamsia. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang,

pemberantasan infeksi yang mungkin terjadi, mengatasi hipovolemia, menyelesaikan

persalinan secepat mungkin dan mengatasi kelainan pembekuan darah.

Kemungkinan kelainan pembekuan darah harus selalu diawasi dengan pengamatan

pembekuan darah. Pengobatan dengan fibrinogen tidak bebas dari bahaya hepatitis, oleh karena

itu pengobatan dengan fibrinogen hanya pada penderita yang sangat memerlukan, dan bukan

Page 18: Portofolio Solusio Placenta Fix Print

pengobatan rutin. Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah dapat

mencegah kelainan pembekuan darah.

Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi

jika itu tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin, maka

satu-satunya cara melakukan persalinan adalah seksio sesaria.

Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire) tidak merupakan indikasi histerektomi. Akan

tetapi, jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka tindakan

histerektomi perlu dilakukan.

I. Prognosis

Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus, banyaknya

perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau preeklamsia, tersembunyi tidaknya

perdarahan, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta sampai selesainya persalinan. Angka

kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat berkisar antara 0,5-5%. Sebagian besar

kematian tersebut disebabkan oleh perdarahan, gagal jantung dan gagal ginjal.

Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian. Tetapi ada

literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar antara 50-80%. Pada

kasus solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin tergantung pada luasnya plasenta

yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio plasenta berlangsung dan usia kehamilan.

Perdarahan lebih dari 2000 ml biasanya menyebabkan kematian janin. Pada kasus-kasus

tertentu tindakan seksio sesaria dapat mengurangi angka kematian janin.