Kasus solusio

21
Kasus (Solusio Plasenta) Ny.M (45 tahun) datang ke RSIA bersama suaminya dengan membawa surat rujukan dari bidan. Tertulis disurat status obstetri G6P4A1H37 mg dengan susp.solusio plasenta. Saat wawancara, klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina berwarna kehitaman sejak tadi malam, disertai nyeri dan kram pada perut yang terus menerus serta janin bergerak aktif. Klien berfikir akan segera melahirkan dan datang ke bidan dekat rumah keesokan paginya, tapi klien justru dirujuk ke RS. Klien menceritakan selama kehamilan ini baru memeriksakan kehamilannya sekali, yaitu pada saat dinyatakan (+) hamil 12 mg oleh bidan. Setelah itu tidak pernah lagi memeriksakan kehamilan karena ini bukan kehamilan yang pertama. Sebelum kehamilan ini, klien mempunyao riwayat perdarahan dan mengalami keguguran pada usia kehamilan 16 mg. Selama pemeriksaan fisik perawat mencatat TTV sebagai berikut : TD=80/55 mmHg, N=110x/Mnt, P= 28x/Mnt, S= 36 , uterus keras , tegang, seperti papan, nyeri tekan (+), TFU=36 cm, His (-), DJJ dan palpasi janin sulit. Klien terlihat pucat, lemah, tampak kesakitan, kulit teraba dingin, konjungtiva anemis, pembalut penuh dengan darah berwarna kehitaman. Klien kemudian melakukan pemeriksaan USG dan terlihat solusio plasenta partialis dengan hematoma, DJJ 82x/Mnt, aktifitas janin lemah, perdarahan aktif (+)

Transcript of Kasus solusio

Page 1: Kasus solusio

Kasus (Solusio Plasenta)

Ny.M (45 tahun) datang ke RSIA bersama suaminya dengan membawa surat rujukan dari bidan.

Tertulis disurat status obstetri G6P4A1H37 mg dengan susp.solusio plasenta. Saat wawancara,

klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina berwarna kehitaman sejak tadi malam,

disertai nyeri dan kram pada perut yang terus menerus serta janin bergerak aktif. Klien berfikir

akan segera melahirkan dan datang ke bidan dekat rumah keesokan paginya, tapi klien justru

dirujuk ke RS.

Klien menceritakan selama kehamilan ini baru memeriksakan kehamilannya sekali, yaitu pada

saat dinyatakan (+) hamil 12 mg oleh bidan. Setelah itu tidak pernah lagi memeriksakan

kehamilan karena ini bukan kehamilan yang pertama. Sebelum kehamilan ini, klien mempunyao

riwayat perdarahan dan mengalami keguguran pada usia kehamilan 16 mg.

Selama pemeriksaan fisik perawat mencatat TTV sebagai berikut : TD=80/55 mmHg,

N=110x/Mnt, P= 28x/Mnt, S= 36 , uterus keras , tegang, seperti papan, nyeri tekan (+),

TFU=36 cm, His (-), DJJ dan palpasi janin sulit. Klien terlihat pucat, lemah, tampak kesakitan,

kulit teraba dingin, konjungtiva anemis, pembalut penuh dengan darah berwarna kehitaman.

Klien kemudian melakukan pemeriksaan USG dan terlihat solusio plasenta partialis dengan

hematoma, DJJ 82x/Mnt, aktifitas janin lemah, perdarahan aktif (+)

Pertanyaan

1. Jelaskan patofisiologi dengan menggunakan bagan sehingga muncul tanda dan gejala !

2. Buatlah analisa data berdasarkan kasus dan tambahkan data yang seharusnya ada pada masalah

keperawatan tersebut!

3. Rumuskan minimal 3 diagnosa keperawatan dan tentukan diagnosa keperawatan prioritas, berikan

alasannya !

4. Buatlah perencanaan asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa yang ditegakkan meliputi tujuan,

kriteria hasil, intervensi dan rasional !

Page 2: Kasus solusio

5. Buatlah implementasi dan evaluasi SOAP dari diagnosa utamanya !

6. Berikan pembahasan mengenai kondisi klien dan penatalaksanaannya !

C. Analisa Data

Data Masalah Etiologi

Data Subjektif

1. Klien mengeluh

mengalami perdarahan

melalui vagina berwarna

kehitaman sejak tadi

malam

2. Klien mengatakan

mempunyai riwayat

perdarahan pada

kehamilan sebelumnya

Data Objektif

1. TTV : TD= 80/55 mmHg

Nadi : 110x/menit

RR : 28x/menit

Suhu: 36 oC

2. Klien terlihat pucat, lemah

3. Kulit klien teraba dingin

4. TFU = 36 cm

5. Konjungtiva anemis

6. Pembalut penuh dengan

darah berwarna

kehitaman

7. Hasil pemeriksaan USG

terlihat solusio plasenta

Kekurangan volume cairan Perdarahan terus menerus

Page 3: Kasus solusio

parsialis dengan

hematoma

8. Perdarahan aktif (+)

Data tambahan

1. Dari inspekulo, tampak

darah mengalir dari

ostium berwarna merah

kehitaman

2. Hb (6,8 g/dL)

3. turunnya kadar fibrinogen

(106 mg/L), dan

meningkatnya kadar D-

dimer (2,0 mg/L).

Data Subjektif

1. Klien mengeluh nyeri dan

keram pada perut yang

terus-menerus

Data Objektif

1. Tertulis di surat status

obstetric G6P4A1H37

minggu (gestasi ke 6,

pastus 4 kali, abortus 1

kali dan sekarang usia

kehamilan 37 minggu)

dengan suspect solusio

plasenta

2. TTV : nadi = 110 x/menit

RR = 28x/menit

3. Uterus keras

4. Uterus Tegang seperti

Gangguan Rasa nyaman :

nyeri (akut)

Trauma jaringan

Page 4: Kasus solusio

papan

5. Nyeri tekan +

6. Klien tampak kesakitan

7. Hasil pemeriksaan USG

terlihat solusio plasenta

parsialis dengan

hematoma

Data Subjektif

1. Klien mengeluh janin

yang ada didalam

kandungannya bergerak

aktif

Data Objektif

1. Tertulis di surat status

obstetric G6P4A1H37

minggu (gestasi ke 6,

pastus 4 kali, abortus 1

kali dan sekarang usia

kehamilan 37 minggu)

dengan suspect solusio

plasenta

2. Dari hasil pemeriksaan

fisik : His (- ), DJJ dan

palpasi janin sulit

3. Dari hasil pemeriksaan

USG : DJJ = 82 x /menit

, Aktivitas janin lemah

Resiko gawat janin Solusio plasenta

D.Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus

Page 5: Kasus solusio

2. Gangguan Rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan

3. Resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta

E.Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi Rasional

Kekurangan volume

cairan berhubungan

dengan perdarahan

terus menerus

Tujuan :

Setelah dilakukan

perawatan selama 1 x

24

jam kekurangan

volume cairan teratasi

Kriteria Hasil :

1. Keadaan umum baik

2. Perdarahan yang

keluar 200 ml

3. Tinggi fundus uteri

1. Monitor intake dan

output setiap 5-10

menit

2. Monitor tanda vital

TD 120/80

mmHg, nadi: 88

x/menit, RR 22 –

24 x/menit, suhu

36-37° C)

3. Lakukan masage

uterus dengan

satu tangan serta

tangan lainnya

diletakan diatas

simpisis.

4. Batasi pemeriksaan

vagina dan

rectum

Kolaborasi

1. Infus atau cairan

intravena

2. Antibiotik

1. Perubahan output

merupakan tanda

adanya gangguan

fungsi ginjal

2. Perubahan tanda

vital terjadi bila

perdarahan

semakin hebat

3. Merangsang

kontraksi uterus

dan membantu

pelepasan placenta,

satu tangan diatas

simpisis mencegah

terjadinya inversio

uteri

4. Trauma meningkat

terjadi perdarahan

yang lebih hebat,

bila terjadi laserasi

pada serviks /

perineum atau

Page 6: Kasus solusio

3. Transfusi whole

blood ( bila

perlu )

terdapat hematom

Kolaborasi

1. Merangsang

kontraksi uterus

dan mengontrol

perdarahan

2. Mencegah infeksi

yang mungkin

terjadi

3. Membantu

menormalkan

volume cairan

tubuh.

Gangguan Rasa

nyaman : nyeri (akut)

berhubungan dengan

trauma jaringan

Tujuan:

Setelah dilakukan

perawatan selama 2x24

jam nyeri berkurang

Kriteria Hasil :

1. klien akan

mengungkapkan

penatalaksanaan

atau reduksi nyeri

2. Uterus tidak Tegang

seperti papan

3. Nyeri tekan (-)

4. Klien tidak terlihat

kesakitan

1. Bantu dengan

penggunaan

tekhnik

pernafasan

2. Anjurkan klien

untuk

menggunakan

teknik relaksasi.

Berikan instruksi

bila perlu.

3. Berikan tindakan

kenyamanan

(pijatan, gosokan

punggung,

sandaran bantal,

pemebrian

kompres sejuk,

dll)

1. mendorong relaksasi

dan memberikan

klien cara

mengatasi dan

mengontrol tingkat

nyeri.

2. relaksasi dapat

membantu

menurunkan

tegangan dan rasa

takut, yang

memperberat

nyeri.

3. meningkatkan

relaksasi dan

meningkatkan

kooping dan

kontrol klien.

Page 7: Kasus solusio

4. Kolaborasi

memberikan

sedatif sesuai

dosis

4. meningkatkan

kenyamanan

dengan memblok

impuls nyeri.

Resiko gawat janin

berhubungan dengan

solusio plasenta

Tujuan :

Setelah dilakukan

perawatan 3- 4 jam

tidak terjadi kondisi

gawat janin

Kriteria Hasil :

1. DJJ dalam batas

normal (120-160

x /menit)

2. His +

3. Bayi lahir dengan

selamat

4. gerakan janin

normal

1. Istirahatkan ibu

2. Anjurkan ibu agar

tidur miring ke

kiri

3. Pantau tekanan

darah ibu

4. Memantau bunyi

jantung ibu

1. dengan

mengistirahatkan

ibu diharapkan

metabolism tubuh

menurun dan

peredaran darah ke

placenta menjadi

adekuat, sehingga

kebutuhan O2 untuk

janin dapat dipenuhi

2. dengan tidur miring

ke kiri diharapkan

vena cava dibagian

kanan tidak tertekan

oleh uterus yang

membesar sehingga

aliran darah ke

placenta menjadi

lancar

3. untuk mengetahui

keadaan aliran

darah ke placenta

seperti tekanan

darah tinggi, aliran

darah ke placenta

berkurang, sehingga

suplai oksigen ke

Page 8: Kasus solusio

janin berkurang.

4. dapat mengetahui

keadaan jantung

janin lemah atau

menurukan

menandakan suplai

O2 ke placenta

berkurang sehingga

dapat direncanakan

tindakan

selanjutnya.

F.Implementasi dan Evaluasi SOAP dari Diagnosa Utama

Tanggal/jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

19-01-2011

Jam 11.00

Kekurangan volume cairan

berhubungan dengan

perdarahan terus menerus

1. Memonitor intake

dan output setiap

5-10 menit karena

perubahan output

merupakan tanda

adanya gangguan

fungsi ginjal

2. Memonitor tanda

vital karena

perubahan tanda

vital terjadi bila

perdarahan

semakin hebat

5. Melakukan masage

uterus dengan satu

tangan serta

S : klien

mengatakan

perdarahan yang

keluar dari vagina

sudah berkurang.

O : TTV dalam

batas normal

A : masalah

kekurangan volume

cairan teratasi

sebagian

P : pertahankan

balance cairan tubuh

klien

Page 9: Kasus solusio

tangan lainnya

diletakan diatas

simpisis untuk

Merangsang

kontraksi uterus

dan membantu

pelepasan

placenta, satu

tangan diatas

simpisis

mencegah

terjadinya inversio

uteri

3. Membatasi

pemeriksaan

vagina dan

rectum karena

trauma meningkat

terjadi perdarahan

yang lebih hebat,

bila terjadi

laserasi pada

serviks /

perineum atau

terdapat hematom

Kolaborasi

1. Berkolaborasi

dalam pemberian

Infus atau cairan

intravena karena

merangsang

Page 10: Kasus solusio

kontraksi uterus

dan mengontrol

perdarahan

2. Memberikan

antibiotik untuk

mencegah infeksi

yang mungkin

terjadi

3. Transfusi whole

blood (bila perlu)

karena Membantu

menormalkan

volume cairan

tubuh

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny M dengan

solusio plasenta parsialis dirawat di RSIA dengan memperhatikan tahapan proses keperawatan

mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.

Rumusan pembahasan yang penulis buat dengan bertitik tolak dari masalah keperawatan pada

Ny. M serta tinjauan teori yang penulis gunakan. Penulis dalam menegakkan diagnosa

keperawatan berdasarkan hierarki kebutuhan dasar Maslow. Lima dari tingkat tersebut adalah

kebutuhan fisiologis, keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki, harga diri dan

aktualisasi diri.

Adapun masalah keperawatan yang muncul pada Ny. M dengan solusio plasenta parsialis

adalah sebagai berikut :

A. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus

Page 11: Kasus solusio

Kekurangan volume cairan adalah keadaan dimana seseorang individu yang tidak menjalani

puasa mengalami atau beresiko dehidrasi vaskuler, interstitial atau intravaskules. (Carpenito,

2000). Penulis merumuskan diagnosa ini karena pada pengkajian pada Ny. M diperoleh data

klien mengeluh mengalami perdarahan melalui vagina berwarna kehitaman sejak tadi malam,

mengatakan mempunyai riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya. Hasil pemeriksaan

fisik yaitu : TTV : TD= 80/55 mmHg, Nadi : 110x/menit , RR : 28x/menit, Suhu: 36 oC,

Klien terlihat pucat, lemah, kulit klien teraba dingin, TFU = 36 cm, konjungtiva anemis,

pembalut penuh dengan darah berwarna kehitaman, hasil pemeriksaan USG terlihat solusio

plasenta parsialis dengan hematoma, perdarahan aktif (+). Data tambahan yang bisa

mendukung diagnosa ini adalah dari inspekulo, tampak darah mengalir dari ostium berwarna

merah kehitaman, Hb (6,8 g/dL) , turunnya kadar fibrinogen (106 mg/L), dan meningkatnya,

kadar D-dimer (2,0 mg/L). Dari data inilah memunculkan diagnosa Kekurangan volume

cairan berhubungan dengan perdarahan terus menerus. Yang mana sebenarnya diagnosa ini

tidak sesuai dengan teori.

Intervensi yang sudah ditetapkan penulis pada tanggal 19 januari 2011 adalah untuk

mengatasi kekurangan volume cairan, penulis mengambil perencanaan yang lebih spesifik ke

arah kekurangan volume cairan. Tujuannya yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 1 x 24 jam klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan. Adapun intervensi

yang penulis tetapkan adalah Monitor intake dan output setiap 5-10 menit, Monitor tanda

vital TD 120/80 mmHg, nadi: 88 x/menit, RR 22 – 24 x/menit, suhu 36-37° C), Lakukan

masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis, Batasi

pemeriksaan vagina dan rectum sedangkan kolaborasi Infus atau cairan intravena, Antibiotik,

Transfusi whole blood ( bila perlu ), rasionalnya adalah Perubahan output merupakan tanda

adanya gangguan fungsi ginjal, Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat,

Merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis

mencegah terjadinya inversio uteri, Trauma meningkat terjadi perdarahan yang lebih hebat,

bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom, Merangsang kontraksi

uterus dan mengontrol perdarahan, mencegah infeksi yang mungkin terjadi, membantu

menormalkan volume cairan tubuh.

Page 12: Kasus solusio

Diagnosa ini kami angkat menjadi diagnosa utama karena, jika kekurangan volume cairan

tidak segera diatasi maka akan terjadi shock dan mengakibatkan resiko kematian ibu dan

janin

B. Gangguan Rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan

Nyeri adalah keadaan, individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam

berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya dengan batasan karakteristik individu

melihatkan dan melaporkan ketidaknyamanan, tekanan darah meningkat, nadi meningkat,

respiratori meningkat, posisi berhati-hati, raut wajah kesakitan, merintih. (Carpenito, 2000:52).

Nyeri merupakan suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul pada jaringan yang rusak dan

menyebabkan individu bereaksi untuk menghilangkan rangsang nyeri tersebut dan nyeri

merupakan suatu pengalaman pribadi yang unik dan kompleks. (Long, 1996: 301).

Pada Bab II, penulis merumuskan diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman

nyeri,berhubungan dengan trauma jaringan. Setelah penulis menganalisa, nyeri bukan

disebabkan karena kontraksi janin melainkan karena adanya distensi uterus akibat dari

hematoma, hematoma karena rupture pembuluh darah arteri spinalis. Didukung oleh data

subyektif klien mengeluh nyeri apalagi dipalpasi. Data obyektif. Karena pada saat pengkajian

didapatkan data klien mengeluh nyeri apalagi, saat perut ditekan. TTV : nadi = 110 x/menit, RR

= 28x/menit, Uterus keras, Uterus Tegang seperti papan , Nyeri tekan +, Klien tampak kesakitan,

Hasil pemeriksaan USG terlihat solusio plasenta parsialis dengan hematoma

Tujuannya yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri hilang.

Adapun intervensi yang akan dilakukan adalah mengkaji tingkat dan karakteristik nyeri

rasionalnya untuk membantu mengevaluasi derajat nyeri dan untuk melakukan tehnik relaksasi

nafas dalam rasionalnya untuk meningkatkan relaksasi ketegangan otot dan untuk mengalihkan

rasa nyeri agar intensitas nyeri dapat menurun. Menciptakan lingkungan yang nyaman

rasionalnya dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional klien. Memonitor tanda-

tanda vital rasionalnya untuk mengetahui respon autonomik dari nyeri yaitu perubahan pada

tekanan darah, peningkatan denyut nadi dan pernafasan serta perubahan suhu tubuh yang

berhubungan dengan keluhan atau penghilangan nyeri.

Page 13: Kasus solusio

C. Resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta

Resiko gawat janin adalah suatu keadaan dimana janin mengalami asfiksia, Karena uterus

tetap teregang akibat adanya hasil pembuahan, organ ini tidak mampu mengadakan kontraksi

yang memadai guna menekan pembuluh darah yang ruptur yang menyuplai kebutuhan nutrisi

dan oksigen bagi plasenta tersebut. Dengan adanya tanda Klien mengeluh janin yang ada

didalam kandungannya bergerak aktif. Dari hasil pemeriksaan fisik : His (- ), DJJ dan palpasi

janin sulit. Dari hasil pemeriksaan USG : DJJ = 82 x /menit , Aktivitas janin lemah.

Secara teori resiko gawat janin tidak ada namun sesuai dengan data diatas kami mengangkat

diagnosa keperawatan resiko gawat janin berhubungan dengan solusio plasenta

DAFTAR PUSTAKA

Heller,Luz. 1991 . Gawat darurat ginekologi dan obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn E, dkk,. 2001. Rencana perawatan maternal atau bayi. Edisi 2. Jakarta:

EGC