porto apendik.docx
-
Upload
pratiwi-putri-masrul -
Category
Documents
-
view
33 -
download
1
Transcript of porto apendik.docx
BORANG PORTOFOLIO
No ID Dan Nama Peserta :
No ID Dan Nama Wahana : RSUD Sawahlunto
Topik : Appendicitis akut
Tanggal Kasus : 23-09-2012
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Fatma Yanti
Tempat Presentasi : Aula RSUD Sawahlunto
Objektif Presentasi :
oNeonates oBayi oRemaja oDewasa oLansia oBumil
Deskripsi : Laki-laki 21 tahun masuk IGD RSUD Sawahlunto pukul
09.10 rujukan puskesmas talawi dengan keluhan nyeri
perut kanan bawah lebih kurang 3 jam SMRS.
Tujuan : Mampu mengenali tanda – tanda apendisitis akut, mampu
melakukan tatalaksana awal, dan mampu mengetahui
kompllikasi apendisitis akut.
Bahan Bahasan :
oTinjauan Pustaka oRiset oKasus oAudit
Cara Membahas :
oDiskusi oPresentasi dan Diskusi oEmail oPos
Data Pasien :
Nama / No registrasi : Pupung Suganda / 911912
Nama Klinik : RSUD Sawahlunto
oKeilmuan oKeterampilan oPenyegaran oTinjauan Pustaka
oDiagnostik o Manajemen oMasalah o Istimewa
Data Utama Untuk Bahan Diskusi
1. Gambaran Klinis
Laki-laki usia 21 tahun masuk IGD RSUD Sawahlunto tanggal 23-09-2012 pukul
09.10 WIB rujukan puskesmas talawi, terpasang infus RL dengan keluhan nyeri
perut sebelah kanan bawah yang semakin memberat sejak 3 jam sebelum masuk
RS.
2. Keluhan Utama
Nyeri perut sebelah kanan bawah yang semakin memberat sejak 3 jam sebelum
masuk RS.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak dua hari yang lalu pasien mengeluh nyeri perut dibawah pusat dan hari
berikutnya nyeri perut berpindah dan menetap di perut kanan bawah. Nyeri terasa
terus menerus. Pasien mengeluh mual (+), muntah (-). Demam dirasakan sejak
satu hari yang lalu, tidak terlalu tinggi, tidak menggigil, tidak hilang timbul
disertai penurunan nafsu makan. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada
keluhan.
4. Riwayat Pengobatan
Pasien berobat ke puskesmas talawi dan di pasang IVFD RL 20 tts/menit, hyosin
1x1, antacid 3x1, amoxicillin 3x1, paracetamol 3x1.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat nyeri perut bawah kanan sebelumnya tidak ada.
Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat penyakit jantung (-)
6. Riwayat Keluarga
Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat penyakit jantung (-)
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis cooperatif
Suhu : 38,5 0 C
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Pernapasan : 22 x / menit
Nadi : 82 x / menit
Kulit : turgor normal, tidak sianosis, tidak ikterik
Kelenjar limfe : tidak membesar
Mata : sclera ikterik (-), conjungtiva anemis (-)
Thorak :
Cor : S1-2 reguler, bising (-)
Pulmo : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen :
Inspeksi : simetris, datar ,jaringan parut (-)
Palpasi : defense muscular (-), Rovsing sign (+), Blumberg
sign (+), Nyeri tekan titik MC Burney (+) Nyeri
lepas (-), Nyeri ketok CVA (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Lain-lain : Psoas sign (+), Obturator sign (+)
Alvarado Score :
The Modified Alvarado Score Skor
Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut kanan bawah
1
Mual-Muntah 1
Anoreksia 1
Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Demam diatas 37,5 ° C 1
Pemeriksaan Lab
Leukositosis
Hitung jenis leukosit shift to the left
Total 7
8. Diagnosis Kerja
Suspek appendicitis akut
Differential Diagnose
Urolitiasis
9. Pemeriksaan Penunjang
Hb :15,4 g/dl
Leukosit : 12.900/ mm3
Ht : 41%
Trombosit : 298.000/ mm3
Alvarado score : 9
10. Diagnosis Kerja : Suspek appendisiti akut
11. Penatalaksanaan
Konsul Dr.Alwin Sp.B
IVFD RL 8 jam/ kolf
Ceftriaxone 2x 1 gr (skin test)
Metronidazole 3x 1 infs
12. Follow Up
Tanggal Klinis Instruksi Dokter
24-09-12 S/ demam (+) Mual (+), nyeri perut (+)
O/ Tanda vital : TD
120/80ND
82 x /iNF
22 x /iT
37.8 C
Abdomen : NT kanan bawah (+), DM (-),
Timpani, BU (+) N
A/ susp.appendisitis akut
IVFD RL 8 jam/ kolf
Ceftriaxone 2x 1 gr
Metronidazole 3x 1 infs
Omeprazole 1 ampul
Rencana OK besok
Puasa mulai nanti malam
25-09-12 S/ Demam (+) Mual (+) nyeri perut (+)
O/ Tanda vital : TD
110/80ND
82 x / iNF
22 x / iT
38 C
Abdomen : NT kanan bawah (+), DM (-),
Timpani, BU (+) N
A/ susp.appendisitis akut
13.00 wib pasien masuk OK
dr bedah : dr.Alwin, SpB
diagnosis pre op: susp.appendsitis akut
jenis operasi: LE + appendiktomi
diagnosis post op: appendicitis perforasi
instruksi post op: puasa sampai BU (+)
tidur telentang 24 jam
mobilisasi
Th/lanjut
IVFD RL 8 jam/ kolf
Ceftriaxone 2x 1 gr
Metronidazole 3x 1 infs
Ketoprofen 2x1 ampl
Omeprazole 1x1 ampl
Cek Hb post op
26-09-12 S/ demam (+)
Nyeri bekas op (+)
Th/ lain lanjut
PCT 3x500mg, diet ML
Flatus (+)
O/ Tanda vital : TD
110/70ND
82 x / iNF
22 x / iT
37.6 C
Abdomen: distensi (-), NT (-), Bu (+)N
Hb : 11,6 gr/dl
Leukosit: 7.700/mm3
A/post LE + appendiktomi hari pertama
Obs febris hari I
27-09-12 S/ demam (+)
Nyeri bekas op (+)
O/ Tanda vital : TD
120/70ND
85 x /iNF
18 x / iT
37.8 C
Abdomen: distensi (-), NT (-), Bu (+)
A/post LE + appendiktomi hari kedua
Obs febris hari II
Th/ lain lanjut
Mobilisasi
28-09-12 S/ demam (+)
Luka kering
Nyeri bekas op (+)
O/ Tanda vital : TD
110/70ND
89 x / iNF
20 x / iT
37.5C
Abdomen: distensi (-), NT (-), Bu (+)N
A/post LE + appendiktomi hari ketiga
Obs febris hari III
Th/ lain lanjut
29-09-12 S/ demam (+) mendingin
Luka kering
Nyeri bekas op (+)
O/ Tanda vital : TD
110/70ND
82 x / iNF
22 x / iT
37.8 C
Abdomen: distensi (-), NT (-), Bu (+)N
A/post LE + appendiktomi hari keempat
Obs febris hari IV
Th/ lain lanjut
Cek malaria
Cek widal
1-10-12 S/ demam (+) berkurang Cefadroxil 2x1 tab
Luka kering
Nyeri bekas op (+)
O/ Tanda vital : TD
110/70ND
82 x / iNF
22 x / iT
37 C
Abdomen: distensi (-), NT (-), Bu (+)
Labor:
Hb : 10,7 g/dl
Leukosit : 9.500/ mm3
Ht : 32%
Trombosit : 193.000/ mm3
Malaria : saat ini tidak ditemukan
Widal : H 1/80 , O 1/80
A/post LE + appendiktomi hari keenam
Pasien boleh pulang
Ketoprofen 2x1 tab
Paracetamol 3x1 tab
Sohobion 1x1 tab
Hasil Pembelajaran
1. Mengetahui tanda – tanda apendisitis akut
2. Melakukan tatalaksana awal
3. Mengetahui kompllikasi apendisitis akut
Subjektif
Sejak dua hari yang lalu pasien mengeluh nyeri perut dibawah pusat dan hari
berikutnya nyeri perut berpindah dan menetap di perut kanan bawah. Nyeri terasa
terus menerus. Pasien mengeluh mual (+), muntah (-). Demam dirasakan sejak
satu hari yang lalu, tidak terlalu tinggi, tidak menggigil, tidak hilang timbul
disertai penurunan nafsu makan. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada
keluhan. Pasien berobat ke puskesmas talawi dan di pasang IVFD RL 20
tts/menit, hyosin 1x1, antacid 3x1, amoxicillin 3x1, paracetamol 3x1. Pasien
bellum pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya.
Objektif
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis cooperatif
Tanda vital : TD
120/70ND
82 x / iNF
22 x / iT
38.5 C
Mata : sclera ikterik (-), conjungtiva anemis (-)
Kelenjar limfe : tidak membesar
Abdomen :
Inspeksi : simetris, datar ,jaringan parut (-)
Palpasi : defense muscular (-), Rovsing sign (+), Blumberg
sign (+), Nyeri tekan titik MC Burney (+)
Perkusi : timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Lain-lain : Psoas sign (+), Obturator sign (+)
Alvarado Score : 9
Assessment
Apendisitis Akut
A. ANATOMI
Appendix merupakan organ berbentuk cacing, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15
cm) dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di
bagian distal. Namun demikian, pada bayi, appendix berbentuk kerucut, lebar pada
pangkalnya dan menyempit kea rah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab
rendahnya insiden apendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks terletak
intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan geraknya
bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya.
Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum,
dibelakang kolon asendens, atau ditepi lateral kolon asendens. Gejala klinis apendisitis
ditentukan oleh letak apendiks.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n. Vagus yang mengikuti a.mesenterika
superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X.
oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula di sekitar umbilicus.
Perdarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri kolateral. Jika
arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami
gangrene.
B. FISIOLOGI
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam
lumen dan selanjutnya mengalir kedalam sekum. Hambatan aliran lendir di muara
apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.
Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue)
yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Immunoglobulin
itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan
apendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini
kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.
C. ETIOLOGI
Apendisitis akut merupakan infeksi bacteria. Berbagai hal berperan sebagai factor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan factor yang diajukan sebagai factor
pencetus disamping hyperplasia jaringan limf, fekalit (feses keras), tumor apendiks, dan
cacing askariasis dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat
menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.
hystolitica. Apendisitis infiltrate terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi
ditutupi pendindingan oleh omentum dan atau keluk usus.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan
pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya
apendisitis akut.
D. DIAGNOSIS
Gejala Klinis
Gejala Appendicitis acuta umumnya timbul kurang dari 36 jam, dimulai
dengan nyeri perut yang didahului anoreksia. Gejala utama Appendicitis acuta
adalah nyeri perut. Awalnya, nyeri dirasakan difus terpusat di epigastrium, lalu
menetap, kadang disertai kram yang hilang timbul. Durasi nyeri berkisar antara 1-
12 jam, dengan rata-rata 4-6 jam. Nyeri yang menetap ini umumnya terlokalisasi
di RLQ. Variasi dari lokasi anatomi Appendix berpengaruh terhadap lokasi nyeri,
sebagai contoh; Appendix yang panjang dengan ujungnya yang inflamasi di LLQ
menyebabkan nyeri di daerah tersebut, Appendix di daerah pelvis menyebabkan
nyeri suprapubis, retroileal Appendix dapat menyebabkan nyeri testicular.
Umumnya, pasien mengalami demam saat terjadi inflamasi Appendix,
biasanya suhu naik hingga 38oC. Tetapi pada keadaan perforasi, suhu tubuh
meningkat hingga > 39oC. Anoreksia hampir selalu menyertai Appendicitis. Pada
75% pasien dijumpai muntah yang umumnya hanya terjadi satu atau dua kali saja.
Muntah disebabkan oleh stimulasi saraf dan ileus. Umumnya, urutan munculnya
gejala Appendicitis adalah anoreksia, diikuti nyeri perut dan muntah. Bila muntah
mendahului nyeri perut, maka diagnosis Appendicitis diragukan. Muntah yang
timbul sebelum nyeri abdomen mengarah pada diagnosis gastroenteritis.
Sebagian besar pasien mengalami obstipasi pada awal nyeri perut dan
banyak pasien yang merasa nyeri berkurang setelah buang air besar. Diare timbul
pada beberapa pasien terutama anak-anak. Diare dapat timbul setelah terjadinya
perforasi Appendix.
Tabel 1. Gejala Appendicitis acuta
Gejala* Frekuensi (%)
Nyeri perut 100
Anorexia 100
Mual 90Muntah 75
Nyeri berpindah 50
Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah ke RLQ kemudian demam yang tidak terlalu tinggi)
50
*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam
Gejala Appendicitis yang terjadi pada anak dapat bervariasi, mulai dari yang
menunjukkan kesan sakit ringan hingga anak yang tampak lesu, dehidrasi, nyeri lokal
pada perut kanan bawah, bayi yang tampak sepsis. Pasien dengan peritonitis difus
biasanya bernafas mengorok. Pada beberapa kasus yang meragukan, pasien dapat
diobservasi dulu selama 6 jam. Pada penderita Appendicitis biasanya menunjukkan
peningkatan nyeri dan tanda inflamasi yang khas.
Pada pemeriksaan fisik, perubahan suara bising usus berhubungan dengan
tingkat inflamasi pada Appendix. Hampir semua pasien merasa nyeri pada nyeri
lokal di titik Mc Burney’s. Tetapi pasien dengan Appendix retrocaecal
menunjukkan gejala lokal yang minimal. Adanya psoas sign, obturator sign, dan
Rovsing’s sign bersifat konfirmasi dibanding diagnostik. Pemeriksaan rectal
toucher juga bersifat konfirmasi dibanding diagnostik, khususnya pada pasien
dengan pelvis abscess karena ruptur Appendix.
Diagnosis Appendicitis sulit dilakukan pada pasien yang terlalu muda atau
terlalu tua. Pada kedua kelompok tersebut, diagnosis biasanya sering terlambat
sehingga Appendicitisnya telah mengalami perforasi. Pada awal perjalanan
penyakit pada bayi, hanya dijumpai gejala letargi, irritabilitas, dan anoreksia.
Selanjutnya, muncul gejala muntah, demam, dan nyeri.
Pemeriksaan fisik
Secara klinis, dikenal beberapa manuver diagnostik:
Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri
bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan. Hal ini menggambarkan
iritasi peritoneum. Sering positif pada Appendicitis namun tidak
spesifik.
Psoas sign atau
Obraztsova’s sign
Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi
dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri pada kanan bawah.
Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi
internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada
hipogastrium atau vagina.
Tabel 1. Sign of Appendicitis
Secara teori, peradangan akut Appendix dapat dicurigai dengan adanya nyeri pada
pemeriksaan rektum (Rectal toucher). Namun, pemeriksaan ini tidak spesifik untuk
Appendicitis. Jika tanda-tanda Appendicitis lain telah positif, maka pemeriksaan rectal
toucher tidak diperlukan lagi.
The Modified Alvarado Score Skor
Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut kanan bawah
1
Mual-Muntah 1
Anoreksia 1
Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2
Nyeri lepas 1
Demam diatas 37,5 ° C 1
Pemeriksaan Lab
Leukositosis 2
Hitung jenis leukosit shift to the left 1
Total 10
Tabel 2. Alvarado scale untuk membantu menegakkan diagnosis.
Interpretasi dari Modified Alvarado Score:
1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut
5-7 : sangat mungkin apendisitis akut
8-10 : pasti apendisitis akut
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Leukositosis ringan berkisar antara 10.000-18.000/ mm3, biasanya didapatkan pada
keadaan akut, Appendicitis tanpa komplikasi dan sering disertai predominan
polimorfonuklear sedang. Jika hitung jenis sel darah putih normal tidak ditemukan shift
to the left pergeseran ke kiri, diagnosis Appendicitis acuta harus dipertimbangkan. Jarang
hitung jenis sel darah putih lebih dari 18.000/ mm3 pada Appendicitis tanpa komplikasi.
Hitung jenis sel darah putih di atas jumlah tersebut meningkatkan kemungkinan
terjadinya perforasi Appendix dengan atau tanpa abscess.
Ultrasonografi
Ultrasonografi cukup bermanfaat dalam menegakkan diagnosis Appendicitis.
Appendix diidentifikasi/ dikenal sebagai suatu akhiran yang kabur, bagian usus yang
nonperistaltik yang berasal dari Caecum. Dengan penekanan yang maksimal, Appendix
diukur dalam diameter anterior-posterior. Penilaian dikatakan positif bila tanpa kompresi
ukuran anterior-posterior Appendix 6 mm atau lebih. Ditemukannya appendicolith akan
mendukung diagnosis. Gambaran USG dari Appendix normal, yang dengan tekanan
ringan merupakan struktur akhiran tubuler yang kabur berukuran 5 mm atau kurang, akan
menyingkirkan diagnosis Appendicitis acuta. Penilaian dikatakan negatif bila Appendix
tidak terlihat dan tidak tampak adanya cairan atau massa pericaecal. Sewaktu diagnosis
Appendicitis acuta tersingkir dengan USG, pengamatan singkat dari organ lain dalam
rongga abdomen harus dilakukan untuk mencari diagnosis lain. Pada wanita-wanita usia
reproduktif, organ-organ panggul harus dilihat baik dengan pemeriksaan transabdominal
maupun endovagina agar dapat menyingkirkan penyakit ginekologi yang mungkin
menyebabkan nyeri akut abdomen. Diagnosis Appendicitis acuta dengan USG telah
dilaporkan sensitifitasnya sebesar 78%-96% dan spesifitasnya sebesar 85%-98%. USG
sama efektifnya pada anak-anak dan wanita hamil, walaupun penerapannya terbatas pada
kehamilan lanjut.
USG memiliki batasan-batasan tertentu dan hasilnya tergantung pada pemakai.
Penilaian positif palsu dapat terjadi dengan ditemukannya periappendicitis dari
peradangan sekitarnya, dilatasi Tuba fallopi, benda asing (inspissated stool) yang dapat
menyerupai appendicolith, dan pasien obesitas Appendix mungkin tidak tertekan karena
proses inflamasi Appendix yang akut melainkan karena terlalu banyak lemak. USG
negatif palsu dapat terjadi bila Appendicitis terbatas hanya pada ujung Appendix, letak
retrocaecal, Appendix dinilai membesar dan dikelirukan oleh usus kecil, atau bila
Appendix mengalami perforasi oleh karena tekanan.
Pemeriksaan radiologi
Foto polos abdomen jarang membantu diagnosis Appendicitis acuta, tetapi dapat
sangat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pada pasien Appendicitis
acuta, kadang dapat terlihat gambaran abnormal udara dalam usus, hal ini merupakan
temuan yang tidak spesifik. Adanya fecalith jarang terlihat pada foto polos, tapi bila
ditemukan sangat mendukung diagnosis. Foto thorax kadang disarankan untuk
menyingkirkan adanya nyeri alih dari proses pneumoni lobus kanan bawah.
Teknik radiografi tambahan meliputi CT Scan, barium enema, dan radioisotop
leukosit. Meskipun CT Scan telah dilaporkan sama atau lebih akurat daripada
USG, tapi jauh lebih mahal. Karena alasan biaya dan efek radiasinya, CT Scan
diperiksa terutama saat dicurigai adanya Abscess appendix untuk melakukan
percutaneous drainage secara tepat.
Diagnosis berdasarkan pemeriksaan barium enema tergantung pada penemuan yang tidak
spesifik akibat dari masa ekstrinsik pada Caecum dan Appendix yang kosong dan
dihubungkan dengan ketepatan yang berkisar antara 50-48 %. Pemeriksaan radiografi
dari pasien suspek Appendicitis harus dipersiapkan untuk pasien yang diagnosisnya
diragukan dan tidak boleh ditunda atau diganti, memerlukan operasi segera saat ada
indikasi klinis.
E. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari Appendicitis acuta pada dasarnya adalah diagnosis dari akut
abdomen. Hal ini karena manifestasi klinik yang tidak spesifik untuk suatu penyakit
tetapi spesifik untuk suatu gangguan fisiologi atau gangguan fungsi. Jadi pada dasarnya
gambaran klinis yang identik dapat diperoleh dari berbagai proses akut di dalam atau di
sekitar cavum peritoneum yang mengakibatkan perubahan yang sama seperti
Appendicitis acuta.
Ada beberapa keadaan yang merupakan kontraindikasi operasi, namun pada
umumnya proses-proses penyakit yang diagnosisnya sering dikacaukan oleh Appendicitis
sebagian besar juga merupakan masalah pembedahan atau tidak akan menjadi lebih buruk
dengan pembedahan.
Diagnosis banding Appendicitis tergantung dari 3 faktor utama: lokasi anatomi dari
inflamasi Appendix, tingkatan dari proses dari yang simple sampai yang perforasi, serta
umur dan jenis kelamin pasien.
1. Gastroenteritis akut
a. Penyakit ini sangat umum pada anak-anak tapi biasanya mudah dibedakan
dengan Appendicitis. Gastroentritis karena virus merupakan salah satu
infeksi akut self limited dari berbagai macam sebab, yang ditandai dengan
adanya diare, mual, dan muntah. Nyeri hiperperistaltik abdomen
mendahului terjadinya diare. Hasil pemeriksaan laboratorium biasanya
normal.
2. Infeksi saluran kencing
Pyelonephritis acuta, terutama yang terletak di sisi kanan dapat
menyerupai Appendicitis acuta letak retroileal. Rasa dingin, nyeri costo
vertebra kanan, dan terutama pemeriksaan urine biasanya cukup untuk
membedakan keduanya.
3. Batu Urethra
Bila calculus tersangkut dekat Appendix dapat dikelirukan dengan
Appendicitis retrocaecal. Nyeri alih ke daerah labia, scrotum atau penis,
hematuria, dan atau tanpa demam atau leukositosis mendukung adanya
batu. Pyelografi dapat memperkuat diagnosis.
4. Kelainan–kelainan ginekologi
Umumnya kesalahan diagnosis Appendicitis acuta tertinggi pada wanita
dewasa muda disebabkan oleh kelainan–kelainan ginekologi. Angka rata-
rata Appendectomy yang dilakukan pada Appendix normal yang pernah
dilaporkan adalah 32%–45% pada wanita usia 15–45 tahun. Penyakit–
penyakit organ reproduksi pada wanita sering dikelirukan sebagai
Appendicitis, dengan urutan yang tersering adalah PID, ruptur folikel de
Graaf, kista atau tumor ovarium, endometriosis dan ruptur kehamilan
ektopik. Laparoskopi mempunyai peranan penting dalam menentukan
diagnosis.
a. Pelvic Inflammatory Disease (PID)
Infeksi ini biasanya bilateral tapi bila yang terkena adalah tuba sebelah
kanan dapat menyerupai Appendicitis. Mual dan muntah hampir selalu
terjadi pada pasien Appendicitis. Pada pasien PID hanya sekitar
separuhnya.
b. Ruptur Folikel de Graaf
Ovulasi sering mengakibatkan keluarnya darah dan cairan folikuler serta
nyeri yang ringan pada abdomen bagian bawah. Bila cairan sangat banyak
dan berasal dari ovarium kanan, dapat dikelirukan dengan Appendicitis.
Nyeri dan nyeri tekan agak difus. Leucositosis dan demam minimal atau
tidak ada. Karena nyeri ini terjadi pada pertengahan siklus menstruasi,
sering disebut mittelschmerz.
F. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi :
Perforasi : Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya
perforasi. Perforasi appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang
ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh perut dan perut
menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh perut,
peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus paralitik.
Peritonitis : Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat
terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas
pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata.
Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus
kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam
lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin
syok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen tegang,
kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus menghilang
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien Appendicitis acuta yaitu
1. Pemasangan infus dan pemberian kristaloid untuk pasien dengan gejala klinis
dehidrasi atau septikemia.
2. Puasakan pasien, jangan berikan apapun per oral
3. Pemberian obat-obatan analgetika harus dengan konsultasi ahli bedah.
4. Pemberian antibiotika i.v. pada pasien yang menjalani laparotomi.
5. Pertimbangkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita usia subur dan
didapatkan beta-hCG positif secara kualitatif.
Bila dilakukan pembedahan, terapi pada pembedahan meliputi; antibiotika profilaksis
harus diberikan sebelum operasi dimulai pada kasus akut, digunakan single dose dipilih
antibiotika yang bisa melawan bakteri anaerob.
H. PROGNOSIS
Mortalitas dari Appendicitis di USA menurun terus dari 9,9% per 100.000
pada tahun 1939 sampai 0,2% per 100.000 pada tahun 1986. Faktor- faktor yang
menyebabkan penurunan secara signifikan insidensi Appendicitis adalah sarana
diagnosis dan terapi, antibiotika, cairan i.v., yang semakin baik, ketersediaan
darah dan plasma, serta meningkatnya persentase pasien yang mendapat terapi
tepat sebelum terjadi perforasi.
Plan
Diagnosis
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan diagnosis suspect
appendisitis akut.
Pengobatan
Pada pasien dilakukan pemasagan IVFD RL 8 jam/ kolf, injeksi ceftriaxone 2x1gram,
dan metranidazole infus 3x1 infs.
Pendidikan
Pada pasien dan keluarga dijelaskan tentang penyakitnya meliputi faktor resiko, gejala
klinis, komplikasi, dan prognosis appendicitis akut.
Konsultasi
Pasien dikonsultasikan kepada dokter bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Daftar Pustaka
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan
Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-
645.
Simpson, J., Humes, D. J., “Acute Appendicitis”, BMJ,
http://www.bmj.com/cgi/content/full/333/7567/530, 9 September 2006, 333: 530-
536.
Bachtiar Murtala, radiological imaging on acute appendicities, jurnal kedokteran
yarsi:14 (2):164-168 (2000).
Appendicitis [Internet] [updated September 2010; cited April 2011]. Available
from: http://en.wikipedia.org/wiki/Appendicitis
Porotofolio 1
APPENDISITIS AKUT
Oleh
dr.Pratiwi Putri Masrul
Dokter Internsip
Pendamping
Dr. Fatma Yanti
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KOTA SAWAHLUNTO
2012
REVISI
FOLLOW UP
25-09-12 S/ Demam (+)
Mual (+)
O/ Tanda vital : TD
110/80ND
82 x / iNF
22 x / iT
38 C
Abdomen : NT kanan bawah (+), DM (-),
Timpani, BU (+) N
A/ susp.appendisitis akut
13.00 wib pasien masuk OK
dr bedah : dr.Alwin, SpB
diagnosis pre op: susp.appendsitis akut
jenis operasi: LE + appendictomy
diagnosis post op: appendicitis perforasi
instruksi post op: puasa sampai BU (+)
tidur telentang 24 jam
mobilisasi
IVFD RL 8 jam/ kolf
Ceftriaxone 2x 1 gr
Metronidazole 3x 1 infs
Ketoprofen 2x1 ampl
Omeprazole 1x1 ampl
Cek Hb post op
Alvarado score sebelum laboratorium : 7
Alvarado score setelah laboratorium : 9
Diagnosis post op : post LE + Appendiktomi
•