porto apendik.docx

28
BORANG PORTOFOLIO No ID Dan Nama Peserta : No ID Dan Nama Wahana : RSUD Sawahlunto Topik : Appendicitis akut Tanggal Kasus : 23-09-2012 Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Fatma Yanti Tempat Presentasi : Aula RSUD Sawahlunto Objektif Presentasi : o Neonates o Bayi o Remaja o Dewasa o Lansia o Bumil Deskripsi : Laki-laki 21 tahun masuk IGD RSUD Sawahlunto pukul 09.10 rujukan puskesmas talawi dengan keluhan nyeri perut kanan bawah lebih kurang 3 jam SMRS. Tujuan : Mampu mengenali tanda – tanda apendisitis akut, mampu o Keilmua n o Keterampi lan o Penyegar an o Tinjauan Pustaka o Diagnos tik o Manajemen o Masalah o Istimewa

Transcript of porto apendik.docx

Page 1: porto apendik.docx

BORANG PORTOFOLIO

No ID Dan Nama Peserta :

No ID Dan Nama Wahana : RSUD Sawahlunto

Topik : Appendicitis akut

Tanggal Kasus : 23-09-2012

Tanggal Presentasi :

Pendamping : dr. Fatma Yanti

Tempat Presentasi : Aula RSUD Sawahlunto

Objektif Presentasi :

oNeonates oBayi oRemaja oDewasa oLansia oBumil

Deskripsi : Laki-laki 21 tahun masuk IGD RSUD Sawahlunto pukul

09.10 rujukan puskesmas talawi dengan keluhan nyeri

perut kanan bawah lebih kurang 3 jam SMRS.

Tujuan : Mampu mengenali tanda – tanda apendisitis akut, mampu

melakukan tatalaksana awal, dan mampu mengetahui

kompllikasi apendisitis akut.

Bahan Bahasan :

oTinjauan Pustaka oRiset oKasus oAudit

Cara Membahas :

oDiskusi oPresentasi dan Diskusi oEmail oPos

Data Pasien :

Nama / No registrasi : Pupung Suganda / 911912

Nama Klinik : RSUD Sawahlunto

oKeilmuan oKeterampilan oPenyegaran oTinjauan Pustaka

oDiagnostik o Manajemen oMasalah o Istimewa

Page 2: porto apendik.docx

Data Utama Untuk Bahan Diskusi

1. Gambaran Klinis

Laki-laki usia 21 tahun masuk IGD RSUD Sawahlunto tanggal 23-09-2012 pukul

09.10 WIB rujukan puskesmas talawi, terpasang infus RL dengan keluhan nyeri

perut sebelah kanan bawah yang semakin memberat sejak 3 jam sebelum masuk

RS.

2. Keluhan Utama

Nyeri perut sebelah kanan bawah yang semakin memberat sejak 3 jam sebelum

masuk RS.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak dua hari yang lalu pasien mengeluh nyeri perut dibawah pusat dan hari

berikutnya nyeri perut berpindah dan menetap di perut kanan bawah. Nyeri terasa

terus menerus. Pasien mengeluh mual (+), muntah (-). Demam dirasakan sejak

satu hari yang lalu, tidak terlalu tinggi, tidak menggigil, tidak hilang timbul

disertai penurunan nafsu makan. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada

keluhan.

4. Riwayat Pengobatan

Pasien berobat ke puskesmas talawi dan di pasang IVFD RL 20 tts/menit, hyosin

1x1, antacid 3x1, amoxicillin 3x1, paracetamol 3x1.

5. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat nyeri perut bawah kanan sebelumnya tidak ada.

Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat penyakit jantung (-)

6. Riwayat Keluarga

Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat penyakit jantung (-)

7. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis cooperatif

Suhu : 38,5 0 C

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Pernapasan : 22 x / menit

Nadi : 82 x / menit

Page 3: porto apendik.docx

Kulit : turgor normal, tidak sianosis, tidak ikterik

Kelenjar limfe : tidak membesar

Mata : sclera ikterik (-), conjungtiva anemis (-)

Thorak :

Cor : S1-2 reguler, bising (-)

Pulmo : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-

Abdomen :

Inspeksi : simetris, datar ,jaringan parut (-)

Palpasi : defense muscular (-), Rovsing sign (+), Blumberg

sign (+), Nyeri tekan titik MC Burney (+) Nyeri

lepas (-), Nyeri ketok CVA (-)

Perkusi : timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Lain-lain : Psoas sign (+), Obturator sign (+)

Alvarado Score :

The Modified Alvarado Score Skor

Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut kanan bawah

1

Mual-Muntah 1

Anoreksia 1

Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2

Nyeri lepas 1

Demam diatas 37,5 ° C 1

Pemeriksaan Lab

Leukositosis

Hitung jenis leukosit shift to the left

Total 7

8. Diagnosis Kerja

Suspek appendicitis akut

Differential Diagnose

Urolitiasis

9. Pemeriksaan Penunjang

Page 4: porto apendik.docx

Hb :15,4 g/dl

Leukosit : 12.900/ mm3

Ht : 41%

Trombosit : 298.000/ mm3

Alvarado score : 9

10. Diagnosis Kerja : Suspek appendisiti akut

11. Penatalaksanaan

Konsul Dr.Alwin Sp.B

IVFD RL 8 jam/ kolf

Ceftriaxone 2x 1 gr (skin test)

Metronidazole 3x 1 infs

12. Follow Up

Tanggal Klinis Instruksi Dokter

24-09-12 S/ demam (+) Mual (+), nyeri perut (+)

O/ Tanda vital : TD

120/80ND

82 x /iNF

22 x /iT

37.8 C

Abdomen : NT kanan bawah (+), DM (-),

Timpani, BU (+) N

A/ susp.appendisitis akut

IVFD RL 8 jam/ kolf

Ceftriaxone 2x 1 gr

Metronidazole 3x 1 infs

Omeprazole 1 ampul

Rencana OK besok

Puasa mulai nanti malam

25-09-12 S/ Demam (+) Mual (+) nyeri perut (+)

O/ Tanda vital : TD

110/80ND

82 x / iNF

22 x / iT

38 C

Abdomen : NT kanan bawah (+), DM (-),

Timpani, BU (+) N

A/ susp.appendisitis akut

13.00 wib pasien masuk OK

dr bedah : dr.Alwin, SpB

diagnosis pre op: susp.appendsitis akut

jenis operasi: LE + appendiktomi

diagnosis post op: appendicitis perforasi

instruksi post op: puasa sampai BU (+)

tidur telentang 24 jam

mobilisasi

Th/lanjut

IVFD RL 8 jam/ kolf

Ceftriaxone 2x 1 gr

Metronidazole 3x 1 infs

Ketoprofen 2x1 ampl

Omeprazole 1x1 ampl

Cek Hb post op

26-09-12 S/ demam (+)

Nyeri bekas op (+)

Th/ lain lanjut

PCT 3x500mg, diet ML

Page 5: porto apendik.docx

Flatus (+)

O/ Tanda vital : TD

110/70ND

82 x / iNF

22 x / iT

37.6 C

Abdomen: distensi (-), NT (-), Bu (+)N

Hb : 11,6 gr/dl

Leukosit: 7.700/mm3

A/post LE + appendiktomi hari pertama

Obs febris hari I

27-09-12 S/ demam (+)

Nyeri bekas op (+)

O/ Tanda vital : TD

120/70ND

85 x /iNF

18 x / iT

37.8 C

Abdomen: distensi (-), NT (-), Bu (+)

A/post LE + appendiktomi hari kedua

Obs febris hari II

Th/ lain lanjut

Mobilisasi

28-09-12 S/ demam (+)

Luka kering

Nyeri bekas op (+)

O/ Tanda vital : TD

110/70ND

89 x / iNF

20 x / iT

37.5C

Abdomen: distensi (-), NT (-), Bu (+)N

A/post LE + appendiktomi hari ketiga

Obs febris hari III

Th/ lain lanjut

29-09-12 S/ demam (+) mendingin

Luka kering

Nyeri bekas op (+)

O/ Tanda vital : TD

110/70ND

82 x / iNF

22 x / iT

37.8 C

Abdomen: distensi (-), NT (-), Bu (+)N

A/post LE + appendiktomi hari keempat

Obs febris hari IV

Th/ lain lanjut

Cek malaria

Cek widal

1-10-12 S/ demam (+) berkurang Cefadroxil 2x1 tab

Page 6: porto apendik.docx

Luka kering

Nyeri bekas op (+)

O/ Tanda vital : TD

110/70ND

82 x / iNF

22 x / iT

37 C

Abdomen: distensi (-), NT (-), Bu (+)

Labor:

Hb : 10,7 g/dl

Leukosit : 9.500/ mm3

Ht : 32%

Trombosit : 193.000/ mm3

Malaria : saat ini tidak ditemukan

Widal : H 1/80 , O 1/80

A/post LE + appendiktomi hari keenam

Pasien boleh pulang

Ketoprofen 2x1 tab

Paracetamol 3x1 tab

Sohobion 1x1 tab

Hasil Pembelajaran

1. Mengetahui tanda – tanda apendisitis akut

2. Melakukan tatalaksana awal

3. Mengetahui kompllikasi apendisitis akut

Subjektif

Sejak dua hari yang lalu pasien mengeluh nyeri perut dibawah pusat dan hari

berikutnya nyeri perut berpindah dan menetap di perut kanan bawah. Nyeri terasa

terus menerus. Pasien mengeluh mual (+), muntah (-). Demam dirasakan sejak

satu hari yang lalu, tidak terlalu tinggi, tidak menggigil, tidak hilang timbul

disertai penurunan nafsu makan. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada

keluhan. Pasien berobat ke puskesmas talawi dan di pasang IVFD RL 20

tts/menit, hyosin 1x1, antacid 3x1, amoxicillin 3x1, paracetamol 3x1. Pasien

bellum pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya.

Page 7: porto apendik.docx

Objektif

Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis cooperatif

Tanda vital : TD

120/70ND

82 x / iNF

22 x / iT

38.5 C

Mata : sclera ikterik (-), conjungtiva anemis (-)

Kelenjar limfe : tidak membesar

Abdomen :

Inspeksi : simetris, datar ,jaringan parut (-)

Palpasi : defense muscular (-), Rovsing sign (+), Blumberg

sign (+), Nyeri tekan titik MC Burney (+)

Perkusi : timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Lain-lain : Psoas sign (+), Obturator sign (+)

Alvarado Score : 9

Assessment

Apendisitis Akut

A. ANATOMI

Appendix merupakan organ berbentuk cacing, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15

cm) dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di

bagian distal. Namun demikian, pada bayi, appendix berbentuk kerucut, lebar pada

pangkalnya dan menyempit kea rah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab

rendahnya insiden apendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks terletak

intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan geraknya

bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya.

Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum,

dibelakang kolon asendens, atau ditepi lateral kolon asendens. Gejala klinis apendisitis

ditentukan oleh letak apendiks.

Page 8: porto apendik.docx

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n. Vagus yang mengikuti a.mesenterika

superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X.

oleh karena itu,  nyeri visceral pada apendisitis bermula di sekitar umbilicus.

Perdarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri kolateral. Jika

arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami

gangrene.

B.     FISIOLOGI

Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan kedalam

lumen dan selanjutnya mengalir kedalam sekum. Hambatan aliran lendir di muara

apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis.

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue)

yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Immunoglobulin

itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan

apendiks tidak mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limfe disini

kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.

 C.    ETIOLOGI

Apendisitis akut merupakan infeksi bacteria. Berbagai hal berperan sebagai factor

pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan factor yang diajukan sebagai factor

pencetus disamping hyperplasia jaringan limf, fekalit (feses keras), tumor apendiks, dan

cacing askariasis dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat

menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.

hystolitica. Apendisitis infiltrate terjadi bila apendisitis gangrenosa atau mikroperforasi

ditutupi pendindingan oleh omentum dan atau keluk usus.

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan

pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan

intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya

apendisitis akut.

D. DIAGNOSIS

Gejala Klinis

Page 9: porto apendik.docx

Gejala Appendicitis acuta umumnya timbul kurang dari 36 jam, dimulai

dengan nyeri perut yang didahului anoreksia. Gejala utama Appendicitis acuta

adalah nyeri perut. Awalnya, nyeri dirasakan difus terpusat di epigastrium, lalu

menetap, kadang disertai kram yang hilang timbul. Durasi nyeri berkisar antara 1-

12 jam, dengan rata-rata 4-6 jam. Nyeri yang menetap ini umumnya terlokalisasi

di RLQ. Variasi dari lokasi anatomi Appendix berpengaruh terhadap lokasi nyeri,

sebagai contoh; Appendix yang panjang dengan ujungnya yang inflamasi di LLQ

menyebabkan nyeri di daerah tersebut, Appendix di daerah pelvis menyebabkan

nyeri suprapubis, retroileal Appendix dapat menyebabkan nyeri testicular.

Umumnya, pasien mengalami demam saat terjadi inflamasi Appendix,

biasanya suhu naik hingga 38oC. Tetapi pada keadaan perforasi, suhu tubuh

meningkat hingga > 39oC. Anoreksia hampir selalu menyertai Appendicitis. Pada

75% pasien dijumpai muntah yang umumnya hanya terjadi satu atau dua kali saja.

Muntah disebabkan oleh stimulasi saraf dan ileus. Umumnya, urutan munculnya

gejala Appendicitis adalah anoreksia, diikuti nyeri perut dan muntah. Bila muntah

mendahului nyeri perut, maka diagnosis Appendicitis diragukan. Muntah yang

timbul sebelum nyeri abdomen mengarah pada diagnosis gastroenteritis.

Sebagian besar pasien mengalami obstipasi pada awal nyeri perut dan

banyak pasien yang merasa nyeri berkurang setelah buang air besar. Diare timbul

pada beberapa pasien terutama anak-anak. Diare dapat timbul setelah terjadinya

perforasi Appendix.

Tabel 1. Gejala Appendicitis acuta

Gejala* Frekuensi (%)

Nyeri perut 100

Anorexia 100

Mual 90Muntah 75

Nyeri berpindah 50

Page 10: porto apendik.docx

Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah ke RLQ kemudian demam yang tidak terlalu tinggi)

50

*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam

Gejala Appendicitis yang terjadi pada anak dapat bervariasi, mulai dari yang

menunjukkan kesan sakit ringan hingga anak yang tampak lesu, dehidrasi, nyeri lokal

pada perut kanan bawah, bayi yang tampak sepsis. Pasien dengan peritonitis difus

biasanya bernafas mengorok. Pada beberapa kasus yang meragukan, pasien dapat

diobservasi dulu selama 6 jam. Pada penderita Appendicitis biasanya menunjukkan

peningkatan nyeri dan tanda inflamasi yang khas.

Pada pemeriksaan fisik, perubahan suara bising usus berhubungan dengan

tingkat inflamasi pada Appendix. Hampir semua pasien merasa nyeri pada nyeri

lokal di titik Mc Burney’s. Tetapi pasien dengan Appendix retrocaecal

menunjukkan gejala lokal yang minimal. Adanya psoas sign, obturator sign, dan

Rovsing’s sign bersifat konfirmasi dibanding diagnostik. Pemeriksaan rectal

toucher juga bersifat konfirmasi dibanding diagnostik, khususnya pada pasien

dengan pelvis abscess karena ruptur Appendix.

Diagnosis Appendicitis sulit dilakukan pada pasien yang terlalu muda atau

terlalu tua. Pada kedua kelompok tersebut, diagnosis biasanya sering terlambat

sehingga Appendicitisnya telah mengalami perforasi. Pada awal perjalanan

penyakit pada bayi, hanya dijumpai gejala letargi, irritabilitas, dan anoreksia.

Selanjutnya, muncul gejala muntah, demam, dan nyeri.

Pemeriksaan fisik

Secara klinis, dikenal beberapa manuver diagnostik:

Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri

bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan. Hal ini menggambarkan

iritasi peritoneum. Sering positif pada Appendicitis namun tidak

spesifik.

Psoas sign atau

Obraztsova’s sign

Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi

dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri pada kanan bawah.

Page 11: porto apendik.docx

Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi

internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada

hipogastrium atau vagina.

Tabel 1. Sign of Appendicitis

Secara teori, peradangan akut Appendix dapat dicurigai dengan adanya nyeri pada

pemeriksaan rektum (Rectal toucher). Namun, pemeriksaan ini tidak spesifik untuk

Appendicitis. Jika tanda-tanda Appendicitis lain telah positif, maka pemeriksaan rectal

toucher tidak diperlukan lagi.

The Modified Alvarado Score Skor

Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut kanan bawah

1

Mual-Muntah 1

Anoreksia 1

Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2

Nyeri lepas 1

Demam diatas 37,5 ° C 1

Pemeriksaan Lab

Leukositosis 2

Hitung jenis leukosit shift to the left 1

Total 10

Tabel 2. Alvarado scale untuk membantu menegakkan diagnosis.

Interpretasi dari Modified Alvarado Score:

1-4     : sangat mungkin bukan apendisitis akut

5-7     : sangat mungkin apendisitis akut

8-10   : pasti apendisitis akut

Page 12: porto apendik.docx

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Leukositosis ringan berkisar antara 10.000-18.000/ mm3, biasanya didapatkan pada

keadaan akut, Appendicitis tanpa komplikasi dan sering disertai predominan

polimorfonuklear sedang. Jika hitung jenis sel darah putih normal tidak ditemukan shift

to the left pergeseran ke kiri, diagnosis Appendicitis acuta harus dipertimbangkan. Jarang

hitung jenis sel darah putih lebih dari 18.000/ mm3 pada Appendicitis tanpa komplikasi.

Hitung jenis sel darah putih di atas jumlah tersebut meningkatkan kemungkinan

terjadinya perforasi Appendix dengan atau tanpa abscess.

Ultrasonografi

Ultrasonografi cukup bermanfaat dalam menegakkan diagnosis Appendicitis.

Appendix diidentifikasi/ dikenal sebagai suatu akhiran yang kabur, bagian usus yang

nonperistaltik yang berasal dari Caecum. Dengan penekanan yang maksimal, Appendix

diukur dalam diameter anterior-posterior. Penilaian dikatakan positif bila tanpa kompresi

ukuran anterior-posterior Appendix 6 mm atau lebih. Ditemukannya appendicolith akan

mendukung diagnosis. Gambaran USG dari Appendix normal, yang dengan tekanan

ringan merupakan struktur akhiran tubuler yang kabur berukuran 5 mm atau kurang, akan

menyingkirkan diagnosis Appendicitis acuta. Penilaian dikatakan negatif bila Appendix

tidak terlihat dan tidak tampak adanya cairan atau massa pericaecal. Sewaktu diagnosis

Appendicitis acuta tersingkir dengan USG, pengamatan singkat dari organ lain dalam

rongga abdomen harus dilakukan untuk mencari diagnosis lain. Pada wanita-wanita usia

reproduktif, organ-organ panggul harus dilihat baik dengan pemeriksaan transabdominal

maupun endovagina agar dapat menyingkirkan penyakit ginekologi yang mungkin

menyebabkan nyeri akut abdomen. Diagnosis Appendicitis acuta dengan USG telah

dilaporkan sensitifitasnya sebesar 78%-96% dan spesifitasnya sebesar 85%-98%. USG

sama efektifnya pada anak-anak dan wanita hamil, walaupun penerapannya terbatas pada

kehamilan lanjut.

USG memiliki batasan-batasan tertentu dan hasilnya tergantung pada pemakai.

Penilaian positif palsu dapat terjadi dengan ditemukannya periappendicitis dari

peradangan sekitarnya, dilatasi Tuba fallopi, benda asing (inspissated stool) yang dapat

menyerupai appendicolith, dan pasien obesitas Appendix mungkin tidak tertekan karena

Page 13: porto apendik.docx

proses inflamasi Appendix yang akut melainkan karena terlalu banyak lemak. USG

negatif palsu dapat terjadi bila Appendicitis terbatas hanya pada ujung Appendix, letak

retrocaecal, Appendix dinilai membesar dan dikelirukan oleh usus kecil, atau bila

Appendix mengalami perforasi oleh karena tekanan.

Pemeriksaan radiologi

Foto polos abdomen jarang membantu diagnosis Appendicitis acuta, tetapi dapat

sangat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pada pasien Appendicitis

acuta, kadang dapat terlihat gambaran abnormal udara dalam usus, hal ini merupakan

temuan yang tidak spesifik. Adanya fecalith jarang terlihat pada foto polos, tapi bila

ditemukan sangat mendukung diagnosis. Foto thorax kadang disarankan untuk

menyingkirkan adanya nyeri alih dari proses pneumoni lobus kanan bawah.

Teknik radiografi tambahan meliputi CT Scan, barium enema, dan radioisotop

leukosit. Meskipun CT Scan telah dilaporkan sama atau lebih akurat daripada

USG, tapi jauh lebih mahal. Karena alasan biaya dan efek radiasinya, CT Scan

diperiksa terutama saat dicurigai adanya Abscess appendix untuk melakukan

percutaneous drainage secara tepat.

Diagnosis berdasarkan pemeriksaan barium enema tergantung pada penemuan yang tidak

spesifik akibat dari masa ekstrinsik pada Caecum dan Appendix yang kosong dan

dihubungkan dengan ketepatan yang berkisar antara 50-48 %. Pemeriksaan radiografi

dari pasien suspek Appendicitis harus dipersiapkan untuk pasien yang diagnosisnya

diragukan dan tidak boleh ditunda atau diganti, memerlukan operasi segera saat ada

indikasi klinis.

E. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding dari Appendicitis acuta pada dasarnya adalah diagnosis dari akut

abdomen. Hal ini karena manifestasi klinik yang tidak spesifik untuk suatu penyakit

tetapi spesifik untuk suatu gangguan fisiologi atau gangguan fungsi. Jadi pada dasarnya

gambaran klinis yang identik dapat diperoleh dari berbagai proses akut di dalam atau di

sekitar cavum peritoneum yang mengakibatkan perubahan yang sama seperti

Appendicitis acuta.

Page 14: porto apendik.docx

Ada beberapa keadaan yang merupakan kontraindikasi operasi, namun pada

umumnya proses-proses penyakit yang diagnosisnya sering dikacaukan oleh Appendicitis

sebagian besar juga merupakan masalah pembedahan atau tidak akan menjadi lebih buruk

dengan pembedahan.

Diagnosis banding Appendicitis tergantung dari 3 faktor utama: lokasi anatomi dari

inflamasi Appendix, tingkatan dari proses dari yang simple sampai yang perforasi, serta

umur dan jenis kelamin pasien.

1. Gastroenteritis akut

a. Penyakit ini sangat umum pada anak-anak tapi biasanya mudah dibedakan

dengan Appendicitis. Gastroentritis karena virus merupakan salah satu

infeksi akut self limited dari berbagai macam sebab, yang ditandai dengan

adanya diare, mual, dan muntah. Nyeri hiperperistaltik abdomen

mendahului terjadinya diare. Hasil pemeriksaan laboratorium biasanya

normal.

2. Infeksi saluran kencing

Pyelonephritis acuta, terutama yang terletak di sisi kanan dapat

menyerupai Appendicitis acuta letak retroileal. Rasa dingin, nyeri costo

vertebra kanan, dan terutama pemeriksaan urine biasanya cukup untuk

membedakan keduanya.

3. Batu Urethra

Bila calculus tersangkut dekat Appendix dapat dikelirukan dengan

Appendicitis retrocaecal. Nyeri alih ke daerah labia, scrotum atau penis,

hematuria, dan atau tanpa demam atau leukositosis mendukung adanya

batu. Pyelografi dapat memperkuat diagnosis.

4. Kelainan–kelainan ginekologi

Umumnya kesalahan diagnosis Appendicitis acuta tertinggi pada wanita

dewasa muda disebabkan oleh kelainan–kelainan ginekologi. Angka rata-

rata Appendectomy yang dilakukan pada Appendix normal yang pernah

dilaporkan adalah 32%–45% pada wanita usia 15–45 tahun. Penyakit–

penyakit organ reproduksi pada wanita sering dikelirukan sebagai

Page 15: porto apendik.docx

Appendicitis, dengan urutan yang tersering adalah PID, ruptur folikel de

Graaf, kista atau tumor ovarium, endometriosis dan ruptur kehamilan

ektopik. Laparoskopi mempunyai peranan penting dalam menentukan

diagnosis.

a. Pelvic Inflammatory Disease (PID)

Infeksi ini biasanya bilateral tapi bila yang terkena adalah tuba sebelah

kanan dapat menyerupai Appendicitis. Mual dan muntah hampir selalu

terjadi pada pasien Appendicitis. Pada pasien PID hanya sekitar

separuhnya.

b. Ruptur Folikel de Graaf

Ovulasi sering mengakibatkan keluarnya darah dan cairan folikuler serta

nyeri yang ringan pada abdomen bagian bawah. Bila cairan sangat banyak

dan berasal dari ovarium kanan, dapat dikelirukan dengan Appendicitis.

Nyeri dan nyeri tekan agak difus. Leucositosis dan demam minimal atau

tidak ada. Karena nyeri ini terjadi pada pertengahan siklus menstruasi,

sering disebut mittelschmerz.

F. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi :

Perforasi : Keterlambatan penanganan merupakan alasan penting terjadinya

perforasi. Perforasi appendix akan mengakibatkan peritonitis purulenta yang

ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat meliputi seluruh perut dan perut

menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler di seluruh perut,

peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus paralitik.

Peritonitis : Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat

terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat

penyebaran infeksi dari apendisitis. Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas

pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya peritonitis generalisata.

Page 16: porto apendik.docx

Dengan begitu, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus

kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam

lumen usus menyebabkan dehidrasi, gangguan sirkulasi, oligouria, dan mungkin

syok. Gejala : demam, lekositosis, nyeri abdomen, muntah, Abdomen tegang,

kaku, nyeri tekan, dan bunyi usus menghilang

G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pasien Appendicitis acuta yaitu

1. Pemasangan infus dan pemberian kristaloid untuk pasien dengan gejala klinis

dehidrasi atau septikemia.

2. Puasakan pasien, jangan berikan apapun per oral

3. Pemberian obat-obatan analgetika harus dengan konsultasi ahli bedah.

4. Pemberian antibiotika i.v. pada pasien yang menjalani laparotomi.

5. Pertimbangkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita usia subur dan

didapatkan beta-hCG positif secara kualitatif.

Bila dilakukan pembedahan, terapi pada pembedahan meliputi; antibiotika profilaksis

harus diberikan sebelum operasi dimulai pada kasus akut, digunakan single dose dipilih

antibiotika yang bisa melawan bakteri anaerob.

H. PROGNOSIS

Mortalitas dari Appendicitis di USA menurun terus dari 9,9% per 100.000

pada tahun 1939 sampai 0,2% per 100.000 pada tahun 1986. Faktor- faktor yang

menyebabkan penurunan secara signifikan insidensi Appendicitis adalah sarana

diagnosis dan terapi, antibiotika, cairan i.v., yang semakin baik, ketersediaan

darah dan plasma, serta meningkatnya persentase pasien yang mendapat terapi

tepat sebelum terjadi perforasi.

Plan

Diagnosis

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan diagnosis suspect

appendisitis akut.

Page 17: porto apendik.docx

Pengobatan

Pada pasien dilakukan pemasagan IVFD RL 8 jam/ kolf, injeksi ceftriaxone 2x1gram,

dan metranidazole infus 3x1 infs.

Pendidikan

Pada pasien dan keluarga dijelaskan tentang penyakitnya meliputi faktor resiko, gejala

klinis, komplikasi, dan prognosis appendicitis akut.

Konsultasi

Pasien dikonsultasikan kepada dokter bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut.

Daftar Pustaka

Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan

Anorektum”, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-

645.

Simpson, J., Humes, D. J., “Acute Appendicitis”, BMJ,

http://www.bmj.com/cgi/content/full/333/7567/530, 9 September 2006, 333: 530-

536.

Bachtiar Murtala, radiological imaging on acute appendicities, jurnal kedokteran

yarsi:14 (2):164-168 (2000).

Appendicitis [Internet] [updated September 2010; cited April 2011]. Available

from: http://en.wikipedia.org/wiki/Appendicitis

Porotofolio 1

APPENDISITIS AKUT

Page 18: porto apendik.docx

Oleh

dr.Pratiwi Putri Masrul

Dokter Internsip

Pendamping

Dr. Fatma Yanti

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KOTA SAWAHLUNTO

2012

REVISI

FOLLOW UP

Page 19: porto apendik.docx

25-09-12 S/ Demam (+)

Mual (+)

O/ Tanda vital : TD

110/80ND

82 x / iNF

22 x / iT

38 C

Abdomen : NT kanan bawah (+), DM (-),

Timpani, BU (+) N

A/ susp.appendisitis akut

13.00 wib pasien masuk OK

dr bedah : dr.Alwin, SpB

diagnosis pre op: susp.appendsitis akut

jenis operasi: LE + appendictomy

diagnosis post op: appendicitis perforasi

instruksi post op: puasa sampai BU (+)

tidur telentang 24 jam

mobilisasi

IVFD RL 8 jam/ kolf

Ceftriaxone 2x 1 gr

Metronidazole 3x 1 infs

Ketoprofen 2x1 ampl

Omeprazole 1x1 ampl

Cek Hb post op

Alvarado score sebelum laboratorium : 7

Alvarado score setelah laboratorium : 9

Diagnosis post op : post LE + Appendiktomi