makalah akhir porto
-
Upload
monicamirasari -
Category
Documents
-
view
191 -
download
5
Transcript of makalah akhir porto
P a g e | 1
A. Analisis Makroekonomi Indonesia
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2006, bahkan merupakan pencapaian tingkat pertumbuhan
tertinggi pascakrisis di Indonesia. Secara keseluruhan, perekonomian berkembang menuju
kondisi yang lebih baik, meskipun masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan yang
bersumber baik dari sisi global maupun domestik. Dari sisi eksternal, daampak lonjakan
harga minyak dan krisis subprime morgage di Amerika Serikat dapat diminimalkan, sehingga
stabilitas nilai tukar rupiah, inflasi, dan defisit fiskal tetap terjaga. Terciptanya stabilitas
makroekonomi di dalam negeri serta perbaikan daya beli masyarakat memberikan landasan
yang kokoh dan kondusif bagi penguatan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007. Setelah
pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) menurun menjadi 5,5% pada tahun 2006,
pertumbuhan ekonomi meningkat signifikan pada tahun 2007 hingga mencapai 6,3%.
Sumber: http://www.search-ebooks.com/download/dl/pertumbuhan-ekonomi.pdf
Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi yang impresif tercermin pada
peningkatan pertumbuhan permintaan domestik serta tingginya ekspor. Pada tahun 2007,
daya beli masyarakat menurun, namun ekspor masih tumbuh tinggi, terlebih lagi didukung
oleh permintaan dunia dan harga internasional. Impor masih tumbuh tinggi sejalan dengan
perbaikan permintaan domestik dan ekspor. Pulihnya daya beli masyarakat telah mendorong
konsumsi swasta tumbuh tinggi.
ANALISIS FUNDAMENTAL
P a g e | 2
Pada sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi yang impresif tercermin
pada peningkatan pertumbuhan permintaan domestik serta tingginya nilai ekpor. Pada
setengah tahun pertama tahun 2007, daya beli masyarakat yang menurun pada tahun 2006
pascakenaikan harga bahan bakar tahun 2005, berangsur membaik, sehingga mendorong
peningkatan konsumsi swasta. Investasi yang sempat melambat sejalan dengan berkurangnya
daya dorong permintaan domestik, mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan. Ekspor
di awal tahun masih tumbuh tinggi didukung oleh permintaan dunia dan harga internasional
yang masih menarik, terutama untuk komoditas berbasis sumber daya alam. Impor masih
tumbuh tinggi sejalan dengan pernaikan permintaan domestik dan ekspor. Pada setengah
tahun akhir, pilihnya daya beli masyarakat telah mendorong konsumsi swasta tumbuh tinggi.
Investasi terus tumbuh dengan tren yang meningkat, terutama bersumber dari penguatan
permintaan dalam negeri.
Di sisi penawaran, hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi
dibanding dengan tahun 2006. Perkembangan tersebut didukung oleh indikasi peningkatan
utilisasi kapasitas produksi yang terjadi di hampir semua sektor. Sektor-sektor yang tumbuh
tinggi pada tahun 2007 adalah sektor-sektor nontradables, yaitu sektor pengangkutan,
komunikasi, listrik, gas, air bersih, bangunan, serta pedangangan, hotel, dan restoran.
Sementara itu, sektor-sektor yang merupakan penopang perekonomian, seperti sektor industri
pengolahan dan pertanian tumbuh lebih baik dibandingkan dengan tahun 2006.
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 menurun seiring dengan turunnya
pengangguran. Secara tahunan jumlah penduduk miskin turun menjadi 37,2 juta (16,6%)
dibandingkan dengan 29,3 juta (17,8%) pada tahun 2006, atau turun sebesar 2,1 juta.
Penurunan penduduk miskin, teruma di daerah pedesaan adalah sebesar 1,2 juta orang,
sementara di perkotaan berkurang 0,9 juta orang. Kondisi ini tidak terlepas dari pertumbuhan
sektor pertanian yang tinggi pada tahun laporan yang mampu menyerap tambahan tenagan
kerja di pedesaan, sehingga pada gilirannya mampu menurunkan angka kemiskinan tersebut.
Sseiring dengan membaiknya indikator kesejahteraan di atas, pendapatan perkapita
tahun 2007 mengalamin peningkatan. Pada tahun 2007, pendapatan mencapai $1.947,1 per
kapita atau meningkat sebesar 15% dibangingkan dengan tahun 2006. Meningkatnya
pendapatan per kapita tidak lepas dari pesatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 dan
P a g e | 3
pertumbuhan penduduk yang moderat. Namun, kondisi distribusi pendapatan belum
menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Sumber: http://www.search-ebooks.com/download/dl/pertumbuhan-ekonomi.pdf
Salah satu indikator makroekonomi adalah tingkat inflasi. Tingkat inflasi tahun 2007
adalah sebesar 6,4%. Angka tersebut jauh lebih dibandingkan rata2 tingkat inflasi tahun 2006
yang mencapai 13,33%. Semakin turun tingkat inflasi menandakan bahwa daya beli
masyarakat semakin meningkat. Dengan meningkatnya daya beli masyarakat, maka
diharapkan bukan hanya kebutuhan sandang, pangan, papan saja yang terpenuhi, tetapi juga
kebutuan-kebutuhan lainnya.
Indikator lain yang akan kita lihat adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
Sepanjang tahun 2007, nilai tukar rupiah relatif stabil pada kisaran Rp9.100-9.300. tentu saja
hal ini menjadi sentimen positif bagi dunia usaha. Nilai tukar yang stabil akan berdampak
positif bagi sektor riil yang masih mengimpor bahan baku dari luar negeri.
Dari indikator-indikator ekonomi di atas maka dapat disimpulkan secara keseluruhan,
bahwa perkembangan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2007 menunjukkan kinerja yang
membaik. Hal ini tercermin dari pencapaian pertumbuhan ekonomi tertinggi pascakrisis yang
ditopang oleh stabilitas makroekonomi yang semakin kokoh dan terjaga dengan baik. Dari
sisi permintaan, akselerasi pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh tingginya
pertumbuhan konsumsi masyarakat dan investasi seiring dengan membaiknya daya beli
masyarakat dan prospek ekonomi. Meskipun sedikit melambat, ekspor tetap tumbuh tinggi di
tengah ancaman perlambatan ekonomi dunia sebagai akibat suprime mortgage di Amerika
Serikat dan lonjakan harga minyak mentah dunia.
P a g e | 4
B. Analisis Industri Telekomunikasi di Indonesia
Bisnis telekomunikasi diyakini akan terus tumbuh sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang diharapkan akan meningkatkan permintaan telekomunikasi. Migrasi
ke jaringan nirkabel akan semakin popular, sehingga menyebabkan menurunnya harga
telepon genggam dan meluasnya layanan prabayar. Selain itu, persaingan akan semakin
meningkat, sebagai dampak dari reformasi peraturan pemerintah.
Bisnis telekomunikasi merupakan bisnis yang menjanjikan. Secara total, pendapatan
perusahaan telekomunikasi di Indonesia pada tahun 2007 mencapai 90 triliun rupiah (sumber:
http://www.incomepasif.com/forex-news-n-free-signals/rilis-berita-pendukung-analisa-fundamental/15/).
Meski saat ini operator telekomunikasi yang beroperasi di Indonesia ada sepuluh, namun
sebenarnya pemain yang dominan ganya tiga, yairu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT
Indosat Tbk, dan PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL). Ketiga perusahaan tersebut
menguasai lebih dari 90% pasar telekomunikasi di tanah air. Pada bisnis seluler, PT
Telkomsel yang merpakan anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menjadi yang
terbesar dengan menguasai 50 juta pelanggan ataau lebih dari separuh pangsa seluler di
Indonesia. Selain itu, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk juga merupakan perusahaan dengan
pangsa pasar terbesar di Indonesia.
Bagi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, peranan Telkomsel sangat menopang usaha
perseroan karena dari menghasilkan pendapatan 36% dari keselurugan pendapatan PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. Di beberapa tahun mendatang, PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk berusaha menghasilkan new generator revenue berupa peningkatan penjualan
layanan akses internet dengan brand “speedy” serta Fixed Wireless Akses CDMA yang
bernama “Flexi”.
Sementara antara Indosat dan XL bersaing ketat untuk memperoleh posisis ke deua.
Keduanya memiliki jumlah pelanggan yang tidak jauh berbeda, indosat saat ini memiliki
sekitar 25 juta pelanggan, sedangkan XL 15 juta pelanggan.
Pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat serta diikuti kemampuan daya beli yang
ikut naik menyebabkan bisnis telekomunikasi di Indonesia diyakini akan mampu terus
tumbuh di tahun-tahun mendatang. Apalagi masih besarnya potensi pasar di negeri ini yang
belum disentuh para operator.
P a g e | 5
Sumber: http://www.idx.co.id/__jsx.old/issuers.asp?cmd=detail&id=TLKM
Sumber: http://finance.yahoo.com/q/ta?s=TLKM.JK+Basic+Tech.+Analysis
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, dapat diketahui bahwa harga saham PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk meningkat dari tahun 2006 sampai dengan 2008. Namun,
menurun di tahun 2008 disebabkan adanya krisis global. Tetapi harga saham mulai
meningkat kembali di tahun 2009. Hal tersebut mengindikasikan bahwa PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk kembali tumbuh di tengah krisis. Walaupun di bulan Maret 2010 PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk kembali menurun, namun tingginya pangsa pasar menjadi
alasan penulis untuk tetap memilih saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk menjadi salah
satu portofolio.
P a g e | 6
Analisis Sektor Perbankan
Secara fundamental, ekonomi Indonesia diperkirakan akan naik sekitar 4-4.5% tahun
ini. Hal tersebut memicu minat para investor, baik dalam dan luar negeri untuk melirik saham
di bursa Jakarta karena earning atau laba bersih perusahaan-perusahaan di sektor
pertambangan dan perbankan pada kuartal I terbukti anti-krisis dan mencetak hasil yang
cukup memuaskan di tengah badai krisis.
Secara makro, pasar akan terus mengikuti indikasi-indikasi perbaikan ekonomi
Amerika yang juga tercermin dari gerakan indeks Dow Jones (DJIA). Recovery ekonomi
Amerika sangat berdampak terhadap proses perbaikan ekonomi negara-negara lain, termasuk
Indonesia. Sebagai ilustrasi, Amerika adalah importir barang manufaktur terbesar China.
China adalah salah satu konsumen energi dan logam terbesar di dunia. Membaiknya daya beli
konsumen Amerika akan berdampak positif terhadap harga energi dan logam yang terpuruk
saat ini sehingga kemudian berdampak terhadap pendapatan perusahaan pertambangan.
Sumber: http://www.idx.co.id/__jsx.old/issuers.asp?cmd=detail&id=BBCA
Sumber: http://finance.yahoo.com/q/ta?s=BBCA.JK+Basic+Tech.+Analysis
P a g e | 7
Grafik dan tabel di atas menggambarkan bahwa harga saham Bank Central Asia Tbk terus
meningkat dari tahun ke tahunnya, walaupun sempat di tahun 2008 mengalami penurunan.
Namun, di tahun 2009 harga saham Bank Central Asia Tbk kembali meningkat hingga
mencapai 6.000 rupiah saat ini. Selain itu, dapat pula terlihat bahwa price earning ratio Bank
Central Asia Tbk sering berada di atas price earning ratio industri, seperti pada tahun 2008
sampai dengan awal tahun 2010. Itulah yang menjadi alasan penulis memasukkan Bank
Central Asia ke dalam portfolio sahamnya.
C. Analisis Sektor Aneka Industri
Pemulihan kondisi perekonomian akan member lebih banyak peluang bisnis. Kondisi
perekonomian global pun berangsur membaik. Realisasi berbagai perjanjian memberikan
tantangan besar dalam persaingan. Namun, optimisme pasar yang tinggi berakibat
meningkatkan inflasi, artinya fluktuasi nilai tukar akan terjadi.
Mengingan besarnya peluang bisnis pada berbagai industry, maka semakin banyak
cakupan industri yang diraup maka akan semakin baik karena akan semakin besar pula
peluang yang dimiliki. Astra Internasional addalah salah satu perusahaan yang banyak
meraup subsektor industri. Diantaranya otomofif, jasa keuangan, alat berat dan
pertambangan, agrobisnis, teknologi informasi, dan infrastruktur. Stabilitas perdagangan
Astra sejak tahun 1969 merupakan bukti yang realible bahwa Astra Internasional layak
menjadi salah satu pilihan investasi.
Sumber: http://www.idx.co.id/__jsx.old/issuers.asp?cmd=detail&id=ASII
P a g e | 8
Sumber: http://finance.yahoo.com/q/ta?s=ASII.JK+Basic+Tech.+Analysis
Gambar dan tabel tersebut merefleksikan kondisi saham Astra International Tbk tahun
2006 sampai dengan awal 2010. Harga saham Astra International Tbk terus meningkat
walaupun sempat mengalami penurunan di tahun 2008 akibat krisis global. Namun,
peningkatan yang signifikan terliha dari Juli 2009 sampai dengan Mei 2010. Selain itu,
terlihat dengan jelas bahwa price earning ratio Astra International Tbk selalu berada di atas
price earning ratio industri. Kinerja yang baik tersebut menjadi alasan yang kuat bagi penulis
untuk memasukkan Astra International Tbk ke dalam portofolio sahamnya.
D. Analisis Sektor Konsumsi
Bisnis pada bidang pangan (konsumsi) merupakan bisnis yang paling profitable dan
memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk rugi karena makanan merupakan kebutuhan
dasar. Bisnis pada sektor makanan mulai menjamur di Indonesia. Bisnis ini banyak dipilih
karena merupakan bisnis yang menjanjikan. Keuntungan dari sektor ini mencapai minimum
30% dari modal yang ditanamkan.
Sumber: http://www.idx.co.id/__jsx.old/issuers.asp?cmd=detail&id=MYOR
P a g e | 9
Sumber: http://finance.yahoo.com/q/ta?s=MYOR.JK+Basic+Tech.+Analysis
Berdasarkan sumber tersebut dapat diketahui bahwa Mayora Indah Tbk mengalami
pertumbuhan yang baik dan signifikan. Bahkan, di saat krisis global, Mayora Indah Tbk tetap
mengalami peningkatan harga saham. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Mayora Indah
Tbk dapat berkinerja dengan baik, walaupun di tengah keadaan ekonomi yang tidak
mendukung. Jika dilihat dari sisi price to earning ratio, Mayora Indah berada di bawah
industri, namun melebihi 50% dari industri.
E. Analisis Sektor Pertambangan
Saat ini, sesuai dengan data BP statistical Review of World Energi, November 2009,
batubara merupakan sumber energy global kedua setelah minyak bumi. Di kawasan Asia-
Pasifik, batubara adalah sumber energi utama. Pasar batubaea global, berdasarkan
geografisnya, terbagi menjadi 2 wilayah utama, yaitu Asia-Pasifik dan Atlantik.
Kondisi perekonomian global pada 2009, lalu turut berpengaruh terhadap permintaan
batubara global. Krisis perekonomian global yang bermula di Amerika Serikat langsung
berpengaruh terhadap permintaan batubara di kawasan atlantik.
Sumber: http://www.ptba.co.id/data/AR_PTBA_2008.pdf
P a g e | 10
Menurut data riset McCloskey, krisis ekonomi membuat permintaan batubara global
menurun 1% di tahun 2009. Dengan penurunan batubara 5% di Atlantik dan peningkatan
2.2% di Asia-Pasifik seperti yang terlampir pada tabel di atas.
Sumber: http://www.ptba.co.id/data/AR_PTBA_2008.pdf
Sumber: http://www.ptba.co.id/data/AR_PTBA_2008.pdf
P a g e | 11
Tabel di atas merefleksikan kebutuhan batubara dunia dan supply batubara untuk
dunia. Dapat disimpulkan bahwa bisnis batubara memiliki prospek yang besar bagi Indonesia
di mana Indonesia merupakan negara pengekspor batubara thermal terbesar di dunia.
PTBA merupakan satu-satunya BUMN bisnis tambang batubara yang terbesar kelima
di Indoneisia. Lokasi tambang batubara PTBA berada di Sumatra, dimana perusahaan lainnya
berada di Kalimantan. Perbedaan dan prospek inilah yang membuat penulis memilih saham
PTBA menjadi salah satu pilihan investasi.
Sumber: http://www.idx.co.id/__jsx.old/issuers.asp?cmd=detail&id=PTBA
Sumber: http://finance.yahoo.com/q/ta?s=PTBA.JK+Basic+Tech.+Analysis
Tabel dan grafik tersebut merefleksikan pertumbuhan harga saham PTBA dari tahun ke
tahun. Dapat terlihat dengan jelas bahwa saham PTBA tumbuh secara signifikan, walaupun
sempat turun dengan tajam di tahun 2008 akibat krisis global. Namun, saham PTBA kembali
melonjak tajam di tahun 2009 yang menandakan baiknya kinerja perusahaan, walaupun price
to earning ratio PTBA berada di bawah price to earning ratio industri.
Saham yang telah dipilih oleh penulis, diambil dari berbagai sektor yang berbeda.
Tujuannya adalah agar setiap saham yang diambil memiliki tren industri yang berbeda.
Sehingga kenaikan atau penurunan saham yang satu, tidak akan diikuti saham yang lainnya
(tidak ada saham sejenis).
P a g e | 12
A. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
sumber: http://www.telkom.co.id/hubungan-investor/laporan-laporan/laporan-tahunan2009
Rasio-rasio pada tabel di atas merefleksikan kinerja PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk. Efektivitas perusahaan terlihat dari return on equity (dari laba bersih) dan return on
asset (dari laba bersih) perusahaan. PT Telekomunikasi Indonesia telah berkinerja cukup
efektif ditinjau dari return on assets yang terus meningkat dari tahun ke tahunnya walaupun
sempat menurun pada tahun 2007 yaitu dari 15,7% menjadi 11,6% . Begitu pula pada return
on equity yang menurun dari tahun 2007-2009 yaitu dari 38,1%, menjadi 20,9%, kemudian
menjadi 29,1%. Namun, jika dilihat dari rasio produktivitas PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk terlihat pertumbuhan yang baik, yaitu meningkat dari tahun ke tahunnya, bahkan di
tengah krisis global. Artinya, produktivitas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk telah efektif.
ANALISIS TEKNIKAL
P a g e | 13
B. Bank Central Asia Tbk
Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2200009
Sumber: http://www.idx.co.id/__jsx.old/issuers.asp?cmd=detail&id=BBCA
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut dapat diketahui bahwa Bank Central Asia Tbk
memiliki return on equity yang lebih baik jika dibandingkan dengan bank lainnya, seperti
Panin Bank, Bank Niaga, Bank Mandiri, dan Bank Danamon yaitu mencapai 26,09%. Selain
itu, Bank Central Asia Tbk juga memiliki price to book value yang lebih tinggi dari bank
lainnya, yaitu mencapai 3,58. Sedangkan return on equity mengindikasikan efesiensi
manajemen yang dapat menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Return on equity
dan return on asset Bank Central Asia Tbk cenderung stabil. Hal tersebut menindikasikan
kestabilan kinerja perusahaan.
P a g e | 14
C. Astra International Tbk
Sumber: http://www.idx.co.id/__jsx.old/issuers.asp?cmd=detail&id=ASII
Berdasarkan sumber di atas, dapat diketahui bhawa Astra International Tbk telah
berkinerja dengan baik, hal ini ditinjau dari return on equity yang cukup tinggi dan terus
meningkat yaitu hingga mencapai 46% di tahun 2008, walaupun menurun di tahun 2009
menjadi 31%. Jika dilihat dari total revenue Astra International Tbk mencapai 97 milyar
rupiah di tahun 2008, dan turun menjadi 70 di tahun 2009. Sedangkan untuk total income,
mencapai 9 milyar di tahun 2007 dan 7 milyar di 2009. Hal tersebut merupakan pencapaian
yang tinggi.
P a g e | 15
D. Mayora Indah Tbk
Sumber: http://www.idx.co.id/__jsx.old/issuers.asp?cmd=detail&id=PTBA
Berdasarkan sumber tersebut, dapat diketauhi bahwa kinerja dari PT Mayora Indah
Tbk menjadi lebih baik dari tahun ke tahun. Hal tersebut terefleksikan dari meningkatnya
pertumbuhan return on assets dan return on equity dari PT Mayora Indah Tbk dari tahun ke
tahun. Adanya krisis global nampaknya tidak mempengaruhi kinerja dari PT Mayora. Hal ini
terlihat dari kenaikan return on equity dan return on assets yang tetap meningkat di tahun
2008 yaitu mencapai 22,01% dan 9,38%. Kemudian jika dilihat dari total income, PT Mayora
Indah Tbk terus bertumbuh hingga mencapai 200 milyar ditahun 2009 serta total revenue
tertinggi di tahun 2008 hingga mencapai 3.900 milyar, walaupun kemudian turun menjadi
3.500 milyar di tahun 2009.
P a g e | 16
E. Tambang dan Batubara Bukit Asam Tbk
Sumber: http://www.idx.co.id/__jsx.old/issuers.asp?cmd=detail&id=ASII
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa kinerja dari PT Tambang dan Batubara
Bukit Asam Tbk cukup efektif. Terlihat pertumbuhan yang signifikan dari tahun ke tahunnya
pada return on equity perusahaan, apalagi di tahun 2007 yaitu dari 37,80% menjadi 63,82%.
Walapun turun menjdai 58,48% turun akibat krisis global. Namun krisis tersebut nampaknya
tidak berpengaruh pada return on assets karena return on assets perusahaan justru meningkat
yaitu dari 41,78% menjadi 41,93% di tahun 2009.
Dalam pembentukan efficient frontier, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Pilih 5 saham dari sektor yang berbeda
2. Hitung return dari kelima harga 5 saham dan IHSG yang akan dibuat portofolionya
3. Hitung rata-rata, variance, standar deviasi dan kovarian dari masing-masing saham.
4. Tentukan return yang diinginkan, kemudian hitung bobot portofio dari tiap saham
5. Hitung variance portofolio dan variance deviasi dari masing-masing saham
6. Hitung beta (β).
7. Gabungkan portfolio risky asset dengan risk free asset
8. Lakukan pembobotan, variace Portofolio dan standar deviasi dengan dengan
memasukkan risk free assets.
ALASAN PEMILIHAN SAHAM
P a g e | 17
9. Garis efficient frontier yang menyentuh garis risk free assets yang merupakan titik
optimum portfolio asset.
10. Gambarkan grafiknya (tabel 15)
Perhitungan covariance digunakan untuk melihat hubungan pergerakan satu saham deggan
saham lainnya. Tujuan dihitungnya coefficient of correlation adalah untuk melihat efek dari
diversifikasi sedangka perhitungan beta (β) digunakan untuk menunjukkan sensitivitas return
ssaha, I terhadap return pasar. Nilainya bisa positif (negatif). Beta (β) merupakan ukuran dari
sistematic risk.
1. Rebalancing Pertama (Beli tanggal 31 may, jual 15 juni)
Saham Ri Porsi Perkalian
BBCA 0.00229 13.22% 0.00030
ASII 0.00312 48.70% 0.00152
MYOR 0.00578 96.36% 0.00557
PTBA 0.00151 -7.51% (0.00011)
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK 0.00025 -50.77% (0.00012)
100% 0.007154
Hasil tabel tersebut menunjukkan besarnya nilai bobot portfolio saham yang telah
memasukkan faktor risky dan risk free assets. Data tersebut memperlihatkan adanya
saham yang memiliki bobot minus dalam portofolio. jika diasumsikan ada shortsale,
maka proses strategi investasi akan sebagai berikut
Saham Porsi Harga Beli/Lbr 1
Lot Nilai Pembelian Lembar Lot Dana Terpakai
BBCA 13% 5,550 500 132,164,832 23,813 47 130,425,000
ASII 49% 43,150 500 487,034,841 11,287 22 474,650,000
MYOR 96% 5,550 500 963,595,946 173,620 347 962,925,000
PTBA -8% 17,450 500 (75,070,734) (4,303) (9) (78,525,000)
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK -51% 7,750 500 (507,724,884) (65,513) (132) (511,500,000)
100%
1,000,000,000
977,975,000
Porsi Harga jual/lbr Lot Lembar Lot Dana Terpakai
DENGAN
REBALANCING
P a g e | 18
BBCA 13% 5,500 500 23,813 47 129,250,000
SHORT SALE
ASII 49% 46,000 500 11,287 22 506,000,000
gain/loss
MYOR 96% 7,050 500 173,620 347 1,223,175,000
282,175,000
PTBA -8% 16,350 500 (4,303) (9) (73,575,000) TLKM -51% 7,950 500 (65,513) (132) (524,700,000)
1,260,150,000
Tidak adanya short sale membuat perusahaan harus mengalokasikan porsi minusnya pada
saham yang bernilai positif. Pengalokasikan dilakukan dan diurutkan berdasakan return
(rata-rata) terkecil. Pertama, habiskan porsi PTBA akan dihabikan oleh BBCA karena
memiliki return kecil. Sehingga PTBA akan 0% dan BBCA menjadi 5%. Setelah itu
kurangi porsi TLKM dari BBCA. Sehingga BBCA akan 0% dan TLKM menjadi -46%.
Untuk menghabiskan TLKM, ambil dari ASII (return terkecil). Sehingga TLKM akan
menjadi 0% dan ASII 3%. Sehingga porsi akhir adalah ASII 3% dan MYOR 96%.
BBCA ASII MYOR PTBA TLKM IHSG
rata2 0.00229 0.00312 0.00578 0.00151 0.00025 0.00137
variance 0.00059 0.00065 0.00067 0.00053 0.00033 0.00020
std dev 0.02422 0.02559 0.02596 0.02293 0.01817 0.01418
porsi harga beli/lbr 1Lot Nilai Pembelian Lembar Lot Dana Terpakai
BBCA 0% 5,550 500 0 0 0 0
ASII 11% 43,150 500 110,000,000 2,549 5 107,875,000
MYOR 89% 5,550 500 890,000,000 160,360 320 888,000,000
PTBA 0% 17,450 500 0 0 0 0
TLKM 0% 7,750 500 0 0 0 0
1,000,000,000 995,875,000
Porsi Harga jual/lbr Lot Lembar Lot Dana Terpakai
TANPA
BBCA 0% 5,500 500 0 0 0
SHORT SALE
ASII 11% 46,000 500 2,549 5 115,000,000
gain/loss
MYOR 89% 7,050 500 160,360 320 1,128,000,000
247,125,000
PTBA 0% 16,350 500 0 0 0 TLKM 0% 7,950 500 0 0 0 100% 1,243,000,000
2. Rebalancing kedua (beli tanggal 16 juli, jual tanggal 21 juli)
Saham Ri Porsi Perkalian
BBCA 0.00182 -1.09% (0.00002)
ASII 0.00315 56.23% 0.00177
MYOR 0.00650 99.00% 0.00644
PTBA 0.00134 -14.05% (0.00019)
P a g e | 19
TLKM 0.00039 -40.09% (0.00016)
100% 0.007844
Tabel tersebut menggambarkan besarnya nilai bobot portfolio saham yang telah
memasukkan faktor risky dan risk free assets. Data tersebut memperlihatkan adanya
saham yang memiliki bobot minus dalam portofolio. jika diasumsikan ada shortsale,
maka proses strategi investasi akan sebagai berikut
Saham Ri Porsi Harga Beli/Lbr 1 Lot Nilai Pembelian Lembar Lot Dana Terpakai
BBCA 0.18% -1% IDR 5,650 500 (IDR 10,853,452) (1,921) (4) (IDR 11,300,000)
ASII 0.31% 56% IDR 46,450 500 IDR 562,301,484 12,105 24 IDR 557,400,000
MYOR 0.65% 99% IDR 6,900 500 IDR 989,958,153 143,472 286 IDR 986,700,000
PTBA 0.13% -14% IDR 16,550 500 (IDR 140,498,008) (8,490) (17) (IDR 140,675,000)
TLKM 0.04% -40% IDR 7,950 500 (IDR 400,908,178) (50,429) (101) (IDR 401,475,000)
100% IDR 1,000,000,000 IDR 990,650,000
Porsi Harga jual/lbr Lot Lembar Lot Dana Terpakai
DENGAN
BBCA -1% IDR 5,800 500 (1,921) (4) (IDR 11,600,000)
SHORT SALE
ASII 56% IDR 48,250 500 12,105 24 IDR 579,000,000
gain/loss
MYOR 99% IDR 6,900 500 143,472 286 IDR 986,700,000
18,300,000
PTBA -14% IDR 17,200 500 (8,490) (17) (IDR 146,200,000)
TLKM -40% IDR 7,900 500 (50,429) (101) (IDR 398,950,000)
IDR 1,008,950,000
Tidak adanya short sale membuat perusahaan harus mengalokasikan porsi minusnya pada
saham yang bernilai positif. Pengalokasikan dilakukan dan diurutkan berdasakan return
(rata-rata) terkecil. Pertama, habiskan porsi TLKM akan dihabiskan oleh ASII karena
memiliki return kecil. Sehingga TLKM akan 0% dan ASII menjadi 16%. Setelah itu
kurangi porsi PTBA dari ASII. Sehingga PTBA akan 0% dan ASII menjadi 2%. Untuk
menghabiskan BBCA, ambil dari ASII, sehingga BBCA akan 0% dan ASII 1%. Sehingga
porsi akhir adalah ASII 1% dan MYOR 99%.
BBCA ASII MYOR PTBA TLKM IHSG
rata2 0.00182 0.00315 0.00650 0.00134 0.00039 0.00148
variance 0.00058 0.00064 0.00072 0.00053 0.00035 0.00021
std dev 0.02418 0.02524 0.02689 0.02293 0.01864 0.01440
Ri porsi harga beli/lbr 1Lot Nilai Pembelian Lembar Lot Dana Terpakai
BBCA 0.18% 0% IDR 5,650 500 IDR 0 0 0 IDR 0
ASII 0.31% 1% IDR 46,450 500 IDR 10,041,847 216 0 IDR 0
MYOR 0.65% 99% IDR 6,900 500 IDR 989,958,153 143,472 286 IDR 986,700,000
PTBA 0.13% 0% IDR 16,550 500 IDR 0 0 0 IDR 0
P a g e | 20
TLKM 0.04% 0% IDR 7,950 500 IDR 0 0 0 IDR 0
IDR 1,000,000,000 IDR 986,700,000
Porsi Harga jual/lbr Lot Lembar Lot Dana Terpakai
TANPA
BBCA 0% IDR 5,800 500 0 0 IDR 0
SHORT SALE
ASII 1% IDR 48,250 500 216 0 IDR 0
gain/loss
MYOR 99% IDR 6,900 500 143,472 286 IDR 986,700,000
0
PTBA 0% IDR 17,200 500 0 0 IDR 0 TLKM 0% IDR 7,900 500 0 0 IDR 0 100% IDR 986,700,000
3. Rebalancing ketiga (beli tanggal 22 juli, jual tanggal 5 juli)
Saham Ri Porsi Perkalian
BBCA 0.00232 8.90% 0.00021
ASII 0.00341 41.25% 0.00141
MYOR 0.00657 82.10% 0.00539
PTBA 0.00232 9.21% 0.00021
TLKM 0.00047 -41.46% (0.00019)
100% 0.007026
Tabel tersebut menggambarkan besarnya nilai bobot portfolio saham yang telah
memasukkan faktor risky dan risk free assets. Data tersebut memperlihatkan adanya
saham yang memiliki bobot minus dalam portofolio. jika diasumsikan ada shortsale,
maka proses strategi investasi akan sama, yaitu
Saham Ri Porsi Harga Beli/Lbr 1 Lot Nilai Pembelian Lembar Lot Dana Terpakai
BBCA 0.23% 8.90% IDR 5,850 500 IDR 89,007,658 15,214 30 IDR 87,750,000
ASII 0.34% 41.25% IDR 48,350 500 IDR 412,467,723 8,530 17 IDR 410,975,000
MYOR 0.66% 82.10% IDR 6,950 500 IDR 820,957,663 118,123 236 IDR 820,100,000
PTBA 0.23% 9.21% IDR 17,050 500 IDR 92,121,277 5,403 10 IDR 85,250,000
TLKM 0.05% -41.46% IDR 7,900 500 (IDR 414,554,320) (52,476) (105) (IDR 414,750,000)
100% IDR 1,000,000,000 IDR 989,325,000
Porsi Harga jual/lbr Lot Lembar Lot Dana Terpakai
DENGAN
BBCA 9% IDR 5,600 500 15,214 30 IDR 84,000,000
SHORTSALE
ASII 41% IDR 46,700 500 8,530 17 IDR 396,950,000
gain/loss
MYOR 82% IDR 6,900 500 118,123 236 IDR 814,200,000
(15,800,000)
PTBA 9% IDR 17,050 500 5,403 10 IDR 85,250,000 TLKM -41% IDR 7,750 500 (52,476) (105) (IDR 406,875,000) IDR 973,525,000
P a g e | 21
Tidak adanya short sale membuat perusahaan harus mengalokasikan porsi minusnya pada
saham yang bernilai positif. Pengalokasikan dilakukan dan diurutkan berdasakan return
(rata-rata) terkecil. Pertama, habiskan porsi TLKM akan dihabiskan oleh PTBA, BBCA,
ASII untuk menghabiskan TLKM. Sehingga porsi akhir adalah ASII 1% dan myMYOR
99%.
BBCA ASII MYOR PTBA Tlkm IHSG
rata2 0.00232 0.00341 0.00657 0.00232 0.00047 0.00186
variance 0.00057 0.00060 0.00071 0.00047 0.00034 0.00020
std dev 0.02381 0.02442 0.02665 0.02176 0.01852 0.01401
Ri porsi harga beli/lbr 1Lot Nilai Pembelian Lembar Lot Dana Terpakai
BBCA 0.23% 0% IDR 5,850 500 IDR 0 0 0 IDR 0
ASII 0.34% 18% IDR 48,350 500 IDR 179,042,337 3,703 7 IDR 169,225,000
MYOR 0.66% 82% IDR 6,950 500 IDR 820,957,663 118,123 236 IDR 820,100,000
PTBA 0.23% 0% IDR 17,050 500 IDR 0 0 0 IDR 0
TLKM 0.05% 0% IDR 7,900 500 IDR 0 0 0 IDR 0
IDR 1,000,000,000 IDR 989,325,000
Porsi Harga jual/lbr Lot Lembar Lot Dana Terpakai
TANPA
BBCA 0% IDR 5,600 500 0 0 IDR 0
SHORT SALE
ASII 18% IDR 46,700 500 3,703 7 IDR 163,450,000
gain/loss
MYOR 82% IDR 6,900 500 118,123 236 IDR 814,200,000
(11,675,000)
PTBA 0% IDR 17,050 500 0 0 IDR 0 TLKM 0% IDR 7,750 500 0 0 IDR 0 100% IDR 977,650,000
Berdasarkan ketiga rebalancing tersebut dapat diketahui bahwa MYOR memeliki
kontribusi terbesar dalam gain portofolio dan TLKM memliki kontribusi terbesar dalam
kerugian portofolio. hal ini disebabkan karena TLKM memiliki expected return terendah,
sedangkan MYOR memiliki expected return tertinggi.
Jadi, pada portofolio, pembobotan sangat dipengaruhi oleh expected return. Tingginya
pangsa pasar serta tingginya harga saham tidak menentukan tingginya expected return. Dan
hal tersebut terbukti dari ketiga rebalancing tersebut.
P a g e | 22
1. Dengan Short Sale
Rebalanacing Beli Jual Gain (loss)
1 977,975,000 1,260,150,000 282,175,000
2 990,650,000 1,008,950,000 18,300,000
3 989,325,000 973,525,000 (15,800,000)
Total 2,957,950,000 3,242,625,000 284,675,000
2. Tanpa Short Sale
Rebalanacing Beli Jual Gain (loss)
1 995,875,000 1,243,000,000 247,125,000 2 986,700,000 986,700,000 - 3 989,325,000 977,650,000 (11,675,000)
Total 2,971,900,000 3,207,350,000 235,450,000
Tabel di atas menunjukan profit dari 3 kali perhitungan rebalancing. Dapat diketahui
bahwa baik dengan atau tanpa short sale keuntungan maksimum terjadi saat rebalancing
pertama. Hal ini disebabkan saham-saham pada periode pertama mengalami peningkatan.
Hanya beberapa saham saja yang mengalamin penurunan. Namun penurunan tersebut lebih
kecil dibandingkan dengan kenaikan harga saham. Pada periode ini, sebaiknya menggunakan
shortsale karena memberikan keuntungan yang lebih besar.
Kemudian pada saat periode 2, semua saham bernilai sama atau stabil. Hanya saham
dari MYOR yang mengalamin peningkatan, maka saat ada short sale, strategi ini
menghasilkkan keuntungan. Sedangkan saat tidak short sale, strategi ini tidak mendatangkan
keuntungan maupun kerugian karena saham MYOR telah diambil untuk menghilangkan
proporsi yang bernilai minus. Pada periode ini, sebaiknya menggunakan metode shortsale
karena lebih mendatangkan keuntungkan.
Periode 3 merupakan periode terakhir rebalancing. Pada periode ini, baik dengan
maupun tanpa shortsale, kedua strategi memeberikan kerugian. Karena kedua strategi ini
menjual saham di saat nilai saham sedang menurun. Pada saat harga saham turun sebaiknya
investor meng-hold atau membeli saham, bukan menjual saham. Namun, dari kedua strategi,
strategi tanpa shortsale lebih sedikit mendatangkan kerugian.
SUMMARY GAIN/LOSS
P a g e | 23
Kerugian dan keuntungan yang terjadi dipengahuri oleh fluktuasi harga saham. Dari
ketiga rebalancing dapat diketahui bahwa MYOR memiliki performa yang baik jika
dibandingkan dengan saham lainnya. Selain itu, kerugian disebabkan saham dijual ketika
harga turun. Turunnya harga saham disebabkan karena lesunya perekonomian.
Return
portfolio 0.008440987
Beta Std deviasi
Return
Risk-free 0.00026749
0.272978 0.0251291
Return
market 0.001864486
IHSG
Index
Sharpe 0.32526 0.13305
porto>ihsg
=baik
Index
Treynor 0.02994 0.00186
porto>ihsg
=baik
Index
Jensen 0.00774
+ = bagus
a. Sharpe Index
Tabel di atas menunjukkan perhitungan dengan menggunakan sharpe index dimana
return saham dibandingkan dengan standar deviasi. Dapat diindikasikan, bahwa
kinerja portofolio kelima saham (BBCA,TLKM,ASII,MYOR, dan PTBA)
berdasarkan index sharpe tergolong baik karena memiliki nilai di atas IHSG. Pada
index ini, portofolio yang baik adalah yang memiliki nilai di atas IHSGnya.
(500,000,000)
-
500,000,000
1 2 3
Gain (loss) dengan Short Sale
(500,000,000)
-
500,000,000
1 2 3
Gain (loss) tapa shortsale
PERHITUNGAN KINERJA PORTOFOLIO (SHARPE,JENSEN,
P a g e | 24
b. Treynor Index
Tabel di atas menunjukkan perhitungan dengan menggunakan sharpe index dimana
return saham dibandingkan dengan standar deviasi. Dapat diindikasikan, bahwa
kinerja portofolio kelima saham (BBCA,TLKM,ASII,MYOR,dan PTBA) berdasarkan
index treynor tergolong baik karena memiliki nilai di atas IHSG. Pada index treynor,
portofolio yang baik adalah portofolio yang memiliki nilai di atas IHSG.
c. Jensen Index
Tabel di atas menunjukkan perhitungan dengan menggunakan sharpe index dimana
return saham dibandingkan dengan standar deviasi. Dapat diindikasikan, bahwa
kinerja portofolio kelima saham (BBCA,TLKM,ASII,MYOR,dan PTBA) berdasarkan
index jensen tergolong baik karena memiliki nilai yang positif. Pada index Jensen,
dapat diketahui bahwa portofolio yang baik adalah portofolio yan memiliki nilai
positif.
Selama pengerjaan tugas ini, penulis mendapatkan banyak pembelajaran. Diantaranya
adalah penulis dapat mengetahui bagaimana cara memilih saham yang baik, yaitu dengan
menganalisis makroekonomi terlebih dahulu, kemudian menganalisis setiap sektor industry
yang kemudian dapat diketahui perusahaan atau saham apa yang memiliki prospek yang baik.
Analisis harus dilakukan minimal dalam kurun 5 tahun agar fluktuasi dan performance dari
saham dapat terlihat dengan jelas.
Selain itu, penulis dapat mengetahui penyusunan dan perhitungan portofolio dari
perusahaan dan pasar dengan menggunakan Microsoft excel, dimana perhitungan menjado
lebih mudah. Perhitungan juga dilengkapi dengan pembuktian grafik dan tabel.
Penulis juga mengetahui proses pembelian dan penjualan saham, serta perhitungan
keuntungan dan kerugian dari strategi investasi yang digunakan dengan atau tanpa shortsale
terhadap portfolio yang dibuat. Sehingga penulis dapat membandingkan dengan jelas hasil
dari shortsale.
Singkatnya, dari keseluruhan manfaat yang didapat, penulis mendapatkan
pembelajaran yang sangat besar, yaitu mengenal lebih baik mengenai portfolio karena telah
mengimplementasikan secara langsung.
PEMBELAJARAN
P a g e | 25
Dalam berinvestasi, investor harus memperhatikan kondisi harga saham. Strategi yang
baik adalah strategi yang dapat mendatangkan keuntungan bagi investornya. Hal dasar yang
perlu diketahui adalah investor sebaiknya melakukan aktivitas pembelian saat harga turun
dan penjualan saat harga naik. Saat harga naik, sebaiknya investor menunda penjualan saham
karena jika tetap dilanjutkan akan mendatangkan kerugian seperti yang tergambar pada
periode 2 investasi.
KOMENTAR TERHADAP STRATEGI INVESTASI