Polio Miel It Is

17
Poliomielitis Pada Anak Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebun Jeruk Jakarta !arat Pendahuluan Poliomielitis adalah "en#akit menular #an$ akut disebabkan oleh virus den$an "redileksi "ada sel anterior massa kelabu sumsum tulan$ belakan$ dan inti moto otak dan akibat kerusakan ba$ian susunan s#ara% tersebut akan terjadi kelum"uha atro"i otot. Poliomielitis atau "olio adalah "en#akit "aral#sis atau lum"uh #an$ diseb virus. A$en "embawa "en#akit ini sebuah virus #an$ dinamakan "oliovirus &P'( m tubuh melalui mulut men$in%eksi saluran usus. 'irus ini da"at memasuki aliran d men$alir ke sistem sara% "usat men#ebabkan melemahn#a otot dan kadan$ &"aral#sis(. Polio adalah "en#akit menular #an$ dikate$orikan seba$ai "en#akit " Polio menular melalui kontak antar manusia. 'irus masuk ke dalam tubuh melalui m ketika seseoran$ memakanan atau minuman #an$ terkontaminasi %eses. Poliovirus ad virus )NA kecil #an$ terdiri atas ti$a strain berbeda dan amat menular. men#eran$ sistem sara% dan kelum"uhan da"at terjadi dalam hitun$an jam. Polio me tan"a men$enal usia lima "uluh "ersen kasus terjadi "ada anak berusia antara * tahun. Masa inkubasi "olio dari $ejala "ertama berkisar dari * hin$$a *+ hari. Polio da"at men#ebar luas diam,diam karena seba$ian besar "enderita #an$ t "oliovirus tidak memiliki $ejala sehin$$a tidak tahu kalau mereka sendiri seda -etelah seseoran$ terkena in%eksi virus akan keluar melalui %eses selama bebera dan saat itulah da"at terjadi "enularan virus. Anamnesis Pada anamnesis anak umur tahun anamnesis tan#a,jawab dilakukan secara alloanamnesis #aitu anamnesis dilakukan terhada" oran$ tua wali oran$ #an$ dek "asien atau sumber lain dan autoanamnesis. /an$kah awal anamnesis adala data,data "ribadi termasuk riwa#at "en#akit sekaran$ riwa#at "en#akit dulu dan serta riwa#at "en#akit keluar$a. 0ambatan utama #an$ dijum"ai "ada anamnesis ba# anak,anak ialah "ada umumn#a anamnesis terhada" anak secara alloanamnesi "erlu diwas"adai kemun$kinan terjadin#a bias oleh karena data tentan$ keadaan " dida"at mun$kin berdasarkan asumsi atau "erse"si oran$ tua atau "en$antar. 1 1

description

blok 22

Transcript of Polio Miel It Is

Poliomielitis Pada AnakMahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebun Jeruk, Jakarta BaratPendahuluanPoliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta atropi otot.

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis). Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakanan atau minuman yang terkontaminasi feses. Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar dari 3 hingga 35 hari.

Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar penderita yang terinfeksi poliovirus tidak memiliki gejala sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit. Setelah seseorang terkena infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat itulah dapat terjadi penularan virus.Anamnesis

Pada anamnesis anak umur 8 tahun, anamnesis tanya-jawab dilakukan secara alloanamnesis, yaitu anamnesis dilakukan terhadap orang tua wali, orang yang dekat dengan pasien, atau sumber lain dan autoanamnesis. Langkah awal anamnesis adalah menanyakan data-data pribadi, termasuk riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dulu dan sekarang serta riwayat penyakit keluarga. Hambatan utama yang dijumpai pada anamnesis bayi atau anak-anak ialah pada umumnya anamnesis terhadap anak secara alloanamnesis sehingga perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya bias oleh karena data tentang keadaan pasien yang didapat mungkin berdasarkan asumsi atau persepsi orang tua atau pengantar.1Perlu diketahui pula riwayat kehamilan dan persalinan berkisar penyakit ibu selama hamil, apakah ibu mengalami infeksi ketika akan melakukan persalinan, dan pemberian ASI. Ditanyakan juga bagaimana nutrisi anak. Selain itu perlu ditanyakan riwayat imunisasi anak secara lengkap dan jelas.1Berdasarkan hasil anamnesis, pada kasus ditemukan :

1. Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun kaki kanannya tidak dapat digerakkan sejak 2 hari yang lalu2. Demam sejak 7 hari yang lalu disertai batuk pilek, sakit kepala, nyeri otot3. Imunisasi lengkap kecuali polio mendapatkan dua kali suntikan pada saat anak tersebut berusia 2 bulan dan 4 bulanPemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan kesadaran dan tanda-tanda vital. Pada pemeriksaan kesadaran terdapat beberapa tingkat kesadaran yaitu sadar secara penuh, delirium, somnolen, sopor, koma-ringan, dan koma dalam, tanda-tanda vital yang dilakukan adalah suhu, denyut nadi, tekanan darah, dan frekuensi napas. Kemudian melakukan inspeksi terhadap seluruh tubuh terutama otot penderita. Perhatikan adanya pengecilan otot yang jelas, faskulasi, deformitas, dan perubahan pada kulit. Setelah itu melakukan pemeriksaan rangsang meningeal, refleks, dan pemeriksaan motorik serta pemeriksaan sensorik.

Pemeriksaan rangsang meningeal terdiri dari pemeriksaan kaku kuduk, pemeriksaan brudzinski I, pemeriksaan laseque, dan pemeriksaan kernig:2 Kaku kuduk

Tangan pemeriksa ditempatkan di bawah kepala pasien yang sedang berbaring. Kemudian kepala di tekukkan dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Perhatikan ada atau tidaknya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk terdapat tahanan dan dagu tidak mencapai dada.

Tanda brudzinski I

Dengan tangan yang ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, tekukkan kepala sejauh mungkin sampai dagu mencapai dada. Tangan yang satu lagi sebaiknya ditempatkan didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan. Bila tanda brudzinski positif, maka tindakan ini mengakibatkan flexi kedua tungkai.

Tanda laseque

Kaki pasien yang sedang berbaring diluruskan (ekstensi) kedua tungkainya. Kemudian satu tungkai diangkat lurus, di bengkokkan (flexi) pada persendian panggul. Tungkai yang satu lagi lurus. Pada keadaan normal, kita dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit atau tahanan, maka disebut tanda laseque positif. Tanda laseque positif dijumpai pada kelainan berikut: rangsang selaput otak, iritasi pleksus lumbosacral.

Tanda kernig

Penderita yang sedang berbaring diflexikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat antara tungkai bawah dan tungkai atas. Bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan bahwa kernig positif.

Pemeriksaan refleks dibagi menjadi dua, yaitu refleks dalam dan superficial. Refleks dalam (reflex regang otot) timbul oleh regangan otot yang disebabkan oleh rangsangan, dan sebagai jawabannya maka otot berkontraksi. Sedangkan reflex superficialis timbul karena terangsangnya kulit atau mukosa yang mengakibatkan berkontraksinya otot yang ada di bawahnya atau disekitarnya. Beberapa refleks dalam adalah refleks biseps, refleks triseps, refleks brachioradialis, refleks lutut, dan refleks achilles. Sedangkan beberapa refleks superfisialis adalah refleks kornea, refleks dinding perut superfisialis, dan refleks anus superfisialis.2Pemeriksaan motorik meliputi penilaian integritas sistem muskuloskeleton dan pencarian gerakan abnormal yang dapat menunjukkan kelainan sistem saraf perifer atau sistem saraf pusat. Komponen pemeriksaan motorik meliputi pengujian kekuatan, bagian terbesar otot, tonus, postur, dan daya penggerak.3Pemeriksaan sensorik dimulai dengan sifat, perjalanan, dan lokasi gejala-gejala sensorik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan seperti diskriminasi dua titik dan grafestesia (menggambar pada telapak tangan).3Pada kasus poliomielitis, otot-otot tubuh terserang paling akhir, sensorik biasanya normal, refleks tendon dalam biasanya menurun atau tidak ada sama sekali, dan terdapat tanda-tanda rangsang meningeal salah satunya kaku kuduk.4Pada kasus didapatkan hasil suhu adalah 38oC, kaku kuduk (+), refleks tendon (-), kekuatan motorik (-), lumpuh flaccid (+), dan sensorik (+).Pemeriksaan Penunjang51. Viral IsolationPoliovirus dapat dideteksi dari faring pada seseorang yang diduga terkena penyakit polio. Pengisolasian virus diambil dari cairan cerebrospinal adalah diagnostik yang jarang mendapatkan hasil yang akurat. Jika poliovirus terisolasi dari seseorang dengan kelumpuhan yang akut, orang tersebut harus diuji lebih lanjut menggunakan uji oligonucleotide atau pemetaan genomic untuk menentukan apakah virus polio tersebut bersifat ganas atau lemah.2. Uji SerologiUji serologi dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita. Jika pada darah ditemukan zat antibodi polio maka diagnosis bahwa orang tersebut terkena polio adalah benar. Akan tetapi zat antibodi tersebut tampak netral dan dapat menjadi aktif pada saat pasien tersebut sakit.3. Cerebrospinal Fluid ( CSF)CSF di dalam infeksi poliovirus pada umumnya terdapat peningkatanjumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama adalah sel limfositnya. Dan kehilangan protein sebanyak 40-50 mg/100 ml.4. Pemeriksaan Darah PeriferTidak pemeriksaan spesifik untuk diagnosis poliomielitis pada gejala awal, sama seperti virus lainnya. Pemeriksaan darah perifer mungkin dalam batas normal atau terjadi leukositosis pada fase akut major illnesses yaitu 10.000-30.000/ul dengan predominan PMN.Diagnosis Banding Sindrom Guillain-Barre

Sindrom Guillain-Barre ialah polineuropati yang menyeluruh, dapat berlangsung akut atau subakut, mungkin terjadi spontan atau sesudah suatu infeksi. Mikroorganisme penyebab belum pernah ditemukan pada penderita penyakit ini dan pada pemeriksaan patologis tidak ditemukan tanda radang. Terbanyak ditemukan antara umur 4-10 tahun. Biasanya didahului oleh demam atau penyakit traktus respiratorius bagian atas, kemudian terdapat periode laten selama 1-3 minggu. Berlangsung akut dan subakut. Pada penyakit ini otot proksimal penderita sama beratnya dengan otot distal. Kadang-kadang kelumpuhan seolah-olah menjalar ke atas dari otot kaki, tungkai, abdomen, toraks, lengan, dan muka. Keadaan ini disebut paralisis asending Landry, otot-otot yang terkena bersifat simetris. Kelumpuhan jenis flasid dengan refleks tendon menurun akan tetapi tidak terlihat atrofi. Gangguan sensibilitas dapat berat, ringan atau tidak terdapat sama sekali. Kelumpuhan dapat didahului oleh hiperstesia, anestesi dengan rasa nyeri atau parestesia.3 Miastenia gravis

Miastenia gravis adalah suatu gangguan transmisi neuromuskular yang terjadi akibat serangan autoimun pada reseptor asetilkolin pascasinaps nikotinik. Gejala dan tanda awal timbul sebelum usia 20 tahun dan jarang terjadi pada usia dibawah 1 tahun. Gambaran paling mencolok pada MG pada semua usia adalah kelemahan otot yang diperparah oleh pemakaian berulang otot yang bersangkutan sewaktu aktivitas normal atau berolahraga. Otot mata hampir selalu terkena, sehingga keluhan utama biasanya mencakup ptosis dan diplopia. Pada sebagian besar pasien terjadi berbagai kombinasi kelemahan otot wajah, bulbar, leher, ekstremitas, dan pernapasan dengan dejarat bervariasi dalam beberapa hari sampai satu atau dua tahun. Pasien mungkin mengalami kesulitan mengunyah. Kelemahan anggota badan biasanya terletak proksimal dan simptomatik, demikian juga kelemahan otot wajah. Diagnosis dapat dicurigai apabila terdapat tanda okular yang asimetrik.6 Polimiositis

Polimiositis adalah suatu penyakit otot yang meliputi peradangan dari serat-serat otot. Penyebab dari penyakit tidak diketahui. Polimiositis terjadi ketika sel-sel darah putih dan sel-sel imun dari peradangan secara spontan menyerang otot-otot. Hal ini berakibat pada kelemahan otot yang dapat menjadi berat/parah. Gejala klinis polimiositis adalah kelemahan otot-otot terutama otot yang dekat dengan batang tubuh, kekuatan otot hilang, dan atrofi. Demam derajat rendah, kesulitan dengan menelan dan kelemahan untuk mengangkat kepala dapat terjadi. Kulit sendi-sendi engsel, siku tangan, dan lutut kaki dapat berubah menjadi kemerah-merahan disertai bersisik.6 Hipokalemia Hipokalemia (kadar kalium yang rendah dalam darah) merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah kurang dari 3,5 mEq/L (kadar kalium dalam darah orang normal 3,5-5 mEq/liter). Walaupun pada keadaan normal, pengeluaran kalium non-ginjal kecil dan hampir semua kalium yang terfiltrasi oleh ginjal diabsorpsi, kelaparan yang lama dan penyerapan gizi yang buruk (misal pada pecandu alkohol, anoreksia nervosa) dapat menyebabkan berkurangnya kalium dan hipokalemia. Hipokalemia ringan biasanya tidak menyebabkan gejala sama sekali. Kelemahan pada otot, perasaan lelah, lemas, nyeri otot merupakan gejala pada otot yang timbul pada kadar kalium kurang dari 3 mEq/L (hipokalemia yang lebih berat). Penurunan yang lebih berat dapat menimbulkan kelumpuhan atau rabdomiolisis. Tekanan darah dapat meningkat pada keadaan hipokalemia dengan mekanisme yang tidak jelas. Hipokalemia dapat menimbulkan gangguan toleransi glukosa dan gangguan metabolisme protein. Efek hipokalemia pada ginjal berupa timbulnya vakuolisasi pada tubulus proksimal dan distal. Juga terjadi gangguan pemekaran urin sehingga menimbulkan poliuria dan polidipsia. Hipokalemia juga akan meningkatkan produksi NH4 dan produksi bikarbonat di tubulus proksimal yang akan menimbulkan alkalosis metabolik.7Diagnosis Kerja

Dari hasil anamsesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang serta menyesuaikan dengan gejala-gejala yang ada, maka pasien diduga menderita poliomielitis.6Poliomielitisataupolio, adalah penyakitparalisisatau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuahvirusyang dinamakan poliovirus(PV), masuk ketubuhmelaluimulut, mengifeksi saluranusus. Virus ini dapat memasuki aliran darahdan mengalir kesistem saraf pusatmenyebabkan melemahnyaototdan kadang kelumpuhan (paralisis).6Jenis Polio81. Polio non-paralisisPolio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi keram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh.

2. Polio paralisis spinal

Strainpoliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipunstrainini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh pembuluh darahkapilerpada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dansyaraf motorik yang mengontrol gerakan fisik. Pada periode inilah muncul gejala sepertiflu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batangsaraf tulang belakangdan batangotak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembangbiaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan syaraf motorik.

3. Polio bulbar

Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol pergerakan bola mata, saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka, saraf auditori yang mengatur pendengaran, saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan, pergerakan lidah dan rasa, dan saraf yang mengirim sinyal kejantung, usus,paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.

Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim perintah bernapas ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan, korban dapat tenggelam dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuantrakeostomiuntuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. EtiologiVirus polio adalah RNA virus ultra microscopic, termasuk Enterovirus, dalam family Picornaviridae, terbagi dalam 5 genera, diantaranya yang patogenik pada manusia dalah Enterovirus, Hepatovirus, dan Rhinovirus. Enterovirus terbagi lagi dalam 71 species, yaitu berbagai virus Polio, virus Coxsackie, virus ECHO dan Enterovirus 68-71. Virus terdiri dari 3 strain yaitu strain 1 (Brunhilde), strain 2 (Lansig), dan strain 3 (Leon). Perbedaan tiga jenis strain terletak pada sekuen nukleotidanya. Strain 1 adalah yang paling paralitogenik dan sering menimbulkan wabah, sedang strain 3 paling tidak imunogenik.8

Reservoir alamiah satu-satunya adalah manusia, walaupun virus juga terdapat pada sampah atau lalat. Masa inkubasi biasanya antara 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari. Penyakit dapat ditularkan oleh karier yang sehat atau oleh kasus yang abortif. Bila virus prevalen pada suatu daerah, maka penyakit ini dapat dipercepat penyebarannya dengan tindakan operasi seperti tonsilektomi, ekstrasi gigi yang merupakan port dentree atau penyuntikan. Virus dapat ditularkan secara langsung dari orang ke orang, melalui tinja penderita, melalui percikan ludah penderita.8Epidemiologi

Kasus polio telah menurun lebih dari 99% sejak tahun 1988. Sebanyak 350.000 kasus diperkirakan terjadi di lebih dari 125 negara endemik. Secara keseluruhan, sejak Global Polio Eradication Initiative diluncurkan, jumlah kasus telah menurun lebih dari 99%. Pada tahun 2011, hanya empat negara di dunia tetap endemik polio.9Kejadian luar biasa kasus polio di Indonesia sampai dengan tanggal 21 Maret 2006 ditemukan pada 305 anak yang tersebar di 10 provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Lampung, DKI Jakarta, Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Nangroe Aceh Darussalam-NAD. Sejak saat itu sampai sekarang tidak terdapat laporan KLB Polio di Indonesia.9PatogenesisPoliomielitis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi/peradangan oleh poliovirus, penyakit ini ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang lain dengan cara kontak baik melalui sekret yang dikeluarkan dari hidung, mulut ataupun melalui feses. Di faring, virus ini hanya dapat ditemukan tiga hari sebelum sampai lima hari sesudah penyakit ini timbul. Tetapi di dalam tinja, virus ini dapat ditemukan sampai 17 minggu sejak penderita itu menjadi sakit. Penularannya adalah secara water-borne (seperti penularan penyakit tifus). Porte d`entre dari virus ini adalah usus di mana virus itu dapat berkembang biak dan menimbulkan viremia, sampai akhirnya virus ini sampailah ke SSP. Virus masuk melalui mulut dan hidung kemudian berkembangbiak di dalam kerongkongan dan di dalam traktus gastrointestinal (usus) akan menyebar melalui pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Masa inkubasi yang diperlukan berkisar 5 35 hari dengan rata-rata 7 14 hari.8Ada beberapa faktor yang menentukan apa sebabnya tempat-tempat tertentu dari SSP lebih sering terserang virus polio daripada tempat-tempat yang lain. Faktor yang yang berperan dalam hal ini adalah:81. Jumlah (banyaknya) dan virulensi virus polio yang memasuki tubuh. 2. Invitation to settle down yang berperan dalam fase pre-paralitik.

Invitasi itulah yang akan menentukan apakah akan terjadi kelumpuhan dan bagian tubuh yang mana yang akan menjadi paralisis. Invitasi itu adalah suatu trauma seperti misalnya suatu infeksi, olah raga berat, tonsilektomi, adenektomi, cabut gigi, fraktur, abses dan lain-lain.8Manifestasi Klinis1. Inapparent infection (90%)Setelah masa inkubasi 7-10 hari, karena daya tahan tubuh maka tidak terdapat gejala klinis sama sekali. Pada suatu endemik menyebabkan imunitas terhadap virus tersebut.32. Abortive poliomielitis (5%)Jarang terjadi, didahului dengan panas, malaise, pusing, muntah dan sakit perut. Sehari-dua hari pertama akan timbul iritasi meningen, termasuk kaku kuduk, muntah, nyeri kepala. Kemudian setelah 2-10 hari akan membaik tanpa gejala sisa, kecuali pada beberapa kasus terjadi kelemahan otot yang transient.33. Non paralitik poliomielitis (1%)Anak demam, lemas, sakit otot, hiperestesia atau parestesia, muntah, diare, pada pemeriksaan fisik didapatkan kaku kuduk, tanda spinal, tanda head drop (bila tubuh penderita ditegakkan dengan menarik pada kedua ketiak akan menyebabkan kepala terjatuh ke belakang), tanda Brudzinski dan Kernig positif, perubahan refleks permukaan dan dalam. Selain itu terdapat tanda tripod dimana saat anak berusaha duduk dari sikap tidur maka ia akan menekuk kedua lutut ke atas sedangkan kedua lengan menunjang ke belakang tempat tidur.34. Paralitik poliomielitis

Dimulai dari gejala seperti pada infeksi klinik yang ringan (minor), diseling dengan periode 1-3 hari tanpa gejala, kemudian disusul dengan nyeri otot, kaku otot, dan demam. Dengan cepat (beberapa jam) keadaan klinik cepat memburuk (mayor) dan menimbulkan kelumpuhan yang maksimal dalam 48 jam saja.3 Tipe spinal (79% dari kasus paralitik): biasanya kelumpuhan yang terjadi tidak lengkap, kaki lebih sering terkena dibanding dengan tangan, terutama terjadi pada bagian proksimal, tidak simetrik dan menyebar dari bagian proksimal kearah distal (descending paralisis). Kelumpuhan lebih sering pada otot yang besar di bagian proksimal (terutama paha), dibanding dengan otot distal yang kecil. Deep tendon refleks akan hilang tanpa gangguan sensori. Jenis dan beratnya kelumpuhan sangat tergantung pada lokasi kerusakan, namun selalu bersifat layuh (flaccid), otot lembek (floppy) tanpa tonus otot. Jenis spinal sering mengenai otot tangan, kaki, dan torso.3 Tipe bulbar (2% dari kasus paralitik): kasus bulbar jarang terjadi. Tipe bulbar terjadi akibat kerusakan motorneuron pada batang otak sehingga terjadi insufisiensi pernapasan, kesulitan menelan, tersedak, kesulitan makan, kelumpuhan pita suara, dan kesulitan bicara. Saraf otak yang terkena adalah saraf V, IX, X, XI dan kemudian VII. Kerusakan pada saraf pusat ini tidak dapat diganti atau diperbaiki sehingga akan terjadi kelumpuhan yang permanen.3 Tipe bulbospinal (19% dari kasus paralitik): kombinasi antara paralisis bulbar dan spinal.35. Post polio syndrome (PPS)

Bentuk manifestasi lambat (15-40 tahun) setelah infeksi polio, dengan gejala klinik polio paralitik yang akut. Gejala yang timbul adalah nyeri otot yang luar biasa, paralisis yang rekuren atau timbul paralisis baru. Patogenesisnya masih belum jelas, namun bukan akibat infeksi yang persisten.3Bagi penderita dengan tanda klinik paralitik, 30% akan sembuh, 30% menunjukkan kelumpuhan ringan, 30% menunjukkan kelumpuhan berat, dan 10% menunjukkan gejala berat serta bisa menimbulkan kematian. Masa inkubasi biasanya 3-35 hari.3Penderita sebelum ditemukannya vaksin terutama berusia di bawah 5 tahun. Setelah adanya perbaikan sanitasi serta penemuan vaksin, usia penderita bergeser pada kelompok anak usia di atas 5 tahun.3Infeksi virus polio pada manusia sangat bervariasi dari gejala yang sangat ringan hingga terjadi paralisis. Infeksi virus polio dapat diklasifikasikan menjadi minor illnesses dan major illnesses (termasuk jenis non-paralitik dan paralitik).8 Minor Illnesses8Gejala klinis ini terjadi sebagai akibat proses inflamasi akibat berkembangbiaknya virus polio. Gejalanya sangat ringan atau bahkan tanpa gejala. Keluhan biasanya nyeri tenggorok dan perasaan tidak enak di perut, gangguan gastrointestinal, demam ringan, perasaan lemas, dan nyeri kepala ringan. Gejala ringan terjadi selama 1-4 hari, kemudian menghilang. Gejala ini merupakan fase enteric dari infeksi virus polio. Masa inkubasi 1-3 hari dan jarang lebih dari 6 hari. Selama waktu itu virus bereplikasi pada nasofaring dan saluran cerna bagian bawah. Gejala klinis yang tidak khas ini terdapat pada 90-95% kasus polio. Major Illnesses8Major illnesses merupakan gejala klinik akibat penyebaran dan replikasi virus di tempat lain serta kerusakan yang ditimbulkannya. Masa ini berlangsung selama 3-35 hari termasuk gejala minor illnesses dengan rata-rata 17 hari. Usia penderita akan mempengaruhi gejala klinis, 1/3 dari kaus polio berusia 2-10 tahun, akan memberikan gambaran bifasik atau dromedary yaitu terdapat 2 letupan kedua kelainan sistemik dan neurologic.Penatalaksanaan8Pengobatan pada penyakit polio sampai sekarang belum ditemukan cara atau metode yang paling tepat. Sedangkan penggunaan vaksin yang ada hanya untuk mencegah dan mengurangi rasa sakit pada penderita.1. Dalam fase akut (Dari mulanya penyakit sampai 4 minggu sesudahnya) Penderita hendaknya diberikan istirahat total Pada anggota tubuh yang terasa nyeri, diberikan botol hangat Berikan analgetik, fenobarbital dan sebagainya Sesudah 2 minggu dan setelah keadaan likuor kembali normal dapat dilakukan fisioterapi2. Fase rekonvalesensi pertama (1-6 bulan) FisioterapiDalam pelaksanaan fisioterapi perlu terdapat kerja sama yang baik antara neurolog, ortoped, dan fisioterapis. Dalam rangka fisioterapi, dapat dilakukan masage, latihan dan elektroterapi (kontraksi yang ditimbulkan oleh elektroterapi itu pada otot-otot tersebut akan menjaga otot-otot itu agar tidak menjadi atropi. Bila kemudian saraf mengalami regenerasi, maka otot-otot masih cukup baik untuk menerima serabut-serabut saraf baru) Tindakan ortopedis untuk menghindarkan timbulnya kontraktur misalnya dengan memasang gipsspalk dan lain-lain. 3. Fase rekonvalensi kedua (6 bulan-3 tahun) Latihan-latihan sebaiknya dilakukan di dalam kelompok-kelompok, agar anak yang cacat tidak merasa minder dari anak-anak yang lain Dalam fase ini mungkin ortoped akan dapat mengusahakan agar dilakukan tindakan operatif seperti misalnya tenotomi atau transplantasi tendonKomplikasi8Komplikasi yang paling berat dari penyakit polio adalah kelumpuhan yang menetap. Kelumpuhan terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapa otot, sering ditemukan.

Kadang bagian dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan terserang polio, sehingga terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada. Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-30 tahun setelah terserang polio. Keadaan ini disebut sindroma post-poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang seringkali menyebabkan kelumpuhan. Komplikasi yang sering terjadi antara lain :1. Kelumpuhan permanen, kelaianan bentuk otot2. Edema paru-paru3. Shock4. Pneumonia dan kesulitan bernapas5. Hipertensi6. Infeksi/Peradangan saluran kemih7. Kelainan ginjal8. MiokarditisPencegahan9Untuk mencegah penyakit polio di antaranya dengan membiasakan pola hidup sehat, sanitasi yang baik dan terus menjaga kualitas gizi sekaligus kebugaran kondisi fisik.salah satu cara terbaik melindungi anak-anak dari penyakit polio. Yakni dengan mencuci tangan dan alat-alat makan seperti piring, gelas, atau pun sendok dengan sabun dan air yang tidak tercemar oleh virus polio. Kemudian jika memasak air sebaiknya dimasak sampai mendidih sempurna, sebab cara ini cukup efektif untuk membunuh virus polio. Sebab diketahui, virus polio liar hidup dengan baik pada suhu 80C. Di luar tubuh manusia, bila terkena panas matahari, virus polio hanya bertahan hidup selama 2 hari, tapi kalau di dalam cuaca lembab lebih lama. Selain itu, imunisasi terhadap polio sampai lengkap pun dapat mencegah penyakit ini. Imunisasi diperlukan untuk membangkitkan kekebalan lokal di usus melalui pemberian vaksin polio. Vaksin ini mengandung tiga jenis virus yaitu tipe 1, 2, dan 3. Caranya, diteteskan ke mulut sebanyak dua tetes setiap kali pemberian atau dikenal dengan Oral. Bila anak sudah mendapatkan imunisasi polio minimal empat kali, hampir dapat dipastikan anak kebal terhadap polio. Bila belum diimunisasi, segera berikan dosis pertama. Anak akan terlindung selama 100 hari, sehingga bila virus polio masuk, tidak berbiak dan menyebabkan penyakit polio, lalu dilanjutkan sampai lengkap.1. Vaksin SalkVaksin Salk ini adalah suspensi dalam air dari virus polio yang virulensinya telah dihilangkan karena telah dicampur dengan formalin. Cara pemberian: Injeksi pertama 1 cc i.m 2-4 minggu kemudian 1 cc i.m 7 bulan kemudian 1 cc i.m. booster2. Vaksin SabinVaksin Sabin ini adalah suatu attenuated live oral vaccine. Vaksin ini mengandung virus polio hidup yang telah dilemahkan dengan jalan passage berturut-turut melalui biakan jaringan. (R.N.A. virion ini tidak ganas lagi, namun protein capsidnya masih dapat menimbulkan antibodi). Vaksin ini dapat diberikan sebagai tablet atau drop peroral. Cara pemberian: Mulai dengan 1 dose Satu bulan kemudian 1 dose Satu bulan kemudian 1 dose Tiga tahun kemudian 1 dose boosterPrognosisPenyakit polio mempunyai prognosis yang buruk, karena pada kasus kelumpuhan mengakibatkan kurang lebih 50-80% kematian yang disebabkan oleh polio. Selain itu karena belum dapat ditemukan obat yang dapat menyembuhkan polio. Pemberian vaksin juga masih kurang efektif untuk mencegah polio, karena banyak orang yang telah diberi vaksin polio tetapi masih terkena penyakit ini.3Jika sumsum tulang belakang dan otak belum terkena, maka lebih dari 90 % kasus dapat sembuh sempurna. Apabila otak dan sumsum tulang belakang sudah terkena maka sangat membahayakan dan akan merupakan suatu keadaan kedaruratan medis dan dapat menyebabkan kelumpuhan atau kematian yang biasanya berhubungan dengan gagal napas.3Kesimpulan1. Masih terdapat Negara-Negara di dunia yang mempunyai virus polio liar yang akan menjadi ancaman bagi Negara-Negara yang rentan(cakupan imunisai rendah)2. Cakupan imunisasi polio masih belum merata di beberapa desa3. Tiga factor resiko utama terjadinya KLB (Kejadian Luar Biasa) yaitu : Tingkat imunitas masyarakat rendah Sanitasi yang tidak baik Adanya kemudahan transportasiDaftar Pustaka

1. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Edisi 3. Jakarta: CV Sagung Seto; 2003.h.1-19.

2. Lumbantobing SM. Neurologik klinik pemeriksaan fisik dan mental. Edisi 1. Jakarta: FKUI; 2006.h.23-111.

3. Kliegman RM, Stanton BMD, Gerne JS, Schor N, Behrman RE. Nelson textbook of pediatris. 19th edition. Canada: Elsevier; 2011.h.893-1087.

4. Dewanto W, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan praktis diagnosis dan tata laksana penyakit saraf. Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.58-61.

5. Morton PG. Paduan pemeriksaan kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.56.

6. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku ajar pediatrik rudolph. Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.246-51.7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing; 2009.h.181-555.

8. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku ajar infeksi dan pediatri tropis. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012.h.182-191.

9. Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman imunisasi di Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2011.h.264-80.

3