PERUBAHAN FISIOLOGI BBL

15
PERUBAHAN FISIOLOGI /ADAPTASI FISIK PADA BAYI BARU LAHIR PENDAHULUAN Sebagai seorang bidan harus mampu memahami tentang beberapa adaptasi atau perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi. Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling cepat terjadi adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi darah, termoregulasi, dan kemampuan dalam mengambil dan menggunakan glukosa. ADAPTASI /PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah : 1. Perubahan sistim pernapasan / respirasi Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru. a. Perkembangan paru-paru Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabnga dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjit sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnakan sepenuhnya berkembang, walaupun

Transcript of PERUBAHAN FISIOLOGI BBL

Page 1: PERUBAHAN FISIOLOGI BBL

PERUBAHAN FISIOLOGI /ADAPTASI FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

PENDAHULUAN

Sebagai seorang bidan harus mampu memahami tentang beberapa adaptasi atau perubahan fisiologi

bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat. Setelah

lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri

secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya

sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur

suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.

Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan

di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling cepat terjadi

adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi darah, termoregulasi, dan kemampuan dalam mengambil dan

menggunakan glukosa.

ADAPTASI /PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL

Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :

1. Perubahan sistim pernapasan / respirasi

Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah

bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.

a. Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabnga dan kemudian

bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjit sampai

sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnakan sepenuhnya berkembang,

walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru

yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru

dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

b. Awal adanya napas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :

1). Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang

pusat pernafasan di otak.

Page 2: PERUBAHAN FISIOLOGI BBL

2). Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan,

yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.

Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan

pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk

kehidupan.

3). Penimbunan karbondioksida (CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.

Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan

CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

4). Perubahan suhu

Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

1). Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

2). Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan(lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup

dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan

jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi

surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk

menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.

Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang

menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak

oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya

sudah terganggu.

d. Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama

persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang

dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat

menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas

Page 3: PERUBAHAN FISIOLOGI BBL

yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru

dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan

kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami

vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima

oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang

akan memperburuk hipoksia.

Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan

akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin

menjadi sirkulasi luar rahim.

2. Perubahan pada sistem peredaran darah

Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi

melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.Untuk membuat sirkulasi yang baik,

kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :

a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen

menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi /meningkatkan

resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.

Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah

1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan

menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan

tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua

kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk

menjalani proses oksigenasi ulang.

2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan

tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan

terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan

peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan

Page 4: PERUBAHAN FISIOLOGI BBL

atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada

atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.

Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional

dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan

fibrosa berlangsung 2-3 bulan.

Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi

a. sirkulasi darah fetus

1). Struktur tambahan pada sirkulasi fetus

a). Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke

permukaan dalam hepar

b). Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan

sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke

dalam vena cava inferior.

c). Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam

ventriculus sinistra

d). Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta

desendens

e). Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta.

Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri

umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai

arteri hypogastica.

2). Sistem sirkulasi fetus

a). Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam

hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan

mengembalikan darah ke vena cava inferior

b). Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari venaumbilicalis dan mengalirkan sejumlahbesar

darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior

Page 5: PERUBAHAN FISIOLOGI BBL

c). Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior dan

badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus

venosus dan membawanya ke atrium dextrum

d). Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi

dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari

sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan

kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya

untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior.

Dengan demikian hepar, jantung dan serebrum menerima

darah baru yang mengalami oksigenasi

e). Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium

dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena

cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam

venriculus dexter

f). Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran keparu - paru yang nonfungsional,yanghanya

memerlukan nutrien sedikit

g). Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam

aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis

dan ekstremitas inferior

h). Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah kembali

ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan

nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal

b. Perubahan pada saat lahir

1). Penghentian pasokan darah dari plasenta

2). Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru

3). Penutupan foramen ovale

4). Fibrosis

a). Vena umbilicalis

b). Ductus venosus

Page 6: PERUBAHAN FISIOLOGI BBL

c). Arteriae hypogastrica

d). Ductus arteriosus

Sirkulasi darah bayi sirkulasi darah janin

3. Pengaturan suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress

dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih

tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang

dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi

untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan

hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh

tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering

bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi

panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini

akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.Semakin lama usia kehamilan

semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan

asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan

berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBlL

4. Metabolisme Glukosa

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan

tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa

darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1

sampai 2 jam).

Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :

a. melalui penggunaan ASI

Page 7: PERUBAHAN FISIOLOGI BBL

b. melaui penggunaan cadangan glikogen

c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa

dari glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang

cukup.Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama

bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang

mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.

Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi

cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam

keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang

mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena

simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).

Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis,, apneu,

tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada

awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel

otak.

5. Perubahan sistem gastrointestinal

Adaptasi Sistem Gastrointestinal

Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini (Gorrie, et al., 1998).

Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan kosong dalam 3 jam (Olds, et al., 1980) untuk pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam 2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al., 1998). Spingter cardiac antara esophagusdan lambung pada neonatus masih immatur (Olds, et al., 1980), mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan regurgitasi makanan segera setelah diberikan (Gorrie, et al., 1998). Regurgitasi juga dapat terjadi karena kontrol persarafan pada lambung belum sempurna (Olds, et al., 1980).

BBL mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan jika dibandingkan dengan orang dewasa. Keadaan ini menyebabkan area permukaan untuk absorbsi lebih luas (Gorrie, et al., 1998). Bising usus pada keadaan normal dapat didengar pada 4 kuadran abdomen dalam jam pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan sistem saraf simpatis merangsang peristaltik (Simpson & Creehan,2001).

Page 8: PERUBAHAN FISIOLOGI BBL

Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan cairan mulai masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk dalam beberapa hari pertama kehidupan (Gorrie, et al., 1998) sehingga

meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir. Bakteri ini penting untuk pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds, et al., 1980). Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak (Jensen et al., 2004). Amilase pankreas mengalami defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah lahir. Sebagai akibat, BBL tidak bisa mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti yang terdapat pada sereal. Selain itu BBL juga mengalami defisiensi lipase pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari pada lemak yang terdapat pada susu formula ( Gorrie, et al., 1998).

Feses pertama yang dieksresi olehbayi disebut mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan, kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau, dan lengket. Mekonium terkumpul dalam usus fetus sepanjang usia gestasi, mengandung partikel-partikel dari cairan amnion seperti sel kulit dan rambut, sel-sel yang terlepas dari saluran cerna, empedu dan sekresi usus yang lain (Gorrie, et al., 1998 & Olds, et al.,1980). Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir. Jika tidak keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan distensi abdomen dan dicurigai kemungkinan obstruksi (Gorrie, et al., 1998 & Simpson & Creehan, 2001). Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional, bewarna coklat kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium. Feses ini merupakan kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya sesuai tipe makanan yang didapat oleh bayi (Gorrie, et a., 1980). Tabel berikut menjelaskan karaktertisik penting sistem pencernaan sebelum dan setelah lahir.

Karakteristik sistem pencernaan

sebelum kelahiran

Sebelum lahir Setelah lahir

- gastrointestinal relatif inaktif.

Fetus menelan cairan amnion dan memperlihatkan gerakan mengisap dan menelan dalamuterus.

- tidak ada makanan yang diterima melalui G.I.T.

- tidak terjadi pengeluaran feses.

Pada keadaan hipoksis atau distres, spingter anal relaksasi dan mekonium terlepas kedalam cairan amnion, mengindikasikan fetal distres.

Page 9: PERUBAHAN FISIOLOGI BBL

Setelah Kelahiran

- bayi dapat mengisap dan menelan, mampu mencerna dan mengeliminasi Asi dan susu formula.

- bayi mudah menelan udara selama makan dan menangis.

- peristaltik aktif pada bagian abdomen yang lebih bawah karena bayi harus mengeluarkan feses.

Tidak adanya feses dalam 48 jam pertama mengindikasikan obstruksi isi usus.

. Dikutip dari Burrough & Leifer (2001)

Universitas Sumatera Utara44 Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006

6. Sistem kekebalan tubuh/ imun

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan

terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan

alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang mencegah

atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:

a. perlindungan oleh kulit membran mukosa

b. fungsi saringan saluran napas

c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus

d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL

membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya

BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.

Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung

banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih

belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan

balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.

Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi

terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada

Page 10: PERUBAHAN FISIOLOGI BBL

praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta

pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.

Periode neonatus meliputi waktu dari sejak lahir sampai usia 28 hari, merupakan waktu penyesuaian dari kehidupan intrauteri ke ekstra-uteri (Olds, et al., 1980). Setelah lahir neonatus (BBL) harus bisa melakukan perubahan fisiologis yang sangat besar untuk beradaptasi dengan kehidupan baru. Bayi harus berupaya agar fungsifungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri (Gorrie et al., 1998).

Ketidakmampuan bayi beradaptasi dengan kehidupan ekstra-uteri mempengaruhi kondisi kesehatannya dan bahkan dapat berakibat fatal. Hal ini dapat terlihat dari Kematian neonatal terbanyak terjadi selama minggu pertama kehidupan (Saifuddin, dkk., 2000). Selama minggu pertama tersebut, masa 24 jam pertama kehidupan adalah signifikan karena merupakan periode kritis, transisi dari kehidupan intrauteri ke ekstra-uteri. Secara statistik, risiko kematian dan kesakitan selama periode ini sangat tinggi (Olds, et al., 1980). harus mengidentifikasi perubahan fisiologis yang terjadi segera setelah bayi lahir sampai beberapa hari kemudian untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah dan abnormalitas (Simpson & Creehan, 2001).

Salah satu proses adaptasi fisiologis yang harus dilakukan bayi dan diidentifikasi oleh perawat selama periode transisi kehidupan fetus ke neonatus adalah adaptasi sistem gastrointestinal (Gorrie et al., 1998).

Heart The position of the heart in infants is more midline than in older children. The first heart sound is normal, whereas the second heart sound may not be split in the first day of life. Decreased splitting of the second heart sound is noted in PPHN (also known as persistent fetal circulation), transposition of the great vessels, and pulmonary atresia. Heart murmurs in newborns are common in the delivery room and during the first day of life. Most of these murmurs are transient and are a result of closure of the ductus arteriosus, peripheral pulmonary artery stenosis, or a small VSD. Pulses should be palpated in the upper and lower extremities, usually over the brachial and femoral arteries. Blood pressure in the upper and lower extremities should be measured in all patients with a murmur or heart failure. An upper-to-lower extremity gradient of more than 10 to 20 mm Hg suggests coarctation of the aorta. Abdomen In the abdomen, the liver may be palpable 2 cm below the right costal margin. The spleen tip is less likely to be palpable. A left-sided liver suggests situs inversus and asplenia syndrome. Both kidneys should be palpable in the first day of life with gentle, deep palpation. The first urination occurs during the first day of life in greater than 95% of normal term infants. Genitalia The appearance of the genitalia varies with gestational age. At term, the testes should be descended into a well-formed pigmented and rugated scrotum. The testes occasionally are in the inguinal canal; this is more common among preterm infants, as is cryptorchidism. Scrotal swelling may represent a hernia, transient hydrocele, in utero torsion of the testes, or, rarely,

Page 11: PERUBAHAN FISIOLOGI BBL

dissected meconium from meconium ileus and peritonitis. Hydroceles are clear and readily seen by transillumination, whereas testicular torsion in the newborn may present as a painless, dark swelling. The urethral opening should be at the end of the penis. Epispadias or hypospadias alone should not raise concern about pseudohermaphroditism. If no testes are present in the scrotum and hypospadias is present, however, problems of sexual development should be suspected (see Chapter 177). Circumcision should be deferred with hypospadias because the foreskin is needed for the repair. The normal prepuce is often too tight to retract in the neonatal period. The female genitalia normally may reveal a milky white or blood-streaked vaginal discharge as a result of maternal hormone withdrawal. Mucosal tags of the labia majora are common. Distention of an imperforate hymen may produce hydrometrocolpos and a lower midline abdominal mass as a result of an enlarged uterus. Clitoral enlargement with fusion of the labial-scrotal folds (labia majora) suggests adrenogenital syndrome or exposure to masculinizing maternal hormones.