Asuhan bbl

49
ASUHAN BAYI BARU LAHIR Kul 3 handa UNS’10

Transcript of Asuhan bbl

Page 1: Asuhan bbl

ASUHAN BAYI BARU LAHIR

Kul 3 handa UNS’10

Page 2: Asuhan bbl

Perlindungan Thermal• Bayi baru lahir dengan cepat mengalami stress

denga adanya perubahan suhu. • Bayi cukup bulan dengan berat normal tidak dapat

menjaga temperatur tubuhnya secara adekuat hingga setidaknya berusia dua hari.

• Bayi bayi ini dapat menjadi hipotermi dalam ruangan yang relatif hangat bila berada dalam keadaan basah atau tidak tertutup.

• Bayi baru lahir dapat mengalami kehilangan panas tubuhnya melalui konveksi, konduksi, evaporasi dan konduksi.

Page 3: Asuhan bbl

• Konduksi adalah proses hilangnya panas tubuh melalui kontak langsung dengan benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah. Contoh : bayi diletakkan diatas meja yang terbuat dari logam, kasur atau timbangan yang suhunya lebih rendah dari suhu tubuhnya.

• Konveksi adalah proses hilangnya panas tubuh melalui kontak dengan udara yang dingin disekitarnya. Contoh : bayi berada dalam suatu ruangan yang dingin atau menggunakan kipas angin, pendingin ruangan,atau ruangan yang terbuka dimana angin secara langsung bertiup mengenai tubuhnya.

Page 4: Asuhan bbl

• Evaporasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila bayi berada dalam keadaan basah. Contoh : bayi tidak segera dikeringkan setelah proses kelahirannya atau setelah dimandikan.

• Radiasi adalah proses hilangnya panas tubuh bila bayi diletakkan dekat dengan benda-benda yang lebih rendah suhunya dari suhu tubuhnya. Contoh : bayi diletakkan dekat dengan tembok yang dingin.

Segera setelah bayi lahir, upayakan untuk mencegah hilangnya panas dari tubuh bayi.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara sbb:

Page 5: Asuhan bbl

Mengeringkan tubuh bayi

• Segera setelah bayi diletakkan pada perut ibu, keringkan kepala dan tubuh bayi dari cairan ketuban atau cairan lain yang membasahi tubuh bayi baru lahir. Bila didapatkan cairan pada permukaan tubuh bayi, cairan ini akan diuapkan oleh tubuhnya, sehingga bayi dapat mengalami hipotermi.

• Dianjurkan untuk mengeringkan tubuh bayi dengan handuk atau kain yang hangat.

• Hal ini memberikan dua keuntungan bagi bayi. Pertama, suhu tubuh bayi tetap terjaga dan yang kedua, memberikan rangsangan taktil pada tubuh bayi sehingga dapat merangsang timbulnya upaya nafas.

Page 6: Asuhan bbl

Selimuti bayi terutama bagian kepala dengan kain yang kering

• Bagian kepala bayi mempunyai permukaan yang paling luas dibandingkan dengan seluruh tubuhnya, sehingga bila permukaan kepala tidak ditutupi bayi akan kehilangan panas tubunya secara cepat.

Page 7: Asuhan bbl

Ganti handuk atau selimut yang basah

• Benda basah yang melekat pada permukaan tubuh bayi, juga dapat menurunkan suhu tubuhnya.

• Kain, handuk atau selimut yang dipergunakan sejak awal asuhan dan kemudian menjadi basah baiknya segera diganti dengan yang baru (harus bersih, kering dan hangat).

• Selimuti bayi dengan kain yang baru setelah tindakan yang diperlukan selesai dilaksanakan.

Page 8: Asuhan bbl

Jangan menimbang bayi dalam keadaan tidak berpakaian

• Menimbang bayi segera sesudah lahir, apalagi dalam kondisi tanpa pakaian yang beresiko menyebabkan hilangnya panas dari tubuh bayi.

• Timbanglah bayi setelah memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya.

• Berat yang tercatat dapat disesuaikan dengan mengurangi jumlah berat pakaian tersebut.

Page 9: Asuhan bbl

Jangan mandikan bayi setidak-tidaknya 6 jam setelah persalinan

• Pada bayi yang lahir normal dan tidak mempunyai masalah pernafasan, dibutuhkan cukup waktu setelah bayi dilahirkan sebelum bayi tersebut dimandikan.

Page 10: Asuhan bbl

Hal-hal penting yang harus diperhatikan sebelum memandikan bayi adalah :

• Jangan mandikan bayi setidak-tidaknya hingga 6 jam setelah persalinan.

• Memandikan bayi mungkin harus ditunda lebih lama lagi bila didapatkan penyulit seperti asfiksi pada BBL.

• Pastikan bahwa suhu tubuh bayi sudah stabil (suhu aksilla 36-37ºC)

• Pastikan bayi tidak mengalami problem pernafasan • Gunakan air hangat untuk memandikan bayi, dan lakukanlah

dalam ruangan yang cukup hangat pula.• Mandikan secara cepat dan segera keringkan ut ibbayi dengan

handuk kering untuk mencegah hilangnya panas yang berlebihan.• Segera kenakan pakaian bayi setelah dimandikan.

Page 11: Asuhan bbl

Lingkungan yang hangat

• Letakkan bayi pada lingkungan yang hangat. Amat dianjurkan untuk meletakkan bayi dalam dekapan ibunya (sumber panas yang sesuai).

Page 12: Asuhan bbl

PEMELIHARAAN PERNAFASAN

• Pemeliharaan pernafasan bayi dilakukan sejak kepala mulai keluar dari jalan lahir, yaitu dengan melakukan pembersihan lendir serta cairan yang berada disekitar mulut dan hidung dengan kapas atau kain kassa steril.

• Kemudian kedua kelopak matanya dibersihkan dengan kapas atau kain kassa steril satu demi satu, dimulai dari dalam keluar.

Page 13: Asuhan bbl

• Kemudian kedua kaki bayi dipegang dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain memegang kepala bayi yang lebih rendah daripada kaki dengan posisinya dalam ekstensi sedikit untuk memungkinkan cairan atau lendir mengalir keluar dari trakea dan farings.

• Sementara itu seorang membantu menghisap lendir dan cairan dengan alat penghisap lendir.

Page 14: Asuhan bbl

• Bayi sehat akan menangis dalam waktu 30 detik, tidak perlu dilakukan apa-apa lagi oleh karena bayi mulai bernafas dan warna kulitnya kemerah-merahan.

• Kemudian bayi diletakkan mendatar kira-kira sama tingginya dengan atau sedikit dibawah introitus vagina.

• Bila bayi masih belum bersih dari cairan dan lendir, penghisapan lendir diteruskan, mula-mula dari mulut, kemudian dari lubang hidung, supaya jalan nafas babas dan bayi bernafas sebebas-bebasnya (Prawirodihardjo, 2002, hal.215-216).

Page 15: Asuhan bbl

PEMOTONGAN TALI PUSAT

• Pemotongan dan pengikat tali pusat menyebabkan pemisahan fisik antara ibu dan bayi.

• Waktu pemotongan tali pusat tergantung dari pengalaman seorang ahli kebidanan.

• Pemotongan sampai denyut nadi tali pusat terhenti dapat dilakukan pada bayi normal, sedangkan pada bayi gawat (high risk baby) perlu dilakukan pemotongan tali pusat secepat mungkin, agar dapat dilakukan pemotongan tali pusat secepat-cepatnya (Prawirodihardjo, 2002, hal. 217).

Page 16: Asuhan bbl

• Bayi yang basah dan licin ditempatkan ditempatkan ditempatkan diatas perut ibu yang sudah dialaskan dengan kain atau handuk yang kering.

• Rendahkan kepala bayi sedikit kebawah, segera keringkan bayi dan tutupi kepala serta tubuhnya dengan handuk atau kain yang kering tersebut.

(PUSDIKNAKES, 2003, hal. 4-18).

Page 17: Asuhan bbl

Ada 2 pola pemotongan tali pusat, yaitu :

1. Pola diatas perut ibu• Meletakkan kain yang ada diperut ibu dengan posisi

kepala lebih rendah (ekstensi) lalu dibungkus dengan kain, dibuka bagian dada dan perut.

• Jepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 sentimeter dari pangkal tali pusat (IBI, 2005, hal. 13).

• Lakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan pasang klem kedua 2 sentimeter dari lem pertama. Pegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri dan dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, potong tali pusat diantara kedua klem

(PUSDIKNAKES, 2003, hal. 4-18)

Page 18: Asuhan bbl

2. Pola dekat perineum ibu• Meletakkan bayi baru lahir setelah dinilai diatas kain

yang ada dibawah perineum ibu (IBI, 2005, hal. 13), • kemudian segera jepit tali pusat menggunakan klem

kira-kira 3 sentimeter dari pangkal tali pusat.• Lakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan

pasang klem kedua 2 sentimeter dari lem pertama.• Pegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tali

pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri dan dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, potong tali pusat diantara kedua klem.

Page 19: Asuhan bbl

EVALUASI NILAI APGAR• Nilai Apgar adalah satu sistem penilaian yang dipakai untuk

mengevaluasi bayi baru lahir pada menit pertama dan kelima setelah kelahirannya.

• Jika terdapat masalah, maka nilai Apgar akan membantu dalam menentukan tingkat keseriusan dari depresi bayi baru lahir tersebut serta arah langkah yang harus diambil.

• Jumlah nilai seluruhnya didapat dengan jalan mengevaluasi kelima tanda-tanda : rupa atau warna, nadi atau detak jantung, ringisan atau respons wajah bayi ketika kakinya disentuh, kegiatan atau tonus otot lengan dan kaki, respirasi atau pernafasan.

• Masing-masing tanda-tanda tersebut diberi angka 0, 1 atau 2. angka tertinggi adalah 10.

Page 20: Asuhan bbl

Sistem penilaian Apgar

Tanda-tanda 0 1 2

Rupa / warna Pucat atau biru Tubuh merah, tangan dan kaki biru

Seluruhnya merah

Nadi / detak jantung

Tidak terdapat detak jantung

Lambat – dibawah 100x/mnt. Detak jantung lemah

Diatas 100x/mnt. Detak jantung kuat

Wajah menyeringai/ respons terhadap sentuhan

Tidak ada respons atau reaksi

Meringis atau wajahnya kecut

Menangis, batuk atau bersin

Kegiatan tonus atau otot

Tangan dan kaki lumpuh

Ada sedikit pergerakan sebagai reaksi terhadap rangsangan

Pergerakan aktif, kaki dan tangan bergerak

(PUSDIKNAKES, 2001, hal.3-132).

Page 21: Asuhan bbl

Klasifikasi klinik :

• Nilai 7 – 10 : bayi normal• Nilai 4 – 6 : bayi asfiksia ringan – sedang• Nilai 0 – 3 : bayi asfiksia berat

Page 22: Asuhan bbl

RESUSITASI• Resusitasi adalah segala usaha untuk mengembalikan fungsi

sistem pernafasan, peredaran darah dan otak yang terhenti atau terganggu sedemikian rupa agar kembali normal seperti semula

(FKUI, 2002, hal. 998).Bidan harus mampu melakukan penilaian untuk

mengambil keputusan guna menentukan tindakan resusitasi, yaitu :

Page 23: Asuhan bbl

keputusan bidan guna menentukan tindakan resusitasi

Penilaian Sebelum bayi lahir, sesudah ketuban pecah Apakah air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada

letak kepalaSegera setelah bayi lahir Apakah bayi menangis, bernafas spontan dan teratur, bernafas

megap-megap atau tidak bernafas

Keputusan Memutuskan bayi perlu resusitasi bila : Bayi tidak bernafas atau megap-megap Air ketuban bercampur mekonium

Tindakan Mulai lakukan resusitasi segera bila : Bayi tidak bernafas atau megap-megap : lakukan tindakan resusitasi

bayi baru lahir Bila air ketuban bercampur mekonium : lakukan resusitasi dengan

managemen air ketuban bercampur mekonium.

Page 24: Asuhan bbl

• Penilaian bayi segera setelah bayi baru lahir sangat penting dilaukan dengan jalan menghadapkan bayi kearah penolong agar dapat mengamati.

• Lakukan penilaian cepat dalm 0 menit apakah bayi bernafas, bernafas megap-megap atau tidak bernafas.

• Indikasi ini menjadi dasar keputusan apakah bayi perlu resusitasi (IBI, 2005, hal.9).

• Apabila dalam penilaian bayi baru lahir langsung menangis atau bernafas spontan dan teratur, segera lakukan asuhan bayi baru lahir.

• Segera potong tali pusat, keringkan bayi, tidak perlu penghisapan jalan nafas, dekatkan segera bayi pada payudara ibu dan berikan ASI dini (kontak kulit bayi dengan kulit ibu).

Page 25: Asuhan bbl

• Nilai atau skor Apgar tidak digunakan sebagai dasar keputusan, untuk tindakan resusitasi.

• Penilaian harus dilakukan segera sehingga keputusan resusitasi tidak didasarkan penilaian Apgar, tetapi cara Apgar tetap dipakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada saat 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran.

• Bidan harus siap melakukan resusitasi bayi baru lahir setiap menolong persalinan.

• Tanpa persiapan kita akan kehilangan waktu yang sangat berharga, walau hanya beberapa menit bila BBL tidak segera bernafas, bayi dapat menderita kerusakan otak atau meninggal.

Page 26: Asuhan bbl

Persiapan yang diperlukan adalah tempat dan alat untuk resusitasi

Persiapan KeluargaSebelum menolong persalinan, bicarakan

dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada ibu dan bayi dan persiapan persalinan.

Page 27: Asuhan bbl

Persiapan Tempat Resusitasi– Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan

tempat resusitasi yaitu menggunakan ruangan yang hangat dan terang.

– Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih, dan kering misalnya meja, dipan, atau diatas lantai beralas tikar. Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi kepala bayi.

– Tempat resusitasi sebaiknya dekat dengan pemancar panas dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka).

– Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi.– Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60-100 watt

atau lampu petromak, nyalakan lampu menjelang persalinan (IBI, 2005, hal.6).

Page 28: Asuhan bbl

Persiapan AlatSebelum menolong persalinan, selain menyiapkan alat-alat persalinan juga

harus disiapkan alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :

Kain 1• Fungsi kain pertama adalah untuk mengeringkan bayi baru lahir yang

basah oleh air ketuban segera setelah lahir. • bagi bidan yang sudah biasa dan terlatih meletakkan bayi diatas

perut ibu sebelum persalinan akan menyediakan sehelai kain diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. Itu dapai digunakan untuk bayi asfiksia pula.

• Bagi bidan yang belum biasa melakukan hal yang diatas, dan terbiasa meletakkan bayi di depan perineum setelah lahir selain kain dibawah perineum ibu meletakkan sehelai kain kira-kira 45 cm dari perineum ibu untuk memindahkan bayi.

• Pada prinsipnya penggunaan kain ini ditujukan agar bayi kering dan hangat dan boleh diletakkan diatas perut ibu atau didekat perineum ibu, sesuai dengan kebiasaan bidan.

Page 29: Asuhan bbl

Kain 2• Fungsi kain kedua adalah untuk membungkus

bayi baru lahir agar tetap kering dan hangat, dan mengganti kain pertama yaqng basah sesudah bayi dikeringkan. Kain ini diletakkan diatas tempat resusitasi digelar menutupi permukaan yang rata.

Kain 3• Fungsi kain ketiga adalah untuk mengganjal bahu

bayi agar memudahkan dalam pengaturan posisi kepala bayi. Kain digulung setebal kira-kira 5 cm diletakkan dibawah kain kedua yangmenutupi tempat resusitasi untuk mengganjal bahu.

Page 30: Asuhan bbl

Alat resusitasi

• Kotak alat resusitasi yang berisi alat penghisap lendir delee dan alat resusitasi tabung dan sungkup diletakkan dekat tempat resusitasi.

Maksudnya agar mudah diambil sewaktu–waktu dibutuhkan untuk melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

• Sarung tangan• Jam atau pencatat waktu

Page 31: Asuhan bbl

Persiapan DiriLindungan dari infeksi dengan cara :

• Memakai alat pelindung diri pada persalinan (celemek plastik dan sepatu tertutup)

• Lepaskan perhiasan seperti cincin, jam tangan sebelum cuci tangan

• Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau cairan alkohol dan cairan alkohol

• Keringkan dengan lap bersih• Selanjutnya gunakan sarung tangan (handscoon)

sebelum menolong persalinan (IBI, 2005, hal.8).

Page 32: Asuhan bbl

Langkah-Langkah Tindakan Resusitasi

A. Tahap Awal• Bila bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap

langkah awal yang perlu dilakukan dalam waktu 30 detik adalah :

1). Jaga bayi tetap hangat• Letakkan bayi diatas kain perut ibu• Bungkus bayi dan potong tali pusat• Pindah bayi keatas kain ditempat resusitasi

2). Atur posisi bayi• Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat

penolong • Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi

Page 33: Asuhan bbl

3). Hisap lendir Gunakan alat penghisap lendir delee dengan cara

sebagai berikut :• Hisap lendir mulai dari mulut dulu kemudian dari

hidung • Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik

keluar. Tidak pada waktu memasukkan• Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam (jangan

lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm kedalam hidung) hal itu akan menyebabkan denyut jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti nafas.

Page 34: Asuhan bbl

4). Keringkan dan rangsang bayi

• Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit bantuan. Rangsangan ini dapat membantu bayi baru lahir mulai bernafas atau tetap bernafas.

• Lakukan rangsangan taktil dengan cara : menepuk atau menyentuh telapak kaki kemudian menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan penolong.

Page 35: Asuhan bbl

5). Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi

• Ganti kain yang telah basah dengan kain dibawahnya

• Bungkus bayi dengan kain tersebut jangan menutupi muka dan dada agar bisa memantau pernafasan bayi.

• Atur kembali posisi bayi sehingga kepala sedikit ekstensi

Page 36: Asuhan bbl

6). Lakukan penilaian bayi

• Bila bayi bernafas normal, berikan bayi kepada ibunya kemudian letakkan bayi diatas dada ibu dan selimuti keduanya untuk penghangatan dengan cara kontak kulit bayi ke kulit ibu lalu anjurkan ibu untuk menyusui bayi sambil membelai.

• Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap mulai lakukan ventilasi bayi.

Page 37: Asuhan bbl

B. Tahap ventilasi

• Ventilasi adalah tahapan tindakan untuk memasukkan sejumlah volume udara kedalam paru dengan tekanan positif untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur.

Langkah-langkah ventilasi :1). Pasang sungkup • Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut

dan hidung bayi sehingga tidak ada kemungkinan udara bocor.

Page 38: Asuhan bbl

2). Ventilasi 2 kali• Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm air Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka

alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas bayi terbuka.

• Lihat apakah dada bayi mengembang Bila tidak mengembang periksa posisi kepala,

pastikan posisi sudah ekstensi kemudian periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor.

Setelah itu periksa cairan atau lendir dimulut bila ada lendir atau cairan lakukan penghisapan

(IBI, 2005, hal. 15).

Page 39: Asuhan bbl

3). Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

• Lakukan tiupan 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air

• Pastikan dada mengembang, setelah 30 detik lakukan penilaian

• Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi.

• Bila bayi belum bernafas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi.

Page 40: Asuhan bbl

4). Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian

• Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air

• Hentikan ventilasi setiap 30 detik• Lakukan penilaian bayi apakah bernafas, tidak

bernafas atau megap-megap.• Bila bayi sudah bernafas normal, hentikan ventilasi

dan pantau bayi dengan seksama. • Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap, teruskan

ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan penilaian setiap 30 detik.

Page 41: Asuhan bbl

5). Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas normal sesudah 2 menit ventilasi

• Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan• Teruskan resusitasi sambil menyiapkan untuk rujukan

6). Lanjutkan ventilasi, setelah 20 menit hentikan• Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit• Hentikan ventilasi sesudah 20 menit tak berhasil

(IBI, 2005, hal. 17).

Page 42: Asuhan bbl

Resusitasi berhasil

Sebaiknya bidan tinggal bersama keluarga bayi untuk memantau bayi minimal dua jam pertama.

1. Bila pernafasan bayi dan warna kulitnya normal, berikan bayi pada ibunya

–letakkan bayi diatas dada ibu dan selimti keduanya dengan kain hangat agar bayi tetap hangat

–anjurkan ibu menyusui bayinya sambil membelainya

–lakukan asuhan neonatal

Page 43: Asuhan bbl

2. Lakukan pemantauan seksama terhadap seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama 2 jampertama

–perhatikan tanda-tanda kesulitan bernafas pada bayi : tarikan dinding dada kedalam, nafas megap-megap, frekuensi nafas , 30 kali atau . dari 60 kali per menit

–pantau juga bayi yang berwarna pucat walaupun tmpak bernafas normal.

Page 44: Asuhan bbl

3. Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering• Tunda memandikan bayi sampai dengan 6-24

jam.

4. Bila kondisi bayi memburuk• Perlu rujukan sesudah resusitasi

(IBI, 2005, hal. 21).

Page 45: Asuhan bbl

Rujukan1. Periksa keadaan bayi selama perjalanan menuju

tempat rujukan (pernafasan, warna kulit, suhu tubuh) dan catatan medik.

2. Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup kepala bayi dan bayi dalam posisi ”metode kanguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi dalam satu selimut.

3. Lindungi bayi dari sinar matahari4. Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI

segera kepada bayinya, kecuali pada keadaan gangguan nafas, dan kontraindikasi lainnya (IBI, 2005, hal. 23).

Page 46: Asuhan bbl

Resusitasi tidak berhasil• Bila bayi tidak bernafas setelah resusitasi 20 menit,

hntikan resusitasi. Biasanya bayi tersebut meninggal.

Ibu maupun keluarga memerlukan dukungan moral. Sehingga berbicara dengan keluarga secara hati-hati

dan bijaksana serta memberikan dukungan moral sesuai budaya setempat sangat diharapkan

(IBI, 2005, hal. 26).

Page 47: Asuhan bbl

BONDING ATTACHMENT

• Sejalan dengan perkembangan bulan-bulan pertama kehidupan bayi, bayi dan ibunya saling mengadakan hubungan dan ikatan batin.

• Jika seorang ibu konsisten dalam responsnya dalam setiap kebutuhan bayi dan nampu menafsirkan dengan tepat isyarat seorang bayi, perkembangan bayi akan terpacu dan terbentuklah ikatan batin yang kokoh.

• Keberhasilan dalam hubungan dan ikatan batin antara seorang bayi dengan ibunya dapat mempengaruhi hubungan sepanjang masa

(PUSDIKNAKES, 2003, hal. 44).

Page 48: Asuhan bbl

LAKTASI DINI

• ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garaman organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bayi (Soetjiningsih, 1997, hal. 20).

• Setelah melahirkan, ibu dibersihkan dan diberi pakaian yang bersih dan kering maka bayi yang sudah diselimuti, diberikan kepada ibunya untuk mulai mendapatkan ASI.

Page 49: Asuhan bbl

Tujuan pemberian ASI dini adalah :

• Melatih refleks isap bayi• Membina hubungan psikologis ibu dan anak• Membantu kontraksi uterus melalui rangsangan

pada puting susu• Memberikan ketenangan pada ibu dan

perlindungan bagi bayinya• Mencegah kehilangan panas yang berlebihan

pada bayi• Memberi kesempatan pada suami atau keluarga

untuk mengetahui keadaan ibu dan bayinya.