Pertemuan PPN-perpajakan

27
PPN Barang dan Jasa dan PPnBM Pengenaan Pajak Pertambangan Nilai Barang dan Jasa Dasar Hukum Dasar hukum Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah undang-undang nomor 18 tahun 2000 tentang Perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. PENDAHULUAN Pajak Pertambahan nilai sebenarnya telah lama dikenal walaupun dalam berbagai nama. Ditijau dari sejarahnya pajak penjualan telah diterapkan di Eropa pada abad pertengahan,seperti di Belanda,Spanyol,Jerman,Prancis,dan lain-lain. Secara Kronologis,sejarah perkembangan pemungutan pajak pertambahan nilai di Indonesia meliputi: 1. Pajak Pembangunan I Pajak Pembangunan I atau PPb I dipungut secara resmi per 1 Juni 1947 atas usaha rumah,penginapan,dan penyerahan jasa di rumah makan. PPb I berstatus sebagi pajak pusat yang menjadi pajak daerah sejak tahun 1957. 2. Pajak Peredaran tahun 1950 Pajak peredaran ini berbeda yaitu mengenaannya atas penyerahan barang dan jasa yang dilakukan di Indonesia.Dikenakannya secara berjenjang pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi,mengunakan satu tarif 2,5% dan bersifat kumulatif.Pemungutan pajak peredaran ini tidak berlangsung lama. 3. Pajak Penjualan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1951 yang berlaku per 1 Oktober 1951 selanjutnya menjadi Undang-undang Nomor 35 Tahun 1953 sebagai dasar hukum pemungutan

Transcript of Pertemuan PPN-perpajakan

Page 1: Pertemuan  PPN-perpajakan

PPN Barang dan Jasa dan PPnBM

Pengenaan Pajak Pertambangan Nilai Barang dan Jasa

Dasar HukumDasar hukum Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah adalah undang-undang nomor 18 tahun 2000 tentang Perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

PENDAHULUANPajak Pertambahan nilai sebenarnya telah lama dikenal walaupun dalam berbagai

nama. Ditijau dari sejarahnya pajak penjualan telah diterapkan di Eropa pada abad pertengahan,seperti di Belanda,Spanyol,Jerman,Prancis,dan lain-lain.

Secara Kronologis,sejarah perkembangan pemungutan pajak pertambahan nilai di Indonesia meliputi:

1. Pajak Pembangunan IPajak Pembangunan I atau PPb I dipungut secara resmi per 1 Juni 1947 atas usaha rumah,penginapan,dan penyerahan jasa di rumah makan.PPb I berstatus sebagi pajak pusat yang menjadi pajak daerah sejak tahun 1957.

2. Pajak Peredaran tahun 1950Pajak peredaran ini berbeda yaitu mengenaannya atas penyerahan barang dan jasa yang dilakukan di Indonesia.Dikenakannya secara berjenjang pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi,mengunakan satu tarif 2,5% dan bersifat kumulatif.Pemungutan pajak peredaran ini tidak berlangsung lama.

3. Pajak Penjualan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1951 yang berlaku per 1 Oktober 1951 selanjutnya menjadi Undang-undang Nomor 35 Tahun 1953 sebagai dasar hukum pemungutan pajak penjualan yang dikenali dengan pajak penjualan 1951 (PPN 1951).Pemungutan PPN 1951 ini menggunakan Single Stage Tax pada tingkat pabriknya (manufacturer’s sales tax).Pada tingkat perkembangannya, pajak pnjualan memperluas objek pajaknya yaitu dengan Undang-undang Nomor 20 PrP dan Nomor 21 PrP tahun 1959 bahwa Pajak penjualan dikenakan atas penyerahan 18 jenis jasa. Perluasan berikutnya dengan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1968 yang mengenakan juga atas pemasukan barang dari luar negeri ke Daerah Pabean.

4. Pajak Pertambahan NilaiSifat kumulatif pada pajak penjualan 1951 direformasi dengan dikeluarkan Undang-undang nomor 8 tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yaitu pada saat reformasi sistem perpajakan nasional.Karena pertimbangan ditinjau dari pengelompokkannya PPN ini termaksud Non-Commulative Multi Stage Sales Tax.Non-Commulative dimaksudkan bahwa mekanisme pengumutan PPN dikenakannya pada niali tambah dari barang kena pajak dan jasa kena pajak. Dengan Undang-undang

Page 2: Pertemuan  PPN-perpajakan

Nomor 11 tahun 1994 yang diberlakukan per 1 Januari 1995 PPN dan PPnBM mengalami perubahan.

Pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah atau disingkat PPN dan PPnBM merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi didalam negeri (didalam daerah pabean),baik konsumsi barang maupun konsumsi jasa.Oleh karena itu,barang yang tidak dikonsumsi didalam daerah pabean (diekspor),dikenakan pajak dengan tarif 0%.Sebaliknya, atas impor barang dikenakan pajak yang sama dengan produksi barang dalam negeri.Sesuai dengan pertimbangan keadaan ekonomi sosial,dan budaya, tidak semua jenis barang dan jasa dikenakan pajak.

MEKANISME PEMUNGUTAN PPN Sebelum barang kena pajak atau jasa kena pajak dikomsumsi pada tingkat

komsumen,PPN telah dipungut pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. Pemungutan pada setiap tingkat ini tidak menimbulkan efek ganda (casscade effect) karena adany aumur kredit pajak. Oleh karena itu,beban pajak oleh konsumen besarnya tetap sama,tidak terpengaruh oleh panjang atau pendeknya jalur produksi atau jalur distribus.

Pengusaha kena pajak.Nilai tambah ini dimaksudkan adalah selisi harga jual dan harga pokok barng tersebut. Selanjutnya berapakah besarnya pajak yang terutang atas nilai tambah?Hal tersebut dikenal 3 metode:

1. Additon MethodPada metode ini bahwa PPN dihitung dari tarif kali seluruh penjumlahan nilai tambah.Pada metode ini disyaratkan bahwa setiap pengusaha kena pajak harus mempunyai pembukuan yang tertib dan rinci atas biaya yang dikeluarkan.

2. Subtraction MethodPada metode ini,PPN yang terutang dihitung dari tarif kali selisi antara harga penjualan dengan harga pembelian.

3. Credit Method Metode ini hampir sama dengan metode butir 2 diatas.Pada credit method ini harus mencari selisi antara pajak yang dibayar saat pembelian dengan pajak yang dipungut saat penjualan.metode ini hasilnya lebih akurat karena dimungkinkan komponen harga beli terdapat komponen yang terutang PPN.Dalam metode pengkreditan mengunakan Subtraction Method.Demikian pula penyebutan invoice method sebagai akibat dituntut alat bukti berupa faktur pajak (tax invoice)

SIFAT,TIPE,DAN PRINSIP PEMUNGUTANSifat Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai mempunyai beberapa sifat pemungutan:

1. PPN sebagai pajak ObjektifPengutan PPN ini mendasarkan objeknya tampa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

2. PPN Sebagai pajak tidak langsung Sifat ini menjelaskan bahwa secara ekomonis beban PPN dapat dialikan kepada pihak lain.Namun dari segi Yuridis tanggung jawab penyetoran pajak tidak berada pada penanggung pajak (pemikul beban).

Page 3: Pertemuan  PPN-perpajakan

3. Pemungutan PPN Multi Steage Tax Pemungutan PPN dilakukan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi dari pabrikkan,pedangang besar,sampai dengan pengecer.

4. PPN dipungut dengan mengunakan alat bukti faktur pajak.Credit Method sebagai metode yang digunakan dengan konsekuensi pengusaha kena pajak harus menerbitkan faktur pajak sebagai bukti pemungutan PPN.

5. PPN bersifat netralNetralitas ini dapat dibentuk karena adanya 2 faktor:a.PPN dikenakan atas konsumsi barang atau jasa ;b.PPN dipungut mengunakan prinsip tempat tujuan.

6. PPN tidak menimbulkan pajak ganda7. PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri penyerahan barang kena pajak

atau jasa kena pajak dilakukan atas konsumsi dalam negeri.

Tipe Pemungutan Memperhatikan tipe pemungutan atau perlakukan perolehanya barang modal dapat diklasifikasikan dalam :

1. Consumption Type Value Added TaxPada tipe ini semua pembelian yang digunakan untuk produksi termaksud barang modal dikurangkan dari nilai tambahnya sehingga memberikan sifat netral PPN atas pola produksi.

2. Net Income Type Value Added TaxPada tipe ini tidak dimungkingkan adanya pengurangan pembelian barang modal dari dasar penggunaaan.Pengurangan tersebut diperkenangkan hanya sebesar penyusutan yang ditentukan pada saat penghitung Net Income dalam rangka penghitungan PPh.cara ini berakibat pengenangaan pajak 2 kali atas barang modal.

3. Gross Produksi Type Value Added TaxTipe ini menyatakan bahwa pembelian barang modal tidak diperkenakan sama sekali untuk dikurangkan dari dasar pengenaan pajak.Akibatnya sama saja yaitu barang modal dikenakan pajak 2 kali yaitu pada saat pembelian dan dilakukan melalui hasil produksi yang dijuaal kepada konsumen.

Prinsip Pemungutan Dari mekanisme pemungutan PPN,terdapat 2 prinsip pemungutan,yaitu:

1. Prinsip Tempat Tujuan (Destination)Pada prinsip ini PPN dipungut ditempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi;

2. Prinsip Tempat Asal (Origin Principle)Pada prinsip tempat asal ini diartikan bahwa PPN dipungut ditempat asal barang atau jasa yang akan dikonsumsi.

Pemungutan Pajak Petambahan NilaiSebagaimana disebutkan dalam Pasal angka 27 Undang-undang PPN Tahun

2000,Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai adalah Bendaharawan Pemerintah,badan,atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut,menyetor,dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak

Page 4: Pertemuan  PPN-perpajakan

atas Penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada bendaharawan pemerintah,badan atau instansi pemerintah tersebut.

BARANG KENA PAJAK Pengertian

Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN dan PPnBM.Dengan batasan di atas bahwa Barang Kena Pajak dapat dirinci:

1. Barang berwujud atau barang tidak berwujud (Merek Dagang,Hak Paten,Hak Cipta,dan lain-lain)

2. Dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai.

Barang Yang Tidak Dikenakan PajakSesuai dengan pertimbangan ekonomi,sosial,dan budaya, tidak semua jenis

barang dan jasa dikenakan pajak.Semua barang yang merupakan hasil pertanian,perkebunan,kehutanan,perikanan,peternakan,dan hasil agraria lainnya yang diproses, bukan merupakan sasaran pengenaan pajak.

Jenis barang yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai berdasarkan peraturan pemerintah no. 144 Thn 2000 sbb:Kelompok barang yang tidak dikenakan pajak pertambahan nilai yaitu:

1. Barang hasil pertaambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumber jenisnya yaitu:

a. Minyak mentah b. Gas bumi c. Panas bumid. Pasir dan kerikile. Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara dan i. Bijih besi,bijih timah, bijih emas,bijih tembaga,bijih nikel,bijih

perak beserta bijih bauksit.2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak

jenisnya terdiri :a. Berasb. Gabahc. Jagungd. Sague. Kedelai danf. Garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium.

3. Makanan dan minuman yang disajikan dihotel,restoran,rumah makan,warung dan sejenisnya meliputi makanan dan minuman baik yang dikomsumsi ditempat maupun tidak,tidak termaksud makan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau cetering,dan

4. Uang,emas batangan,dan surat-surat berharga.

Page 5: Pertemuan  PPN-perpajakan

JASA KENA PAJAK Pengertian

Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang mengebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termaksud jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pesanan,yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN dan PPnBM.

Batasan tersebut diata mengandung makna bahwa semua jenis jasa dapat dikenakan pajak, kecuali ditetapkan sebaliknya. Dengan memperhatikan ketentuan pasal 4A undang-undang PPN dan PPnBM beserta penjelasannya yang diikuti dengan Peraturan Pemerintah ditetapkanlah bentuk negatif list yaitu daftar jenis jasa yang tidak dikenakan PPN.

Jasa Yang Tidak Dikenakan PajakKelompok jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai mengacu pada

Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 Tanggal 22 Desember 2000 sebagai berikut:

1. Jasa yang dibidang pelayanan kesehatan medik,yang jenisnya meliputi:a. Jasa dokter umum,dokter spesialis,dan dokter gigib. Jasa dokter hewanc. Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur,ahli gigi,ahli gizi,dan fisioterapid. Jasa kebidanan dan dukun bayie. Jasa Paramedis dan perawatf. Jasa rumah sakit,rumah bersalin, klinik kesehatan,laboratorium kesehatan,dan

sanatorium.2. Jasa dibidang pelayanan sosial,yang jenisnya meliputi:

a. Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompob. Jasa pemadam kebakaran kecuali bersifat komersialc. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaand. Jasa Lembaga Rehabilitasi kecuali yang besifat komersiale. Jasa pemakaman termaksud Krematoriumf. Jasa dibidang olah raga kecuali yang bersifat komersial

3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko,yang jenisnya meliputi:a. Jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagimana diatur dalam Undang-

undang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998 kecuali jasa pengedian tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga,jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (perjanjian),serta anjak Piutang.

b. Jasa asuransi,tidak termaksud broker asuransi c. Jasa Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi

4. Jasa dibidang keagamaan,yang jenisnya meliputi:a. Jasa Pelayanan Rumah Ibadahb. Jasa pemberian khotbah atau dakwah

5. Jasa dibidang pendidikan,yang jenisnya meliputi:

Page 6: Pertemuan  PPN-perpajakan

a. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah,seperti jasa penyelenggaraan Pendidikan umum,pendidikan kejuruan,pendidikan luar biasa,pendidikan kedinasan,pendidikan keagamaan,pendidikan akademik dan pendidikan profesional

b. Jasa penyelenggaran pendidikan luar sekolah,seperti kursus-kursus.6. Jasa dibidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan

termaksud jasa dibidang keseniaan yang tidak bersifat komersial seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara Cuma-Cuma.

7. Jasa dibidang penyiaran yang bukan bersifat iklan yaitu jasa penyiaran radio atau televisi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang bukan bersifat iklan yang tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.

8. Jasa dibidang angkutan umum di darat dan di air yaitu jasa angkutan umum di darat, di laut, di danau,dan di sungai yang dilakukan oleh pemerinta atau swasta.

9. Jasa di bidang tenaga kerja yaitu jenisnya meliputi:a. Jasa tenaga kerjab. Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyediaan tenaga kerja

tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut c. Jasa penyelenggara latihan tenaga kerja.

10. Jasa dibidang perhotelan,yang jenisny ameliputi:a. Jasa persewaan kamar termaksud tambahannya di hotel,rumah penginapan

Motel,losmen,hostel,serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap

b. Jasa persewaan ruang untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel,rumah penginapan,motel,losmen,dan hostel.

11. Jasa yang di sediakan oleh pemerintahdalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum,yang jenisnya meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti pemberian izin mendirikan bangunan(IMB),pemberian izin usaha,perdagangan(SIUP),pemberian No. Pokok Wajib Pajak(NPWP),pembuatan kartu tanda penduduk.

OBJEK PAJAKObjek Pajak Pertambahan Nilai

Pajak Pertambahan nilai dikenakan atas:1. Penyerahan barang kena pajak didalam daerah pabean yang dilakukan oleh

pengusaha; Kegiatan penyelenggara barang kena pajak yang dilakukan oleh pengusaha meliputi pengusaha yang telah dikukukan menjadi pengusaha kena pajak maupaun pengusaha yang seharusny dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak.Penyelenggara barang yang dikenakn pajak harus memenuhi syarat-syrat sbb:

a. Barang yang berwujud yang diserahkan merupakan barang kena pajak b. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan barang kena pajak

tidak berwujudc. Penyerahan dilakukan didalam daerah pabean.d. Penyerahan dilakuakan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya.

Page 7: Pertemuan  PPN-perpajakan

2. Impor barang kena pajakPajak juga dipungut pada saat impor barang.Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jendral bea dan cukai.Berbeda dengan penyerahan barang kena pajak tersebut pada butir 1 diatas, maka siapapun yang memasukkan barang kena pajak di daerah pabean tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenakan pajak. Demikain pula atas inpor barang kena pajak yang berdasarkan ketentuan perundang-undangan pabean dibebaskan dari pungutan bea masuk,pajak yang terutang tetap dipungut kecuali ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

3. Penyerah jasa kena pajak yang dilakukan didalam daerahb pabean yang dilkukan oleh pengusaha. Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sbb:

a. Jasa yang diserahkan merupakan jasa kena pajak b. Penyarahan dilakukan didalam daerah pabean c. Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaan pengusaha

yang bbersangkutan.4. Pemanfatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean didalam

daerah pabean, untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan pajak yang sama dengan impor barang kena pajak, maka atas barang kena pajak tidak berwujud yang berasal dari luar daerah pabean yang dimanfaatkan didalm daerah pabean juga dikenakan pajak.Contoh:Pengusaha”A” yang berkedudukan di Jakarta memperoleh hak penggunan merek dimiliki pengusaha “B” yang berkedudukan di Hongkong. Atas pemanfaat merek tersebut oleh pengusa “A” didalam daerah pabean, terutang pajak pertambahan nilai.

5. Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean didalam daerah pabean, atau terhadap jasab yang berasal dari luar daerah pabean yang dimanfaatkan didalam daerah pabean dikenakan pajak menurut undang-undang PPN. Misalnya, pengusaha kena pajak “C” di Surabaya mmemenfaatkan jasa kena pajak berupa maket gedung kantor dari pengusaha “B” yang brkedudukan di Singapura. Atas pemanfaatan jasa kena pajak tersebut, terutang pajjak pertambahan nilai.

6. Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak Atas panyerahan barang kena pajak dari dalam daerah pabean keluar daerah pabean dikenakan pajak menurut undang-undang PPN.

7. Kegiatan pambangunan sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan.Sesuai dengan ketentuan pasal 16 C undang-undang PPN dan PPnBM, pajak pertambahan nilai dikenakan atas kegiatan pembangunan sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atu pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakn sendiri atau digunakan oleh pihak lain yang batasan dan tata caranya ditetapka Menteri Keuangan.

8. Penyerahan aktiva oleh pengusaha kena pajak yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan. Sesuai dengan ketentuan pasal 16 D undang-undang PPN dan PPnBM, pajak pertambahan nilai dikenakan atas penyerahan aktiva oleh pengusa kena pajak

Page 8: Pertemuan  PPN-perpajakan

yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak diperjualbelikan, sepanjang pajak pertambahan nilai yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.

DASAR PENGENAAN PAJAKPengertian

Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang,diperlukan adanya dasar pengenaan pajak (DPP). Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak.

Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah harga jual atau penggantian atau nilai Impor atau nilai Ekspor atau nilai lain yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang. Selanjutnya yang dimaksud dengan Harga jual,penggantia,Nilai Ekspor,dan Niali Impor adalah:

1. Harga JualHarga jual adalah nilai berupa uang,termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak,tidak termasuk Pajak pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang PPn dan PPnBM dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

2. PenggantianPenggantian adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau sehasurnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Paja, tidak termaksud pajak yang dipungut menurut undang-undang ini dan dipotong harga yang dicamtungkan dalam Faktur Pajak.

3. Nilai EksporNilai Ekspor ialah nilai berupa uang termaksud semua biaya yang diminta atau yang seharusnya diminta oleh eksportir. Nilai Ekspor dapat diketahui dari dokumen ekspor, misalnya harga yang tercantum dalam Pemberitahuan EksporBarang (PEB).

4. Nilai ImporNilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pabean untuk impor Barang Kena Pajak,tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-undang PPN dan PPnBM.

Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan PajakNilai lain yang dapat digunakan sebagai dasar pengenaan pajak sesuai dengan

keputusan menteri Keuangan No.251/KMK.03/2002 sebagai penyempurnaan Keputusan Menteri Keuangan No.567/KMK.04/2000 tentang nilai lain sebagai dasar pengenaan pajak yang diberlakukan mulai tanggal 1 Juni 2002,yaitu:

1. Untuk pemakain sendiri barang kena pajak dan atau jasa kena pajak adalah harga jual atau penggantian,setelah dikurangi laba kotor.

2. Untuk memberi Cuma-Cuma barang kena pajak dan atau jasa kena pajak adalah harga jual atau penggantian,setelah dikurangi laba kotor.

3. Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiran harga jual rata-rata

Page 9: Pertemuan  PPN-perpajakan

4. Untuk penyerahan film ceritah adalah perkiraan hasil rata-rata perjudul film5. Untuk persedian barang kena pajak yang masih tersisa pada pembubaran

perusahaan adalah harga pasar wajar6. Untuk aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan sepanjang

PPN atau perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan,adalah harga pasar wajar.

7. Untuk kendaraan bermotor bekas adalah 10% dari harga jual8. Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro parawisata adalah 10% dari

jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.9. Untuk jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang

seharusnya ditagih10. Untuk jasa anjak piutang adalah 5% dari jumlah seluruh imbalan yang diterima

beripa service charge,provisi,dan diskon11. Untuk penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak dari pusat

kecabang atau sebaliknya dan penyerahan barang kena pajak antar-cabang adalah harga jual atau penggantian setelah dikurangi laba kotor

12. Untuk penyerahan barang kena kepada pedangan perantara atau mulai juru lelang adalah harga lelang

Pajak yang terutang atas:1. Pemakaian sendiri barang kena pajak dan atau jasa kena pajak adalah sebesar 10%

x harga jual atau penggantian,setelah dikurang laba kotor2. Pemberian Cuma-Cuma barang kena pajak dan atau jasa kena pajak adalah

sebesar 10% x harga jual atau penggantian,setelah dikurang laba kotor3. Penyerahan medi rekaman suara atau gambar adalah10% x perkiraan harga jual

rata-rata4. Penyerahan film cerita adalah 10% x perkiraan hasil rata-rata per judul film5. persediaan barang kena pajakyang masih tersisa pada saat pembubaran

perusahaan adalah sebesar 10% x harga pasar wajar6. Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan sepajang PPN

atau perolehan aktiva tersebut menurut ketentuan dapat dikreditkan sebesar 10% x harga pasar wajar

7. Kendaraan bermotor bekas sebesar 10% x harga jual8. Penyerahan jasa biro perjalanan / parawisata adalah sebesar 10% x 10% x jumlah

tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih,sehingga tarif efektif adalah 1% x jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih

9. Jasa pengiriman paket adalah sebesar 10% x 10% x jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih, sehingga tarif efektif adalah 1% x jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih

10. Penyerahan jasa anjak piutang adalah sebesar 10% x 5% x jumlah seluruh imbalan yang diterima berupa service charge,provisi,dan diskon,sehingga tarif efektif adalah 0,5% x seluruh imbalan tersebut

Page 10: Pertemuan  PPN-perpajakan

Nilai Penyerahan yang Menggunakan Valuta AsingApabila terjadi penyerahan BKP dan atau JKP yang pembayarannya ternyata

dilakukan dengan menggunakan valuta asing,maka sesuai peraturan pemerintah No.50 Tahun 1994 diatur:

1. Pajak yang terutang harus dikonversi kedalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku sesuai Keputusan Menteri Keuangan pada saat Faktur Pajak dibuat

2. Terhadap penyerahan BKP dan atau JKP dilakukan pada pemungut PPN,besarnya pajak yang terutang harus dikonversi ke mata uang rupiah dengan kurs yang berlaku sesuai keputusan Menteri Keuangan pada saat pemungut PPN melakukan pembayaran.

TARIF PAJAKTarif Pajak Pertambahan Nilai

1. Tarif Pajak Pertambahan Niali sebesar 10%Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku atas penyerahan barang kena pajak dan atau penyerahan Jasa kena Pajak adalah Tarif tunggal,sehingga mudah dalam pelaksanaannya dan tidak memerlukan daftar penggolahan barang atau penggolahah jasa dengan tarif yang berbeda sebagaimana berlaku pada Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak sebesar 0%Pajak pertambahan nilai adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang kena pajak di dalam daerah Pabean. Oleh karena itu,barang kena pajak yang diekspor atau dikonsumsi di luar Daerah pabean,dikenakan pajak pertambahan nilai dengan tarif 0%. Pengenaan tarif 0% bukan berarti pembebasan dari pengenaan pajak pertambahan nilai. Dengan demikian,pajak masukan yang telah dibayar dari barang yang diekspor tetap dapat dikreditkan.

CARA MENGHITUNG PAJAKCara Menghuting Pajak Pertambahan Nilai

Cara Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang adalah dengan mengalikan Tarif Pajak Pertambahan Nilai (10% atau 0% untuk ekspor barang kena pajak) dengan dasar pengenaan pajak

PPN yang terutang =Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak

Dasar Pengenaan Pajak Pajak adalah jumlah harga jual,penggantian,nilai impor,nilai ekspor atau nilai lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.

Pajak pertambahan nilai terutang ini merupakan Pajak keluaran yang dipungut oleh Pengusaha Kena Paja. Bagi Pengusaha Kena Pajak Pembeli merupakan Pajak Masukan.

Page 11: Pertemuan  PPN-perpajakan

Contoh:1. Pengusaha Kena Pajak ”A” menjual tunai barang kena pajak dengan harga jual

Rp.25.000.000,00.Pajak Pertambahan Nilai yang terutang ;10% x Rp.25.000.000,00 = Rp.2.500.000,00Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp. 2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran,yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak ”A”

2. Pengusaha Kena Pajak ”B” melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh Penggantian Rp. 20.000.000,00.Pajak Pertambahan Nilai yang terutang:10% x Rp.20.000.000,00=Rp.2.000.000,00Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp.2.000.000,00 tersebut merupakan pajak keluaran,yang dipungut oleh pengusaha kena pajak ”B”

3. Seorang mengimpor barang kena pajak dari luar daerah pabean dengan nilai impor Rp.15.000.000,00Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah sebesar 10% x Rp.15.000.000,00=Rp.1.500.000,00

PPN / PPnBM Menjadi Barang dari HargaJika Pajak Pertambahan Nilai telah menjadi bagian dari harga atau pembayaran

atas penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak,maka Pajak Pertambahan Nilai yang terutang adalah 10/110 dari harga atau pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak atau Penyerahan Jasa Kena Pajak.

Contoh:Harga termasuk Pajak Pertambahan Nilai = Rp.1.100.000,00Pajak Pertambahan Nilai yang terutang:

10X Rp. 1.100.000,00 = Rp.100.000,00

110

Apabilah penyerahan barang kena pajak juga terutang pajak penjualan atas Barang Mewah dan telah menjadi bagian dari harga atau pembayaran atas barang kena paja,maka cara perhitungan pajaknya menjadi sebagai berikut:a.Pajak Pertambahan Nilai =

10X Rp. Harga atau pembayaran atas penyerahan BKP

110 + t

b.Pajak Penjualan Atas Barang Mewah = t X harga atau pembayaran atas penyerahan BKP 110 + t

Page 12: Pertemuan  PPN-perpajakan

t = besaran tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

Contoh: Harga barang kena pajak yang dikenakan Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan barang mewah Rp.1.300.000,00.Tarif pajak penjualan atas barang mewahyang berlaku atas barang kena pajak tersebut adalah 20%.

Pajak pertambahan nilai yang terutang =

10X Rp. 1.300.000,00 = Rp.100.000,00

110 + 20

Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang =

20X Rp. 1.300.000,00 = Rp.200.000,00

110 + 20

Perhitungan PPN dan PPnBM dalam satu TransaksiDalam suatu transaksi dapat terjadi bahwa transaksi tersebut menjadi objek PPN

dan objek PPnBM karena BKP yang dijual tergolong mewah. Sebagai contoh PT Yulanda adalah sebagai importir melakukan impor Air Conditioner (AC) sebanyak 2000 unit dari Jepang dengan harga impor (CIF) US$ 500.00 per unit, atas impor AC terutang Bea Masuk 50%.Kurs berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Rp. 7.000,00 per US$ 1.00. Perhitungan PPN dan PPnBM:

Harga Impor (CIF) = 2.000 x $ 500.00 x Rp. 7.000= Rp. 7.000.000.000,00Bea Masuk 50% x Rp.7.000.000.000,00 = Rp. 3.500.000.000,00Nilai Impor Rp.10.500.000.000,00 PPN terutang 10% x Rp. 10.500.000.000,00 = Rp. 1.050.000.000,00PPnBM 20% x Rp. 10.500.000.000,00 = Rp. 2.100.000.000,00Jumlah yang harus dibayar importir = Rp.13.650.000.000,00

Selanjutnya atas AC tersebut dijual kepada distribusi PT. Segar dengan harga Rp. 4.000.000,00 per unit AC. Perhitungan harag penyerahan sebagai jumlah yang harus dibayar PT.Segar Sebagai berikut:

Page 13: Pertemuan  PPN-perpajakan

Harga per unit AC Rp. 4.000.000,00Mengeliminasi PPnBM per unit / Rp. 2.100.000.000,00 Rp. 1.050.000,00Dasar pengenaan PPN Rp. 2.950.000,00PPN terutang 10% x Rp.2.950.000,00 Rp. 295.000,00

Sehingga jumlah yang harus dibayar PT.Segar Rp. 4.000.000,00 + Rp. 295.000,00 = Rp. 4.295.000,00

PKP Tidak Melaksanakan Kewajiban Pemungutan Pajak atau Tidak Melaporkan Usahanya

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata pengusaha kena pajak tidak melaksanakan kewajiban pemungutan pajakmaka besarnya dasar pengenaan pajak ditetapkan sebesar harga jual,atau penggantian,atau nilai yang diketemukan dalam pemeriksaan,sehingga besarnya pajak yang terutang dihitung sebesar tarif dikalikan dasar pengenaan pajak tersebut:

Contoh:Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahuiHarga Jual Rp. 10.000.000,00Dasar Pengenaan Pajak Dalam contoh ini Rp. 10.000.000,00Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% x Rp. 10.000.000,00 Rp. 1.000.000,00

Apabila atas penyerahan tersebut juga terutang Pajak Penjualan Atas Barang Mewah misalnya dengan tarif 20%, maka Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang adalah 20% x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00.

Apabila pengusaha yang seharusnya melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak tetapi tidak melaksanakan kewajibannya,maka besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara perhitungan sesuai contoh diatas.

PPN SEBAGAI KREDIT PAJAKDalam pasal 9 Undang-undang PPN dan PPnBM telah diatur bahwa pajak

masukan dalam suatu masa pajak dapat dikreditkan dengan pajak keluaran untuk masa pajak yang sama.

PEMBUATAN KONTRAK ATAU PERJANJIAN TERTULISDalam pembuatan kontrak atau perjanjian tertulis mengenai penyerahan Barang

Kena Pajak dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak,harus disebutkan dengan jelas harga kontrak,dasar pengenaan Pajak,dan besarnya pajak yang terutang. Jika dalam harga kontrak telah termasuk pajak, maka harus disebutkan dengan jelas bahwa dalam harga kontrak telah termasuk pajak. Apabila ketentuan ini tidak dipenuhi,maka jumlah harga yang tercantum dalam kontrak atau perjanjian tertulis tersebut dianggap sebagai Dasar Pengenaan Pajak.

Page 14: Pertemuan  PPN-perpajakan

Contoh pembuatan suatu kontrak atau perjanjian tertulis mengenai penyerahan barang kena pajak yang tergolong Mewah,dapat dibuat sebagai berikut:

Harga Kontrak (sebagai DPP) Rp. 100.000.000,00Pajak Pertambahan Nilai (10%) Rp. 10.000.000,00Pajak Penjualan Atas Barang Mewah misalnya denga tarif 20% Rp. 20.000.000,00Jumlah seluruhnya Rp. 130.000.000,00

Atau dalam pembuatan kontrak atau perjanjian tertulis tersebut cukup disebutkan bahwa dalam harga kontrak sebesar Rp. 130.000.000,00 sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (20%).

Apabila dalam contoh tersebut diatas tidak disebutkan secara terinci mengenai harga kontrak (sebagai Dasar Pengenaan Pajak),Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang,atau dalam kontrak tidak disebutkan secara tegas bahwa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sudah termasuk dalam harga kontrak, maka perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang adalah:

Dasar Pengenaan Pajak Rp. 130.000.000,00 Pajak Pertambahan Nilai 10% Rp. 13.000.000,00Pajak Penjualan Atas Barang Mewah 20% Rp. 26.000.000,00Jumlah Seluruhnya Rp. 169.000.000,00

PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAN BKP RUSAK / MUSNAHPajak Pertambahan Nilai dkenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak dan atau

Jasa Kena Pajak.Dalam hal piutang yang timbul karena penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak tersebut dihapuskan,penghapus tersebut tidak mempunyai akibat atas konsumsi Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak tersebut. Oleh karena itu, penghapusan piutang pajak tidak mengakibatkan harus dilakukan penyesuainpajak yang telah dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak penjual atau Pengusaha Kena Pajak pemberi jasa yang menghapuskan piutangnya, dan tidak mengakibatkan harus dilakukan pengesuaian pajak yang telah dikreditkan atau yang telah dibebankan sebagai biaya oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli atau Pengusaha Kena Pajak menerima jasa yang menikmati penghapusan utangnya.

PENYETORANPenyetoran Pajak Pertambahan Nilai yang terutang harus dilakukan selambat-

lambatnya pada tanggal 15 bulan takwim berikutnya. Apabila tanggal 15 tersebut jatuh pada hari libur,maka penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya.Untuk Impor, Penyetoran harus dilakukan pada hari kerja berikutnya,kecuali yang dipungut pada tanggal 31 Maret harus disetorkan pada hari itu juga.

Page 15: Pertemuan  PPN-perpajakan

KESALAHAN PEMUNGUTAN PAJAKJika terjadi kesalahan pemungutan pajak dan pajak yang salah dipungut tersebut

telah dilaporkan,maka Pengusaha Kena Pajak yang memungut pajak tersebut tidak dapat meminta kembali pajak yang salah dipungut. Namun demikian,pajak yang salah dipungut tesebut dapat dapat diminta kembali oleh pehak yang dipungut (pembeli barang atau penerima jasa, atau pihak yang memanfaatkan barang tidak berwujud atau jasa dari luar Daerah Pabean), sepanjang belum dikreditkan atau belum dibebankan sebagai berikut.

SAAT DAN TEMPAT PAJAK TERUTANGSaat Terutangnya Pajak

Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya menganut prinsip akrual,artinya terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan Barang Kena Pajak atau pada saat penyerahan Jasa kena Pajak atau pada saat impor Barang Kena Pajak,meskipun atas penyerahan tersebut belum atau belum sepenuhnya diterima pembayarannya. Apabila pembayaran diterima sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak, maka terutangnya pajak terjadi pada saat penerimaan pembayaran.

Secara lebih rinci,saat terutangnya pajak sebagai berikut:1. Terutang pajak atas penyerahan barang kena pajak berwujud yang menurut sifat

atau hukumya merupakan barang bergerak terjadi pada saat Barang Kena Pajak tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli,atau pada saat barang kena pajak diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa angkut.

2. Terutangnya pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya merupakan barang tidak bergerak,terjadi pada saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai Barang Kena Pajak tersebut, baik secara hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli.

3. Terutangnya pajak atas penyarahan Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh pengusaha Kena Pajak adalh pada saat yang terjadi lebih dari peristiwa-peristiwa di bawah ini :

a. Saat harga penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dinyatakan sebagai piutang oleh pengusaha Kena Pajak.

b. Saat harga penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud ditagih oleh pengusaha kena pajak .

c. Saat harga penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud diterima pembayarannya,baik sebagai atau seluruhnya oleh pengusaha kena pajak.

d. Saat ditandatanganinya kontrak atau perjanjian oleh pengusaha kena pajak,dalam hal saat-saat sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c tidak diketahui.

4. Terutangnya pajak atas penyerahan jasa kena pajak, terjadi ppada saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata,baik sebagaimana atau seluruhnya.

5. Terutangnya atas impor Barang Kena Pajak, terjadi pada saat barang kena pajak tersebut dimasukkan kedalam daerah pabean.

6. Terutang pajak atas ekspor Barang Kena Pajak, terjadi pada saat Barang Kena Pajak tersebut dikeluarkan dari daerah pabean.

Page 16: Pertemuan  PPN-perpajakan

7. Terutangnya pajak atas aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan dan atas persedian barang kena pajak yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, terjadi pada :

a. Saat ditandatanganinya akta pembubaranb. Saat diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak

melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan

c. Saat diketahuinya bahwa perusahaan tersebut telah bubar berdasarkan data atau dokoumen yang ada.

8. Terutangnya pajak atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud atau jasa kena pajak dari luar daerah pabean adalah pada saat orang pribadi atau badan tersebut mulai memanfaatkan barang kena pajak tidak berwujud atau jasa kena pajak di dalam daerah pabean.

Tempat Pajak Terutang1. Atas penyerahan BKP

Tempat pajak terutang atas penyerahan barang kena pajak dan atau jasa kena pajak di dalam daerah pabean adalah ditempat tinggal atau tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha dilakukan, yaitu ditampat pengusaha dikukuhkan atau seharusnya dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak.

2. Atas impor Dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi ditempat Barang Kena Pajak dimasukkan kedalam daerah pabean dan dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

3. Atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari luar daerah pabean Bagi orang pribadi atau badan yang memanfaatkan barang kena pajak tidak berwujud dan atau jasa kena pajak dari luar daerah pabean, terutangnya pajak terjadi ditempat orang pribadi atau badan tersebut terdaftar sebagai wajib pajak.

4. Atas kegiatan membangun sendiri.Kegiatan membangun sendiri oleh pengusaha kena pajak yang dilakukan didalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya atau oleh bukan pengusaha kena pajak, adalah ditempat bangunan tersebut didirikan.

5. Perusahaan yang mempunyai cabang-cabang Apabila perusahan mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang,baik sebagai pusat maupun sebagai cabang perusahaan, maka pemindahan barabg kena pajak antar tempat tersebut (dari pusat ke cabang atau sebaliknya atau penyerahan barang kena pajak antar cabang), termasuk dalam pengertian barang kena pajak. Yang dimaksud dengan cabang termasuk antara lain lokasi usaha, perwakilan, unit pemasaran, divisi perusahaan, dan sejenisnya.

PAJAK TERUTANG TIDAK DIPUNGUT ATAU DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PAJAK

Dalam hal pajak terutang tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan pajak,maka akan berpengaruh terhadap perlakuan pajak masukannya.

Page 17: Pertemuan  PPN-perpajakan

Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan barang kena pajak dan atau perolehan jasa kena pajak yang atas penyerahannya tidak dipungut pajak pertambahan nilai, dapat dikreditkan.Contoh:Pengusaha kena pajak ”A” memproduksi barang kena pajak yang mendapat fasilitas dari negara, yaitu pajak pertambahan nilai yang terutang atas penyerahan barang kena pajak tersebut tidak dipungut selamanya ( tidak sekedar ditunda).

Untuk memproduksi barang kena pajak tersebut, pengusaha kena pajak ”A” memggunakan barang kena pajak lain dan jasab kena pqjak sebagai bahan baku, bahan pembantu,barang modal ataupun sebagai kompenen biaya lain.

Pada waktu membeli barang kena pajak lain dan atau jasa kena pajak tersebut, pengusaha kena pajak ”A” membayar pajak pertambahan nilai kepada pengusaha kena pajak menjual atau menyerahkan barang kena pajak atau jasa kena pajak tersebut.

Jika pajak pertambahan nilai yang dibayar oleh pengusaha kena pajak ”A” kepada pengusa kena pajak pemasok tersebut berupa pajak masukan yang dapat dikreditkan dengan pajak keluaran,maka pajak masukan tetap dapat dikreditkan dengan pajak keluaran, walaupun pajak keluiaran tersebut nuhil karena diberikan fasilitas oleh negara berupa pajak pertambahan nilai tidak dipungut.

Pajak masukan yang dibayar untuk perolehan barang kena pajak dan jasa kena pajak yangb atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan pajak pertambahan nilai, tidak dapat dikreditkan.

SURAT PEMBERITAHUAN MASA ( SPT MASA )Surat pemberitahuan ( SPT ) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang trutang menurut ketentuan paraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan yang dimaksud dengan Surat Pemberitahuan Masa ( SPT MASA ) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan intuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu masa pajak atau pada suatu saat.

Surat Pemberitahuan Masa PPN dan PPnBM merupakan laporan bulanan yang harus disampaikan oleh pengusaha kena pajak meskipun nihil, mengenai perhitungan pajak masukan yang berasal dari pembelian barang kena pajak atau penerimaan jasab kena pajak, pajak keluaran yang berasal dari penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak, dan penyetoran pajak atau kompensasi.

Surat Pemberitahuan Masa PPN dan PPnBM harus disampaikan selambat-lambatnya 20 hari setelah akhir masa pajak. Bentuk dan isi surat pemberitahuan masa serta keterangan dan dokumen yang harus dilampirkan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak. Apabila surat pemberitahuan masa Tidak atau tidak sepenuhnya dilampiri dengan keterangan dan dokumen yang telah ditetapkan, maka surat pemberitahuan masa tersebut dianggap tidak disampaikan. Surat pemberitahuan masa PPN dan PPnBM dapat disampaikan secara langsung kekantor Direktorat Jenderal Pajak ( kantor palayanan pajak) atau dikirimkan melalui PT. Pos Indonesia secara tercatat atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Page 18: Pertemuan  PPN-perpajakan