Pertanian Konvensional Tugas Pb Hpt

15
A. Pertanian Konvensional Keadaan atau gambaran umum dari semua pertanian modern adalah titik beratnya pada salah satu jenis tanaman tertentu, menggunakan intensifikasi modal dan pada umumnya berproduksi dengan teknologi yang hemat tenaga kerja serta memperhatikan skala ekonomis yang efisien (economies of scale) yaitu dengan cara meminimumkan biaya untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Untuk mencapai semua tujuan, pertanian modern praktis tidak berbeda dalam konsep atau operasinya dengan perusahaan industri yang besar. Sistem pertanian modern yang demikian itu sekarang ini dikenal dengan agri-bisnis. Intensif merupakan cara bertani yang memanfaatkan inovasi teknologi dengan penggunaan input yang banyak dengan tujuan memperoleh output yang lebih tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Pertanian intensif dapat disebut sebagai pertanian modern. Ciri Pertanian Modern (Intensif) adalah penggunaan bibit unggul, aplikasi pupuk buatan, pestisida, penerapan mekanisasi pertanian dan pemanfaatan air irigasi. Sistem pertanian ini mengkonsumsi sumberdaya alam yang tak terbaharui dalam jumlah besar seperti minyak dan gas bumi, fosfat dan lain-lain, sehingga butuh modal yang besar pula. Hasil kemajuan teknologi melalui pertanian modern begitu spektakuler dan mengesankan, sehingga fenomena tersebut dipandang sebagai “Revolusi Hijau” (Peter Tandisau dan Herniwatiigasi, 2009). B. Pertanian Konvensional berdasarkan fungsi dasar Ekonomi Dalam pertanian modern (spesialisasi), pengadaan pangan untuk kebutuhan sendiri dan jumlah surplus yang bisa dijual, bukan lagi merupakan tujuan pokok. Keuntungan (profit) komersial murni merupakan ukuran keberhasilan dan hasil maksimum per hektar dari

description

pertanian konvensional

Transcript of Pertanian Konvensional Tugas Pb Hpt

Page 1: Pertanian Konvensional Tugas Pb Hpt

A. Pertanian Konvensional

Keadaan atau gambaran umum dari semua pertanian modern adalah titik beratnya

pada salah satu jenis tanaman tertentu, menggunakan intensifikasi modal dan pada

umumnya berproduksi dengan teknologi yang hemat tenaga kerja serta memperhatikan

skala ekonomis yang efisien (economies of scale) yaitu dengan cara meminimumkan biaya

untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Untuk mencapai semua tujuan, pertanian

modern praktis tidak berbeda dalam konsep atau operasinya dengan perusahaan industri

yang besar. Sistem pertanian modern yang demikian itu sekarang ini dikenal dengan agri-

bisnis.

Intensif merupakan cara bertani yang memanfaatkan inovasi teknologi dengan

penggunaan input yang banyak dengan tujuan memperoleh output yang lebih tinggi dalam

kurun waktu yang relatif singkat. Pertanian intensif dapat disebut sebagai pertanian

modern. Ciri Pertanian Modern (Intensif) adalah penggunaan bibit unggul, aplikasi pupuk

buatan, pestisida, penerapan mekanisasi pertanian dan pemanfaatan air irigasi. Sistem

pertanian ini mengkonsumsi sumberdaya alam yang tak terbaharui dalam jumlah besar

seperti minyak dan gas bumi, fosfat dan lain-lain, sehingga butuh modal yang besar pula.

Hasil kemajuan teknologi melalui pertanian modern begitu spektakuler dan mengesankan,

sehingga fenomena tersebut dipandang sebagai “Revolusi Hijau” (Peter Tandisau dan

Herniwatiigasi, 2009).

B. Pertanian Konvensional berdasarkan fungsi dasar Ekonomi

Dalam pertanian modern (spesialisasi), pengadaan pangan untuk kebutuhan sendiri

dan jumlah surplus yang bisa dijual, bukan lagi merupakan tujuan pokok. Keuntungan

(profit) komersial murni merupakan ukuran keberhasilan dan hasil maksimum per hektar

dari hasil upaya manusia (irigasi, pupuk, pertisida, bibit unggul, dan lain-lain) dan sumber

daya alam merupakan tujuan kegiatan pertanian. Pada sistem pertanian konvensional

terdapat beberapa evaluasi terhadap aspek ekonomi.

Pertanian konvensional jika dilihat dari aspek ekonomi antara lain:

1. Penurunan lapangan kerja dan peningkatan pengangguran

Dalam sistem pertanian konvensional digunakan teknologi dan bahan-bahan yang

berkualitas tinggi. Dengan digunakannya teknologi, kegiatan-kegiatan yang biasa

dilakukan oleh petani digantikan oleh mesin yang berteknologi tinggi. Sehingga para

petani lambat laun mulai banyak yang kehilangan pekerjaan. Banyaknya petani yang tidak

Page 2: Pertanian Konvensional Tugas Pb Hpt

bekerja dapat meningkatkan angka pengangguran. Lapangan pekerjaan untuk petanipun

berkurang karena semua kegiatan bertani dapat dilakukan oleh mesin.

2. Peningkatan kemiskinan dan malnutrisi di pedesaan

Petani yang pekerjaannya telah digantikan oleh mesin akan menjadi pengangguran

dan tidak memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hiidup keluarganya. Karena

itu, kemiskinan semakin menigkat dan banyak anak-anak yang mengalami malnutrisi

karena kekurangan makan. Hal tersebut terjadi kebanyakan di daerah pedesaan, karena

kebanyakan petani pedesaan adalah petani dengan modal kecil.

3. Pengeluaran lebih banyak

Dengan penggunaan teknologi, sudah pasti biaya produksi akan lebih tinggi

karena mesin-mesin harus dibeli dengan biaya yang tinggi. selain itu pengadaan benih

berkualitas tinggi juga sangat mahal. pemberian pupuk dan pemberantasan hama

menggunakan zat kimia juga akan menambah biaya produksi.

4. Mendapatkan penghasilan lebih banyak atau untung

Hasil produksi dari sistem pertanian konvensional lebih banyak daripada

pertanian organik. Dengan hasil yang banyak tersebut petani konvensional akan

mendapat untug yang banyak dari hasil penjualan produk pertaniannya.

5. Hanya bisa dilakukan petani dengan modal besar

Sebagian besar yang melakukan sistem pertanian konvensional adalah petani

dengan modal besar karena biaya produksi yang digunakan untuk membeli mesin, bahan

tanam yang berkualitas tinggi, serta pestisida maupun pupuk kimia memerlukan biaya

yang cukup besar.

6. Berorientasi pada pasar eksport dan lokal

Pada sistem pertanian konvensional, produk hasil diorientasikan pada pasar lokal

dan ekspor. Hasil yang banyak selain dapat memenuhi kebutuhan lokal juga dapat dijual

di pasaran ekspor. Para petani banyak yang menjual hasil pertaniannya di pasar ekspor

karena harga jualnya tinggi.

7. Mempunyai resiko produksi yang tinggi

Sistem pertanian konvensional mempunyai resiko produksi yang tinggi karena

biaya yang dikeluarkan untuk produksi sangat besar. Apabila pada proses produksi

Page 3: Pertanian Konvensional Tugas Pb Hpt

terjadi kegagalan misalnya seperti kerusakan mesin ataupun gagal panen tentunya resiko

biaya produksi tidak kembali sangat besar. Dan petani akan mengalami kerugian.

C. Pertanian Konvensional berdasarkan fungsi dasar Ekologi

Penerapan pertanian konvensional pada tahap-tahap permulaan mampu

meningkatkan produktivitas pertanian dan pangan secara nyata, namun kemudian efisiensi

produksi semakin menurun karena pengaruh umpan balik berbagai dampak samping yang

merugikan. Bila kita terapkan prinsip ekonomi lingkungan dengan menginternalisasikan

biaya lingkungan dalam perhitungan neraca ekonomi suatu usaha dan program

pembangunan pertanian maka yang diperoleh pengusaha dan negara adalah kerugian

besar. Perhitungan GNP dan GDP yang dilakukan Pemerintah saat ini sebenarnya tidak

realistis. Sayangnya biaya lingkungan jarang dimasukkan sepenuhnya dalam perhitungan

neraca usaha dan pertumbuhn ekonomi nasional (Pracaya, 2007).

Penelitian pertanian secara konvensional dengan biasnya pada lahan-lahan yang

berpotensi tinggi, tanaman ekspor dan petani yang lebih mampu, telah memberikan hasil

yang tidak terjangkau oleh sebagian besar petani. Hal ini antara lain disebabkan oleh

beberapa hal, yaitu:

1. Peningkatan erosi permukaan, banjir dan tanah longsor

2. Penurunan kesuburan tanah dan kehilangan bahan organik tanah

Pada sistem pertanian konvensional, lahan yang digunakan dapat mengalami

penurunan kesuburan tanah dan kehilangan bahan organik. Hal tersebut terjadi karena

seringnya penggunaan pupuk kimia ataupun bahan-bahan kimia lain seperti pestisida yang

lama-kelamaan akan merusak kesuburan tanah dan mematikan organisme-organisme yang

hidup di dalam tanah.

1. Salinasi air tanah dan irigasi serta sedimentasi tanah

2. Peningkatan pencemaran air dan tanah akibat pupuk kimia, pestisida, limbah

domestik

Pertanian konvensional adalah pertanian dengan menggunakan bahan-bahan kimia

maupun alat-alat modern. Karena hal tersebut jika pertanian konvensional dilakukan

secara terus menerus akan menyebabkan peningkatan pencemaran air dan tanah akibat

pupuk kimia, pestisida, dan limbah domestik. Residu pestisida dan bahan-bahan berbahaya

lain di lingkungan dan makanan yang mengancam kesehatan masyarakat dan penolakan

pasar.

Page 4: Pertanian Konvensional Tugas Pb Hpt

Penggunaan bahan-bahan kimia pada pupuk maupun pestisida pada sistem

pertanian konvensional menyebabkan pencemaran lingkungan. Produk-produk yang

dihasilkan kurang terjamin kebersihannya dan kelayakannya untuk dikonsumsi karena

sudah terkena zat kimia. Oleh karena itu, masyarakat mulai berpikir ulang untuk

mengkonsumsi produk yang tercemar oleh zat kimia.

1. Pemerosotan keanekaragaman hayati pertanian

2. Kontribusi dalam proses pemanasan global

Sebagian besar pertanian konvensional selalu menggunakan teknologi tinggi

yang tidak ramah lingkungan. Akibatnya banyak terjadi pencemaran air dan

pencemaran udara. Hal tersebut akan berkontribusi dalam proses pemanasan

global.

3. Merintangi studi dan peningkatan interaksi positif antarberagam tanaman, hewan,

dan manusia

4. Eksploitasi unsur hara

Integrasi usaha tani ke dalam pasar nasional maupun internasional

menimbulkan suatu penghabisan unsur hara netto jika unsur hara yang diambil

tidak dapat dikembalikan lagi. Sangat sedikit teknologi yang dikembangkan untuk

mengembalikan unsur hara dari daerah/lokasi konsumen ke daerah produsen.

D. Pertanian Konvensional berdasarkan fungsi dasar Sosial

1. Hilangnya kearifan tradisional dan budaya tanaman lokal

Masyarakat Indonesia umumnya bertani dengan memperhatikan keadaan sosial

disekitarnya. Apabila menggunakan sistem pertanian konvensional, tidak ada lagi kearifan

tradisional dan kebanyakan tanaman yang ditanaman adalah tanaman yang sedang naik

daun atau tanaman yang dibutuhkan sangat banyak dan berdaya jual tinggi. Sehingga

tanaman-tanaman lokal tidak dapat bersaing karena sedikit sekali petani yang

menanamnya.

2. Peningkatan kesenjangan sosial dan jumlah petani gurem di pedesaan

Jika di suatu desa digunakan sistem pertanian konvensional dapat terjadi peningkatan

kesenjangan sosial di antara para peani. Hal itu disebabkan karena hanya petani yang

bermodal besar yang dapat menjalankan sistem ini sedangkan petani dengan modal kecil

tidak akan mampu membeli mesin dan bahan tanam seperti petani konvensional. Oleh

Page 5: Pertanian Konvensional Tugas Pb Hpt

karena itu pertanian konvensional akan dapat meningkatkan kesenjangan sosial terutama

di daerah pedesaan.

3. Ketergantungan petani pada pemerintah dan perusahaan/industri agrokimia

Karena dibutuhkan modal yang sangat besar, para petani konvensional membutuhkan

bantuan dari pemerintah dalam hal modal dan informasi-informasi terbaru tentang

pertanian. Petani juga akan mengalami ketergantungan dengan perusahaan/industri

agrokimia, karena kebanyakan mereka menggunakan bahan-bahan kimia.

4. Rasa kekeluargaan dan kekompakan antar petani berkurang

Pertanian konvensional lebih menggunakan mesin daripada tenaga manusia atau

petani. Hal tersebut dapat menyebabkan berkurangnya rasa kekeluargaan dan

kekeompakan antar petani. Padahal hal tersebut sangat berbahaya karena petani bisa-bisa

bersaing secara tidak sehat.

5. Pengabaian pengetahuan lokal petani

Pendekatan konvensional dari atas ke bawah pada pengembangan teknologi dalam

lembaga penelitian pertanian hanya memberikan sedikit kesempatan pada ilmuwan untuk

lebih mengenal kondisi. Situasi ini tidak dibenahi oleh sikap umum dari para penyuluh dan

peneliti yang telah mendapatkan ilmu di universitas maupun sekolah, bahwa sistem

pendidikan formal merupakan sumber utama inovasi dan bahwa informasi hanya bisa

datang dari atas.

6. Penekanan pada penelitian

Kondisi produksi lembaga penelitian dan tempa percobaan tidak mencerminan kondisi

petani dan tidak mungkin mewakili kondisi pertanian tadah hujan yang sangat beragam.

Akibatnya, teknologi yang di uji di tempat [percobaan seringkali tidak bisa diterapkan

dengan kondisi petani, sementara kualitas varietas lokal yang baik, yang disesuiakan

dengan kondisi lokal, tidak diakui dalam tempat percobaan (Biggs, 1984).

E. Kebijakan Ketahanan Pangan dengan Pertanian Konvensional

Akar permasalahan yang membawa petani pada kondisi ketergantungan adalah

kebijakan Pemerintah tentang Ketahanan Pangan atau dulu dinamakan program Swa

Sembada Beras atau Swa Sembada Pangan. Program ini bertujuan memenuhi kebutuhan

pangan seluruh penduduk yang setiap tahun selalu meningkat seiring dengan laju

peningkatan populasi penduduk yang masih secara eksponensial. Keinginan agar bangsa ini

Page 6: Pertanian Konvensional Tugas Pb Hpt

dapat berswa sembada beras sudah menjadi program utama Pemerintah Indonesia sejak

Kabinet Indonesia yang pertama.

Sejak tahun 1970an Pemerintah Presiden Suharto telah menetapkan kebijakan bahwa

untuk meningkatkan produksi padi secara cepat hanya dapat dicapai bila para petani padi

dapat menerapkan teknologi pertanian modern yang kemudian dikenal sebagai teknologi

"revolusi hijau". Teknologi revolusi hijau merupakan teknologi budidaya tanaman padi

yang pada waktu itu dimasyarakatkan oleh Pemerintah dengan istilah Panca Usaha Tani

(pengolahan tanah, pemupukan dengan pupuk buatan, perbaikan jaringan pengairan,

penanaman benih unggul, serta pengendalianhama dan penyakit dengan pestisida).

Kebijakan tersebut pada prinsipnya tetap diikuti oleh Pemerintah periode-periode

berikutnya. Setiap tahun Pemerintah selalu menetapkan target produksi padi yang

dihasilkan oleh para petani padi. Keberhasilan suatu Kabinet atau Menteri Pertanian dalam

mencapai target produksi selalu digunakan sebagai salah satu kriteria keberhasilan

Pemerintah dalam melaksanakan program kerjanya. Oleh karena itu Pemerintah selalu

berusaha membuat banyak kebijakan, program proyek, dan bantuan yang ditujukan pada

petani agar mereka dapat meningkatkan produksi sawahnya.

Penerapan teknologi pertanian konvesional dalam program nasional Ketahanan

Pangan di Indonesia oleh Pemerintah dibebankan pada puluhan juta petani padi.

Pemerintah menyediakan berbagai bentuk fasilitas yang dharapkan dapat digunakan

petani sebaik mungkin untuk meningkatkan produksi sawahnya. Fasilitas-fasilitas tersebut

antara lain dalam bentuk penyediaan benih, pupuk kimia, pestisida, sistem jaringan irigasi

dan kredit. Program peningkatan produksi pertanian dari Pemerintah yang didukung oleh

dunia industri dan para peneliti/pakar/akademisi semakin memojokkan petani (khususnya

petani gurem) dalam posisi yang tidak berdaya dalam menentukan masa depannya.

Pertanian dengan teknologi revolusi hijau sering disebut sebagai pertanian

konvensional, pertanian modern, pertanian industri atau pertanian boros energi. Disebut

sebagai pertanian konvensional karena teknologi tersebut sangat umum digunakan di

seluruh dunia dan pada kebanyakan komoditi pertanian penting. Pertanian konvensional

dinamakan pertanian modern karena pertanian ini memanfaatkan berbagai masukan

produksi berupa hasil teknologi modern seperti varietas unggul, pupuk buatan dan

pestisida kimia. Hampir semua masukan produksi modern berasal dari luar ekosistem dan

bahan bakunya berasal dari bahan bakar fossil sebagai sumberdaya alam tak terbarukan

Karena itu sistem pertanian modern sering juga dinamakan sebagai pertanian boros energi.

Page 7: Pertanian Konvensional Tugas Pb Hpt

Pertanian konvensional juga dikenal sebagai pertanian industri karena kegiatan produksi

pertanian dianggap sebagai kegiatan pabrik yang memproses masukan produksi seperti

benih, pupuk, dan yang lain menjadi keluaran yang berupa pangan dan hasil pertanian

lainnya serta keuntungan usaha tani. Gliessmann (2007) menyatakan bahwa pendekatan

dan praktek pertanian konvensional terutama untuk peningkatan produksi pangan telah

diikuti banyak negara baik negara maju maupun negara sedang berkembang. Menurut

Gliessmann, teknologi pertanian konvnsional tersebut bertumpu pada tehnik-tehnik

budidaya sebagai berikut:

1. Pengolahan Tanah Intensif,

2. Budidaya Monokultur,

3. Aplikasi Berbagai Pupuk Sintetik,

4. Perluasan dan intensifikasi jaringan irigasi,

5. Pengendalian hama, penyakit, gulma dengan pestisida kimia,

6. Manipulasi Genom Tanaman dan Binatang yang menghasilkan varietas-varietas

unggul tanaman melalui teknologi pemuliaan tanaman serta rekayasa genetik.

Agar pertanian konvensional berhasil meningkatkan produksi sesuai target jangka pendek

diperlukan:

a. Inovasi teknologi yang cepat,

b. Modal besar agar produsen dapat menerapkan teknologi produksi dan

pengelolaannya,

c. Pertanian skala besar,

d. Penanaman varietas unggul secara seragam dalam areal luas dan terus menerus

sepanjang musim,

e. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara intensif dan ekstensif,

f. Efisiensi penggunaan tenaga kerja tinggi sehingga mengarah pada penggunaan alat

dan mesin pertanian,

g. penerapan prinsip-prinsip agrobisnis.

F. Dampak Pertanian Konvensional

Dari pengalaman selama berpuluh tahun di semua negara, penerapan pertanian

konvensional tidak membawa keadaan yang lebih baik tetapi justru menimbulkan masalah-

masalah baru. Penerapan teknologi pertanian konvensional secara luas dan seragam

mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan, kondisi sosial ekonomi dan kesehatan

masyarakat. Menurut Gliessmann (2007) dampak samping pertanian konvensional

meliputi:

Page 8: Pertanian Konvensional Tugas Pb Hpt

1. Degradasi dan Penurunan Kesuburan Tanah.

2. Penggunaan Air Berkelebihan dan Kerusakan Sistem Hidrologi.

3. Pencemaran Lingkungan berupa kandungan bahan berbahaya di lingkungan

dan makanan.

4. Ketergantungan petani pada Input-input Eksternal.

5. Kehilangan Diversitas Genetik seperti berbagai jenis tanaman dan varietas

tanaman pangan lokal/tradisional.

6. Peningkatan kesenjangan Global antara negara-negara industri dan negara-

negara berkembang.

7. Kehilangan Pengendalian Komunitas Lokal terhadap Produksi Pertanian

Pertanian Konvensional mengakibatkan kerusakan lingkungan serta semakin

menghabiskan energi dari sumberdaya alam tidak terbarukan. Harga energi semakin lama

semakin meningkat karena persediaan bahan bakar fosil semakin habis. Dilihat dari sisi

ekonomi, keuntungan yang diperoleh dari pertanian konvensional semakin menurun.

Fenomena pertanian konvensional dengan segala dampak sampingnya tersebut tidak hanya

terjadi di luar negeri tetapi sudah dan sedang terjadi diIndonesia, termasuk dalam

pelaksanaan program ketahanan pangan. Kondisi lingkungan dan ekonomi di ekosistem

persawahan kita sudah sedemikian kritis sehingga sulit untuk melaksanakan kegiatan

intensifikasi pertanian secara efektif dan efisien. Berbagai bentuk pemborosan ekonomi,

lingkungan dan sosial budaya sedang terjadi di lahan-lahan sawah dan pedesaan saat ini. Kita

akan mewarisi generasi mendatang dengan kerusakan dan biaya lingkungan yang sangat

mahal yang sulit untuk dikembalikan lagi.

Dengan kesadaran manusia akan lingkungan dan masa depan bumi, praktek

Pertanian Konvensional secara bertahap harus diubah dan dikonversikan menjadi Pertanian

Berkelanjutan yang bertumpu pada kemampuan, kemandirian dan kreativitas petani dalam

mengelola sumberdaya lokal yang mereka miliki. Dukungan politik Pemerintah terhadap

konversi pertanian konvensional ke pertanian berkelanjutan harus jelas, tegas dan konsisten

agar ekosistem pertanian di Indonesia dapat segera diselamatkan dan dihindarkan dari

kerusakan yang lebih parah.

Page 9: Pertanian Konvensional Tugas Pb Hpt

Daftar Pustaka

http://agrikulture.blogspot.com/

http://agroland.wordpress.com/pertanian-masa-depan/

http://blog.ub.ac.id/nindyareshapramesti/2011/03/17/pertanian-konvensional-antara

-pertanian-tempoe-dulu-dan-petanian-masa-depan/

http://kenzhi17.blogspot.com/2012/09/pertanian-tradisionalkonvesional-dan.html

http://lanjutkanpertanian.blogspot.com/2011/09/pendahuluan-bab-i-pertanian

-berlanjut_8403.html

http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2983:

pertanian-konvensional-dan-dampaknya&catid=11:opini&Itemid=83

Page 10: Pertanian Konvensional Tugas Pb Hpt

TUGAS PERTANIAN BERLANJUT

ASPEK HPT

Oleh:

Febri Ida Ramadhani (125040100111087)

Bagus Tri P. (125040100111088)

Melisa Dinda A. (125040100111090)

Avilia Andriani I. S. (125040100111091)

Lailatul Huidayah 125040100111027

Davieq Ashuri 125040100111056

Sefta Wisnu P. 125040100111074

Bunga Intan Pradini 125040100111084

Lency Nurul Anggita 125040100111085

Rizky Dian Kartikawati (125040100111096)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA