Paper Aspek Hpt

24
PAPER PRAKTIKUM MATA KULIAH MANAJEMEN AGROEKOSISTEM ASPEK HPT PADA LAHAN KERING TANAMAN TIMUN ( Cucumis sativus L. ) Disusun Oleh : Kelompok 3 Nikmatul Khoiriyah 135040218113020 Tour Janah Oktafia 135040218113021 Febrianto Dwi Pritianda 135040218113022 Dita Yuni Normalasari 135040218113023 Galih Kurniawan Jati 135040218113026 Erli Nur Petrinasari 135040218114005 Didit Sugari 135050101113001 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA KAMPUS IV KEDIRI

description

hpt

Transcript of Paper Aspek Hpt

Page 1: Paper Aspek Hpt

PAPER PRAKTIKUM

MATA KULIAH MANAJEMEN AGROEKOSISTEM ASPEK HPT

PADA LAHAN KERING TANAMAN TIMUN ( Cucumis sativus L. )

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Nikmatul Khoiriyah 135040218113020

Tour Janah Oktafia 135040218113021

Febrianto Dwi Pritianda 135040218113022

Dita Yuni Normalasari 135040218113023

Galih Kurniawan Jati 135040218113026

Erli Nur Petrinasari 135040218114005

Didit Sugari 135050101113001

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA KAMPUS IV

KEDIRI

2015

Page 2: Paper Aspek Hpt

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi serta pertambahan penduduk

menuntut perlunya penyediaan sumber daya untuk memenuhi konsumsi pangan

dan areal pemukiman. Untuk merealisasikannya perlu tindakan yang bijaksana

agar tidak menimbulkan dampak perubahan terhadap linkungan. Masalah

linkungan yang terjadi saat ini seperti, erosi tanah, longsor, banjir dan kekeringan

merupakan tanda-tanda terancamnya keseimbangan ekosistem. Agroekosistem

terbentuk sebagai hasil interaksi antara sistem sosial dengan sistem alam, dalam

bentuk aktivitas manusia yang berlangsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

sehari-hari.

Peningkatan produktivitas tanaman timun merupakan hal yang penting

dalam memenuhi kebutuhan pasar di Indonesia (Fitter dan Hay, 1992). Rendahnya

hasil timun disebabkan oleh banyak sosial diantaranya sosial fisik (iklim, jenis

tanah dan lahan) dan sosial biologis (varietas, hama, penyakit dan gulma), serta

sosial sosial ekonomi. Menurut Baco dan Tandiabang (1988) tidak kurang dari 50

spesies serangga telah diketemukan dapat menyerang tanaman timun di Indonesia.

Hama merupakan salah satu kendala utama dalam produksi timun. Sekitar

70 jenis serangga (Ortega, 1987) yang dapat menyerang tanaman timun. Namun

hanya beberapa yang secara ekonomi sering menimbulkan kerusakan berat

(Subandi dan Manwan, 1990). Hama merupakan binatang ataupun sekelompok

binatang yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman sehingga

menyebabkan kerugian baik kualitatif maupun kuantitaif.

Untuk mengetahui beberapa jenis hama yang menyerang komoditas timun

sehingga menyebabkan penurunan produktivitas. Kami melakukan observasi

lapang di Desa Penanggungan Kec. Mojoroto Kota Kediri. Dari hasil observasi

lapang tersebut didapatkan beberapa organisme yang dimungkinkan merupakan

hama ataupun musuh alami dari tanaman jagung.

Page 3: Paper Aspek Hpt

Tujuan

Mahasiswa diharapkan mampu untuk mencari kerusakan yang disebabkan

oleh hama ataupun penyakit pada lahan kering kususnya tanaman timun.

Page 4: Paper Aspek Hpt

METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu

Praktikum ini dilaksanakan pada dalam 2 sesi, yakni hari Selasa, 24 Maret

2015 dan hari Selasa, 31 Maret 2015. Praktikum dilaksanakan di dalam kelas C1,

Universitas Brawijaya kampus 4 Kediri. Dimulai pada pukul 07.00 sampai selesai.

Tempat

Praktikum ini dilakukan di lahan kering (tanaman timun), Desa

Penanggungan, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri Provinsi Jawa Timur.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum di lahan diantaranya:

sweep net, panduan praktikum, kantong plastik, kertas tissue/kapas,

chloroform/etil asetat, alat tulis, kaca pembesar dan kamera.

Cara Kerja Keanekaragaman Arthopoda

Menyiapkan alat dan bahan

Membuat jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis

Menentukan 5 titik sampel pada transek

Menangkap serangga dengan sweep net

Memasukkan serangga yang tertangkap ke dalam kantong plastik

Memberikan etil aseton ke kertas tissue

Memasukkan kertas tissue kedalam kantong plastik

Diamati dengan kaca pembesar

Mencatat hasil

Dokumentasi

Page 5: Paper Aspek Hpt

Cara Kerja Pengamatan Penyakit

Menyiapkan alat dan bahan

Membuat jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis

Menentukan 5 titik sampel pada transek

Mengambil bagian tanaman yang terkena penyakit (daun)

Memasukkan ke kantong plastik

Diamati dan catat hasil

Dokumentasi

Analisis Perlakuan

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Buatlah jalur transek pada

hamparan yang akan dianalisis. Tentukan titik-titik pengambilan sampel pada

pada jalur (transek) yang mewakili masing-masing agroekosistem dalam

hamparan. Tangkap serangga menggunakan sweep net atau langsung dengan

tangan pada agroekosistem yang telah ditentukan. Kumpulkan semua serangga

yang tertangkap dan masukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi secarik

kertas tissue. Serangga yang telah terkumpul dibunuh dengan menggunakan etil

asetat. Semua serangga yang sudah mati diamati dengan kaca pembesar. Catat

hasi pengamatan dan dokumentasikan.

Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Buatlah jalur transek pada

hamparan yang akan dianalisis. Tentukan titik-titik pengambilan sampel pada

pada jalur (transek) yang mewakili masing-masing agroekosistem dalam

hamparan. Mengambil bagian tanaman yang terkena penyakit, contohnya daun

dan buah. Masukkan ke dalam kantong plastik dan amati, lalu dokumentasikan.

Page 6: Paper Aspek Hpt

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Lahan Basah

Lahan basah atau wetland adalah wilayah-wilayah dimana tanahnya jenuh

dengan air, baik bersifat permanen atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian

atau seluruhnya kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal.

Digolongkan ke dalam lahan basah diantaranya, adalah lahan rawa-rawa, payau,

dan gambut. Akan tetapi dalam pertanian dibatasi agroekologinya sehingga lahan

basah dapat di definisikan sebagai lahan sawah. (Endang, 2007).

Pengertian Lahan Kering

Lahan kering didefinisikan sebagai lahan dimana pemenuhan kebutuhan air

tanaman tergantung sepenuhnya pada air hujan dan tidak pernah tergenang

sepanjang tahun. Pada umumnya istilah yang digunakan untuk petanian lahan

kering adalah pertanian tanah darat, tegalan, tadah hujan dan huma

(Kadekoh,2010).

Pengertian Hama

Hama merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang

umumnya berupa binatang ataupun sekelompok binatang yang dapat

menyebabkan kerusakan pada tanaman budidaya dan menimbulkan terjadinya

kerugian secara ekonomis. Akibat serangan hama produktivitas tanaman menjadi

menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya, bahkan tidak jarang terjadi

kegagalan panen. Oleh karena itu kehadirannya perlu dikendalikan, apabila

populasinya di lahan telah melebihi batas ambang ekonomi. Dalam kegiatan

pengendalian hama, pengenalan terhadap jenis-jenis hama (nama umum, siklus

hidup, dan karakteristik), inang yang diserang, gejala serangan, mekanisme

penyerangan termasuk tipe alat makan serta gejala kerusakan tanaman menjadi

sangat penting agar tidak melakukan kesalahan dalam mengambil

langkah/tindakan pengendalian (Raharjo,2012).

Pengertian Musuh Alami

Musuh alami adalah organisme yang dalam perkembangannya di alam

dapat menyebabkan kematian organisme pengganggu tanaman (Tim Dosen, 2011)

Page 7: Paper Aspek Hpt

Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum di lahan diantaranya:

sweep net berfungsi untuk menangkap serangga, panduan praktikum berfungsi

untuk melihat langkah-langkah pekerjaan yang akan dilakukan, kantong plastik

berfungsi untuk wadah serangga atau spesimen penyakit, kertas tissue/kapas

berfungsi untuk menyimpan asetil asetat, chloroform/etil asetat berfungsi untuk

membunuh serangga, alat tulis berfungsi untuk mencatat hasil, kaca pembesar

berfungsi untuk pengamatan serangga dan kamera berfungsi untuk

mendokumentasikan. Dalam pengamatan yang dilakukan selama 6 kali

pengamatan didapatkan rata – rata jumlah hama, musuh alami dan serangga yang

ditemukan adalah sebagai berikut :

Titik pengambilan sampel / agroekosistem

Jumlah Individu Persentase (%)

Hama MA SL Total Hama MA SL

1 21 9 14 44 47,72 20,45 31,83

2 18 13 19 50 36 26 38

3 21 10 16 41 51,22 24,39 24,39

4 25 7 13 45 55,55 15,56 28,89

5 20 10 16 46 43,47 21,73 34,8

Rata-rata 21 9,8 15,6 Rata-rata 47 22 31

Keterangan: MA (musuh alami), SL (serangga lain)

Page 8: Paper Aspek Hpt

Segitiga Fiktorial

Intepretasi : Bahwa jumlah hama lebih mendominasi dalam lingkungan

lahan mentimun tersebut karena segitiga fiktorial berada pada daerah hama.

Sehingga menunjukkan hasil kondisi ekologis yang tidak sehat atau bahaya pada

agroekosistem tersebut. Maka dari itu, perlu adanya penanganan khusus dalam

upaya pengembangan tindakan pre-emtive dengan pelepasan musuh alami pada

lahan mentimun tersebut. Tujuan dari tindakan pre-emtive untuk

memprakondisikan populasi hama tidak berkembang ke tingkat yang dapat

merugikan secara ekonomis.

Page 9: Paper Aspek Hpt

PEMBAHASAN

Pengamatan untuk aspek hama dilakukan 6 kali dalam 2 minggu. Pengamatan

dilakukan pada waktu pagi hari. Dari hasil pengamatan di lahan, tanaman timun

mengalami kerusakan dalam tingkat yang sedang. Kami berhasil menangkap 16

jenis serangga yang dalam ekosistem bertindak sebagai hama, musuh alami, dan

serangga lain. Untuk jenis hama kami menemukan beberapa spesies, antara lain

ulat, kutu kuya, kumbang macan, kepik hijau, Helopheltis, walang sangit, dan

lalat buah. Jumlah kutu kuya yang kami temukan sangat banyak dibandingkan

dengan hama lainnya, hal tersebut dikarenakan kutu kuya merupakan hama utama

pada tanaman timun. Sedangkan untuk ulat dan lalat buah sangatlah sedikit begitu

juga dengan kepik hijau dan walang sangit. Secara keseluruhan dapat dikatakan

bahwa intensitas serangan hama pada lahan timun yang kami amati masih dalam

tingkat sedang. Rianawaty (2007) menyatakan hama adalah perusak tanaman pada

akar, batang, daun atau bagian tanaman lainya sehingga tanaman sehingga

tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna atau mati. Contoh hama adalah

belalang pada tanaman jagung serta tikus pada tanaman padi.

Musuh alami yang berhasil kami dapatkan dalam 6 kali pengamatan pada

lahan timun tersebut ada 5 spesies dengan jumlah keseluruhan sebanyak 49 ekor,

yakni 1 ekor capung, 1 belalang sembah, 1 ekor laba-laba, 19 ekor kumbang

kalajengking (tomcat), dan 27 ekor kumbang kubah spot M. Disini kumbang

kubah spot M. berperan sebagai predator dari kutu kuya. Peran kumbang kubah

spot M. sebagai predator pada lahan timun tersebut masih dapat dikatakan optimal

karena memiliki populasi yang banyak. Selain kumbang kubah spot M. kami juga

menemukan kumbang kalajengking (tomcat) dalam jumlah yang relatif banyak.

Hal tersebut menandakan bahwa peranan musuh alami pada lahan timun tersebut

Page 10: Paper Aspek Hpt

masih dapat menjaga populasi dari hama agar tidak melebihi batas ambang

ekonomi. Departemen Pertanian (2002) menjelaskan bahwa musuh alami terdiri

dari pemangsa/predator, parasitoid dan patogen. Pemangsa (predator) menangkap

dan memakan serangga hama (dan binatang lain). Contoh predator antara lain

laba-laba, tawon kertas dan cecopet (Departemen Pertanian, 2002)

Selain itu juga ditemukan serangga lain seperti kaki seribu, kupu-kupu,

belalang kayu, dan ngengat. Kaki seribu yang kami temukan berperan sebagai

pengurai bahan organik untuk keperluan pertumbuhan tanaman. Belalang yang

kami temukan di lahan timun digolongkan sebagai serangga lain karena dari

literatur yang kami dapatkan belalang berperan sebagai hama hanya pada tanaman

yang memiliki daun jorong, seperti padi, jagung atau rerumputan. Sedangkan

ngengat dan kupu-kupu yang kami temukan berperan sebagai polinator untuk

membantu penyerbukan tanaman timun. Kami juga menemukan beberapa lebah

pada lahan timun tersebut, namun lebah tersebut tidak dapat kami tangkap. Pada

dasarnya lebah juga berperan sebagai polinator yang membantu proses

penyerbukan. Metcalfe dan William (1975) menjelaskan bahwa serangga dari

kelompok lebah, belalang, jangkrik, ulat sutera, kumbang, semut membantu

manusia dalam proses penyerbukan tanaman dan menghasilkan produk makanan

kesehatan.

Adapun untuk perbandingan dari masing-masing peran serangga tersebut

dapat diketahui bahwa presentase hama paling besar dibandingkan yang lainnya,

yakni sebesar 47%. Serangga lain memiliki presentase sebesar 31 %, sedangkan

untuk musuh alami hanya sebesar 22 %. Akan tetapi jumlah serangga yang kami

dapatkan tidak dapat mewakili kondisi lahan sebenarnya, karena pada lahan

tersebut masih menggunakan pestisida sebagai pengendali hama. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa populasi hama masih dapat ditekan dengan penggunaan

pestisida tersebut. Sedangkan populasi serangga lain masih lebih besar

dibandingkan populasi musuh alami, hal tersebut dapat dikarenakan lahan timun

berdekatan dengan lahan komoditas lain yang dapat memungkinkan adanya

perpindahan serangga antar lahan.

Page 11: Paper Aspek Hpt

Sedangkan peran serangga lain masih dapat dikatakan optimal karena jumlah

yang cukup banyak, namun untuk jumlah musuh alami masih tergolong sedikit.

Page 12: Paper Aspek Hpt

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil pengamatan di lahan, tanaman timun mengalami kerusakan

dalam tingkat yang sedang. Kami berhasil menangkap 16 jenis serangga yang

dalam ekosistem bertindak sebagai hama, musuh alami, dan serangga lain. Untuk

jenis hama kami menemukan beberapa spesies, antara lain ulat, kutu kuya,

kumbang macan, kepik hijau, Helopheltis, walang sangit, dan lalat buah. Musuh

alami yang berhasil kami dapatkan dalam 6 kali pengamatan pada lahan timun

tersebut ada 5 spesies. Selain itu juga ditemukan serangga lain seperti kaki seribu,

kupu-kupu, belalang kayu, dan ngengat yang merupakan serangga lain.

Bahwa jumlah hama lebih mendominasi dalam lingkungan lahan timun

tersebut. Maka dari itu, perlu adanya penanganan khusus dalam upaya

pengembangan tindakan pre-emtive dengan pelepasan musuh alami pada lahan

mentimun tersebut. Tujuan dari tindakan pre-emtive untuk memprakondisikan

populasi hama tidak berkembang ke tingkat yang dapat merugikan secara

ekonomis.

Saran

Sebaiknya saat praktikum, pelaksanaannya lebih dikondisikan terlebih

dahulu. Supaya praktikum bisa berjalan dengan baik dan teratur.

Page 13: Paper Aspek Hpt

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Cahyono.2003.Cabai Rawit. Yogyakarta:Kanisius.113

Baco, D. dan J. Tandiabang. 1988. Hama Timun dan Pengendaliannya. Dalam

Subandi, M.Syam, dan A. Widjono (Eds.). Jagung. Hal. 185 – 204. Badan

Litbang Pertanian.

Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pertanian. 2002. MUSUH ALAMI, HAMA DAN PENYAKIT

TANAMAN KOPI. Proyek Pengendalian Hama Terpadu Perkebunan

Rakyat Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Bina

Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta

Fitter dan Hay. 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.Tim Dosen Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. 2011.

Modul Praktikum Dasar Perlindungan Tanaman. FP-UB. Malang

Kadekoh,I. 2010. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Kering Berkelanjutan Dengan

Sistem Polikultur.

Kalshoven LGE. 1981. Pests of Crops in Indonesia. PT Ichtiar Baru- Van Hoeve,

Jakarta

Metcalfe, RL & William, HL 1975. INTRODUCTION TO INSECT PEST

MANAGEMENT. John Willey and Sons, New York. 106p

Nugraheni Endang, Pangaribuan Nurmala. 2007. Penelolaan Lahan Pertanian

Gambut Secara Berkelanjutan. Universitas Terbuka, Tangerang Selatan,

Universitas Pajajaran. Bandung.

Ortega, C.A. 1987. Insekpests of maize. A guide for field identification. CIMMYT.

Mexico. Pp.106.

Pracaya,1993. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya : Jakarta

Pracaya. 1995. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta

Raharjo, B. T. 2012. Ilmu Hama Tanaman. Kuliah Ilmu Hama Tanaman. FP-UB.

Malang

Rianawaty, Ida. 2007. HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN. Biology 2

for Junior High School Year VIII. Kanisius. Yogyakarta

Page 14: Paper Aspek Hpt

Shepard, B. M., Barrion, A. T., dan Litsinger. (1995), Serangga, Laba-Laba dan Patogen yang membantu, Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI). Pp 30-31.

Susanti, S and Puji, A. (1998), Mengenal Capung, Puslitbang Biologi LIPI.

Subandi dan I. Manwan, 1990. Penelitian dan Teknologi Peningkatan Produksi

Timun di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

67p.

Tjahjadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tumbuhan. Kanisius : Yogyakarta

Page 15: Paper Aspek Hpt

LAMPIRAN dan DOKUMENTASI

Pengamatan 1 Rabu, 25 Maret 2015

Titik sampelJumlah Individu

Hama Musuh alami Serangga lain Total

Plot 1 4 2 2 8

Plot 2 2 1 1 4

Plot 3 4 3 2 9

Plot 4 8 1 - 9

Plot 5 3 3 3 9

Pengamatan 2 Jumat, 27 Maret 2015

Titik sampelJumlah Individu

Hama Musuh alami Serangga lain Total

Plot 1 3 2 3 8

Plot 2 4 2 4 10

Plot 3 2 1 1 4

Plot 4 4 2 5 11

Plot 5 2 3 1 6

Pengamatan 3 Minggu, 29 Maret 2015

Titik sampelJumlah Individu

Hama Musuh alami Serangga lain Total

Plot 1 3 1 2 6

Plot 2 2 2 4 8

Plot 3 4 2 3 9

Plot 4 1 - 1 2

Plot 5 4 - 4 8

Page 16: Paper Aspek Hpt

Pengamatan 4 Rabu, 1 April 2015

Titik sampelJumlah Individu

Hama Musuh alami Serangga lain Total

Plot 1 4 1 1 6

Plot 2 4 2 2 8

Plot 3 3 3 1 7

Plot 4 2 2 2 6

Plot 5 4 2 3 9

Pengamatan 5 Jumat, 3 April 2015

Titik sampelJumlah Individu

Hama Musuh alami Serangga lain Total

Plot 1 3 1 2 6

Plot 2 2 2 3 7

Plot 3 3 - 3 6

Plot 4 4 2 - 6

Plot 5 3 - 1 4

Pengamatan 6 Minggu, 5 April 2015

Titik sampelJumlah Individu

Hama Musuh alami Serangga lain Total

Plot 1 4 2 4 10

Plot 2 4 4 5 13

Plot 3 5 1 6 12

Plot 4 6 - 5 11

Plot 5 4 2 4 10

Page 17: Paper Aspek Hpt

Dokumentasi saat melakukan survei lahan

Page 18: Paper Aspek Hpt
Page 19: Paper Aspek Hpt

Dokumentasi saat melakukan pengamatan

Page 20: Paper Aspek Hpt