bioteknologi HPT cabai

22
Pengendalian Hama dan Penyakit Cabai dengan Menggunakan Bioteknologi Agen Hayati Farid Habibi (125040200111011)

Transcript of bioteknologi HPT cabai

Page 1: bioteknologi HPT cabai

Pengendalian Hama dan Penyakit Cabai dengan Menggunakan Bioteknologi Agen

Hayati

Farid Habibi(125040200111011)

Page 2: bioteknologi HPT cabai

Patogenisitas Beberapa Isolat Cendawan Entomopatogen Metarhizium spp. terhadap Telur Spodoptera litura Fabricius

(Lepidoptera: Noctuidae)

• Bahan dan metode Tempat penelitian di Laboraturium Pengendalian Hayati, Jurusan HPPT, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, sejak Juli 2010 hingga Oktober 2010.

Koleksi dan Perbanyakan isolate

Perbanyakan Spodoptera litura

Penyiapan Suspensi Konidia

Page 3: bioteknologi HPT cabai

Koleksi dan perbanyakan isolat

• Koleksi jamur entomopatogen dari tanah dilakukan dengan mengambil tanah sekitar perakaran tanaman.

• Contoh tanah diayak dengan menggunakan ayakan berukuran 0,4 mm. Isolasi jamur dilakukan dengan menggunakan metode perangkap dengan larva Tenebrio molitor.

Page 4: bioteknologi HPT cabai

Aplikasi Konidia Metarhizium spp. terhadap Telur S. litura

menyemprotkan 2ml suspensi konidia cendawan pada kelompok telur uji • Dengan konsentrasi 108 konidia/ml

dimasukkan ke dalam petri dan diamati hingga menetas

Larva instar I yang baru menetas diberi pakan daun kubis segar

Dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dan disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL). Parameter tang diamati adalah mortalitas telur dan motalitas larva S. litura

Page 5: bioteknologi HPT cabai

Hasil dan metodeMortalitas telur

Telur serangga terdiri dari tiga lapisan, yaitu (1) eksokorion yang mengandung karbohidrat, (2) endokorion tersusun dari protein, dan (3) lapisan kristalin paling dalam yang mengandung protein Karbohidrat dan protein merupakan sumber nutrisi utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan cendawan

Page 6: bioteknologi HPT cabai

• Pada awal infeksi (tiga hari setelah aplikasi) telur tampak berwarna coklat kehitaman dan mulai tumbuh miselia cendawan berwarna putih. Tahap selanjutnya (lima hari setelah aplikasi) seluruh permukaan telur telah diselimuti oleh miselium cendawan yang berwarna putih dan pada hari keenam miselium cendawan berubah warna menjadi kehijau-hijauan

Page 7: bioteknologi HPT cabai

• terjadinya kematian pada larva instar I disebabkan oleh larva yang baru keluar dari telur memakan kulit telur dan diduga konidia yang menempel pada kulit telur juga termakan oleh larva dan infeksi terjadi melalui saluran pencernaan.

Mortalitas larva instar

Page 8: bioteknologi HPT cabai

Populasi dan Serangan Lalat Buah Bactrocera dorsalis Hendel (Diptera: Tephritidae) serta Potensi Parasitoid pada

Pertanaman Cabai (Capsicum annum L)

TujuanUntuk mendapatkan kerapatan konidia yang paling baik dalam menekan populasi M. Persicae

Metode• Pemeliharaan dan perbanyakan massal M. persicae• Perbanyakan massal jamur entomopatogen V. lecanii

Page 9: bioteknologi HPT cabai

Perbanyakan massal jamur entomopatogen V. lecanii

Pembuatan media PDA

Pembuatan media beras

Perbanyakan jamur V. lecanii

pada PDA

Page 10: bioteknologi HPT cabai

Pelaksanaan Percobaan Aplikasi V. Lecanii pada M. persicae

Pembuatan suspensi konidia V. lecanii

Aplikasi suspensi konidia V. lecanii pada imago M. persicae

Selanjutnya dilakukan pengamatan

Page 11: bioteknologi HPT cabai

Rata-rata persentase mortalitas imago M.persicae pada tingkat kerapatan konidia jamur V.lecanii

Mortalitas M. persicae baru terjadi pada pengamatan kedua, dikarenakan jamur V. lecanii tidak langsung menembus intergumen serangga dan menginfeksi serangga tersebut.

Pada perlakuan A, B, C, D, kematian M. Persicae hanya pada pengamatan ke – 12 HSA. Berbeda dengan perlakuan E, kematian terjadi pada pengamatan ke – 13 HSA. Hal tersebut dikarenakan menurunnya kualitas dan virulensi konidia jamur.

Page 12: bioteknologi HPT cabai

Persentase Tingkat Kerusakan Daun Cabai Merah oleh M.persicae pada hari ke-14 Setelah Aplikasi

Semakin tinggi konsentrasi konidia V. Lecanii, maka perkembangan populasi M. persicae semakin menurun sehingga tingkat kerusakan daun cabai semakin kecil.

Page 13: bioteknologi HPT cabai

KEMAMPUAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) DALAM MENEKANPERKEMBANGAN Colletotrichum capsici PENYEBAB ANTRAKNOSA PADA

CABAI MERAH (Capsicum annum L.)

Metode Pelaksanaan

Dilaksanakan di Rumah Plastik dan Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Perlakuan terdiri atas 4 taraf dosis mikoriza yaitu: m0 (tanpa mikoriza),m1( 5 g tanaman-1), m2 (10 g tanaman-1), dan m3 (15 g.tanaman-1). Setiap perlakuan diulang 5 kali dan setiap unit percobaan terdiri atas 4 polibag (pot percobaan) sehingga jumlah pot keseluruhn 4 × 5 × 4 = 80 pot

Page 14: bioteknologi HPT cabai

Persiapan media tanam Pesemaian dan membibitan

Penyediaan isolat C. capsici

Penanaman dan aplikasi FMA

Inokulasi patogen C. capsici

Menggunakan tanah entisol, di kering anginkan, dihaluskan,diayak dan dihomogenkan

Dimasukan dalam polybag ukuran 10 kg

Pesemaian dilkukan di seed bed dengan media tanah dan pasir 2:1 selama 8 hari, pembibitan dilakukan dalam polibag kecil

selama 3 minggu.

Diambil dari buah cabai merah yang terinfeksi dan

menunjukan gejala antarknosa di inkubasi pada medium PDA

Dilakukan setelah bibit berumur 3 minggu. Disertai aplikasi

mikoriza Pada minggu ke 6 di tambah NPK 7 gr pertanaman

Dilakukan pada buah buah muda pertama saat panjang 5 cm dengan spora 106 ml-1. masing

masing buah dilukai dengan jarum pentul.

Page 15: bioteknologi HPT cabai

Hasil dan pembahasan

• Pengamatan dilakukan setiap hari

• Gejala pertama kali muncul pada saat hari ke-9 stelah inokulasi

• Dosis 15 g/tanaman dapat menunda terjadinya gejala serangan C. capsici

Masa inkubasi Colletotrichum capsici

Page 16: bioteknologi HPT cabai

Hasil dan pembahasan

• Pengamatan dilakukan pada hari ke 9 setelah inokulasi

• Semakin tinggi dosis yang diberikan, maka semakin rendah intensitas serangan C.capsici

Intensitas serangan antraknosa pada buah cabai

Page 17: bioteknologi HPT cabai

Tujuan Untuk mengetahui potensi antagonis Trichoderma harzianum terhadap Fusarium spp. Penyebab penyakit layu pada cabai.

Bahan dan metode

Uji Antagonis Trichoderma harzianum Terhadap Fusarium spp. Penyebab PenyakitLayu pada

Tanaman Cabai (Capsicum annum) Secara In Vitro

Isolat T.harziamun

Isolat fusarium spp.

Uji antagonis

Page 18: bioteknologi HPT cabai

Isolat T.harziamun

Mengambil tanah ± 100 gram di sekitar perakaran cabai

• Secara acak pada kedalaman 0-20 cm

Dihomogenkan dan dibuat larutan pengenceran

• Dilakukan dampai seri pengenceran 10-3

Dituangkan kedalam PDA dengan metode pour plate

• Media yang telah padat di ingkubasi 280 C selama 2-5 hari

Pengambilan Isolat murni T. harzianum lalu di ingkubasi

• diperoleh dengan mengisolasi potongan agar berukuran 5x5 mm

Page 19: bioteknologi HPT cabai

Isolat Fusarium spp.

Koleksi jaringan yang terserang

• Jaringan akar batang buah dan bunga yang terserang Fusarium

Identifikasi di laboratorium

• Memastikan penyakit yang menyerang

Identifikasi lanjutan

• Memotong bagian yang terserang dengan ukuran ±1cm

Isolasi kedalam cawan petri dan ingkubasi selama 2-5 hari

• Bila terdapat hifa maka penyakit disebabkan jamur

Hifa jamur di tumbuhkan di media PDA dan ingkubasi selama 5 hari

• Selanjutnya di perbanyak dan di remajakan

Page 20: bioteknologi HPT cabai

Uji antagonis

• Menggunakan metode uji ganda

Potong 5x5 mm hifa Fusarium dan T. harzianum

• Masukan dalam petri diameter 90 mm dengan jarak 30 mm

Hifa Fusarium sebagai kontrol (-) dan hifaT. harzianum (+)

• Dimulai dari hari ke 0-7

Setiap perlakuan dilakukan 5 kali pengulangan

Pengukuran luasan hifa T.harzianum

Page 21: bioteknologi HPT cabai

Hasil dan pembahasan

• Hal ini diduga karena adanya kemampuan T. harzianum untuk menghasilkan asam organik tertentu yang tidak dapat dimanfaatkan Fusarium spp. serta adanya kemampuan dari T. harzianum untuk menghasilkan metabolit sekunder berupa anti biotika yang bersifat menghambat perkecambahan spora cendawan Fusarium spp.

• Hifa T. harzianum cenderung lebih luas dibandingkan hifa Fusarium spp.

Page 22: bioteknologi HPT cabai

Terima kasih