Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

62
SKRIPSI PEMBERIAN EKSTRAK TEMBAKAU DARI BERBAGAI MEREK LIMBAH PUNTUNG ROKOK KRETEK DENGAN BEBERAPA KONSENTRASI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Aphis craccivora Koch PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) Oleh : ERICSON GULTOM 0506111596 JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2012

description

PEMBERIAN EKSTRAK TEMBAKAU DARI BERBAGAI MEREK LIMBAH PUNTUNG ROKOK KRETEK DENGAN BEBERAPA KONSENTRASI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Aphis craccivora Koch PADA TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.)

Transcript of Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

Page 1: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

SKRIPSI

PEMBERIAN EKSTRAK TEMBAKAU DARI BERBAGAI MEREK

LIMBAH PUNTUNG ROKOK KRETEK DENGAN BEBERAPA

KONSENTRASI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA

Aphis craccivora Koch PADA TANAMAN KACANG PANJANG

(Vigna sinensis L.)

Oleh :

ERICSON GULTOM

0506111596

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2012

Page 2: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

SKRIPSI

PEMBERIAN EKSTRAK TEMBAKAU DARI BERBAGAI MEREK

LIMBAH PUNTUNG ROKOK KRETEK DENGAN BEBERAPA

KONSENTRASI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA

Aphis craccivora Koch PADA TANAMAN KACANG PANJANG

(Vigna sinensis L.)

Oleh :

ERICSON GULTOM

0506111596

Sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2012

Page 3: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

PEMBERIAN EKSTRAK TEMBAKAU DARI BERBAGAI MEREK

LIMBAH PUNTUNG ROKOK KRETEK DENGAN BEBERAPA

KONSENTRASI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA

Aphis craccivora Koch PADA TANAMAN KACANG PANJANG

(Vigna sinensis L.)

Oleh :

ERICSON GULTOM

0506111596

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Agus Sutikno, SP. MSi Ir.Jeltje Hennie Laoh.MS

NIP. 196808291997021001 NIP. 195002041986012001

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Jurusan Agroteknologi

Universitas Riau Fakultas Pertanian

Prof.Dr. Ir. Usman Pato, MSc Ir. Armaini, MSi

NIP. 19660201990031001 NIP. 195711201985032001

Page 4: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan didepan tim penguji ujian

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Riau dan

dinyatakan lulus pada tanggal 19 juli 2012

No Nama Jabatan

1

2

3

4

5

Agus Sutikno, SP, MSi.

Ir. Jeltje Hennie Laoh, MS.

Dr. Rusli Rustam, SP, MSi.

Ir. Desita Salbiah, MSi.

Ir. Murniati, MP

KETUA

ANGGOTA

ANGGOTA

ANGGOTA

ANGGOTA

Page 5: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ericson Gultom lahir pada tanggal 08 Oktober 1987 di

Minas, anak kedua dari 3 (Tiga) bersaudara dari pasangan

E. Gultom dan K. Silitonga. Penulis pertama

mendapatkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 011

Minas Barat pada tahun 1993, dan kemudian pada tahun

1999 melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP

Negeri 1 Minas. Penulis menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMK Negeri 5

Rumbai tahun 2005.

Pada tahun 2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB) diterima menjadi mahasiswa Program Studi Hama dan Penyakit

Tumbuhan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pada

bulan Juni sampai bulan Agustus 2009 melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

di Kelurahan Kampung Pulau, Kecamatan Rengat, Kotamadya Indragiri Hulu.

Pada tanggal 2012 dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana

Pertanian melalui sidang terbuka Program Studi Agroteknologi Jurusan

Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau.

Page 6: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

Giving of Tobacco Extract From Clove Cigarette Stub From Different

Brands With Some Concentration Of Extract To Control

Aphis craccivora Koch In String Bean Plant (Vigna sinensis L.)

By Ericson Gultom (0506111596)

Under supervision by Agus Sutikno, SP. MSi

and Ir. Jeltje Hennie Laoh, MS

ABSTRACT

Aphis craccivora Koch is a major pest of String Bean plans (Vigna sinensis

L.). Up to now, the control of the pest is by the use of chemical pesticides that

have many negative effects. One of the alternatives control that save for the

environment and can minimize the use of camical pesticide is the use of tobacco

extracts as a botanical pesticide. The research conducted in Experimental area of

tech. Implementation Unit and in Laboratory of Plant Pest, Faculty of Agriculture,

University of Riau from October 2011 until December 2011. This research used

26 extracts of clove cigarette stub from different brand with 5 concentrations of

extracts that are 0,2 g of tobacco / l of water, 0,4 g of tobacco / l of water, 0,6 g of

tobacco / l of water, 0,8 g of tobacco / l of water and 1 g of tobacco / l of water.

The result indicate that an extract of tobacco from cigarette stub "Lintang Enam"

with 1 g of tobacco / l of water concentration is better to control Aphis craccivora

Koch. This can cause 90% total mortality of test insects and 50% mortality

reached with 14,33 hours

Keywords: Aphis craccivora Koch, String Beans (Vigna sinensis L), Tobacco

extracts from different brands.

Page 7: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

ERICSON GULTOM (0506111596) telah melaksanakan penelitian dengan judul

“Pemberian Ekstrak Tembakau dari Berbagai Merek Limbah Puntung Rokok

Kretek dengan Beberapa Konsentrasi untuk Mengendalikan Hama Aphis

craccivora Koch pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)” dibawah

bimbingan Agus Sutikno, SP.MSi. sebagai pembimbing I dan Ir. Jeltje Hennie

Laoh, MS. sebagai pembimbing II.

RINGKASAN

Selain rasanya enak, Kacang panjang juga mengandung zat gizi yang

cukup banyak. Kandungan gizi pada polong maupun pada daun tanaman ini cukup

lengkap. Polong muda banyak mengandung protein, vitamin A, lemak, dan

karbohidrat. Komoditas ini merupakan sumber protein nabati yang cukup

potensial.

Masalah utama yang dihadapi oleh petani dalam budidaya kacang panjang

adalah serangan hama kutu daun Aphis craccivora Koch. Usaha pengendalian

hama A. craccivora Koch yang dilakukan oleh para petani lebih banyak

menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida kimia sintetis merupakan cara

yang praktis dan efisien, namun penggunaan yang berlebihan dan tidak bijaksana

dapat membunuh musuh-musuh alami (predator) dari hama tersebut, berdampak

negatif pada lingkungan dan bahaya keracunan pada manusia dan hewan.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa konsentrasi ekstrak

limbah tembakau dari puntung rokok kretek berbagai merek untuk mengendalikan

hama Aphis craccivora Koch pada tanaman kacang panjang. Penelitian ini

dilaksanakan di areal Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebun Percobaan Fakultas

Pertanian Universitas Riau dan Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Riau Pekanbaru, dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember

2011. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 26

Page 8: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

perlakuan dan 3 ulangan, sehingga di dapat 78 unit percobaan. Setiap unit

percobaan terdiri dari 1 tanaman kacang panjang dan 10 ekor imago hama

A. craccivora Koch. Perlakuan yang digunakan adalah 0 g ekstrak puntung

rokok/liter air, konsentrasi 0,20 g puntung rokok A/liter air, konsentrasi 0,40 g

puntung rokok A/liter air, konsentrasi 0,60 g puntung rokok A/liter air,

konsentrasi 0,80 g puntung rokok A/liter air, konsentrasi 1,00 g puntung rokok

A/liter air, konsentrasi 0,20 g puntung rokok B/liter air, konsentrasi 0,40 g

puntung rokok B/liter air, konsentrasi 0,60 g puntung rokok B/liter air, konsentrasi

0,80 g puntung rokok B/liter air, konsentrasi 1,00 g puntung rokok B/liter air,

konsentrasi 0,20 g puntung rokok C/liter air, konsentrasi 0,40 g puntung rokok

C/liter air, konsentrasi 0,60 g puntung rokok C/liter air, konsentrasi 0,80 g

puntung rokok C/liter air, konsentrasi 1,00 g puntung rokok C/liter air, konsentrasi

0,20 g puntung rokok D/liter air, konsentrasi 0,40 g puntung rokok D/liter air,

konsentrasi 0,60 g puntung rokok D/liter air, konsentrasi 0,80 g puntung rokok

D/liter air, konsentrasi 1,00 g puntung rokok D/liter air, konsentrasi 0,20 g

puntung rokok E/liter air, konsentrasi 0,40 g puntung rokok E/liter air, konsentrasi

0,60 g puntung rokok E/liter air, konsentrasi 0,80 g puntung rokok E/liter air,

konsentrasi 1,00 g puntung rokok E/liter air. Parameter yang diamati adalah waktu

awal kematian, lethal time 50 %, persentase mortalitas total, perubahan tingkah

laku dan morfologi Aphis craccivora Koch, suhu dan kelembaban.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak tembakau dari

berbagai merek mampu mengendalikan hama Aphis craccivora Koch dengan

konsentrasi yang efektif adalah 1,00 g/liter air dari ekstrak limbah puntung rokok

Page 9: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

merek Lintang Enam karena mampu mematikan Aphis craccivora Koch sebesar

90% dan menyebabkan mortalitas serangga uji sebesar 50% dalam waktu 14,33

jam.

Page 10: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

kehendakNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Pemberian Ekstrak Tembakau dari Berbagai Merek Limbah Puntung

Rokok Kretek dengan Beberapa Konsentrasi untuk Mengendalikan Hama

Aphis craccivora Koch pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)”.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Riau.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, motivasi dan bantuan dari

berbagai pihak yang diberikan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orangtua saya, E. Gultom dan K. Br. Silitonga yang senantiasa

memberikan dukungan motivasi, kasih sayang, cinta dan ketulusan doanya

yang tak pernah habis ditelan waktu, sehingga anaknya mampu menggapai

cita-cita dan mimpinya.

2. Kakak dan adik saya, Dr. Anita Gultom dan S. Boy Marsen Gultom yang

selalu memberika motivasi dan doanya, sehingga saya mampu menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

3. Pembimbing pertama Agus Sutikno, SP, MSi. dan juga sebagai penasehat

akademis saya, yang tidak pernah bosan-bosanya memberikan waktu, saran

dan motivasi kepada saya sampai selesainya skripsi ini.

4. Pembimbing kedua Ir. Jeltje Hennie Laoh, MS terima kasih atas dorongan ibu

selama ini, juga kesabaran ibu yang selalu mengingatkan saya agar tidak

pernah lengah dalam mengerjakan tugas akhir ini.

Page 11: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

5. Prof. Dr. Usman Pato, MSc selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Riau, Ir. Armaini, MSi selaku Ketua Jurusan Agroteknologi, Ir. Ardian, MS

selaku Ketua Program Studi Agroteknologi.

6. Seluruh staf dan pegawai Fakultas Pertanian, terimakasih telah bekerja

dengan baik demi kemajuan Fakultas Pertanian Universitas Riau.

7. Seluruh teman-teman HPT '05, Delwis Kurniawan, Roni Setiawan, M. Zaenal

Abidin (Tatap semangat dalam mengerjakan skripsinya). Musa Romadhon,

SP, Korinika Br Bangun, SP, Ida Lestari, SP, Reza Wijaya, SP, dan juga

kepada teman-teman yang talah wisuda yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu, tetap semangat dalam mengerjakan sesuatu, jangan paksa apa

yang tidak dapat kamu lakukan, lakukan apa yang dapat kamu lakukan, dan

biarkan Tuhan yang melakukan sisanya.

8. Seluruh senior dan junior HPT, M. Iqbal Rangkuti, SP, Sri wahyuni, SP,

Hengki Susilo, SP, Jhonly M Damanik, SP, Rina Susiwiyati, SP, Veronika

Perangin-angin, SP, Musdawaty Simanjuntak, SP, Rilla Ferina, SP, Liza

Andriani, SP, Al Prianti Jasmin, SP ,Delviza, SP, Daud, Nechiyana, Wawan

Hendra, M Al Hafis dan juga kepada teman-teman yang tidak dapat

disebutkan. Sukses dalam hidup tidak di tentukan oleh kartu baik, tapi

bagaimana cara memainkan kartu buruk dengan baik.

9. Teman-teman Master Community, bang Ricard, mas Yandi, bang Marlin, mas

Mudi, kang Wahyu, Koko, Nurdin, Eli. M, J. Edi saputra, Agus, Dhani,

Fauzan Romadhoni, Indra Naslan Wahid, Syarif Hidayat dan seluruh anggota

yang tidak disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan kalian selama

ini. Lakukan yang terbaik maka akan mendapatkan hasil yang terbaik pula.

Page 12: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

10. Kelurga besar Planet Motor, koko B. Kosasih, Billy Prananda, Om Eka,

Om Rozy, Om Boby, Om Yoyok, Arif, Jheksen dan seluruh teman-taman

terima kasih atas dukungan dan motivasi kalian.

Pekanbaru, Juli 2012

Ericson Gultom

Page 13: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

DAFTAR ISI

RINGKASAN .................................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6

2.1. Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) ................................ 6

2.2. Hama Kutu Daun (Aphis craccivora Koch.) ................................... 7

2.3. Tembakau Sebagai Pestisida Nabati ................................................ 9

III. BAHAN DAN METODE ......................................................................... 11

3.1. Tempat dan Waktu........................................................................... 11

3.2. Bahan dan Alat ................................................................................ 11

3.3. Metode Penelitian ............................................................................ 11

3.4. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 13

3.5. Parameter yang Diamati .................................................................. 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 21

4.1. Waktu Awal Kematian (Jam) .......................................................... 21

4.2. Lethal Time 50 (LT50) (Jam) .......................................................... 23

4.3. Persentase Mortalitas Total (%) ...................................................... 27

4.4. Perubahan Tingkah Laku dan Morfologi ........................................ 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 35

LAMPIRAN ..................................................................................................... 38

Page 14: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Halaman

1. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mematikan serangga uji paling

awal dengan pemberian ekstrak tembakau dari berbagai limbah puntung

rokok kretek ............................................................................................. 21

2. Rata-rata Lethal Time 50 A. craccivora Koch dengan penyemprotan

ekstrak tembakau dari limbah puntung rokok kretek pada konsentrasi

(jam) ......................................................................................................... 24

3. Rata-rata mortalitas total A. craccivora Koch dengan penyemprotan

ekstrak tembakau dari limbah puntung rokok kretek pada konsentrasi

(jam) .......................................................................................................... 27

Page 15: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L) ........................................... 6

2. Bagian kutu daun Aphis craccivora Koch ................................................ 8

3. Perbanyakan dan pemindahan Aphis craccivora Koch ke tanaman

perlakuan ................................................................................................... 15

4. Pembuatan ekstrak limbah puntung rokok kretek ..................................... 16

5. Tanaman perlakuan dalam sungkup .......................................................... 17

6. Morfologi Aphis craccivora Koch ............................................................ 33

Page 16: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel sidik ragam masing-masing parameter pengamatan ....................... 38

2. Tabel rata-rata persentase mortalitas total ............................................... 40

3. Tabel rata-rata suhu dan kelembaban di laboratorium selama penelitian . 41

4. Tabel kandungan nikotin dari masing-masing merek ............................... 42

5. Tabel perubahan tingkah laku Aphis craccivora Koch ............................. 43

6. Bagan penelitian menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) .................. 44

7. Gambar sungkup ....................................................................................... 45

8. Gambar puntung rokok ............................................................................. 46

Page 17: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kacang panjang merupakan sayuran yang sangat digemari oleh berbagai

kalangan masyarakat dengan tingkat konsumsi yang cukup besar. Selain rasanya

enak, sayuran ini juga mengandung zat gizi yang cukup banyak. Kandungan gizi

pada polong maupun pada daun tanaman ini cukup lengkap. Polong muda banyak

mengandung protein, vitamin A, lemak, dan karbohidrat. Komoditas ini

merupakan sumber protein nabati yang cukup potensial (Haryanto, et al, 1999).

Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan

kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu

sumber mineral dan vitamin yang sangat dibutuhkan manusia. Konsumsi sayuran

pada saat ini sudah mulai meningkat, karena mulai adanya kesadaran bahwa

dengan mengkonsumsi sayuran berarti hidup akan bertambah sehat (Sunaryono

dan Ismunandar, 1981).

Masalah utama yang dihadapi oleh petani dalam budidaya kacang panjang

adalah serangan hama kutu daun Aphis craccivora Koch (Aphididae; Homoptera).

Hama ini berukuran kecil dan tersebar secara kosmopolitan, merupakan salah satu

hama tanaman dari famili Leguminoceae di Indonesia (Kalshoven, 1981).

A. craccivora Koch ini mempunyai kemampuan hidup yang tinggi karena mampu

bereproduksi secara partenogenesis, serta bersifat polimorfisme, selain sebagai

hama serangga ini juga berperan sebagai vektor bermacam-macam virus penyebab

penyakit.

Page 18: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

2

Hama ini hinggap di permukaan bawah daun dan di pucuk-pucuk sulur

untuk menghisap cairan tanaman. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ini

adalah daun menjadi keriting dan berkerut, pertumbuhan sulur terhenti dan mati.

A. craccivora Koch juga sering menyerang bunga dan polong. Tanaman yang

terserang berat akan menghasilkan daun-daun berwarna kekuningan, kerdil,

mengalami malformasi dan kehilangan vigor. Semakin banyak aphid yang

menyerang tanaman, mengakibatkan daun dan pucuk sulur banyak yang rusak dan

akhirnya mati. Kehilangan hasil akibat hama ini apabila tidak dikendalikan dapat

mencapai 65,87% (Prabaningrum, 1996).

Usaha pengendalian hama A. craccivora Koch yang dilakukan oleh para

petani lebih banyak menggunakan insektisida dibandingkan cara lain. Penggunaan

insektisida kimia sintetis merupakan cara yang praktis dan efisien, namun

penggunaan yang berlebihan dan tidak bijaksana dapat membunuh musuh-musuh

alami (predator) dari hama tersebut dan jika digunakan secara terus menerus dan

berlangsung lama akan menimbulkan masalah yang cukup serius. Dampak

penggunaan pestisida sintetis menyebabkan hama menjadi resisten dan terjadi

resurgensi hama, timbulnya hama sekunder menjadi hama utama, serta berdampak

negatif pada lingkungan dan bahaya keracunan pada manusia dan hewan

(Kardinan, 1998 dalam Novizan, 2002). Pemanfaatan bahan alami sebagai

insektisida nabati merupakan suatu alternatif pengendalian hama yang ramah

lingkungan selain itu murah, bahan mudah didapat dan praktis dalam pembuatan

maupun aplikasi dilapangan.

Lebih dari 2400 jenis tanaman yang termasuk ke dalam 253 famili

dilaklporkan mengandung bahan pestisida. Tembakau merupakan salah satu

Page 19: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

3

tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pestisida karena mengandung

senyawa alkaloid yang disebut nikotin. Nikotin dapat digunakan untuk

mengendalikan serangga dari golongan aphid dan serangga betubuh lunak serta

berukuran kecil (Kardinan, 2000 dalam Irwanto, 2006).

Penelitian Delita dan Yursida (1999) menunjukkan bahwa teknis

pemakaian puntung rokok untuk mengendalikan hama kutu putih yang menyerang

anggrek Cateleya sp., yaitu dengan melarutkan 2 batang puntung rokok (0,4 g)

yang direndam pada 1 liter air kemudian disemprotkan 3 hari sekali. Setelah tiga

kali penyemprotan ternyata mampu menghentikan semua serangan kutu daun.

Cremlyn (1991) dalam Simbolon (2012) menjelaskan bahwa nikotin dapat

menyerang sistem saraf serangga, khususnya saraf otot yang menyebabkan saraf

ini tidak aktif, akibatnya mati. Mekanisme penetrasi senyawa tersebut diawali

dengan masuk melalui lubang-lubang alami dan melalui mulut bersamaan dengan

bahan makanan yang dimakan. Bahan makanan yang mengandung nikotin masuk

keorgan pencernaan dan diserap oleh dinding usus selanjutnya ditranslokasi

menuju pusat saraf. Sel saraf A. craccivora Koch yang terganggu akan

mempengaruhi keseimbangn ion-ion yang ada dalam sel saraf. Penembusan

membran sel oleh nikotin menyerupai acetycoline, kemudian mengikat reseptor

acetylcoline pada sambungan saraf otot akibatnya terjadi tarikan saraf sehingga

saraf rusak atau tidak berfungsi yang menyebabkan kematian.

Rokok merupakan silinder dari kertas yang memiliki ukuran panjang

sekitar 70-120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter 10 mm yang

berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok kretek memiliki sekitar

4 - 5 mg nikotin dan 20 mg tar, sedangkan perbandingan antara tembakau dan

Page 20: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

4

cengkeh dalam sebatang rokok kretek adalah 60 : 40. Disebut rokok kretek karena

menurut penggemarnya rokok jenis ini jika dibakar akan mengeluarkan bunyi

kretek-kretek yaitu suara kertas bercampur tembakau cacahan agak kasar yang

terbakar (Anonim, 2011).

Puntung rokok dengan bahan baku tembakau merupakan limbah yang

belum termanfaatkan dan masih berlimpah. Dari setiap batang rokok kira-kira

20% akan terbuang sebagai puntung rokok setelah dihisap oleh konsumen rokok.

Kandungan nikotin dalam rokok berkisar antara 6 - 18% (Vickery dan Mickery,

1981 dalam Delita dan Yursida, 1999). Namun dari berbagai merek rokok kretek

yang ada mempunyai kandungan nikotin yang berbeda-beda.

Hasil penelitian Irwanto (2006) menunjukan bahwa pada konsentrasi

0,80 g/l - 1,0 g/l pada semua merek rokok filter (A: Sampoerna, B: Star Mild,

C: Marlboro, D: Ardath E: Country, F: Surya 16) menyebabkan mortalitas lebih

cepat dan tinggi, mampu menghambat jumlah nimfa yang dilahirkan. Mortalitas

dan jumlah A. craccivora Koch membentuk sayap tertinggi terjadi pada

konsentrasi 1,0 g/l, dan jumlah nimfa yang paling sedikit dilahirkan terjadi pada

konsentrasi 0,80 g/l ekstrak tembakau puntung rokok filter.

Data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2008

menunjukkan bahwa Indonesia menjadi negara terbesar ke-3 dalam jumlah

perokok di dunia dengan jumlah perokok 65 juta orang atau

28% per penduduk, dengan konsumsi rokok 225 milliar batang pertahun

(Anonim, 2011 a). Dari banyaknya jumlah rokok yang dihisap pertahun maka

limbah dari puntung rokok juga akan semakin banyak dan berlimpah, oleh sebab

itu dicari upaya untuk memanfaatkan limbah puntung rokok yang tidak terpakai

Page 21: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

5

tersebut dengan cara memanfaatkannya sebagai bahan pembuat pestisida nabati

untuk mengendalikan hama.

Berdasarkan uraian diatas, telah dilakukan penelitian yang berjudul

“Pemberian Ekstrak Tembakau dari Berbagai Merek Limbah Puntung

Rokok Kretek dengan Beberapa Konsentrasi untuk Mengendalikan Hama

Aphis craccivora Koch pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)”.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa konsentrasi ekstrak

tembakau dari limbah puntung rokok kretek berbagai merek untuk mengendalikan

hama Aphis craccivora Koch pada tanaman kacang panjang.

Page 22: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

Kacang panjang (Vigna sinensis L.) adalah tanaman hortikultura yang

banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, baik sebagai sayuran maupun

sebagai lalapan. Kacang panjang merupakan anggota Famili Fabaceae yang

termasuk kedalam golongan sayuran. Kacang panjang dibudidayakan untuk

dimanfaatkan polong mudanya atau kadang-kadang daunnya sebagai lalapan.

Kacang panjang diperbanyak melalui benih (Sunaryono dan Ismunandar 1981).

Sistimatika tanaman kacang panjang dapat diklasifikasikan sebagai

berikut: Divisi: Spermatophyta, Sub divisi: Angiospermae, Kelas:

Dicotyledoneae, Bangsa: Rosales, Suku: Leguminosae (Papilionaceae), Marga:

Vigna, Jenis: Sinensis (Hutapea et al., 1994) Nama ilmiah: Vigna sinensis L.

Gambar 1. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L)

Sumber: Foto penelitian (2011)

Tanaman ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha tani

karena selain mudah dibudidayakan, pangsa pasarnya juga cukup tinggi. Secara

ekonomis, tanaman ini memiliki kekuatan pasar yang cukup besar. Pasar mampu

menyerapnya meskipun produksi kacang panjang berlimpah pada musim panen,

Page 23: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

7

kacang panjang juga dipasarkan ke luar negeri. Belanda membutuhkan lebih dari

3 ton tiap minggunya (Haryanto et al, 1999).

2.2. Hama Kutu Daun (Aphis craccivora Koch)

Aphis craccivora Koch termasuk kedalam Filum: Arthropoda, Sub Filum:

Mandibulata, Kelas: Insekta, Ordo: Homoptera, Famili: Aphididae, Genus: Aphis,

Species: Craccivora (Klingauf, 1987 dalam Herlina, 1998) Nama ilmiah:

Aphis craccivora Koch.

Aphis craccivora Koch berbentuk seperti buah peer, panjang sekitar

1,8 - 2,3 mm dan lunak. Bagian mulut terdiri atas jarum yang tajam untuk

menusuk tanaman dan mengisap cairan. Aphis hidup secara bergerombol pada

daun dan tunas muda. Perkembangbiakannya ada dua macam, yaitu secara seksual

dan aseksual parthenogenesis. Aphis dewasa dapat menghasilkan 2 - 20 anak

setiap hari dan bila keadaan baik daur hidupnya mencapai 2 minggu. Ada Aphis

yang bersayap dan ada yang tidak bersayap (Pracaya, 2008).

Serangga ini berperan sebagai vektor bermacam-macam virus penyebab

penyakit, seperti virus mosaik kedelai, virus daun kecil kacang panjang dan virus

sapu kacang tanah. Penyakit ini dapat menurunkan kandungan lemak 21 - 27%

dan kandungan protein 16 - 27% pada biji kacang-kacangan (Bernabe, 1972),

dapat pula menyerang Mirabilis jalapa, Moringa oleifera, Antigonon leptopus,

dan Glyricidia sepium (Nayar, 1982).

Page 24: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

8

Gambar 2. Bagian kutu daun Aphis craccivora Koch

Sumber: Cottier (1953) Dalam Irwanto (2006).

1. Antena, 2. Kepala, 3. Kornikel, 4. Kauda,

5.Lempeng genital, 6. Toraks dan abdomen imago tidak bersayap.

Pada populasi tinggi tanaman yang terserang akan menjadi layu, daun

berguguran dan sering kali tanaman menjadi kerdil. Tanaman layu karena kutu

daun menghisap cairan daun. Kutu daun menghasilkan embun madu yang

merupakan media yang cocok untuk jamur jalaga yang akan menghambat proses

fotosintesis. Disamping merusak secara langsung hama ini juga merupakan vektor

13 macam virus. Sebagai vektor virus yang bersifat sistemik, serangga ini

meghisap cairan tanaman selama satu jam. Virus tersebut tetap bertahan dalam

serangga selama 10 hari dan tidak hilang dalam pergantian kulit. Semua fase

mampu menularkan virus tetapi nimfa lebih efektif dalam menularkan virus

(Suharto, 2007).

Kutu daun A. craccivora Koch menyebar diseluruh bagian Asia Tenggara.

dan memiliki tanaman inang kacang-kacangan, terutama kacang panjang, kacang

hijau dan kacang tanah. Siklus hidup: 5 - 8 hari, Nimfa dan imago hidup

bergerombol, terutama pada bagian tangkai bunga. Serangan biasanya mulai

Page 25: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

9

terjadi ketika tanaman mulai membentuk bunga. Serangan selanjutnya juga dapat

terjadi pada pucuk-pucuk tanaman dan pada permukaan bawah daun.

Aphis craccivora Koch merusak tanaman dengan cara menghisap cairan

daun atau bagian tanaman yang masih muda. Kutu daun dapat berkembang biak

dengan cara partenogenesis (tanpa dibuahi oleh serangga jantan). Sekitar lima hari

kemudian, kutu yang baru menetas sudah mampu beranak sehingga menghasilkan

keturunan-keturunan baru dalam jumlah banyak. Hama ini berwarna hitam dengan

panjang 1 - 2,3 mm. Nimfa setelah satu minggu menjadi dewasa dan mulai

menyerang dari balik daun dan kuncup tunas (Qusaeri, 2010).

2.3. Tembakau Sebagai Insektisida Nabati

Produksi tembakau yang melimpah di Indonesia hanya bermanfaat sebagai

industri rokok saja yang sangat berdampak negatif bagi kesehatan manusia.

Tembakau mengandung alkaloid nikotin yang berdampak buruk bagi kesehatan

manusia juga sangat beracun bagi serangga sehingga nikotin dapat dimanfaatkan

oleh manusia sebagai insektisida nabati. Nikotin pertama kali digunakan sebagai

insektisida pada tahun 1763, dan alkaloid murninya diisolasi tahun 1828 oleh

Posset dan Reimann, kemudian disintesis tahun 1904 oleh Piclet dan Rotschy.

Alkaloid nikotin, nikotin sulfat dan senyawa nikotin lainnya digunakan sebagai

racun kontak, fumigasi, dan racun perut. Insektisida ini diperdagangkan sebagai

Black Leaf 40R mengandung 40% nikotin, untuk mengendalikan serangga yang

bertubuh lunak (Baehaki, 1993 dalam Susilowati, 2006).

Nikotin adalah zat alkaloid yang ada secara natural ditanaman tembakau.

Nikotin juga didapati pada tanaman-tanaman lain dari famili biologis Solanaceae

Page 26: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

10

seperti tomat, kentang, terung dan merica hijau pada level yang sangat kecil

dibanding pada tembakau. Saat diekstraksi dari daun tembakau, nikotin tidak

berwarna, tetapi segera menjadi coklat ketika bersentuhan dengan udara. Nikotin

dapat menguap dan dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan

yang dibasakan. Efek penggunaan nikotin (sebagai salah satu zat aditif) yang

terdapat ditembakau adalah penghambat susunan syaraf pusat (SSP) yang

mengganggu keseimbangan syaraf. Ketergantungan fisik dan psikologi pada

nikotin berkembang sangat cepat. Menghisap tembakau menghasilkan efek

nikotin pada SSP dalam waktu kurang lebih sepuluh detik. Jika tembakau

dikunyah, efek pada SSP dialami dalam waktu 3 - 5 menit (Susilowati, 2006).

Senyawa insektisida botani ini efektif disemprotkan pada waktu cuaca

panas, namun demikian nikotin akan mengalami degradsi dengan cepat. Efektif

digunakan pada tanaman hias dan sayuran untuk mengontrol serangga Aphid,

Thrips, kepik, penggerek daun, wereng, siput, tungau, laba-laba, serta banyak

digunakan dirumah kaca (Kardinan, 1998).

Page 27: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau,

kampus Bina Widya Kelurahan Simpang Baru Panam. Penelitian ini dilaksanakan

selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2011.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain benih kacang

panjang varietas Kano 1, serangga hama Aphis craccivora Koch, polybag ukuran

6 x 17 cm, top soil, pupuk kandang, puntung rokok kretek merek (A) Lintang

Enam, (B) Djie Sam Soe, (C) Sampurna Hijau, (D) Gamelan dan (E) Gudang

Garam Merah. Kandungan nikotin Lintang Enam: 2,8 mg, Djie Sam Soe: 2,3 mg,

Sampurna Hijau: 2,2 mg, Gamelan: 2,38 mg dan Gudang Garam Merah: 2,2 mg.

Alat-alat yang perlukan dalam penelitian ini antara lain kurungan serangga

dari polinet, sungkup kecil (diameter 15 cm, tinggi 30 cm), hand sprayer 250 ml,

Blander, ayakan, cangkul, kuas, gelas ukur, timbangan analitik dan alat-alat tulis.

3.3. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan rancangan

acak lengkap (RAL) terdiri atas 26 perlakuan dengan 3 ulangan. Adapun

perlakuannya adalah tembakau dari puntung rokok kretek berbagai merek dengan

beberapa konsentrasi.

Page 28: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

12

Perlakuan tersebut adalah:

1. K0 : 0 g puntung rokok/liter air

2. K1 : 0,20 g PR A/liter air

3. K2 : 0,40 g PR A/liter air

4. K3 : 0,60 g PR A/liter air

5. K4 : 0,80 g PR A/liter air

6. K5 : 1,00 g PR A/liter air

7. K6 : 0,20 g PR B/liter air

8. K7 : 0,40 g PR B/liter air

9. K8 : 0,60 g PR B/liter air

10. K9 : 0,80 g PR B/liter air

11. K10 : 1,00 g PR B/liter air

12. K11 : 0,20 g PR C/liter air

13. K12 : 0,40 g PR C/liter air

14. K13 : 0,60 g PR C/liter air

15. K14 : 0,80 g PR C/liter air

16. K15 : 1,00 g PR C/liter air

17. K16 : 0,20 g PR D/liter air

18. K17 : 0,40 g PR D/liter air

19. K18 : 0,60 g PR D/liter air

20. K19 : 0,80 g PR D/liter air

21. K20 : 1,00 g PR D/liter air

22. K21 : 0,20 g PR E/liter air

23. K22 : 0,40 g PR E/liter air

24. K23 : 0,60 g PR E/liter air

25. K24 : 0,80 g PR E/liter air

26. K25 : 1,00 g PR E/liter air

Keterangan:

PR : Puntung Rokok.

A, B, C, D, E : Merek Puntung Rokok.

Page 29: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

13

Model linear Rancangan Acak Lengkap (RAL) sebagai berikut:

Yij =μ + τi + εij

Yij = Nilai tengah pengamatan pada satuan percobaan perlakuan ekstrak

tembakau puntung rokok kretek berbagai merek dengan beberapa

konsentrasi ke-i yang mendapatkan ulangan ke-j.

µ = Nilai tengah umum.

τi = Pengaruh perlakuan ekstrak tembakau puntung rokok kretek

berbagai merek dengan beberapa konsentrasi ke-i

εij = Pengaruh galat perlakuan berbagai jenis ekstrak tembakau puntung

rokok kretek berbagai merek pada satuan percobaan dengan

beberapa konsentrasi dan ulangan ke-j.

Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara statistik

menggunakan sidik ragam dan uji lanjut DNMRT (Duncan’s New Multiple Range

Test) pada taraf 5%.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Penyediaan tanaman untuk perbanyakan Aphis craccivora Koch

Penyediaan tanaman untuk perbanyakan Aphis craccivora Koch bertujuan

untuk perbanyakan hama A. craccivora Koch, makanan dan tempat hidup hama

itu sendiri. Tanaman tersebut ditanam di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebun

Percobaan. Fakultas Pertanian Universitas Riau. Tanaman untuk perbanyakan

hama ditanam terpisah dan diberi sungkup untuk menjaga agar hama tidak

menyebar ke tanaman lain dan menghindari serangan predator. Sungkup ini dibuat

menggunakan polynet dengan memakai kerangka tiang empat persegi dengan

Page 30: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

14

ukuran 2,5 x 5 m. Tanaman kacang panjang ditanam didalam polybag ukuran 6 x

17 cm. Penanaman dilakukan dengan mengikuti anjuran penanaman tetapi tidak

menggunakan pestisida.

a. Pengolahan tanah.

Media yang digunakan adalah tanah yang diambil dari Unit Pelaksana

Teknis (UPT). Kebun Pertanian Organik Fakultas Pertanian Universitas Riau

Uniersitas Riau. Tanah yang sudah diambil lalu dijemur hingga kering dibawah

sinar matahari kemudian dilakukan pengayakan. Tanah yang sudah diayak

tersebut dicampur dengan pupuk kandang ayam, dengan perbandingan antara

tanah dan pupuk kandang ayam adalah 2 : 1 dan dimasukkan kedalam polybag

ukuran (12 x 17 cm) sebanyak 800 gr.

b. Penanaman.

Penanaman dilakukan dengan cara menugal benih kacang panjang didalam

media tanam yang tersedia. Dalam satu polybag ditanam 2 benih kacang panjang.

c. Pemeliharaan.

Pemeliharaan meliputi penyiraman tanaman dan penyiangan gulma.

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari jika tidak hujan.

Penyiangan gulam dilakukan jika terdapat tanaman pengganggu baik yang tumbuh

pada polybag maupun pada sekeliling polybag.

3.4.2. Perbanyakan Aphis craccivora Koch

Perbanyakan Aphis craccivora Koch dilakukan pada tanaman sediaan.

A. craccivora Koch yang akan diinfestasikan ke tanaman sediaan diambil dari

tanaman sayuran petani di daerah Kartama, Pekanbaru. A. craccivora Koch yang

Page 31: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

15

diambil adalah imago yang tidak bersayap dengan ciri-ciri tubuh berwarna hitam

mengkilap, sifunkuli (kornikel) berbentuk silindris menyempit kearah ujung.

Kauda berduri dan menyempit ke ujung, kauda memiliki rambut lima sampai

tujuh helai, pada bagian dorsal yang berwarna hitam mengkilap terdapat bercak

agak gelap (Blackman dan Eastop, 1984 dalam Irwanto, 2006).

Pemindahan A. craccivora Koch dilakukan dengan menggunakan kuas

kecil untuk menggambilnya dari tanaman inang, dan dipindahkan ke tanaman

sediaan. Imago yang diambil dari lahan dibiakkan sehingga menghasilkan turunan

ke-1 (F1). Imago A. craccivora Koch segera dipindahkan agar F1 tidak tercampur.

F1 dipelihara sampai menjadi imago (umur 4 hari) dan digunakan sebagai

serangga uji.

Gambar 3. Perbanyakan dan pemindahan Aphis craccivora Koch ke tanaman

perlakuan

Sumber: Foto penelitian (2011)

Page 32: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

16

3.4.3. Pembuatan sungkup untuk tanaman perlakuan

Pembuatan sungkup saat penelitian dimaksudkan untuk menjaga agar

hama A. craccivora Koch tidak pindah dari tempat uji ketanaman uji lainnya

selain itu untuk mencegah masuknya musuh alami. Sungkup dibuat menggunakan

plastik mika yang dibentuk menjadi silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi

30 cm dan dibuat jendela dengan ukuran 3 x 3 cm, pada sisi atas sungkup ditutup

dengan kain kasa yang sudah dibentuk menjadi melingkar. Bagian atas Polybag

diberi penutup kertas putih agar memudahkan untuk pengamatan apabila ada

A. craccivora Koch yang jatuh. Fungsi sungkup adalah untuk menutup wadah

pucuk kacang panjang sedangkan fungsi jendela untuk lobang tempat melakukan

penyemprotan hal ini dimaksudkan agar butiran air pestisida yang keluar dari

Hand sprayer dapat merata pada tanaman uji.

Gambar 5. Tanaman perlakuan dalam sungkup

Sumber: Foto penelitian (2011)

3.4.4. Pembuatan ekstrak tembakau dari limbah puntung rokok

Puntung rokok yang digunakan adalah puntung rokok kering yang

diperoleh dangan cara mengumpulkan dari orang-orang yang mengkonsumsi

rokok. Sebelumnya diarahkan agar mengumpulkan puntung rokok yang telah

dihisap pada wadah yang telah disediakan sesuai merek. Puntung rokok yang telah

Page 33: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

17

dikumpulkan dengan merek yang sama diambil tembakaunya lalu dihaluskan

dengan blender tanpa menggunakan air, setelah itu ditimbang menggunakan

timbangan digital sesuai dengan perlakuan. Kemudian direndam dalam 1 liter air

selama 24 jam dan dilakukan penyaringan sehingga diperoleh ekstrak yang siap

digunakan.

Gambar 4. Pembuatan ekstrak limbah puntung rokok kretek

Sumber: Foto penelitian (2011)

3.4.5. Penyediaan tanaman untuk perlakuan

a. Pengolahan tanah.

Media yang digunakan adalah tanah yang diambil dari Unit Pelaksana

Teknis (UPT). Universitas Riau. Tanah yang sudah diambil dikeringkan kemudian

dilakukan pengayakan. Tanah yang sudah diayak tersebut dicampur dengan pupuk

kandang ayam dengan perbandingan antara tanah dan pupuk kandang ayam

adalah 2 : 1 dan dimasukkan kedalam polybag ukuran (6 x 17 cm) sebanyak

800 gr.

b. Penanaman.

Penanaman dilakukan dengan cara menugal benih kacang panjang didalam

media tanam yang tersedia dimana dalam satu polybag ditanam 2 benih kacang

panjang. Selain menanam langsung di polybag sebagai tanaman perlakuan, juga

Page 34: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

18

dilakukan penanaman kacang panjang pada polybag lain yang berfungsi sebagai

tanaman penggati jika tanaman pada polybag ada yang mati.

c. Pemeliharaan.

Pemeliharaan meliputi penyiraman tanaman dan penyiangan gulma.

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari jika tidak turun hujan.

Penyiangan gulma dilakukan jika terdapat tanaman pengganggu.

3.4.6. Infestasi hama

Diinfestasikan sebanyak 10 nimfa A. craccivora Koch tiap perlakuan,

pemindahan dilakukan dengan menggunakan kuas kecil. A. craccivora Koch

disentuh sedikit agar bergerak setelah itu baru dipindahkan secara hati-hati, hal ini

untuk menghindari agar stilet A. craccivora Koch tidak putus. A. craccivora Koch

yang akan dijadikan serangga uji adalah imago A. craccivora Koch dan tanaman

untuk perlakuan berumur 30 hari.

3.4.7. Aplikasi perlakuan

Aplikasi perlakuan dilaksanakan pada jam 05.00 sore, di Laboratorium

Hama Tumbuhan. Aplikasi dilakukan sehari setelah A. craccivora Koch

diinfestasikan pada tanaman kacang panjang dengan tujuan A. craccivora Koch

dapat beradaptasi terlebih dahulu. Tanaman kacang panjang yang telah diinfestasi

A. craccivora Koch disemprot dengan ekstrak tembakau dengan menggunakan

hand sprayer 250 ml. Masing-masing perlakuan disemprotkan sampai membasahi

seluruh pucuk daun kacang panjang. Sebelum melakukan penyemprotan terlebih

dahulu dilakukan kalibrasi dengan cara, hand sprayer ukuran 250 ml diisi dengan

air sebanyak 250 ml, kemudian disemprotkan pada tanaman kacang panjang umur

Page 35: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

19

30 hari hingga merata, lalu dihitung jumlah volume air yang tersisa dalam Hand

sprayer dengan menggunakan gelas ukur. Volume air awal (250 ml) dikurangi

volume air yang tersisa dalam Hand sprayer adalah volume semprot per polybag.

Dari hasil kalibrasi didapatlah volume semprot sebanyak 10 ml per polybag.

3.5. Parameter yang Diamati

3.5.1. Waktu awal kematian (jam)

Pengamatan dilakukan setiap jam dengan menghitung waktu yang

dibutuhkan untuk mematikan paling awal salah satu A. craccivora Koch dari

setiap unit pelakuan.

3.5.2. Lethal Time (LT50) (jam)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan dari

perlakuan untuk mematikan 50% A. craccivora Koch uji. Pengamatan dilakukan

setiap jam.

3.5.3. Persentase mortalitas total (%)

Pengamatan dilakukan dengan menghitung seluruh jumlah nimfa

A. craccivora Koch yang mati, dilakukan pada akhir penalitian. Persentase

mortalitas dihitung dengan meggunakan rumus yang mengacu pada Natawigena

(1993) sebagai berikut:

MH =b

a + b× 100%

Dimana: MT = Persentase mortalitas total

a = Jumlah serangga hidup

b = Jumlah serangga yang mati

Page 36: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

20

3.5.4. Perubahan tingkah laku dan morfologi Aphis craccivora Koch

Pengamatan dilakukan setiap jam dengan melihat perubahan yang terjadi

pada A. craccivora Koch setelah diberi perlakuan hingga mati. Data yang didapat

dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.

3.5.5. Suhu dan kelembaban

Pengamatan dilakukan dengan menghitung suhu dan kelembaban ditempat

perlakuan penelitian, yang dilakukan setiap pagi dan sore selama penelitian

dengan menggunakan alat Termohigrometer. Data yang didapat dianalisis secara

deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel.

Page 37: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbanyakan A. craccivora Koch dilakukan di Unit Pelaksana Teknis

(UPT) dan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas

Pertanian Universitas Riau dengan rata-rata suhu 26.62 oC dan kelembaban udara

91.75% dengan hasil sebagai berikut:

4.1. Waktu Awal Kematian (Jam)

Hasil pengamatan lama awal kematian A. craccivora Koch setelah

dianalisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai konsentrasi

ekstrak limbah puntung rokok kretek memberikan pengaruh yang nyata terhadap

lama awal kematian A. craccivora Koch (Lampiran 1a). Hasil uji lanjut DNMRT

pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mematikan serangga uji

paling awal dengan pemberian ekstrak tembakau dari berbagai limbah

puntung rokok kretek

Konsentrasi ekstrak tembakau

limbah puntung rokok

Rerata

(Jam)

0 g / liter 48,00 j

B 0,20 g/liter air 11,67 i

C 0,20 g/liter air 11,67 i

D 0,20 g/liter air 11,33 hi

B 0,40 g/liter air 11,00 hi

E 0,20 g/liter air 11,00 hi

A 0,20 g/liter air 10,67 hij

A 0,40 g/liter air 10,33 ghij

C 0,40 g/liter air 10,33 ghij

C 0,60 g/liter air 10,00 ghij

D 0,40 g/liter air 10,00 ghij

E 0,40 g/liter air 9,67 fghi

E 0,60 g/liter air 9,00 efgh

B 0,60 g/liter air 8,67 defg

C 0,80 g/liter air 8,67 defg

D 0,60 g/liter air 8,67 defg

D 0,80 g/liter air 8,00 cdef

Page 38: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

22

A 0,60 g/liter air 7,33 bcde

B 0,80 g/liter air 7,00 bcd

E 0,80 g/liter air 7,00 bcd

A 0,80 g/liter air 6,67 abc

C 1,00 g/liter air 6,67 abc

D 1,00 g/liter air 6,67 abc

B 1,00 g/liter air 5,67 ab

E 1,00 g/liter air 5,67 ab

A 1,00 g/liter air 5,00 a

KK = 9,82 % Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT

pada taraf 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak limbah

puntung rokok kretek memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tanpa

pemberian ekstrak limbah puntung rokok. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk

mematikan serangga uji paling awal berkisar antara 5,00 sampai 11,67 jam.

Rata-rata konsentrasi 0,2 g/l air dari semua merek dan konsentrasi puntung

rokok 0,4 g/l air rokok B memberikan pengaruh yang sama, berkisar antara 10,67

- 11,67 jam. Hal ini diduga karena pemberian perlakuan mendapatkan respon yang

sama dari serangga uji. Selain itu ekstrak yang diberikan belum mencapai dan

belum bereaksi pada bagian yang menjadi sasaran didalam tubuh serangga uji.

Perlakuan ekstrak Puntung Rokok A konsentrasi 1,00 g/liter, Puntung

Rokok E 1,00 g/liter air, Puntung Rokok B 1,00 g/liter air, Puntung Rokok D 1,00

g/liter air, Puntung Rokok C 1,00 g/liter air dan Puntung Rokok A 0,80 g/liter air

memberikan waktu yang dibutuhkan mematikan paling awal berkisar antara (5,00

- 6,67) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diakibatkan karena

konsentrasi puntung rokok yang digunakan merupakan konsentrasi tinggi yaitu

0,80 - 1,00 g/l air. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin

banyak senyawa nikotin yang dihasilkan dan dapat mempercepat awal kematian

Page 39: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

23

A. craccivora Koch. Menurut Sutoyo dan Wirioadmodjo (1997) dalam Sinaga

(2009), bahwa setiap tanaman yang diaplikasikan sebagai pestisida nabati yang

mengandung racun memiliki konsentrasi yang berbeda-beda. Bahkan semakin

tinggi konsentrasinya, maka jumlah racun yang mengenai serangga akan semakin

banyak. Berbeda nyatanya perlakuan ekstrak puntung rokok yang diatas dengan

perlakuan lainnya disebabkan konsentrasi yang berbeda sehingga bahan aktif

(nikotin) yang terkandung juga tidak sama, akibatnya waktu yang dibutuhkan

untuk mematikan salah satu serangga uji juga berbeda. Keadaan ini akan

menghambat perkembangan hama dan menyebabkan kematian lebih cepat. Dilain

pihak kandungan nikotin dari masing-masing merek puntung rokok hampir sama

namun yang tertinggi pada merek Lintang enam (A).

Senyawa nikotin yang terdapat pada ekstrak limbah puntung rokok kretek

berfungsi sebagai racun kontak dan racun syaraf bagi kutu daun A. craccivora

Koch. Hal ini menyebabkan terganggunya aktifitas makan A. craccivora Koch

yang sudah terlihat beberapa jam setelah pemberian ekstrak limbah puntung rokok

kretek. Pada pengamatan parameter ini daun tanaman kacang panjang tidak

terdapat kerusakan sama seperti halnya pada perlakuan tanpa ekstrak puntung

rokok kretek.

4.2. Lethal Time 50 (LT50) (Jam)

Hasil pengamatan LT50 setelah dianalisis sidik ragam menunjukkan bahwa

perlakuan konsentrasi ekstrak limbah puntung rokok kretek memberikan pengaruh

nyata terhadap waktu yang dibutuhkan ekstrak limbah puntung rokok kretek untuk

mematikan 50% dari A. craccivora Koch uji (Lampiran 1b). Hasil uji lanjut

DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 40: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

24

Tabel 2. Rata-rata LT50 A. craccivora Koch dengan penyemprotan ekstrak

tembakau dari limbah puntung rokok kretek pada konsentrasi (jam)

Konsentrasi ekstrak tembakau

limbah puntung rokok

Rerata

(Jam)

0 g/liter air 48,00 g

D 0,20 g/liter air 28,67 f

B 0,20 g/liter air 28,33 ef

C 0,20 g/liter air 28,33 ef

E 0,80 g/liter air 28,33 ef

C 0,40 g/liter air 28,00 def

B 0,40 g/liter air 27,33 cdef

D 0,40 g/liter air 27,00 cdef

A 0,40 g/liter air 26,33 cdef

B 0,60 g/liter air 26,33 cdef

C 0,60 g/liter air 25,33 cdef

D 1,00 g/liter air 25,33 cdef

D 0,80 g/liter air 25,00 cdef

E 0,20 g/liter air 25,00 cdef

E 1,00 g/liter air 25,00 cdef

D 0,60 g/liter air 24,33 cdef

C 0,80 g/liter air 24,00 cdef

C 1,00 g/liter air 24,00 cdef

E 0,40 g/liter air 23,67 cdef

A 0,60 g/liter air 23,33 cde

E 0,60 g/liter air 23,00 bcd

A 0,20 g/liter air 22,33 bc

A 0,80 g/liter air 22,33 bc

B 0,80 g/liter air 22,33 bc

B 1,00 g/liter air 18,33 ab

A 1,00 g/liter air 14,33 a

KK = 10,43 % Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT

pada taraf 5%

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak limbah

puntung rokok kretek memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap tanpa

pemberian ekstrak limbah puntung rokok kretek. Hasil uji lanjut menunjukkan

bahwa konsentrasi puntung rokok A 1,00 g/liter air dan puntung rokok B 1,00

g/liter air lebih cepat mematikan 50% A. craccivora Koch dan berbeda nyata

terhadap semua perlakuan. Hal ini diduga karena kandungan nikotin yang terdapat

Page 41: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

25

pada rokok merek Lintang Enam lebih tinggi dari pada merek yang lain sehingga

megakibatkan konsentrasi Puntung Rokok A 1,00 g/liter air lebih cepat

menyerang sistem saraf A. craccivora Koch. Sementara kandungan nikotin pada

puntung rokok A dan puntung rokok B tidak terlalu berbeda (Lampiran 4).

Semakin tinggi kandungan bahan aktif yang terdapat pada Puntung Rokok

A 1,00 g/liter air dan konsentrasi paling tinggi yang diberikan pada perlakuan,

maka akan semakin tinggi senyawa nikotin yang terkandung dalam ekstrak

puntung rokok menghambat perkembangan A. craccivora Koch, sehingga waktu

yang dibutuhkan untuk mematikan 50% A. craccivora Koch akan semakin cepat.

Tarumingkeng (1992), menyatakan bahwa nikotin berperan sebagai racun saraf

yang bereaksi cepat. Akibatnya bahan aktif nikotin dapat mencapai sasaran pada

tubuh serangga dan berinteraksi dengan cepat sehingga mengacaukan sistem saraf

serangga. Keadaan ini yang membuat ekstrak Puntung Rokok A 1,00 g/liter air

lebih cepat mematikan 50% A. craccivora Koch yang dicapai dalam waktu 14,33

jam. Kemampuan nikotin dalam menyerang sistem saraf A. craccivora Koch

tersebut khususnya saraf otot yang menyebabkan sistem saraf tidak aktif dan

akhirnya mati. Harnoto et al (2004) dalam Irwanto (2006), menyatakan bahwa

semakin tinggi konsentrasi senyawa nikotin yang digunakan maka semakin kuat

pula pengaruhnya terhadap kematian serangga.

Hal ini sejalan dengan pengamatan waktu yang dibutuhkan untuk

menyebabkan kematian awal A. craccivora Koch bahwa perlakuan puntung rokok

A 1,00 g/liter air memperoleh perlakuan yang tercepat yaitu 5 jam. Konsentrasi A

1,00 g/liter air berbeda tidak nyata dengan Puntung Rokok B 1,00 g/liter air hal

Page 42: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

26

ini disebabkan karena konsentrasi yang diberikan sama dan kandungan nikotinnya

juga tidak terlalu berbeda.

Puntung rokok A 0,20 g/l air dan puntung rokok A 0,80 g/l air dengan

puntung rokok B 0,80 g/l air berbeda tidak nyata antara sesamanya. Jelas bahwa

penambahan konsentrasi ekstrak tembakau puntung rokok ternyata tidak

memberikan pengaruh terhadap serangga uji A. craccivora Koch. Kemungkinan

nikotin dari ekstrak tembakau puntung rokok yang diaplikasikan pada saat

pengamatan belum mencapai dan berinteraksi pada bagian sasaran tubuh

A. craccivora Koch. Hal ini diduga disebabkan karena adanya perbedaan sistem

penghalang masuknya senyawa nikotin kedalam tubuh serangga A. craccivora

Koch akibat adanya perbedaan ketebalan kutikula dari serangga A. craccivora

Koch itu sendiri. Pendapat ini didukung juga oleh Prijono (1994) bahwa.

Penyerapan insektisida yang mempunyai efek racun kontak sebagian besar terjadi

pada kutikula. Senyawa aktif akan berpenetrasi ke dalam tubuh serangga

melalui bagian yang dilapisi oleh kutikula yang tipis, seperti selaput antar

ruas, selaput persendian pada pangkal embelan dan kemoreseptor pada tarsus.

Puntung rokok E 0,60 g/l air lebih cepat mematikan 50% A. craccivora

Koch dari pada puntung rokok E 1,00 g/l air hai ini diduga karena senyawa

nikotin yang masuk kedalam tubuh serangga A. craccivora Koch memiliki

perbedaan penyerapan nikotin yang bekerja sebagai racun perut. pendapat ini

didukung juga oleh Prijono (1988) dalam Wardhana et al. (2005), penyerapan

nikotin yang mempunyai efek racun perut sebagian besar berlangsung dalam

mesentron (saluran pencernaan bagian tengah). Dinding mesentron tersusun

dari sel epitelium yang terdiri atas dua lapis, yaitu senyawa lipida dan

Page 43: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

27

protein yang tersebar pada bagian-bagian tertentu dari lapisan lipida tersebut.

Secara keseluruhan, selaput sel ini bersifat lipofilik.

4.3. Persentase Mortalitas Total (%)

Hasil pengamatan mortalitas total A. craccivora Koch setelah dianalisis

sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak limbah puntung

rokok kretek memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas total A. craccivora

Koch, dan hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata mortalitas total A. craccivora Koch dengan penyemprotan

ekstrak tembakau dari limbah puntung rokok kretek pada konsentrasi

(jam)

Konsentrasi ekstrak tembakau

limbah puntung rokok

Rerata

(%)

A 1,00 g/liter air 90,00 e

A 0,80 g/liter air 63,33 d

B 1,00 g/liter air 63,33 d

A 0,20 g/liter air 60,00 cd

A 0,60 g/liter air 60,00 cd

C 1,00 g/liter air 56,67 bcd

A 0,40 g/liter air 53,33 bcd

E 0,20 g/liter air 53,33 bcd

E 0,40 g/liter air 53,33 bcd

E 1,00 g/liter air 53,33 bcd

B 0,60 g/liter air 50,00 bcd

B 0,80 g/liter air 50,00 bcd

C 0,80 g/liter air 50,00 bcd

D 0,60 g/liter air 50,00 bcd

D 0,80 g/liter air 50,00 bcd

D 1,00 g/liter air 50,00 bcd

E 0,60 g/liter air 50,00 bcd

B 0,40 g/liter air 50,00 b

C 0,20 g/liter air 46,67 bc

C 0,40 g/liter air 46,67 bc

D 0,40 g/liter air 46,67 bc

B 0,20 g/liter air 43,33 b

Page 44: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

28

C 0,60 g/liter air 43,33 b

D 0,20 g/liter air 43,33 b

E 0,80 g/liter air 43,33 b

0 g/l air 0 a

KK = 9,94 % Angka-angka yang diikuti huruf kecil yang sama menyatakan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DNMRT

pada taraf 5% setelah ditransformasi dengan formula arcsin √y

Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan tembakau limbah puntung rokok

kretek memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap tanpa pemberian ekstrak

limbah puntung rokok kretek. Perlakuan A 1,00 g/liter air berbeda nyata dengan

semua perlakuan yang dicobakan dan dapat menyebabkkan mortalitas total

sebesar 90%. Hal ini disebabkan karena kandungan bahan aktif yaitu senyawa

nikotin pada merek A lebih tinggi dari semua merek perlakuan yaitu 2,8 mg,

ditambah lagi pada perlakuan ini konsentrasi 1,00 g/liter air merupakan

konsentrasi tertinggi. Mortalitas total yang terjadi pada perlakuan puntung rokok

A 1,00 g/liter air merupakan yang tertinggi dalam perlakuan. Peningkatan jumlah

konsentrasi ekstrak limbah puntung rokok memberikan pengaruh terhadap

mortalitas total hama kutu daun A. craccivora Koch. Hasil ini didukung oleh

pendapat Natawigena (2000), bahwa proses kematian hama akan semakin cepat

dengan pertambahan konsentrsai ekstrak yang digunakan.

Ekstrak puntung rokok E 0,80 g/liter air berbeda tidak nyata terhadap

puntung rokok D 0,20 g/liter air, puntung rokok C 0,60 g/liter air, puntung rokok

B 0,20 g/liter air, puntung rokok D 0,40 g/liter air, puntung rokok C 0,40 g/liter

air, puntung rokok C 0,20 g/liter air, puntung rokok B 0,40 g/liter air, puntung

rokok E 0,60 g/liter air, puntung rokok D 1,00 g/liter air, puntung rokok D 0,80

g/liter air, puntung rokok D 0,60 g/liter air, puntung rokok C 0,80 g/liter air,

puntung rokok B 0,80 g/liter air, puntung rokok B 0,60 g/liter air, puntung rokok

Page 45: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

29

E 1,00 g/liter air, puntung rokok E 0,40 g/liter air, puntung rokok E 0,20 g/liter

air, puntung rokok A 0,40 g/liter air dan puntung rokok C 1,00 g/liter air. Keadaan

ini disebabkan karena kandungan nikotin dari masing-masing merek rokok tidak

terlalu berbeda, dan konsentrasi dari setiap perlakuan tidak lebih dari 1,00 g/liter

air. Semakin tinggi kadar nikotin pada limbah puntung rokok maka akan semakin

cepat mematikan A. craccivora Koch. Mortalitas yang terjadi pada kutu daun A.

craccivora Koch menunjukkan bahwa ekstrak limbah puntung rokok kretek A

1,00 g/liter air dapat mematikan kutu daun A. craccivora Koch sebesar 90% dan

dapat dikatakan efektif digunakan sebagai pestisida nabati. Pendapat ini didukung

oleh Anonim (1999), bahwa pestisida alami dikatakan afektif sebagai pengendali

hama apabila dapat mengakibatkan motalitas lebih dari 90%. Berdasarkan hasil

pengamatan, kutu daun A. craccivora Koch yang mati menunjukkan gejala

terjadinya bergerak secara zig-zag, kekejangan pada otot, kelumpuhan dan

akhirnya menyebabkan kematian pada serangga. Nikotin merupakan racun saraf

bagi hama seperti: ulat perusak daun, Aphids dan trips (Anonim, 2010). Hasil

penelitian Rohman (2007), menyatakan bahwa aplikasi ekstrak tembakau dengan

konsentrasi 200 g/l air menyebabkan mortalitas hama Toxoptera citricidus sampai

100%.

Puntung rokok E 1,00 g/l air dan puntung rokok E 0,40 g/l air terjadi

penurunan kemampuan serangga dalam merubah makanan yang dikomsumsi tidak

menjadi zat pembangun tubuh yang mengakibatkan menurunmya laju

pertumbuhan dan perkembangan serta tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya

sehingga mengakibatkan mortalitas yang terjadi pada konsentrasi Puntung rokok

E 1,00 g/l air dan puntung rokok E 0,40 g/l air menyebabkan perbedaan tang tidak

Page 46: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

30

nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarumingkeng (1992), bahwa senyawa

pestisida nabati yang masuk kedalam tubuh serangga A. craccivora Koch baik

melalui proses makan maupun kutikula serangga dapat menyebabkan gangguan

pada proses metabolisme antara lain menurunya kemampuan serangga dalam

merubah makanan yang dikomsumsinya tidak menjadi zat pembangun tubuh

serangga.

Puntung rokok E 0,20 g/l air, puntung rokok E 0,40 g/l air, puntung rokok

E 1,00 g/l air menyebabkan mortalitas total sama yaitu 53,33 % dan menghasilkan

perbedaan yang tidak nyata. Walaupun merek puntung rokok sama hanya yang

berbeda adalah konsentrasinya namun hasilnya berbeda tidak nyata. Diduga hal

ini disebabkan oleh adanya perbedaan ketebalan kutikula yang menjadi

penghalang masuknya senyawa aktif nikotin kedalam tubuh A. craccivora Koch.

Pendapat ini sejalan dengan Prijono (2010), yang menyatakan bahwa kepekaan

antarspesies serangga uji dan faktor lingkungan. Faktor dalam diantaranya yaitu

spesies, fase perkembangan serangga, umur, jenis kelamin dan ukuran. Faktor

lingkunagan yang mempengaruhi kepekaan serangga terhadap insektisida

diantaranya suhu, kelembaban, kepadatan populasi dan pencahayaan.

Mekanisme senyawa nikotin mempengaruhi A. craccivora Koch yaitu

masuk melalui lubang-lubang alami dan melalui mulut bersamaan dengan cairan

sel tanaman yang dihisap. Bahan makanan yang mengandung nikotin masuk

keorgan pencernaan dan diserap oleh ventriculus selanjutnya ditranslokasikan

menuju pusat saraf. Menurut Tarumingkeng (1992), nikotin menyerang enzim

acetylcholinesterase yang meyebabkan penumpukan acetylcholine yang menjadi

penghantar impuls dari neuron ke sel otot pada sistem syaraf serangga. Pendapat

Page 47: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

31

diatas sejalan dengan Untung (2001), yang menyataka bahwa penumpukan

acetylcholine dapat menyebabkan kacaunya sistem penghantar impuls ke sel otot

serangga, akibatnya pesan-pesan dari pusat syaraf tidak dapat diteruskan

mengakibatkan otot serangga menjadi kejang dengan terjadi kelumpuhan dan

akhirnya mengakibatkan kematian serangga.

4.5. Perubahan Tingkah Laku dan Morfologi

Perubahan tingkah laku dan morfologi kutu daun A. craccivora Koch yang

terlihat setelah aplikasi ekstrak limbah puntung rokok kretek mulai terjadi pada 3

jam setelah penyemprotan. Namun pada puntung rokok B, C, D dan E perubahan

tingkah laku baru terlihat pada 4 jam setelah penyemprotan. Mekanisme kerja

nikotin yang bekerja sebagai racun syaraf menyerang sistem syaraf serangga

sehingga dapat menimbulkan gejala awal bergerak secara zig-zag, kekejangan,

kelumpuhan dan akhirnya menyebabkan kematian serangga. Sutikno (2001),

menyatakan bahwa mekanisme kerja racun syaraf dengan menghambat kholin

esterase yang mengakibatkan Aphis craccivora Koch bergerak secara zig-zag,

kekejangan, kelumpuhan hingga kematian.

Penambahan konsentrasi pada masing-masing merek rokok cenderung

menunjukkan adanya peningkatan reaksi terhadap A. craccivora Koch. Pada

konsentrasi 0,20 g/liter air dan 0,40 g/liter air dari masing-masing merek rokok

menunjukan perubahan yang tidak menonjol karena pada konsentrasi ini hanya

menunjukkan gejala menggerak-gerakkan tubuh dan bergerak zig-zag. Nikotin

merupakan racun saraf yang bereaksi sangat cepat. Alkaloid nikotin, sulfat nikotin

Page 48: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

32

dan kandungan nikotin lainnya dapat digunakan sebagai racun kontak, fumigan

dan racut perut.

Konsentrasi 0,60 g/liter air sampai dengan 1,00 g/liter air menunjukkan

gejala perubahan tingkah laku yang berbeda terhadap A. craccivora Koch. Pada

konsentrasi tersebut, disamping A. craccivora Koch bergerak secara zig-zag, juga

menunjukkan perubahan pada kornikelnya yaitu menjadi lebih tegak

dibandingkan tanpa ekstrak puntung rokok. Gejala perubahan tingkah laku yang

timbul ini karena efek nikotin yang bekerja mengganggu syaraf otot serangga

yang menyebabkan bergerak secara zig-zag, kejang, kelumpuhan dan dapat

menimbulkan kematian. Menurut Novizan (2002), mekanisme kerja nikotin yang

begitu cepat menyebabkan gangguan secara umum terhadap fungsi tubuh dimana

nikotin menyerang sistem syaraf otot serangga sehingga menyebabkan terjadinya

kekejangan dan kematian. Perbedaan morfologi yang terjadi sebelum aplikasi

yaitu tubuh serangga uji yang berwarna hitam mengkilap setelah pemberian

ekstrak tembakau tubuh Aphis craccivora Koch berubah menjadi berwarna hitam

pudar, kornikel menjadi tegang dengan posisi tegak (Gambar 7).

Page 49: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

33

Ciri-Ciri Aphis craccivora Koch sehat:

1. Tubuh berwarna hitam dan mengkilat

2. Bercak gelap dibagian dorsal abdomen

3. Panjang sifunkuli (kornikel) 0,38 mm,

berwarna hitam, berbentuk silinder yang

mengecil ke ujung.

4. Kauda berwarna hitam mengecil ke arah

ujung dengan 5 - 8 rambut. Panjang kauda

sekitar 0,21 mm.

Ciri-ciri Aphis craccivora Koch mati:

1. Warna kulit berubah menjadi hitam

kecoklatan dan pudar.

2. Kornikel menjadi lebih tegak.

3. Tubuh kaku

Gambar 7. Morfologi A. craccivora Koch

A. Kutu daun Aphis craccivora Koch yang sehat

Cottier (1953) dalam Suryadi et al (2008)

B. Kutu daun Aphis craccivora Koch yang mati (Foto penelitian, 2011).

Page 50: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Konsentrasi 1,00 g/liter air air ekstrak limbah puntung rokok merek

Lintang Enam merupakan konsentrasi yang efektif, karena mampu

menyebabkan mortalitas total A. craccivora Koch sebesar 90% dan

menyebabkan mortalitas serangga uji sebesar 50% dalam waktu 14,33 jam.

5.2. Saran

1. Pemanfaatan limbah puntung rokok sebagai bahan pestisida nabati dengan

kandungan nikotin memungkinkan untuk dilakukan karena disamping

ketersediaannya melimpah, juga murah dan aman bagi lingkungan.

2. Upaya pengendalian serangan hama kutu daun A. craccivora Koch

disarankan menggunakan ekstrak limbah puntung rokok merek Lintang

enam dengan konsentrasi 1,00 g/liter air.

Page 51: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektida

Alami. Pusat Kajian Pengendalian Hama Tanaman. Bogor

. 2010. 10 Manfaat Tembakau yang Perlu untuk Diketahui.

http://kaskusNews.US/wp-confel. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2010.

. 2011 a. 10 Negara Jumlah Perokok Tersebar di Dunia.

http://Nusantaranews.wordprees.com/2009/05/31/10-negara-jumlah-

perokok-tersebar-di-dunia/. diakses tanggal 2 September 2011.

. 2011. Rokok.http://Id.wikipedia.org/wiki/rokok. diakses tanggal 12

Oktober 2011.

Bernabe C. M. 1972. Effect of aphid infestation (Aphis craccivora Koch) on the

yield of los banos bush sitao. Journal of the Philippines Entomologi 2 (3):

209 - 21.

Delita K. dan Yursida. 1999. Pemanfaatan limbah puntung rokok sebagai

pestisida nabati untuk hama golongan aphids. Prosiding Seminar

Nasional Pertanian Organik. Fakultas Pertanian, Universitas IBA:

Palembang.

Haryanto E, Suhartini T, Rahayu E. 1999. Budidaya Kacang Panjang. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Herlina L. 1998. Pembiasaan A. cracicivora Koch (Homoptera: aphididae)

pengaruhnya terhadap pemilihan inang dan beberapa aspek biologi

pada tanaman kacang panjang dan kacang tanah. Skripsi. Jurusan HPT

Fakultas Pertanian Bogor IPB, Bogor.

Hutapea J.R. 1994, Inventaris tanaman obat Indonesia (III), Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan, Depertemen Kesehatan, Jakarta.

Irwanto. 2006. Pemanfaatan limbah puntung rokok filter untuk

mengandalikan hama Aphis craccivora Koch pada tanaman kacang

panjang (Vigna sinensis L.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Riau, Pekanbaru.

Istiaji. 1998. Pengendalian ekstrak biji srikaya (Annona squamosa) terhadap

Diadiegma semi clausum (Himenoptera: Ichnenniaunidae) dan

Serangga Inangnya) Plutella xylostela. Skripsi IPB. Tidak dipublikasikan

Kalshoven L.G.E. 1981. The Pest of Crop in Indonesia. PT. Ichtiar Baru van

Houve: Jakarta.

Page 52: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

36

Kardinan A. 1998. Prospek penggunaan pestisida nabati di Indonesia. Jurnal

litbang No.XVII. Vol. 1 Balai Penelitian Rempah dan Obat.

. 2000. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya:

Jakarta.

Natawigena H. 1993. Dasar - Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya.

Bandung.

. 2000. Pestisida dan Kegunannya. Penerbit Armico. Bandung

Nayar K. 1982. General and applied entomology. Second Edition. New Delhi:

Tata Mc Graw-Hill Publishing Company Limited.

Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.

Agro Media Pustaka, Jakarta.

Pracaya. 2008. Pengendalian Hama dan penyakit Tanaman secara Organik.

Kanisius: Yogyakarta.

Prabaningrum L. 1996. Kehilangan hasil panen kacang panjang (Vigna

sinensis Stikm) akibat serangan kutu kacang panjang Aphis craccivora

Koch. P. 355 - 359. Prosiding Seminar Nasional Komoditas Sayuran.

Prijono D. 1994. Teknik pemanfaatan insektisida botanis. Depertemen

Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

. 2010. Pengembangan dan pemanfaatan insektisida botani .

Depertemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Qusaeri M.A, 2010. Laporan Praktikum Hama Penting Tanaman Utama

Kedelai. http://bubub99.blogspot.com/2010/04/hama-penting-tanaman -

kedelai.html?zx=6e9fc4e036345def. Diakses tanggal 20 Juni 2010.

Rohman T.S. 2007. Pengaruh ekstrak daun tembakau (Nicotiana tabacum),

biji mimba (Azadirachta indica), dan daun paitan (Tithonia diversifolia)

terhadap kutu daun Toxoptera citricidus pada tanaman jeruk (Citrus

sp). Universitas Islam Negeri Malang.

Simbolon R. 2012. Uji beberapa konsentrasi ekstrak tembakau (Nicotiana

tabaccum) untuk mengendalikan hama keong mas (Pomacea sp)

(Mesogastropoda ; Ampularidae) pada tanaman padi (Oryza sativa L.).

Universitas Riau. Pekanbaru

Sinaga R. 2009. Uji efektivitas pestisida nabati terhadap hama spodoptera

litura (Lepidoptera: Noctuidae) pada tanaman tembakau (Nicotiana

tabaccum L.). Universitas Sumatera Utara. Medan

Page 53: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

37

Suharto. 2007. Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Andi:

Yogyakarta.

Sutikno A. 2001. Populasi dan penyebaran Aphis craccivora Koch ditanaman

kacang tanah pada berbagai kondisi air tanah. Tesis. Program Pasca

Sarjana Universitas Sriwijaya, Palembang.

Sunaryono H. dan Ismunandar. 1981. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayuran

Penting di Indonesia. Sinar Baru. Bandung.

Suryadi D. et. al. 2008. Barrier crop untuk mengendalikan penyakit mosaik

pada tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.). Departemen Proteksi

Tanaman, FAPERTA-IPB. Bogor.

Susilowati E.Y. 2006. Identifikasi nikotin dari daun tembakau (Nicotiana

tabacum) kering dan uji efaktifitas ekstrak daun tembakau sebagai

insektisida penggerek batang padi (Scirpophaga innonata). Skripsi.

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Negeri semarang, Semarang.

Tarumingkeng R.C. 1992. Insektisida, Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak

Penggunaannya. Kanisius, Yogyakarta.

Untung. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gadjah Mada

Universiry Press.

Wardhana A.H. dan Husein A. 2005. Efek larvasidal ekstrak air biji

srikaya (Annona squamosa L) terhadap larva lalat Chrymsomya

bezziana. Bogor: Balai Penelitian Veteriner.

Page 54: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

38

Lampiran 1.

Tabel sidik ragam masing-masing parameter pengamatan

a. Lama awal kematian (jam)

SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel

P

Galat

25

52

4751,705

52,667

190,068

1,013

187,662*

1,74

Total 77 4804,372

KK = 9,82 %

* : Signifikan ns

: Non Signifikan

b. Lethal Time LT50 (jam)

SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel

P

Galat

25

52

2341,179

370,000

93,647

7,115

13,161*

1,74

Total 77 2711,179

KK = 10,43 %

* : Signifikan ns

: Non Signifikan

c. Persentase mortalitas total (%)

SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel

P

Galat

25

52

8767,039

8731,936

350,682

20,053

17,488*

1,74

Total 77 9809,786

KK = 9,94 %

* : Signifikan ns

: Non Signifikan

Page 55: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

39

Lampiran 2.

Tabel rata-rata Persentase Mortalitas Total

a. Tabel rata-rata Persentase Mortalitas Total A. craccivora Koch dengan

penyemprotan ekstrak tembakau dari limbah puntung rokok kretek (Data Asli)

Konsentrasi ekstrak tembakau

limbah puntung rokok

Rerata (%)

A 1,00 g/liter air 90,00 e

A 0,80 g/liter air 63,33 d

B 1,00 g/liter air 63,33 d

A 0,20 g/liter air 60,00 cd

A 0,60 g/liter air 60,00 cd

C 1,00 g/liter air 56,67 bcd

A 0,40 g/liter air 53,33 bcd

E 0,20 g/liter air 53,33 bcd

E 0,40 g/liter air 53,33 bcd

E 1,00 g/liter air 53,33 bcd

B 0,60 g/liter air 50,00 bcd

B 0,80 g/liter air 50,00 bcd

C 0,80 g/liter air 50,00 bcd

D 0,60 g/liter air 50,00 bcd

D 0,80 g/liter air 50,00 bcd

D 1,00 g/liter air 50,00 bcd

E 0,60 g/liter air 50,00 bcd

B 0,40 g/liter air 50,00 b

C 0,20 g/liter air 46,67 bc

C 0,40 g/liter air 46,67 bc

D 0,40 g/liter air 46,67 bc

B 0,20 g/liter air 43,33 b

C 0,60 g/liter air 43,33 b

D 0,20 g/liter air 43,33 b

E 0,80 g/liter air 43,33 b

0 g/l air 0 a

Page 56: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

40

b. Tabel rata-rata Persentase Mortalitas Total A. craccivora Koch dengan

penyemprotan ekstrak tembakau dari limbah puntung rokok kretek

setelah ditransformasi dengan formula Arcsin √𝒚

Konsentrasi ekstrak tembakau

limbah puntung rokok

Rerata (%)

A 1,00 g/liter air 74,04 e

B 1,00 g/liter air 52,77 d

A 0,80 g/liter air 52,86 d

A 0,20 g/liter air 50,85 cd

A 0,60 g/liter air 50,77 cd

C 1,00 g/liter air 48,84 bcd

A 0,40 g/liter air 46,92 bcd

E 0,20 g/liter air 46,92 bcd

E 0,40 g/liter air 46,92 bcd

E 1,00 g/liter air 46,92 bcd

B 0,60 g/liter air 45,00 bcd

B 0,80 g/liter air 45,00 bcd

C 0,80 g/liter air 45,00 bcd

D 0,60 g/liter air 45,00 bcd

D 0,80 g/liter air 45,00 bcd

D 1,00 g/liter air 45,00 bcd

E 0,60 g/liter air 45,00 bcd

D 0,20 g/liter air 43,33 b

C 0,20 g/liter air 43,07 bc

C 0,40 g/liter air 43,07 bc

D 0,40 g/liter air 43,07 bc

B 0,20 g/liter air 41.07 b

B 0,40 g/liter air 41.07 b

C 0,60 g/liter air 41.15 b

E 0,80 g/liter air 41.15 b

0 g/l air 2.90 a

Page 57: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

41

Lampiran 3.

Tabel rata-rata suhu dan kelembaban di laboratorium selama penelitian

a. Rata-rata suhu di laboratorium selama penelitian

No Tanggal Suhu (

oC)

Rata-rata 07.00 14.00

1

2

12/11/11

13/11/11

26

25.5

27

27

26.5

26.75

Rata-rata 26.62

b. Rata-rata kelembaban di laboratorium selama penelitian.

No Tanggal Kelembaban (%)

Rata-rata 07.00 14.00

1

2

12/11/11

13/11/11

92

92

92

91

92

91.5

Rata-rata 91.75

Page 58: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

42

Lampiran 4.

Tabel kandungan nikotin dari masing-masing merek berdasarkan label

Merek Kandunagan Nikotin

Lintang Enam (Puntung rokok A) 2,8 mg

Djie Sam Soe (Puntung rokok B) 2,3 mg

Sampurna Hijau (Puntung rokok C) 2,2 mg

Gamelan (Puntung rokok D) 2,38 mg

Gudang Garam Merah (Puntung rokok E) 2,2 mg

Page 59: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

Lampiran 5.

Tabel Perubahan Tingkah Laku Aphis craccivora Koch

Konsentrasi Ekstrak PR Perubahan Tingkah Laku (Jam)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

0 g/l air Diam Diam Bergerak Diam Diam Diam Bergerak Diam Diam Diam Diam

Puntung rokok A 0,20 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Bergerak zig-zag

Diam Bergerak Bergerak zig-zag

Diam Mati

Puntung rokok A 0,40 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Diam Bergerak Diam Bergerak

zig-zag Mati

Puntung rokok A 0,60 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Bergerak

zig-zag

Bergerak zig-zag,

Kornikel lebih tgk Mati

Puntung rokok A 0,80 g/liter air Diam Bergerak Diam Bergerak

zag-zag

Diam , Kornikel

lebih tegak Mati

Puntung rokok A 1,00 g/liter air Diam Bergerak Brgerak zig-zag,

Kornikel lbh tgk Mati

Puntung rokok B 0,20 g/liter air Bergerak Diam Bergerak Diam Bergerak zig-zag

Bergerak Diam Bergerak zig-zag

Bergerak Diam, Kornikel lebih tgk Mati

Puntung rokok B 0,40 g/liter air Diam Bergerak Diam Diam Diam Diam Bergerak Bergerak

zig-zag Bergerak Mati

Puntung rokok B 0,60 g/liter air Bergerak Bergerak Bergerak Bergerak zig-zag

Diam Diam Diam Mati

Puntung rokok B 0,80 g/liter air Bergerak Bergerak Bergerak Diam Bergerak

zig-zag

Bergerak

zig-zag Mati

Puntung rokok B 1,00 g/liter air Bergerak Diam Diam Bergerak

zig-zag Mati

Puntung rokok C 0,20 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Diam Bergerak Bergerak, Kornikel lebih tegak

Kornikel lebih tegak, Bergerak zig-zag,

Diam Mati

Puntung rokok C 0,40 g/liter air Diam Bergerak Diam Diam Diam Diam Diam, Bergerak

zig-zag

Kornikel lbh tegak,

Bergrk zig-zag Mati

Puntung rokok C 0,60 g/liter air Diam Diam Diam Diam Diam Diam, Kornikel lebih Tegak

Bergerak zig-zag

Diam, Kornikel lbh tgk

Mati

Puntung rokok C 0,80 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Diam Bergerak, Kornikel lebih

tegak

Bergrk zig-zag,

Kornikel lbh tgk Mati

Puntung rokok C 1,00 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak, Kornikel

lebih tegak

Bergerak

zig-zag Mati

Puntung rokok D 0,20 g/liter air Diam Diam Bergerak Diam Diam Diam Bergerak Bergerak Bergerak zig-zag

Kornikel lebih tegak

Mati

Puntung rokok D 0,40 g/liter air Diam Diam Diam Diam Bergerak Bergerak Bergerak,

Kornikel lebih tegak

Bergerak

zig-zag Mati

Puntung rokok D 0,60 g/liter air Bergerak Diam Diam Diam Diam Diam Bergerak zig-zag

Mati

Puntung rokok D 0,80 g/liter air Bergerak Bergerak Bergerak Diam Bergerak

zig-zag

Bergerak, Kornikel lbh

tegak Mati

Puntung rokok D 1,00 g/liter air Diam Bergerak Bergerak Kornikel lbh tegak Bergerak

zig-zag Mati

Puntung rokok E 0,20 g/liter air Diam Diam Bergerak Diam Bergerak Bergerak Bergerak, Kornikel lbh tegak

Bergerak Bergerak zig-zag

Mati

Puntung rokok E 0,40 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Bergerak Diam Bergerak,

Kornikel lebih tegak Mati

Puntung rokok E 0,60 g/liter air Diam Diam Bergerak Diam Kornikel lebih tegak

Bergerak Bergerak zig-zag Mati

Puntung rokok E 0,80 g/liter air Diam Diam Diam Bergerak Kornikel lebih

tegak Mati

Puntung rokok E 1,00 g/liter air Bergerak Diam Diam Bergerak zig-zag Mati

43

Page 60: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

44

Lampiran 6.

Bagan penelitian menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Keterangan:

K1, K2,...... K5 = Konsentrasi Ekstrak Puntung

Rokok

A, B, C, D, E = Merek Puntung Rokok

I, II, III = Ulangan Perlakuan

K1BIII K4E2 K3EIII

K1DIII K2CII K2DI

K1DI K3AII K2BII

K02 K5BI K2AI

K2DII K5DI K2EIII

K2E2 K5BII K1CII

K1AII K3BIII K2BIII

K4BI K5AI K3CII

K1BI K1EIII K3DI

K5DII K4EI K03

K5E2 K3AI K2AIII

K2EI K0I K4CII

K2CI K5CIII K4CI

K3AIII K2CIII K4DIII

K4AI K5DIII K5BIII

K4BIII K5EI K1BII

K4AII K1AIII K5AIII

K1EI K5CII K4DII

K1CIII K2BI K5AII

K3BII K3CI K2AII

K3DII K5EIII K3BI

K4DI K3EI K4EIII

K4CIII K5CI K4BII

K3E2 K3DIII K1E2

K3CIII K1CI K1DII

K4AIII K2DIII K1AI

Page 61: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

45

Lampiran 7.

Gambar sungkup

Page 62: Skripsi Ericson Gultom 0506111596 Hpt

46

Lampiran 8.

Gambar puntung rokok

A B C

D E

Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2011

A. Puntung rokok A (Lintang Enam), B. Puntung rokok B (Djie Sam Soe),

C. Puntung rokok C (Sampurna Hijau), D. Puntung rokok D (Gamelan),

E. Puntung rokok E (Gudang Garam Merah).