PERCOBAAN 1 parasitologi

download PERCOBAAN 1 parasitologi

of 16

description

laporan resmi praktikum parasitologi farmasi

Transcript of PERCOBAAN 1 parasitologi

PERCOBAAN 1CARA PEMERIKSAAN TELUR CACING PADA SAMPEL TANAH

A. TUJUAN1. Dapat mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada tanah2. Dapat mengamati berbagai macam telur cacing dari jenis tanah yang berbeda B. DASAR TEORIKecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh karena masuknya parasit (berupa cacing) ke dalam tubuh manusia . Sebagaimana negara berkembang lainnya, Indonesia masih menghadapi masalah tingginya prevalensi penyakit infeksi terutama yang berkaitan dengan kondisi higiene sanitasi lingkungan yang belum baik. Salah satu penyakit yang insidennya masih tinggi adalah infeksi kecacingan dimana penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan (Depkes RI, 2006 ).Kecacingan tersebar luas baik di pedesaan maupun di perkotaan. Di Indonesia, prevalensi kecacingan masih tinggi antara 60%-90% tergantung pada lokasi dan sanitasi lingkungan. Infeksi cacing usus ditularkan melalui tanah yang tercemar telur cacing, tempat tinggal dan cara hidup yang tidak bersih merupakan masalah kesehatan masyarakat, di pedesaan dan di daerah kumuh perkotaan di Indonesia ( Hadidjaja,1994 ).Cacingan memengaruhi pemasukan (intake), pencernaan (digestif), penyerapan (absorpsi), dan metabolisme makanan. Secara kumulatif, infeksi cacing atau cacingan dapat menimbulkan kerugian zat gizi berupa kalori dan protein serta kehilangan darah. Selain dapat menghambat perkembangan sik, kecerdasan dan produktivitas kerja, dapat menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya ( Rusmanto,2012)Jenis cacing yang sering ditemukan menimbulkan infeksi adalah cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), dan cacing kait (Hookworm) yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted Helminthiasis/ S T H ) ( Hairani,2013 ).Prevalensi penyakit cacing yang ditularkan melalui tanah di daerah tropik masih cukup tinggi. Di Indonesia, nematoda usus masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah Ascaris lumbricoides, cacing tambang, dan Trichuris trichiura. Salah satu sumber penularannya adalah air dan lumpur yang digunakan dalam budidaya sayuran. Tanah, sayur-sayuran, dan air merupakan media transmisi yang penting. Kebiasaan defekasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun (di berbagai daerah tertentu) penting dalam penyebaran infeksi. Kontaminasi (contamination) atau adanya agent menular pada permukaan tubuh, pada atau dalam pakaian, termasuk semua yang berkaitan dengan tempat tidur (beeding), mainan, alat-alat bedah atau baju operasi, maupun benda/zat mati termasuk air dan makanan ( Nugroho, 2010)

C. ALAT DAN BAHAN1. Alat a. Saringan kawat( 1 buah )b. Alat pemusing ( Vortex )( 1 buah )c. Tabung sentrifuse( 2 buah )d. Kaca tutup (uk. 24, 32 mm)( 3 buah )e. Sentrifuse( 1 buah )f. Timbangan( 1 buah )

2. Bahana. Larutan hipoklorit 30%(40 mL)b. Larutan sulfas magnesicus (282 gr/liter)(secukupnya)c. Sampel tanah(100 gram)d. Aquadest (secukupnya)

D. CARA KERJA1. Disaring 100 gram tanah dengan saringan kawat2. 5 gram tanah yang sudah disaring dimasukkan, ke dalam tabung sentrifuse. Ditambahkan 20 ml larutan hipoklorit ke dalam tabung yang berisi tanah, diaduk dan didiamkan 1 jam3. Dipusing pada kecepatan putar 2.000 rpm selama 2 menit dan buang cairan supernatant4. Ditambahkan air ke dalam tabung dan dipusing kembali 2 kali, untuk tiap kali 2 menit pada kecepatan putar yang sama5. Cairan supernatan dibuang, dan ditambahkan larutan sulfas magnesicus dengan berat jenis 1,260 (282 gr/l)6. Diaduk dengan aplikator7. Dipusing pada kecepatan putar 2.500 rpm (x750 g)8. Ditambahkan, larutan sulfas magnesicus secara hati-hati sampai memngisi penuh tabung 9. Didiamkan beberapa menit10. Secara hati-hati diletakkan kaca tutup sampai kontak dengan permukaan larutan sulfas magnesicus, dan kemudian diangkat kaca tutup perlahan-lahan ke atas dan diletakkan kaca yang mengandung cairan di atas kaca benda11. Diperiksa dengan mikroskop

E. HASIL DAN PEMBAHASANNoSampel TanahGambarKet. Nama Cacing

1Matesih Diphyllobothrium latum

2Purwosari Ascaris lumbricoides

3Dekat Sekre HimafarmaAncylostoma duodenale

Dalam praktikum parasitologi kali ini adalah tentang pemeriksaan telur cacing yang berada pada berbagai sampel tanah. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pemeriksaan telur cacing pada tanah dan untuk mengamati berbagai macam telur cacing dari jenis tanah yang berbeda. Prinsip dari praktikum ini adalah tanah yang diambil dari tempat pemeriksaan dan sudah di haluskan atau di saring kemudian diputar pada centrifuge dengan kecepatan 2000 RPM dan akan mengendap, setelah itu ditambahkan MgSO4 dan diputar kembali dengan kecepatan 2500 RPM bila mengandung telur cacing Ascaris Lubricoides atau yang lainnya maka akan mengapung. Kemudian ditambahkan MgSO4 sampai penuh dan ditutup dengan objek gelas beberapa menit agar telur cacing menempel pada objek gelas sehingga dapat diperiksa pada mikroskop. Fungsi penambahan larutan hipoklorid 30 % pada saat awal perendaman itu berfungsi untuk presipitasi dan penambahan larutan magnesium sulfat untuk presipitasi juga tetapi lebih kefiksasi, karena larutan MgSO4 mempunyai berat jenis yang lebih ringan dibandingkan dengan telur parasit maka telur parasit akan mengendap.Setelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil pada sampel tanah yang pertama yaitu dari daerah Matesih, pada sampel tanahnya terdapat telur cacing Diphyllobothrium latum. Diphyllobothrium latum merupakan fish tape worm (cacing pita ikan). Berikut adalah klasifikasi dari Diphyllobothrium latum Ordo : Pseudophyllidea Superfamily : Bothriocephaloidea Family : Diphyllobothriidae Genus : Diphyllobothrium Species : Diphyllobothrium latum (cacing pita ikan) Penyebaran geografisdi negara yang penduduknya mengkonsumsi ikan air tawar mentah (Eropa Tengah, Amerika, Jepang, Afrika Tengah) Habitat cacing dewasa hidup dalam usus halus manusia, juga kucing, anjing, serigala dan hewan-hewan pemakan ikan. Morfologinya merupakan cestoda terbesar yang menginfeksi manusia. Cacing dewasa panjang sampai 3-l0 meter, berwarna kuning keabu-abuan, gelap di bagian tengah oleh adanya uterus yang berisi penuh dengan telur. Scolex: memanjang seperti sendok, 2-3 mm X l mm, terdapat 2 buah lekukan (slit) yang disebut bothria pada permukaan ventral dan dorsal. Leher: tipis, lebih panjang daripada kepala. Proglottid jumlahnya 3.000 - 4.000 segmen, ukuran segmen: lebar lebih besar daripada panjang, segmen mature: 2-4 mm X l0-20 mm, penuh dengan organ jantan dan betina, mempunyai 3 lubang genital (genital pore), lubang vas deferens , lubang vagina, lubang uterus terletak pada permukaan ventral, digaris tengah tiap segmen, dan Ovarium : bilobus. Uterus: bentuk rosette, berkelok-kelok di bagian tengah tiap segmen. Segmen terminal mengkerut (karena selalu mengeluarkan telur) kemudian mengering, lepas dari rangkaiannya, keluar bersama faeces hospes dalam bentuk rangkaian. Telur berbentuk oval, 70 X 45 mikron, berwarna coklat karena menghisap empedu, mempunyai operculum pada salah satu ujung dan knob kecil pada ujung yang lain. Tidak infektif untuk manusiaSiklus hidup : a. Definitif host: Cacing dewasa tinggal dalam usus halus manusia, anjing, kucing.b. Intermediate host : 1. Crustacea air tawar : cyclops atau Diaptomus 2. Ikan air tawar =: Telur keluar bersama tinja hospes utama masuk kedalam air, setelah 1-2 minggu keluar embryo bersilia dengan 3 pasang kait-kait dan disebut coracidium, berukuran 40-53 mikron. Coracidium ditelan cyclops, menembus dinding usus cyclops, masuk ke rongga tubuhnya, setelah 3 minggu berubah menjadi larva procercoid. Bila cyclops yang mengandung larva procercoid dimakan ikan air tawar, maka larva procercoid akan menembus dinding usus ikan dan bermigrasi sampai ke liver, otot, mesenterium menjadi larva plerocercoid (1-3 minggu). Bila ikan tersebut (yang mengandung larva plerocercoid) dimakan manusia, maka dalam usus halus manusia larva akan tumbuh menjadi cacing dewasa. Umur cacing (life span): 5-l3 tahun.Patogenesis dari cacing ini yaitu makan daging ikan mentah atau kurang sempurna memasaknya dan mengandung larva plerocercoid. Penyakitnya disebut: Diphyllobothriasis. Gejalanya : gangguan pencernaan dan anaemia perniciosa, karena defisiensi vit B 12. Diagnosis : Menemukan telur atau proglottid dalam feses. Terapi jika sudah terinfeksi adalah dengan beberapa obat pilihan yaitu Yomesan (niclosamide) 4 tablet (2 gr) single dose dan Obat lain : Praziquantel 5 10 mg/kgBB Paromomycin 1 gr terbagi 4 dosis setiap 4 jam Pencegahan dilakukan dengan cara , mencegah pencemaran air dengan pembuangan tinja yang baik, pencegahan perorangan terutama di daerah endemis. Jangan makan ikan mentah atau kurang sempurna memasaknya. Larva plerocercoid tidak rusak oleh pengasinan dan pengasapan.Pengamatan pada sampel tanah yang kedua yaitu tanah yang berasal dari daerah Purwosari, setelah pengamatan didapatkan hasil pada sampel tanahnya terdapat telur cacing Ascaris lumbricoides. Klasifikasi Ilmiah dari cacing gelang adalah sebagai berikut: Kerajaan / kingdom : AnimaliaFilum / Phyllum: NemathelminthesKelas / Class: SecernenteaOrdo: AscarididaMarga / Family: AscaridaeJenis / Genus: AscarisSpecies: Ascaris lumbricoides

Ascaris lumbricoides atau yang lebih dikenal dengan cacing gelang merupakan salah satu cacing yang merugikan bagi manusia dari kelas Nematoda dalam Filum Nemathelminthes. Ascaris lumbricoides hidup di dalam tubuh tepatnya di dalam usus halus. Ascaris lumbricoides hidup di dalam usus halus karena di dalam usus halus cacing ini dapat memperoleh makanan dengan mudah. Ascaris lumbricoides masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang telah terkontaminasi telur cacing. Ascariasis Lumbricoides adalah salah satu jenis cacing gelang yang mampu berkembang biak didalam tubuh manusia, berukuran besar seperti halnya cacing pita, namun dapat berkembang biak lebih pesat di dalam usus halus. Manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides, dan penyakit yang disebabkannya disebut Ascariasis.Morfologi Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides ) yaitu diantaranya cacing jantan memiliki panjang sekitar 10-31 cm dan berdiameter 2-4 mm, sedangkan betina memiliki panjang 20-35 cm dan berdiameter 3-6 mm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi. Cacing betina memiliki tubulus dan duktus sepanjang kurang lebih 12 cm dan kapasitas sampai 27 juta telur. Cacing dewasa hidup pada usus halus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 50-70 x 40-50 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia. Telur cacing A. lumbricoides dilapisi lapisan albumin dan tampak berbenjol-benjol.Daur hidup dari Ascaris lumbricoides yaitu yang pertama siklus hidup A. lumbricoides dimulai dari keluarnya telur bersama dengan feses, yang kemudian mencemari tanah. Telur ini akan menjadi bentuk infektif dengan lingkungan yang mendukung, seperti kelembaban yang tinggi dan suhu yang hangat. Telur bentuk infektif ini akan menginfeksi manusia jika tanpa sengaja tertelan manusia. Telur akan masuk ke saluran pencernaan dan telur akan menjadi larva pada usus. Larva akan menembus usus dan masuk ke pembuluh darah. Ia akan beredar mengikuti sistem peredaran darah, dimulai dari pembuluh darah vena, vena portal, vena cava inferior dan akan masuk ke jantung dan ke pembuluh darah di paru-paru. Pada paru-paru akan terjadi siklus paru dimana cacing akan merusak alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea, kemudian di laring dan memicu batuk. Dengan terjadinya batuk larva akan tertelan kembali masuk ke saluran cerna. Setibanya di usus, larva akan menjadi cacing dewasa. Cacing akan menetap di usus dan kemudian berkopulasi dan bertelur. Telur ini pada akhirnya akan keluar kembali bersama tinja. Siklus pun akan terulang kembali bila penderita baru ini membuang tinjanya tidak pada tempatnya.Gejala atau tanda terinfeksi cacing perut / Ascaris lumbricoides /Cacing gelang yaitu; perut terasa tidak enak, lesu, tidak napsu makan, muka pucat, mual, badan kurus, perut buncit, Fesesnya encer, kadang bercampur lendir dan darah, cacing tampak keluar dalam feses.Diagnosis gejala-gejala yang disebutkan diatas, seseorang dapat dicurigai menderita Ascariasis, dan akan lebih pasti bila pada pemeriksaan tinjanya kita temukan telur-telurnya atau bentuk dewasanya yang keluar bersama tinja, muntahan atau pun melalui pemeriksaan radiologi dengan contrast barium. Sebagai diagnose pembantu selain adanya gejala klinis yang mencurigakan, adanya eosinophil dan test kulit (Scratch test) yang positip dapat pula mengarahkan diagnosa. Pengobatan bagi yang sudah terinfeksi adalah Piperazine merupakan obat yang sudah cukup lama dipakai yang ternyata cukup efektif dan dapat diberikan tanpa pencahar. Banyak obat-obat cacing baru yang dikenal sekarang seperti Alcopar (Pephenium hydroxynaphoate), Thiabendazole, Pyrantelpamoate, Mebendazole, Tetramizole, Hexyl Risorcinol dan sebagainya bahkan pula obat kombinasi antara Mebendazole dan Pyrantel pamoate.Pencegahan untuk mengatasi agar tidak semakin parah peularan dan infeksi daric acing gelang ini adalah dengan melakukan hal-hal dibawah ini: 1. Memperbaiki cara dan sarana pembuangan tinja. 2. Mencegah kontaminasi tangan dan juga makanan dengan tanah - cuci bersih-bersih sebelum makan.3. Memasak sayur-sayuran dan mencucinya sebelum dimasak.4. Menghindari pemakaian tinja manusia sebagai pupuk. 5. Mengobati penderitaKerugian cacing gelang pada stadium larva,Ascarisdapat menyebabkan gejala ringan di hati dan di paru-paru akan menyebabkansindrom Loeffler. Sindrom Loeffler merupakan kumpulan tanda sepertidemam,sesak napas,eosinofilia, dan pada foto. Roentgenthoraksterlihatinfiltrat yang akan hilang selama 3 minggu. Pada stadium dewasa, di usus cacing akan menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan, muntah-muntah,diare,konstipasi, danmual. Bila cacing masuk ke saluranempedumakan dapat menyebabkankolik atau ikterus. Bila cacing dewasa kemudian masuk menembusperitoneumbadan atau abdomen maka dapat menyebabkanakut abdomen.Pemanfaatan dari cacing gelang yaitu digunakan untuk obat thypus, antitrombosis, penyembuhan kanker, melancarkan air seni (dieresis), menetralkan bisa gigitan laba-laba, mengobati sakit malaria, membasmi cacing pita, mengobati sakit kuning dengan perut buncit, meredakan demam dam kejang demam serta menyembuhkan strokeSetelah dilakukan pengamatan didapatkan hasil pada sampel tanah yang ketigayaitu dari daerah kentingan tepatnya di dekat sekretariatan Himafarma UNS, pada sampel tanahnya terdapat telur cacing Ancylostoma duodenale. Ancylostoma duodenale merupakan cacing tambang. Berikut adalah klasifikasi dari Ancylostoma duodenaleKerajaan: AnimaliaFilum : NematodaKelas: SecernenteaOrdo : StrongiloidaeFamili : AncylostomatidaeCacing tambang adalah cacing parasit (nematoda) yang hidup pada usus kecil inangnya, manusia. Ada dua spesies cacing tambang yang biasa menyerang manusia, Ancylostoma duodenale dan Necator americanus. Necator americanus banyak ditemukan di Amerika, Sub-Sahara Afrika, Asia Tenggara, Tiongkok, and Indonesia, sementara Ascaris subspp. lebih banyak di Timur Tengah, Afrika Utara, India, dan Eropa bagian selatan. Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembap, dengan tingkat kebersihan yang buruk. bentuk infektif dari cacing tersebut adalah bentuk filariform. Setelah cacing tersebut menetas dari telurnya, muncullah larva rhabditiform yang kemudian akan berkembang menjadi larva filarifor.Perkembangan telur di atas tanah dipengaruhi oleh beberapa keadaan. Keadaan yang optimal untuk pertumbuhan telur adalah ditanah yang lembab, gembur, berpasir, teduh dan hangat. Di sini telur akan menetas dan keluar larva stadium I (rhabditoid larva) yang panjangnya kurang lebih 0,25-0,30 milimeter, stadium yang aktif makan bahan-bahan organik dan bakteri di sekitarnya. Bentuk dari rhabditiform larva ini dapat dikenal dari buccal cavity yang terbuka dan panjang. Oesophagus yang muskular dan berbentuk botol sepanjang 1/3 anterior panjang tubuh, rectum yang pendek, Genital primordial yang tidak jelas. Pertumbuhan telur menjadi lambat pada faeces yang encer atau bahkan mungkin terhenti bila bercampur dengan urine. Larva terus tumbuh dan dalam waktu 6-8 hari kemudian setelah moulting dua kali tumbuh menjadi larva stadium III (filariform larva) yang dapat dikenal dari Bentuknya yang relatif langsing panjang 500-600 .Buccal cavity menutup.Oesophagus yang muscular dan memanjang. Stadium ini menjadi bentuk yang non feeding dimana tubuhnya tertutup oleh selaput/sheath/cuticula mulai dari ujung anterior sampai posterior sebagai bahan protektive. Bentuk ini infektif untuk manusia dan dapat bertahan lama di atas tanah sampai beberapa minggu. Pada stadium ini dapat dibedakan karena filariform larva Necator amaericanus sheath yang membungkus tubuh nampak adanya garis-garis / striae transversal, sedang pada Ancylostoma duodenale tidak.Siklus hidup 1. Telur yang keluar bersama faeces tidak infektif, biasanya berisi blastomere. 2. Perkembangan di tanah : Perkembangan telur di atas tanah dipengaruhi oleh beberapa keadaan. Keadaan yang optimal untuk pertumbuhan telur adalah ditanah yang lembab, gembur, berpasir, teduh dan hangat. Di sini telur akan menetas dan keluar larva stadium I (rhabditoid larva) yang panjangnya kurang lebih 0,25-0,30 milimeter, stadium yang aktif makan bahan-bahan organik dan bakteri di sekitarnya. Bentuk dari rhabditiform larva ini dapat dikenal dari buccal cavity yang terbuka dan panjang. Oesophagus yang muskular dan berbentuk botol sepanjang 1/3 anterior panjang tubuh, rectum yang pendek, genital primordial yang tidak jelas, pertumbuhan telur menjadi lambat pada faeces yang encer atau bahkan mungkin terhenti bila bercampur dengan urine, larva terus tumbuh dan dalam waktu 6-8 hari kemudian setelah moulting dua kali tumbuh menjadi larva stadium III (filariform larva) yang dapat dikenal dari : Bentuknya yang relatif langsing panjang 500-600 . Buccal cavity menutup. Oesophagus yang muscular dan memanjang. Stadium ini menjadi bentuk yang non feeding dimana tubuhnya tertutup oleh selaput/sheath/cuticula mulai dari ujung anterior sampai posterior sebagai bahan protektive. Bentuk ini infektif untuk manusia dan dapat bertahan lama di atas tanah sampai beberapa minggu. Pada stadium ini dapat dibedakan karena filariform larva Necator amaericanus sheath yang membungkus tubuh nampak adanya garis-garis / striae transversal, sedang pada Ancylostoma duodenale tidak 3. Inokulasi dan penetrasi melalui kulit ke jaringan. Bila selama periode infektif (filariform larva) terjadi kontak dengan kulit manusia, maka filariform larva akan menembus kulit dan masuk ke jaringan secara aktif. Biasanya yang sering adalah kulit inter digiti melalui follicle rambut, atau epidermis yang mengelupas, penetrasi ke lapisan di bawahnya, sampai ke lapisan corium dan lapisan subcutan sampai ke venulae biasanya mati dan diphagositosis. 4. Migrasi dari filariform larva. Larva yang berhasil mencapai peredaran darah melalui venulae/pembuluh lymphe, dengan mengikuti peredaran darah vena sampai ke jantung kanan, paru-paru mengalami lung migration dan kembali tertelan masuk ke dalam usus dan kemudian mengadakan moulting lagi yang ke 3. 5. Tiba di habitat. Setelah sampai di usus halus larvamelepaskan kulitnya lalu melekatkan diri pada mucosa/vili usus, tumbuh dan mengadakan deferensiasi sexuil sampai menjadi dewasa dan terbentuk mulut yang sempurna. Waktu yang dibutuhkan meulai infeksi melalui kulit sampai cacing dewasa betina menghasilkan telur kurang lebih 5 minggu atau lebih. Infeksi juga bisa terjadi melalui mulut dimana filariform larva tertelan dan langsung sampai ke usus dan tumbuh menjadi dewasa tanpa melalui lung migration.

Gejala klinis yang timbul dapat dibedakan : 1. Akibat larva yaitu masuknya larva menembus kulit ---> timbul gejala gatal-gatal/dermatitis, disertai rasa panas oedema dan erythema dan pembentukan papula. Gejala ini biasanya disebut dengan "Ground itch". Creeping eruption/cutaneus larva migrans akibat masuknya filariform larva dari non Human hookworm. Selama periode larva di paru, menimbulkan gejala- gejala bronchitis, bronchopneumonia, eosinophillia 2. Akibat cacing dewasa yaitu Anaemia terjadi karena perdarahan khronis akibat dari darah yang dihisap oleh cacing (+ 0,03-0,3 cc darah/cacing dewasa/hari), luka bekas gigitan cacing yang terus berdarah. Bila tak diimbangi dengan intake makanan yang cukup akan terjadi anaemia defisiensi Fe. Pada pemeriksaan darah tepi nampak gambaran anaemia hypochromic microcytair dan Malnutrition. Diagnose dapat ditegakkan dengan melihat adanya gejala klinis berupa Keluhan tidak enak diperut yang tidak khas (abdominal discomfort), nampak pucat karena anaemia, perut buncit rambut kering dan rapuh. Diagnose dapat dipastikan dengan ditemukannya telur/cacing dewasa pada faeces penderita. Pemeriksaan faeces yang meragukan pada sediaan lagnsung dapat dilanjutkan dengan metoda pembiakan menurut Harada Mori, untuk mendapatkan larvanya. Pemeriksaan faeces dengan Bensidine Test dapat menunjukkan adanya perdarahan dalam usus penderita. Ditemukan kristal- kristal Charcot Leyden juga dapat mengarahkan diagnosa. Pemeriksaan darah ditemukan gambaran anaemia hypochronic microcitair dan eosinophillia. Pengobatan untuk pengobatan penderita yang mengidap infeksi cacing tambang dapat dilakukan1. Terapi spesifik yaitu memberantas cacing penyebabnya dengan Anthelmenthic yang dikenal antara lain Tetrachlor ethylene : harus diberikan pada waktu perut kosong. Bephenium hydroxynaphtoate (Alcopar) Hexyl resorcinol. Sekarang dikenal obat-obat baru yang relatif lebih aman dan lebih efektif seperti : Mebendazole, Pyrantel pamoate, Thiabendazol2. Supportive, pada penderita dengan keadaan gizi yang jelek juga perlu ditambah obat-obatan untuk memulihkan keadaan umumnya, seperti:Preparat Fe,diet yang baik dan vitamin-vitamin. Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa jalan dan prioritas untuk memutus rantai ingkaran hidup cacing seperti terhadap sumber infeksi dengan mengobati penderita. Memperbaiki cara dan sarana pembuangan tinja, memakai alas kaki.Beberapa jenis cacing tanah di antaranya : terseteris, rubellus, philipines worm. L castaneus, subrubicunde, caliinosa, chlorotica, mamalis, cyneum, feotoida, rosea. Longa, noctuma, javanica, malaccus. Beberapa jenis cacing tanah yang kini banyak diternakan antara lain malacus dan Rubellus. Kedua jenis cacing tanah ini menyukai bahan organic yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing tanah jenis lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih, jumlah segmen yang dimiliki 90-195 dan klitelumnya terletak pada segmen 27 sampai 32. Di alam biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya kecil. Namun bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau malah melebihi jenis lain.Cacing tanah lumbricus adalah kelompok cacing yang termasuk di dalam family lumbricidae yang mendominasi hampir separuh dari spesies cacing tanah yang telah diketahui. Kelompok cacing ini memegang peranan penting dalam banyak bidang, diantaranya dunia pertanian, lingkungan hidup dan peternakan.Di antara spesies-spesies dari family lumbricidae, yang dikenal adalah lumbricus rubellus, lumbricus tersestis, lumbricus mallacus dan eisenia foetida. Cacing tanah jenis lumbricus rubellus memiliki warna tubuh merah kecokelat-cokelatan, panjangnya sekitar 2-5 inch. Kelebihan dari cacing ini adalah tidak berbau, cepat berkembang biak, tumbuh subur dan mudah beradaptasi dengan berbagai media yang dipergunakan. Cacing tanah jenis lumbricus rubellus ini apabila dimasukkan ke dalam tumpukan sisa organic akan mempercepat penguraian volume sampah dan mempercepat pengomposan

F. KESIMPULANDari praktikum parasitologi tentang pemeriksaan telur cacing pada tanah maka dapat disimpulkan :1. Cacing yang ditemukan dalam praktikum ini semuanya parasite yaitu adalah Diphyllobothrium latum, Ascaris lumbricoides dan ancylostoma duodenale.2. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode apumg dengan sentrifuse.3. Bentuk telur cacing parasit berbeda-beda, masing-masing memiliki morfologi yang khas yang membedakan cacing yang satu dengan yang lain.

G. DAFTAR PUSTAKADepartemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian Kecacingan. Jakarta: Direktorat Jenderal PP&PL; 2006Hadidjaja, P. Masalah penyakit kecacingan di Indonesia dan penanggulangannya. Jakarta: Majalah Kedokteran. Indonesia. 44: 215 216. 1994Hairani, Budi, dkk. 2013. Risiko infeksi cacing usus pada anak sekolah dasar berdasarkan ekosistem yang berbeda di Kabupaten Tanah Bumbu Tahun 2009. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang. Vol. 4, No. 3, Hal : 109 114Nugroho, Cahyono, dkk. 2010. Identifikasi Kontaminasi Telur Nematoda Usus Pada Sayuran Kubis (Brassica oleracea) Warung Makan Lesehan Wonosari Gunungkidul Yogyakarta Tahun 2010. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 4, No. 1, Hal : 1 - 75Rusmanto, Dwi dan J. Mukono. 2012. Hubungan Personal Higyene Siswa Sekolah Dasar dengan Kejadian Kecacingan. The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 8, No. 3 : 105111

LAMPIRAN123Keterangan1. Diphyllobothrium latum2. Ascaris lumbricoides3. Ancylostoma duodenale