Praktikum Parasitologi Fix
-
Upload
dessy-andiningtyas -
Category
Documents
-
view
739 -
download
26
description
Transcript of Praktikum Parasitologi Fix
Pendahuluan
a. Tujuan Praktikum
1. Praktikum Cimex spp.
Mengamati morfologi Cimex spp.
Mengetahui perbedaan Cimex spp. Jantan dan betina
2. Praktikum Arthopoda
Menentukan ciri-ciri dari masing-masing species arthopoda
Mengetahui perbedaan dari masing-masing species arthopoda
3. Praktikum Stadium Larva Nyamuk Aedes, Anopheles dan Culex
Mengamati stadium larva dari nyamuk Aedes, Anopheles dan
Culex
Mengetahui perbedaan stadium larva antara nyamuk Aedes,
Anopheles dan Culex
Mengetahui bagian-bagian larva dari masing-masing spesies
beserta fungsinya
4. Praktikum Telur Nyamuk Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.
Untuk menjelaskan atau mempresentasikan gambar, bentuk,
dan ciri-ciri, serta perbedaan dari masing – masing telur dari
spesies Aedes sp, Culex sp, dan Anopheles sp.
1
5. Praktikum Pinjal
Mengetahui pinjal dan jenis-jenisnya.
Mengetahui morfologi pinjal.
6. Praktikum Kepala Nyamuk
Mengetahui perbedaan morfologi kepala nyamuk Aedes, Culex
dan Anopheles
b. Manfaat Praktikum
1. Praktikum Cimex spp.
Mengetahui bentuk dan ciri-ciri dari species Cimex spp.
2. Praktikum Arthopoda
Mengetahui bentuk dan macam-macam species dari Arthopoda
3. Praktikum Stadium Larva Nyamuk Aedes, Anopheles dan Culex
Dapat mengetahui stadium larva dari nyamuk Aedes, Anopheles
dan Culex
Dapat mengidentifikasi perbedaan stadium larva pada nyamuk
Aedes, Anopheles dan Culex
4. Praktikum Telur Nyamuk Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.
2
Dapat membedakan telur dari masing – masing spesies Aedes
sp, Culex sp, dan Anopheles sp.
Mengetahui bentuk dan ciri – ciri dari masing – masing telur
dari spesies Aedes sp, Culex sp, dan Anopheles sp.
5. Praktikum Pinjal
Dapat mengetahui jenis-jenis pinjal
Dapat mengetahui morfologi dari pinjal
6. Praktikum Kepala Nyamuk
Dapat mengetahui jenis nyamuk melalui identifikasi kepalanya
Dapat mengetahui perbedaan dari nyamuk tersebut
3
Dasar Teori
Athropoda
Nama dari filum ARTHROPODA (Artropoda) berasal dari bahasa “greek”
ARTHROS berarti ruas atau segmen dan PODOS berarti kaki, sehingga tanda
karakteristik (menciri) dari filum ini adalah memiliki kaki yang beruas-ruas atau
bersegmen.
Rangka luar (eksosekleton) dari Arthropoda dilapisi oleh lapisan kitin
yang dibentuk oleh sekresi sel kitogenes dan tidak hanya melapisi bagian luar
tubuh, juga melapisi bagian mulut dibagian anterior disebut Stomodaeum dan juga
melapisi bagian anus dibagian posterior disebut Proktodaeum. Rangka luar
disusun oleh lempeng (pelat, “sclerites”) kitin (terbanyak tersusun oleh senyawa
kalsium) membentuk segmen tubuh. Segmen yang terletak disebelah atas (dorsal)
disebut Tergum (tergit), dibagian bawah (ventral) disebut Sternum dan samping
(lateral) yang menghubungkan antara tergum dan sternum disebut Pleuron.
Tergum, Sternum dan Pleuron masing-masing segmen merupakan satu kesatuan
yang elastis. Rangka luar secara periodik akan diganti oleh yang baru, setiap
penggantian rangka luar disebut Ekdisis (menyilih).
Segmen dari Arthropoda berkumpul membentuk kelompok, kelompok
depan membentuk kepala, tengah membentuk torak (dada) dan belakang
membentuk abdomen (perut). Pada tubuh Arthropoda memiliki alat tubuh sangat
khas yaitu selalu berpasangan dan tersusun oleh beberapa segmen.
4
Pada kepala, pada beberapa jenis ditemukan satu atau dua pasang antena
yang berfungsi sensoris. Dibagian bawahnya ditemukan segme
n yang mengalami modifikasi menjadi alat-alat untuk makan terdiri dari :
maksila, mandibula dan pada beberapa jenis juga memiliki maksilipedes.
Torak (dada) ditemukan kaki, dan pada beberapam jenis ditemukan sayap,
selain itu pada Arthropoda yang hidup didalam air memiliki beberapa
variasi Abdomen yang dapat dipakai untuk membantu pada saat berenang
Ciri bagian dalam yang paling menjolok dari Arthropoda adalah memiliki
rongga badan bukan coelum. Didalamnya penuh dengan darah yang mengandung
sel disebut Hemocele. Darah merendam semua organ didalam tubuh. Jantungnya
merupakan pembuluh darah besar disebelah atas yang dapat memompa darah
disebut Pericardium, darah keluar melalui ostea.
Organ pernafasan dari arthropoda juga khas, ada beberapa macam antara
lain : (a) Insang (Gills, Brachiae) ditemukan pada larva, nimfa dan dewasa spesies
yang hidup didalam air, (b) Trachea, merupakan tabung elastis yang tipis, disusun
oleh cincin atau spiral kitin. Saluran pernafasan dibagian luar (ekterna) bermuara
pada stigmata, hanya dimuliki oleh Insekta, (c) Paru-paru dan (d) Kulit (kuticula),
tetutama pada laba-laba dan tungau.
Saluran pencernaan berbeda pada setiap kelas, secara umum terdiri dari :
Stomodaeum dilapisi oleh kitin, selanjutnya faring, proventrikulus, Mesenteron
(usus bagian tengah) dan terakhir Proktodaeum juga dilapisi oleh kitin.
5
Organ sekresi Arthropoda sangat berbeda diantara kelasnya. Pada
Krustacea memiliki sepasang nephridia yang bermuara pada dasar segmnen ke-2
dari antena. Insekta berupa tubulus yang disebut Tubulus malpigi yang terletak
melingkar disekeliling saluran pencernaan dan biasanya bermuara pada ujung
anterior Proktodaeum. Araknida juga memiliki Tubulus malpigi yang semuanya
bermuara pada bagian ujung anterior Proktodaeum, tetapi memiliki tambahan
Glandula Koksa yang bermuara pada koksa kaki.
Sistim persarafan dari arthropoda terdiri dari ganglion serebral yang
terdapat pada kepala, dilanjutkan dengan syaraf yang melingkar pada commisura
oesofageal dan dilanjutkan oleh sepasang saraf ventral yang ditemukan sepanjang
sisi ventral tubuh. (Sunarno, 2012)
Klasifikasi, Filum arthropoda memiliki 5 kelas yang terpenting
diataranya : (1) Krustacea, (2) Myriapoda, (3) Insekta, (4) Araknida dan (5)
Pentastomida
1. Arachnida
Kelas Arachnida (Araknida), morfologi umumnya Stadium Dewasanya
memiliki 8 buah (4 pasang kaki), berbeda dengan kelas Insekta karena stadium
dewasanya hanya memiliki 6 buah (3 pasang kaki). Alat Mulut mengalami
modifikasi (perubahan bentuk) yang jelas kelihatan (Kelicera, Palpus Maksilaris
dan Hipostoma), yang berada diatas Basis Kapituli yang diperuntukkan untuk
menghisap, tidak memiliki (Antena, Sayap, Mata Majemuk)
6
Segmentasi dari tubuh araknida berbeda diantara araknida lainnya. Tubuh
Caplak dan Tungau dapat dibedakan berdasarkan cara membaginya, sehingga
namanya beragam sesuai dengan ahlinya. Secara umum tubuh artropoda dapat
dibagi menjadi 4 bagian, antara lain :
1. Kapitulum (Gnatosoma), menyerupai kepala, ditemukan alat-alat mulut
antara lain : sepasang Kelisera, diantara kelisera ditemukan mulut,
sepasang Palpus Maksilaris (Palpus, Pedipalpus), dengan atau tanpa cakar
dan sebuah Hipostoma
2. Propodosoma, daerah pasangan kaki ke-1 dan ke-2
3. Metasoma, daerah pasangan kaki ke-3 dan ke-4 dan
4. Opistosoma, merupakan daerah posterior
Pembagian tubuh seperti diatas dalam Levine (1990) juga dapat dibedakan
menjadi 4 bagian berdasarkan kelompoknya : antara lain (1) Podosoma,
kelompok Propodosoma dan Metasoma, (2) Sefalotorak, kelompok Gnatosoma
dan Podosoma, (3) Idiosoma, kelompok Podosoma dan Opistosoma , (4) Pada
beberapa tungau seperti Trombiculidae, ditemukan lekuk yang dalam antara
Propodosoma dan Metasoma, sehingga seolah-olah tubuh terbagi menjadi 2
bagian. Pada tungau bagian depan (Gtatosoma dengan Propodosoma) disebut
Proterosoma dan bagain belakang (Metasoma dengan Opistosoma) disebut
Histerosoma.
7
Larva dari Caplak dan tungau memiliki 6 buah (3 pasang) kaki, sedangkan
Nimfa dan Dewasa memiliki 8 buah (4 pasang) kaki. Setiap kaki terdiri dari 6
segmen (dimulai dari tubuh) antara lain : (1) Koksa, (2). Trohanter, (3) Femur,
(4). Genu (Patela), (5) Tibia dan (6) Tarsus (terdiri dari sejumlah segmen
termasuk Pre-tarsus dengan sepasang cakar atau alat penghisap disebut Petunia
atau Karuncula)
Siklus hidup : metamorfose tidak lengkap (sederhana), secara umum
adalah sebagai berikut, Telur ditempatkan pada tempat tersembunyi, kemudian
telur menetas dan keluarlah Larva berkaki 6 buah, larva mengalami ekdisis
(pergantian kulit) dan berkembang menjadi Nimfa dengan 8 kaki dan sangat mirip
dengan dewasa tetapi tidak mempunyai organ kelamin, Nimfa mengalami ekdisis
untuk terakhir kalinya dan berkembang menjadi Dewasa.
Nomenklatur dan Klasifikasi, kelas arachnida memiliki tiga Ordo yang
penting antara lain : (1) Acarina (Caplak dan Tungau), (2) Araneida (Laba-Laba)
dan (3) Scorpionida (Kalajengking).
a. Acarina
Ordo Acarina adalah Caplak & Tungau, memiliki tanda yang menciri
(karakteristik), Alat mulut keluar dari Basis Kapituli, yang terdiri dari
sepasang Kelisera yang berguna untuk menggunting, sepasang Palpus
Maksilaris (Palpus, Pedipalpus) yang berfungsi sensoris dan pada bagian
tengah ada Hipostoma. Segmentasi tubuh tidak ada. Ordo Acarina memiliki
6 sub-ordo antara lain :
8
1. Nostostigmata (tidak parasitik)
2. Holothyroidea (tidak parasitik)
3. Mesostigmata
4. Ixodoidea
5. Trombidiformes
6. Sarcoptiformes
b. Arachnoida
c. Scorpionida
Scorpionida mencakup segala macam kala, antara lain; kalajengking
(Heterometrus cyaneus), kala buku (Scorpio), dan labah-labah (Tarantula).
Pedipalpusnya berbentuk seperti capit besar, sedangkan kalisera-kaliseranya kecil.
Segmen terakhir bagian posterior mempunyai alat penyengat yang berkait untuk
melepaskan racun dan berfungsi untuk melumpuhkan mangsa. Bersifat buas, oleh
karena itu disebut predator. Scorpionida kebanyakan hidup di daerah tropis, yaitu
tinggal di bawah batu-batu atau liang dalam tanah.
Kalajengking adalah Arachnoida bentuknya memanjang dengan
pedipalpus besar yang berujungkan kuku yang kuat, suatu sepalotoraks yang ridak
bersegmen dengan 4 pasang kaki, dan suatu abdomen yang memanjang. Anggota
badan belakang mempunyai suatu sengat yang berkait untuk pelepasan racun.
Kalajengking aktif pada malam hari, berdiam di bawah batu, potongan
kayu, atau tempat persembunyian lain yang terlindung. Hewan ini kadang-kadang
9
masuk ke dalam tempat tinggal manusia, terutama selama musim hujan di daerah
tropis. Mereka menangkap mangsanya, laba-laba dan serangga, di dalam kukunya
dan dengan dorongan ke belakang dan ke bawah dari abdomen yang menyerupai
ekor memasukkan sengat dengan racunnya yang dapat membuat lumpuh.
Kalajengking adalah vivipar, dan anak-anaknya dibawa untuk beberapa waktu di
punggung yang betina. Ada banyak sekali spesies kalajengking yang ditemuikan
di seluruh dunia.
Spesies yang kecil walaupun tidak dapat masuk ke dalam kulit manusia
tetapi dapat menyengat. Kalajengking beracun yang besar adalah spesies yang
termasuk Butus di Afrika Utara dan Eropa Selatan, dan Centruroides di Meksiko
dan Arizona. Manusia biasanya disengat apabila tangan atau kakinya tidak
terlindung secara kebetulan menyentuh kalajengking yang tersembunyi dalam
pakaian, sepatu, atau tempat persembunyian lain. Telah dilaporkan kasus yang
berat, dan bahkan fatal, dengan reaksi sistemik, terutama pada anak. Angka
kematian pada anak dibawah usia 5 tahun dilaporkan tinggi di India dan Mesir.
Racun kalajengkin adalah suatu toksalbumin yang menimbulkan paralysis,
gangguan saraf, kejang otot dan kerusakan paru-paru. Gejala setempat relatif
ringan, tetapi sakit sekali. Secara sistemik, ada suatu perasaan yang menjalar, dan
gejala paraestesi umum, bergetarnya otot, dan gatal mulai dengan cepat,
menyerupai keracunan strikhnin dan gejala shock. Kasus fatal terdapat pada
penderita yang keadaannya memperlihatkan pernapasan yang cepat dan sembab
paru-paru.
Pengobatan:
10
Tourniquet hendaknya dipergunakan segera dan racunnya dikeluarkan
dengan menghisap luka yang dibuat oleh sengat kalajengking besar. Sakitnya
dapat dihilangkan dengan pemakaian kompres es setempat, semprotan etilklorida,
ammonia, obat yang menghilangkan sakit, atau suntikan novokain atau epinefrin
di sekitar luka. Pengobatan sistemik bertujuan untuk mengatasi shock dan sembab
paru-paru. Telah dilaporkan bahwa kortison berguna sekali. Pada penderita yang
berat, antivenin, apabila tersedia harus diberikan.
Pemberantasan:
Usaha untuk mengurangi populasi kalajengking belum terbukti
memuaskan. Untuk rumah dan sekitarnya, penyemprotan dengan Dieldrin 0.5%
atau DDT 10%, Chlordane 2% dan Piretrum 2.2% di dalam minyak yang encer
telah dianjurkan. (Kus Irianto,2009)
2. Hexapoda
Ciri-ciri utama hexapoda, adalah sebagai berikut :
Tubuh dengan tiga bagian yan jelas yaitu kepala, toraks, dan
abdomen.
Di kepala terdapat sepasang antena (jarang tidak mempunyai antena),
sepasang mandible, sepasang maksila, sebuah hipofaring dan sebuah
labium.
Di bagian toraks terdapat tiga pasang tungkai, satu pada masing-
masing ruas toraks (sejumlah serangga tidak bertungkai, dan beberapa
larva memiliki embelan-embelan tambahan serupa tungkai, seperti
proleg, pada ruas-ruas perut)
11
Di bagian posterior abdomen terdapat lubang kelamin (jarang terdapat
dua lubang kelamin)
Kelas Hexapoda dibagi menjadi ordo-ordo terutama berdasarkan
struktur sayap, bagian mulut dan metamorfosis. Hexapoda dibagi menjadi
2, yaitu Hexapoda ectognatha dan Hexapoda entognatha. Hexapoda
entognatha terbagi menjadi 3 ordo (Protura, Collembola, dan Diplura).
Perbedaan dari hexapoda entognatha ini terletak pada bagian lateral kepala
yang memanjang dan bersatu dengan labium untuk membentuk sebuah
kantung, karena itu menghubungkan mandibel-mandibel dan maksila-
maksila. Hexapoda ectognatha atau insecta (serangga) terdiri dari 2
subkelas yaitu Apterygota dan Pterygota.
2.1 Ordo Hemiptera
Ordo hemiptera mempunyai lebih dari 50.000 spesies, tetapi hanya
beberapa spesies saja yang penting untuk kesehatan. Sebagian anggota
ordo ini bersayap sedangkan anggota lainnya tidak bersayap. Golongan
yang bersayap memiliki pasangan sayap pertama yang tebal pangkalnya
sedangkan ujungnya membranous dengan yang terakhir ini menutupi
bagian membranous dari sayap yang lain. Bentuk mulut sesuai untuk
menusuk dan menghisap. Alat penusuk (proboscis) yang beruas-ruas,
terdapat di bagian depan dari kepala dan pada waktu tidak
digunakanprobocis melipat di daerah thorax. Terdapat 2 famili yang
penting pada ordo ini yaitu famili Reduviide dan famili Cimicidae.
12
Cimicidae tidak bersayap, hanya dapat dilihat terdapatnya sisa-sisa
dari sayap depan. Binatang dewasa memiliki bentuk badan yang lonjong
dan pipih dorso-ventral. Tubuhnya tertutup oleh rambut-rambut pendek.
Panjang badan sekitar 5,5 mm dengan yang betina lebih besar daripada
yang jantan. Bentuk mata adalah majemuk (compound eyes) dan tidak
didapatkan ocelli. Probosis terdiri dari 3 segmen, sedangkan antena terdiri
dari 4 segmen. Hampir semua Cimicidae mempunyai bau tidak enak (kutu
busuk). (Soedarto, 1989)
Ada dua spesies kutu busuk (Cimex) yang umum menyerang
manusia yaitu Cimex lectularius (C. lectularius) dinegara-negara beriklim
sedang dan Cimex hemipterus (C. hemipterus) dinegara-negara beriklim
panas. C.lectularius secara alam juga terdapat pada ayam, kelinci, dan
kelelawar (Nobele,ER.,1989).
Cimex aktif mencari makanan pada malam hari, menghisap darah
sangat diperlukan dalam memproduksi telur. Siang hari ia bersembunyi di
celah-celah kayu, lubang-lubang kecil di tempat tidur atau dinding. Siklus
hidupnya adalah metamorfosa tidak lengkap yang terdiri dari telur-nimfa-
dewasa. Untuk menjadi dewasa, dari stadium telur dibutuhkan waktu lebih
kurang satu minggu dengan mengalami 5 sampai 6 kali pergantian kulit.
Tanpa makanan, di musin dingin ia mampu bertahan hidup selama lebih
dari 1 tahun.
Gigitan Cimex akan menimbulkan bekas yang berwarna merah dan
terasa gatal di daerah tersebut. Pada anak-anak yang peka, dapat terjadi
13
urtikularia yang sistemik dan bahkan pada beberapa orang di antaranya
dapat terjadi asthma. Keadaan ini terjadi akibat alergi terhadap air ludah
yang dikeluarkannya sebelum ia menghisap darah. Cimex tidak
menularkan penyakit.(Soedarto, 1989)
2.2 Ordo Dipthera
2.2.1 Nyamuk
Salah satu jenis vektor adalah nyamuk yang termasuk kelas Hexapoda
dalam ordo Dipthera. Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa,
sama dengan serangga yang mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda-
beda. Dalam siklus hidup nyarnuk terdapat 4 stadia dengan 3 stadium
berkembang di dalam air dari satu stadium hidup dialam bebas :
1. Nyamuk dewasa
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan
keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyarnuk betina, dan
nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk
betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk
jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama
hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur
tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban
serta species dari nyamuk.
2. Telur nyamuk
14
Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat
yang keberadanya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan
telur dari nyamuk berbeda -beda tergantung dari jenisnya.
-Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu
persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai
alat pengapung.
-Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas pemlukaan air secara
bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk
mengapung.
-Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung
diatas air atau menempel pada pemlukaan benda yang merupakan tempat air
pada batas pemlukaan air dan tempatnya. Sedangkan nyamuk mansonia
meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhan-tumbuhan air, dan
diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bungan. Stadium telur
ini memakan waktu 1 -2 hari.
3. Jentik nyamuk
Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan
melengkapi bulu-bulunya, stadium jentik mermerlukan waktu 1 minggu.
Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya
binatang predator.
4. Kepompong
Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air,
pada stadium ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap
15
hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang 1 -
2 hari.
Dalam perkembang biakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam
tempat yaitu tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk
mendapatkan unpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat
(reesting palces). Nyamuk mempunyai tipe breeding palces yang berlainan
seperti Culex dapat berkembang di sembarangan tempat air, sedangkan
Aedes hanya dapat berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak
beralaskan tanah langsung, Anopeheles bermacam breeding place, sesuai
dengan jenisnya sebagai berikut :
1. Anopheles sundaicus, Anopheles subpictus dan Anopheles vagus
senang berkembang biak di air payau.
2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk
Anopheles sundaicus, Anopheles mucaltus dalam berkembang biak.
3. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi
Anopheles vagus, Anopheles barbumrosis untuk berkembang biak.
4. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk Anopheles
vagus, Anopheles indefinitus, Anopheles leucosphirus untuk tempat
berkembang biak.
5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi
Anopheles acunitus, Anopheles vagus, Anopheles barbirotus, Anopheles
anullaris untuk berkembang biak.
16
Waktu keaktifan mencari darah dari masing -masing nyamuk berbeda –
beda, nyamuk yang aktif pada malam hari menggigit, adalah anopheles dan
colex sedangkan nyamuk yang aktif pada siang hari menggigit yaitu Aedes.
Khusus untuk anopheles, nyamuk ini bila menggigit mempunyai perilaku
bila siap menggigit langsung keluar rumah. Pada umumnya nyamuk yang
menghisap darah adalah nyamuk betina.
Biasanya setelah nyamuk betina menggigit orang/hewan, nyamuk
tersebut akan beristirahat selama 2 -3 hari, misalnya pada bagian dalam
rumah sedangkan diluar rumah seperti gua, lubang lembab, tempat yang
berwarna gelap dan lain lain merupakan tempat yang disenangi nyamuk
untuk berisitirahat.
a. Anopheles sp.
1. Mofologi Nyamuk Anopheles sp.
Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Di
dunia kurang lebih terdapat 460 spesies yang sudah dikenali, 100
diantaranya mepunyai kemampuan menularkan malaria dan 30-40
merupakan host dari parasite Plasmodium yang merupakan penyebab
malaria di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri, terdapat
25 spesies nyamuk Anopheles yang mampu menularkan penyakit Malaria.
2. Daur Hidup Nyamuk Anopheles sp.
Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup , yang termasuk dalam
metamorfosa sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat
stage/fase pupa. Lama siklus hidup dipengaruhi kondisi lingkungan, misal :
17
suhu, adanya zat kimia/biologisdi tempat hidup. Siklus hidup nyamuk
Anopheles secara umum adalah:
1. Telur
Setiap bertelur setiap nyamuk dewasa mampu menghasilkan 50-200
buah telur. Telur langsung diletakkan di air dan terpisah (tidak bergabung
menjadi satu). Telur ini menetas dalam 2-3 hari (pada daerah beriklim
dingin bisa menetas dalam 2-3 minggu).
2. Larva
Larva terbagi dalam 4 instar , dan salah satu ciri khas yang
membedakan dengan larva nyamuk yang lain adalah posisi larva saat
istirahat adalah sejajar di dengan permukaan perairan, karena mereka tidak
mempunyai siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih 7 hari,
dan hidup dengan memakan algae,bakteri dan mikroorganisme lainnya yang
terdapat dipermukaan .
3. Pupa (kepompong)
Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada
bagian dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa.
4. Dewasa
Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk
menghisap darah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya
sebagai sumber gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu,
sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Perkawinan terjadi setelah
beberapa hari setelah menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi disekitar
18
rawa (breeding place). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk
menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari
nyamuk anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging.
b. Aedes spp.
1. Morfologi Nyamuk Aedes spp.
Nyamuk Aedes spp biasanya berukuran lebih kecil jika dibandingkan
dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus). Telur Aedes spp
mempunyai dinding bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai
gambaran kain kasa. Sedangkan larva Aedes spp Nyamuk Aedes spp
dewasa memiliki ukuran sedang, dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan.
Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di
bagian punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian
kiri dan kanan yang menjadi ciri dari Spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh
nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan
identifikasi pada nyamuk tua.
Ukuran dan warna nyamuk ini sering kali berbeda antarpopulasi,
tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk
selama perkembangan. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari nyamuk
betina dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua
ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Gandahusada, dkk, 2000).
Aedes aegypti dapat di bedakan dengan nyamuk lain dengan melihat
ujung abdomen meruncing dan mempunyai sersi yang menonjol. Bagian
mesonotum terdapat rambut post spirakel. Corak putih pada dorsal dada
19
Aedes aegypti berbentuk seperti alat musik harpa putih (WHO, 1999)
sedangkan Aedes albopictus berbentuk lurus.
Nyamuk mempunyai probosis berwarna gelap pada bagian kepala yang
panjangnya melibih panjang kepala. Probosis nyamuk betina digunakan
untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan hanya untuk bahan-
bahan cair seperti cairan tumbuhan dan buah-buahan. Palpus terdapat dikiri
ndan kanan probosis yang terdiri atas 5 ruas dan sepasang antena yang
terdiri dari 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose)
dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Sayap nyamuk panjang dan
langsing mempunyai vena yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap
yang letaknya mengikuti vena. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki
(heksapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur,
1 ruas tibia, dan 5 ruas tarsus.
2. Siklus Hidup Nyamuk Aedes spp
Spesies ini mengalami metamorfosis yang sempurna. Nyamuk betina
meletakkan telur di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada
diding tempat permukaannya. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-
rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur, setelah kira-kira dua hari baru
menetas menjadi larva, lalu mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali,
tumbuh menjadi pupa dan untuk menjadi dewasa memerlukan waktu kira-
kira 9-10 hari (Gandahusada, dkk, 2000).
1. Stadium telur
20
Telur Nyamuk Aedes spp berwarna gelap, berbentuk oval biasanya
telur diletakkan diatas permukaan air satu- persatu dalam keadaan menempel
pada dinding tempat perindukannya. Seekor nyamuk betina dapat
meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Telur dapat
bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama ditempat yang kering tanpa
air dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20 C- 420C Namun bila air
cukup tersedia, telur-telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan (
Sembel , 2009 ).
2. Stadium Larva
Stadium larva ini sering juga disebut jentik dan berlangsung 5-7 hari,
perkembangan larva tergantung pada temperatur air, kepadatan larva, dan
tersedianya makanan, larva nyamuk hidup dengan memakan organisme-
organisme kecil. Larva akan mati pada suhu dibawah 100C dan diatas suhu
360C.
Larva Aedes spp memiliki kepala yang cukup besar serta torak dan
abdomen yang cukup jelas. Untuk mendapatkan oksigen biasanya larva
menggantungkan dirinya agak tegak lurus pada permukaan air. Kebanyakan
larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan fartikelfartikel lainnya dalam
air, biasanya larva melakukan pergantian kulit empat kali (Sembel, 2009).
3. Stadium Pupa
Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa
berbentuk agak pendek, tidak memerlukan makanan, tetapi tetap aktif
bergerak dalam air terutama bila diganggu. Bila perkembangan pupa sudah
21
sempurna, yaitu sesudah 2 atau 3 hari berkisar 270C - 320C umum nya
nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari nyamuk betina, maka kulit pupa
pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang (Sembel, 2009).
4. Stadium dewasa
Pada stadium dewasa nyamuk yang keluar dari pupa menjadi nyamuk
jantan dan nyamuk betina dengan perbandingan 1 : 1. Nyamuk dewasa yang
baru keluar dari pupa berhenti sejenak diatas permukaan air untuk
mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya sesudah mampu
mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa akan segera kawin dan nyamuk
betina yang telah dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24-36 jam
kemudian. Darah merupakan sumber protein terpenting untuk mematang kan
telurnya. Umur nyamuk dewasa dipengaruhi aktifitas produksi dan jumlah
makanan. Nyamuk Aedes spp dewasa rata-rata dapat hidup selama 10 hari
sedangkan di laboratorium mencapai umur 2 bulan, Aedes spp mampu
terbang sejauh 2 kilometer, walaupun umumnya jarak terbangnya pendek
yaitu kurang lebih 40 meter dan maksimal 100 meter. (Anomin,2011)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29682/4/Chapter
%20II.pdf)
c. Culex sp.
1. Morfologi Nyamuk Culex sp.
Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor
penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese
enchepalitis, St Louis encephalitis. Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10
22
mm (0,16 – 0,4 inci). Dan dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian
tubuh umum: kepala, dada, dan perut. Nyamuk Culex yang banyak di
temukan di Indonesia yaitu jenis Culex quinquefasciatus.
Nyamuk Culex sp. mempunyai morfologi sebagai berikut:
1) Telur
Telur Culex sp. berwarna hitam dengan ukuran ± 0,08 mm (Ditjen
PPM&PLP, 1992), berbentuk seperti sarang tawon (Sumarmo, 1988).
2) Larva
Larva Culex sp. mempunya ciri-ciri sebagai berikut:
Adanya corong udara pada segmen yang terakhir.
Pada segmen abdomen tidak ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk
kipas (Palmatus hairs).
Pada corong udara terdapat pectin.
Sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada corong (siphon).
Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb scale sebanyak
8-21 atau berjajar 1 sampai 3.
Bentuk individu dari comb scale seperti duri.
Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan
adanya sepasang rambut di kepala.
Ada 4 tingkatan perkembangan (instar) larva sesuai dengan
pertumbuhan larva yaitu:
Larva instar I; berukuran 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada belum
jelas dan corong pernapasan pada siphon belum jelas.
23
Larva instar II; berukuran 2,5–3,5 mm, duri–duri belum jelas, corong
kepala mulai menghitam.
Larva instar III; berukuran 4-5 mm, duri-duri dada mulai jelas dan
corong pernapasan berwarna coklat kehitaman.
Larva instar IV; berukuran 5-6 mm dengan warna kepala gelap.
3) Pupa
Pupa Culex sp. berbentuk seperti koma, berukuran besar namun lebih
ramping dibandingkan dengan pupa spesies nyamuk lain.
4) Dewasa
Nyamuk Culex sp. berukuran lebih kecil dibandingkan dengan spesies
nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya berwarna dasar hitam dengan bintik
- bintik putih. Jenis kelamin nyamuk Culex sp. dibedakan dengan
memperhatikan jumlah probosis. Nyamuk betina mempunyai proboscis
tunggal, sedangkan nyamuk jantan mempunyai probosis ganda. (Srisasi
Gandahusada, dkk, 2000).
2. Daur Hidup Nyamuk Culex sp.
Nyamuk Culex sp. betina dapat meletakkan telur sampai 100 butir
setiap datang waktu bertelur. Telur-telur tersebut diletakkan di atas
permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding vertikal bagian dalam
tempat-tempat penampungan air. Nyamuk Culex sp. betina lebih menyukai
tempat penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan telurnya
dibandingkan dengan tempat penampungan air yang terbuka, karena tempat
penampungan air yang tertutup longgar tutupnya jarang dipasang dengan
24
baik sehingga mengakibatkan ruang di dalamnya lebih gelap (Sumarmo,
1988).
Telur akan menetas dalam waktu 1 sampai 3 hari pada suhu 30 °C,
sementara pada suhu 16 °C telur akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur
dapat bertahan lama tanpa media air dengan syarat tempat tersebut lembab.
Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu -2 °C sampai 42 °C
(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000).
Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi
menjadi empat tingkatan perkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-
2 hari telur menetas, instar II terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III
terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari
telur menetas (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000).
Stadium pupa terjadi setelah 6-7 hari telur menetas. Stadium pupa
berlangsung selama 2-3 hari. Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang
dengan menurunkan suhu pada tempat perkembangbiakan, tetapi pada suhu
yang sangat rendah dibawah 10 °C pupa tidak mengalami perkembangan
(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000).
Stadium dewasa terjadi setelah 9-10 hari telur menetas. Meskipun umur
nyamuk Culex sp. betina di alam pendek yaitu kira-kira 2 minggu, tetapi
waktu tersebut cukup bagi nyamuk Culex sp. betina untuk menyebarkan
virus dengue dari manusia yang terinfeksi ke manusia yang lain (Soedarto,
1992).
2.2.2 Lalat
25
3. Ordo Siphonoptera
Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada
hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang
kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan
gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa
dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah
bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu.
Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu
loncat pada anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan
kutu loncat kucing yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada
anjing.
Pinjal diklasifikasikan ke dalam:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Klasis : Insecta
Ordo : Siphonoptera
b. Morfologi Pinjal
Pinjal berukuran kecil dengan panjang 1,5-3,3 mm dan bergerak cepat.
Biasanya berwarna gelap (misalnya, cokelat kemerahan untuk kutu kucing).
Pinjal merupakan serangga bersayap dengan bagian-bagian mulut seperti
tabung yang digunakan untuk menghisap darah host mereka. Kaki pinjal
berukuran panjang, sepasang kaki belakangnya digunakan untuk melompat
(secara vertikal sampai 7 inch (18 cm); horizontal 13 inch (33 cm)). Pinjal
26
merupakan kutu pelompat terbaik diantara kelompoknya. Tubuh pinjal
bersifat lateral dikompresi yang memudahkan mereka untuk bergerak di
antara rambut-rambut atau bulu di tubuh inang. Kulit tubuhnya keras,
ditutupi oleh banyak bulu dan duri pendek yang mengarah ke belakang,
dimana bulu dan duri ini memudahkan pergerakan mereka pada hostnya.
c. Jenis-jenis Pinjal
1. Pinjal Kucing (Ctenocephalides felis)
Klasifikasi:
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Siphonaptera
Family : Pulicidae
Genus : Ctenocephalides
Species : C. felis
Ciri-ciri pinjal kucing:
Tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat
besar. Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang
mengarah ke belakang dan rambut keras. Sungut pendek dan terletak dalam
lekuk-lekuk di dalam kepala. Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet
penusuk. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago). Telur tidak
berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas. Larva tidak bertungkai kecil, dan
27
keputihan. Memiliki 2 ktinidia baik genal maupun pronatal. Perbedaan
jantan dan betina:
a. Jantan : tubuh punya ujung posterior seperti tombak yang mengarah
ke atas, antena lebih panjang dari betina.
b. Betina : tubuh berakhir bulat, antena lebih pendek dari jantan.
2. Pinjal anjing (Ctenocephalides canis)
Klasifikasi:
a. Domain : Eukaryota
b. Kingdom : Animalia
c. Phylum : Arthropoda
d. Class : Insecta
e. Ordo : Siphonaptera
f. Family : Pulicidae
g. Genus : Ctenocephalides
h. Species : C. canis
Pinjal pada anjing bersifat mengganggu karena dapat menyebarkan
Dipylidium caninum. Mereka biasanya ditemukan di Eropa. Meskipun
mereka memakan darah anjing dan kucing, mereka kadang-kadang
menggigit manusia. Mereka dapat hidup tanpa makanan selama beberapa
bulan, tetapi spesies betina harus memakan darah terlebih dahulu sebelum
menghasilkan telur.
3. Pinjal manusia (Pulex irritans)
Klasifikasi:
28
a. Kingdom : Animalia
b. Phylum : Arthropoda
c. Class : Insecta
d. Ordo : Siphonaptera
e. Family : Pulicidae
f. Subfamily : Pulicinae
g. Genus : Pulex
h. Species : P. irritans
Spesies ini banyak menggigit spesies mamalia dan burung, termasuk
yang jinak. Ini telah ditemukan pada anjing liar, monyet di penangkaran,
kucing rumah, ayam hitam dan tikus Norwegia, tikus liar, babi, kelelawar,
dan spesies lainnya. Pinjal spesies in ini juga dapat menjadi inang antara
untuk cestode, Dipylidium caninum.
4. Pinjal tikus utara (Nosopsyllus fasciatus)
Klasifikasi:
a. Domain : Eukaryota
b. Kingdom : Animalia
c. Phylum : Arthropoda
d. Class : Insecta
e. Ordo : Siphonaptera
f. Family : Ceratophyllidae
g. Genus : Nosopsyllus
h. Species : N. fasciatus
29
Fasciatus Nosopsyllus memiliki tubuh memanjang, panjangnya 3
hingga 4 mm. Memiliki pronotal ctenidium dengan 18-20 duri tapi tidak
memiliki ctenidium genal. Pinjal tikus utara memiliki mata dan sederet tiga
setae di bawah kepala. Kedua jenis kelamin memiliki tuberkulum menonjol
di bagian depan kepala. Tulang paha belakang memiliki 3-4 bulu pada
permukaan bagian dalam.
5. Pinjal Tikus Oriental (Xenopsylla cheopis)
Klasifikasi:
a. Kingsdom : Animalia
b. Phylum : Arthropoda
c. Class : Insecta
d. Ordo : Siphonaptera
e. Family : Pulicidae
f. Genus : Xenopsylla
g. Species : X. cheopis
Xenopsylla cheopis adalah parasit dari hewan pengerat, terutama dari
genus Rattus, dan merupakan dasar vektor untuk penyakit pes dan murine
tifus. Hal ini terjadi ketika pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi,
dan kemudian menggigit manusia. Pinjal tikus oriental terkenal memberikan
kontribusi bagi Black Death.
4. Ordo Blattaria
30
Metode Praktikum
1. Praktikum Cimex spp.
a. Alat dan Bahan
Alat :
Mikroskop elektronik
Kertas gambar
Alat tulis
Bahan :
Preparat awetan yang telah diberi Cimex spp.
31
b. Skema kerja
Gambar 1. Skema Kerja Praktikum Cimex
2. Praktikum Arthopoda
a. Alat dan Bahan
Alat :
Kaca Pembesar
Alat Tulis
Kertas gambar
Bahan :
Awetan Kering Arthopoda
32
Menyiapkan preparat Cimex spp betina.
Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa
Mengamati preparat Cimex spp betina. Di bawah mikroskop
Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi bagian-bagian Cimex spp. betina.
Melakukan langkah yang sama untuk preparat Cimex spp. jantan
b. Skema Kerja :
Gambar 2. Skema Kerja Praktikum Arthropoda
3. Praktikum Stadium Larva Aedes, Anopheles dan Culex
a. Alat dan Bahan
Alat :
Mikroskop elektronik
Kertas gambar
Alat tulis
Bahan :
Preparat awetan
33
Menyiapkan awetan kering
Menyiapkan kaca pembesar
Mengamati awetan kering dengan kaca pembesar
Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi perbedaannya
Melakukan langkah yang sama untuk masing-masing awetan kering
b. Skema Kerja
Gambar 3. Skema Kerja Praktikum Larva Nyamuk
34
Menyiapkan preparat larva nyamuk
Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa
Mengamati preparat larva Aedes spp. Di bawah mikroskop
Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi bagian-bagian Nyamuk
Melakukan langkah yang sama untuk preparat Anopheles sp. dan Culex sp
4. Praktikum Telur Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.
a. Alat dan Bahan
Alat :
Mikroskop elektronik
Kertas gambar
Alat tulis
Bahan :
Preparat awetan dari telur Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.
b. Skema Kerja
Gambar 4. Skema Kerja Praktikum Telur Nyamuk
35
Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa
Mengamati preparat telur Aedes spp. Di bawah mikroskop
Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi bagian-bagian telur
Melakukan langkah yang sama untuk preparat telur Anopheles sp. dan Culex sp
Menyiapkan preparat telur nyamuk
5. Praktikum Pinjal
a. Alat dan Bahan
Alat :
Mikorskop
Kertas gambar
Pensil
Bahan :
Preparat awetan
b. Skema Kerja
Gambar 5. Skema Kerja Praktikum Pinjal
36
Menyiapkan preparat pinjal
Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa
Mengamati preparat Pinjal di bawah mikroskop
Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi bagian-bagian Pinjal
6. Praktikum Kepala Nyamuk
a. Alat dan bahan
Alat :
Mikroskop
Alat tulis
Kertas gambar
Bahan :
Preperat kepala nyamuk
b. Skema Kerja
Gambar 6. Skema Kerja Praktikum Kepala Nyamuk
37
Mempersiapkan alat dan bahan (preparat kepala Aedes spp. , Culex sp. dan Anopheles sp.)
Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa
Mengamati satu per satu tiap kepala jantan maupun betina dari nyamuk
Melihat dan mengidentifikasi perbedaan morfologi masing-masing kepala kemudian menggambarkannya
Hasil dan Pembahasan
1. Praktikum Cimex spp.
Soal :
1. Gambarkan spesies Cimex spp. yang anda amati beserta bagian-
bagiannya!
2. Jelaskan masing-masing fungsi dari tiap-tiap bagian Cimex spp.!
3. Sebutkan tipe mulut dari spesies Cimex spp.yang anda amati!
Jawaban :
1. Gambar Cimex spp.
2. Fungsi tiap-tiap bagian Cimex spp.
Antena : alat sensoris
Verteks :
Mata :
Pronotum :
Skutelum :
Femur :
Tibia :
Tarsus :
Kuku tarsus :
38
3. Tipe mulut dari spesies Cimex spp.adalah menusuk dan menghisap
yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi alat penusuk dan
penghisap berupa stylet.
2. Praktikum Arthopoda
Soal :
1. Gambarkan species dari Arthopoda
2. Jelaskan ciri-ciri khusus dari species Arthopoda
Jawaban :
1. Lampiran
2. Ciri-ciri khusus dari setiap spesies
a. Kecoa
Tubuh pipih
Bewarna coklat
Antena panjang
Kaki ditumbuhi duri-duri
3. Praktikum Stadium Larva Nyamuk Aedes, Anopheles dan Culex
Soal :
1. Amati pada mikroskop stadium larva dari masing-masing spesies
2. Gambarkan stadium larva nyamuk dalam lembar kerja
3. Sebutkan bagian-bagian larva dari masing-masing spesies beserta
fungsinya
39
Jawaban :
Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan bagian-bagian larva
beserta fungsinya adalah sebagai berikut :
1. Aedes spp.
Antena ` :
Kepala :
Mata :
Toraks :
Spina lateral :
Rambut lateral :
Abdomen `:
Sisir :
Siphon :
Pekten :
Ventral Truft :
Insang :
2. Anopheles sp.
Antena :
Kepala :
Mata :
Toraks :
Rambut palmate :
Abdomen :
40
Insang :
3. Culex sp
Duri lateral :
Bulu lateral :
Pipa udara :
Lubang udara :
Anal gills :
:
4. Praktikum Telur Nyamuk Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.
Soal :
1. Gambarkan Telur dari species Aedes sp, Culex sp, dan Anopheles sp
2. Sebutkan ciri-ciri khusus dari tiap telur dari masing-masing species
3. Sebutkan perbedaan dari masing-masing telur dari species Aedes sp,
Culex sp, dan Anopheles sp
Jawaban :
1. Dilembar lampiran.
2. Ciri – ciri khusus dari masing – masing telur adalah
a. Telur Aedes sp : berwarna hitam, berbentuk lonjong, dan tersusun
tunggal (sendiri-sendiri)
41
b. Telur Culex sp : berwarna cokelat kehitaman, berbentuk lonjong,
dan tersusun seperti rakit, berkumpul atau berkoloni.
c. Telur Anopheles sp : berwarna hitam, berbentuk lonjong dan
berpelampung disisi kanan dan kiri, serta tersusun tunggal atau
sendiri-sendiri
3. Perbedaan dari masing – masing telur dari spesies Aedes sp, Culex sp,
dan Anopheles sp adalah
a. Perbedaan Aedes sp dan Culex sp dengan Anopheles sp : Anopheles
sp mempunyai pelampung disisi kanan dan kirinya, sedangkan
Aedes sp dan Culex sp tidak mempunyai pelampung.
b. Perbedaan Telur Aedes sp dan Anopheles sp dengan Telur Culex
sp:
- Telur Aedes sp dan Anopheles sp tersusun tunggal atau sendiri-
sendiri, sedangkan telur Culex sp tersusun berakit atau
berkoloni.
- Telur Aedes sp dan Anopheles sp berwarna hitam, sedangkan
telur Culex sp berwarna cokelat kehitaman
Ciri – Ciri Aedes Culex Anopheles
Warna Hitam Cokelat Kehitaman Hitam
Bentuk Lonjong Lonjong Lonjong
Berpelampung Tidak Tidak Ya
42
Susunan Tunggal Berkoloni Tunggal
Berbentuk Tunggal Rakit Tunggal
5. Praktikum Pinjal
Soal :
1. Apa yang dimaksud gengan ektoparasit?
2. Sebutkan 3 jenis pinjal yang anda ketahui ( 3 spesies : nama)
3. Gambarkan spesies Xenoshylla Cheopis dan ciri –ciri khususnya apa?
Jawab
1. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar
dari tempatnya bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya (host)
2. Pinjal Tikus Oriental (Xenopsylla cheopis)
Pinjal manusia (Pulex irritans)
Pinjal Kucing (Ctenocephalides felis)
3. Terlampir
6. Praktikum Kepala Nyamuk
Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk
panjang dan langsing serta terdiri atas 15 segmen.
43
Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk membedakan kelamin
pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk
betina. Bulu lebat pada nyamuk jantan disebut plumose sedangkan pada
nyamuk betina yang jumlahnya lebih sedikit disebut pilose.
Palpus dapat digunakan sebagai kunci identifikasi karena ukuran
dan bentuk palpus masing-masing spesies berbeda. Sepasang palpus
terletak diantara antena dan proboscis. Palpus merupakan organ sensorik
yang digunakan untuk mendeteksi karbon dioksida dan mendeteksi tingkat
kelembaban.
Proboscis merupakan bentuk mulut modifikasi untuk menusuk.
Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam, tubuh
membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik. Bagian
mulut pada nyamuk betina, membentuk probosis panjang untuk menembus
kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus, burung atau juga reptilia dan
amfibi untuk menghisap darah.
Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan
kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan
protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina,
dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah.
Ciri –
Ciri
Aedes
Jantan
Aedes
Betina
Culex
Jantan
Culex
Betina
Anopheles
Jantan
Anopheles
Betina
Palpus Sama Sama Sama Sama Sama Sama
44
panjang
dg
Probosis
panjang
dg
probosis
panjang
dg
Probosis
panjang
dg
Probosis
panjang
dg
Probosis
panjang
dg
Probosis
Probosis Sama
panjang
dg Palpus
Sama
panjang
dg Palpus
Sama
panjang
dg
Palpus
Sama
panjang
dg
Palpus
Sama
panjang
dg Palpus
Sama
panjang
dg Palpus
Antena Bulu lebih
lebat
Bulu
tidak
lebat
Bulu
lebih
lebat
Bulu
tidak
lebat
Bulu
lebih
lebat
Bulu
tidak
lebat
Ujung
Palpus
Berbentuk
bulat
Berbentuk
bulat
Tidak
bulat
Tidak
bulat
Berbentuk
bulat
Berbentuk
bulat
45
Penutup
a. Kesimpulan
ARTHROPODA (Artropoda) berasal dari bahasa “greek” ARTHROS
berarti ruas atau segmen dan PODOS berarti kaki, sehingga tanda karakteristik
(menciri) dari filum ini adalah memiliki kaki yang beruas-ruas atau bersegmen.
Klasifikasi, Filum arthropoda memiliki 5 kelas yang terpenting diataranya : (1)
Krustacea, (2) Myriapoda, (3) Insekta, (4) Araknida dan (5) Pentastomida
Kelas Arachnida (Araknida), morfologi umumnya Stadium Dewasanya
memiliki 8 buah (4 pasang kaki), berbeda dengan kelas Insekta karena stadium
dewasanya hanya memiliki 6 buah (3 pasang kaki). Alat Mulut mengalami
modifikasi (perubahan bentuk) yang jelas kelihatan (Kelicera, Palpus Maksilaris
dan Hipostoma), yang berada diatas Basis Kapituli yang diperuntukkan untuk
menghisap, tidak memiliki (Antena, Sayap, Mata Majemuk)
Scorpionida mencakup segala macam kala, antara lain; kalajengking
(Heterometrus cyaneus), kala buku (Scorpio), dan labah-labah (Tarantula).
Pedipalpusnya berbentuk seperti capit besar, sedangkan kalisera-kaliseranya kecil.
Segmen terakhir bagian posterior mempunyai alat penyengat yang berkait untuk
melepaskan racun dan berfungsi untuk melumpuhkan mangsa. Bersifat buas, oleh
karena itu disebut predator. Scorpionida kebanyakan hidup di daerah tropis, yaitu
tinggal di bawah batu-batu atau liang dalam tanah.
46
Ordo SiphonopteraPinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering
ditemui pada hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun
ukurannya yang kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak
menyebabkan gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan
bahwa dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah
bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu.
Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu
loncat pada anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan
kutu loncat kucing yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada
anjing.
Pinjal diklasifikasikan ke dalam:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Klasis : Insecta
Ordo : Siphonoptera
Pinjal berukuran kecil dengan panjang 1,5-3,3 mm dan bergerak cepat.
Biasanya berwarna gelap (misalnya, cokelat kemerahan untuk kutu kucing). Pinjal
merupakan serangga bersayap dengan bagian-bagian mulut seperti tabung yang
digunakan untuk menghisap darah host mereka. Kaki pinjal berukuran panjang,
sepasang kaki belakangnya digunakan untuk melompat (secara vertikal sampai 7
inch (18 cm); horizontal 13 inch (33 cm)).
47
b. Saran
Makhluk hidup seperti hewanpun mempunyai ciri dan bentuk masing-
masing untuk dikenali oleh makhluk hidup yang lain. Oleh karena itu,
kenalilah makhluk hidup yang ada dibumi ini sekalipun ia tidak terlihat
secara kasat mata.
48
Daftar Pustaka
Aji Bau. 1999. Uji Efikasi Daun Tumbuhan Paitan (Tithonia diversifolia Grey)
Terhadap Larva Culex sp. di Laboratorium. Skripsi. FKM UNDIP Semarang.
Damar Tri Boewono. 2003. Pedoman Uji Hayati Insektisida Rumah-Tangga
(Household Insecticides). Salatiga: BPVRP.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-sutyoagusw-5709-
3-babiis-i.pdf
Ditjen PPM&PL. 2001. Pedoman Pelaksanaan Surveillans Vektor. Jakarta:
Depkes RI.
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2066459-
nyamuk-aedes-aegypti/#ixzz1tKgrlgRp
http://ritacuitcuit.blogspot.com/2011/05/perkembangan-lanjut-embrio-nyamuk-
culex.html
http://uripsantoso.wordpress.com/2011/01/13/pengaruh-lingkungan-terhadap-
nyamuk-anopheles-pada-proses-transmisi-malaria/
http://www.scribd.com/doc/59436537/nyamuk-culex
Irianto,Kus.2009.Parasitologi: Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan
Manusia.Bandung:CV YRama Widya.
Sayono. 2008. Pengaruh Modifikasi Ovitrap terhadap Junlah Nyamuk Aedes yang
Tertangkap. Tesis: UNDIP Semarang.
49
http://eprints.undip.ac.id/18741/1/sayono.pdf. Diakses tanggal 28
April 2012.
50