Praktikum Parasitologi Fix

72
Pendahuluan a. Tujuan Praktikum 1. Praktikum Cimex spp. Mengamati morfologi Cimex spp. Mengetahui perbedaan Cimex spp. Jantan dan betina 2. Praktikum Arthopoda Menentukan ciri-ciri dari masing-masing species arthopoda Mengetahui perbedaan dari masing-masing species arthopoda 3. Praktikum Stadium Larva Nyamuk Aedes, Anopheles dan Culex Mengamati stadium larva dari nyamuk Aedes, Anopheles dan Culex 1

description

semester 3

Transcript of Praktikum Parasitologi Fix

Page 1: Praktikum Parasitologi Fix

Pendahuluan

a. Tujuan Praktikum

1. Praktikum Cimex spp.

Mengamati morfologi Cimex spp.

Mengetahui perbedaan Cimex spp. Jantan dan betina

2. Praktikum Arthopoda

Menentukan ciri-ciri dari masing-masing species arthopoda

Mengetahui perbedaan dari masing-masing species arthopoda

3. Praktikum Stadium Larva Nyamuk Aedes, Anopheles dan Culex

Mengamati stadium larva dari nyamuk Aedes, Anopheles dan

Culex

Mengetahui perbedaan stadium larva antara nyamuk Aedes,

Anopheles dan Culex

Mengetahui bagian-bagian larva dari masing-masing spesies

beserta fungsinya

4. Praktikum Telur Nyamuk Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.

Untuk menjelaskan atau mempresentasikan gambar, bentuk,

dan ciri-ciri, serta perbedaan dari masing – masing telur dari

spesies Aedes sp, Culex sp, dan Anopheles sp.

1

Page 2: Praktikum Parasitologi Fix

5. Praktikum Pinjal

Mengetahui pinjal dan jenis-jenisnya.

Mengetahui morfologi pinjal.

6. Praktikum Kepala Nyamuk

Mengetahui perbedaan morfologi kepala nyamuk Aedes, Culex

dan Anopheles

b. Manfaat Praktikum

1. Praktikum Cimex spp.

Mengetahui bentuk dan ciri-ciri dari species Cimex spp.

2. Praktikum Arthopoda

Mengetahui bentuk dan macam-macam species dari Arthopoda

3. Praktikum Stadium Larva Nyamuk Aedes, Anopheles dan Culex

Dapat mengetahui stadium larva dari nyamuk Aedes, Anopheles

dan Culex

Dapat mengidentifikasi perbedaan stadium larva pada nyamuk

Aedes, Anopheles dan Culex

4. Praktikum Telur Nyamuk Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.

2

Page 3: Praktikum Parasitologi Fix

Dapat membedakan telur dari masing – masing spesies Aedes

sp, Culex sp, dan Anopheles sp.

Mengetahui bentuk dan ciri – ciri dari masing – masing telur

dari spesies Aedes sp, Culex sp, dan Anopheles sp.

5. Praktikum Pinjal

Dapat mengetahui jenis-jenis pinjal

Dapat mengetahui morfologi dari pinjal

6. Praktikum Kepala Nyamuk

Dapat mengetahui jenis nyamuk melalui identifikasi kepalanya

Dapat mengetahui perbedaan dari nyamuk tersebut

3

Page 4: Praktikum Parasitologi Fix

Dasar Teori

Athropoda

Nama dari filum ARTHROPODA (Artropoda) berasal dari bahasa “greek”

ARTHROS berarti ruas atau segmen dan PODOS berarti kaki, sehingga tanda

karakteristik (menciri) dari filum ini adalah memiliki kaki yang beruas-ruas atau

bersegmen.

Rangka luar (eksosekleton) dari Arthropoda dilapisi oleh lapisan kitin

yang dibentuk oleh sekresi sel kitogenes dan tidak hanya melapisi bagian luar

tubuh, juga melapisi bagian mulut dibagian anterior disebut Stomodaeum dan juga

melapisi bagian anus dibagian posterior disebut Proktodaeum. Rangka luar

disusun oleh lempeng (pelat, “sclerites”) kitin (terbanyak tersusun oleh senyawa

kalsium) membentuk segmen tubuh. Segmen yang terletak disebelah atas (dorsal)

disebut Tergum (tergit), dibagian bawah (ventral) disebut Sternum dan samping

(lateral) yang menghubungkan antara tergum dan sternum disebut Pleuron.

Tergum, Sternum dan Pleuron masing-masing segmen merupakan satu kesatuan

yang elastis. Rangka luar secara periodik akan diganti oleh yang baru, setiap

penggantian rangka luar disebut Ekdisis (menyilih).

Segmen dari Arthropoda berkumpul membentuk kelompok, kelompok

depan membentuk kepala, tengah membentuk torak (dada) dan belakang

membentuk abdomen (perut). Pada tubuh Arthropoda memiliki alat tubuh sangat

khas yaitu selalu berpasangan dan tersusun oleh beberapa segmen.

4

Page 5: Praktikum Parasitologi Fix

Pada kepala, pada beberapa jenis ditemukan satu atau dua pasang antena

yang berfungsi sensoris. Dibagian bawahnya ditemukan segme

n yang mengalami modifikasi menjadi alat-alat untuk makan terdiri dari :

maksila, mandibula dan pada beberapa jenis juga memiliki maksilipedes.

Torak (dada) ditemukan kaki, dan pada beberapam jenis ditemukan sayap,

selain itu pada Arthropoda yang hidup didalam air memiliki beberapa

variasi Abdomen yang dapat dipakai untuk membantu pada saat berenang

Ciri bagian dalam yang paling menjolok dari Arthropoda adalah memiliki

rongga badan bukan coelum. Didalamnya penuh dengan darah yang mengandung

sel disebut Hemocele. Darah merendam semua organ didalam tubuh. Jantungnya

merupakan pembuluh darah besar disebelah atas yang dapat memompa darah

disebut Pericardium, darah keluar melalui ostea.

Organ pernafasan dari arthropoda juga khas, ada beberapa macam antara

lain : (a) Insang (Gills, Brachiae) ditemukan pada larva, nimfa dan dewasa spesies

yang hidup didalam air, (b) Trachea, merupakan tabung elastis yang tipis, disusun

oleh cincin atau spiral kitin. Saluran pernafasan dibagian luar (ekterna) bermuara

pada stigmata, hanya dimuliki oleh Insekta, (c) Paru-paru dan (d) Kulit (kuticula),

tetutama pada laba-laba dan tungau.

Saluran pencernaan berbeda pada setiap kelas, secara umum terdiri dari :

Stomodaeum dilapisi oleh kitin, selanjutnya faring, proventrikulus, Mesenteron

(usus bagian tengah) dan terakhir Proktodaeum juga dilapisi oleh kitin.

5

Page 6: Praktikum Parasitologi Fix

Organ sekresi Arthropoda sangat berbeda diantara kelasnya. Pada

Krustacea memiliki sepasang nephridia yang bermuara pada dasar segmnen ke-2

dari antena. Insekta berupa tubulus yang disebut Tubulus malpigi yang terletak

melingkar disekeliling saluran pencernaan dan biasanya bermuara pada ujung

anterior Proktodaeum. Araknida juga memiliki Tubulus malpigi yang semuanya

bermuara pada bagian ujung anterior Proktodaeum, tetapi memiliki tambahan

Glandula Koksa yang bermuara pada koksa kaki.

Sistim persarafan dari arthropoda terdiri dari ganglion serebral yang

terdapat pada kepala, dilanjutkan dengan syaraf yang melingkar pada commisura

oesofageal dan dilanjutkan oleh sepasang saraf ventral yang ditemukan sepanjang

sisi ventral tubuh. (Sunarno, 2012)

Klasifikasi, Filum arthropoda memiliki 5 kelas yang terpenting

diataranya : (1) Krustacea, (2) Myriapoda, (3) Insekta, (4) Araknida dan (5)

Pentastomida

1. Arachnida

Kelas Arachnida (Araknida), morfologi umumnya Stadium Dewasanya

memiliki 8 buah (4 pasang kaki), berbeda dengan kelas Insekta karena stadium

dewasanya hanya memiliki 6 buah (3 pasang kaki). Alat Mulut mengalami

modifikasi (perubahan bentuk) yang jelas kelihatan (Kelicera, Palpus Maksilaris

dan Hipostoma), yang berada diatas Basis Kapituli yang diperuntukkan untuk

menghisap, tidak memiliki (Antena, Sayap, Mata Majemuk)

6

Page 7: Praktikum Parasitologi Fix

Segmentasi dari tubuh araknida berbeda diantara araknida lainnya. Tubuh

Caplak dan Tungau dapat dibedakan berdasarkan cara membaginya, sehingga

namanya beragam sesuai dengan ahlinya. Secara umum tubuh artropoda dapat

dibagi menjadi 4 bagian, antara lain :

1. Kapitulum (Gnatosoma), menyerupai kepala, ditemukan alat-alat mulut

antara lain : sepasang Kelisera, diantara kelisera ditemukan mulut,

sepasang Palpus Maksilaris (Palpus, Pedipalpus), dengan atau tanpa cakar

dan sebuah Hipostoma

2. Propodosoma, daerah pasangan kaki ke-1 dan ke-2

3. Metasoma, daerah pasangan kaki ke-3 dan ke-4 dan

4. Opistosoma, merupakan daerah posterior

Pembagian tubuh seperti diatas dalam Levine (1990) juga dapat dibedakan

menjadi 4 bagian berdasarkan kelompoknya : antara lain (1) Podosoma,

kelompok Propodosoma dan Metasoma, (2) Sefalotorak, kelompok Gnatosoma

dan Podosoma, (3) Idiosoma, kelompok Podosoma dan Opistosoma , (4) Pada

beberapa tungau seperti Trombiculidae, ditemukan lekuk yang dalam antara

Propodosoma dan Metasoma, sehingga seolah-olah tubuh terbagi menjadi 2

bagian. Pada tungau bagian depan (Gtatosoma dengan Propodosoma) disebut

Proterosoma dan bagain belakang (Metasoma dengan Opistosoma) disebut

Histerosoma.

7

Page 8: Praktikum Parasitologi Fix

Larva dari Caplak dan tungau memiliki 6 buah (3 pasang) kaki, sedangkan

Nimfa dan Dewasa memiliki 8 buah (4 pasang) kaki. Setiap kaki terdiri dari 6

segmen (dimulai dari tubuh) antara lain : (1) Koksa, (2). Trohanter, (3) Femur,

(4). Genu (Patela), (5) Tibia dan (6) Tarsus (terdiri dari sejumlah segmen

termasuk Pre-tarsus dengan sepasang cakar atau alat penghisap disebut Petunia

atau Karuncula)

Siklus hidup : metamorfose tidak lengkap (sederhana), secara umum

adalah sebagai berikut, Telur ditempatkan pada tempat tersembunyi, kemudian

telur menetas dan keluarlah Larva berkaki 6 buah, larva mengalami ekdisis

(pergantian kulit) dan berkembang menjadi Nimfa dengan 8 kaki dan sangat mirip

dengan dewasa tetapi tidak mempunyai organ kelamin, Nimfa mengalami ekdisis

untuk terakhir kalinya dan berkembang menjadi Dewasa.

Nomenklatur dan Klasifikasi, kelas arachnida memiliki tiga Ordo yang

penting antara lain : (1) Acarina (Caplak dan Tungau), (2) Araneida (Laba-Laba)

dan (3) Scorpionida (Kalajengking).

a. Acarina

Ordo Acarina adalah Caplak & Tungau, memiliki tanda yang menciri

(karakteristik), Alat mulut keluar dari Basis Kapituli, yang terdiri dari

sepasang Kelisera yang berguna untuk menggunting, sepasang Palpus

Maksilaris (Palpus, Pedipalpus) yang berfungsi sensoris dan pada bagian

tengah ada Hipostoma. Segmentasi tubuh tidak ada. Ordo Acarina memiliki

6 sub-ordo antara lain :

8

Page 9: Praktikum Parasitologi Fix

1. Nostostigmata (tidak parasitik)

2. Holothyroidea (tidak parasitik)

3. Mesostigmata

4. Ixodoidea

5. Trombidiformes

6. Sarcoptiformes

b. Arachnoida

c. Scorpionida

Scorpionida mencakup segala macam kala, antara lain; kalajengking

(Heterometrus cyaneus), kala buku (Scorpio), dan labah-labah (Tarantula).

Pedipalpusnya berbentuk seperti capit besar, sedangkan kalisera-kaliseranya kecil.

Segmen terakhir bagian posterior mempunyai alat penyengat yang berkait untuk

melepaskan racun dan berfungsi untuk melumpuhkan mangsa. Bersifat buas, oleh

karena itu disebut predator. Scorpionida kebanyakan hidup di daerah tropis, yaitu

tinggal di bawah batu-batu atau liang dalam tanah.

Kalajengking adalah Arachnoida bentuknya memanjang dengan

pedipalpus besar yang berujungkan kuku yang kuat, suatu sepalotoraks yang ridak

bersegmen dengan 4 pasang kaki, dan suatu abdomen yang memanjang. Anggota

badan belakang mempunyai suatu sengat yang berkait untuk pelepasan racun.

Kalajengking aktif pada malam hari, berdiam di bawah batu, potongan

kayu, atau tempat persembunyian lain yang terlindung. Hewan ini kadang-kadang

9

Page 10: Praktikum Parasitologi Fix

masuk ke dalam tempat tinggal manusia, terutama selama musim hujan di daerah

tropis. Mereka menangkap mangsanya, laba-laba dan serangga, di dalam kukunya

dan dengan dorongan ke belakang dan ke bawah dari abdomen yang menyerupai

ekor memasukkan sengat dengan racunnya yang dapat membuat lumpuh.

Kalajengking adalah vivipar, dan anak-anaknya dibawa untuk beberapa waktu di

punggung yang betina. Ada banyak sekali spesies kalajengking yang ditemuikan

di seluruh dunia.

Spesies yang kecil walaupun tidak dapat masuk ke dalam kulit manusia

tetapi dapat menyengat. Kalajengking beracun yang besar adalah spesies yang

termasuk Butus di Afrika Utara dan Eropa Selatan, dan Centruroides di Meksiko

dan Arizona. Manusia biasanya disengat apabila tangan atau kakinya tidak

terlindung secara kebetulan menyentuh kalajengking yang tersembunyi dalam

pakaian, sepatu, atau tempat persembunyian lain. Telah dilaporkan kasus yang

berat, dan bahkan fatal, dengan reaksi sistemik, terutama pada anak. Angka

kematian pada anak dibawah usia 5 tahun dilaporkan tinggi di India dan Mesir.

Racun kalajengkin adalah suatu toksalbumin yang menimbulkan paralysis,

gangguan saraf, kejang otot dan kerusakan paru-paru. Gejala setempat relatif

ringan, tetapi sakit sekali. Secara sistemik, ada suatu perasaan yang menjalar, dan

gejala paraestesi umum, bergetarnya otot, dan gatal mulai dengan cepat,

menyerupai keracunan strikhnin dan gejala shock. Kasus fatal terdapat pada

penderita yang keadaannya memperlihatkan pernapasan yang cepat dan sembab

paru-paru.

Pengobatan:

10

Page 11: Praktikum Parasitologi Fix

Tourniquet hendaknya dipergunakan segera dan racunnya dikeluarkan

dengan menghisap luka yang dibuat oleh sengat kalajengking besar. Sakitnya

dapat dihilangkan dengan pemakaian kompres es setempat, semprotan etilklorida,

ammonia, obat yang menghilangkan sakit, atau suntikan novokain atau epinefrin

di sekitar luka. Pengobatan sistemik bertujuan untuk mengatasi shock dan sembab

paru-paru. Telah dilaporkan bahwa kortison berguna sekali. Pada penderita yang

berat, antivenin, apabila tersedia harus diberikan.

Pemberantasan:

Usaha untuk mengurangi populasi kalajengking belum terbukti

memuaskan. Untuk rumah dan sekitarnya, penyemprotan dengan Dieldrin 0.5%

atau DDT 10%, Chlordane 2% dan Piretrum 2.2% di dalam minyak yang encer

telah dianjurkan. (Kus Irianto,2009)

2. Hexapoda

Ciri-ciri utama hexapoda, adalah sebagai berikut :

Tubuh dengan tiga bagian yan jelas yaitu kepala, toraks, dan

abdomen.

Di kepala terdapat sepasang antena (jarang tidak mempunyai antena),

sepasang mandible, sepasang maksila, sebuah hipofaring dan sebuah

labium.

Di bagian toraks terdapat tiga pasang tungkai, satu pada masing-

masing ruas toraks (sejumlah serangga tidak bertungkai, dan beberapa

larva memiliki embelan-embelan tambahan serupa tungkai, seperti

proleg, pada ruas-ruas perut)

11

Page 12: Praktikum Parasitologi Fix

Di bagian posterior abdomen terdapat lubang kelamin (jarang terdapat

dua lubang kelamin)

Kelas Hexapoda dibagi menjadi ordo-ordo terutama berdasarkan

struktur sayap, bagian mulut dan metamorfosis. Hexapoda dibagi menjadi

2, yaitu Hexapoda ectognatha dan Hexapoda entognatha. Hexapoda

entognatha terbagi menjadi 3 ordo (Protura, Collembola, dan Diplura).

Perbedaan dari hexapoda entognatha ini terletak pada bagian lateral kepala

yang memanjang dan bersatu dengan labium untuk membentuk sebuah

kantung, karena itu menghubungkan mandibel-mandibel dan maksila-

maksila. Hexapoda ectognatha atau insecta (serangga) terdiri dari 2

subkelas yaitu Apterygota dan Pterygota.

2.1 Ordo Hemiptera

Ordo hemiptera mempunyai lebih dari 50.000 spesies, tetapi hanya

beberapa spesies saja yang penting untuk kesehatan. Sebagian anggota

ordo ini bersayap sedangkan anggota lainnya tidak bersayap. Golongan

yang bersayap memiliki pasangan sayap pertama yang tebal pangkalnya

sedangkan ujungnya membranous dengan yang terakhir ini menutupi

bagian membranous dari sayap yang lain. Bentuk mulut sesuai untuk

menusuk dan menghisap. Alat penusuk (proboscis) yang beruas-ruas,

terdapat di bagian depan dari kepala dan pada waktu tidak

digunakanprobocis melipat di daerah thorax. Terdapat 2 famili yang

penting pada ordo ini yaitu famili Reduviide dan famili Cimicidae.

12

Page 13: Praktikum Parasitologi Fix

Cimicidae tidak bersayap, hanya dapat dilihat terdapatnya sisa-sisa

dari sayap depan. Binatang dewasa memiliki bentuk badan yang lonjong

dan pipih dorso-ventral. Tubuhnya tertutup oleh rambut-rambut pendek.

Panjang badan sekitar 5,5 mm dengan yang betina lebih besar daripada

yang jantan. Bentuk mata adalah majemuk (compound eyes) dan tidak

didapatkan ocelli. Probosis terdiri dari 3 segmen, sedangkan antena terdiri

dari 4 segmen. Hampir semua Cimicidae mempunyai bau tidak enak (kutu

busuk). (Soedarto, 1989)

Ada dua spesies kutu busuk (Cimex) yang umum menyerang

manusia yaitu Cimex lectularius (C. lectularius) dinegara-negara beriklim

sedang dan Cimex hemipterus (C. hemipterus) dinegara-negara beriklim

panas. C.lectularius secara alam juga terdapat pada ayam, kelinci, dan

kelelawar (Nobele,ER.,1989).

Cimex aktif mencari makanan pada malam hari, menghisap darah

sangat diperlukan dalam memproduksi telur. Siang hari ia bersembunyi di

celah-celah kayu, lubang-lubang kecil di tempat tidur atau dinding. Siklus

hidupnya adalah metamorfosa tidak lengkap yang terdiri dari telur-nimfa-

dewasa. Untuk menjadi dewasa, dari stadium telur dibutuhkan waktu lebih

kurang satu minggu dengan mengalami 5 sampai 6 kali pergantian kulit.

Tanpa makanan, di musin dingin ia mampu bertahan hidup selama lebih

dari 1 tahun.

Gigitan Cimex akan menimbulkan bekas yang berwarna merah dan

terasa gatal di daerah tersebut. Pada anak-anak yang peka, dapat terjadi

13

Page 14: Praktikum Parasitologi Fix

urtikularia yang sistemik dan bahkan pada beberapa orang di antaranya

dapat terjadi asthma. Keadaan ini terjadi akibat alergi terhadap air ludah

yang dikeluarkannya sebelum ia menghisap darah. Cimex tidak

menularkan penyakit.(Soedarto, 1989)

2.2 Ordo Dipthera

2.2.1 Nyamuk

Salah satu jenis vektor adalah nyamuk yang termasuk kelas Hexapoda

dalam ordo Dipthera. Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa,

sama dengan serangga yang mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda-

beda. Dalam siklus hidup nyarnuk terdapat 4 stadia dengan 3 stadium

berkembang di dalam air dari satu stadium hidup dialam bebas :

1. Nyamuk dewasa

Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan

keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyarnuk betina, dan

nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyamuk

betina keluar dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk

jantan akan langsung mengawini betina sebelum mencari darah. Selama

hidupnya nyamuk betina hanya sekali kawin. Dalam perkembangan telur

tergantung kepada beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban

serta species dari nyamuk.

2. Telur nyamuk

14

Page 15: Praktikum Parasitologi Fix

Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat

yang keberadanya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan

telur dari nyamuk berbeda -beda tergantung dari jenisnya.

-Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu

persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai

alat pengapung.

-Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas pemlukaan air secara

bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk

mengapung.

-Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung

diatas air atau menempel pada pemlukaan benda yang merupakan tempat air

pada batas pemlukaan air dan tempatnya. Sedangkan nyamuk mansonia

meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhan-tumbuhan air, dan

diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bungan. Stadium telur

ini memakan waktu 1 -2 hari.

3. Jentik nyamuk

Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan

melengkapi bulu-bulunya, stadium jentik mermerlukan waktu 1 minggu.

Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya

binatang predator.

4. Kepompong

Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air,

pada stadium ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap

15

Page 16: Praktikum Parasitologi Fix

hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang 1 -

2 hari.

Dalam perkembang biakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam

tempat yaitu tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk

mendapatkan unpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat

(reesting palces). Nyamuk mempunyai tipe breeding palces yang berlainan

seperti Culex dapat berkembang di sembarangan tempat air, sedangkan

Aedes hanya dapat berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak

beralaskan tanah langsung, Anopeheles bermacam breeding place, sesuai

dengan jenisnya sebagai berikut :

1. Anopheles sundaicus, Anopheles subpictus dan Anopheles vagus

senang berkembang biak di air payau.

2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk

Anopheles sundaicus, Anopheles mucaltus dalam berkembang biak.

3. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi

Anopheles vagus, Anopheles barbumrosis untuk berkembang biak.

4. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk Anopheles

vagus, Anopheles indefinitus, Anopheles leucosphirus untuk tempat

berkembang biak.

5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi

Anopheles acunitus, Anopheles vagus, Anopheles barbirotus, Anopheles

anullaris untuk berkembang biak.

16

Page 17: Praktikum Parasitologi Fix

Waktu keaktifan mencari darah dari masing -masing nyamuk berbeda –

beda, nyamuk yang aktif pada malam hari menggigit, adalah anopheles dan

colex sedangkan nyamuk yang aktif pada siang hari menggigit yaitu Aedes.

Khusus untuk anopheles, nyamuk ini bila menggigit mempunyai perilaku

bila siap menggigit langsung keluar rumah. Pada umumnya nyamuk yang

menghisap darah adalah nyamuk betina.

Biasanya setelah nyamuk betina menggigit orang/hewan, nyamuk

tersebut akan beristirahat selama 2 -3 hari, misalnya pada bagian dalam

rumah sedangkan diluar rumah seperti gua, lubang lembab, tempat yang

berwarna gelap dan lain lain merupakan tempat yang disenangi nyamuk

untuk berisitirahat.

a. Anopheles sp.

1. Mofologi Nyamuk Anopheles sp.

Nyamuk Anopheles sp adalah nyamuk vektor penyakit malaria. Di

dunia kurang lebih terdapat 460 spesies yang sudah dikenali, 100

diantaranya mepunyai kemampuan menularkan malaria dan 30-40

merupakan host dari parasite Plasmodium yang merupakan penyebab

malaria di daerah endemis penyakit malaria. Di Indonesia sendiri, terdapat

25 spesies nyamuk Anopheles yang mampu menularkan penyakit Malaria.

2. Daur Hidup Nyamuk Anopheles sp.

Nyamuk Anopheles mempunyai siklus hidup , yang termasuk dalam

metamorfosa sempurna. Yang berarti dalam siklus hidupnya terdapat

stage/fase pupa. Lama siklus hidup dipengaruhi kondisi lingkungan, misal :

17

Page 18: Praktikum Parasitologi Fix

suhu, adanya zat kimia/biologisdi tempat hidup. Siklus hidup nyamuk

Anopheles secara umum adalah:

1. Telur

Setiap bertelur setiap nyamuk dewasa mampu menghasilkan 50-200

buah telur. Telur langsung diletakkan di air dan terpisah (tidak bergabung

menjadi satu). Telur ini menetas dalam 2-3 hari (pada daerah beriklim

dingin bisa menetas dalam 2-3 minggu).

2. Larva

Larva terbagi dalam 4 instar , dan salah satu ciri khas yang

membedakan dengan larva nyamuk yang lain adalah posisi larva saat

istirahat adalah sejajar di dengan permukaan perairan, karena mereka tidak

mempunyai siphon (alat bantu pernafasan). Lama hidup kurang lebih 7 hari,

dan hidup dengan memakan algae,bakteri dan mikroorganisme lainnya yang

terdapat dipermukaan .

3. Pupa (kepompong)

Bentuk fase pupa adalah seperti koma, dan setelah beberapa hari pada

bagian dorsal terbelah sebagai tempat keluar nyamuk dewasa.

4. Dewasa

Nyamuk dewasa mempunyai proboscis yang berfungsi untuk

menghisap darah atau makanan lainnya (misal, nektar atau cairan lainnya

sebagai sumber gula). Nyamuk jantan bisa hidup sampai dengan seminggu,

sedangkan nyamuk betina bisa mencapai sebulan. Perkawinan terjadi setelah

beberapa hari setelah menetas dan kebanyakan perkawinan terjadi disekitar

18

Page 19: Praktikum Parasitologi Fix

rawa (breeding place). Untuk membantu pematangan telur, nyamuk

menghisap darah, dan beristirahat sebelum bertelur. Salah satu ciri khas dari

nyamuk anopheles adalah pada saat posisi istirahat menungging.

b. Aedes spp.

1. Morfologi Nyamuk Aedes spp.

Nyamuk Aedes spp biasanya berukuran lebih kecil jika dibandingkan

dengan ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus). Telur Aedes spp

mempunyai dinding bergaris-garis dan membentuk bangunan menyerupai

gambaran kain kasa. Sedangkan larva Aedes spp Nyamuk Aedes spp

dewasa memiliki ukuran sedang, dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan.

Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan. Di

bagian punggung tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian

kiri dan kanan yang menjadi ciri dari Spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh

nyamuk pada umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan

identifikasi pada nyamuk tua.

Ukuran dan warna nyamuk ini sering kali berbeda antarpopulasi,

tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang diperoleh nyamuk

selama perkembangan. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari nyamuk

betina dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua

ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang (Gandahusada, dkk, 2000).

Aedes aegypti dapat di bedakan dengan nyamuk lain dengan melihat

ujung abdomen meruncing dan mempunyai sersi yang menonjol. Bagian

mesonotum terdapat rambut post spirakel. Corak putih pada dorsal dada

19

Page 20: Praktikum Parasitologi Fix

Aedes aegypti berbentuk seperti alat musik harpa putih (WHO, 1999)

sedangkan Aedes albopictus berbentuk lurus.

Nyamuk mempunyai probosis berwarna gelap pada bagian kepala yang

panjangnya melibih panjang kepala. Probosis nyamuk betina digunakan

untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan hanya untuk bahan-

bahan cair seperti cairan tumbuhan dan buah-buahan. Palpus terdapat dikiri

ndan kanan probosis yang terdiri atas 5 ruas dan sepasang antena yang

terdiri dari 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat (plumose)

dan pada nyamuk betina jarang (pilose). Sayap nyamuk panjang dan

langsing mempunyai vena yang permukaannya ditumbuhi sisik-sisik sayap

yang letaknya mengikuti vena. Nyamuk mempunyai 3 pasang kaki

(heksapoda) yang melekat pada toraks dan tiap kaki terdiri atas 1 ruas femur,

1 ruas tibia, dan 5 ruas tarsus.

2. Siklus Hidup Nyamuk Aedes spp

Spesies ini mengalami metamorfosis yang sempurna. Nyamuk betina

meletakkan telur di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada

diding tempat permukaannya. Seekor nyamuk betina dapat meletakkan rata-

rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur, setelah kira-kira dua hari baru

menetas menjadi larva, lalu mengadakan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali,

tumbuh menjadi pupa dan untuk menjadi dewasa memerlukan waktu kira-

kira 9-10 hari (Gandahusada, dkk, 2000).

1. Stadium telur

20

Page 21: Praktikum Parasitologi Fix

Telur Nyamuk Aedes spp berwarna gelap, berbentuk oval biasanya

telur diletakkan diatas permukaan air satu- persatu dalam keadaan menempel

pada dinding tempat perindukannya. Seekor nyamuk betina dapat

meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Telur dapat

bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama ditempat yang kering tanpa

air dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu 20 C- 420C Namun bila air

cukup tersedia, telur-telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan (

Sembel , 2009 ).

2. Stadium Larva

Stadium larva ini sering juga disebut jentik dan berlangsung 5-7 hari,

perkembangan larva tergantung pada temperatur air, kepadatan larva, dan

tersedianya makanan, larva nyamuk hidup dengan memakan organisme-

organisme kecil. Larva akan mati pada suhu dibawah 100C dan diatas suhu

360C.

Larva Aedes spp memiliki kepala yang cukup besar serta torak dan

abdomen yang cukup jelas. Untuk mendapatkan oksigen biasanya larva

menggantungkan dirinya agak tegak lurus pada permukaan air. Kebanyakan

larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan fartikelfartikel lainnya dalam

air, biasanya larva melakukan pergantian kulit empat kali (Sembel, 2009).

3. Stadium Pupa

Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa

berbentuk agak pendek, tidak memerlukan makanan, tetapi tetap aktif

bergerak dalam air terutama bila diganggu. Bila perkembangan pupa sudah

21

Page 22: Praktikum Parasitologi Fix

sempurna, yaitu sesudah 2 atau 3 hari berkisar 270C - 320C umum nya

nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari nyamuk betina, maka kulit pupa

pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang (Sembel, 2009).

4. Stadium dewasa

Pada stadium dewasa nyamuk yang keluar dari pupa menjadi nyamuk

jantan dan nyamuk betina dengan perbandingan 1 : 1. Nyamuk dewasa yang

baru keluar dari pupa berhenti sejenak diatas permukaan air untuk

mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya sesudah mampu

mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa akan segera kawin dan nyamuk

betina yang telah dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24-36 jam

kemudian. Darah merupakan sumber protein terpenting untuk mematang kan

telurnya. Umur nyamuk dewasa dipengaruhi aktifitas produksi dan jumlah

makanan. Nyamuk Aedes spp dewasa rata-rata dapat hidup selama 10 hari

sedangkan di laboratorium mencapai umur 2 bulan, Aedes spp mampu

terbang sejauh 2 kilometer, walaupun umumnya jarak terbangnya pendek

yaitu kurang lebih 40 meter dan maksimal 100 meter. (Anomin,2011)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29682/4/Chapter

%20II.pdf)

c. Culex sp.

1. Morfologi Nyamuk Culex sp.

Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor

penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

enchepalitis, St Louis encephalitis. Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10

22

Page 23: Praktikum Parasitologi Fix

mm (0,16 – 0,4 inci). Dan dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian

tubuh umum: kepala, dada, dan perut. Nyamuk Culex yang banyak di

temukan di Indonesia yaitu jenis Culex quinquefasciatus.

Nyamuk Culex sp. mempunyai morfologi sebagai berikut:

1) Telur

Telur Culex sp. berwarna hitam dengan ukuran ± 0,08 mm (Ditjen

PPM&PLP, 1992), berbentuk seperti sarang tawon (Sumarmo, 1988).

2) Larva

Larva Culex sp. mempunya ciri-ciri sebagai berikut:

Adanya corong udara pada segmen yang terakhir.

Pada segmen abdomen tidak ditemukan adanya rambut-rambut berbentuk

kipas (Palmatus hairs).

Pada corong udara terdapat pectin.

Sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada corong (siphon).

Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb scale sebanyak

8-21 atau berjajar 1 sampai 3.

Bentuk individu dari comb scale seperti duri.

Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan

adanya sepasang rambut di kepala.

Ada 4 tingkatan perkembangan (instar) larva sesuai dengan

pertumbuhan larva yaitu:

Larva instar I; berukuran 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada belum

jelas dan corong pernapasan pada siphon belum jelas.

23

Page 24: Praktikum Parasitologi Fix

Larva instar II; berukuran 2,5–3,5 mm, duri–duri belum jelas, corong

kepala mulai menghitam.

Larva instar III; berukuran 4-5 mm, duri-duri dada mulai jelas dan

corong pernapasan berwarna coklat kehitaman.

Larva instar IV; berukuran 5-6 mm dengan warna kepala gelap.

3) Pupa

Pupa Culex sp. berbentuk seperti koma, berukuran besar namun lebih

ramping dibandingkan dengan pupa spesies nyamuk lain.

4) Dewasa

Nyamuk Culex sp. berukuran lebih kecil dibandingkan dengan spesies

nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya berwarna dasar hitam dengan bintik

- bintik putih. Jenis kelamin nyamuk Culex sp. dibedakan dengan

memperhatikan jumlah probosis. Nyamuk betina mempunyai proboscis

tunggal, sedangkan nyamuk jantan mempunyai probosis ganda. (Srisasi

Gandahusada, dkk, 2000).

2. Daur Hidup Nyamuk Culex sp.

Nyamuk Culex sp. betina dapat meletakkan telur sampai 100 butir

setiap datang waktu bertelur. Telur-telur tersebut diletakkan di atas

permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding vertikal bagian dalam

tempat-tempat penampungan air. Nyamuk Culex sp. betina lebih menyukai

tempat penampungan air yang tertutup longgar untuk meletakkan telurnya

dibandingkan dengan tempat penampungan air yang terbuka, karena tempat

penampungan air yang tertutup longgar tutupnya jarang dipasang dengan

24

Page 25: Praktikum Parasitologi Fix

baik sehingga mengakibatkan ruang di dalamnya lebih gelap (Sumarmo,

1988).

Telur akan menetas dalam waktu 1 sampai 3 hari pada suhu 30 °C,

sementara pada suhu 16 °C telur akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur

dapat bertahan lama tanpa media air dengan syarat tempat tersebut lembab.

Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu -2 °C sampai 42 °C

(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000).

Stadium larva berlangsung selama 6-8 hari. Stadium larva terbagi

menjadi empat tingkatan perkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-

2 hari telur menetas, instar II terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III

terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari

telur menetas (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000).

Stadium pupa terjadi setelah 6-7 hari telur menetas. Stadium pupa

berlangsung selama 2-3 hari. Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang

dengan menurunkan suhu pada tempat perkembangbiakan, tetapi pada suhu

yang sangat rendah dibawah 10 °C pupa tidak mengalami perkembangan

(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000).

Stadium dewasa terjadi setelah 9-10 hari telur menetas. Meskipun umur

nyamuk Culex sp. betina di alam pendek yaitu kira-kira 2 minggu, tetapi

waktu tersebut cukup bagi nyamuk Culex sp. betina untuk menyebarkan

virus dengue dari manusia yang terinfeksi ke manusia yang lain (Soedarto,

1992).

2.2.2 Lalat

25

Page 26: Praktikum Parasitologi Fix

3. Ordo Siphonoptera

Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada

hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang

kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan

gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa

dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah

bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu.

Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu

loncat pada anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan

kutu loncat kucing yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada

anjing.

Pinjal diklasifikasikan ke dalam:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Klasis : Insecta

Ordo : Siphonoptera

b. Morfologi Pinjal

Pinjal berukuran kecil dengan panjang 1,5-3,3 mm dan bergerak cepat.

Biasanya berwarna gelap (misalnya, cokelat kemerahan untuk kutu kucing).

Pinjal merupakan serangga bersayap dengan bagian-bagian mulut seperti

tabung yang digunakan untuk menghisap darah host mereka. Kaki pinjal

berukuran panjang, sepasang kaki belakangnya digunakan untuk melompat

(secara vertikal sampai 7 inch (18 cm); horizontal 13 inch (33 cm)). Pinjal

26

Page 27: Praktikum Parasitologi Fix

merupakan kutu pelompat terbaik diantara kelompoknya. Tubuh pinjal

bersifat lateral dikompresi yang memudahkan mereka untuk bergerak di

antara rambut-rambut atau bulu di tubuh inang. Kulit tubuhnya keras,

ditutupi oleh banyak bulu dan duri pendek yang mengarah ke belakang,

dimana bulu dan duri ini memudahkan pergerakan mereka pada hostnya.

c. Jenis-jenis Pinjal

1. Pinjal Kucing (Ctenocephalides felis)

Klasifikasi:

Domain : Eukaryota

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda 

Class : Insecta 

Ordo : Siphonaptera 

Family : Pulicidae 

Genus : Ctenocephalides 

Species : C. felis

Ciri-ciri pinjal kucing:

Tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat

besar. Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang

mengarah ke belakang dan rambut keras. Sungut pendek dan terletak dalam

lekuk-lekuk di dalam kepala. Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet

penusuk. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago). Telur tidak

berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas. Larva tidak bertungkai kecil, dan

27

Page 28: Praktikum Parasitologi Fix

keputihan. Memiliki 2 ktinidia baik genal maupun pronatal. Perbedaan

jantan dan betina:

a. Jantan : tubuh punya ujung posterior seperti tombak yang mengarah

ke atas, antena lebih panjang dari betina.

b. Betina : tubuh berakhir bulat, antena lebih pendek dari jantan.

2. Pinjal anjing (Ctenocephalides canis)

Klasifikasi:

a. Domain : Eukaryota

b. Kingdom : Animalia

c. Phylum : Arthropoda 

d. Class : Insecta 

e. Ordo : Siphonaptera 

f. Family : Pulicidae 

g. Genus : Ctenocephalides 

h. Species : C. canis

Pinjal pada anjing bersifat mengganggu karena dapat menyebarkan

Dipylidium caninum. Mereka biasanya ditemukan di Eropa. Meskipun

mereka memakan darah anjing dan kucing, mereka kadang-kadang

menggigit manusia. Mereka dapat hidup tanpa makanan selama beberapa

bulan, tetapi spesies betina harus memakan darah terlebih dahulu sebelum

menghasilkan telur. 

3. Pinjal manusia (Pulex irritans)

Klasifikasi:

28

Page 29: Praktikum Parasitologi Fix

a. Kingdom : Animalia

b. Phylum : Arthropoda 

c. Class : Insecta 

d. Ordo : Siphonaptera 

e. Family : Pulicidae 

f. Subfamily : Pulicinae 

g. Genus : Pulex 

h. Species : P. irritans

Spesies ini banyak menggigit spesies mamalia dan burung, termasuk

yang jinak. Ini telah ditemukan pada anjing liar, monyet di penangkaran,

kucing rumah, ayam hitam dan tikus Norwegia, tikus liar, babi, kelelawar,

dan spesies lainnya. Pinjal spesies in ini juga dapat menjadi inang antara

untuk cestode, Dipylidium caninum.

4. Pinjal tikus utara (Nosopsyllus fasciatus)

Klasifikasi:

a. Domain : Eukaryota 

b. Kingdom : Animalia 

c. Phylum : Arthropoda 

d. Class : Insecta 

e. Ordo : Siphonaptera 

f. Family : Ceratophyllidae 

g. Genus : Nosopsyllus 

h. Species : N. fasciatus 

29

Page 30: Praktikum Parasitologi Fix

Fasciatus Nosopsyllus memiliki tubuh memanjang, panjangnya 3

hingga 4 mm. Memiliki pronotal ctenidium dengan 18-20 duri tapi tidak

memiliki ctenidium genal. Pinjal tikus utara memiliki mata dan sederet tiga

setae di bawah kepala. Kedua jenis kelamin memiliki tuberkulum menonjol

di bagian depan kepala. Tulang paha belakang memiliki 3-4 bulu pada

permukaan bagian dalam. 

5. Pinjal Tikus Oriental (Xenopsylla cheopis) 

Klasifikasi:

a. Kingsdom : Animalia 

b. Phylum : Arthropoda 

c. Class : Insecta 

d. Ordo : Siphonaptera 

e. Family : Pulicidae 

f. Genus : Xenopsylla 

g. Species : X. cheopis

Xenopsylla cheopis adalah parasit dari hewan pengerat, terutama dari

genus Rattus, dan merupakan dasar vektor untuk penyakit pes dan murine

tifus. Hal ini terjadi ketika pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi,

dan kemudian menggigit manusia. Pinjal tikus oriental terkenal memberikan

kontribusi bagi Black Death.

4. Ordo Blattaria

30

Page 31: Praktikum Parasitologi Fix

Metode Praktikum

1. Praktikum Cimex spp.

a. Alat dan Bahan

Alat :

Mikroskop elektronik

Kertas gambar

Alat tulis

Bahan :

Preparat awetan yang telah diberi Cimex spp.

31

Page 32: Praktikum Parasitologi Fix

b. Skema kerja

Gambar 1. Skema Kerja Praktikum Cimex

2. Praktikum Arthopoda

a. Alat dan Bahan

Alat :

Kaca Pembesar

Alat Tulis

Kertas gambar

Bahan :

Awetan Kering Arthopoda

32

Menyiapkan preparat Cimex spp betina.

Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa

Mengamati preparat Cimex spp betina. Di bawah mikroskop

Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi bagian-bagian Cimex spp. betina.

Melakukan langkah yang sama untuk preparat Cimex spp. jantan

Page 33: Praktikum Parasitologi Fix

b. Skema Kerja :

Gambar 2. Skema Kerja Praktikum Arthropoda

3. Praktikum Stadium Larva Aedes, Anopheles dan Culex

a. Alat dan Bahan

Alat :

Mikroskop elektronik

Kertas gambar

Alat tulis

Bahan :

Preparat awetan

33

Menyiapkan awetan kering

Menyiapkan kaca pembesar

Mengamati awetan kering dengan kaca pembesar

Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi perbedaannya

Melakukan langkah yang sama untuk masing-masing awetan kering

Page 34: Praktikum Parasitologi Fix

b. Skema Kerja

Gambar 3. Skema Kerja Praktikum Larva Nyamuk

34

Menyiapkan preparat larva nyamuk

Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa

Mengamati preparat larva Aedes spp. Di bawah mikroskop

Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi bagian-bagian Nyamuk

Melakukan langkah yang sama untuk preparat Anopheles sp. dan Culex sp

Page 35: Praktikum Parasitologi Fix

4. Praktikum Telur Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.

a. Alat dan Bahan

Alat :

Mikroskop elektronik

Kertas gambar

Alat tulis

Bahan :

Preparat awetan dari telur Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.

b. Skema Kerja

Gambar 4. Skema Kerja Praktikum Telur Nyamuk

35

Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa

Mengamati preparat telur Aedes spp. Di bawah mikroskop

Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi bagian-bagian telur

Melakukan langkah yang sama untuk preparat telur Anopheles sp. dan Culex sp

Menyiapkan preparat telur nyamuk

Page 36: Praktikum Parasitologi Fix

5. Praktikum Pinjal

a. Alat dan Bahan

Alat :

Mikorskop

Kertas gambar

Pensil

Bahan :

Preparat awetan

b. Skema Kerja

Gambar 5. Skema Kerja Praktikum Pinjal

36

Menyiapkan preparat pinjal

Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa

Mengamati preparat Pinjal di bawah mikroskop

Menggambar hasil pengamatan dan mengidentifikasi bagian-bagian Pinjal

Page 37: Praktikum Parasitologi Fix

6. Praktikum Kepala Nyamuk

a. Alat dan bahan

Alat :

Mikroskop

Alat tulis

Kertas gambar

Bahan :

Preperat kepala nyamuk

b. Skema Kerja

Gambar 6. Skema Kerja Praktikum Kepala Nyamuk

37

Mempersiapkan alat dan bahan (preparat kepala Aedes spp. , Culex sp. dan Anopheles sp.)

Meletakkan preparat pada mikroskop serta mengatur posisi dan fokus lensa

Mengamati satu per satu tiap kepala jantan maupun betina dari nyamuk

Melihat dan mengidentifikasi perbedaan morfologi masing-masing kepala kemudian menggambarkannya

Page 38: Praktikum Parasitologi Fix

Hasil dan Pembahasan

1. Praktikum Cimex spp.

Soal :

1. Gambarkan spesies Cimex spp. yang anda amati beserta bagian-

bagiannya!

2. Jelaskan masing-masing fungsi dari tiap-tiap bagian Cimex spp.!

3. Sebutkan tipe mulut dari spesies Cimex spp.yang anda amati!

Jawaban :

1. Gambar Cimex spp.

2. Fungsi tiap-tiap bagian Cimex spp.

Antena : alat sensoris

Verteks :

Mata :

Pronotum :

Skutelum :

Femur :

Tibia :

Tarsus :

Kuku tarsus :

38

Page 39: Praktikum Parasitologi Fix

3. Tipe mulut dari spesies Cimex spp.adalah menusuk dan menghisap

yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi alat penusuk dan

penghisap berupa stylet.

2. Praktikum Arthopoda

Soal :

1. Gambarkan species dari Arthopoda

2. Jelaskan ciri-ciri khusus dari species Arthopoda

Jawaban :

1. Lampiran

2. Ciri-ciri khusus dari setiap spesies

a. Kecoa

Tubuh pipih

Bewarna coklat

Antena panjang

Kaki ditumbuhi duri-duri

3. Praktikum Stadium Larva Nyamuk Aedes, Anopheles dan Culex

Soal :

1. Amati pada mikroskop stadium larva dari masing-masing spesies

2. Gambarkan stadium larva nyamuk dalam lembar kerja

3. Sebutkan bagian-bagian larva dari masing-masing spesies beserta

fungsinya

39

Page 40: Praktikum Parasitologi Fix

Jawaban :

Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan bagian-bagian larva

beserta fungsinya adalah sebagai berikut :

1. Aedes spp.

Antena ` :

Kepala :

Mata :

Toraks :

Spina lateral :

Rambut lateral :

Abdomen `:

Sisir :

Siphon :

Pekten :

Ventral Truft :

Insang :

2. Anopheles sp.

Antena :

Kepala :

Mata :

Toraks :

Rambut palmate :

Abdomen :

40

Page 41: Praktikum Parasitologi Fix

Insang :

3. Culex sp

Duri lateral :

Bulu lateral :

Pipa udara :

Lubang udara :

Anal gills :

:

4. Praktikum Telur Nyamuk Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.

Soal :

1. Gambarkan Telur dari species Aedes sp, Culex sp, dan Anopheles sp

2. Sebutkan ciri-ciri khusus dari tiap telur dari masing-masing species

3. Sebutkan perbedaan dari masing-masing telur dari species Aedes sp,

Culex sp, dan Anopheles sp

Jawaban :

1. Dilembar lampiran.

2. Ciri – ciri khusus dari masing – masing telur adalah

a. Telur Aedes sp : berwarna hitam, berbentuk lonjong, dan tersusun

tunggal (sendiri-sendiri)

41

Page 42: Praktikum Parasitologi Fix

b. Telur Culex sp : berwarna cokelat kehitaman, berbentuk lonjong,

dan tersusun seperti rakit, berkumpul atau berkoloni.

c. Telur Anopheles sp : berwarna hitam, berbentuk lonjong dan

berpelampung disisi kanan dan kiri, serta tersusun tunggal atau

sendiri-sendiri

3. Perbedaan dari masing – masing telur dari spesies Aedes sp, Culex sp,

dan Anopheles sp adalah

a. Perbedaan Aedes sp dan Culex sp dengan Anopheles sp : Anopheles

sp mempunyai pelampung disisi kanan dan kirinya, sedangkan

Aedes sp dan Culex sp tidak mempunyai pelampung.

b. Perbedaan Telur Aedes sp dan Anopheles sp dengan Telur Culex

sp:

- Telur Aedes sp dan Anopheles sp tersusun tunggal atau sendiri-

sendiri, sedangkan telur Culex sp tersusun berakit atau

berkoloni.

- Telur Aedes sp dan Anopheles sp berwarna hitam, sedangkan

telur Culex sp berwarna cokelat kehitaman

Ciri – Ciri Aedes Culex Anopheles

Warna Hitam Cokelat Kehitaman Hitam

Bentuk Lonjong Lonjong Lonjong

Berpelampung Tidak Tidak Ya

42

Page 43: Praktikum Parasitologi Fix

Susunan Tunggal Berkoloni Tunggal

Berbentuk Tunggal Rakit Tunggal

5. Praktikum Pinjal

Soal :

1. Apa yang dimaksud gengan ektoparasit?

2. Sebutkan 3 jenis pinjal yang anda ketahui ( 3 spesies : nama)

3. Gambarkan spesies Xenoshylla Cheopis dan ciri –ciri khususnya apa?

Jawab

1. Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar

dari tempatnya bergantung atau pada permukaan tubuh inangnya (host)

2. Pinjal Tikus Oriental (Xenopsylla cheopis) 

Pinjal manusia (Pulex irritans)

Pinjal Kucing (Ctenocephalides felis)

3. Terlampir

6. Praktikum Kepala Nyamuk

Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk

panjang dan langsing serta terdiri atas 15 segmen.

43

Page 44: Praktikum Parasitologi Fix

Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk membedakan kelamin

pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk

betina. Bulu lebat pada nyamuk jantan disebut plumose sedangkan pada

nyamuk betina yang jumlahnya lebih sedikit disebut pilose.

Palpus dapat digunakan sebagai kunci identifikasi karena ukuran

dan bentuk palpus masing-masing spesies berbeda. Sepasang palpus

terletak diantara antena dan proboscis. Palpus merupakan organ sensorik

yang digunakan untuk mendeteksi karbon dioksida dan mendeteksi tingkat

kelembaban.

Proboscis merupakan bentuk mulut modifikasi untuk menusuk.

Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam, tubuh

membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik. Bagian

mulut pada nyamuk betina, membentuk probosis panjang untuk menembus

kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus, burung atau juga reptilia dan

amfibi untuk menghisap darah.

Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan

kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan

protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina,

dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah.

Ciri –

Ciri

Aedes

Jantan

Aedes

Betina

Culex

Jantan

Culex

Betina

Anopheles

Jantan

Anopheles

Betina

Palpus Sama Sama Sama Sama Sama Sama

44

Page 45: Praktikum Parasitologi Fix

panjang

dg

Probosis

panjang

dg

probosis

panjang

dg

Probosis

panjang

dg

Probosis

panjang

dg

Probosis

panjang

dg

Probosis

Probosis Sama

panjang

dg Palpus

Sama

panjang

dg Palpus

Sama

panjang

dg

Palpus

Sama

panjang

dg

Palpus

Sama

panjang

dg Palpus

Sama

panjang

dg Palpus

Antena Bulu lebih

lebat

Bulu

tidak

lebat

Bulu

lebih

lebat

Bulu

tidak

lebat

Bulu

lebih

lebat

Bulu

tidak

lebat

Ujung

Palpus

Berbentuk

bulat

Berbentuk

bulat

Tidak

bulat

Tidak

bulat

Berbentuk

bulat

Berbentuk

bulat

45

Page 46: Praktikum Parasitologi Fix

Penutup

a. Kesimpulan

ARTHROPODA (Artropoda) berasal dari bahasa “greek” ARTHROS

berarti ruas atau segmen dan PODOS berarti kaki, sehingga tanda karakteristik

(menciri) dari filum ini adalah memiliki kaki yang beruas-ruas atau bersegmen.

Klasifikasi, Filum arthropoda memiliki 5 kelas yang terpenting diataranya : (1)

Krustacea, (2) Myriapoda, (3) Insekta, (4) Araknida dan (5) Pentastomida

Kelas Arachnida (Araknida), morfologi umumnya Stadium Dewasanya

memiliki 8 buah (4 pasang kaki), berbeda dengan kelas Insekta karena stadium

dewasanya hanya memiliki 6 buah (3 pasang kaki). Alat Mulut mengalami

modifikasi (perubahan bentuk) yang jelas kelihatan (Kelicera, Palpus Maksilaris

dan Hipostoma), yang berada diatas Basis Kapituli yang diperuntukkan untuk

menghisap, tidak memiliki (Antena, Sayap, Mata Majemuk)

Scorpionida mencakup segala macam kala, antara lain; kalajengking

(Heterometrus cyaneus), kala buku (Scorpio), dan labah-labah (Tarantula).

Pedipalpusnya berbentuk seperti capit besar, sedangkan kalisera-kaliseranya kecil.

Segmen terakhir bagian posterior mempunyai alat penyengat yang berkait untuk

melepaskan racun dan berfungsi untuk melumpuhkan mangsa. Bersifat buas, oleh

karena itu disebut predator. Scorpionida kebanyakan hidup di daerah tropis, yaitu

tinggal di bawah batu-batu atau liang dalam tanah.

46

Page 47: Praktikum Parasitologi Fix

Ordo SiphonopteraPinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering

ditemui pada hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun

ukurannya yang kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak

menyebabkan gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan

bahwa dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah

bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu.

Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu

loncat pada anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan

kutu loncat kucing yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada

anjing.

Pinjal diklasifikasikan ke dalam:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Klasis : Insecta

Ordo : Siphonoptera

Pinjal berukuran kecil dengan panjang 1,5-3,3 mm dan bergerak cepat.

Biasanya berwarna gelap (misalnya, cokelat kemerahan untuk kutu kucing). Pinjal

merupakan serangga bersayap dengan bagian-bagian mulut seperti tabung yang

digunakan untuk menghisap darah host mereka. Kaki pinjal berukuran panjang,

sepasang kaki belakangnya digunakan untuk melompat (secara vertikal sampai 7

inch (18 cm); horizontal 13 inch (33 cm)).

47

Page 48: Praktikum Parasitologi Fix

b. Saran

Makhluk hidup seperti hewanpun mempunyai ciri dan bentuk masing-

masing untuk dikenali oleh makhluk hidup yang lain. Oleh karena itu,

kenalilah makhluk hidup yang ada dibumi ini sekalipun ia tidak terlihat

secara kasat mata.

48

Page 49: Praktikum Parasitologi Fix

Daftar Pustaka

Aji Bau. 1999. Uji Efikasi Daun Tumbuhan Paitan (Tithonia diversifolia Grey)

Terhadap Larva Culex sp. di Laboratorium. Skripsi. FKM UNDIP Semarang.

Damar Tri Boewono. 2003. Pedoman Uji Hayati Insektisida Rumah-Tangga

(Household Insecticides). Salatiga: BPVRP.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-sutyoagusw-5709-

3-babiis-i.pdf

Ditjen PPM&PL. 2001. Pedoman Pelaksanaan Surveillans Vektor. Jakarta:

Depkes RI.

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2066459-

nyamuk-aedes-aegypti/#ixzz1tKgrlgRp

http://ritacuitcuit.blogspot.com/2011/05/perkembangan-lanjut-embrio-nyamuk-

culex.html

http://uripsantoso.wordpress.com/2011/01/13/pengaruh-lingkungan-terhadap-

nyamuk-anopheles-pada-proses-transmisi-malaria/

http://www.scribd.com/doc/59436537/nyamuk-culex

Irianto,Kus.2009.Parasitologi: Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan

Manusia.Bandung:CV YRama Widya.

Sayono. 2008. Pengaruh Modifikasi Ovitrap terhadap Junlah Nyamuk Aedes yang

Tertangkap. Tesis: UNDIP Semarang.

49

Page 50: Praktikum Parasitologi Fix

http://eprints.undip.ac.id/18741/1/sayono.pdf. Diakses tanggal 28

April  2012. 

50