Parasitologi DMS Edit

47
II. Parasitologi SKABIES A. Morfologi dan Siklus Hidup Skabies Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Morfologi Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. 49 | Page

Transcript of Parasitologi DMS Edit

Page 1: Parasitologi DMS Edit

II. Parasitologi

SKABIES

A. Morfologi dan Siklus Hidup Skabies

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina,

superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu

terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.

Morfologi

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung

dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata.

Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan

yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa

mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2

pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan

pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

Sarcoptes scabiei var hominis

Siklus Hidup

49 | P a g e

Page 2: Parasitologi DMS Edit

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di

atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan

yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan

dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan

telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 . Bentuk betina yang

telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam

waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal

dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa

yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus

hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari.

(Handoko, R, 2001).

Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 – 4 hari, kemudian larva meninggalkan

terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa

yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur,

sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. ( Mulyono, 1986).

Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 –

14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit

pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan

dapat terserang. (Orkin, 2008).

50 | P a g e

Page 3: Parasitologi DMS Edit

Siklus Hidup Skabies

B. Gejala Klinis Skabies

Gejala yang ditunjukkan adalah warna merah,iritasi dan rasa gatal pada kulit yang

umumnya muncul di sela-sela jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha. Gejala lain

adalah munculnya garis halus yang berwarna kemerahan di bawah kulit yang merupakan

terowongan yang digali Sarcoptes betina. Gejala lainnya muncul gelembung berair

(vesikel) pada kulit.

Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2005) :

a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena

aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah

keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah

perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan

akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh

anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak

memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna

putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm,

pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder

ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat

predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu

sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak

bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria)

dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu

atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.

C. DASAR PENEGAKKAN DIAGNOSIS PENYAKIT SKABIES

1. Anamnesis

51 | P a g e

Page 4: Parasitologi DMS Edit

Menurut Rahariyani (2007), beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis

antara lain:

1. Biodata

Perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit scabies bisa menyerang semua

kelompok umur, baik anak-anak maupun dewasa bisa terkena penyakit ini, tempat,

paling sering di lingkungan yang kebersihannya kurang dan padat penduduknya

seperti asrama dan penjara.

2. Keluhan Utama

Biasanya penderita datang dengan keluhan gatal dan ada lesi pada kulit.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya penderita mengeluh gatal terutama malam hari dan timbul lesi berbentuk

pustule pada sela-sela jari tangan, telapak tangan, ketiak, areola mammae, bokong,

atau perut bagian bawah. Untuk menghilangkan gatal, biasanya penderita

menggaruk lesi tersebut sehingga ditemukan adanya lesi tambahan akibat garukan.

4. Riwayat penyakit dahulu

Tidak ada penyakit lain yang dapat menimbulkan scabies kecuali kontak langsung

atau tidak langsung dengan penderita.

5. Riwayat penyakit keluarga

Pada penyakit skabies, biasanya ditemukan anggota keluarga lain, tetangga atau

juga teman yang menderita, atau mempunyai keluhan dan gejala yang sama.

6. Psikososial

Penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, dan cemas dengan adanya lesi yang

berbentuk pustul. Mereka biasanya menyembunyikan daerah-daerah yang terkena

lesi pada saat interaksi sosial.

7. Pola kehidupan sehari-hari

Penyakit skabies terjadi karena hygiene pribadi yang buruk atau kurang (kebiasaan

mandi, cuci tangan dan ganti baju yang tidak baik). Pada saat anamnesis, perlu

ditanya secara jelas tentang pola kebersihan diri penderita maupun keluarga.

Dengan adanya rasa gatal dimalam hari, tidur penderita sering kali terganggu. Lesi

dan bau yang ridak sedap, yang tercium dari sela-sela jari atau telapak tangan akan

menimbulkan gangguan aktivitas dan interaksi sosial.

2. Pemeriksaan Fisik

Menurut Harahap (2000), dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa:

52 | P a g e

Page 5: Parasitologi DMS Edit

1. Terowongan berupa garis hitam, lurus, berkelok, atau terputus-putus, berbentuk

benang.

2. Papula, urtikaria, ekskoriasi dalam perubahan eksematous ialah lesi-lesi sekunder

yang disebabkan sensitisasi terhadap parasit, serta ditemukan eksantem.

3. Terlihat infeksi bakteri sekunder dengan impegtinasi dan furunkulosis.

Lokasi biasanya pada tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti: sela-sela jari

tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,

areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perutbagian

bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tngan dan kaki bahkan diseluruh

permukaan kulit, sedangkan pada remaja dan dewasa dapat timbul pada kulit kepala

dan wajah (Siregar, 2005).

Sifat-sifat lesi berupa papula dan vesikel milier sampai lentikuler disertai ekskoriasi.

Bila terjadi infeksi sekunder tampak pustule lentiuler. Lesi yang khas adalah

terowongan (kanalikulus) milier, tampak berasal dari salah satu papula atau vesikel,

panjang kira-kira 1 cm, berwarna putih abu-abu. Ujung kanalikuli adalah tempat

persembunyian dan bertelur Sarcoptes scabiei (Siregar, 2005).

Gambar lesi skabies

3. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Tabri (2005), diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya tungau pada

pemeriksaan mikroskopis yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

1. Kerokan kulit.

Minyak mineral diteteskan di atas papul atau terowongan baru yang masih utuh,

kemudian dikerok dengan menggunakan scalpel steril untuk mengangkat atap

papul atau terowongan, lalu diletakkan di atas gelas objek, di tutup dengan gelas

penutup, dan diperiksa di bawah mikroskop. Hasil positif apabila tampak tungau,

53 | P a g e

Page 6: Parasitologi DMS Edit

telur, larva, nimfa, atau skibala. Pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-hati

pada bayi dan anak-anak atau pasien yang tidak kooperatif

2. Mengambil tungau dengan jarum.

Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap, lalu digerakkan

secara tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat

keluar.

3. Epidermal shave biopsi.

Mencari terowongan atau papul yang dicurigai pada sela jari antara ibu jari dan

jari telunjuk, lalu dengan hati-hati diiris pada puncak lesi dengan scalpel no.16

yang dilakukan sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat

superficial sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak memerlukan anestesi.

Spesimen kemudian diletakkan pada gelas objek, lalu ditetesi minyak mineral dan

periksa di bawah mikroskop.

4. Tes tinta Burrow.

Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan

alkohol. Jejak terowongan akan tampak sebagai garis yang karakteristik berbelok-

belok karena adanya tinta yang masuk. Tes ini mudah sehingga dapat dikerjakan

pada bayi/anak dan pasien nonkooperatif.

5. Kuretasi terowongan.

Kuretasi superficial sepanjang sumbu terowongan atau pada puncak papul, lalu

kerokan diperiksa dibawah mikroskop setelah ditetesi minyak mineral. Cara ini

dilakukan pada bayi, anak-anak dan pasien nonkooperatif.

D. Pengobatan

Menurut Handoko (2008), obat-obat anti skabies yang tersedia dalam bentuk topikal

antara lain:

1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep

atau krim. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

Sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25 M.

- Cara pemakaiannya: sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi

ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut.

- Keuntungannya: harganya yang murah dan mungkin merupakan satu-satunya

pilihan di negara yang membutuhkan terapi massal.Bila kontak dengan

jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hydrogen sulfide dan

54 | P a g e

Page 7: Parasitologi DMS Edit

pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germicid dan fungicid. Secara

umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil dan

menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi.

- Kerugian/Efek samping: pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai

pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.

2. Emulsi benzil-benzoat (20-25%)

Benzil benzoat adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan

bahan sintesis balsam peru.

- Cara Kerja: Benzil benzoat bersifat neurotoksik pada tungau skabies.

- Cara Pemakaian: Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24

jam dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi

menjadi 12,5%. Benzil benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan

teratur dan secara kosmetik bisa diterima.

- Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada

wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak

menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan

dermatitis alergi. Terapi ini  dikontraindikasikan pada wanita hamil dan

menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih

efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies.

3. Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane ; Lindane

- Cara Kerja: Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah

sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Lindane

diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir

kemudian keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada

jaringan yang kaya lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan

kematian tungau. Lindane dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan

feses.

- Cara Pemakaian: Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak

berbau dan tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke

seluruh tubuh dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim

atau lotion. Setelah pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi

setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan

tidak musnah oleh pengobatan sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan

penggunaan Lindane selama 6 jam sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak

55 | P a g e

Page 8: Parasitologi DMS Edit

mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta tidak menggunakan konsentrasi

lain selain 1%.

- Efek Samping: Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP,

kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi.

Tanda-tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala,

mual, pusing, muntah, gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari

kelopak mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa

bukti menunjukkan lindane dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis

kelainan darah seperti anemia aplastik, trombositopenia, dan pancytopenia.

4. Krotamiton 10%

Krotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau lotion.

Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%.

- Cara pemakaian: Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali

sehari selama lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian

dari leher ke bawah selama 2 malam kemudian dicuci setelah aplikasi kedua.

- Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka

panjang.Beberapa ahli beranggapan bahwa Krotamiton krim ini tidak memiliki

efektivitas yang tinggi terhadap skabies. Krotamiton 10% dalam krim atau

losion, tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita

hamil, bayi dan anak kecil

5. Permetrin dengan kadar 5%

- Cara kerja: Merupakan sintesa dari pyrethroid dan bekerja dengan cara

mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan

natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi

paralise parasit. Obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan

scabies karena efek toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan

kecenderungan keracunan akibat kesalahan dalam penggunaannya sangat

kecil. Hal ini disebabkan karena hanya sedikit yang terabsorpsi di kulit dan

cepat dimetabolisme yang kemudian dikeluarkan kembali melalui keringat dan

sebum, dan juga melalui urin. Belum pernah dilaporkan resistensi setelah

penggunaan obat ini.

- Cara pemakaian: Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang

diaplikasikan selama 8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum

sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu.

56 | P a g e

Page 9: Parasitologi DMS Edit

Permethrin jarang diberikan pada bayi-bayi yang berumur kurang dari 2 bulan,

wanita hamil dan ibu menyusui. Wanita hamil dapat diberikan dengan aplikasi

yang tidak lama sekitar 2 jam.

- Efek samping: jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal, namun

mungkin hal tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang sensitive

dan  terekskoriasi.

E. Upaya Pencegahan

Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan scabies, orang-orang yang kontak

langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi

pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran scabies karena seseorang

mungkin saja telah mengandung tungau scabies yang masih dalam periode inkubasi

asimptomatik. Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal,

handuk dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan

dikeringkan dengan udara panas karena tungau scabies dapat hidup hingga 3 hari diluar

kulit, karpet dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (Orkin, 2005)

F. Diagnosis Banding

Diagnosis banding skabies adalah (Siregar, R.S,1996):

a. Prurigo

Diagnosis banding berupa prurigo hampir menimbulkan gejala yang sama dengan

skabies. Namun biasanya pada prurigo ditemukan papel-papel yang gatal, predileksi pada

bagian ekstensor ekstremitas. Hal ini berbeda dengan predileksi dari skabies yang

cenderung mengenai bagian tubuh yang memiliki stratum korneum kulit yang tipis,

seperti sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak, dll.

57 | P a g e

Page 10: Parasitologi DMS Edit

Gambar lesi prurigo

b. Gigitan serangga

Diagnosis banding gigitan serangga biasanya gejalanya jelas timbul sesudah ada gigitan.

Efloresensinya urtikaria papuler yang hampir sama dengan skabies.

c. Folikulitis

Perbedaannya dengan skabies adalah bahwa pada folikulitis biasanya disertai nyeri berupa

pustule miliar dikelilingi daerah yang eritema.

Gambar lesi folikulitis superfisialis. Pustul multiple terlihat pada daerah jenggot.

58 | P a g e

Page 11: Parasitologi DMS Edit

PEDIKULOSIS KAPITIS

A. Morfologi dan Siklus Hidup Pediculosis Humanus Var Capitis

Bentuk pediculus humanus lonjong, pipih dorso-ventralkepala berbentuk segitiga,

segmen toraks bersatu dan abdomen bersegmen. Ujung setiap kaki dilengkapi dengan kuku.

Tuma kepala berjalan dari satu helai rambut ke rambut lain dengan menjepit rambut dengan

kuku-kukunya. Tuma dapat pindah ke hospes lain. Telur (nits) berwarna putih, dilekatkan

pada rambut dengan perekat kitin (chitin-like cement).Pediculus dewasa lebih menyukai

rambut di bagian belakang kepala daripada rambut bagian depan kepala. Tuma kepala

mengisap darah sedikit demi sedikit dalam jangka waktu lama. Waktu yang diperlukan untuk

pertumbuhan sejak telur sampai menjadi dewasa rata-rata 18 hari, sedangkan tuma dewasa

dapat hidup 27 hari (Sutanto, 2008)

Pediculosis humanus var capitis

Pediculosis humanus var capitis mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-

abu dan menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Terdapat 2 jenis kelamin ialah jantan

dan betina, yang betina dengan ukuran panjang 1,0-1,5 mm dan lebar kurang ½ panjangnya,

jantan lebih kecil dan jumlahnya hanya sedikit. Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva,

59 | P a g e

Page 12: Parasitologi DMS Edit

nimfa, dan dewasa. Telur diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut,

yang berarti makin ke ujung terdapat telur yang lebih matang (Fitzpatrick, 2008).

Siklus hidup

B. Gejala Klinis Pedikulosis Kapitis

Gejala yang dominan hanya rasa gatal, terutama pada daerah oksiput dan temporal

serta dapat meluas ke seluruh kepala. Kemudian karena garukan, terjadi erosis, ekskoriasi,

dan infeksi sekunder (pus, krusta). Bila infeksi sekunder berat, rambut akan bergumpal,

disebabkan oleh banyaknya pus dan krusta (plikapelonika) dan disertai dengan pembesaran

kelenjar getah bening regional (oksiput dan retroaurikuler). Pada keadaan tersebut kepala

memberikan bau busuk (Mansjoer, 2000).

C. Dasar Penegakkan Diagnosis

1. Anamnesis

- Biodata : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan

- Anamnesa yang berkaitan dengan pedikulosis

60 | P a g e

Page 13: Parasitologi DMS Edit

o Keluhan atau gejala yang dirasakan?

o Sejak kapan gejala dirasakan?

o Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien?

o Apakah pasien pernah mengalami gatal-gatal di sekitar kulit kepala?

o Apakah pasien pernah pinjam-meminjam alat mandi, handuk, baju, sisir,

bantal, kasur, topi kepada orang lain atau anggota keluarga?

o Identifikasi aktifitas pasien selama di rumah.

o Riwayat penggunaan obat (bagaimana pengobatan sebelumnya)?

2. Pemeriksaan fisik

Kulit kepala: ditemukan telur-telur di rambut pada oksiput dan di atas telinga

(biasanya terdapat kurang dari 10 ekor kutu dewasa). Ditemukan impetigo sekunder

dan furunkulosis (Fitzpatrick, 2008)

3. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pasti adalah dengan menemukan kutu atau telur, terutama dicari di daerah

oksiput dan temporal, telur berwarna abu-abu dan berkilat (Mansjoer, 2000)

D. Pengobatan

1. Permethrin 1%

Permethrin 1% cream rinse diberikan ke kulit kepala dan rambut. Awalnya rambut

dicuci dengan shampo dan kemudian dikeringkan dengan handuk. Lalu diberikan

permethin 1% selama 10 menit kemudian dibilas. Hal ini diperkirakan dapat

membasmi sekitar 20-30% dari telur. Tetapi, disarankan pemakainnya diulang apabila

masih terlihat 7-10 hari setelahna. Permethrin mempunyai keuntungan efek toksin

yang rendah dan pengobatannya cepat.

2. Pyrethrin

Pyrethrin diperoleh dari suatu sari alami bunga chrysanthemum. Pytherin yang

dikombinasi dengan piperonyl butoxide adalah neurotoksik untuk kutu tetapi kurang

toksik terhadap manusia. Produk ini seperti sampo dimana diberikan pada rambut

yang kering dan didiamkan selama 10 menit sebelum dibilas. Penggunaan dapat

diulang 7-10 hari kemudian untuk membasmi kutu kepala yang baru.

3. Malathion

61 | P a g e

Page 14: Parasitologi DMS Edit

Malathion adalah penghambat kolinesterase dan telah digunakan selama 20 tahun

untuk pengobatan kutu kepala. Malathion 0,5% atau 1% digunakan dalam bentuk

lotion atau spray.

Caranya: malam sebelum tidur, rambut dicuci dengan sabun kemudian dipakai lotion

malathion, lalu kepala ditutup dengan kain. Keesokan harinya, rambut dicuci lagi

dengan sabun lalu disisir dengan sisir yang halus dan rapat. Pengobatan ini dapat

diulang lagi seminggu kemudian, jika masih terdapat kutu atau telur.

4. Lindane 1%

Lindane adalah organochloride yang mempunyai efek toksik terhadap CNS apabila

penggunaanya tidak benar. Penggunaannya seperti sampo dan dapat didiamkan

kurang lebih selama 10 menit dengan pemakaian yang berulang dalam 7-10 hari.

Dalam beberapa tahun kasus resisten pernah dilaporkan diseluruh dunia. Oleh karena

adanya efek toksik terhadap CNS yang dapat menyebabkan serangan dan kematian,

sehingga penggunaan lindane terhadap pasien harus dibatasi.

5. Krotamiton 10%

Krotamitron 10% dalam bentuk lotion digunakan untuk terapi. Pemakaiaanya adalah

dengan pengolesan di kulit kepala dan didiamkan selama 24 jam sebelum dibilas.

Aman untuk anak-anak, dewasa, dan wanita hamil.

E. Upaya Pencegahan

Penyakit ini pada dasarnya dapat dicegah melalui pola hidup yang bersih. Misalnya

dengan pemberantasan kutu yang berada dilingkungan sekitar. Benda-benda yang terpapar

dengan penderita (misalnya, kasur, bantal, linen, handuk, mainan, topi) seharusnya dicuci bila

memungkinkan kemudian dikeringkan. Air yang digunakan adalah air panas dengan suhu

lebih dari 50-55°C selama paling kurang 5 menit.

Membersihkan lingkungan tempat tinggal akan membantu mengurangi kesempatan

untuk terpapar kembali dengan kutu kepala. Periksalah setiap orang yang berada didalam

lingkungan rumah tangga pada saat bersamaan, sebelum membersihkan lingkungan tersebut.

Bersihkan semua lantai dengan alat penghisap debu, permadani, bantal, karpet, dan semua

pelapis meubel yang ada. Semua sisir dan sikat rambut yang digunakan oleh penderita kutu

kepala harus di rendam dalam air dengan suhu diatas 130°F( 540C) , alkohol atau pedikulosid

selama 1 jam.

62 | P a g e

Page 15: Parasitologi DMS Edit

Penjelasan kepada anak-anak terutama tentang cara mencegah penularan melalui

penggunaan topi, sisir, dan bandana bersama juga dapat dipertimbangkan. Menyediakan

tempat penyimpanan barang-barang milik anak secara terpisah di dalam ruang kelas juga

dapat mencegah penyebaran kutu ini.

F. Diagnosis banding

Diagnosis banding pedikulosis korporis (Mansjoer, 2000) :

1. Tinea kapitis

Adalah dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala dimana terdapat kelainan berupa

lesi bersisik, kemerahan, kerion dan gatal. Pada pemeriksaan dengan KOH, akan

didapatkan spora dan hifa yang merupakan elemen jamur yang merupakan penyebab tinea

kapitis.

Gambar kerion

Persamaan antara pedikulosis kapitis dan tinea kapitis antara lain: Pada kedua kasus terdapat pruritus sebagai salah satu gejala Pada kedua kasus dapat timbul papula, namun papula yang timbul di pedikulosis

capitis diakibatkan karena gigitan sedangkan pada tinea kapitis karena peradangan yang timbul akibat infeksi jamur

63 | P a g e

Page 16: Parasitologi DMS Edit

Pada kedua kasus dapat timbul pus dan krusta, pada pedikulosis kapitis pus dan krusta timbul karena infeksi sekunder

Lesi pada kedua kasus dapat menjalar hingga alis mata dan dekat mata

No Pedikulosis Kapitis Tinea Kapitis1

2

3

4

5

6

7

8

Gejala pruritus merupakan gejala awal dan lebih berat pada malam hari, gejala pruritus dapat mengganggu aktivitas termasuk tidur di malam hari

Erosi dan ekskoriasi sering terjadi karena garukan akibat pruritus yang berat

Alopecia merupakan gejala yang jarang terjadi pada pedikulosis kapitis

Tidak terdapat perubahan warna rambut

Tidak terdapat kerion

Tidak terdapat black dot

Pada pemeriksaan wood lamp, fluoresensi yang didapat berwarna kuning kehijauan

Dapat ditemukan Pediculus humanus

Gejala awal dapat berupa papula eritema tous dan pruritus yang didapati memiliki derajat yang minimal

Erosi dan ekskoriasi sangat jarang terjadi

Alopecia sering terjadi

Grey patch ringworm merupakan tanda yang khas dengan terjadinya perubahan warna rambut menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi.

Kerion reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis yang berupa pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat di sekitarnya, terutama jika penyebabnya adalah Microsporum canis dan Microsporum gypseum

Black dot ringworm merupakan salah satu tanda yang khas terutama jika disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh dengan spora. Ujung rambut yang hitam itu member gambaran yang khas, yaitu black dot

Pada pemeriksaan wood lamp dapat berwarna kehijauan sampai kuning kehijauan pada by M canis, M audouinii, M rivalieri, dan M ferrugineum atau hijau sampai biru keputihan pada Trichophyton schoenleinii

Tidak ditemukan Pediculus humanus

64 | P a g e

Page 17: Parasitologi DMS Edit

var. capitis pada rambut penderita var. capitis kecuali pada infeksi sekunder dari kedua belah pihak

2. Pioderma (Impetigo Krustosa)

Impetigo krustosa disebabkan oleh Staphylococcus beta hemolyticus ditandai dengan

eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang

terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu.

Gambar lesi impetigo krustosa

Persamaan antara pedikulosis kapitis dan impetigo krustosa, antara lain:

Pada kedua penyakit dapat ditemukan pus dan krusta Pruritus merupakan salah satu gejala penyakit yang dapat terjadi Limfadenopati regional dapat terjadi Pada kedua kasus dapat didapati gigitan serangga terutama jika pioderma ini

merupakan infeksi sekunder pedikulosis kapitis Sering terjadi pada anak-anak

Perbedaan antara pedikulosis kapitis dan impetigo krustosa:

No Pedikulosis Kapitis Impetigo krustosa1

2

3

4

Gejala pruritus merupakan gejala awal dan lebih berat pada malam hari, gejala pruritus dapat mengganggu aktivitas termasuk tidur di malam hari

Erosi dan ekskoriasi sering terjadi karena garukan akibat pruritus yang berat

Gejala dan gambaran klinik terjadi di kepala dan rambut pasien

Tidak ada komplikasi ke organ dalam

Gejala awal dapat berupa vesikel dan eritema yang mudah pecah sehingga kemudian meninggalkan eksudat pus diwajah, pruritus minimal.

Erosi dan ekskoriasi sangat jarang terjadi, namun dapat terjadi karena pruritus

Predileksi terjadinya lesi adalah di mwajah, yakni di sekitar hidung dan mulut karena dianggap merupakan sumber infeksi tersebut.

Dapat melibatkan ginjal sehingga menimbulkan glomerulonefritis

65 | P a g e

Page 18: Parasitologi DMS Edit

3. Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik memberikan gambaran klinis berupa daerah eritema dan skuama

pada daerah kepala dan terasa gatal oleh penderita. Dapat dibedakan dengan pedikulosis

kapitis dengan tidak ditemukannya telur ataukutu pada daerah kepala yang gatal.

Gambar dermatitis seboroik

No Pedikulosis Kapitis Dermatitis seboroik1

2

3

4

56

Gejala pruritus merupakan gejala awal dan lebih berat pada malam hari, gejala pruritus dapat mengganggu aktivitas termasuk tidur di malam hari Erosi dan ekskoriasi sering terjadi karena garukan akibat pruritus yang beratTidak terdapat skuama

Kecenderungan rambut untuk rontak kurang

Tidak terjadi blefaritisHanya terjadi di kulit kepala dan rambut

Gejala awal dapat berupa eritema dan skuama berminyak dan pruritus terjadi pada dermatitis seboroik yang bermanifestasi secara aktifErosi dan ekskoriasi sangat jarang terjadi, namun dapat terjadi karena pruritusDapat terjadi skuama berminyak dengan batas yang tidak terlalu jelas dan agak kekuningan. Skuama yang halus mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama yang halus dan kasar. Kelainan ini disebut pitiariasis sikaRambut punya kecendenrungan untuk rontok, mulai di bagian vertex dan frontalDapat terjadi blefaritisDapat mengenai liang telinga luar,

66 | P a g e

Page 19: Parasitologi DMS Edit

7

sebagai tempat tinggal organism

Papula yang timbul di kulit kepala karena gigitan kutu

lipatan nasolabial, daerah sterna, areola mammae, lipatan di bawah mammae pada wanita, interskapular, umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenitalPapula sering timbul di daerah pipi, hidung dan dahi

Perbedaan antara pedikulosis kapitis dan dermatitis seboroik: Persamaan antara pedikulosis kapitis dan dermatitis seboroik: Daerah predileksi yaitu di daerah kulit kepala Dapat terbentuk eksudat dan krusta yang tebal Pruritus merupakan salah satu gejala yang dapat terjadi pada kedua kasus Sering terjadi pada anak-anak, pada dermatitis seboroik dihubungkan dengan

aktifnya kelenjar sebasea.

PEDIKULOSIS KORPORIS

67 | P a g e

Page 20: Parasitologi DMS Edit

A. Morfologi dan Daur Hidup Pediculosis humanus var corporis

Pediculosis humanus var corporis mempunyai 2 jenis kelamin, yakni jantan dan

betina berukuran panjang 1,2-4,2 mm dan lebar kira-kira ½ panjangnya, sedangkan yang

jantan lebih kecil. Siklus hidup dan warna kutu ini sama dengan yang ditemukan pada kepala

(Fitzpatrick, 2008).

Pada kutu tubuh P.humanus var corporis lebih besar dari kutu kepala 30%, tapi pada

dasarnya memiliki morfologi yang sama. Rentang kehidupan rata-rata 18 hari dan selama

waktu ini kutu betina dapat menghasilkan 270-300 telur. Kutu ini biasanya ditularkan melalui

pakaian yang terkontaminasi atau tempat tidur. Kutu bisa bertahan hidup di lapisan pakaian

tanpa makan sampai 3 hari. Setelah terkena, tidak mencuci pakaian dan mengganti baju

memungkinkan kutu dapat bertahan (Fitzpatrick, 2008).

Pediculus humanus var corporis

Siklus hidup Pediculus humanus var corporis

68 | P a g e

Page 21: Parasitologi DMS Edit

B. Gejala Klinis Pedikulosis Korporis

Gejala klinisnya (Fitzpatrick, 2008):

- Makula, terutama pada daerah tubuh tempat pakaian terikat seperti pinggang,

bokong, dan paha.

- Bekas garukan berukuran 1,5 cm pada badan karena gatal baru berurang dengan

garukan yang lebih intensif.

- Kadang timbul infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening

regional/

- Pigmentasi pascainflamasi yang terjadi pada kasus kronis

C. Dasar Penegakkan Diagnosis

1. Anamnesis

- Biodata : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan

- Anamnesa yang berkaitan dengan pedikulosis

o Keluhan atau gejala yang dirasakan?

o Sejak kapan gejala dirasakan?

o Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien?

o Apakah pasien pernah mengalami gatal-gatal di sekitar badan?

o Apakah pasien pernah pinjam-meminjam alat mandi, handuk, baju, sisir,

bantal, kasur, topi kepada orang lain atau anggota keluarga?

o Identifikasi aktifitas pasien selama di rumah.

o Riwayat penggunaan obat (bagaimana pengobatan sebelumnya)?

2. Pemeriksaan Fisik

Terlihat jalur bekas garukan sejajar, perubahan-perubahan urtikaria, dan papula

erithematosa, lesi tampak jelas. Ditemukan kutu-kutu yang biasanya terdapat pada

lipatan-lipatan pakaian dan jarang sekali di kulit. 

3. Pemeriksaan Penunjang

69 | P a g e

Page 22: Parasitologi DMS Edit

Diagnosis pasti adalah menemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian. Bisa juga

dilakukan pemeriksaan lampu wood pada lesi yang akan berfloresensi berwarna

kuning-kehijauan.

D. Pengobatan

1. Gameksan (Lindane)

Cara Kerja: Gameksan atau lindane adalah organoklorid yang dapat membunuh kutu

dengan menyebabkan aralisis system respiratorius. Obat ini menekan aksi parasit

dengan menyerap langsung pada parasit dan telurnya. GABA-gated chloride channel

menurunkan inhibisi neuronal yang mengakibatkan terjadinya hipereksitasi system

saraf pusat sehingga menyebabkan kematian. Cara Pemakaian: Gameksan 1%

dioleskan tipis diseluruh tubuh kemudian didiamkan 24 jam, setelah itu penderita

disuruh mandi. Efek samping: dapat menimbulkan risiko tokisisitas pada system saraf

pusat (Ko CJ, 2004).

2. Permethrin 5%

Cara Kerja : mengganggu transport sodium pada arthropoda, kemudian menimbulkan

depolarisasi neuromembran dan berakhir dengan paralisis system respiratoriusnya.

Cara Pemakaian: krim permethrin 5% dioleskan diseluruh tubuh sampai jempol,

kemudian didiamkan 8-10 jam lalu dibersihkan dengan cara mandi (Fitzpatrick, 2008)

3. Benzil benzoate

Cara kerja: merusak system saraf kutu dan akhirnya menyebabkan kematian hanya

dalam waktu 5 menit.

Cara Pemakaian: Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan

pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzil

benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik

bisa diterima.

Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan, karena itu

penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan

berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini  dikontraindikasikan pada

wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun.

4. Malathion

Malathion adalah senyawa organofosfat yang bekerja sebagai inhibitor kolinesterase

lemah dan menyebabkan paralisis system respiratorius arthropoda. Obat ini memiliki

rentang keamanan penggunaan yang baik. Malathion membutuhkan waktu 8 sampai

70 | P a g e

Page 23: Parasitologi DMS Edit

12 jam untuk waktu terapi dan tidak memunculkan bau yang tidak sedap. Lebih jauh

lagi, vehikulum malathion adalah 78% isopropanol sehingga mudah terbakar (Ko CJ,

2004)

Vehikulum pada malathion sangat mempengaruhi efikasinya. Dipentene terpineol dan

78% isopropanol adalah bahan vehikulum untuk esikasi malathion tertinggi.

Kelebihan dari malathion adalah sangat ampuh membunuh kutu golongan pediculus

humanis dan tidak menyebabkan urticaria serta insidensi rendah menimbulkan

dermatitis kontk alergi dan iritan.

E. Upaya Pencegahan

Edukasi pencegahan difokuskan kepada factor pencetus terjadinya penyakit

pedikulosis korporis. Edukasi pencegahan bisa dilakukan dengan cara pasien disarankan

untuk mandi, mengganti dan mencuci baju setiap hari. Menghindari kebiasaan bertukar baju

dengan orang lain dan tidur bersama-sama apalagi dengan jumlah yang padat. Media tempat

terdapatnya pediculosis humanis corporis seperti baju, selimut maupun sprei bisa dicuci

dengan air panas untuk menjaga kebersihan pakaian dari mikroorganisme penyebab

(Fitzpatrick, 2008).

F. Diagnosis Banding

1.Skabies

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap

Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya.

Persamaannya dengan pedikulosis korporis adalah: dari manifestasi klinis pruritus

nokturna, biasanya penyakit ini juga menyerang manusia secara berkelompok dengan

latar belakanga hygiene yang buruk yang sama dengan penyakit pedikulosis korporis.

Efloresensi manifestasi kliniknya juga ditemukan makula, ekskoriasi dan lesi bekas

garukan di kulit penderita.

Perbedaannya terletak pada : kalau skabies dalam pemeriksaan selanjutnya akan

ditemukan tungau sebagai penyebabnya dengan ekskoriasi yang lebih luas daripada

pedikulosis korporis. Pada skabies ditemukan lesi yang berbentuk terowongan/kunikulus.

Perbedaan selanjutnya terletak pada daerah predileksi lesi. Dimana skabies pada

umumnya menyerang daerah tubuh/kulit dengan stratum korneum yang tipis (sela-sela

71 | P a g e

Page 24: Parasitologi DMS Edit

jari tangan, ketiak, dll) sedangkan pedikulosis korporis pada daerah lipatan-lipatan baju

tempat terdapatnya kutu.

Gambar lesi akibat skabies

2. Neurotic Excoriation

Merupakan diagnosis diferensial dari pedikulosis korporis. Daerah predileksi biasanya

dipermukaan ekstensor ekstremitas, wajah bagian atas belakang. Gejala dan manifestai

yang ditemukan hampir sama dengan pedikulosis korporis. Perbedaannya pada penyakit

ini, pasien memiliki gangguan psikis dan neurogenik yang melatar-belakangi timbulnya

lesi garukan dikulit.Pasien merasa gatal, lesi berkerak, erosi linier, eritema. Erosi dan

Bekas luka tdk berbatas jelas, ukurannya sama, dan jumlah variabel. Erosi, kerak, dan

bekas luka hanya terletak di mana pasien dapat memilih (pasien sadar menggaruk diri

sendiri).

Gambar lesi ekskoriasi

PEDIKULOSIS PUBIS

72 | P a g e

Page 25: Parasitologi DMS Edit

A. Morfologi dan Siklus Hidup Phthirus pubis

P.pubis bentuknya pipih dorsoventral, bulat menyerupai ketam dengan kuku pada

ketiga pasang kakinya. Stadium dewasa berukuran 1,5-2 mm dan berwarna abu-abu. Karena

bentuknya menyerupai ketam , P.pubis juga disebut crab louse.

P.pubis hidup pada rambut kemaluan, dapat juga ditemukan pada rambut ketiak,

jenggot, kumis, alis dan bulu mata. Tuma memasukkan bagian mulutnya kedalam kulit untuk

jangka waktu beberapa hari sambil mengisap darah. Waktu yang diperlukan untuk

pertumbuhan telur menjadi tuma dewasa lebih kurang 3-4 minggu.

Phthirus pubis

B. Gejala klinis Phthiriasis Pubis

Menurut Djuanda (2010), gejala klinis yang terutama dari pedikulosis pubis adalah

gatal di daerah pubis dan di sekitarnya. Gatal ini dapat meluas sampai ke daerah abdomen

dan dada, disitu dijumai bercak-bercak yang berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut

sebagai makula serulae. Kutu ini dapat dilihat dengan mata biasa dan susah untuk dilepaskan

karena kepalanya dimasukkan ke dalam muara folikel rambut.

Gejala patognomonik lainnya adalah black dot, yaitu adanya bercak-bercak hitam

yang tampak jelas pada celana dalam berwarna putih yang dilihat oleh penderita pada waktu

bangun tidur. Bercak hitam ini merupakan krusta berasal dari darah yang sering di

interpretasikan salah sebagai hematuria. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder dengan

pembesaran kelenjar getah bening regional (Mensjoer, 2000)

C. Dasar Penegakkan Diagnosis

73 | P a g e

Page 26: Parasitologi DMS Edit

1. Anamnesis

- Biodata : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan

- Anamnesa yang berkaitan dengan pedikulosis

o Keluhan atau gejala yang dirasakan?

o Sejak kapan gejala dirasakan?

o Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien?

o Apakah pasien pernah mengalami gatal-gatal di sekitar pubis?

o Apakah pasien pernah pinjam-meminjam alat mandi, handuk, baju, sisir,

bantal, kasur, topi kepada orang lain atau anggota keluarga?

o Identifikasi aktifitas pasien selama di rumah.

o Riwayat hubungan seksual

o Riwayat penggunaan obat (bagaimana pengobatan sebelumnya)?

2. Pemeriksaan Fisik

Rambut pubis atau paha dihuni oleh beberapa buah telur (nits) saja atau sampai tak

terhitung jumlahnya.

Ditemukan noktah-noktah hitam kecil / black dot yang merupakan titik-titik darah

terhisap dalam kutu dewasa ataupun bagian kotorannya.

3. Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pemeriksaan dengan perhatian khusus terhadap kemaluan kalau perlu

dengan menggunakan kaca pembesar, biasanya ditemukan telur atau kutu bentuk

dewasa (Mansjoer, 2000).

D. Pengobatan

Pengobatannya sama dengan pengobatan pedikulosis korporis, yakni dengan krim

gameksan 1% atau emulsi benzyl benzoate 25% yang dioleskan dan didiamkan 4 hari

kemudian, jika belum sembuh. Sebaiknya rambut kelamin dicukur. Pakaian dalam direbus

atau diseterika. Mitra seksual harus pula diperiksa dan jika perlu diobati.

- Gameksan 1%

Cara Kerja: Gameksan atau lindane adalah organoklorid yang dapat membunuh

kutu dengan menyebabkan aralisis system respiratorius. Obat ini menekan aksi

74 | P a g e

Page 27: Parasitologi DMS Edit

parasit dengan menyerap langsung pada parasit dan telurnya. GABA-gated

chloride channel menurunkan inhibisi neuronal yang mengakibatkan terjadinya

hipereksitasi system saraf pusat sehingga menyebabkan kematian.

Cara Pemakaian: Gameksan 1% dioleskan tipis diseluruh tubuh kemudian

didiamkan 24 jam, setelah itu penderita disuruh mandi.

Efek samping: dapat menimbulkan risiko tokisisitas pada system saraf pusat (Ko

CJ, 2004).

- Benzyl benzoate 25%

Benzil benzoat adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan

bahan sintesis balsam peru.

Cara Kerja: Benzil benzoat bersifat neurotoksik.

Cara Pemakaian: Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam

dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%.

Benzil benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara

kosmetik bisa diterima.

Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan , karena

itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara berlebihan.

Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini 

dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang

dari 2 tahun.

E. Upaya Pencegahan

Edukasi pencegahan difokuskan kepada factor pencetus terjadinya penyakit

pedikulosis pubis. Edukasi pencegahan dengan meningkatkan hygiene pasien dan

menghindari hubungan seksual dengan orang yang mengidap pedikulosis pubis sebagai salah

satu factor risiko dari penyakit hubungan seksual.

F. Diagnosis Banding

1. Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik memberikan gambaran klinis berupa daerah eritema dan skuama

pada daerah pubis dan terasa gatal oleh penderita.

75 | P a g e

Page 28: Parasitologi DMS Edit

Gambar dermatitis seboroik pada bayi

2. Dermatomikosis

Pada penyakit dermatomikosis, biasanya didapatkan ruam ataupun lesi dengan tepi

berskuama, eritematous, dan meninggi serta berbentuk lingkaran (siklik) dan gatal.

Penyebabnya adalah jamur.

Gambar salah satu bentuk lesi dermatomikosis

76 | P a g e

Page 29: Parasitologi DMS Edit

CUTANEUS LARVA MIGRANS

A. Siklus Hidup Cutaneus Larva Migrans

77 | P a g e

Page 30: Parasitologi DMS Edit

B. Gejala klinis creeping eruption / Cutaneus larva migrans

Masuknya larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas. Mula-mula akan timbul papul, kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linier atau berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3 mm, dan berwarna kemerahan. Adanya lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan bahwa larva tersebut telah berada di kulit selama beberapa jam atau hari. Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar seperti benang berkelok-kelok, polisiklik, serpiginosa, menimbul, dan membentuk terowongan (burrow), mencapai panjang beberapa cm. rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari. Tempat predileksi adalah di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong dan paha, juga di bagian tubuh dimana saja yang sering berkontak dengan tempat larva berada (Aisah, 2007).

C. Dasar Penegakkan Diagnosis Cutenaeus larva migrans

1. Anamnesis

Beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis antara lain: a. Biodata

Perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit cuteneus larva migrant biasanya menyerang anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Orang dewasa biasanya berhubungan dengan faktor resiko pekerjaan sebagai tukang kebun, petani, dan orang-orang dengan hobi atau aktivitas yang berhubungan dengan tanah lembab dan berpasir (Jusych, 2009).

b. Keluhan Utama

Biasanya penderita datang dengan keluhan rasa gatal yang menjalar yang merupakan karakteristik cutaneus larva migrant/ creeping eruption.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya pasien mengeluh rasa gatal dan panas ketika larva menembus kulit. Lesi berbentuk papul kemerahan disertai gatal yang hebat. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari, sehingga pasien sulit tidur. Biasanya terdapat krusta akibat lesi dan bila pasien sering menggaruk, dapat menimbulkan iritasi yang rentan terhadap infeksi sekunder.Tempat predileksi adalah di tempat – tempat yang kontak langsung dengan tanah, baik saat beraktivitas duduk, ataupun berbaring, seperti di tungkai, plantar, tangan,

78 | P a g e

Page 31: Parasitologi DMS Edit

anus, bokong dan paha juga di bagian tubuh di mana saja yang sering berkontak dengan tempat larva berada.

d. Riwayat penyakit dahulu

Tidak ada penyakit lain yang dapat menimbulkan cutaneus larva migrans kecuali kontak langsung dengan tanah lembab atau berpasir, yang telah terkontaminasi dengan feces anjing atau kucingbiasanya menyembunyikan daerah-daerah yang terkena lesi pada saat interaksi sosial.

e. Pola kehidupan sehari-hari

Biasanya ditemukan pada orang-orang yang jarang menggunakan alas kaki pada tanah lembab ataupun pasir yang terkontaminasi agen penyebab.

2. Pemeriksaan Fisik

Menurut Aisah (2007), dari pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa: Terdapatnya bentuk yang khas, yakni terdapatnya kelainan seperti benang yang lurus atau berkelok – kelok, menimbul dan terdapat papul atau vesikel di atasnya. Mula – mula , pada point of entry, akan timbul papul, kemudian diikuti oleh bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau berkelok – kelok (snakelike appearance– bentuk seperti ular) yang terasa sangat gatal, menimbul dengan lebar 2 – 3 mm, panjang 3 – 4 cm dari point of entry, dan berwarna kemerahan. Adanya lesi papul yang eritematosa ini menunjukkan larva tersebut telah berada dikulit selama beberapa jam atau hari.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan eosinofilia perifer dan ditemukannya larva filariform nematode pada pemeriksaan biopsi kulit (Inderayanti, 2011).

D. Pengobatan

Sejak tahun 1963, telah diketahui bahwa antihelmintes berspektrum luas, misalnya tiabendazol (mintezol), ternyata efektif. Dosisnya 50mg/kgBB/hari, sehari 2 kali, diberikan berturut-turut selama 2 hari. Dosis maksimum 3 gram sehari, jika belum sembuh dapat diulangi setelah beberapa hari. Obat ini sukar didapat. Efek sampingnya mual, pusing, dan muntah. Eyster mencobakan pengobatan topical solusio tiabendazol dalam DMSO dan ternyata efektif. Demikian pula pengobatan dengan suspensi obat tersebut secara oklusi selama 24-48 jam telah dicoba oleh Davis dan Israel.

Obat lain adalah albendazol, dosis sehari 400 mg sebagai dosis tunggal, diberikan 3 hari berturut-turut. Cara terapi ialah dengan menggunakann CO2 snow (dry ice) dengan penekanan selama 45” sampai 1’, dua hari berturut-turut. Penggunaan N2

liqoid juga dicobakan. Cara beku dengan menyemprotkan kloretil sepanjang lesi.

79 | P a g e

Page 32: Parasitologi DMS Edit

Cara tersebut di atas agak sulit karena kita tidak mengetahui secara pasti dimana larva berada, dan bila terlalu lama dapat merusak jaringan disekitarnya. Pengobatan cara lama dan sudah ditinggalkan adalah dengan preparat antimon.

E. Upaya edukasi dan pencegahan :

Edukasi :

Konsumsi obat secara teratur.

Menjaga kebersihan lingkungan dan hewan peliharaan seperti kucing.

1. Terhadap Keluarga

Awasi pengkonsumsian obat pasien

Meningkatkan sistem sanitasi yang baik terutama yang terkait dengan feses.

Pemakaian sepatu pada area dimana banyak terdapat penyakit cacing tambang.

Memperhatikan kebersihan dan menghindari kontak yang terlalu banyak

dengan hewan-hewan yang merupakan karier cacing tambang.

2. Terhadap Lingkungan

Menjaga kebersihan dan sanitasi.

Pemakaian sepatu pada area yang banyak terdapat penyakit cacing tambang.

Menghindari kontak yang terlalu banyak dengan hewan-hewan yang

merupakan karier cacing tambang seperti kucing dan anjing.

F. Diagnosis Banding

1. Skabies

Gejala yang ditimbulkan hampir sama dengan skabies. Yang membedakan pada skabies terowongan yang terbentuk tidak sepanjang seperti pada penyakit cutaneus larva migran.

2.  Dermatofitosis

Biasanya penyakit ini memiliki gejala yang sama dengan penyakit dermatofitosis. Lesi yang berbentuk polisiklik biasanya tumpang tindih dengan penyakit dermatofitosis yang disebabkan oleh mikroorganisme jamur.

3. Dermatitis insect bite

Diagmosis banding ini ditegakkan oleh karena gejala awal pada permulaan lesi berupa papul yang menyerupai cutaneus larva migran.

4.  Herpes zooster

80 | P a g e

Page 33: Parasitologi DMS Edit

Bila invasi larva yang multipel timbul serentak, papul – papul lesi dini dapat menyerupai herpes zoster, oleh sebab itu penyakit herpes zoster bisa menjadi diferensial diagnosis pada penyakit cutaneus lava migran.

81 | P a g e