KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

81
KULIAH KULIAH PARASITOLOGI PARASITOLOGI Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Tjahaja Haerani

description

PARASITOLOGI

Transcript of KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Page 1: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

KULIAH KULIAH

PARASITOLOGIPARASITOLOGI

Bagian Parasitologi

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Tjahaja Haerani

Page 2: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Pendidikan parasitologi kedokteran

meliputi:I. Helmintolgi kedokteran

II. Protozoologi kedokteran

III. Entomologi kedokteran

IV. Imunoparasitologi dan

Imunodiagnosis penyakit parasit

Dasar-dasar infeksi parasit

Page 3: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

NematodaKelas cacing (filum Aschelminthes), cacing gelang, kebanyakan spesies bersifat parasit

Cestoda

Kelas Platyhelmintes, meliputi cacing pipihTrematoda

Sub kelas Cestoidea terdiri dari cacing pita sejati, yang mempunyai kepala (Skoleks) dan segmen (glotida)

Dikutip dari Kamus kedokteran Dorland

Page 4: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

I. Helmintolgi kedokteran1. Nematoda td: a.Nematoda usus b.Nematoda Jaringan

2. Trematoda a. Trematoda usus b. Trematoda hati c. Trematoda paru d. Trematoda darah

3. Cestoda a. Pseudophyllidea b. Cyclophyllidea

Page 5: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

NEMATODA

Nematoda usus Ascaris lumbricoides Trichuris trichiura Ancylostoma duodenale Necator americanus Strongyloides stercoralis Oxyuris vermicularis Trichinella spiralis

Page 6: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

NEMATODA USUS

Manusai merupakan hospes beberapa Nematoda usus.

Sebagina besar menyebabkan:“masalah kesehatan masyarakat”di Indonesia

Spesies Nematoda usus yang ditularkan melalui tanah disebut”Soil tranmitted Helmints” (STH)

Page 7: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Spesies Nematoda usus yang termasuk STH adalah:Ascaris lumbricoides Trichuris trichiuar Ancylostoma duodenale Necator americanus Strongyloides stercoralis

Yang tidak termasuk STH adalah

Oxyuris vermicularis

Trichinella spiralis

Page 8: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Ascaris lumbricoidesHospes : manusiaPenyakit : askariasisPenyebaran : kosmopolitMorfologiCacing betina: 22-35 cm, ekor runcingCacing jantan: 10-30 cm,ekor melingkar mempunyai spikulum

Page 9: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Telur Ascaris lumbricoides

Telur:Telur tidak dibuahi : 90 x 40 mikronTelur dibuahi : 60 x 45 mikronTelur decorticatedTelur matang(bentuk infektif)

Page 10: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Daur hidup Ascaris lumbricoides

Telur infektif tertelan→menetas di usus halus →larva,menembus dinding usus →pembuluh darah→ jantung → paru-paru→ ke dinding alveolus → rongga alveolus → bronchiolus → bronchus→trachea →faring (nimbulkn rangsangan)penderita batuk →larva tertelan ke esofagus → ke usus halus → cacing dewasa

Cacing betina bertelur 100-200.000 butir/hari/ekorTelur infektif tertelan spi cacing dewasa:± 2 bulan

Page 11: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Patologi dan gejala klinisLarva : Sindrom Loeffler larva di paru-paru

Batuk, demam Eosinofilia Foto thoraks: tampak infiltrat Menghilang dalam 3 minggu

Cacing dewasa:

Infeksi ringan: mual,anoreksia,diare/konstpasi

Infeksi berat malabsorbsimemperberat malnutrisi

Page 12: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Patologi dan gejala klinisEfek serius bila cacing menggumpal dalam usus

terjadi:

Obstruksi usus (ilerus).

Pada keadaan tertentu cacing dewasa dapat

mengembara ke:

- saluran empedu

- apendiks

- bronchusdan menimbulkan keadaan gawat darurat->sehingga kadang perlu tindakan operatif

Page 13: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Cara infeksiMenelan telur matang berisi larva(bentuk infektif)

Diagnosis- menemukan telur dalam tinja- cacing dewasa dari mulut,hidung,tinja

Prognosis: baik

Page 14: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Epidemiologi Di Indonesia prevalensi askariasis tinggi

Terutama pada anakKurangnya pemakaian jamban Pencemaran tanah dengan tinjaDi negara tertentu terdapat kebiasaanmemakai tinja sebagai pupuk

Tanah liat,kelembaban tinggi,suhu 250C-300C untuk berkembangnya telur A.lumbricoides menjadi bentuk infektif.

Terjadi ± 3 mg di tanah

Page 15: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

TRICHURIS TRICHIURA(Trichocephalus dispar, cacing cambuk)

Hospes manusia

Penyakit : trikuriasis

Penyebaran: kosmopolit,tu didaerah panas,lembab

seperti Indonesia

MorfologiCacing dewasa: anterior lngsing=cambuk,posterior > gemuk

Cacing betina : ± 5 cm, posterior bulat, tumpul

Cacing jantan : ± 4 cm,posterior melingkar, terdapat spikulum

Page 16: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Telur : 50-54 x 32 u, menyerupai tempayan penonjolan pada kedua kutub

Bentuk infektif: Telur yang berisi larva

TRICHURIS TRICHIURA(Trichocephalus dispar, cacing cambuk)

Page 17: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Trichuris trichiuraDaur hidup

C.dewasa hidup di colon ascenden,tu sekumC.betina bertelur 3.000-10.000 butir/hari.

Telur dibuahi keluar bersama tinja ->matang 3-6 mgg di lingkungan sesuai.Telur tertelan,menetas di usus halus-> larva ->dewasa->ke usus bagian distal->ke colon,tu sekum.

Cacing betina bertelur->keluar bersama tinjaSiklus hidup parasit ini tidak melalui siklus paruTelur infektif tertelan spi cacing dewasa : 30-90 hari

Page 18: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Trichuris trichiuraPatologi dan gejala klinis

Penderita tu anakInfeksi ringan : biasanya tanpa gejalaInfeksi berat :gejala sbb:

- diare sering diselingi sindrom disentri - anemia- berat badan menurun- kadang-kadang terjadi prolapsus rektum

- sering disertai infeksi cacing lain

Parasit ini ditemukan pada pem.tinja secara rutin

Page 19: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Trichuris trichiuraCara infeksi

Menelan telur matang=bentuk infektif

DiagnosisMenemukan telur/cacing dewasa dalam tinja

PrognosisUmumnya prognosis baik

EpidemiologiPenting untuk penyebaran penyakit adalahKontaminasi tanah dengan tinja

Page 20: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Trichuris trichiura

Page 21: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Prolapsus rektum

Page 22: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Epidemiologi Trichuris trichiuraTelur : tumbuh di tanah liat,lembab dan teduh,suhu 300C Pemakain tinja sebagai pupuk kebun→sumber infeksiFrekwensi di Indonesia tinggi, 30-90 %Didaerah yg sangat endemik Infeksi dapat dicegah dengan:- pengobatan penderita trikuriasis- pembuatan jamban yang baik- pendidikan tentang sanitasi- penyuluhan mengenai kebersihan perorangan

terutama anak: -cuci tangan sebelum makan -cuci dengan baik sayuran yg dimakan mentah

Page 23: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Cacjng tambang (hookworm)Ada 2 spesies yg terdapat pd manusia

Ancylostoma duodenaleNecator americanus

Parasit ini diberi nama “cacingtambang” okawalnya cacing ini ditemukan pd pekerja pertambangan di Eropah

Ancylostoma duodenaleHospes : manusiaPenyakit : ankilostomiasisPenyebaran :

daerah khatulistiwa, daerah pertambangan

Page 24: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Ancylostoma duodenaleMorfologi

Cacing dewasa: badan sperti C,mempunyai 2 ps gigiCacing betina : ± 1 cm, posterior meruncingCacing jantan : ± 0,8 cm,mmpunyai bursa kopulatriks Telur : berukuran : ± 60x40 uLarva rhabditiform : ± 250 uLarva filariform : ± 600 u

Page 25: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Ancylostoma duodenale

Daur hidup

C.dewasa hidup di rongga usus halus,mulut melekat pada mukosa usus halus

C.betina mengeluarkan telur ±10.000 butir/hari/ekorTelur keluar bersama tinja.Di tanah yang sesuai telur menetas,dalam 1-11/2 hari →larva rhabditiform,3 hari kmdn → larva filariform (bentuk infektif), hidup di tanah 7-8 minggu.

Page 26: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Ancylostoma duodenaleDaur hidupLarva filariform→nimbus kulit → kapiler darah →

jantung kanan → paru-paru → bronkus → trakea → laryng → usus halus → menjadi cacing dewasa → bertelur → telur keluar bersama tinja

Di dalam tanah: telur → larva rhabditiform → larva filariform

Page 27: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Ancylostoma duodenale

Page 28: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Ancylostoma duodenalePatologi dan gejala klinisStadium larva

Bila banyak larva filariform sekaligusmenembus kulit, menyebabkan:perubhan pd kulit dsbt:”ground itch”perubahan pada paru umumnya ringan

Stadium dewasaGejala tergantung jumlah cacing dan keadaan gizi penderita(Fe dan protein )- Tiap cacing ngisap darah 0,08-0,34 cc/hari - Umumnya terjadi anemia hipokrom mikrositer - Terdapat eosinofilia

Page 29: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Ancylostoma duodenale

Cara infeksiLarva filariform=bentuk infektif nimbus kulit

DiagnosisMenemukan telur/cacing dalam tinja segarDlm tinja lama mungkin ditemukan larva

Untuk bedakan spesies larva A.duodenale dan N.americanus dilakukan biakan tinja dengan cara Harada-Mori

larva filariform→

Page 30: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Ancylostoma duodenale

Epidemiologi

Kebiasaan defikasi di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk kebun penting dalampenyebaran infeksi.

Tanah yg baik untuk prtumbuhan larva:-Tanah gembur, berpasir,berhumus-Suhu 23-25 C

Untuk menghindari infeksi gunakanSandal atau sepatu

Page 31: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Necator americanusHospes : manusiaPenyakit : nekatoriasisPenyebaran : di daerah khatulistiwa tu pertambangan,perkebunan

Morfologi:Cacing dewasa : bentuk badan = S benda chitin di mulutCacing betina : ± 1 cmCacing jantan : ± 0,8 cm, mempunyai bursa kopulatriks

Telur : ± 60 x 40 uLarva rhabditiform : ±250 uLarva filariform : ± 600 u

Page 32: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Necator americanusDaur hidup:

Cacing betina ngeluarkan telur ± 9.000 btr/hrSelanjutnya = Ancylostoma duodenale

Page 33: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Necator americanusGejala klinis

Stadium larva = A.duodenaleStadium dewasa = A.duodenale kecuali kehilangan darah 0,005-0,1 cc/hr

Diagnosis = A.duodenale

Epidemiologi = A.duodenale, kecuali suhu optimum 23ºC – 25 ºC

Page 34: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Oxyuris vermicularis = Enterobius vermicularis(cacing kremi, pinworm, seat worm)

Hospes : manusiaPenyakit : oxyuriasis = enterobiasisPenyebaran : kosmopolit,>banyak di daerah dingin, pertambangan,perkebunanMorfologiCacing dewasa : ujung anterior terdapat pelebaran kutikulum seperti sayap disebut: alaeCacing betina : ± 8-13 mm x 0,4 mm,ekor panjang dan runcing, uterus penuh telur Cacing jantan : ± 2-5 mm, ekor melingkar,menyerupai tanda tanya (?),spikulum jarang ditemuknTelur : berbentuk lonjong asimetrik

Page 35: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Oxyuris vermicularis

Page 36: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Oxyuris vermicularisDaur hidupCacing dewasa: sekum, colon, usus halus dekat sekumCacing betina : mengandung 11.000-15.000 telur, bermigrasi ke perianal untuk bertelur Telur jarang dikeluarkan di usus, jarang di tinja Telur matang 6 jam setelah dikeluarkan Kopulasi cacing ini mungkin di sekum Cacing jantan mati setelah kopulasi Cacing betina mati setelah bertelur

Page 37: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Oxyuris vermicularis

Page 38: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Enterobius vermicularis

Cara infeksi: - tertelan telur matang - larva dari telur yang menetas di perianal bermigrasi kembali ke usus besar

Daur hidupTelur matang tertelan, menetas di duodenum→larva

rhabditiform berubah 2 kali sebelum menjadi dewasa di yeyenum dan bagian atas ileum

Waktu dibutuhkan mulai tertelan telur matang→cacing gravid bermigrasi ke perianal : 2 minggu – 2 bulan.

Infeksi cacing ini dapat sembuh sendiri bila tidak ada reinfeksi,tanpa pengobatanpun infeksi dapat berakhir.

Page 39: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Oxyuris vermicularis

Patologi dan gejala klinis

Gejala klinis: - pruritus ok iritasi cacing betina gravid migrasi ke anus,perineum dan vagina. - insomnia, anoreksia, berat badan menurun, gigi

menggeretak, masturbasi (sukar membuktikan hubungan sebab dengan cacing kremi).

Page 40: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Oxyuris vermicularis

Diagnosis

Dibuat dg menemukan telur dan cacing dewasa

Telur: diambil dg lat “anal swab”(ditempelkan disekitar anus pagi hari sbelum anak bab,cebok.

Anal swab:

Alat dari batang gelas at spatel lidah,ujungnya dilekatkan “Scotch adhesive tape”,ditempelkan sekitar anus,telur cacing akan menempel pada perekatnya.

Page 41: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Oxyuris vermicularis

EpidemiologiPenularan dapat terjadi pd suatu kelurga,

asrama, rumah piatu.Seluruh anggota keluarga, penghuni

asrama dll diberi pengobatn bila ada yg trinfeksi parasit ini.

Telur cacing dpt diisolasi dari debu di ruangan sekolah,dpt ditemukan di lantai,meja,toilet seat, kasur,pakaian dll.

Page 42: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Oxyuris vermicularis

Penularan dari tangan kemulut sesudah menggaruk daerah perianal (auto infeksi), dapat menyebarkan ke orang lain ok memegang benda yang terkontaminasi

Debu merupakan sumber infeksi ok mudah diterbangkan oleh angin sehingga telur melalui debu dapat tertelan.

Page 43: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Oxyuris vermicularis

Retrofeksi melalui anus: larva dari telur yang menetas disekitar anus

kembali masuk ke usus.

Anjing dan kucing sebagai sumber infeksi: oleh karena telur dapat menempel pada

bulunya

Page 44: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Strongyloides stercoralis Hospes : manusia Penyakit : strongyloidiasis Distrbusi geogrfik:di daerah tropik dn subtropik

Morfologi dan Lingkaran hidup

Hanya cacing betina hidup sbagai parasit di vilus duodenum dan yeyenum. Bentuk filiform, halus, tidak berwarna, panjang kira-kira 2mm

Page 45: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Strongyloides stercoralis

Berkembang biak diduga secara partenogenesisTelur bentuk parasitik dimukosa usus→netas→larva rhabditiform→masuk rongga usus

→keluarbersama tinja.

Parasit ini mempunyai 3 macam daur hidup: Siklus langsung Siklus tidak langsung Autoinfeksi

Page 46: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Strongyloides stercoralis

1. Siklus langsung

Larva rhabditiform 2-3 hari di tanah,→larva filariform(bentuk infektif).Bila nembus kulit, ke peredaran darahvena→ke jantung kanan spi ke paru

→trachea→laring→refleks batuk→ke usus halus bagian atas→dewasa

Cacing betina bertelur ditemukan 28 hari sesudah infeksi.

Page 47: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

2. Siklus tidak langsung L.rhabditiform di tanah→cacing jantan dan

cacing betina bentuk bebas. Bentuk bebas ini lebih gemuk dp bentuk parasitik. Sesudah pembuahan cacing betina bertelur→l.rhabditiform,setelah beberapa hari→l.filariform(infektif) dapat ke hospes baru

Atau l.rhabditiform mengulangi fase hidup bebas

Siklus ini sering terjadi di negeri lebih dingin.

Strongyloides stercoralis

Page 48: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Strongyloides stercoralis

3. Auto infeksi

Larva rhabditiform kadang→l.filariform di usus atau di perianal.Bila l.filariform menembus mukosa usus/kulit perianal maka terjadi daur perkembangan di dalam hospes.

Adanya autoinfeksi menyebabkan strongiloidiasis menahun pada penderita yg hidup di daerah nonendemik.

Page 49: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]
Page 50: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Strongyloides stercoralisPatologi dan gejala klinis Larva filariform menyebabkan creeping eruption Cacing dewasa: kelainan mukosa usus muda Infeksi ringan: tanpa gejala Infeksi sedang: rasa tertusuk-tusuk di epigastrium

mual muntah, diare,konstipasi bergantian. Dapat terjadi autoinfeksi. Pada hiperinfeksi c.dewasa dpt ditemukan

diseluruh tractus digestivus dan larva dpt ditemukan diberbagai alat dalam (paru,hati, kandung empedu).

Page 51: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Strongyloides stercoralis Diagnosis

menemukan larva rhabditiform dlm - tinja segar- biakan- aspirasi duodenum

Cara infeksiLarva filariform nembus kulit-> siklus langsung dan tidak langsungLarva filariform menembus mukosa usus atau kulitperianal-> autoinfeksi

Page 52: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Strongyloides stercoralisPrognosisInfeksi berat strongiloides dapat menyebabkan kematian

EpidemiologiDaerah panas,kelembaban tinggi,sanitasi kurang menguntungkan terjadinya daur hidup tidak langsung.

Tanah baik untuk pertumbuhan larva: tanah gembur,berpasir dan berhumus.

Page 53: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Strongyloides stercoralis

Pencegahan strongiloidiasis- tergantung pembuangan tinja- lindungi kulit dari tanah yg terkontaminasi mis.memakai alas kaki

Penyuluhan mengenai: -cara penularan,-kepentingan menggunakan jamban, dll

Page 54: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Taenia saginataHospes : manusia Hospes perantara :sapi, kerbau Penyakit : taeniasis saginata Distribusi geografik :Eropah,Timur Tengah,Afrika,

Amerika,Asia,Indonesia

MorfologiCacing dewasa: Panjang 4-12 m

Tdr dari :kepala(skoleks)mempunyai 4 batil isap tanpa kait-kait, leher dan strobila merupakanrangkaian ruas-ruas proglotid.Bentuk proglotid >panjang dari lebar

TelurBerisi embrio heksakan disebut : onkosfersatu proglotid gravid berisi 100.000 telur

Page 55: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Taenia saginata

Page 56: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Taenia saginata

Daur hidupprogltid +telur-> keluar bersama tinja, defikasi

dirumput, telur melekat di rumput. bila ternak makan rumput yg terkontaminasi ->telur tertelan,dicerna embrio heksakan netas ->embrio nembus ddg usus ->ke saluran getah bening atau ke aliran darah -> ke jaringan ikat ,di sela-sela otot tumbuh ->cacing gelembung dsbt: sistiserkus bovis(larva T.saginata)

Page 57: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]
Page 58: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Taenia sagintaBagian yg sering dihinggapi:

- otot masseter- paha belekang- punggungdegenerasi setelah 1 thn ada yang hidup 3 tahun

Bla manusia makan daging sapi dimasak kurang matang, mengandung cacing gelembung,skoleks keluar dengan cara evaginasi melekat pada mukosa usus- halus: yeyenum, jadi dewasa 8-10 mgg. Di rongga usus biasanya tedpat satu ekor cacing

Page 59: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Taenia saginataPatologi dan gejala klinis

- nyeri ulu hati- mual muntah-perut terasa tdk enak-pusing-diareGejala berat bila proglotid ke apendiks atau ileusok obstruksi oleh strobila

Page 60: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Taenia saginata

Diagnosismenemukan telur,proglotid dalam tinja.

Epidemiologiditemukn dinegara yg penduduknya banyak makan daging sapi atau kerbau.

Pencegahandinginkan daging sampai 10°C di bawah 0°C masak daging sampai matang

Page 61: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Taenia soliumHospes definitif: manusiaHospes perantara : manusia,babi, monyet,onta ,anjing dllDistribusi geografik:Eropah,Am.latin,Cina,India,Indonesia MorfologiCacing : 2-4 m,td :skoleks,leher,strobila dan tdr dri 800-1000 ruas proglotid

Skoleks mempunyai 4 batil isap

Rostelum mempunyai 2 baris kait-kait

bentuk proglotid gravid panjang=lebar

Page 62: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Taenia soliumDaur hidup

Telur keluar melalui robekan proglotid, bila termkan hospes sesua ddg dicerna,,embrio heksakan keluar daritelur->nembus ddg ususke saluran g.bening atau darah kmdn nyangkut di saluran otot babi.

Cacing gelembung sistiserkus selulosa ditemukan di otot lidah,punggung dan pundak babi. Bila daging ini dimakan manusia, ddg kista dicerna,skoleks alami evaginasi->melekat pada dinding usus halus.Dalam 3 bulan-> jadi dewasa dan melepaskan proglotid dengan telur

Page 63: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Taenia soliumPatologi dan gejala klinis

Gejala umumnya ringanGejala berarti bila disebabkn larva sistiserkosis,

menghinggapi mata.,jaringan otak. otot jantung.otot.hati,paru-paru,rongga perut

Pada jaringan otak jarang alami kalsifikasi,dapat

menyebabkan:- epilepsi- meningoencepaltisini ok tekanan intra kranial yg tinggi sprt nyeri kepala dan kadang-kadang kelainan jiwa

Page 64: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Taenia solium

DiagnosisDitegakkan dg menemukan telur, proglotid dalam

tinja. Untuk sistiserkosis dengan biopsi otot atau CTScan(CT=Computerized Tomographic)

Epidemiologi-tidak ditemukan pd penduduk pemeluk

agama Islam - cara menyantap daging sebaiknya matang

- pendidikan mengenai kesehatan harus dirintis- ditemukan di Irian Jaya,Bali dan

Sumatera utara

Page 65: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Schistosoma japonicumHospes : Manusia, anjing, kucing, rusa, tikus

sawah (Rattus), sapi, babi rusa, dll.

Penyakit : “Oriental schistosomiasis”, Skistosomiasis japonika, Penyakit katayama, Penyakit demam keong

Page 66: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Schistosoma japonicumDistribusi Geografik :RRC, Jepang, Filipina, Taiwan, Muanthai, Vietnam, Malaysia dan Indonesia Di Indonesia : Daerah danau Lindu dan Lembah Napu Sulawesi Tengah

Morfologi Cacing jantan : 1,5 cm Cacing betina : 1,9 cmHidup dalam vena mesenterika superior

Telur : Dalam dinding usus muda, hati, paru dan otak

Page 67: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Scistosoma japonicumMorfologi dan Lingkaran Hidup : Cacing jantan : Warna kelabu atau putih kehitam-hitaman 9,5 – 19,5 mm x 0,9 mm Badan : Gemuk bundar Kutikulum dengan benjolan Canalis gynaecophorusCacing betina : Badan halus dan panjang

16,0 – 26,0 mm x 0,3 mmUterus 50 – 300 butir telur

Cacing dewasa hidup di dalam pembuluh darah : Kapiler darah dan vena kecil

Cacing betina meletakkan telur di pembuluh darah

Page 68: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Schistosoma japonicum

Page 69: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Schistosoma japonicum

Telur : Tidak mempunyai operkulum Mempunyai duri, Lokalisasi tergantung spesies

95 – 135 x 50 – 60 µDapat menembus keluar dari pembuluh darah

Ditemukan dalam tinja Menetas dalam air, keluar mirasidium

Page 70: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Schistosoma japonicum

Page 71: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Schistosoma japonicumHospes Perantara : Hanya satu macam yaitu keong air Oncomelania hupensis linduensis

Tidak ada HP II

Pola perkembangan dalam keong : M S1 S2 SK

M (Mirasidium) SI,S2 (Sporokista I dan 2) SK (Serkaria)

Cara Infeksi : Serkaria menembus kulit

Page 72: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Schistosoma japonicum

Perjalanan larva dalam tubuh hospes

Kulit Kapiler darah Aliran darah

jantung kiri paru-paru jantung kanan

sistem peredarah darah besar vena potae

vena usus hati

Page 73: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]
Page 74: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Schistosoma japonicumPatologi dan Klinik :

Perubahan – perubahan oleh :

• Cacing dewasa • Serkaria • Telur

Page 75: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Schistosoma japonicum

Di bagi dalam 3 stadium :

1. Masa tunas biologik : Perubahan kulit, paru, peradangan hati

2. Stadium akut : Telur Pseudo-abses, Pseudo tuberkel

3. Stadium menahun : Penyembuhan jaringan Fibrosis, Sirosis

periportal Hipertensi portal

Page 76: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Schistosoma japonicum

Patologi dan Klinik :

Kelainan Stadium I : Gata-gatal, urtikaria “Giant urticuria” demam, hepatomegali,

eosinofilia tinggi Stadium II : Sindrom disentri Stadium III : Sirosis hati,

splenomegali, hipertensi portal, lemak

Page 77: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

“Giant urticaria”

Page 78: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Sirosis hepatis

Page 79: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Schistosoma japonicum

Diagnosis :

Menemukan telur dalam tinja /

biopsi jaringan

Reaksi serologi :

Copt, IHT, CFT, FAT, dan ELISA

Page 80: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]

Schistosoma japonicum

Epidemiologi :

Masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara Endemi di Sulawesi Tengah Berhuungan dengan pertanian :

Irigasi fokus keong Kelompok umur yang terkena : 5 – 50 tahun Penanggulangan sukar

Page 81: KULIAH PARASITOLOGI [Versi5]