Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time...

34
PERBEDAAN KEJADIAN INFEKSI NEONATAL PADA BAYI PREMATUR YANG DILAKUKAN METODE TOUCHING TIME DIBANDINGKAN DENGAN METODE KONVENSIONAL 6 6

Transcript of Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time...

Page 1: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

PERBEDAAN KEJADIAN INFEKSI NEONATAL PADA BAYI PREMATUR

YANG DILAKUKAN METODE TOUCHING TIME DIBANDINGKAN DENGAN

METODE KONVENSIONAL

6

6

Page 2: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

PERBEDAAN KEJADIAN INFEKSI NEONATAL PADA BAYI PREMATUR

YANG DILAKUKAN METODE TOUCHING TIME DIBANDINGKAN DENGAN

METODE KONVENSIONAL

2.1. Bayi Prematur

2.1.1 Definisi

Bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu 37,

( di hitung dari hari pertama haid terakhir) menurut WHO . The American

Academy Of Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur.

Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu

tanpa memperhatikan berat badan atau bayi yang dilahirkan dengan berat badan

sesuai dengan masa gestasi tersebut. Sebagian besar bayi lahir dengan berat

badan kurang dari 2500 gram adalah bayi prematur. Dari pengertian tersebut

dapat disimpulkan bahwa bayi prematur ditetapkan berdasarkan umur kehamilan

( Asrining S, at, all , IKA – FKUI )

2.1.2 Penyebab.

Kelahiran bayi prematur bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Faktor ibu.

a. Penyakit.

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya

toksemia gravidarum yaitu preeklampsia dan eklampsia, kelainan bentuk uterus (

uterus bikomis, inkompeten serviks), perdarahan antepartum, tumor, trauma fisik

dan psikologi, penyakit lainnya misalnya tifus abdominalis, malaria, nefritis akut,

diabetes melitus, infeksi akut atau tindakan operatif lain, kelainan pada placenta

seperti placenta previa, solutio placenta.

7

7

Page 3: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

b.Faktor usia.

Angka kejadian prematuritas tertinggi pada usia ibu dibawah 20 tahun

dan pada multigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Kejadian

terendah ialah pada usia antara 26 – 35 tahun.

c. Keadaan sosial – ekonomi.

Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas.Kejadian

tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini dapat

disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang

kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi lahir dari perkawinan

yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari

perkawinan yang sah.

d. Faktor Janin.

a. Kehamilan ganda.

b. Hidramnion.

c. Ketuban pecah dini.

d. Cacat bawaan .

e. Infeksi ( misalnya rubella, sifilis, toksoplasmosis).

f. Insufisiensi placenta.

g. Inkompabilitas darah ibu dan janin ( faktor rhesus, golongan darah

ABO).

2.1.3. Tanda dan gejala bayi prematur

a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.

b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.

c. Panjang badan sama atau kurang dari 46 cm.

d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.

8

8

Page 4: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

e. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.

f. Batas dahi dan rambut tidak jelas.

g. Lingkar dada sama atau kurang dari 30 cm

h. Rambut lanugo masih banyak

i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.

j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,

sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.

k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.

l. Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmental dan rugae pada

skorotum kurang. Testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi

perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh

labia mayora.

m. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakkannya

lemah.

n. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan

refleks isap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif,

dan tangisnya lemah.

o. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot

dan jaringan lemak masih kurang.

p. Verniks caseosa tidak ada atau masih sedikit.

q. Tonic neck refleks lemah, refleks moro dapat positif (Asrining S,

et.all.2003 )

2.1.4.Masalah – masalah pada bayi prematur

a. Hipotermi

Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan

9

9

Page 5: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

stabil yaitu 36ºC sampai dengan 37ºC. Segera setelah lahir bayi dihadapkan

pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi

pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Selain itu hipotermi dapat terjadi

karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan

menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang

belum cukup memadai, lemak subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem

saraf pengatur suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar

dibandingkan dengan berat badan sehingga mudah kehilangan panas. Tanda

klinis hipotermi , suhu tubuh di bawah normal, kulit dingin, akral dingin dan

sianosis.

b. Sindrom gawat nafas

Kesukaran pernafasan pada bayi prematur dapat disebabkan belum

sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang merupakan

suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli paru. Pertumbuhan

surfaktan paru mencapai maksimum pada minggu ke – 35 kehamilan.

Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk

mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir

ekspirasi sehingga pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks

yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat. Tanda klinis sindrom

gawat nafas : pernafasan cepat, sianosis perioral, merintih waktu ekspirasi,

retraksi substernal, interkostal.

c. Hipoglikemia

Kadar gula yang rendah pada 12 jam pertama menunjukkan

bahwa hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Glukosa

merupakan sumber utama energi selama masa janin. Kecepatan glukosa yang

10

10

Page 6: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya plasenta

dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa . Bayi aterm dapat

mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dl selama 24 jam pertama,

sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/ dl, hal ini

sebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemi bila kadar gula

darah sama dengan atau kurang dari 20 mg/dl.

Tanda klinis hipoglikemia: gemetar atau tremor, sianosis, apatis, kejang,

apnea intermiten, tangisan lemah atau melengking, kelumpuhan atau letargia,

kesulitan minum, terdapat gerakan putar mata, keringat dingin, hipotermia, gagal

jantung atau henti jantung(sering berbagai gejala muncul bersama – sama).

d. Perdarahan intrakranial

Pada bayi prematur pembuluh darah masih sangat rapuh hingga mudah

Pecah. Perdarahan intrakranial dapat terjadi karena trauma lahir, DIC

( Disseminated intravaskular Coagulan) atau trombositopenia idiopatik. Matrik

germinal epidimal yang kaya pembuluh darah merupakan wilayah yang sangat

rentan terhadap perdarahan selama minggu pertama kehidupan. Tanda klinis

perdarahan intrakranial: kegagalan umum untuk bergerak normal, refleks moro

menurun atau tidak ada, tonus otot menurun, letargi, pucat dan sianosis, apnea,

kegagalan menetek dengan baik, muntah yang kuat, tangisan bernada tajam dan

tinggi , kejang, kelumpuhan, fontanela mayor mungkin tegang dan cembung.

e. Rentan terhadap infeksi

Pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu

terakhir masa kehamilan. Bayi prematur mudah menderita infeksi karena

imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi.

11

11

Page 7: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

Selain itu, karena kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan

seperti bayi cukup bulan.

f. Hiperbilirubinemia

Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar. Kurangnya

enzim glukorinil transferase sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin

direk belum sempurna, dan kadar albumin darah yang berperan dalam

transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal pada

bayi prematur 10 mg/dl. Hiperbilirubin pada prematur bila tidak segera diatasi

dapat menjadi kern ichterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen.

Tanda klinis hiperbilirubin: sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan

ekstermitas berwarna kuning, letargi, kemampuan mengisap menurun, kejang

g. Kerusakan intergritas kulit

Lemak subcutan kurang atau sedikit , struktur kulit belum matang dan

rapuh. Sensifitas yang kurang akan memudahkan terjadinya kerusakan

integritas kulit, terutama pada daerah yang sering tertekan dalam waktu

yang lama . Pemakaian plester dapat mengakibatkan kulit bayi lecet atau

bahkan lapisan atas ikut terangkat.

2.2 Infeksi Neonatorum

2.2.1. Definisi

Infeksi neonatorum adalah infeksi yang ditemukan pada neonatus. Infeksi

pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR(bayi berat lahir rendah) .

Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir dirumah sakit dibandingkan

dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat imunitas

transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah bayi lahir, bayi

terpapar pada kuman yang bukan saja berasal dari ibunya tapi juga berasal dari

12

12

Page 8: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

ibu lain, terhadap kuman yang terakhir ini bayi tidak mempunyai imunitas. ( IKA ,

FKUI 1997 )

2.2.2. Patogenesa

Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara :

Blanc (1961) membaginya dalam 3 cara:

1. Infeksi antenatal

Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu

melalui batas placenta dan menyebabkan intervilositis.Selanjutnya infeksi melalui

sirkulasi umbilikus dan masuk kejanin. Mikroba yang dapat menyerang janin

melalui jalan ini ialah : virus rubella, poliomyelitis, coxsackie, variola, vaccinia,

cytomegalic inclusion; spirokaeta, yaitu Treponema palidum. Bakteri jarang sekali

dapat melalui placenta kecuali E. coli dan Listeria monocytogenes. Tuberkulosa

kongenital dapt terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada placenta pecah ke

cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan

amnion tersebut.

2. Infeksi intranatal

Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara lain.

Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk kedalam rongga amnion setelah

ketuban pecah. Ketuban pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan

lahirnya bayi lebih dari 12 jam ) mempunyai peranan penting terhadap timbulnya

plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih

utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina.

Infeksi janin terjadi dengan inhalasi liquor yang septik sehingga terjadi

pneumonia kongenital. Selain itu infeksi dapat menyebabkan septikemia. Infeksi

13

13

Page 9: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari

vagina misalnya blenorea dan oral trush.

3. Infeksi pascanatal

Infeksi ini terjadi sesudah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang

berakibat fatal terjadi segera sesudah bayi lahir sebagai akibat kontaminasi pada

saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat

infeksi silang.

Diagnosa infeksi perinatal sangat penting, yaitu selain untuk kepentingan

bayi sendiri, tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruang perawatan

bayinya. Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Tanda khas seperti pada bayi

yang lebih tua seringkali tidak ditemukan. Biasanya diagnosis dapat ditegakkkan

dengan observasi yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisik dan

laboratorium. Seringkali diagnosis didahului oleh persangkaan adanya infeksi,

kemudian berdasarkan itu diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan

selanjutnya.

Infeksi pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum,

sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis

dini dapat ditegakkan kalau kita cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku

neonatus, yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum . Neonatus,

terutama BBLR yang dapat tetap hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut

tidak menderita penyakit tertentu atau kelainan kongenital tertentu, namun tiba-

tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan

tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi ( IKA FKUI.1997). Gejala infeksi

pada neonatus biasanya tidak khas seperti yang terdapat pada bayi yang lebih

tua atau pada anak. Beberapa gejala yang dapat disebutkan diantaranya adalah

14

14

Page 10: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

ialah malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargis, frekuensi pernafasan

meningkat, berat badan tiba-tiba turun, pergerakan menurun, muntah dan diare.

Selain itu dapat terjadi edema, skelerema, purpura atau perdarahan , ikterus,

hepatosplenomegali, dan kejang. Suhu tubuh dapat meninggi normal, atau dapat

kurang dari normal. Pada bayi BBLR seringkali terdapat hipotermia dan skerema.

Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ” not doing well ” kemungkinan besar ia

infeksi.

2.2.3 Pembagian infeksi perinatal

Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam 2

golongan besar yaitu infeksi berat dan infeksi ringan.:

1. Infeksi berat ( ” mayor infection” ) : sepsis neonatal, meningitis,

pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus

neonatorum.

2. Infeksi ringan (” minor infection”) : Infeksi pada kulit, oftalmia neonatorum,

infeksi umbilikalis(ompalitis), moniliasis.

2.3.3.1.Sepsis neonatorum

Sepsis neonatorum ialah infeksi berat yang diderita neonatus dengan

gejala sistemik dan terdapat bakteri di dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis

neonatorum dapat berlangsung dengan cepat sehingga seringkali tidak

terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal dalam waktu

24-48 jam. (IKA FKUI, 1997)

Faktor predisposisi

Terdapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu,

15

15

Page 11: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

maupun bayi sehingga dapat dilakukan tindakan antisipasi terhadap

kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor predisposisi tersebut ialah :

1. Penyakit infeksi yang diderita ibu selama kehamilan

2. Perawatan antenatal yang tidak memadai

3. Ibu menderita eklampsia, diabetes melitus

4. Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan

tindakan

5. Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan

6. Adanya trauma kelahiran, asfeksia neonatorum, tindakan invasif pada

neonatus.

7. Tidak menetapka rawat gabung

8. Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak

9. Ketuban pecah dini, amnion hijau kental dan berbau

10. Pemberian minum menggunakan botol dan pamberian minum buatan

Manifestasi klinis

Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak

Spesifik, serta dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda

dan gejala yang dapat ditemukan pada neonatus yang menderita sepsis :

1. Tanda dan gejala umum : hipertemia atau hipotermia atau bahkan

normal, aktivitas lemah atau tidak ada dan tampak sakit, berat badan

menurun tiba-tiba.

2. Tanda dan gejala saluran pernafasan : dispnea, takipnea, apnea, tampak

tarikan otot pernafasan, merintih, mengorok, dan pernafasan cuping

hidung.

16

16

Page 12: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

3. Tanda dan gejala sistim kardiovaskuler: hipotensi, kulit lembab, pucat,

sianosis.

4. Tanda dan gejala saluran pencernaan : distensi abdomen, malas atau

tidak mau minum, muntah, diare

5. Tanda dan gejala sistem saraf pusat : Refleks moro abnormal, iritabilitas

kejang, hiporefleksi, fontanel menonjol, pernafasan tidak teratur.

6. Tanda dan gejala hematologi : Pucat, ikterus, petekie, purpura,

perdarahan, spelenomegali.

7. Pemeriksaan laboratorium : adanya anemia, laju endap darah mikro

tinggi, trombositopenia, hasil biakan darah tidak selalu positif walaupun

secara klinis tanda sepsis sudah jelas, pemeriksaan protein c reaktif, IgM,

IgA, pewarnaan gram.

2.3.3.2.Meningitis pada neonatus

Miningitis biasanya didahului oleh sepsis, karena itu pada setiap

persangkaan sepsis harus dilakukan pungsi lumbal. Penilaian cairab

serebrospinal harus hati-hati , karena pada umumnya cairan serebrospinal pada

neonatus sifatnya xantrokrom, pleiositik, reaksi None Pandi positif . Penyelidikan

di RSCM Jakarta oleh Monintja dkk (1971) menunjukkan bahwa jumlah sel yang

normal pada neonatus dapat mencapai 20/mm³ ( 60 /3/mm³). Dengan demikian

untuk membantu diagnosis meningitis purulenta pada neonatus jumlah selnya

harus melebihi 20/mm³ .

Gejala klinis yang mungkin ditemukan ialah mula-mula terdapat gejala

seperti sepsis, yang kemudian disertai kejang, ubun-ubun besar menonjol, kaku

kuduk, opistotonus, pada naonatus kaku kuduk tidak sering ditemukan.

17

17

Page 13: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamesis kehamilan atau persalinan

yang pertolongannya tidak aseptik , kemungkinan adanya infeksi antenatal,

intranatal, atau pasca natal disertai gejala klinis dan hasil pemeriksaan cairan

serebrospinal.

2.2.3.3. Pneumonia

Ada beberapa macam pneumonia yang bisa terjadi pada neonatus yaitu :

1. Pneumonia kongenital, terjadi karena inhalasi liquor amnion yang septik,

gejala ada waktu lahir sangat menyerupai asfiksia neonatorum, penyakit

membran hialin atau perdarahan intrkranial. Gejala yang mungkin

ditemukan adalah apnoe neonatal atau gejala seperti penyakit membran

hialin, Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan radiologi

thoraks.Pneumonia kongenital harus dicurigai bila terdapat ketuban

pecah lama, air ketuban keruh berbau, dan ada kesulitan bernafas pada

bayi baru lahir.

2. Pneumonia aspirasi: Hal ini disebabkan pada saat pemberian makanan

peroral dimulai terjadi aspirasi, yaitu karena refleks menelan dan refleks

batuk belum sempurna. Pneumonia ini harus dicurigai bila bayi berat lahir

rendah tiba-tiba menunjukkan gejala letargi, anoreksia, BB menurun, dan

kalau terdapat serangan apnoe.

3. Pneumonia karena infeksi ” airborne ” : Pneumonia ini sama dengan

penyakit bronkhopneumonia pada bayi yang lebih tua, biasanya akibat

kontak langsung dengan orang dewasa yang menderita infeksi saluran

nafas bagian atas. Penyebabnya biasanya pneumococcus, H.influenza

18

18

Page 14: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

atau virus. Gejala klinis biasanya didahului oleh ISPA, rinitis, dispnea,

pernafasan cuping hidung, sianosis dan batuk.

4. Pneumonia staphylococcus : Terutama terjadi pada bayi yang lahir

dirumah sakit , mula-mula terdapat infeksi staphylococcus pada suatu

tempat, kemudian terjadi penyebaran keparu sehingga terjadi pneumonia

atau piotoraks. Proses ini terjadi dengan cepat disertai gejala sesak

nafas, sianosis, keadaan umum bayi cepat memburuk .

2.3.3.4.Diare epidemik pada neonatus

Gastroenteritis pada neonatus seringkali menyebabkan letusan dengan

mortalitas yang tinggi. Penyebabnya ialah terutama Salmonella spp,

”enteropatogenesis Escherichia coli ” (EPEC) , dan virus.Gejala klinis diare akibat

mikroorganisme ini biasanya dimulai dengan letargi, anoreksia, berat badan

menurun, kemudian terjadi diare dan muntah. Tinja biasanya banyak dan cair,

berwarna kuning atau hijau. Agak khas ialah bau tinja seperti sperma, lama

kelamaan dapat terjadi dehidrasi, asidosis, dan syok hipovolemik, keadaan berat

ini dapat terjadi dalam beberapa jam saja.

2.3.3.5.Infeksi traktus urinarius

Neonatus yang menderita penyakit ini biasanya menunjukkan gejala

Demam, Tidak mau minum, pucat dan berat badan menurun. Diagnosis

ditegakkan dengan pemeriksaan urin ( hasil biakan urin)

2.3.3.6.Pemfigus neonatorum

Biasanya bersifat sebagai impetigo bulosa. Infeksi ini disebabkan oleh

19

19

Page 15: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

Staphylococcuss. Mula-mula timbul sebagai vesikel yang jernih kemudian

menjadi purulent, yang dikelilingi daerah kemerahan. Infeksi ini dapat meluas dan

dapat menyebabkan gejala sistemik yang berat. Kadang – kadang kulit

mengelupas dan menjadi dermatitis eksfoliativa (penyakit retter). Pemfigus

neonatorum ini dapat mengakibatkan suatu epidemi dalam suatu bangsal bayi

baru lahir.

2.2.3.7. Oftalmia neonatorum

Blenorea atau konjungtivitis gonoreika disebabkan oleh infeksi kuman

N. Gonorrhoeae pada konjunktiva bayi pada waktu melewati jalan lahir, selain itu

dapat ditularkan melalui tangan perawat yang mendapat kontaminasi kuman ini.

Gejala klinisnya ialah konjungtiva mula-mula hiperemis, terdapat edema

palpebra, bulu mata lengket karena pus dan mata mengeluarkan sekret yang

purulen, Penyakit ini biasanya bilateral. Pada stadium selanjutnya kornea akan

terserang dan dapat menyebabkan kebutaan.

2.3.3.8.Omfalitis

Pangkal umbilikus seringkali terkena infeksi Staphylococcus aureus. Pada

tempat ini seringkali terjadi radang dan dapat mengeluarkan nanah, sekitarnya

merah dan terdapat edema. Pada keadaan yang berat, infeksi yang menjalar

kehepar melalui ligamentum falsiforme dan menyebabkan abses yang multipel.

Pada keadaan kronik dapat terjadi granuloma pada umbilikus.

2.3.3.9.Moniliasis

Candida albicans merupakan jamur yang sering ditemukan pada

20

20

Page 16: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

neonatus,Biasanya tidak menimbulkan gejala atau bersifat saprofit. Pada

keadaan tertentu bila daya tahan tubuh rendah atau pemakaian antibiotik yang

berlebihan atau kortikosteroid yang lama, dapat terjadi pertumbuhan jamur yang

berlebihan , jamur ini dapat menimbulkan kelainan berupa stomatitis (oral trush),

diare, dermatitis bahkan infeksi parenteral. Infeksi ini mula-mula terdapat dimulut

kemiduan esophagus dan traktus digestivus yang lain dan menyebabkan diare.

Pada bayi yang mendapat makanan secara pananteral pada waktu yang lama

sering timbul kematian karena infeksi parenteral jamur ini.

2.2.3.10. Stomatitis

Biasanya dimulai sebagai bercak putih pada lidah, bibir dan mukosa

mulut . Hal ini dapat dibedakan dengan sisa susu, yaitu karena sukar dilepaskan

dari dasarnya. Diagnosis ini dapat dibuat dengan membuat sedian hapus yang

diwarnai biru metilen, dalam sedian akan tampak miselium dan spora yang khas.

2.3. Kerentanan bayi prematur terhadap infeksi

2.3.1. Kulit merupakan pertahanan terpenting terhadap infeksi. Akan

tetapi kulit bayi tipis dan mudah rusak. Pada tali pusat dapat terjadi gangren dan

timbul kolonisasi kuman.

2.3.2. Kegagalan respon imunologis seluler dan humoral mencakup :

2.3.2.1. Defek kemotaksis sel polimorfonuklear, opsonisasi, fagositosis

dan daya bunuh intrasel.

2.3.2.2. Jumlah sel limposit kurang.

2.3.3. Bayi tidak mempunyai IgM dan IgA, tetapi mempunyai IgG yang

berasal dari ibu. Pada bayi prematur kadar IgG-nya rendah.

21

21

Page 17: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

2.3.4. Kolonisasi Bakteri

Bayi biasanya dilahirkan steril. Kolonisasi bakteri biasanya terjadi segera

setelah bayi lahir, terutama di sekitar hidung, tenggorok, tali pusat, rektum, dan

perineum. Hal ini mengakibatkan timbulnya kolonisasi flora tubuh, baik yang

bersifat saprofit maupun yang patogen. Yang dapat berasal dari jalan lahir

adalah Streptokokus grup B . Staphylococcus aureus dari petugas dikamar

bersalin dan kamar bayi , organisme gram negatif dari alat-alat perawatan,

terutama yang basah (ventilator mekanik, bak cuci, inkubator, humidifier ).

2.4. Manajemen perawatan pada bayi prematur

2.4.1 Memandikan bayi

Pengertian

Tindakan yang dilakukan untuk membersihkan badan bayi dari kotoran

dan bahan mikroorganisme lainnya dengan menggunakan air dan sabun.

Tujuan

a. Membersihkan bayi

b. Memberi kenyamanan

c. Merangsang peredaran darah

d. Mengamati kemungkinan kelainan

e. Mencegah kelainan kulit

Persiapan

1. Persiapan alat :

a. Meja mandi khusus yang bersih dan lunak untuk meletakkan bayi

b. Handuk

c. Popok /alas mandi

22

22

Page 18: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

d. Waslap

e. Sabun mandi pada tempatnya

f. Kapas lembab pada tempatnya

g. Kapas kering pada tempatnya

h. Baby oil

i. Ember tertutup untuk pakaian kotor

j. Tempat sampah tertutup

k. 2 (dua) buah waskom

l. Air hangat

m. Baju khusus untuk perawat

2. Prosedur :

a. Perawat mencuci tangan

b.

2.4.2. Pengambilan spesimen darah

Pada Tumit

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pengambilan spesimen

darah .

2. Jelaskan prosedur kepada orang tua

3. Siapkan alat yang diperlukan yaitu : kasa steril kering, kapas alkohol, spuit 1cc

atau 3 cc atau jarum/neadle, turniket , tempat wadah / tampung spesimen,

bengkok.

4. Pertahankan asepsis ketat dan kewaspadaan umum.

23

23

Page 19: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

5. Untuk meningkatkan aliran darah, hangatkan tumit dengan menempatkan

handuk atau waslap yang direndam pada air hangat di area injeksi fungsi 10

sampai 15 menit atau tahan jari dengan dibawah air hangat

6. Siapkan area untuk fungsi dengan cairan antiseptik

7. Lakukan pungsi pada tumit atau jari pada lokasi yang tepat, sisi yang umum

pada pungsi tumit adalah bagian luar pada tumit, batasan dapat ditandai dengan

garis imajiner yang terbentang secara posterior dari titik diantara jari kaki

keempat dan kelima dan berjalan pararel ketumit bagian medial.

8. Tampung sampel darah dalam wadah spesimen yang tepat.

9. Beri tekanan pada area injeksi pungsi dengan kasa steril kering sampai

perdarahan berhenti.

10. Bersihkan area yang diberi zat / agens bakteriostatik dengan air untuk

menghindari absorbsi.

11. Buang lanset atau alat pungsi dalam wadah tahan tusuk di dekat tempat

penggunaannya.

12. Dokumentasikan area injeksi dan jumlah darah serta tipe tes yang dilakukan.

Pada vena

1. Jelaskan prosedur pada orang tua

2. Siapkan alat yang diperlukan, termasuk wadah spesimen yang tepat

3. Pertahankan asepsis ketat dan kewaspadaan umum

4. Siapkan area untuk pungsi dengan agen bateriostatik

5. Pasang turniket dengan pita karet

6, Lihat atau palpasi vena

7. Pasang jarum yang menghadap keatas

8. Ambil darah sejumlah yang diinginkan dan tempatkan dalam wadah yang tepat

24

24

Page 20: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

9. Lepaskan turniket

10. Tarik jarum dari area tusukan dan tempelkan kasa steril kering atau bola

kapas pada sisi tersebut dengan tekanan kuat sampai perdarahan berhenti. Bila

tusukan dilakukan pada daerah antekubital, jaga agar lengan tetap terekstensi

untuk mengurangi memar.

11. Bersihkan area agens dengan air untuk mengurangi absorbsi.

12. Buang spuit dan lepaskan penutupnya, buang jarum yang tidak dipotong

dibuang kedalam wadah yang tahan tusukan yang diletakkan di dekat tempat

pelaksanaan prosedur.

13. Dokumentasikan area injeksi dan jumlah darah yang diambil serta tes yang

dilakukan.

2.4.3. Perawatan tali pusat

Perawatan tali pusat sama dengan perawatan luka operasi lain. Tujuan

perawatan adalah mencegah dan mengidentifikasi perdarahan atau infeksi

secara dini . Apabila ada perdarahan dari pembuluh darah tali pusat, perawat

harus memeriksa keadaan klem (atau ikatan) dan pasang klem kedua dekat

dengan klem pertama. Adapun cara perawatan tali pusat yaitu gunakan lidi

kapas, celupkan kapas kedalam larutan yang sudah diprogramkan misalnya

larutan eritromosin, pewarna triple blue atau alkohol dan bersihkan daerah

disekeliling pangkal tali pusat , tempat tali pusat menyatu dengan kulit. Beri tahu

dokter jika timbul bau, sekret, atau inflamasi kulit disekitar tali pusat. Klem dilepas

bila tali pusat mengering ( kira-kira 24 jam ). Popok tidak boleh menutupi tali

pusat. Popok yang basah dan kotor akan memperlambat pengeringan tali pusat

dan mempermudah timbulnya infeksi.Saat tali pusat lepas yaitu setelah satu

25

25

Page 21: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

minggu sampai 10 hari, dapat terlihat beberapa tetes darah saat bayi menangis.

Kedaan ini akan pulih dengan sendirinya dan tidak berbahaya.

2.4.4. Pemberian PASI dengan menggunakan botol dot

Pemberian susu formula merupakan alternatif pemberian susu yang

berhasil pada keadaan tertentu, termasuk keadaan – keadaan berikut :

Keluarga memutuskan untuk tidak menyusui bayi atau ibu tidak mampu

menyusui oleh karena suatu penyakit atau anomali.

Jadwal ibu tidak memungkinkan menyusui bayinya.

Formula khusus yang dibutuhkan karena bayi alergi atau membutuhkan

suatu makanan tertentu.

Melengkapi ASI jika produksi air susu ibu tidak mencukupi

Bayi adopsi (Bobak, et all 1995)

Susu formula harus menjadi pilihan jika ibu mengidap infeksi aktif, seperti

tuberkulosis, lesi sifilis pada payudara, atau aquired immunodeficiency

syndrome(HIV). Karena formula susu sapi menghasilkan hasil cerna yang lebih

besar, waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama daripada hasil cerna dari

ASI. Bayi yang diberi susu botol menyusu setiap tiga sampai lima jam. Dokter

akan memberi instruksi tentang jumlah susu botol yang harus bayi minum selama

24 jam dan kapan jumlah susu perlu ditambah untuk memenuhi jumlah nutrisi

yang diperlukan bayi yang sedang bertumbuh. Susu botol dapat diberikan pada

suhu kamar atau lebih hangat asalkan diuji dahulu pada lengan bagian dalam

pemberi susu. Jumlah cairan yang dibutuhkan lebih banyak jika bayi pada berada

dalam lingkungan udara yang panas. Bayi menelan udara ketika makan dari

botol sehingga bayi harus disendawakan setiap kali mengkonsumsi 15 ml sampai

30 ml susu formula , sisa air susu didalam botol harus dibuang. Botol, dot, air,

26

26

Page 22: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

dan susu tidak perlu disterilkan kecuali air yang digunakan tidak aman untuk

diminum.

Persiapan susu formula dalam botol dot :

Bersihkan semua peralatan yang diperlukan (botol, dot, pembuka

kaleng), dan cuci tangan dengan cermat sebelum membuat susu botol.

Baca label kemasan dan encerkan formula tepat sesuai dengan petunjuk

dari pabrik pembuatnya. Sangat penting untuk mengencerkan susu

formula dengan benar. Ginjal bayi baru lahir tidak matang dan formula

yang dikentalkan mengandung jumlah protein dan mineral yang

melampui kemampuan ekskresi ginjal. Akan tetapi, jika formula terlalu

encer (suatu tindakan yang kadang-kadang diperlukan untuk

menghemat, bayi mungkin tidak memperoleh cukup makanan untuk

pertumbuhannya.

Pakai air matang untuk menyiapkan susu formula , kecuali ada petunjuk

lain dari dokter.

Kaleng susu formula siap pakai harus dibuang dalam 24 jam pertam

setelah dibuka.

2.4.5. Perawatan / prosedur mengganti popok

Pengertian : Mengganti pakaian / popok yang basah dan kotor dengan

pakaian / popok yang bersih dan kering . Bertujuan untuk memberikan rasa

nyaman dan mencegah terjadinya infeksi.

Prosedur :

1. Persiapan alat :

Perlengkapan bayi lengkap sesuai kebutuhan

Kain pengalas bayi

27

27

Page 23: Perbedaan Kejadian Infeksi Neonatal Pada Bayi Prematur Yang Dilakukan Metode Touching Time Dibandingkan Dengan Metode Konvensional

Kapas cebok

Minyak makan / baby oil

Waslap dan kom air hangat

Bedak atau talk bayi

Ember tutup tempat pakaian bayi

2. Persiapan bayi

3. Prosedur:

Mencuci tangan

Perawat memakai pakaian khusus

Pakaian bayi disiapkan sesuai kebutuhan

Popok yang kotor dibuka

Bokong dilap dengan kapas cebok kemudian dengan waslap air hangat

Keringkan bokong dan kemudian diberi baby oil dan diberi bedak bila

perlu

Pasang pakaian / popok yang baru kemudian baringkan bayi sesuai

kebutuhan

Alat dibersihkan, dirapikan dan dikembalikan ketempat semula

4. Perhatian :

Sebelum dan sesudah mengerjakan perawatan perawat harus mencuci

tangan terlebih dahulu.

Untuk mencegah terjadinya lecet olesi dengan minyak/ baby oil

28

28