PERANCANGAN SARINGAN PENJERNIH AIR SKALA di …
Transcript of PERANCANGAN SARINGAN PENJERNIH AIR SKALA di …
PERANCANGAN SARINGAN PENJERNIH AIR SKALA
RUMAH TANGGA (Studi Kasus Daerah Kawasan Tambang
di Kecamatan Pelawan Kabupaten
Sarolangun Provinsi Jambi)
Oleh :
NUR ISLAMI PUTRI
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2016
PERANCANGAN SARINGAN PENJERNIH AIR SKALA
RUMAHTANGGA(Studi Kasus Daerah Kawasan Tambang
di Kecamatan PelawanKabupaten
Sarolangun Provinsi Jambi)
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Teknik Lingkungan
Oleh:
NUR ISLAMI PUTRI
1210024428013
TEKNIK LINGKUNGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND)PADANG
2016
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul : PERANCANGAN SARINGAN PENJERNIH AIR
SKALA RUMAH TANGGA (STUDI KASUS DAERAH
KAWASAN TAMBANG DI KECAMATAN
PELAWAN KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI
JAMBI
Nama : NUR ISLAMI PUTRI
NPM : 1210024428013
Program Studi : Teknik Lingkungan
Padang, Agustus 2016
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Ketua Jurusan Ketua STTIND
Hendri Sawir, ST, MSi
NIDN. 1015086704
Yaumal Arbi, MT
NIDN. 1007058407
Yaumal Arbi, MT
NIDN. 1007058407
Tri Ernita, ST, MP
NIDN. 1028027801
PERANCANGAN SARINGAN PENJERNIH AIR SKALA RUMAH
TANGGA (Studi Kasus Daerah Kawasan Tambang di Pelawan Kabupaten
Sarolangun Provinsi Jambi)
Nama : Nur Islami Putri
NPM : 1210024428013
Pembimbing I : Hendri Sawir, ST, MSi
Pembimbing II : Yaumal Arbi, MT
RINGKASAN
Air merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia,
coba kita bayangkan dalam satu hari saja kita tidak mengkonsumsi air. sering kita
jumpai dimana-mana diseluruh tanah air banyak daerah yang kekurangan air
dikala musim kemarau, begitu juga diwaktu penghujan terjadi pula banjir, yang
lebih anehnya lagi air yang dikonsumsi oleh masyarakat tidak memenuhi syarat
yang sesuai dengan Standar Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001. Untuk
mencari solusi persoalan diatas yaitu suatu teknolgi yang sederhana yang
terjangkau oleh semua lapisan mayarakat dan tentunya masyarakat pelawan
khususnya yaitu pengolahan air bersih dengan saringan penjernih air Skala Rumah
Tangga. Daerah sarolangun khususnya pelawan , air yang digunakan berasal dari
air tanah, berupa sumur galian dan sungai. Jika air sungai naik akan menyebabkan
daerah ini akan tergenang air, sehingga air tanah tercemar. Secara spesifik
perairan ini sangat sesuai untuk perkembangbiakan ikan. Namun meningkatnya
aktifitas manusia untuk memanfaatkan potensi yang ada di sungai pelawan seperti
Penambangan Emas Tampa izin yang mengolah biji emas menggunakan zat
berbahaya seperti merkuri yang telah mencemari badan sungai, sehingga
penurunan kualitas perairan pelawan sebagai akibat aktifitas manusia yang
berlebihan menyebabkan kualitas air sungai juga berdampak besar. Untuk itu
Penyaringan ini dapat menurunkan kadar-kadar seperti kekeruhan, bau, begitu
juga pH sebelum penyaringan mencapai 4-5 dan setelah penyaringan 6-9 batas
normal, dan kadar Merkuri sebelum penyaringan 0,007mg/l dan setelah
penyaringan 0,003mg/l. Maka dari uraian diatas bahwa penyaringan sistem
penjernih air skala rumah tangga sangat cocok menurunkan kadar kandungan
merkuri yang ada pada perairan di lahan gambut seperti daerah pelawan
khusunya.
Kata kunci : Air Bersih, Pertambangan emas tampa izin, Merkuri
DESIGN OF HOUSEHOLD WATER PURIFIER FILTER (Study case
Mining Territory Pelawan subdistrictb Sarolangun
Regency Jambi Province)
Name : Nur Islami Putri
NPM : 1210024428013
Supervisor I : Hendri Sawir, ST, MSi
Supervisor II : Yaumal Arbi, MT
ABSTRACT
Water is a very essential necessary for human life, can we imagine if we do
not consume water for one singel day. When dry season happens, we often meet
wherever of the entire of home land which many districts have lack of water
suppiles and hood will come when rainy season happens. Stiangely, water which
is consumed by citizens do not fulfill an appropriate condition related to
goverment standar rule number 82 years 2001. A solution for the problem above
is a simple techonology extended by all level of citizen especially pelawan
citizens namely fresh water cultivation with a filter of water purifier for house
hold scale. In sarolangun district especially pelawan water which is used come
from ground water such as a digging well and river. If river water increases, if
caused the district will flooded so that ground water is polluted. Specifically, the
water system is appropriate for fish reproduction. Nevertheless, increasition of
human activities to fare advantages potency in pelawan river for instance mining
illegal which cultivate the river using hazardous substances such as mercury
which has polluted river so that the reducing of water system quality of pelawan
as a result of too much human activities. This filtering can reduce matter such as
turbidity, smell, also pH before filtering becomes 4-5 and after do filtering
becomes 0,007mg/l before do filtering and it becomes 0,003mg/l after do filtering.
So, the explanation above can conclude that filtering of purifier water system for
house hold scale is very appropriate for reducing matter mercury substance in
water system of peat moss land such as especially pelawan district.
Keywords: Mercury, Mining illegal, Water
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis telah dimotivasi dan dibantu oleh
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis dengan tulus hati
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu dan ayah, serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibuk Tri Ernita, ST, MP, selaku ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang.
3. Bapak Yaumal Arbi, MT, selaku ketua Prodi Teknik Lingkungan Sekolah
Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang Sekaligus Pembimbing II
dalam penulisan skripsi ini .
4. Bapak Hendri Sawir, ST, MSi selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi
penelitian ini.
5. Seluruh Dosen dan karyawan/karyawati Sekolah Tinggi Teknologi Industri.
6. Teman-teman Mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang, khususnya Mahasiswa/Mahasiswi dari jurusan Teknik
Lingkungan dan juga Teman-teman dari Jurusan Teknik Pertambangan.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun dari semua pihak.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi kita semua.
Padang, Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
RINGKASAN ................................................................................................. i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah ......................................................................... 3
1.4 Rumusan masalah........................................................................ 3
1.5 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.6 Manfaat Penelitian ..................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ........................................................................... 5
2.1.1 Pengertian PETI ................................................................. 5
2.1.2 Berdasarkan Sumbernya Air Dapat digolongkan ............... 6
2.1.3 Kualitas Air Tanah ............................................................. 7
2.1.4 Perancangan Instansi Penjernihan Air (IPA) ..................... 8
2.1.5 Saringan Pasir Lambat ....................................................... 9
2.2 Pengertian Air Bersih .................................................................. 13
2.2.1 Standar Kualitas Air Baku ................................................. 13
2.2.2 Pengertian Air dan Penjernih Air ....................................... 15
2.2.3 Penentuan Debit Aliran Air ................................................ 18
2.2.4 Teori Tingkat Keasaman Air (pH) ..................................... 19
2.2.5 Merkuri ............................................................................... 19
2.2.6 Media Filter ........................................................................ 23
2.3 Kerangka Konseptual ................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 29
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 29
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................... 31
3.3.1 Populasi .............................................................................. 31
3.3.2 Sampel ................................................................................ 31
3.4 Variabel Penelitian ................................................................. 31
3.5 Data dan Sumber Data ................................................................ 31
3.5.1 Data .................................................................................... 31
3.5.2 Sumber Data ....................................................................... 32
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ........................................ 32
3.6.1 Alat dan Bahan ................................................................... 32
3.6.2 Prosedur Pembuatan Alat ................................................... 32
3.7 Kerangka Metodologi.................................................................. 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum .......................................................................................... 41
4.2 Hasil ............................................................................................. 41
4.2.1 Perbandingan Kualitas Air Sungai ......................................... 42
4.2.2 Pengolahan Air di Area Sungai .............................................. 44
4.2.3 pH Air Sungai ......................................................................... 45
4.2.4 Pengaruh Air Sumur Masyarakat disekitar Area Sungai ........ 45
4.2.5 Titik Pengambilan Sampel...................................................... 46
4.3 Pembahasan ................................................................................. 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 48
5.2 Saran ............................................................................................ 49
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Alat dan Bahan .............................................................................. 32
Tabel 4.1 Parameter Pengujian oleh BLHD .................................................. 41
Tabel 4.2 Media Filter Saringan.................................................................... 42
Tabel 4.3 Perbandingan pH Air .................................................................... 45
Tabel 4.4 Data Aplikasi Air Sungai Sesudah dan Sebelum Perlakuan ......... 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ................................................................ 27
Gambar 3.1 Peta Kabupaten Sarolangun ..................................................... 30
Gambar 3.2 Kerangka Metodologi ................................................................ 40
Gambar 4.1 Sampel Air Hulu Sungai ........................................................... 42
Gambar 4.2 Sampel Air Tengah Sungai ....................................................... 43
Gambar 4.3 Titik Pengambilan Sampel ........................................................ 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Gambar Alat Penjernih Air Skala Rumah Tangga
Gambar 1.1 rancangan Saringan Penjernih Air
Gambar 1.2 Media filter Saringan
Gambar 1.3 Bagan Alir Saringan
Lampiran II Gambar Foto Lapangan
Gambar 2.1 Mengisi Media filter
Gambar 2.2 Sistem Kerja Alat
Gambar 2.3Percobaan Alat Penjernih Air Skala RT diTepi sungai
Gambar 2.4 Tumpukan Sampah disekitar Area Sungai
Gambar 2.5 tumpukan batu putih Akibat pengerukan PETI
Gambar 2.6 Kadar Keasaman Air Sungai
Gambar 2.7 Pengambilan Sampel Air Sumur
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sungai Pasar Pelawan adalah sebuah Dusun terpencil terletak di Kabupaten
Sarolangun, perbatasan antara Kabupaten Musi Rawas, sumatera Selatan di
Provinsi Jambi. Dusun ini harus menempuh jarak jauh dari Kota Jambi sekitar
166 km atau sekitar 3 jam. Data kependudukan dari Kecamatan Pelawan
Kabupaten Sarolangun dengan Jumlah Penduduknya 412 KK = 1.934 Jiwa
dengan penghasilan cukup Besar, dibandingkan dengan Dusun yang ada di
Kabupaten Sarolangun.
Daerah Sarolangun khususnya Pelawan, air yang digunakan berasal dari air
tanah, berupa sumur galian dan sungai. Jika air sungai naik akan menyebabkan
daerah ini akan tergenang air, sehingga air tanah tercemar. Secara spesifik
perairan ini sangat sesuai untuk perkembangbiakan ikan, ini dapat dibuktikan
dengan banyaknya jenis ikan yang melakukan pemijahan diperairan ini khususnya
ikan patin, baung dan lain-lain yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Selain itu
biota yang ada dapat menjalankan fungsinya sebagai penyeimbangan ekosistem.
Meningkatnya aktifitas manusia untuk memanfaatkan potensi yang ada di sungai
Pelawan seperti Penambangan Emas tanpa Izin (PETI). Para penambang emas
yang mengolah biji emas dengan menggunakan Merkuri diperairan sungai
Pelawan sebagian besar mengatakan bahwa gejala-gejala kesehatan yang timbul
pada tubuh para penambang emas terkontaminasi Metil Merkuri tidak lansung
nampak atau dirasakan pada saat itu juga. Secara resmi aktifitas pertambangan
emas yang dikelola masyarakat tidak diizinkan oleh pemerintah, baik provinsi
maupun tingkat kabupaten.
Salah satu masalah yang paling meresahkan bagi masyaraakat disekitar loksi
PETI adalah penggunaan bahan berbahaya beracun (B3) yaitu; merkuri (Hg).
Penggunaan Merkuri sebagai bahan untuk mengikat dan pemisah biji emas
dengan pasir, lumpur dan air yang tidak dikelola dengan baik akan membawa
dampak bagi penambang emas maupun masyarakat disekitar lokasi sungai tempat
penambangan, dimana Merkuri yang sudah dipakai dari hasil pengelolaan biji
Emas biasanya dibuang begitu saja dan konsekuensinya badan Sungai Pelawan
tempat penampungnya. Penurunan kualitas perairan Pelawan sebagai akibat dari
aktifitas manusia yang berlebihan paling banyak menyita perhatian pada saat
sekarang ini.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka Penulis berminat untuk mengangkat
judul“Perancangan Saringan Penjernih Air Skala Rumah Tangga (Studi
Kasus Daerah Kawasan Tambang Kecamatan Pelawan Kabupaten
Sarolangun Provinsi Jambi)”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasikan beberapa masalah
diantaranya :
1. Kurang terpenuhinya Kebutuhan air bersih di Kecamatan Pelawan
Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi.
2. Sumber air yang ada di Pelawan terindikasi telah tercemar dengan melihat
secara Fisik dan menurunnya tingkat Kesehatan Masyarakat.
3. Masyarakat didaerah kawasan aliran sungai Pelawan mulai teriindikasi
penyakit.
4. Maraknya Aktifitas Masyarakat disekitar aliran Daerah Sungai.
1.2 Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian yang
ingin dicapai, maka ditetapkan batasan masalah yaitu :
1. Penelitian ini lebih difokuskan pada proses pengolahan air dengan metode
Saringan Penjernih air skala rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan air
bersih bagi Masyarakat di Pelawan.
2. Teknik pengujian sampel secara Fisik (kekeruhan,bau) dan Kimia (pH,
Merkuri).
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Apakah kualitas air yang ada di Daerah Pelawan sudah tercemar?
2. Apakah Metode Saringan Penjernih air skala rumah tangga Efektif dalam
mengolah air menjadi bersih berdasarkan Standar Peraturan Pemerintahan
No.82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Kualitas Air yang ada didaerah Pelawan.
2. Untuk Mengetahui Metode Saringan Penjernih air skala rumah tangga
Efektif dalam mengolah air menjadi bersih berdasarkan Standar Peraturan
Pemerintahan No 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun mamfaat dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagi instansi atau masyarakat
Dapat menjadi bahan masukan bagi instansi atau masyarakat untuk
dapat membuat saringan Penjernih air skala rumah tangga dalam
memperoleh air bersih dari air sumur maupun air sungai yang tercemari.
2. Bagi penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan
ke dalam bentuk penelitian, dan meningkatkan kemampuan penulis dalam
menganalisa suatu permasalahan serta menambah wawasan penulis
khususnya di bidang keilmuan teknik lingkungan.
3. Bagi institusi STTIND Padang
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan
dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan
melakukan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Berikut adalah teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang penulis
lakukan adalah sebagai berikut :
2.1.1 Pengertian PETI
Pertambangan tampa izin (PETI) adalah usaha pertambangan yang
dilakukan oleh perseorangan, sekelompok orang, atau perusahaan yayasan
berbadan hukum yang dalam operasinya tidak memiliki izin dan instansi
pemerintahan yang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. PETI
diawali oleh keberadaan para penambang tradisional, yang kemudian berkembang
karena adanya faktor kemiskinan, keterbatasan lapangan kerja dan kesempatan
usaha, keterlibatan pihak lain yang bertindak sebagai cukong, ketidak harmonisan
hubungan antara perusahaan dengan masyarakat setempat, serta krisis ekonomi
berkepanjangan yang diikuti bahan-bahan dan kebutuhan pokok yang terus
melambung tinggi. Disisi lain, kelemahan dalam penegakan hukum dan peraturan
perundang-undangan yang menganaktirikan pertambangan oleh masyarakat, juga
ikut mendorong maraknya PETI.
Kegiatan PETI tidak mengikuti kaidah-kaidah pertambangan yang benar,
karena telah mengakibatkan kerusakan lingkungan, pemborosan sumber daya
mineral, dan kecelakaan tambang. Disamping itu, PETI bukan saja menyebabkan
potensi penerimaan negara berkurang, tetapi juga negara atau pemerintahan harus
mengeluarkan dana yang sangat besar untuk memperbaiki kerusakan lingkungan.
Mengingat begitu kompleks permasalahan PETI, maka kebijakan penanggulan
PETI diarahkan melalui pendekatan sosial kemasyarakatan seiring dengan
ditegakannya hukum, Dengan kata lain, bagaimana kepentingan masyarakat dapat
diakomodasikan secara proporsional tampa mengabaikan prinsip-prinsip praktek
pertambangan yang baik dan benar. Pendekatan sosial kepada masyarakat,
diarahkan guna mewujudkan pelaksanaan transformasi struktural, pelaksanaan
program wilayah pertambangan Rakyat (WRP) dan pertambangan skala kecil
(PSK) serta pelaksanaan program kemitraan antara para pelaku PETI dengan
perusahaan pemegangan resmi (Sari, 2009).
2.1.2 Berdasarkan Sumbernya Air dapat digolongkan Antara Lain
2.1.2.1 Air laut
Air laut mempunyai sifat asin karena mengandung garam NaCl. Kadar
garam NaCl dalam air laut sebesar 3%, dengan keadaan ini maka air laut tidak
memenuhi syarat untuk air bersih (Sutrisno, 2006)
2.1.2.2 Air Hujan
Air hujan dalam keadaan murni sangat bersih, karena adanya pengotoran
dari udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri atau debu dan lain
sebagainya, maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada
waktu menampung air hujan, jangan dimulai pada saat hujan mulai turun karena
masih banyak mengandung kotoran-kotoran (Sutrisno,2006).
2.1.2.3 Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang terdapat dipermukaan tanah seperti sungai,
danau, rawa dan sebagainya. Dibanding dengan sumber-sumber air lainnya air
permukaan mudah sekali mengalami pencemaran. Disamping pencemaran
disebabkan oleh kegiatan-kegiatan manusia dan juga oleh flora dan fauna. Adapun
yang dikatakan air permukaan adalah:
a. Air Sungai
Dalam penggunaan sebagai air bersih haruslah diolah terlebih dahulu,
mengingat air ini pada umumnya derajat pengotorannya lebih tinggi,
b. Air Rawa/Danau
Kebanyakan air rawa ini berwarna kuning-coklat yang disebabkan oleh
adanya zat-zat organisme yang telah membusuk misalnya asam humus
dalam air. Dengan adanya pembusukan kadar zat organisme sangat tinggi,
maka umunya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula.
c. Air Tanah
Kedudukan air tanah terbagi tiga bagian:
1. Air Tanah Dangkal
2. Air Tanah Dalam
3. Mata Air
2.1.3 Kualitas Air Tanah
Kualitas air tanah dapat dilihat dari :
a) Kualitas Fisik
Dalam proses terjadinya, air tanah telah mengalami penyaringan yang dapat
mengurangi kekeruhan dan warna. Proses penyaringan disini tidak sama
dengan penyaringan yang terjadi pada saringan pasir tetapi penyaringan
terjadi secara alami. Akibat proses ini, kualitas fisik air tanah lebih baik dari
pada kualitas air permukaan. Kualitas fisik air tanah akibat penyaringan
secara alamiah akan tergantung pada :
1) Porositas tanah,
2) Permebilitas tanah,
3) jenis batuan dalam tanah.
b) Kualitas Kimia
Menurut Sutrisno, (2006) Susunan unsur-unsur kimia air tanah tergantung
pada lapisan- lapisan tanah yang akan dilalui. Jika melalui tanah kapur,
maka air tersebut akan menjadi sadah karena mengandung Ca (HCO3)2 dan
Mg(hCO3)2. Dan jika melalui batuan granit maka air itu lunak dan agresip
karena mengandung gas CO2 dan Mn (HCO)3. Pada semua air tanah
mengandung kadar Fe yang berpariasi tergantung pada jenis lapisan tanah.
2.1.4 Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA)
Dalam Perencanaan dan Perancangan Instalasi Penjernihan Air (IPA) harus
memenuhi persyaratan-persyaratan yang berlaku guna mendapatkan suatu
instalasi yang aman dan berguna. Instalasi penjernihan air yang baik akan
menghasilkan air baku, air jernih, air bersih dan air minum. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air. Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat)
kelas seperti yang tercantum di bawah ini.
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air minum, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakkan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukanya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan
tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
2.1.5 Saringan Pasir Lambat
Saringan Pasir Lambat adalah saringan yang menggunakan pasir sebagai
media filter dengan ukuran butiran sangat kecil, namun mempunyai kandungan
kuarsa yang tinggi. Unit ini sudah menjadi teknologi pengolahan air yang efektif
lebih dari 150 tahun. Saringan pasir lambat ini dikenal di Inggris sebelum tahun
1830, dan pertama kalinya menjadi instalasi yang sukses dalam pengolahan untuk
air minum (Taweel dan Ali, 1999 dalam Safira Astari dan Rofiq Iqbal ). Saringan
Pasir Lambat (SPL) sudah lama dikenal di Eropa sejak awal tahun 1800an. Untuk
memenuhi kebutuhan akan air bersih, SPL dapat digunakan untuk menyaring air
keruh ataupun air kotor. Saringan Pasir Lambat sangat cocok untuk komunitas
skala kecil atau skala rumah tangga. Hal ini tidak lain karena debit air bersih yang
dihasilkan oleh SPL sangat kecil (Anonim, 2000). Menurut Astari dan Iqbal
(2008), saringan pasir lambat adalah suatu wadah yang diisi pasir dengan ukuran
butir tertentu dan berfungsi menyaring dan atau menurunkan kekeruhan sehingga
akan menghasilkan air bersih. Saringan pasir lambat sederhana, murah dan dapat
dipercaya serta dapat dipergunakan sebagai metode pilihan pembersihan
persediaan air.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses penyaringan dengan
saringan pasir lambat antara lain (Astari dan Iqbal, 2008):
1. Luas permukaan lapisan pasir
2. Ketebalan Lapisan Pasir
3. Diameter Butiran
4. Jenis Pasir
5. Lama pemakaian media saring
6. Kecepatan penyaringan
7. Kualitas air baku
Saringan Pasir Lambat juga memiliki jenis saringan pasir lambat pipa yaitu
jenis saringan pasir lambat dimana pasir sebagai media saring diisi pada suatu
pipa dalam suatu aliran melingkar. Keunggulan saringan pasir ini terletak pada
kemudahan dalam proses pembersihan kotoran-kotoran yang menempel pada
permukaan saringan (Darmadi, 2011). Menurut Saeni (1988) dalam Darmadi
(2011), pembersihan air dengan menggunakan media saring pasir menunjukkan
peningkatan mutu air hasil penyaringan baik mutu fisik maupun mutu kimia air,
yaitu terhadap kekeruhan, warna, bau, pH, besi, nitrit, kesadahan dan TDS
(padatan terlarut total). Selain sistem pengolahan air bersih model saringan pasir
lambat juga banyak lagi metode pengolahan air yang lainnya seperti teknik
pengolahan air gambut, teknik pengolahan air limbah tahu-tempe, teknologi
pengolahan limbah tekstil dan lain-lain. Teknik pengolahan air gambut memiliki
tahapan-tahapan proses, adapun proses pengolahan air lahan gambut terdiri dari
ssebagai berikut;
1. Netralisasi
Netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi netral (pH 7-8).
Untuk air yang bersifat asam misalnya air gambut, yang paling murah dan mudah
adalah dengan pemberian kapur/gamping. Di samping itu, batu gamping juga
dapat membantu efektifitas proses selanjutnya (Hamer, 1986).
2. Aerasi
Aerasi Yaitu mengontakkan udara dengan air baku agar kandungan zat besi
dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada di udara
membentuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat diendapkan. Proses
aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan gas-gas beracun yang tidak
diinginkan misalnya gas H2S, metan, karbondioksida dan gas-gas beracun
lainnya.
3. Koagolasi
Koagolasi Adalah suatu proses pemberian/penambahan sejumlah zat kimia
tertentu ke dalam kotoran dalam air yang berupa padatan tersuspensi misalnya zat
warna organik, lumpur halus, bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan
menghasilkan endapan gumpalan (flock) yang sempurna biasanya dipakai
Al2(SO
4)3. Dalam proses ini, pH air tersebut harus ditentukan besarnya agar
mendapatkan flock yang sempurna.
Al2(SO
4)3 18 H
2O+ Ca(HCO
3)2 3
+6 CO2+18H
20
Pengendapan kotoran dapat terjadi karena pembentukan aluminium
hidroksida Al(OH)3
yang berupa partikel padat yang akan menarik partikel-
partikel kotoran sehingga menggumpal bersama-sama menjadi besar dan berat
selanjutnya akan segera mengendap.
4. Pengendapan
Setelah proses koagolasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan kotoran
yang terjadi mengendap semua (± 45-60 menit). Setelah kotoran mengendap air
akan tampak lebih jernih. Endapan yang terkumpul di dasar tangki dapat
dibersihkan dengan membuka kran penguras yang terdapat dibawah tangki
(Hamer, 1986).
2.1.5.1 Saringan Pasir Cepat
Saringan pasir cepat merupakan salah satu jenis unit filtrasi yang mampu
menghasilkan debit air yang lebih banyak dibandingkan Saringan Pasir Lambat,
namun kurang efektif untuk mengatasi bau dan rasa yang ada pada air yang
disaring. Selain itu, debit air yang cepat menyebabkan lapisan bakteri yang
berguna untuk menghilangkan patogen tidak akan terbentuk sebaik apa yang
terjadi Slow Sand Filter, sehingga membutuhkan proses desinfeksi yang lebih
intensif. Perbedaan utama dari RSF dan SSF adalah bahwa pada SSF arah aliran
airnya dari atas ke bawah, sedangkan pada RSF dari bawah ke atas (up flow atau
saringan pasir lambat). Selain itu pada RSF umumnya dapat
melakukan backwash atau pencucian saringan tanpa membongkar keseluruhan
saringan (Hasanah, 2011).
2.2 Pengertian Air Bersih
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air terdapat
pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan
sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila
dimasak.
2.2.1 Standar Kualitas Air Baku
Air bersifat Universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutkan zat-
zat yang alamiah dan buatan manusia. Untuk menggarap air alam, meningkatkan
mutunya sesuai tujuan, pertama kali harus diketahui dahulu kotoran dan
kontaminan yang terlarut di dalamnya. Pada umumnya kadar kotoran tersebut
tidak begitu besar. Dengan berlakunya baku mutu air untuk badan air, air limbah
dan air bersih, maka dapat dilakukan penilaian kualitas air untuk berbagai
kebutuhan.
Di Indonesia ketentuan mengenai standar kualitas air bersih mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air Kriteria
penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:
1. Persyaratan kualitas air untuk air minum.
2. Persyaratan kualitas air untuk air bersih.
3. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah
beroperasi.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka
kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu:
1. Syarat fisik, antara lain:
a. Air harus bersih dan tidak keruh.
b. Tidak berwarna
c. Tidak berasa
d. Tidak berbau
e. Suhu antara 10o-25
o C (sejuk)
2. Syarat kimiawi, antara lain:
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.
b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
c. Cukup yodium.
d. pH air antara 6,5 – 9,2.
3. Syarat bakteriologi, antara lain:
Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera,
dan bakteri patogen penyebab penyakit. Pada umumnya kualitas air baku akan
menentukan besar kecilnya investasi instalasi penjernihan air dan biaya operasi
serta pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air semakin berat beban
masyarakat untuk membayar harga jual air bersih. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No 82 Tahun 2001, penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan
kualitas, yaitu:
a. Aman dan higienis.
b. Baik dan layak minum.
c. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
d. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.
2.2.2 Pengertian Air dan Penjernihan Air
Air adalah zat atau unsur yang paling penting bagi semua bentuk kehidupan
yang diketahui sampai saat ini dibumi, air adalah zat cair yang tidak mempunyai
rasa, warna dan bau. Tingkat kekeruhan air sangat bervariasi sesuai dengan
struktur atau kandungan mineral dalam tanah dan pada masing-masing lokasi.
Pada daerah yang memiliki sumber mata air permukaan tanah, tanah sangat
menentukan sekali jenis air terutama pada tanah liat. Mayoritas air keruh dan
kekuning-kuningan, Penanggulangan secara cepat dapat dilakukan dengan cara
melakukan penyaringan air dengan menggunakan beberapa teknik penyaringan air
bersih secara alami atau buatan maupun modern/tradisional untuk mendapatkan
hasil air yang layak digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Tiada air sama
dengan tiada kehidupan, kita dapat terus hidup selama beberapa minggu tanpa
makanan, tetapi hanya bertahan beberapa harin tanpa air.
Air memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Air
merupakan komponen utama darah manusia dan diperlukan untuk fungsi
metabolik, kepekatan elektrolit dan pengaturan suhu tubuh serta berbagai fungsi
tubuh lainya. Hampir segalanya melibatkan air hampir 70% dari tubuh manusia
terdiri dari air.
1. Perhatikan seberapa banyak air yang terdapat pada tubuh kita :
a. Tulang terdiri dari 22% air
b. Darah terdiri dari 83% air
c. Otak terdiri dari 75% air
d. Otot terdiri dari 75% air
e. Ginjal terdiri dari 83% air
2. Berbagai kegunaan air terhadap tubuh kita
a. Mengatur suhu tubuh
b. Berfungsi sebagai pelarut untuk mineral, vitamin, asam amino, glukosa
dan molekul kecil lainya agar mudah diserap oleh tubuh
c. Membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh
d. Melicinkan daerah sendi (terutama untuk para olahragawan, penderita
radang sendi dan pengindap masalah ketegangan otot menahun yang
kronis)
e. Penting untuk reaksio kimia dalam tubuh
f. Bertindak sebagai penyerap hentakan didalam mata dan saraf tulang
belakang.
g. Menyingkirkan sisa buangan dari sisa proses metabolisme.
3. Air merupakan nutrisi yang paling penting untuk kehidupan manusia,
Karena air memainkan peranan penting dalam kehidupan, akan semakin
banyak orang yang mengutamkan penggunaan air yang berkualitas untuk
minuman dan makanan. Kualitas air umumnya ditentukan melalui sifat-sifat
fisik, kimia, biologi dan estetika (warna dan bau ). Sayangnya, air minum
yang kita minum sehari-hari mungkin membawa lebih banyak ancaman
dibandingkan kebaikan. Umumnya terdapat beberapa masalah yang sering
mempengaruhi kualitas air minum. Ini termasuk pencemaran air yang
sangat berbahaya.
Bahan pencemar yang sering terkandung dalan air minum :
a. Kista dan protozoa
Giardia dan cryptosporium menyebabkan diare, penyakit yang serius
dan mungkin membawa maut serta memerlukannya dari dalam tubuh
manusia.
b. Arsenic
Arsenic timgkat tinggi menyebabkan berbagai jenis kanker termasuk
kanker kandung kemih, paru-paru dan kulit serta masalah kulit, diabetes,
penyakit jantung dan kerusakan sistem syaraf.
c. Logam Toksin seperti Raksa dan Timah
Logam toksin dapat mengakibatkan gangguan syaraf yang berbahaya
dan masalah kesehatan yang serius jika dimakan atau terhirup.
d. Racun Serangga dan Herbisida
Mengancam kesehatan, menyebabkan cacat pada bayi dan kematian
e. Hasil Sampingan Klorin
Karsinogen (sesuatu yang menyebabkan kanker ) terjadi apabila klorin
bereaksi terhadap organik dalam air.
f. MTBE (methyl-buty ether)
Pembekalan oksigen untuk bahan api. Pada level yang tinggi, dapat
menjadi racun dan sesuatu yang menyebabkan kanker.
2.2.3 Penentuan Debit Aliran Air
Di dalam pengujian faktor penting dalam studi hidrolika adalah kecepatan
(V) atau debit aliran (Q). Dalam perhitungan praktis, rumus yang banyak
digunakan adalah persamaaan kontinuitas yaitu:
Q = A.V
Dimana:
Q : Debit aliran (m3 / detik)
A : Luas penampang (m2)
V : Kecepatan (m / detik)
Apabila kecepatan dan tampang air aliran diketahui, maka debit aliran
dapat diperhitungkan. Demikian juga kecepatan dan debit aliran diketahui dapat
dihitung luas tampang aliran yang diperlukan untuk melewati debit tersebut,
dengan kata dimensi pipa dan saluran dapat ditetapkan. Biasanya aliran ditentukan
oleh kebutuhan air yang diperlukan atau debit air sudah ditentukan.
2.2.4 Teori Tingkat Keasaman Air (pH)
Berkaitan dengan Sifat Asam dan Basa, Larutan dikelompokkan kedalam
Tiga Golongan, yaitu bersifat Asam, bersifat Basa dan Netral. Asam dan Basa
merupakan Dua Golongan Zat Kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari, kita mengenal berbagai zat yang golongan sebagai asam dan basa.
Sifat asam dan basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur
pH, pH adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman larutan.Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan basa
mempunyai pH lebih besar dari 7, sedangkan larutan netral mempunyai pH= 7.
pH larutan dapat ditentukan dengan menggunakan indikator pH (indikator
universal).
2.2.5 Merkuri
Merkuri atau Air Raksa adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA) 80
serta mempunyai masa molekul relatif (MR =200,59). Merkuri diberikan simbol
kimia Hg yang merupakan singkatan yang berasal bahasa Yunani Hydrargyrum,
yang berarti cairan perak. Bentuk fisik dan kimianya sangat menguntungkan
karena merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam temperatur
kamar (25°C), titik bekunya paling rendah (-39°C), mempunyai kecenderungan
yang lebih besar, mudah bercampur dengan logam lain menjadi logam campuran
(Amalgam, Alloi), juga dapat mengalirkan arus listrik sebagai konduktor baik
tegangan arus listrik tinggi maupun tegangan arus listrik rendah. Merkuri
merupakan salah satu unsur kimia yang biasa digunakan pada proses pemisahan
emas dengan unsur logam ikutan lainnya.
Merkuri termasuk logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecil pun
dapat bersifat Toksik (Racun). Merkuri merupakan logam yang dalam keadaan
normal berbentuk cairan berwarna abu-abu, tidak berbau dengan berat molekul
200,59. Tidak larut dalam air, alkohol, eter, asam hidroklorida, hydrogen bromida
dan hidrogen iodide; Larut dalam asam nitrat, asam sulfurik panas dan lipid.
Tidak tercampurkan dengan oksidator, halogen, bahan-bahan yang mudah
terbakar, logam, asam, logam carbide dan amine. Dengan sifatnya yang demikian,
merkuri menjadi unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik itu
dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan
(membentuk senyawa dengan unsur yang lain). Merkuri walaupun mengambil
bentuk cairan sebenarnya masuk dalam kategori logam. Toksisitas (Tingkat
Keracunan) merkuri berbeda sesuai bentuk kimianya, misalnya merkuri inorganik
bersifat toksik pada ginjal, sedangkan merkuri organik seperti metil merkuri
bersifat toksis pada sistim syaraf pusat. Merkuri sama sekali tidak dibutuhkan
kehadirannya dalam tubuh kita. Metil merkuri dapat juga diserap secara langsung
melalui pernapasan dengan kadar penyerapan 80%.
Uapnya dapat menembus membran paru-paru dan apabila terserap ke
tubuh, ia akan terikat dengan proteinsulfurhidril seperti sistein dan glutamine. Di
dalam darah, 90% dari metil merkuri diserap kedalam sel darah merah dan metil
merkuri juga dijumpai dalam rambut. Jumlah merkuri yang dimasukkan ke dalam
akar rambut adalah berbanding dengan kepekatan metil merkuri di didalam darah.
Metil merkuri merupakan senyawa organik yang paling berbahaya yang telah
dipelajari oleh manusia. Metilasi merkuri dapat terjadi dalam tubuh organisme
manapun termasuk manusia. Merkuri sangat berbahaya terhadap kesehatan
manusia. Merkuri yang terikat pada adenina dapat mengganggu enzim,
mengganggu biosintesis protein dan lemak serta merusak DNA dan RNA yang
mengakibatkan kecacatan pada manusia. Semua komponen merkuri dalam bentuk
apapun yang masuk ke dalam tubuh manusia secara terus menyebabkan berbagai
kerusakan permanen pada otak, hati, dan ginjal (Roger etal,1984). Dampak yang
timbul oleh merkuri sebagai berikut :
1. Pengaruh terhadap Fisiologis
Pengaruh terhadap fisiologis Pengaruh toksisitas merkuri (Hg) terutama
pada Sistem Saluran Pencernaan (SSP) dan ginjal akibat merkuri
terakumulasi. Jangka waktu, intensitas dan jalur paparan serta bentuk
merkuri sangat berpengaruh terhadap sistim yang dipengaruhi. Organ utama
yang terkena pada paparan kronik oleh elemen merkuri dan organomerkuri
adalah SSP sedang garam merkuri akan berpengaruh terhadap kerusakan
ginjal. Keracunan akut oleh elemen merkuri yang terhisap mempunyai efek
terhadap sistim pernafasan sedang garam merkuri yang tertelan akan
berpengaruh terhadap SSP, efek terhadap sistim cardiovaskuler merupakan
efek sekunder.
2. Pengaruh terhadap Sistim Syaraf
Pengaruh terhadap sistem syarat adalah Merkuri yang berpengaruh terhadap
sistim syaraf merupakan akibat promer dari pemajanan uap elemen Hg dan
MeHg karena senyawa ini mampu menembus "bloodbrain barier" dan dapat
mengakibatkan kerusakan otak yang mengakibatkan kelumpuhan permanen.
Hg yang masuk dalam pencernaan akan memperlambat SSP yang mungkin
tidak dirasakan pada paparan setelah beberapa bulan sebagai gejala pertama
sering tidak spesifik seperti pandangan kabur atau pendengaran hilang
(ketulian) dan impoten.
3. Pengaruh terhadap Ginjal
Pengaruh terhadap ginjal adalah Apabila terjadi akumulasi pada ginjal yang
diakibatkan oleh masuknya garam inorganik merkuri atau phenylmercury
melalui SSP akan menyebabkan naiknya permiabilitas epitel tubulus
sehingga akan menurunkan kemampuan fungsi ginjal (disfungsi ginjal).
Pajanan (Paparan) melalui uap merkuri atau garam merkuri melalui saluran
pernafasan juga dapat mengakibatkan kegagalan ginjal karena terjadinya
proteinuria atau nephrotik sindrom dan tubular nekrosis akut.
4. Pengaruh terhadap Pertumbuhan
Terutama terhadap Bayi dari ibu yang terpapar oleh MeHg, dari hasil studi
membuktikan ada kaitan yang signifikan bayi yang dilahirkan dari ibu
terpapar merkuri maka bayi yang dilahirkan mengalami gangguan kerusakan
otak yaitu retardasi mental (Kelainan/Cacat Mental), tuli, penciutan
lapangan pandang, microcephaly (Otak tidak tumbuh sehingga ukuran
kepala jauh lebih kecil dari ukuran kepala normal), cerebral palsy
(Kelumpuhan Otak besar yang menyebabkan kelumpuhan syaraf
keseluruhan), ataxia (Gangguan koordinasi tangan dan kaki, tubuh hingga
gangguan bicara), buta dan gangguan menelan.
Merkuri yang terpapar melalui kulit dan bekerja merusak pigmen-pigmen
kulit sebagaimana banyak kosmetik yang menggunakannya akan berakhir pada
mimpi buruk hilangnya kecanttikan secara alami bahkan fisik. karena akan
memunculkan efek kebalikan dari yang diterimanya selama menggunakan
merkuri dan kebanyakan akan sullit dikembalikan ke kondisi kulit yang cantik dan
sehat seperti semula. Di antara semua unsur logam berat, Merkuri (Hg)
menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya (Skripsi Hayati Lubis, 2005).
2.2.6 Media Fiter
2.2.6.1 Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan sebuah material atau bahan yang memiliki pori-
pori sangat banyak dan luas. Pori-pori ini berfungsi untuk menyerap setiap
kontaminan yang melaluinya. Artinya, jika air disaring dengan karbon aktif, maka
kontaminan dalam air dapat masuk dalam pori-pori dan terjebak di dalamnya. Jika
dibuat angka, sebanyak 450 gram karbon aktif dapat mengandung kira-kira 40
hektar luas permukaan. Karbon aktif bekerja dengan cara penyerapan atau
absorpsi. Artinya, pada saat ada bahan yang melalui karbon aktif tersebut,
material yang terkandung di dalamnya akan diserap. Maka tidak heran jika bahan
ini mampu mengambil beberapa kandungan tidak baik dari sebuah air tercemar.
Bahkan dapat menjernihkan air yang keruh sekaligus menghilangkan bau dari air
tersebut.
Kegunaan Karbon Aktif dalam filter air jelas dapat dirasakan oleh
masyarakat di kota besar, khususnya yang sudah menggunakan penyaring air baik
sederhana maupun berteknologi. Beberapa manfaat yang diberikan oleh karbon
aktif untuk penyaring dan penjernih air adalah;
1. Menyerap Bau
Air sumur berbau biasanya akan diantisipasi dengan karbon aktif atau arang
aktif. Bahan ini digunakan dalam sejumlah produk penyaring air.
2. Menjernihkan
Air yang keruh juga bisa ditanggulangi dengan menggunakan karbon aktif.
Yakni dengan memanfaatkan pori-pori besar untuk menyerap sedimentasi
atau endapan yang terkandung di dalam air.
3. Mengambil klorin
klorin dalam air bisa terserap dalam karbon aktif. Maka dari itu, cara ini
dipercaya aman untuk menghasilkan air minum yang layak konsumsi.
4. Bahan Yang Tidak Bisa Diserap
Meskipun banyak kontaminan yang bisa diserap, ternyata karbon aktif juga
bisa meloloskan beberapa kandungan air, di antaranya mineral, garam, dan
senyawa anorganik. Maka dari itu, pemakaian karbon aktif dalam filter air
harus dikolaborasikan dengan teknologi lain untuk menghilangkan
kontaminan yang tidak bisa diserap olehnya. Adalah Nicofilter, salah satu
produk yang bisa menghasilkan air sehat dengan sistem teknologi yang
aman.
2.2.6.2 Ampas Tebu
Tebu (saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan semusim,
yang mempunyai sifat tersendiri, sebab di dalamnya terdapat zat gula. Tebu
termasuk keluarga rumput-rumputan (family graminae). Akar tanaman tebu
adalah serabut dan tanaman ini termasuk ke dalam kelas monocotyledone
(Supriadi 1992). Ampas tebu atau Bagase adalah bahan sisa berserat dari batang
tebu yang telah mengalami extraksi niranya dan banyak mengandung parenkin
serta tidak tahan lama disimpan karena mudah terserang jamur. Serat sisa dan
ampas tebu biasanya digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi
pengolahan gula. Serat tebu selain dimanfaatkan sebagai bahan bakar pabrik juga
dapat digunakan sebagai pembuatan papan partikel, kertas, media budidaya jamur
dan pupuk kompos (Slamet 2004). Ampas tebu merupakan hasil samping dari
proses ektraksi tebu. Dari suatu pabrik dapat dihasilkan sekitar 35-40% dari berat
tebu yang digiling (Penebar Swadaya 2000). Komponen kimia serat tebu dan
beberapa serat lainya dapat dilihat.
2.2.6.3 Pasir Sungai
Kegunaan pasir sungai adalah untuk menyaring lumpur, tanah, pasir
lempung dan partikel-partikel dalam air. Biasanya pasir sungai di gunakan sebagai
pre-filter.
2.2.6.4 Ijuk
Kebanyakan semua jenis filter mempunyai system mekanik di dalamnya,
dan juga, filter mekanik merupakan filter dasar yang banyak digunakan dengan
menggunakan bantuan system grativitas untuk menyaring air melalui media yang
dapat menahan kotoran kasar pada air tanpa menahan laju air Tetapi, kotoran
kasar tersebut dapat bertumpuk dan menyebabkan kemacetan pada jalur air
mengalir. Oleh karena itu, diperlukan pembersihan secara rutin pada system filter
ini. Beberapa filter menyediakan fasilitas untuk melakukan pembersihan (Back
wash) secara otomatis. Adapun beberapa media yang digunakan untuk filter
mekanik ini salah satunya adalah : ijuk.
2.3 Kerangka Konseptual
Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu
penulis dalam menyelesaiakan penalitian, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
Input Proses Output
1. Input
Input terdiri dari data - data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu alat
saringan Penjernih air skala rumah tangga.
Proses
1. Bentuk
rancangan
alat saringan
Penjernih air
skala rumah
tangga
2. Kandungan
air sebelum
dan sesudah
diperlakukan
pada alat
saringan
Penjernih air
skala rumah
tangga
3. Debit aliran
air
Output
1. Mengetahui
Apakah air
yang ada
didaerah
pelawan sudah
tercemar
2. Mengetahui
Apa kandungan
dari air tersebut
sesudah dan
setelah
dilakukan
penyaringan
Input 1. Sampel air
sungai
2. Alat saringan
Penjernih air
skala rumah
tangga.
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
2. Proses
Pada tahap ini dilakukannya perancangan alat saringan Penjernih air skala
rumah tangga, kemudian melakukan analisis kandungan air yang sudah dilakukan
penyaringan sebelum dan setelah dilakukan penyaringan.
3. Output
Output yaitu hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu mendapatkan
hasil air yang bersih dengan alat yang telah dirancang dan air tersebut dapat
digunakan sesuai peruntukan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan
Percobaan. Penelitian percobaan adalah penelitian yang bertujuan untuk menilai
pengaruh suatu perlakuan/tindakan/treatment terhadap suatu objek atau menguji
hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan
tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum percobaan adalah
untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala suatu
kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan
yang berbeda (Sumadi,1998).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di dua tempat, pengamatan masalah dan
pengamatan sampel di pasar pelawan kabupaten sarolangun porvinsi jambi.
Sedangkan pengujian dilakukan di Balai Riset dan Standardisasi Industri kota
Padang pada bulan April sampai dengan Juni 2016.
Gambar 3.1.
Peta Kabupaten Sarolangun
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah Jumlah dari keseluruhan objek kajian penelitian yang
memiliki karakteristik tertentu. Populasi pada penelitian ini adalah Saringan
penjernih air skala rumah tangga yang terbuat dari rangkaian beberapa pipa.
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi data yang dianggap mewakili
populasi keseluruhan, yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah air sungai
atau aliran air sungai yang ada di daerah Pasar Pelawan Kecamatan Sarolangun.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah parameter yang akan dikaji di dalam melakukan
penelitian. Parameter yang akan dikaji antara lain perbandingan hasil air sungai
sebelum dan sesudah dilakukan penyaring dengan Penjernih air skala rumah
tangga.
3.5 Data dan Sumber Data
3.5.1 Data
Data yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah :
a. Sampling untuk Pembuatan Alat Penyaringan Penjernih air skala rumah
tangga.
b. Sampling untuk Pengolahan.
c. Sampling untuk Pengukuran di Laboratorium.
3.5.2 Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang akan diambil adalah data primer yaitu data
yang langsung diambil dari sumber pengamatan. Untuk sumber data yang penulis
gunakan berasal dari data primer hasil uji laboratorium.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dibawah ini akan dijelaskan berbagai teknik pengolahan dan analisis data
yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.6.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini bisa dilihat pada tabel
3.1. sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Alat dan Bahan
No. Alat Bahan Media Filter
1. 1. pipa PVC 4 “ 40cm
2. drop drat 4
3. Shock 4
4. klem tangki ½
5. shock drat ½
6.lem PVC
7.Kran ukuran ¾
1. Kain kasa (pembatas
media filter)
2. Karbon aktif (Arang
tempurung kelapa)
3. Ampas tebu
4. Pasir Pantai/ sungai
5. ijuk
3.6.2. Prosedur Pembuatan alat
Mengetahui perbandingan hasil air sungai yang sudah dilakukan
penyaringan dan yang belum dilakukan penyaringan menggunakan alat saringan
Penjernih air skala rumah tangga, yaitu untuk mengetahui air sungai tersebut
sudah tercemar atau tidak. Adapun cara untuk mengetahuinya adalah sebagai
berikut:
3.6.2.1 Teknik Pembuatan Alat
Teknik pembuatan alat dan bahan penyaringan air bersih yaitu
menggunakan Pipa bersusun, dimana disini teknik pembuatan alatnya antara lain :
1. Siapkan bahan untuk perakitan
2. Potong pipa yang telah disiapkan menjadi dua bagian
3. Beri lubang seukuran pipa ½ dim pada masing-masing pipa yan telah
dipotong menjadi 2 bagian sepanjang 40 cm
4. Membuat inlet pada pipa pertama dan outlet pada pipa kedua
5. Membuat outlet pada pipa yang telah dibuat lobang kecil pada dasar pipa
kedua
6. Setelah itu pasang dop ½ dim pada kedua ujung pipa bawah dan atasnya.
7. Setelah kuat, pasang rangkaian tersebut, pastikan terpasang dengan kuat dan
rapat dan tambahkan lem pipa untuk mendapatkan hasil lebih baik, seperti
gambar pada data Terlampir (Lampiran I).
3.6.2.2 Prosedur Sampling
Setelah ditentukan titik sampling maka dilakukan sampling dititik yang
sudah ditentukan. Untuk sungai pasar pelawan kabupaten sarolangun dilakukan
dua kali sampling yaitu satu kali dilakukan pada hulu sungai dan yang kedua pada
tengah yaitu titik paling dekat dengan pemukiman masyarakat. Teknik
pengambilan sampelnya dilakukan secara grap sample. Grap sample yaitu contoh
yang menunjukan sifat contoh pada saat contoh diambil. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah :
1. Contoh air sungai sebaiknya diambil dari bagian yang mengalir dan dekat
dengan permukaan
2. Bagian sungai yang diam sebaiknya dihindari
3. Untuk sungai yang lebar dan lurus contoh diambil dari tepi tetapi pada
jarak paling sedikit 1 M dari tepi sungai.
4. Pengambilan contoh air sungai yang tidak terjangkau tangan, sampel
dapat diambil dengan water sampler.
Sedangkan untuk urutan pelaksanaan pengambilan sampel adalah sebagai berikut;
a. Membuat perencanaan pengambilan sampel
b. Menentukan lokasi pengambilan sampel
c. Menentukan titik pengambilan sampel
d. Melakukan pengambilan sampel
e. Melakukan pemeriksaan kualitas air dilapangan seperti parameter (pH ).
3.6.2.3 Cara Kerja Alat
1. Memisahkan sampel air yang akan di uji coba sebagai perbandingan antara
hasil sebelum dan sesudah di jernihkan melalui saringan penjernih air skala
rumah tangga.
2. Langkah kedua membersihkan semua peralatan percobaan terutama pasir,
ampas tebu, arang dan ijuk. Tujuan dari pembersihan ini adalah agar dalam
proses tidak terlihat lagi perubahan air ketika direndam
3. Membuat wadah tabung saringan dari pipa yang bagian ujung dari pipa di
berikan ruang untuk tempat mengalirnya air ketika proses penyaringan
dengan merekatkan keran air sebagai pengontrol keluarnya air yang telah di
filtrasi.
4. Dalam wadah tabung Saringan di isi bahan-bahan dengan susunan sebagai
berikut : lapisan pertama yaitu ijuk dengan 10 cm, selanjutnya lapisan kedua
yaitu Karbon aktif dengan 10 cm dari tinggi alat, lapisan ketiga ampas tebu
8 cm, selanjutnya pasir sungai 12 cm,selanjutnya pada tabung kedua pasir
sungai 1 cm, ampas tebu 5 cm. Seperti pada gambar(Lampiran I gambar 1.3)
5. Selanjutnya, setelah di susun seperti di atas langkah selanjutnya adalah
memasukkan sampel air yang akan di olah pada saringan tersebut.
6. Setelah memasukkan sampel air olahan, maka tinggal menunnggu hasil
penyaringan air tersebut untuk penjernihan.
Medi filter yang diisikan yaitu : Pasir sungai ( dengan variasi 30%, 25%),
Karbon Aktif ( dengan variasi 25%, 20%), Ampas Tebu ( dengan variai 20%,
25%), Ijuk (dengan variasi 25%, 30%) seperti gambar yang terlampir.
3.6.2.4 Teknik Pengujian Air Sungai Secara Fisik
Pengujian Air Sungai secara Fisik dapat dilakukan dengan menggunakan
bahan baku air sungai dari sumber dengan cara sebagai berikut:
3.6.2.4.1 Warna
Melihat dari segi warnanya, Metode Pengamatan : Organoleptik (Uji
organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian
dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran
daya penerimaan terhadap produk.
3.6.2.4.2 Bau
Bau suatu perairan dapat disebabkan oleh adanya dekomposisi zat-zat
organik pada suatu perairan yang dapat menimbulkan gas-gas. Gas yang
keluar dari hasil dekomposisi bukan saja menimbulkan bau yang kurang
sedap tetapi adakalanya dapat mematikan biota yang ada di dalamnya,
contohnya adanya kasus ikan-ikan yang mati atau mabuk. Metode
Pengamatan : Organoleptik
3.6.2.5 Teknik Pengujian Air Sungai Secara kimia
Teknik pengujian air sungai secara kimia dapat dilakukan dengan langkah
seperti berikut :
3.6.2.5.1 pH
Pengukuran pH pada penelitian menggunakan pH meter. Pengukuran
dilakukan pada 3 stasiun yang berbeda. Skala yang digunakan untuk pengukuran
pH yaitu dari 0 sampai 14, jika pH diperairan tersebut 0-14 maka perairan disebut
asam dan jika pH diperairan tersebut menunjukkan 7-14 maka perairan itu basa.
Adapun langkah-langkah pengukuran pH air dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut;
1. Siapkan pH-meter terlebih dahulu
2. Masukkan/celupkan pH-meter kedalam media atau air sampel yang akan
diukur
3. Setelah itu lihat Angka yang tertera kemudian dicatat kedalam tabel yang
telah disediakan.
3.6.2.5.2 Mercury Air Raksa (Hg)
Parameter sampling yang diujikan dipilih mercury karena masyarakat
menggunakan media air raksa (Hg) sebagai pencucian emas tersebut, yang
dibuang dibadan sungai. Maka untuk itu salah satu parameter yang diambil adalah
mercury, yang pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Spektrofotometer
serapan atom (AAS). Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah suatu alat
yang digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan
metaloid yang berdasarkan pada penyerapan absorbsi radiasi oleh atom bebas.
Cara Kerja AAS :
1. Pertama-tama gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu
ducting, main unit, dan komputer secara berurutan.
2. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul
perintah ”apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik
Yes dan jika tidak No.
3. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan
nomor lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian
diklik setup,
4. Kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas
supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan
mudah.
5. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
6. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working
mode.Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada
symbol unsur yang diinginkan.
7. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings.
Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ;
measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration :
ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
8. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
9. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu
menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.
10. Pada menu measurements pilih measure sample.
11. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian
dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.
12. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang
sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.
13. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang,
dilakukan pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan
lurus.
14. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan
pengukuran.
15. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
16. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon
print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
17. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk
membilas burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan,
program pada komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian
kompresor, setelah itu ducting dan terakhir gas.
3.6.2.6 Menghitung Debit Aliran Air di Dalam Saringan Pasir Lambat
Debit air adalah volume aliran air per satuan waktu. Debit air dipengaruhi
oleh luas penampang perairan dan kecepatan arus. “Perhitungan menggukan
rumus :
Q =
Keterangan :
T = Waktu laju aliran,
V= Volume alir,
Q= Debit Aliran
3.7 Kerangka Metodologi
Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian:
BAB IV
Mulai
Batasan Masalah
.
Rumusan Masalah
Survey Lapangan Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Data Sekunder Data Primer
Teknik dan Pengolahan Data
1. Perancangan alat saringan
2. Pengujian laboratorium
3. Perbandingan
Analisa Data
Kesimpulan
Selesai
Kesimpulan
Gambar 3.3
Kerangka Metodologi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Berdasarkan Hasil Pengamatan sebelumnya pada Aliran Sungai yang
pernah dilakukan pada Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi, didapatkan hasil
Pengujian dengan Parameter yang menyatakan Sungai tersebut melebih Ambang
Batas Baku Mutu yang telah ditetapkan namun dengan pada titik yang berbeda
pada tahun 2013 Parameter Pengujian yang didapatkan adalah sebagai berikut;
Tabel 4.1
Parameter Pengujian oleh BLHD
Parameter Satuan Baku Mutu Hasil terdata
Air Raksa Mg/l 0.002 0,0008
Ph Mg/l 6-9 3
BOD Mg/l 10 25
COD Mg/l 6 20
DO Mg/l 6 0
Sumber; (BLHD Sarolangun, 2013)
4.2 Hasil
Dari penelitian yang telah dilakukan dalam efektifitas saringan pasir
lambat yang menggunakan media filter yang bervariasi dapat dilihat pada tabel
4.2 sebagai berikut :
Tabel 4.2
Media Filter Saringan Pasir Lambat
Pipa Media Filter Saringn Pasir Lambat
Pasir Sungai Karbon Aktif Ampas Tebu Ijuk
1 30 % 25 % 20 % 25%
2 25 % 20 % 25 % 30%
4.2.1 Perbandingan Kualitas Air Sungai
Dari hasil Perbandingan Kualitas Air dapat dilihat dari Sampel yang diambil
dari Hulu Sungai dan Tengah Sungai, kita memilih Tengah Sungai dikarenakan
Tengah Sungai adalah Aliran Sungai yang terletak dikawasan yang 70%
masyarakatnya banyak mengunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari.
Gambar 4.1
Sampel Air Hulu Sungai
Gambar 4.2
Sampel Air Tengah Sungai
Dari Perbandingan secara fisik sampel dari hulu dan tengah diatas dapat
dilihat penurunan kualitas air sungai secara kasat mata dari segi warna. Factor-
faktor yang mengakibatkan perubahan kualitas air sungai, baik dari segi warna itu
diakibatkan oleh pengaruh dari aktifitas masyarakat disekitar daerah aliran sungai
tersebut. Seperti banyaknya masyarakat yang melakukan Dompeng (PETI),
tambang pasir/Batu putih dan aliran pembuangan sisa pencucian aktifitas
dompeng yang dilakukan didaratan dengan sistem pengeboran yang sisa
pencucian airnya dialiran kebadan sungai, Sedangkan masyarakat secara
keseharian menggunakan air sungai untuk kebutuhan. sistem drainase di daerah
pelawan juga tidak berfungsi dengan optimal, ini dapat menyebabkan air naik
kepermukaan sehingga juga dapat mempengaruhi kualitas air tanah.
4.2.2 Pengolahan Air di Area Sungai
Pengolahan air pada sungai dilakukan untuk membuktikan tercemarnya air
secara fisik dengan menggunakan alat penyaring saringan pasir lambat yang dapat
dilakukan dengan pengambilan sampel pada area sungai yang dekat dengan
pemukiman masyarakat. Pada pengolahan air sungai tidak dilakukan secara
optimal, karena masih terdapat bahan sampah, partings (sisipan) dan tanah
(lempung) yang tercampur karena akibat buangan penggerukan dari aktifitas
penambangan yang dilakukan pada daerah aliran sungai .
Disekitar sungai banyak terdapat sampah, sampah berupa plastic
makanan, botol air mineral dan daun kering. Sampah tersebut berasal dari plastic
makanan dan minuman masyarakat sekitar yang menjadikan sungai tempat
pembuangan sampah. Selain campuran dari sampah, lumpur dapat menjadi
masalah di pad area sungai Karena lumpur dari sisa pengerukan aktifitas
penamabangan mengalir begitu saja pada badan sungai, selain itu lumpur tersebut
jika bercampur dengan air sungai dapat menurunkan kualitas dari air sungai itu
sendiri. Penanganan yang sebaiknya dilakukan adalah dengan cara membuat
saringan pada alat pembuang akhir dari alat dompeng tersebut atau membuatan
tempat pembuangan air lumpurnya agar air sungai tidak terkontaminasi secara
keseluruhan akibat aktifitas penambangan. Karena akibat dari semua tersebut dari
pembuangan sampah pada sungai, pengerukan yang sering dilakukan pada sungai
dapat merusak badan alir sungai.
4.2.3 pH Air Sungai
Pengukuran pH pada penelitian ini menggunakan pH meter. Pengukuran
dilakukan untuk mengetahui keasaman air sungai akibat pembuangan limbah
pencuciann emas. Skala yang digunakan untuk pengukuran pH yaitu dari 0 sampai
14, jika pH diperairan tersebut 0-7 maka perairan disebut asam dan jika pH
diperairan tersebut menunjukkan pH 7-14 maka perairan itu basa. Namun pada
kondisi lapangan didapatkan nilai keasaman sungai 4-5 yang menunjukan
tingginya tingkat keasaman air sungai tersebut. Dapat dilihat pada Gambar 4.4
berikut ini :
Tabel 4.3
Perbandingan pH Air
Ph Awal Akhir
4-5 6-9
Standar Baku Mutu 6-9
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan
4.2.4 Pengaruh Air Sumur Masyarakat disekitar Area Sungai
Pengaruh air sungai pada rumah masyarakat yang berada sekitar ±50M
dari badan sungai dilakukan untuk mengetahui pengaruh perubahan air sungai
terhadap air tanah. Pada pengolahan air sumur masyarakat disekitar sungai seluruh
air sumur masyarakat sama dengan air sungai secara fisik sangat keruh dan
berminyak.
4.2.5 Titik Pengambilan Sampel
Gambar 4.3
Titik Pengambilan Sampel
Keterangan
1. Titik Pengambilan Sampel Hulu pelawan
2. Titik Pengambilan Sampel Tengah di Sp.Pelawan
Setelah ditentukan titik sampling maka dilakukan sampling dititik yang
sudah ditentukan. Untuk sungai pelawan dilakukan 2 kali sampling yaitu satu kali
dilakukan pengambilan sampel pada hulu sungai dan satu lagi pada tengah (
aktifitas penambangan yang banyak dilakukan di badan sungai yang dekat dengan
pemukiman masyarakat).
4.3 Pembahasan
Pada penelitiaan ini banyak hal yang harus diperhatikan antara lain:
1. Pemeriksaan media yang akan dimasukan kedalam pipa penyaringan, dalam
memasukan media tersebut harus dikur berapa banyaknya media yang akan
dimasukan sesuai dengan tujuan pencapai, yaitu untuk mendapatkan air
bagus.
2. Pemeriksaan debit air penyaringan pipa
Pemerikasaan debit air yang mengalir dari pipa penyaringan dengan
menggunakan kran yang digantikan dengan pipa ukuran 8 inchi dan panjang
40cm, dengan menghitung lamanya air tersebut untuk memenuhi tabung
dipergunakan alat ukur waktu yaitu stopwatch, sehingga dapatlah diperoleh
berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi air tabung tersebut.
Tabel.4.3
Data Aplikasi Air Sungai Sesudah Dan Sebelum Perlakuan
Baku Mutu
Warna Bau pH Air Merkuri
Keruh Berbau 4-5 0.007 mg/l
Tidak Keruh Tidak Berbau 6-9 0.003 mg/l
Tidak Keruh Tidak Berbau 6-9 0.002 mg/l
Sumber : Hasil Penelitian
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada Penelitian Studi Perancangan Saringan penjernih air skala rumah
tangga pada daerah Pelawan Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi didapatkan
hasil Kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan Pengujian pada Balai Riset dan Standardisasi Industri Kota
Padang, Air Baku Mutu Sungai Pelawan telah tercemar dan terindikasi
kadar Merkuri (Hg) yang melebihi batas batu mutu yang ditetapkan. Kadar
Hg berdasarkan Peraturan Pemerintahan No 82 tahun 2001 adalah 0,001
mg/l sedangkan hasil yang didapatkan 0,007mg/l , dengan itu menunjukan
bahwa Sungai Pelawan telah tercemar.
2. Dengan melakukan Metode Penyaringan menggunakan Alat Saringan Pasir
Lambat Ternyata Efektif untuk menyaring Logam Berat yang terkandung
dalam Air dapat Menurunkan Kadar Merkuri dari Standar Baku Mutu yang
ditetapkan oleh Peraturan Pemerintahan No 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Melalui variasi
Media filter Pasir Sungai, karbon Aktif (arang tempurung Kelapa), Ampas
Tebu dan Ijuk dapat menggurangi Kadar Logam Berat dalam Air dari 0,007
mg/l – 0,003 mg/l air sungai Pasar Pelawan ada pada kelas III, yaitu; air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
perternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan.
5.2 Saran
Dari penelitian yang dilakukan maka penulis dapat memberikan beberapa
saran, yaitu sebagai berikut :
1. Pada daerah pelawan sebaiknya sebelum menggunakan air sungai agar
melakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum digunakan.
2. Penelitian lanjutan dengan modifikasi alat agar mendapatkan hasil
penyaringan air yang diinginkan lebih baik.
3. Penelitian lanjutan dengan menambahkan lebih banyak lagi media filter
Karbon aktif (arang tempurung kelapa) supaya pencapain hasil penjernihan
air penurunkan kadar Merkuri mencapai baku mutu yang diinginkan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahyani.Mochammad, Pengaruh Kegiatan Penambangan Emas Terhadap Kondisi
Kerusakan Tanah Pada Wilayah Pertambangan Rakyat di Bombana
Sulawesi Tenggara, Program Magister Ilmu Lingkungan, Universitas
Diponegoro: Semarang, 2011.
Bambang Triatmodjo,.”Hidrologi Terapan”,Yogyakarta : Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 2010.
Bear, Jacob. 2000. Modeling Groundwater Flow and Contaminant Transport
(MGFC) - Computer-Mediated Distance Learning. Technion-Israel
Institute of Technology, Haifa. Israel. http://www.interpore.org-
/reference_material/mgfc-course/mgfcclas.html. Diaksespada 6 Februari
2014 21.46 PM
Bedient, Philip B., Rifai, Hanadi S., Newell, Charles J. 1999. Ground Water
Contamination: Transport And Remediation : 2nd
Edition. Prentice Hall
PTR: Upper Saddle River, USA.
Boulding, Russell J., Ginn, Jon S. 2003. Practical Handbook of Soil, Vadose Zone
and Ground Water Contamination : Assessment, Prevention and
Remediation - 2nd
Edition. Lewis Publisher. Boca Raton, Florida.
Delleur, Jacques W. 2007. The Handbook of Groundwater Engineering, 2nd
Edition.CRC Press. Florida, USA.
Dokuchaev, V.V., 1949. Natural-Historical Classification of Russian Soils, From
Selected Works.vol. 3.Publishing House for Agric. Literature, Moscow,
Russia.
Domenico, Patrick A., Schwartz, Franklin W. 1990. Physical and Chemical
Hidrogeology.John Wiley and Sons, Inc. New York
Dorricott, M G and Grice, A G. 2002.Backfill – The Environmentally Friendly
Tailings Disposal System Proceedings Green Processing ., Page 265-270.
Dzombak, David A., Ghosh, Rajat S., Wong-Chong, M., 2006.Cyanide in Water
and Soil.Chemistry, Risk and Management.CRC Taylor & Francis. New
York.
Ervil Riko,dkk,.“Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi”, Sekolah Tinggi
Teknolgi Industri (STTIND) Padang, Oktober 2014.
Elango, L. 2005. Numerical Simulation of Groundwater Flow and Salute
Transport.Allied Publisher Pvt. Ltd. New Delhi, India.
Harter, Thomas. 2003. Publication 8083: Basic Concept of Groundwater
Hydrology. University of California. California, USA.
Herman.D.Z., 2006., Tinjauan Terhadap Tailing Mengandung Unsur Pencemar
Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium (Cd) dari Sisa
Pengolahan Biji hLogam., Jurnal Geologi Indonesia., Vol. 1 No. 1 Maret
2006., Page 31-36.
Kamil, I.M. 2012.Diktat Kuliah Pencemaran Tanah dan Air tanah.Progam
Magister Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung.
Keller, Edward A. 2011. Environmental Geology 9th
Edition.Pearson Prentice
Hall. Upper Sadle River, New Jersey.
IndonesiantoY,”Pertambangan Ramah Lingkungan”,Yogyakarta :Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 2008.
Hary Christady Hardiyatmo,.”Mekanika Tanah”,Yogyakarta : Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 2010.
Peraturan pemerintah No.82 Tahun 2001 tentang pengendalian kualitas air dan
pengendalian pencemaran air.
LAMPIRAN I
GAMBAR ALAT PENJERNIH AIR SKALA RT
Gambar 1.1
Rancangan Saringan Penjernih Air
Gambar 1.2
Media filter Saringan
Gambar 1.3
Bagan Alir Saringan
Keterangan :
1. Inlet 1(tempat masuknya air baku/air kotor)
2. Pipa penyaringan Tabung pertama media filter Pasir sungai 12 cm
3. Pipa penyaringan Tabung pertama media filter ampas tebu 8 cm
4. Pipa penyaringan Tabung pertama media filter karbon aktif 10 cm
5. Pipa penyaringan Tabung pertama media filter ijuk 10 cm
6. Laju penghubung pipa air perembes atas tabung penyaring Utama dan
tabung penyaring berikutnya
7. Pipa penyaringan Tabung pertama media filter Pasir sungai 12 cm
8. Pipa penyaringan Tabung pertama media filter ampas tebu 8 cm
9. Pipa penyaringan Tabung pertama media filter karbon aktif 10 cm
10. Pipa penyaringan Tabung pertama media filter ijuk 10 cm
11. Outlet 11 (tempat keluarnya air bersih).
LAMPIRAN II
GAMBAR FOTO KEGIATAN LAPANGAN
Gambar 2.1
Mengisi Media Filter
Gambar 2.2
Sistem Kerja Alat
Gambar 2.3
Percobaan alat penjernih air skala RT di Tepi Sungai
Gambar 2.4
Tumpukan Sampah disekitar Area Sungai
OUTL
ET
INLE
T
Gambar 2.5
Tumpukan Batu Putih Akibat Pengerukan PETI
Gambar 2.6
Kadar Keasaman Air Sungai
Gambar 2.7
Pengambilan Air Sumur