Peran Rs Swasta Dalam JKN Direktur BUKR

48
Dr. Chairul Radjab Nasution,SpPD, KGEH, FINASIM, FACP, M.Kes Direktur BUK Rujukan Kemkes RI Disampaikan pada : Jakarta, 12 NOVEMBER 2014 PERAN RS SWASTA DALAM IMPLEMENTASI JKN

description

powerpoint Dr. Chairul Radjab Nasution,SpPD, KGEH, FINASIM, FACP, M.Kes sebagai Direktur BUK Rujukan Kemkes RI pada 12 november 2014 di jakarta

Transcript of Peran Rs Swasta Dalam JKN Direktur BUKR

Dr. Chairul Radjab Nasution,SpPD, KGEH, FINASIM, FACP, M.KesDirektur BUK Rujukan Kemkes RIDisampaikan pada :Jakarta, 12 NOVEMBER 2014

PERAN RS SWASTA DALAM IMPLEMENTASI JKN1dr. CHAIRUL R. NASUTION, SpPD-KGEH, FINASIM, FACP, M.KesDirektur Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Kementerian Kesehatan RIPENDIDIKAN 1977-1982 : Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 1985 -1991 : Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta. 1998-2002 : Master Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2001 : Health Services Management, Royal Melbourne Institute of Technology, Australia.2008 : Konsultan Gastroenterohepatologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.2009 : Fellow of The Indonesian Society of Internal Medicine, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta. 2010 : Fellow of The American College of PhysicianPENGALAMAN ORGANISASISekretaris Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.Wakil Ketua Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia Jakarta Raya. Ketua Indonesian Association for The Study of the Liver (InaASL), Cabang Jakarta. Ketua Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia, Cabang Jakarta. Ketua Perkumpulan Digestive-Endoscopy Indonesia, Cabang Jakarta. Wakil Ketua PB PDMMI (Persatuan Dokter Managemen Medis Indonesia).Sekretaris Jenderal PB PAPDI JABATAN SEBELUMNYA1992:Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUP Fatmawati, Jakarta. 1996:Kepala Bagian Sekretariat RSUP Fatmawati, Jakarta.2003:Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUP Fatmawati, Jakarta.2003:Konsultan Pelayanan RSUP Fatmawati, Jakarta.2005 :Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Fatmawati, Jakarta.2006 :Kepala Komite Etik dan Hukum RSUP Fatmawati, Jakarta. 2008 :Direktur Utama RS Djamil Padang.2008 :Direktur Utama RSUP Fatmawati, Jakarta

2Sistematika 1. Latar Belakang dan Kondisi Saat Ini2. Upaya Yang Sebaiknya Dilakukan FKRTL Swasta Dalam Era Jkn3. Standar pelayanan kedokteran pada faskes (FKTP DAN FKRTL)Potensi Fraud Dalam Pelayanan KesehatanStrategi Kendali Mutu Dan Biaya (Akreditasi Versi 2012)Pengembangan Tarif INA CBG kedepanKesimpulan

LATAR BELAKANGProgram Jaminan Kesehatan Nasional telah berlangsung selama 9 bulan terhitung sejak 1 Januari 2014.Secara bertahap akan mencapai univesal coverage pada 2019Data Peserta : 128.915.085 peserta ( per 3 Oktober 2014)*Jumlah RS yang bekerjasama :1592 RS (per 10 Oktober 2014) *Sustainabilitas Program Jaminan Kesehatan Nasional sangat tergantung kepada Kendali Mutu Kendali Biaya RS harus menjalankan program Kendali Mutu dan Biaya agar dapat berkembang di era JKN

* Sumber :http://bpjs-kesehatan.go.id/

KONDISI SAAT INIRS berlomba-lomba ingin menaikan kelas RS agar klaim bisa meningkatRS Swasta belum optimal menjadi peserta/kerjasama BPJS klaim belum sesuaiContoh : Pelayanan sudah tersier tetapi klasifikasi RS masih kelas CPerubahan regulasi dari Permenkes 340 tahun 2010 dan Permenkes 147 tahun 2010 menjadi Permenkes Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit (per 1 September 2014)Efisiensi yang belum optimal negative balanceKebijaksanaan remunerasi Jasa Pelayanan

Jumlah Rumah Sakit (RS Online Sept 2014)

Jumlah RS swasta : 1502 (63.56 %) Mitra BPJS : 648 RS (43,14 %)Pertumbuhan RS swasta Mei 2013 Sept 2014RSURS KhususTotalMei 13Sep-14Mei 13Sep-14Mei 13Sep-14RS Swasta non profit516531212202728733RS Privat300456169247469703RS BUMN6859777566Terjadi penambahan 230 RS swasta dalam kurun waktu 16 bulan terakhir.Jumlah RS swasta Sesuai kelas.Distribusi Kelas RS swastaRSURS KhususKelas A27Kelas B10918Kelas C300169Kelas D35334Belum penetapan2822281046456RS ONLINE Sept 2014PERAN RUMAH SAKIT SWASTABerkomitmen untuk mensukseskan program JKN.Secara konsisten menerapkan pelayanan yang efisien, efektif dan berkualitas melalui penerapan kaidah-kaidah evidence based.Peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.Mengisi kebutuhan Fasilitas Kesehatan dan tenaga kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.Mengisi kebutuhan Kecukupan Tempat Tidur bagi peserta JKN. Ikut mensosialisasikan program JKN.RS Swasta yang belum bekerja sama : memberikan pelayanan peserta JKN yang memerlukan pelayanan gawat darurat.

PERLU DUKUNGAN ASOSIASI FASILITAS KESEHATANUPAYA YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN FKRTL SWASTASTRATEGI RS SWASTA MEMBANGUN STANDARINPUT:

Regulasi RSPengadaan barang jasaSDMITPROSES:

LOSFarmasiPenunjangJenis pelayananOUTPUT DAN OUTCOME:

Keadaan pasien pulangKomplainSelisih biaya

EFISIENSICOST EFFECTIVENESSINDIKATOR MUTU PELAYANANPROSES KLAIMKENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYAINPUT:

Standar fasilitas medikStandar fas non medikStandar SDMHTAPROSES:

PNPKPPKCPOUTPUT DAN OUTCOME:

Keadaan pasien pulangKomplainSelisih biaya

EFISIENSICOST EFFECTIVENESSINDIKATOR MUTU PELAYANANJKN MEMBANGUN STANDARSIMULASI EVALUASI DATA DAN TARGET KLAIM INA CBGsSEVERITY LEVELIIIIIIFKRTL SEKUNDERFKRTL TERTIERFKTP PRIMERINA CBGs10-20%20-80%10-20%20-80%10-20%10-20%60-80%10-20%10-20%PERAN RS SWASTAPT Askes (Persero)Standar pelayanan kedokteran pada faskes (FKTP DAN FKRTL)16Peraturan Menkes RI No. 1438/2010 Standar Pelayanan KedokteranPNPKNASIONALorganisasi profesi Legalisasi KEMENKESSPOpimpinan fasilitas YANKESPEMBUATFASYANKESSIFATCAKUPANPANDUAN PRAKTIK KLINISALUR KLINIS = clinical pathway Sesuai standar profesiALGORITMEPROTOKOLPROSEDURSTANDING ORDERSesuai = standar profesiStandar Pelayanan Kedokteran

155MENTERI KESEHATAN

155MENTERI KESEHATANSTANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN TINGKAT LANJUT : CLINICAL PATHWAY DALAM KONSEP PNPK

PNPK SPO PANDUAN PRAKTIK KLINIS DILENGKAPI ALUR KLINIS (CP) ALGORITME PROTOKOL PROSEDUR STANDING ORDER PROFESIFASKESDalam membuat SPM RS mempertimbangkan risk management, Perundang-undangan seperti UU RS, UU Kesehatan, Permenkes dll20Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) PNPK adalah penyataan yang dibuat secara sistematis yang didasarkan pada bukti ilmiah (scientific evidence), untuk membantu dokter dll. tentang tata laksana penyakit atau kondisi klinis yang spesifik. Sinonim: clinical guidelines, clinical practice guidelines, practice parameters. Dalam pustaka istilah Clinical Guidelines digunakan baik pedoman yang bersifat nasional/global, maupun lokalDalam dokumen ini:dokumen yang dibuat oleh kelompok pakar koordinasi Kemenkes disebut sebagai Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK), yang telah diadaptasi sesuai dengan fasilitas setempat disebut sebagai Panduan Praktik Klinis (PPK).Teoritis siapa saja: Kemenkes, org. profesi, FK, RS, LSM, kelompok pakar, dst. Model Amerika pakar, tanpa pengesahan pemerintahModel Inggris pakar, dengan pengesahan pemerintahIndonesia seyogianya menggunakan model InggrisBilakah perlu dibuat PNPK?PNPK diperlukan bila: jumlah kasusnya banyak (high volume)mempunyai risiko tinggi (high risk)cenderung memerlukan biaya tinggi/banyak sumber daya (high cost)terutama bila terdapat variasi yang luas di antara para praktisi untuk penanganan kasus yang sama.

Panduan Praktik Klinis (PPK)PNPK harus diterjemahkan sesuai dengan kondisi dan fasilitas setempat menjadi PPK PPK dapat sama/berbeda di RS yang beda: PPK untuk DBD tanpa syok, mungkin bersifat sama, di rumah sakit tipe, A, B, C, D.Di RS tipe A, PPK untuk PJB dari Dx sampai bedah, di RS tipe A yang lain hanya Dx lalu rujukDi RS tipe B clinical pathway untuk stroke melibatkan bedah saraf, di RS B yang lain tidakDengan demikian maka PPK bersifat hospital specific.Tujuan PPKMeningkatkan kualitas pelayanan pada keadaan klinis dan lingkungan tertentuMengurangi intervensi yang tidak perlu/berbahayaMemberikan opsi pengobatan terbaik dengan keuntungan maksimalMemberikan opsi pengobatan dengan risiko terkecilTata laksana dengan biaya yang memadaiPPK untuk penyakit yang umumUntuk penyakit yang tidak memenuhi syarat PNPK, atau yang PNPK-nya belum ada, staf medis membuat PPK dengan: mengacu pustaka mutakhir/PNPK negara lainpanduan profesi / direktorat Kemenkesbuku ajar, kesepakatan para staf medisDi RSU: PPK penyakit-penyakit terbanyak untuk setiap departemen, sedangkan untuk RS rujukan: PPM untuk penyakit-penyakit tiap subdisiplin Pembuatan PPK dikoordinasi oleh Komite Medis setempat dan berlaku setelah disahkan oleh Direksi.Perangkat untuk pelaksanaan PPKDalam PPK mungkin perlu rincian langkah demi langkah: Stroke iskemik: tata laksana multidisiplin dan dengan pemeriksaan serta intervensi dengan urutan tertentu. Karakteristik penyakit ini sesuai untuk dibuat alur klinis (clinical pathway)Gagal ginjal kronik perlu hemodialisis. Uraian rinci tentang hemodialisis dimuat dalam protokol hemodialisis pada dokumen terpisah.Kejang demam kompleks perlu dilakukan pungsi lumbal prosedur pungsi lumbal Kejang demam perlu pemberian diazepam rektal segera oleh perawat bila dokter tidak ada; ini diatur dalam standing order.Clinical Pathway (CP)CP = critical pathway, care pathway, care map, integrated care pathways, multidisciplinary pathways of care, pathways of care, collaborative care pathways. CP merinci apa yang harus dilakukan pada kondisi klinis tertentu. CP = rencana tata laksana hari demi hari dengan standar pelayanan yang sesuai. CP bersifat multidisiplin sehingga semua dapat menggunakan format yang sama. Perkembangan pasien dapat dimonitor setiap hari, baik intervensi maupun outcome-nya. CP paling layak untuk penyakit multidisiplin, dan perjalanan klinisnya dapat diprediksi (pada >70% kasus). Perjalanan menyimpang varian Apakah semua penyakit perlu CP?Tidak. Di RSU hanya 30% dirawat dengan CP, selebihnya dirawat dengan usual care. CP hanya efektif dan efisien apabila dilaksanakan untuk penyakit atau kondisi kesehatan yang perjalanannya predictable, khususnya bila memerlukan perawatan multidisiplin.Apakah CP dibuat untuk memperoleh rincian biaya?Tidak CP mungkin dapat menjadikan biaya perawatan menjadi lebih murah Data CP juga dapat menjadi masukan untuk program lain yang menyangkut pembiayaan, misalnya diagnostic related group (DRG) CP tidak dibuat untuk memperoleh rincian biaya perawatan, dengan konsekuensi dibuatnya secara dipaksakan CP untuk semua jenis penyakitDapatkah CP dibuat untuk kelainan atau penyakit lain?CP - standardisasi pemeriksaan dan perawatan pasien yang memililiki pola tertentu. Bila perjalanan klinis sangat bervariasi, sulit untuk membuat standar pemeriksaan hari demi hari.Dapat dibuat CP bagi penyakit apa pun, asalkan: kriteria inklusi dan eksklusi jelas, bila pasien dirawat dengan CP mengalami komplikasi atau terdapat ko-morbiditas tertentu, maka pasien tersebut harus dikeluarkan dari CP Keputusan untuk membuat CP harus pertimbangkan efektivitas, sumber daya, dan waktu yang diperlukan. Contoh: CP diare akut pada bayi dan anakKriteria inklusi (harus memenuhi semua)Usia lebih 1-5 tahunDiare akut tanpa komplikasi / ko-morbidDehidrasi 5 hariPasien harus dikeluarkan dari CP bila ada salah satu/>:Tidak terdapat perbaikan klinis dalam waktu 48 jamTerdapat muntah empedu dengan nyeri perutDiagnosis awal diragukan PEDOMAN STANDAR PENGELOLAAN PENYAKITBERDASARKAN KEWENANGAN TINGKAT PELAYANAN KESEHATANPANDUAN STANDAR MINIMAL ALAT KESEHATANPEMBERI PELAYANAN KESEHATAN

PANDUAN STANDAR PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIKBERDASARKAN KEWENANGAN PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN

PEDOMAN STANDAR OBAT-OBATAN BERDASARKAN KEWENANGAN PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI SOSIALISASI DAN PEMAHAMAN 5 BUKU PEDOMAN PANDUAN PRAKTEK KLINIK TK LANJUTAN DAN CLINICAL PATHWAY YANG DIPAKAI DI SELURUH PKM & RS SEBAGAI DASAR AUDIT SISTEM RUJUKANPOTENSI FRAUD DALAM PELAYANAN KESEHATANAdanya perubahan sistem pembiayaan di IndonesiaAdanya perubahan pada mekanisme pembayaran bagi RS menjadi claim INA-CBGSifat dasar manusia yang ingin mendapat lebihDalam sistem yang menggunakan mekanisme klaim, selalu ada potensi fraud.

FRAUD Fraud atau kecurangan pelayanan kesehatan merupakan bentuk kriminal kerah putih yang canggih dan berefek terhadap sistem pembayaran kesehatan publik & swastaFraud pelayanan kesehatan merupakan salahsatu faktor dominan yang menyebabkan melambungnya biaya pelayanan kesehatan di AS

30

Mengapa ada Potensi Fraud di Indonesia

Prediksi premi BPJS 2014 : sekitar 38,5 TDana Klaim RS: Sekitar 25 T31Estimasi kerugian akibat Fraud di IndonesiaPotensi kerugian fraud dengan angka di AS Hitungan 5% = 1.25 THitungan 10% = 2.5 TFakta-fakta yang ada:Sudah terjadi Potensi Fraud Diskusi mendalam dengan 7 RS besar: ada berbagai hal yang diduga sudah terjadi 15 jenis fraud dan ada 3 jenis fraud yg spesifik terjadi IndonesiaDari hasil penelitian, terdapat juga bentuk-bentuk fraud lain yang tidak ada dalam daftar NHCAA namun terjadi di Indonesia:

TindakanDefinisi OperasionalWaktu Penggunaan Ventilator -14%Menagihkan penggunakan ventilator >96 jam, padahal waktu penggunaannya lebih singkat.Phantom Visit 14%Tagihan visit dokter yang tidak diberikan Phantom Procedurs 14%Tagihan pekerjaan dokter yang tidak diberikan Sistem Pencegahan dan Penindakan dengan pembagian tugas yang jelas

Kementerian Kesehatan sebagai: Regulator Kemenkes, DinKes Prov. dan atau Kab. sebagai lembaga Penindakan Adminstratif Unit Pencegahan dan Anti Fraud di RS sebagai: Pencegahan dan Deteksi Internal Unit Pencegahan dan Anti Fraud di BPJS dan di Asuransi Kesehatan Swasta sebagai: Pencegahan dan Deteksi EksternalKPK, Kejaksaan dan Bareskrim sebagai: Penegak Hukum (Penindakan Perdata dan Pindana)Menetapkan Pengorganisasian Unit Pencegahan dan Deteksi Fraud Alternatif 1a: Unit berdiri sendiri dan bekerja mandiri. Aternatif 1b: Unit berdiri sendiri namun bekerja sama dengan SPI dan juga dengan Komite Medik serta Komite Keperawatan. Alternatif 2: Unit terintegrasi kedalam Satuan Pengawas Intern (SPI).

Upaya Pencegahan Fraud di RS2. Melakukan PencegahanMenyusun kebijakan direksi mengenai definisi dan jenis tindakan yang termasuk fraud dalam pelayanan kesehatan di RSMenyusun komitmen bersama untuk memerangi fraud dalam pelayanan kesehatanMenyusun program kepatuhan dalam proses klaim INA CBGs Melakukan program edukasi pencegahan, deteksi dan penindakan fraud Menerbitkan berbagai media sosialisasi pencegahan fraud bagi para staf RSMelakukan pendekatan-pendekatan rohani untuk untuk lebih meningkatkan moral klinisiMengawasi dan memperketat hubungan antara klinisi dan detailer PEMBINAAN DAN PENGAWASAN RUMAH SAKIT ( UU RS )BADAN PENGAWAS RS DAN KOMITE MEDIK

MUTU MEDIS KESELAMATAN PASIEN RS MUTU MANAJEMENASES PASIEN BIAYA RS(KEUANGAN)DEWANPENGAWAS(PENENTUAN ARAH KEBIJAKAN RS )

DIREKSI

MASYARAKAT

PASIEN - KELUARGA ( BPJS )Stake Holder Kemen KesMasyarakatDinkes ProvBPRS PusatBPRS ProvDinkes kab/kotaPENGAWASAN non TEKNIS PERSI / AS.RSPERHIMPUNAN PROFESIPem/pemdaPemilikRSMASYARAKATUUD 1945 PS 28 H AYAT 1 DAN PASAL 34 AY 3UU NO 8 / 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN UU NO 29 TH 2004 TTG PRAKTEK KEDOKTERAN UU NO 40 TH 2004 TTG SJSN UU NO 11 TH 2005 TTG PENGESAHAAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC,SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS UU NO 11 TH 2008 TTG KETERBUKAAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIKUU NO14 TH 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK UU TENAGA KERJA, UU IMIGRASIUU NO 25 TH 2009 TTG PELAYANAN PUBLIKUU NO 36 TH 2009 TENTANG KESEHATANUU NO 43 TH 2009 TENTANG KEARSIPANUU NO 24 TH 2011 TENTAMG BPJSUU NO 44 TH 2009 TENTANG RUMAH SAKITAKREDITASIKARSJCI-ISOKNKP-RSTIM KPRS KOMITE MEDIS ETIKA / UU SPI PENGAWASAN TEKNIS DOKTERTATA KELOLA KLINIS Membangun sistem pengawasan sistem rujukan eksternal dan internal melalui BPRS Dewas RS Komite MedisDemikian banyak Peraturan Per-undang-undangan yang terkait rumahsakit, demikian juga pengawasan baik internal maupun eksternal, tetapi keluhan pasien atas kinerja rumahsakit semakin banyak terungkap selaras dengan era keterbukaan informasi .Apakah dengan adanya BPRS maka kinerja rumahsakit akan meningkat dan tujuan dibuatnya UU No 44 dapat tercapai. ? Sebelum dapat ditata aturannya , UU ini telah melemahkan fungsi pembinaan dan pengawasan, dengan dicantumkannya kata dapat dan bukannya harus pada pembentukan BPRS Provinsi dan Dewan Pengawas RS.Pengawasan yang saat ini telah diterapkan dengan efektifitas yang berbeda di rumahsakit, yaitu contoh pada rumahsakit BLU dimana pengawasan atas profesionalime staf medis oleh Komite Medis. Pedoman Pelayanan, SPO, Pedoman etika dan profesionalisme Perhimpunan Profesi IDI dan Perhimpunan Dr Spesialis menjadi rujukan bagi aturan profesionalisme dan standar mutu pelayanan. Pedoman Keselamatan pasien dan RS oleh KNKPRS menjadi acuan kegiatan patient safety. SPI mengawasi manajemen RS (RS BLU) yang perlu di evaluasi kembali agar lebih luas dari sekedar pengawasan keuangan dan standar birokrasi.Dewan Pengawas yang telah berfungsi pada RS-BLU Pusat, namun tugas pengawasan harus disesuaikan dengan UU 44 dan PMK tentang Dewas Diharapkan asosiasi RS dapat memberikan masukan khususnya mutu pelayanan medis/klinis apa saja yang perlu dilaporkan, program keselamatan pasien apa, demikian juga laporan manajemen apa yang penting dilaporkan . Mungkin sudah sedemikian banyak laporan yang dilaporkan oleh RS , tetapi data mana yang memiliki makna penting bagi RS dan juga penting diketahui oleh Pemerintah dan masyarakat untuk dilakukan pembinaan dan pengawasan. 35STRATEGI KENDALI MUTU DAN BIAYA (AKREDITASI VERSI 2012)Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit harus memahami Jaminan Kesehatan Nasional secara utuhMemahami sistem pembayaran prospektif INA CBGsMenyiapkan semua panduan dan clinical pathway serta mengimplementasikannya.Pengawasan implementasi panduan dan Clinical PathwayEfisiensi : Penggunaan obat, alat dan bahan serta tindakan medis - tanpa mengorbankan kepentingan pasien, Pemanfaatan sarana penunjang air, listrik, atau teleponPemeliharaan Sarpras lainnya, gedung dan kendaraan. Membentuk sistem pengawasan internal untuk mengawasi kepatuhan tenaga kesehatan/ non kesehatan terhadap kebijakan yang sudah dibuat.

Strategi Kendali Mutu BiayaRS yang ingin bekerjasama dengan BPJS harus memenuhi kriteria kriteria yang ditetapkan Permenkes No. 71/2013RS harus melaksanakan proses kredensial oleh BPJSSalah satu persyaratan mutlak Kredensial oleh BPJS adalah Akreditasi RSStandar-standar Akreditasi sangat terkait dan melibatkan Peran Komite Medis dan Komite Keperawatan

JAMINAN KESEHATAN DAN AKREDITASIVERSI 201261 RS YANG TERDIRI:46 RS : PARIPURNA 5 RS : UTAMA 6 RS : MADYA 4 RS : DASARJCI 19 RS* 6 RS PEMERINTAH DAN 13 RS SWASTAHASIL AKREDITASI RS 2014VERSI 2007: 1277 RS Renstra 2010-2014 : 92,67% * 932 RS : 5 Yan * 139 RS : 12 Yan * 206 RS : 16 YanTh. 2014, jml RS 2.379 53,67 (????)

Data RS Online 17 Oktober 2014Tantangan Besar utk Akreditasi RSKategoriKepemilikanRS UmumRS KhususTotalRS PUBLIKPemerintah76994863- Kemkes142034- Pemda Propinsi534497- Pemda Kabupaten4549453- Pemda Kota801292- Kementerian Lain538- TNI1216127- POLRI43043Swasta Non Profit538197735RS PRIVATSWASTA466249715BUMN59766TOTAL :1,8325472,379Seluruh Rs Wajib TerakreditasiRS YANG TERAKREDITASI JCIRSUPN CM*RSUP Sanglah*RSUP Fatmawati*RSPAD Gatot Soebroto*RSUP dr SardjitoRSUP Dr. Wahidin SRS Siloam KarawaciRS Santosa BandungRS Eka Hospital BSDRS Eka Hospital Pekan Baru

RS Premier BintaroRS Premier JatinegaraRS Premier SurabayaRS Pdk. Indah Puri IndahRS Awal Bros BekasiRS Awal Bros TangerangRS Awal Bros PekanbaruRS Awal Bros BatamRS JEC Kedoya, Jakarta60% RS SWASTA TERAKREDITASI INTERNASIONAL JCI41 Pengembangan Tarif INA CBG kedepan41

Perbaikan Tarif INA-CBG KedepanSudah disesuaikan dengan kebijakan BUK terkini : PNPK, PPK dan Format Clinical Pathway terbaru

Strategi Bijak/UntungRS Dalam Menggunakan INA DRGs

Penerapan tarif INA CBGs di Indonesia sesuai dengan Perpres No. 111 tahun 2013 dan Permenkes No. 59 tahun 2014Pembayaran tarif INA-CBGs dibayarkan sesuai kelas rumah sakit yang tercantum dalam Permenkes Nomor 56 tahun 2014Kendali Mutu dan Biaya menjadi kunci agar RS SWASTA dapat berkembang di era JKN sehingga RS dapat lebih efisien terhadap biaya perawatan yang diberikan kepada pasien, tanpa mengurangi mutu pelayananPenerapan strategi Bijak/Untung perlu diterapkan oleh RS dalam era JKN

KESIMPULAN (1)

KESIMPULAN (2)Dengan Permenkes 56 tahun 2014 tentang Perizinan dan Klasifikasi, yang berlaku pada tgl1 sept 2014, perlu penguatan Pemda, yang saat ini belum siap dan melaksanakan fungsinya untuk sosialisasi implementasi penetapan dan perizinan serta klasifikasiAkreditasi versi 2012 sebagai syarat kredensialing PKS BPJSRedistribusi Pasien ke RS Swasta merupakan potensi jejaring pelayanan kesehatan di era JKN, karena overkapasitas dari RSU Pemerintah

KESIMPULAN (3)Metode pembayaran INA-CBG, merubah cara pandang dan perilaku dalam mengelola RS dan memberikan pelayanan kepada pasienRS dengan seluruh komponennya perlu melakukan upaya upaya efisiensi dan peningkatan mutu pelayananPerlu kerjasama tim RS yang baik dalam mengelola perubahan era JKN

Terima kasih

Chart145535.8832807571RSUD & vertikalRSUD & vertikalRSUD & vertikalRSUD & vertikal65851.8927444795SwastaSwastaSwastaSwasta332.6025236593BUMNBUMNBUMNBUMN796.2302839117TNITNITNITNI433.3911671924PolriPolriPolriPolri

-PersentaseColumn1Column2Column3Column446336,3%660 51,89 %32 2,5 %79 6,1 %43 3,39 %

Sheet1-PersentaseColumn1Column2Column3Column4RSUD & vertikal45535.88Swasta65851.89BUMN332.60TNI796.23Polri433.391268To resize chart data range, drag lower right corner of range.