Peran Al-qur'an Dalam Kehidupan Sehari-hari Print

download Peran Al-qur'an Dalam Kehidupan Sehari-hari Print

If you can't read please download the document

Transcript of Peran Al-qur'an Dalam Kehidupan Sehari-hari Print

Peran al-Quran Dalam Kehidupan sehari-hari; Farid EsackPage 1

PERAN AL-QURAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI UMAT ISLAM Tulisan ini merupakan resume dari tulisan farid Esac, yang dibuat guna memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester, dalam Mata Kuliah Al-Quran dan Sosial Budaya dengan Dosen Pengawas Bpk Dr.Ahmad Baidhawi M.Ag.

Salimuddin (07530069)

Dalam pengalaman kehidupan beragama, Farid Esack (selanjutnya ditulis Esack) sedikit banyak menemukan bahwa hampir semua rumah orang Islam dilengkapi dengan beberapa ayat al-Quran dalam berbagai model kaligrafi baik untuk memperindah rumah maupun sebagai tolak bala. Meskipun sang penghuni kadang tidak tahu-menahu makna dari kaligrafi yang digantung tersebut. Pengalaman Esack membuktikan, suatu ketika ia meliahat suatu bait yang indah dalam bahasa Urdu tergantung di dinding sebuah rumah di Cape Town. Setelah bertanya pada penghuninya tentang makna bait-bait tersebut, penghuni mengatakan bahwa bait-bait itu berasal dari al-Quran. Dengan bertendensi pada al-Quran, penghuni tidak perduli dengan makna yang terkandung dalam teks tersebut. Artinya, bagi penghuni bahwa fungsi bait-bait itu tidak lebih dari sekedar hiasan. Ketika kita menganggap teks tertulis sebagai benda yang berharga, perhatian untuk membaca dengan memahaminya secara perlahan-lahan menjadi teralihkan. Karena itu teks berubah menjadi objek yang berharga pada dirinya sendiri.

(Paling tidak), model-model resepsi al-Quran semacam itulah yang ditemui Esack pada kehidupan umat Islam. Kondisi semacam ini membuatnya mengatakan bahwa al-Quran merupakan salah satu keajaiban utama dalam Islam. Dan keajaiban ilahiyah ini lagi dan lagi teraktualisasikan dalam bentuk yang beragam. Pada dasarnya, kitab ini menyediakan landasan bagi studi teologi dan hukum Islam. Akan tetapi-bagi orang awam-, teks-teksnya bisa dianggap sebagi jimat, pelindung, dan dalam bidang seni al-Quran menganugerahkan kekuatan relejiusnya bagi seni kaligerafi Islam.

Al-Quran Yang Hidup

Bagi umat Islam, al-Quran itu hidup dan seakan-akan mempunyai jiwa layaknya seorang manusia. Hal ini dapat ditunjukkan dari beberapa keyakinan dari umat islam itu sendiri bahwa diantaranya: al-Quran mengawasi kita dan akan memberi kesaksian kelak di hari pembalasan. Mahmoud Ayyub sebagaimana yang dikutip Farid Esack menjelaskan sebagai berikut:

Meskipun al-Quran mengambil bentuk dan karakter seperti ucapan manusia, dalam esensinya, Ia tetap menjadi produk langit yang bebas dari batasan-batasan yang dimiliki suara dan tulisan manusia, karena al-Quran adalah pertemuan antara eksistensi manusia dan transendensi wahyu Tuhan, maka Ia dikaruniai jiwa layaknya manusia, dibekali perasaan dan emosi siap untuk mengahadapi orang-orang yang meninggalkannya semasa hidupnya dan untuk bersaksi bagi mereka yang hidup dengan mengamalkan ajaran-ajarannya dihari kebangkitan. (Ensiclopedia Of Religion, lihat al-Quran 176 ).

Selain keyakinan akan memberikan kesaksian pada hari kiamat, Umat islam juga percaya akan kemukjizatan dan kekuatan yang ditimbulkan dari al-Quran sebagai contoh, banyak dinegara-negara atau tempat-tempat memakai suatu ayat yang terdapat dalam al-Quran sebagai jimat untuk menjauhkan diri dari segala macam penyakit, penolak bala, sementara ada juga yang memakai beberapa ayat yang ditempelkan baik itu ditemboknya semisal ayat kursi yang mereka sebut sebagai ayat singgasana.

Al-Quran sebagai Perkataan Tuhan

Al-Quran dalam salah satu suratnya mendiskripsikan dirinya sebagai sebuah sumber penyembuhan dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Karena hal inilah banyak dialangan umat islam yang menjadikan al-Quran sebagai salah satu obat alternative ketika sakit.

Selain diyakini akan kemukjizatanya, al-Quran seakan-akan bacaan-bacaan yang paling sering dibaca dan diperdengarkan, karena menurutnya tidak ada yang lebih agung daripada aktivitas dimana terlibat Tuhan didalamnya. Bacalah al-Quran sabda Nabi SAW karena kamu akan mendapatkan sepuluh kali lipat pahala tiap kali kamu membaca satu huruf darinya, Ingatlah; Aku mengatakan bukanlah Alif Lam Mim itu satu huruf melainkan Alif itu satu huruf, Lam itu satu huruf, dan Mim itu satu huruf.

Dalam bukunya, Abu Hamid al-Ghazali menceritakan bahwa Ahmad bin hanbal pernah berbincang dengan Tuhan dalam mimpi. Ahmad bin Hanbal bertanya, bagaimana orang yang dekat dengan tuhan bisa mendekatkan dirinya kepada Engkau? Dan Tuhan menjawab, dengan membaca kalamKu (membaca al-Quran), Ahmad pun bertanya lagi; Apakah dengan memahaminya atau tidak? Tuhan mnjawab, dengan memahaminya atau tidak.(Gazali, dikutip dari quasem, 197, 26).

Pembicaraan panjang lebar mengenai al-Quran sebagai bacaan yang lebih banyak dibaca daripada sebagai teks tertulis atau teks yang terbaca, sebagaimana yang ditunjukkan oleh William Graham (1984) dan fazlurrahman (1996), dapat ditemukan dalam makna kata Quran itu sendiri, dalam cara umat islam memandang teks al-Quran itu sendiri. Namun, pengguanaan Proper noun quran dalam al-Quran secara fundamental cenderung mengacu pada realitas lisan dan aktif yang terus berlangsung daripada sebuah naskah tertulis dan tertutup sebagaimana refresentasi dari kata Masahif (naskah tertulis) namun al-Quran terbuka untuk ditafsiri baik lewat etika, budaya dan teori (Graham, 1984. 73). Kata Qul dalam al-Quran yang lebih dari seratus mengisyaratkan bahwa al-Quran mengingatkan kepada pemeluknya dengan tegas bahwa teksnya dimaksudkan unutk dibaca dengan keras.

Makna, bagi mayoritas muslim saat ini kebanyakan masih menjadi satu dengan aktivitas membaca atau memperdengarkan al-Quran, penghargaan terhadap keindahan dan kekuatan luar biasa pada bacaan al-Quran sudah menjadi hal yang naluriah bagi umat islam.

Al-Quran Sebagai Kitab Suci yang Dipertentangkan

Al-Quran, dengan keterbukaannya untuk diinterpretasi menimbulkan berbagai dampak, baik yang positif (li al-mashlahah) dan ada juga berdampak negative karena dilatari adanya kepentingan-kepentingan pribadi dalam diri penafsir (yang tentunya hal ini akan menimbulkan makna yang parsial bagi al-Quran). Dengan ini pula al-Quran membuka peluang bagi generasi islam untuk selalu mengupayakan penafsiran terhadapnya dengan berbagai pendekatan, namun dengan hal ini juga menimbulkan perselisihan antara golongan satu dengan yang lainnya.

Dalam perjalanannya, di Afrika selatan terdapat dua golongan para penafsir yang masing-masing memiliki pendekatan dan paradigma yang berbeda-beda dalam mengapresiasikan dan menafsirkan al-Quran dalam kehidupan sehari-harinya, yakni yang disebut dengan kaum Tradisionalisme, dan modernism.

Ulama tradisionalis umumnya beranggapan bahwa memahami al-Quran merupakan tugas mereka, akan tetapi sedikit sekali dari mereka yang berani memberikan pemahaman yang seksama terhadap al-Quran, ataupun terlibat dalam suatu studi yang sistematis dan terus menerus terhadap al-Quran. Karena mengagungkan al-Quran dan khawatir akan membuat kesalahan-kesalahan dalam menafsirkannya, kajian-kajian disini hanya sebatas pengkajian tafsiran ulama klasik ortodoks semisal Ibnu Katsir atau Maarifah al-Quran karya Muhammad Syafi(w.1976). sebagian ulama bahkan beranggapan bahwa para mufassir klasik ortodoks itu memang husus diciptakan untuk menafsirkan al-Quran. Mengabaikan para mufassir ini menurut mereka akan membawa pada kesesatan (al-dalal)dan kebatilan yang selanjutnya akan menimbulkan rusaknya iman.

Disisi lain juga terdapat kaum modernisme (pembaharu) yang berusaha mengenyam pendidikan barat untuk menemukan jawaban berbagai problematika umat islam saat ini yang semakin kompleks, menurutnya ulama kalasik gagal dalam menjawab persoalan umat islam tersebut, Abu zaid dalam hal ini yang sangat mendukung dobrakan pemikiran kaum modenisme. Sebagian besar anggota dari kelompok ini adalah pebisnis yang terdidik di institusi-institusi barat. Karena secara emosional berkomitmen terhadap islam, mereka mengalami apa ynag digambarkan oleh Rahman sebagai gejolak yang diakibatkan oleh dampak pemikiran-pemikiran penting barat modern terhadap tradisi islami.

Islam: Cerminan al-Quran

Al-Quran berada dalam jantung kehidupan agama islam, meskipun umat islam menjadi heterodoks, Seperti pengikut Ismaili yang mungkin percaya bahwa pangeran Karim al-Husaini, Sang Agha Khan adalah refleksi al-Quran yang hidup, yang lebih baik dari petunjuk yang tertulis. Dari kalangan sampai sufi dari ibu rumah tangga yang ingin melipatgandakan makanan demi member makan banyak muluut sampai anak-anak yang takut pada anjing yang sedang mendekat. Dari modernis liberal sampai yang radikal dan revoliusioner, dari ulama terdahulu yang puritan sampai Kalashnikov-al-Quran menyediakan petnujuk untuk mereka semua. Dalam bahasanya Ernest Geller Jika kristianitas merupakan refleksi Bibel, maka Islam adalah refleksi al-Quran.

HASIL BELAJAR (PEMIKIRAN FARID ESACK)

Fenomena social:

kaligrafi baik untuk memperindah rumah sebagai tolak bala.

Tilawah

Hafalan

Obat

jimat ayat kursi yang mereka sebut sebagai ayat singgasana.

Kondisi semacam ini membuatnya mengatakan bahwa al-Quran merupakan salah satu keajaiban utama dalam Islam. Dan keajaiban ilahiyah ini lagi dan lagi teraktualisasikan dalam bentuk yang beragam. Pada dasarnya, kitab ini menyediakan landasan bagi studi teologi dan hukum Islam. Akan tetapi-bagi orang awam-, teks-teksnya bisa dianggap sebagi jimat, pelindung, dan dalam bidang seni al-Quran menganugerahkan kekuatan relejiusnya bagi seni kaligerafi Islam.

Al-Quran Yang Hidup

al-Quran mengawasi kita dan akan memberi kesaksian kelak di hari pembalasan.

Mahmoud Ayyub sebagaimana yang dikutip Farid Esack menjelaskan sebagai berikut:

Meskipun al-Quran mengambil bentuk dan karakter seperti ucapan manusia, dalam esensinya, Ia tetap menjadi produk langit yang bebas dari batasan-batasan yang dimiliki suara dan tulisan manusia, karena al-Quran adalah pertemuan antara eksistensi manusia dan transendensi wahyu Tuhan, maka Ia dikaruniai jiwa layaknya manusia, dibekali perasaan dan emosi siap untuk mengahadapi orang-orang yang meninggalkannya semasa hidupnya dan untuk bersaksi bagi mereka yang hidup dengan mengamalkan ajaran-ajarannya dihari kebangkitan. (Ensiclopedia Of Religion, lihat al-Quran 176 ).

Al-Quran sebagai Perkataan Tuhan

al-Quran -bacaan yang paling sering dibaca dan diperdengarkan, karena menurutnya tidak ada yang lebih agung daripada aktivitas dimana terlibat Tuhan didalamnya. Bacalah al-Quran sabda Nabi SAW karena kamu akan mendapatkan sepuluh kali lipat pahala tiap kali kamu membaca satu huruf darinya, Ingatlah; Aku mengatakan bukanlah Alif Lam Mim itu satu huruf melainkan Alif itu satu huruf, Lam itu satu huruf, dan Mim itu satu huruf.

Al-Quran Sebagai Kitab Suci yang Dipertentangkan

Dengan keterbukaannya untuk diinterpretasi menimbulkan berbagai dampak,

negative (kepentingan-kepentingan pribadi dalam diri penafsir). positif : Dengan ini pula al-Quran membuka peluang bagi generasi islam untuk selalu mengupayakan penafsiran terhadapnya dengan berbagai pendekatan, namun dengan hal ini juga menimbulkan perselisihan antara golongan satu dengan yang lainnya.

Afrika selatan terdapat: dua golongan para penafsir:

Kaum Tradisionalisme, -----Sebatas pengkajian tafsiran ulama klasik ortodoks semisal Ibnu Katsir atau Maarifah al-Quran karya Muhammad Syafi(w.1976). sebagian ulama bahkan beranggapan bahwa para mufassir klasik ortodoks itu memang husus diciptakan untuk menafsirkan al-Quran. Mengabaikan para mufassir ini menurut mereka akan membawa pada kesesatan (al-dalal)dan kebatilan yang selanjutnya akan menimbulkan rusaknya iman.

Modernism----- menemukan jawaban berbagai problematika umat islam saat ini yang semakin kompleks, menurutnya ulama kalasik gagal dalam menjawab persoalan umat islam tersebut,

Living quran sudah ada zaman nabi, ex obat dengan al-fatihah dan al-muawwizatain. (berfungsi diluar kapasitasnya sebagai teks)---bergulir ke generasi berikutnya,

Farid esack: Uncritical lover, Scholary lover, Critical lover