Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

29
Revisi SEJARAH KODIFIKASI AL-QUR’AN Makalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an Dosen Pengampu : Dr. Hj. Yuyun Afandi, Lc. Disusun Oleh : Muh. Asroruddin A.J. NIM : 095112032

Transcript of Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

Page 1: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

Revisi

SEJARAH KODIFIKASI AL-QUR’AN

Makalah

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’anDosen Pengampu : Dr. Hj. Yuyun Afandi, Lc.

Disusun Oleh :

Muh. Asroruddin A.J.NIM : 095112032

PROGRAM PASCASARJANAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) WALISONGO2009

Page 2: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

MAKALAHSTUDI AL-QUR’AN DAN HADITS :

Sejarah Kodifikasi Al-Qur’an

Disusun Oleh : Muh. Asroruddin / 095112032

A. PENDAHULUAN

Telah kita maklumi bersama bahwa Al-Qur’an itu diturunkan secara

berangsur-angsur. Setiap kali ayat-ayat Al-Qur’an turun Rasulullah saw.

Menyuruh penulis wahyu untuk menulisnya. Kebanyakan dari sahabat

menghafalnya akan tetapi walaupun ditulis oleh para penulis wahyu, namun ia

tidak terkumpul dalam suatu mushaf.

Al-Qur’an semenjak diturunkan kepada Rasulullah saw. hingga saat ini

masih utuh dan masih terjaga, karena Allah telah menjamin kemurnian dan

kesucian Al-Qur'an, akan selamat dari usaha-usaha pemalsuan, penambahan

atau pengurangan-pengurangan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah

dalam surat Al-Hijr: 9 sebagai berikut :

�ح�اف�ظو�ن� ل �ه ل �ن� و�إ �ر� الذ�ك �ا �ن ل �ز� ن �ح�ن ن �ا �ن إMaksudnya : “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan

Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al-

Hijr:9).

Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan

penulisan Qur'an dapat menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Qur'an

ditulis sejak Nabi masih hidup. Begitu wahyu turun kepada Nabi, Nabi

langsung memerintahkan para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya

secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan sekaligus

mereka amalkan.

Dalam makalah ini penulis akan menggambarkan sejarah kodifikasi/

pengumpulan Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW dan setelah beliau wafat,

baik pada masa Abu Bakar ash-Shiddiq hingga Utsman bin Affan, dan

beberapa hal terkait dengan sejarah pengumpulan Al-Qur’an.

B. POKOK PERMASALAHAN

1

Page 3: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

Pokok permasalahan yang akan penulis angkat dalam makalah ini

terkait dengan judul makalah adalah :

1. Bagaimana sejarah kodifikasi Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW?

2. Bagaimana sejarah kodifikasi Al-Qur’an ditinjau dari proses pengumpulan

dan pembukuan pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan Utsman

bin Affan?

C. SEJARAH KODIFIKASI AL-QUR’AN

1. Pengertian Pengumpulan/Kodifikasi Qur’an

Kata ‘penghimpunan/kodifikasi’ Al-Qur’an (Jam’ Al-Qur’an)

terkadang dimaksudkan sebagai “pemeliharaan dan penjagaan dalam

dada” (penghafalan), dan terkadang dimaksudkan sebagai “penulisan

keseluruhannya, huruf demi huruf, kata demi kata, ayat demi ayat dan

surat demi surat” (penulisan). Yang kedua ini medianya adalah shahifah-

shahifah dan lembaran-lembaran lainnya, sedangkan yang pertama

medianya adalah hati dan dada (Al-Zarqani, Manahil al-‘Urfan fi Ulum

Al-Qur’an, 2002 hal. 259).

Selanjutnya, penghimpunan Al-Qur’an dalam pengertian

“penulisannya” berlangsung tiga kali. Pertama pada masa Rasulullah

SAW. Kedua pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan ketiga

pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Pada yang terakhir inilah

dilakukan penyalinan menjadi beberapa mushaf dan dikirim ke berbagai

daerah.

Dari paparan di atas telah kita maklumi bersama bahwa Al-Qur’an

sebagai Kitab Suci kaum muslim dibukukan (dikodifikasi) hingga menjadi

mushaf yang surat-surat, ayat-ayat dan tanda bacaannya tersusun seperti

yang sekarang kita gunakan, telah melalui tahapan-tahapan dan proses

yang cukup lama, diantaranya yaitu tahap pengumpulan ayat-ayat Al-

Qur’an pada masa Rasulullah SAW., kemudian melalui proses pembukuan

pada masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq serta melalui proses

2

Page 4: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

penyempurnaan bacaan dan penggandaan Al-Qur’an yang dilakukan pada

masa menjabatnya Utsman bin Affan sebagai Khalifah.

Hal senada dijelaskan oleh Manna Khalil Al-Khattan (2001:178-

179) dalam bukunya Mabahis fi Ulumil Qur’an, ia menjelaskan bahwa

yang dimaksud dengan Pengumpulan al-Qur’an (Jam’ul Qur’an) oleh para

ulama dibagi menjadi dua pengertian yaitu sebagai berikut :

Pertama: pengumpulan dalam arti hifzuhu (menghafalnya dalam

hati). Jumma’ul Qur’an artinya huffazuhu (penghafal-penghafalnya, orang

yang menghafalkannya di dalam hati). Inilah makna yang dimaksudkan

dalam firman Allah kepada Nabi, Nabi senantiasa menggerakkan kedua

bibir dan lidahnya untuk membaca Al-Qur’an ketika hal itu diturunkan

kepadanya sebelum selesai membacakannya, karena ingin menghafalnya.

Firman Allah SWT.

� ك� ال ح�ر� �ه� ت �ك� ب ان �ع�ج�ل� ل�س� �ت �ن� ل �ه�. أ � ب �نا �ي �ه. ج�م�ع�ه ع�ل ء�ان و�قر��ذ�ا �ه ف�إ ن

� أ �ع� ق�ر� �ب م� ف�ات ه. ث ء�ان �ن� قر� �ا إ �ن �ي ه ع�ل �ان �ي بArtinya : “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Al-Qur’an

karena hendak cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya atas

tanggung jawab Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan

(membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai

membacakannya maka ikutilah bacaan itu. Kemudian, atas

tanggungan Kamilah penjelasannya.” (QS. al-Qiyamah : 16-

19).

Kedua: pengumpulan dalam arti kitabatuhu kullihi (penulisan Al-

Qur’an seluruhnya) baik dengan memisahkan-memisahkan ayat-ayat dan

surat-suratnya, atau menertibkan ayat-ayat semata dan setiap surah ditulis

dalam satu lembaran secara terpisah, atau menertibkan ayat-ayat dan

suratnya dalam lembaran-lembaran yang terkumpul yang menghimpun

semua surat.

2. Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Rasulullah SAW.

3

Page 5: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

Dalam usaha kodifikasi Al-Qur’an Rasulullah mempunyai

beberapa orang pencatat wahyu, di antaranya, empat orang sahabat yang

kemudian menjadi para khalifah rasyidun (Abu Bakar, Umar, Utsman,

Ali), Muawiyah, Zaid bin Tsabit, Khalid bin Walid, Ubai bin Kaab dan

Tsabit bin Qeis. Beliau menyuruh mereka mencatat setiap wahyu yang

turun, sehingga al-Qur’an yang terhimpun di dalam dada menjadi

kenyataan tertulis (as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, 1990. Hal.

78).

Pengumpulan Al-Qur’an pada zaman Rasulullah SAW ditempuh

dengan dua cara, yaitu al-Jam’u fis sudur, dan yang kedua adalah al-jam’u

fi suthur (http://www.geocities.com/denwij/kodifikasi.htm).

Pertama : al Jam'u fis Sudur. Para sahabat langsung menghafalnya

diluar kepala setiap kali Rasulullah SAW menerima wahyu. Hal ini bisa

dilakukan oleh mereka dengan mudah terkait dengan kultur (budaya)

orang arab yang menjaga Turast (peninggalan nenek moyang mereka

diantaranya berupa syair atau cerita) dengan media hafalan dan mereka

sangat masyhur dengan kekuatan daya hafalannya.

Kedua : al Jam'u fis Suthur, yaitu wahyu turun kepada Rasulullah

SAW ketika beliau berumur 40 tahun yaitu 12 tahun sebelum hijrah ke

Madinah. Kemudian wahyu terus menerus turun selama kurun waktu 23

tahun berikutnya dimana Rasulullah SAW. setiap kali turun wahyu

kepadanya selalu membacakannya kepada para sahabat secara langsung

dan menyuruh mereka untuk menuliskannya sembari melarang para

sahabat untuk menulis hadis-hadis beliau karena khawatir akan bercampur

dengan Al-Qur’an. Rasul SAW bersabda  "Janganlah kalian menulis

sesuatu dariku kecuali Al-Qur’an, barangsiapa yang menulis sesuatu

dariku selain Al-Qur’an maka hendaklah ia menghapusnya " (Hadis

dikeluarkan oleh Muslim (pada Bab Zuhud hal 8) dan Ahmad (Hal. 1).

Biasanya sahabat menuliskan Al-Qur’an pada media yang terdapat

pada waktu itu berupa ar-Riqa' (kulit binatang), al-Likhaf (lempengan

batu), al-Aktaf (tulang binatang), al-`Usbu ( pelepah kurma). Sedangkan

4

Page 6: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

jumlah sahabat yang menulis Al-Qur’an waktu itu mencapai 40 orang.

Adapun hadis yang menguatkan bahwa penulisan Al-Qur’an telah terjadi

pada masa Rasulullah s.a.w. adalah hadis yang di Takhrij (dikeluarkan)

oleh al-Hakim dengan sanadnya yang bersambung pada Anas r.a., ia

berkata:  "Suatu saat kita bersama Rasulullah s.a.w. dan kita menulis Al-

Qur’an (mengumpulkan) pada kulit binatang ".

Dari kebiasaan menulis Al-Qur’an ini menyebabkan banyaknya

naskah-naskah (manuskrip) yang dimiliki oleh masing-masing penulis

wahyu, diantaranya yang terkenal adalah: Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin

Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Salin bin Ma'qal.

Adapun hal-hal yang lain yang bisa menguatkan bahwa telah

terjadi penulisan Al-Qur’an pada waktu itu adalah Rasulullah SAW

melarang membawa tulisan Al-Qur’an ke wilayah musuh.

Kisah masuk Islamnya sahabat `Umar bin Khattab r.a. yang

disebutkan dalam buku-buku sejarah bahwa waktu itu `Umar mendengar

saudara perempuannya yang bernama Fatimah sedang membaca awal

surah Thahaa dari sebuah catatan (manuskrip) Al-Qur’an kemudian `Umar

mendengar, meraihnya kemudian membacanya, inilah yang menjadi sebab

ia mendapat hidayah dari Allah sehingga ia masuk Agama Islam.

Sepanjang hidup Rasulullah s.a.w Al-Qur’an selalu ditulis

bilamana beliau mendapat wahyu karena Al-Qur’an diturunkan tidak

secara sekaligus tetapi secara bertahap.

3. Kodifikasi Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq dan

Utsman bin Affan

a. Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq

Setelah Rasulullah saw. wafat dan Abu Bakar menjadi

Khalifah, dan Musailamah Al-Kadzab mengaku dirinya Nabi. Dia

mengembangkan khurafat dan kebohongan-kebohongannya. Dia dapat

mempengaruhi Banu Hanifah dari penduduk Yamamah lalu mereka

menjadi murtad. Setelah Abu Bakar mengetahui tindakan Musailamah

5

Page 7: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

itu, beliau menyiapkan suatu pasukan tentara yang terdiri dari 4000

pengendara kuda yang menggempur mereka. Kemudian banyak di

antara para sahabat yang gugur, selain itu syahid pula 70 orang

penghafal Al-Qur’an. Serangan terhadap Musailamah tersebut

dinamakan peperangan Yamamah (Ash-Shiddiqie, Sejarah Ilmu dan

Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, 2000. Hal. 80).

Imam Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya sebab-sebab

yang melatar belakangi pengumpulan naskah-naskah Al Quran yang

terjadi pada masa Abu Bakar yaitu atsar yang diriwayatkan dari Zaid

bin Tsabit r.a. yang berbunyi: “Suatu ketika Abu Bakar menemuiku

(Zaid bin Tsabit) untuk menceritakan perihal korban pada perang

Yamamah, ternyata Umar juga bersamanya”. Abu Bakar berkata :

”Umar menghadap kepadaku dan mengatakan bahwa korban yang

gugur pada perang Yamamah sangat banyak khususnya dari kalangan

para penghafal Al Quran, aku khawatir kejadian serupa akan menimpa

para penghafal Al Quran di beberapa tempat sehingga suatu saat tidak

akan ada lagi sahabat yang hafal Al Quran, menurutku sudah saatnya

engkau wahai khalifah memerintahkan untuk mengumpulkan Al

Quran”, lalu aku (Abu Bakar) berkata kepada Umar : ”bagaimana

mungkin kita melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh

Rasulullah saw.?” Umar menjawab: “Demi Allah, ini adalah sebuah

kebaikan”. Selanjutnya Umar selalu saja mendesakku untuk

melakukannya sehingga Allah melapangkan hatiku, maka aku setuju

dengan usul Umar untuk mengumpulkan Al Quran.

Zaid berkata: Abu Bakar berkata kepadaku : “engkau adalah

seorang pemuda yang cerdas dan pintar, kami tidak meragukan hal itu,

dulu engkau menulis wahyu (Al Quran) untuk Rasulullah saw., maka

sekarang periksa dan telitilah Al Quran lalu kumpulkanlah menjadi

sebuah mushaf”.

Zaid berkata : “Demi Allah, andaikata mereka memerintahkan

aku untuk memindah salah satu gunung tidak akan lebih berat dariku

6

Page 8: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

dan pada memerintahkan aku untuk mengumpulkan Al-Qur’an.

Kemudian aku teliti Al-Qur’an dan mengumpulkannya dari pelepah

kurma, lempengan batu, dan hafalan para sahabat yang lain).

Kemudian Mushaf hasil pengumpulan Zaid tersebut disimpan oleh

Abu Bakar, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 12 H. Setelah ia wafat

disimpan oleh khalifah sesudahnya yaitu Umar, setelah ia pun wafat

mushaf tersebut disimpan oleh putrinya dan sekaligus istri Rasulullah

s.a.w. yang bernama Hafsah binti Umar r.a.

(http://www.geocities.com/denwij/kodifikasi.htm)

Semua sahabat sepakat untuk memberikan dukungan mereka

secara penuh terhadap apa yang telah dilakukan oleh Abu Bakar

berupa mengumpulkan Al Quran menjadi sebuah Mushaf. Kemudian

para sahabat membantu meneliti naskah-naskah Al Quran dan

menulisnya kembali. Sahabat Ali bin Abi Thalib berkomentar atas

peristiwa yang bersejarah ini dengan mengatakan : ”Orang yang paling

berjasa terhadap Mushaf adalah Abu Bakar, semoga ia mendapat

rahmat Allah karena ialah yang pertama kali mengumpulkan Al Quran,

selain itu juga Abu Bakarlah yang pertama kali menyebut Al Quran

sebagai Mushaf.”

Menurut riwayat yang lain orang yang pertama kali menyebut

Al Quran sebagai Mushaf adalah sahabat Salim bin Ma’qil pada tahun

12 H lewat perkataannya yaitu : “Kami menyebut di negara kami untuk

naskah-naskah atau manuskrip Al Quran yang dikumpulkan dan di

bundel sebagai Mushaf” dari perkataan Salim inilah Abu Bakar

mendapat inspirasi untuk menamakan naskah-naskah Al Quran yang

telah dikumpulkannya sebagai al-Mushaf as Syarif (kumpulan naskah

yang mulya). Dalam Al Quran sendiri kata Suhuf (naskah ; jama’nya

Sahaif) tersebut 8 kali, salah satunya adalah firman Allah QS. Al

Bayyinah (98):2 ”

ول8 س و�ا الله م�ن� ر� �ل �ت ة< صحف<ا ي مط�ه�ر�

7

Page 9: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

Artinya : Yaitu seorang Rasul utusan Allah yang membacakan

beberapa lembaran suci. (Al Quran)”

b. Pada Masa Usman bin Affan

Pada masa pemerintahan Usman bin ‘Affan terjadi perluasan

wilayah Islam di luar Jazirah Arab sehingga menyebabkan umat Islam

bukan hanya terdiri dari bangsa Arab saja (’Ajamy). Kondisi ini

tentunya memiliki dampak positif dan negatif.

Salah satu dampaknya adalah ketika mereka membaca Al

Quran, karena bahasa asli mereka bukan bahasa Arab. Fenomena ini

ditangkap dan ditanggapi secara cerdas oleh salah seorang sahabat

yang juga sebagai panglima perang pasukan Muslim yang bernama

Hudzaifah bin al-Yaman.

Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas r.a. bahwa suatu saat

Hudzaifah yang pada waktu itu memimpin pasukan Muslim untuk

wilayah Syam (sekarang Syiria) mendapat misi untuk menaklukkan

Armenia, Azerbaijan (dulu termasuk Soviet) dan Iraq menghadap

Usman dan menyampaikan kepadanya atas realitas yang terjadi dimana

terdapat perbedaan bacaan Al Quran yang mengarah kepada

perselisihan.

Ia berkata : “wahai Usman, cobalah lihat rakyatmu, mereka

berselisih gara-gara bacaan Al Quran, jangan sampai mereka terus

menerus berselisih sehingga menyerupai kaum Yahudi dan Nasrani “.

Lalu Usman meminta Hafsah meminjamkan Mushaf yang di

pegangnya untuk disalin oleh panitia yang telah dibentuk oleh Usman

yang anggotanya terdiri dari para sahabat diantaranya Zaid bin Tsabit,

Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al’Ash, Abdurrahman bin al-Haris dan

lain-lain.

8

Page 10: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

Kodifikasi dan penyalinan kembali Mushaf Al Quran ini terjadi

pada tahun 25 H, Usman berpesan apabila terjadi perbedaan dalam

pelafalan agar mengacu pada Logat bahasa suku Quraisy karena Al

Quran diturunkan dengan gaya bahasa mereka.

Setelah panitia selesai menyalin mushaf, mushaf Abu Bakar

dikembalikan lagi kepada Hafsah. Selanjutnya Usman memerintahkan

untuk membakar setiap naskah-naskah dan manuskrip Al Quran selain

Mushaf hasil salinannya yang berjumlah 6 Mushaf.

Mushaf hasil salinan tersebut dikirimkan ke kota-kota besar

yaitu Kufah, Basrah, Mesir, Syam dan Yaman. Usman menyimpan

satu mushaf untuk ia simpan di Madinah yang belakangan dikenal

sebagai Mushaf al-Imam.

Tindakan Usman untuk menyalin dan menyatukan Mushaf

berhasil meredam perselisihan dikalangan umat Islam sehingga ia

menuai pujian dari umat Islam baik dari dulu sampai sekarang

sebagaimana khalifah pendahulunya Abu Bakar yang telah berjasa

mengumpulkan Al Quran. Adapun Tulisan yang dipakai oleh panitia

yang dibentuk Usman untuk menyalin Mushaf adalah berpegang pada

Rasm al-Anbath tanpa harakat atau Syakl (tanda baca) dan Nuqtah

(titik sebagai pembeda huruf).

c. Tanda Yang Mempermudah Membaca Al-Quran

Sampai sekarang, setidaknya masih ada empat mushaf yang

disinyalir adalah salinan mushaf hasil panitia yang diketuai oleh Zaid

bin Tsabit pada masa khalifah Usman bin Affan. Mushaf pertama

ditemukan di kota Tasyqand yang tertulis dengan Khat Kufy. Dulu

sempat dirampas oleh kekaisaran Rusia pada tahun 1917 M dan

disimpan di perpustakaan Pitsgard (sekarang St.PitersBurg) dan umat

Islam dilarang untuk melihatnya.

9

Page 11: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

Pada tahun yang sama setelah kemenangan komunis di Rusia,

Lenin memerintahkan untuk memindahkan Mushaf tersebut ke kota

Opa sampai tahun 1923 M. Tapi setelah terbentuk Organisasi Islam di

Tasyqand para anggotanya meminta kepada parlemen Rusia agar

Mushaf dikembalikan lagi ketempat asalnya yaitu di Tasyqand

(Uzbekistan, negara di bagian Asia Tengah).

Mushaf kedua terdapat di Museum al Husainy di

kota Kairo Mesir dan Mushaf ketiga dan keempat terdapat di

kota Istambul Turki. Umat Islam tetap mempertahankan keberadaan

mushaf yang asli apa adanya.

Sampai suatu saat ketika umat Islam sudah terdapat hampir di

semua belahan dunia yang terdiri dari berbagai bangsa, suku, bahasa

yang berbeda-beda sehingga memberikan inspirasi kepada salah

seorang sahabat Ali bin Abi Thalib yang menjadi khalifah pada waktu

itu yang bernama Abul-Aswad as-Dualy untuk membuat tanda baca

(Nuqathu I’rab) yang berupa tanda titik.

Atas persetujuan dari khalifah, akhirnya ia membuat tanda baca

tersebut dan membubuhkannya pada mushaf. Adapun yang mendorong

Abul-Aswad  ad-Dualy membuat tanda titik adalah riwayat dari Ali r.a

bahwa suatu ketika Abul-Aswad ad-Dualy menjumpai seseorang yang

bukan orang Arab dan  baru masuk Islam membaca kasrah pada kata

“Warasuulihi” yang seharusnya  dibaca “Warasuuluhu” yang terdapat

pada QS. At-Taubah (9) 3 sehingga bisa merusak makna.

Abul-Aswad ad-Dualy menggunakan titik bundar penuh yang

berwarna merah untuk menandai fathah, kasrah, Dhammah, Tanwin

dan menggunakan warna hijau untuk menandai Hamzah. Jika suatu

kata yang ditanwin bersambung dengan kata berikutnya yang

berawalan huruf Halq (idzhar) maka ia membubuhkan tanda titik dua

horizontal seperti “adzabun alim” dan membubuhkan tanda titik dua

Vertikal untuk menandai Idgham seperti “ghafurrur rahim”.

10

Page 12: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

Adapun yang pertama kali membuat Tanda Titik untuk

membedakan huruf-huruf yang sama karakternya (nuqathu hart)

adalah Nasr bin Ashim (W. 89 H) atas permintaan Hajjaj bin Yusuf as-

Tsaqafy, salah seorang gubernur pada masa Dinasti Daulah Umayyah

(40-95 H). Sedangkan yang pertama kali menggunakan tanda Fathah,

Kasrah, Dhammah, Sukun, dan Tasydid seperti yang-kita kenal

sekarang adalah al-Khalil bin Ahmad al-Farahidy (W.170 H) pada

abad ke II H (Http://www.pengobatan.com/ajaran_islam/sejarah_

kodifikasi.htm).

Pada literatur lain disebutkan bahwa untuk menyempurnakan

cara-cara penulisan dan penyeragaman bacaan, dalam rangka

menghindari adanya kesalahan-kesalahan bacaan maupun tulisan.

Karena penulisan Qur'an pada masa pertama tidak memakai tanda baca

(tanda titik dan harakat). Maka Al-Khalil mengambil inisiatif untuk

membuat tanda-tanda yang baru, yaitu huruf waw yang kecil diatas

untuk tanda dhammah, huruf alif kecil diatas sebagai tanda fathah,

huruf alif yang kecil dibawah untuk tanda kasrah, kepala huruf syin

untuk tanda shiddah, kepala ha untuk sukun, dan kepala ‘ain untuk

hamzah.

Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong, dan ditambah

sehingga menjadi bentuk yang sekarang ada. Dalam perkembangan

selanjutnya tumbuhlah beberapa macam tafsir Qur'an yang ditulis  oleh

ulama Islam, yang sampai saat ini tidak kurang dari 50 macam tafsir

Qur'an. Juga telah tumbuh pula berbagai macam disiplin ilmu untuk

membaca dan membahas Qur'an

(Http://www.pengobatan.com/ajaran_islam/sejarah_kodifikasi.htm).

Kemudian pada masa Khalifah Al-Makmun, para ulama

selanjutnya berijtihad untuk semakin mempermudah orang untuk

membaca dan menghafal Al Quran khususnya bagi orang selain Arab

11

Page 13: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

dengan menciptakan tanda-tanda baca tajwid yang berupa Isymam,

Rum, dan Mad.

Sebagaimana mereka juga membuat tanda Lingkaran Bulat

sebagai pemisah ayat dan mencamtumkan nomor ayat, tanda-tanda

waqaf (berhenti membaca), ibtida (memulai membaca), menerangkan

identitas surah di awal setiap surah yang terdiri dari nama, tempat

turun, jumlah ayat, dan jumlah ‘ain.

Tanda-tanda lain yang dibubuhkan pada tulisan Al Quran

adalah Tajzi’ yaitu tanda pemisah antara satu Juz dengan yang lainnya

berupa kata Juz dan diikuti dengan penomorannya (misalnya, al-Juz-

utsalisu: untuk juz 3) dan tanda untuk menunjukkan isi yang berupa

seperempat, seperlima, sepersepuluh, setengah Juz dan Juz itu sendiri.

Sebelum ditemukan mesin cetak, Al Quran disalin dan

diperbanyak dari Mushaf Utsmani dengan cara tulisan tangan. Keadaan

ini berlangsung sampai abad ke16 M. Ketika Eropa menemukan mesin

cetak yang dapat digerakkan (dipisah-pisahkan) dicetaklah Al-Qur’an

untuk pertama kali di Hamburg, Jerman pada tahun 1694 M.

Naskah tersebut sepenuhnya dilengkapi dengan tanda baca.

Adanya mesin cetak ini semakin mempermudah umat Islam

memperbanyak mushaf Al Quran. Mushaf Al Quran yang pertama kali

dicetak oleh kalangan umat Islam sendiri adalah mushaf edisi Malay

Usman yang dicetak pada tahun 1787 dan diterbitkan di St. Pitersburg

Rusia.

Kemudian diikuti oleh percetakan lainnya, seperti di

Kazan pada tahun 1828, Persia Iran tahun 1838 dan Istambul tahun

1877. Pada tahun 1858, seorang Orientalis Jerman, Fluegel,

menerbitkan Al Quran yang dilengkapi dengan pedoman yang amat

bermanfaat.

12

Page 14: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

Sayangnya, terbitan Al Quran yang dikenal dengan edisi

Fluegel ini ternyata mengandung cacat yang fatal karena sistem

penomoran ayat tidak sesuai dengan sistem yang digunakan dalam

mushaf standar. Mulai Abad ke-20, pencetakan Al Quran dilakukan

umat Islam sendiri. Pencetakannya mendapat pengawasan ketat dari

para Ulama untuk menghindari timbulnya kesalahan cetak.

Cetakan Al Quran yang banyak dipergunakan di dunia Islam

dewasa ini adalah cetakan Mesir yang juga dikenal dengan edisi Raja

Fuad karena dialah yang memprakarsainya. Edisi ini ditulis

berdasarkan Qiraat Ashim riwayat Hafs dan pertama kali diterbitkan di

Kairo pada tahun 1344 H/ 1925 M. Selanjutnya, pada tahun 1947 M

untuk pertama kalinya Al Quran dicetak dengan tekhnik cetak offset

yang canggih dan dengan memakai huruf-huruf yang indah.

Pencetakan ini dilakukan di Turki atas prakarsa seorang ahli kaligrafi

turki yang terkemuka Said Nursi.

D. ANALISIS

Al-Quran adalah wahyu yang diturunkan dari langit oleh Allah SWT

kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril a.s. Sejarah

penurunannya selama 23 tahun secara berangsur-angsur telah memberi kesan

yang sangat besar dalam kehidupan seluruh manusia. Di dalamnya terkandung

pelbagai ilmu, hikmah dan pengajaran yang tersurat maupun tersirat.

Sebagai umat Islam, kita haruslah berpegang kepada Al-Quran dengan

membaca, memahami dan mengamalkan serta menyebarluas ajarannya. Bagi

mereka yang mencintai dan mendalaminya akan mengambil iktibar serta

pengajaran, lalu menjadikannya sebagai panduan dalam meniti kehidupan

dunia menuju akhirat yang kekal abadi.

Sebagai umat Islam juga kita sudah sepatutnya merasa bertanggung

jawab untuk membela dan menjaga Al-Qur’an dari pihak-pihak yang berusaha

dan sengaja merubah keautentikannya, sebagaimana terjadi beberapa waktu

13

Page 15: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

lalu telah beredar beberapa surat baru yang dibuat oleh orang-orang yang tidak

bertanggung jawab.

Ini merupakan pekerjaan rumah buat kita, terutama kita selaku kaum

terpelajar untuk tetap menjaga Al-Qur’an dari usaha-usaha merubah ayat-ayat

bahkan surat-surat yang telah ada. Karena bagaimanapun juga kita aku

bersama masih teramat banyak di antara saudara-saudara kita yang masih

awam akan hal-hal seperti ini. Sudah bisa kita bayangkan kalau seandainya

saudara-saudara kita itu membaca dan mempelajari Al-Qur’an yang telah

diubah tersebut.

Terkait dengan sejarah kodifikasi Al-Qur’an yang telah penulis

paparkan di atas yaitu tentang masa penulisan ayat-ayat Al-Qur’an pada masa

hayat Rasulullah. Pada saat itu tidak begitu banyak terdapat masalah pada saat

proses penulisan ayat-ayat Al-Qur’an, karena para sahabat yang bertugas

menulis ayat-ayat Al-Qur’an langsung dibimbing oleh Rasulullah. Bahkan

Rasulullah saw. melarang sahabat menulis hadits hadits jika Rasulullah

memerintahkan mereka untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an. Hal ini untuk

menghindari tercampurnya penulisan Hadits dengan ayat Al-Qur’an.

Demikian juga dalam hal ibadah dan muamalah, para sahabat dan

ummat Islam pada saat itu tidak begitu mendapatkan kesulitan dalam

penerapan sehari-hari. Karena jika para sahabat dan kaum muslimin pada saat

itu mendapatkan permasalahan, mereka langsung menanyakan hal tersebut

kepada Rasulullah saw.

Akan tetapi keadaan mulai sedikit berubah setelah Rasulullah saw.

wafat, termasuk dalam hal menjaga keutuhan Al-Qur’an. Diantaranya yaitu

banyaknya sahabat yang meninggal pada saat perang Yamamah yang terjadi

pada tahu 12 H. yaitu sekitar 70 orang penghafal. Atas dasar inilah Usman

menjadi khawatir kemudian menghadap Abu Bakar dan menyampaikan

kekhawatirannya akan hal ini dan menyarankan untuk mengumpulkan (jam’)

al-Qur’an.

Abu Bakar yang pada saat itu menjabat sebagai khalifah merasa ragu

untuk melaksanakan hal tersebut, karena Rasulullah tidak pernah melakukan

14

Page 16: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

hal tersebut. Keraguan Abu Bakar ini mungkin merupakan suatu hal yang

wajar terjadi, karena bagaimanapun juga Rasulullah sebagai panutan tidak

pernah mencontohkan, apalagi untuk memerintahkan.

Akan tetapi atas desakan Usman dan juga Allah telah melapangkan

dadanya, maka Abu Bakar menyetujui untuk mengumpulkan ayat-ayat yang

tercecer menjadi sebuah mushaf dengan pertimbangan agar ayat-ayat Al-

Qur’an tersebut dapat terjaga.

Ada beberapa hal yang perlu disampaikan di sini terkait keputusan

yang diambil Abu Bakar untuk mengumpulkan al-Qur’an menjadi sebuah

mushaf. Melihat kondisi yang berkembang pada saat itu, yaitu dengan

banyaknya para penghafal yang gugur dalam peperangan, bahkan dalam

sejarah banyak sekali terdapat peperangan yang terjadi saat itu, keputusan

tersebut memang layak dan pantas, walaupun pada dasarnya Rasulullah tidak

pernah memerintahkan. Karena jika hal tersebut tidak dilakukan, justru akan

menimbulkan hal negatif, yaitu hilangnya ayat-ayat Allah.

Sebenarnya dalam proses kodifikas yang dilakukan oleh Abu Bakar

tidak merubah sedikitpun isi Al-Qur’an. Mereka hanya menyalin tulisan-

tulisan Al-Qur’an dari daun, pelepah maupun tulang-tulang yang tercecer

kedalam satu mushaf. Dalam masalah tulis menulis, Abu Bakar mengandalkan

Zaid bin Tsabit yang pada saat itu dikenal cerdas, pintar dan dapat dipercaya

sehingga tidak diragukan lagi keasliannya.

Pada saat pembukuan Al-Qur’an semasa Khalifah Usman bin Affan,

tidak hanya menyalin naskah yang ada, tetapi merefisi berbagai qiraat yang

berkembang pada waktu itu. Tetapi inti dari keduanya adalah sama, mereka

sama ingin membela dan memperjuangkan Islam dan ajarannya.

E. KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan dari paparan di atas, penulis dapat menarik

beberapa poin yaitu:

1. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW tidak begitu banyak

mendapatkan masalah, karena setiap kali Rasulullah mendapatkan wahyu,

15

Page 17: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

para sahabat yang telah ditunjuk (di antaranya Ubay bin Ka'ab, Abdullah

bin Mas'ud, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Salin bin Ma'qal)

langsung menghafal dan menulisnya pada kulit binatang, pelapah kurma,

lempengan batu, ataupun pada tulang-tulang binatang.

2. Pada saat peperangan Yamamah sekitar 700 orang penghafal gugur, selain

itu banyak peperangan lain yang juga banyak memakan korban dari pihak

muslim dan sebagian penghafal Al-Qur’an, atas dasar itu dan juga atas

saran Umar bin Khattab, Abu Bakar memutuskan untuk mengumpulkan

ayat-ayat al-Qur’an yang masih tercecer ke dalam satu mushaf.

3. Karena banyak terdapat perbedaan qira’at pada masa Pemerintahan Usman

bin Affan, ia kemudian berinisiatif untuk mengumpulkan mushaf-mushaf

dari seluruh negeri dan melakukan sedikit melakukan perubahan yaitu

dengan menggantinya dengan bahasa Arab Quraisy, karena bagaimanapun

juga Al-Qur’an kebetulan turun pada kaum muslim Quraisy. Langkah ini

diambil guna menyamakan qiraah, dan keputusan tersebut diterima dan

disambut baik oleh kaum muslimin pada waktu itu.

4. Mushaf-mushaf yang qiraatnya berbeda tersebut dimusnahkan oleh Usman

dan menggandakan mushaf yang telah diperbaharui tersebut menjadi 6 dan

disebarkan ke Kufah, Basrah, Mesir, Syam dan Yaman, dan satu mushaf

lagi disimpan oleh Usman yang kemudian belakangan disebut sebagai

Mushaf Al-Imam.

F. PENUTUP

Demikian makalah ini penulis susun, mudahan ada manfaatnya bagi

pembaca, khususnya bagi penulis sendiri.

Saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan

untuk melengkapi makalah ini.

16

Page 18: Makalah Studi Qur'an Hadits (Sejarah Kodifikasi Al-Qur'an) REVISI

G. DAFTAR PUSTAKA

As-Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Pustaka Firdaus: Jakarta, 1990

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, PT. Pustaka Rizki Putra: Semarang, 2000.

Al-Khattan, Manna Khalil, Mabahis fi Ulumil Qur’an, diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Mudzakir AS, Cet. 6, Pustaka Litera AntarNusa; Bogor, 2001.

Al-Said, Labib, The Recited Koran, The Darwin Press.Inc; New Jersey, 1975.

Al-Zarqani, Muhammad Abdul Adzim, Syeikh, Manahil al-Urfan fi Ulum al-Qur’an, Gaya Media Pratama; Jakarta, 2002.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, CV. Jumanatul Ali-Art: Bandung, 2005.

Mustafa Al-A’zami, Muhammad, The History of The Qur’anic Text : From Revalation to Compilation, Gema Insani; Jakarta, 2006.

Http://www.geocities.com/denwij/kodifikasi.htm

Http://dennyhendrata.wordpress.com/2006/09/28/sejarah-kodifikasi-al-quran/

Http://www.pengobatan.com/ajaran_islam/sejarah_kodifikasi.htm

17