Al Qur'an Dusturuna
description
Transcript of Al Qur'an Dusturuna
Bismillah….
TARGET
Peserta mengetahui definisi Al-Qur'an secara bahasa dan istilah
Peseta mengetahui nama-nama dan karakteristik Al-Qur'an
Peserta memahami fungsi Al-Qur'an dan adab – adab terhadap Qur’an
Peserta memahami prinsip pentingnya Al-Qur'an untuk dibaca, dipelajari, diamalkan
METODE PENYAMPAIAN
Ceramah, diskusi
APERSEPSI (PENDAHULUAN)
Mengasosiasikan phonecell sebagai manusia.
”Nah, tentunya kalian semua punya Handphone kan?” Inget ga, pertama kali beli..selain beli
handphone pasti dapet buku petunjuk penggunaannya juga..iya kan? Nah, kalo benda mati
seperti handphone aja punya buku petunjuk apalagi kita sebagai makhluk hidup...pastilah
punya buku petunjuk...ya Al-Qur’an itulah dia....”
RINCIAN BAHASAN
Definisi Al-Qur'an
Secara bahasa berarti "Bacaan"
Secara istilah ialah : "Firman Allah SWT yang menjadi mukjizat abadi kepada Nabi
Muhammad SAW yang tidak mungkin bisa ditandingi oleh manusia, diturunkan ke
dalam hati Rasulullah SAW, diturunkan ke generasi berikutnya secara mutawatir,
ketika dibaca bernilai ibadah da berpahala besar" . Dari definisi di atas terdapat lima
bagian penting :
Al-Qur’an adalah firman Alloh SWT (QS 53:4), wahyu yang datang dari
Alloh Yang Maha Mulia dan Maha Agung. Maka firman-Nya (al-qur’an) pun
menjadi mulia dan agung juga, yang harus diperlakukan dengan layak, pantas
dimuliakan dan dihormati.
Al-Qur’an adalah mu’jizat. Manusia tak akan sanggup membuat yang senilai
dengan Al-Qur’an, baik satu mushaf maupun hanya satu ayat.
Al-Qur’an diturunkan ke dalam hati Nabi SAW melalui malaikat Jibril AS
(QS 26:192). Hikmahnya kepada kita adalah hendaknya al-Qur’an masuk ke
dalam hati kita. Perubahan perilaku manusia sangat ditentukan oleh hatinya.
Jika hati terisi dengan Al-Qur’an, maka Al-Qur’an akan mendorong kita
Al-Qur’an Dusturuna by :فس
untuk menerapkannya dan memasyarakatkannya. Hal tersebut terjadi pada
diri Rasulullah SAW, ketika Al-Qur’an diturunkan kepada beliau. Ketika
Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi SAW, beliau menjawab: Kaana
khuluquhul qur’an; akhlak Nabi adalah al-Qur’an.
Al-Quran disampaikan secara mutawatir. Al-Qur’an dihafalkan dan ditulis
oleh banyak sahabat. Secara turun- temurun al-Qur’an itu diajarkan kepada
generasi berikutnya, dari orang banyak ke orang banyak. Dengan cara seperti
itu, keaslian al-Qur’an terpelihara, sebagai wujud jaminan Alloh terhadap
kepribadian al-Qur’an (QS 15:9)
Membaca al-Qur’an bernilai ibadah, berpahala besar di sisi Alloh SWT. Nabi
bersabda: “Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu
huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali
lipat” (al-hadist)
Fungsi Diturunkannya al-Qur'an
Sesungguhnya merupakan nikmat Allah yang terbesar adalah diutusnya Nabi
Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam dan diturunkannya al-Qur'an kepadanya
untuk memberi petunjuk kepada manusia, mengajari dan mengingatkan mereka
tentang segala yang bermanfaat bagi mereka di dunia dan di akhirat. Atas dasar inilah
Allah memuliakan ummat ini.
Al-Qur'an adalah kalam (firman) Allah Ta'ala, baik huruf maupun maknanya, dia
bukan makhluk. Dari Allah al-Qur'an berasal dan kepada-Nya dia akan kembali.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya,
”Dan sesungguhnya al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam,
dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar
kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan
bahasa Arab yang jelas” (QS. Asy Syu'araa:195)
Al-Qur'an merupakan kitab yang universal untuk seluruh manusia, bahkan untuk
bangsa jin, untuk memberikan kabar gembira dan peringatan kepada mereka. (periksa
QS. al-Jin:2)
Al-Qur’an diturunkan kepada manusia dengan memiliki fungsi yang amat banyak. Di
antara fungsi diturunkannya al-Qur'an adalah sebagai berikut:
Sebagai Petunjuk (Huda)
Allah Ta'ala telah berfirman yang artinya, ”Alif laam miim. Kitab (al-Qur'an)
ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS.
al- Baqarah:1-2). Dan di pertengahan surat al-Baqarah Allah juga berfirman,
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil)” (QS.al- Baqarah:185).
Di awal surat al-Baqarah tersebut Allah Ta'ala menyebut al-Qur'an sebagai
petunjuk bagi orang yang bertakwa sedangkan di pertengahannya disebutkan
sebagai petunjuk bagi manusia, dan ini sifatnya umum baik bagi yang
bertakwa maupun yang tidak bertakwa. Adapun petunjuk bagi orang
bertakwa, mempunyai arti bahwa mereka mampu mengambil manfaat dan
mengambil faidah dari al-Qur'an itu, serta mereka mampu manjadikan cahaya
al-Qur'an sebagai penerang bagi mereka. Sedangkan petunjuk bagi manusia,
artinya al-Qur'an memberi penjelasan bagi mereka mana jalan yang lurus
terbimbing, jika mereka menghendaki jalan lurus tersebut bagi diri mereka.
Jadi al-Qur'an merupakan petunjuk dilalah dan irsyad (penjelasan dan
bimbingan) bagi seluruh manusia, dan petunjuk taufiq bagi orang yang
bertakwa, khususnya mereka yang memenuhi panggilan al-Qur'an.
Jadi hidayah itu ada dua macam, yaitu hidayah taufiq wa 'amal (respon dan
aksi). Ini khusus bagi orang yang beriman, dan hidayah dilalah wa irsyad
(bimbingan dan penjelasan) yang bersifat informatif untuk seluruh umat
manusia. Allah Ta'ala juga berfirman menyifati al Qur'an,artinya,
”Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan
sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat, Kami
sediakan bagi mereka azab yang pedih” (QS. Al Israa':9-10)
Allah Ta'ala menyebutkan al-Qur'an sebagai petunjuk yang paling lurus
(aqwam), yaitu kepada jalan yang paling lurus dan adil yang mengantarkan
kepada Allah Ta'ala. Jika anda menghendaki untuk sampai kepada Allah
Azza wa Jalla dan surga Nya maka anda harus beramal dengan al-Qur'anul
Karim.
Al Qur'an sebagai Ruh.
Di dalam ayat yang lain Allah menyebut al-Qur'an dengan ruh, dan salah satu
makna ruh di sini adalah segala yang menjadikan hati hidup penuh dengan
makna. Sebagaimana halnnya tubuh, jika di dalamnya ada ruh maka dia akan
hidup dan jika ruh keluar dari badan maka dia akan mati. Allah berfirman,
artinya,
”Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu/al-Qur'an) dengan
perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (al-
Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan
al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami
kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-
benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”(QS. Asy Syura:52)
Al-Qur'an adalah ruh bagi hati, dan ruh hati lebih khusus daripada ruh badan.
Allah menamainya dengan ruh karena dengan al-Qur'an itu hati menjadi
hidup. Maka apabila al-Qur'an telah bertemu dengan hati pasti dia akan hidup
dan bercahaya. Dia akan mengenal Rabbnya, menyembah Allah di atas dasar
bashirah (ilmu), takut kepada-Nya, bertakwa, mencintai-Nya, meninggikan
serta mengagungkan-Nya. Ini dikarenakan al-Qur'an merupakan ruh yang
menggerakkkan hati sebagaimana ruh (nyawa) yang menggerakkan badan.
Jika nyawa masuk ke dalam badan maka dia akan menggerakkan badan itu
serta menjadikannya hidup. Demikian pula al-Qur'an, jika masuk ke dalam
hati maka akan menghidupkan serta menggerakkan hati untuk takut kepada
Allah serta mencintai-Nya. Sebaliknya jika hati tidak dimasuki al-Qur'an
maka akan mati, sebagaimana badan yang tidak punya ruh.
Maka di sini ada dua kehidupan dan dua kematian. Dua kematian adalah
matinya jasmani dan matinya hati sedang dua kehiduan adalah hidupnya
jasmani dan hidupnya hati. Hidupnya badan berlaku bagi mukmin dan kafir,
orang takwa dan orang fasik, bahkan seluruh manusia dan hewan tidak ada
bedanya. Yang membedakan adalah hidupnya hati, dan ini tidak didapati
kecuali pada hamba Allah yang mukmin dan muttaqin. Adapun orang kafir
dan binatang ternak maka mereka kehilangan hidupnya hati, meskipun badan
dan jasmani mereka hidup.
Al Qur'an sebagai Cahaya
Allah menamai al-Qur'an dengan Nur (cahaya), yaitu sesuatu yang
menerangai jalan yang terbentang di hadapan manusia sehingga tampak
segala yang ada di hadapannya. Apakah ada lobang, ataukah duri lalu
menghindarinya, dan kelihatan pula jalan yang selamat sehingga dia
manempuh jalan itu. Orang yang tidak mempunyai cahaya maka dia berada
di dalam kegelapan, tidak bisa melihat lobang serta duri, tidak mengetahui
adanya bahaya karena memang tidak mampu untuk melihat.
Kita semua tahu adanya cahaya yang mampu kita lihat, seperti cahaya
matahari, lampu,lentera dan cahaya yang lain. Dengan adanya cahaya inilah
kita tahu bagaimana sebaiknya berjalan di jalanan, di pasar, din rumah dan
kita tahu dengan cahaya itu apa yang perlu untuk kita jauhi dan waspadai.
Akan tetapi cahaya al Qur'an adalah cahaya maknawi yang memperlihatkan
kepada Anda apa yang bermanfaat bagi Anda dalam urusan agama maupun
dunia, menjelaskan kepada Anda yang hak dan yang batil, menunjukkan jalan
menuju surga sehingga Anda menempuhnya berdasarkan cahaya dan
bimbingan Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Al-Qur'an adalah nur maknawi yang dengannya anda dapat membedakan
jalan yang terang dari jalan yang gelap, membedakan jalan surga dari jalan
neraka. Dengannya engkau akan tahu mana yang bermanfaat dan mana yang
berbahaya, engkau tahu kebaikan dan keburukan. Maka al-Qur'an adalah
cahaya semesta alam untuk menuju jalan kesuksesan, kebahagiaan dan
kemenangan di dunia dan di akhirat.
Al Qur'an sebagai Pembeda
Allah Ta'ala juga menyifati al Qur'an sebagai Furqaan (pembeda) sebagai
mana firman-Nya, artinya,
”Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur'an)
kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam”(QS. Al Furqaan:1)
Artinya al-Qur'an membedakan antara yang haq dengan yang batil, antara
yang lurus dengan yang sesat, yang bermanfaaat dan yang berbahaya. Dia
menyuruh kita semua mengerjakan kebaikan dan melarang kita dari
perbuatan buruk dan dia memperlihat kan segala apa yang kita perlukan
untuk urusan dunia dan akhirat, maka dia adalah furqan dalam arti
membedakan antara yang hak dengan yang batil.
Al Qur'an sebagai Obat Penawar
Allah Subhannahu wa Ta'ala juga menyebut al-Qur'an ini sebagai syifa' (obat
penawar), Dia berfirman, artinya,
”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”(QS. Yunus:57)
Dia merupakan obat bagi penyakit yang bersifat hakiki (yang menimpa
badan) dan penyakit yang sifatnya maknawi (yang menimpa hati).
Merupakan obat bagi penyakit badan, dengan cara membacakannya untuk
orang yang sakit atau terkena ain (hipnotis), kesurupan jin dan semisalnya.
Dengan izin Allah Subhannahu wa Ta'ala orang yang sakit akan menjadi
sembuh jika bacaan tersebut berasal dari hati seorang mukmin yang yakin
kepada-Nya. Apabila keyakinan yang kuat berkumpul antara orang yang
membacakannya dengan yang di bacakan untuknya maka Allah akan
memberikan kesembuhan bagi si sakit.
Al-Qur'an juga merupakan obat bagi penyakit maknawi, seperti penyakit
ragu-ragu (syak), syubhat (kerancuan), kufur dan nifak. Penyakit-penyakit ini
jauh lebih berbahaya daripada penyakit badan.
Penyakit hati lebih berbahaya daripada penyakit badan karena penyakit badan
ujung penghabisannya adalah mati sedangkan mati itu pasti terjadi dan tidak
mungkin dapat ditolak. Penyakit hati jika dibiarkan terus menerus maka akan
menyebabkan matinya hati, rusak secara total sehingga si empunya hati
menjadi seorang kafir, condong kepada kaburukan, fasik. Dan tidak ada obat
baginya selain daripada al-Qur'an yang telah diturunkan oleh Allah sebagai
obat.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya,
”Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al Israa':82)
Allah Subhannahu wa Ta'ala menjadikan al-Qur'an sebagai obat bagi orang
mukmin dan mengkhususkan itu untuk mereka karena hanya orang mukmin
saja yang mampu mengambil manfaat dan mengambil petunjuk dengan al-
Qur'an itu sehingga hilang dari mereka segala was-was, keraguan dan syubhat
dari dalam hati mereka. Sedang orang-orang munafik dan orang-orang kafir
serta pelaku kemusyrikan maka mereka tidak dapat mengambil faedah dari al
Qur’an selagi mereka masih terus menerus berada di atas kemusyrikan,
kemunafikan dan kekufuran mereka. Kecuali jika mau behenti dari semua itu
dan bertobat kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala.
Al-Qur’an Merupakan Kabar Gembira bagi Orang-Orang Beriman,
bahwa Mereka Memperoleh Pahala yang Besar.
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang
lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS.
17:9)
Al-Qur’an Merupakan Peringatan dan Pelajaran.
“Maka beri peringatanlah dengan Al-Qur’an orang yang takut kepada
ancaman-Ku”. (QS. 50:45)
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. 10:57)
Al-Qur’an Merupakan Samudra Ilmu Pengetahuan dan Penjelasan
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang
terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu.
Tiadalah Kami alpakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada
Rabblah mereka dihimpunkan”. (QS. 6:38)
"Dan sesungguhnya Kami telah meng-ulang-ulangi bagi manusia dalam Al-
Qur’an ini bermacam-macam perumpa-maan. Dan manusia adalah makhluk
yang paling banyak membantah.” (QS. 18:54)
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah
diri.” (QS. 16:89)
Allah Telah Bersumpah dengan Al-Qur’an dan Menyifatinya dengan
Kemuliaan.
“Qaaf Demi Al-Qur’an yang sangat mulia”. (QS. 50:1)
Selanjutnya Allah memerintahkan hambaNya untuk mempelajari Al-Qur’an,
dan Dia menyifati orang yang tidak mau mempelajari Al-Qur’an sebagai
orang yang gelap hatinya dan buta nuraninya.
“Maka apakah mereka tidak memper-hatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka
terkunci” (QS. 47:24)
Apa yang telah disebutkan di atas merupakan penjelasan tentang betapa
agung dan mulianya keberadaan Al-Qur’an, serta besarnya keutamaan orang
yang menaruh perhatian terha-dapnya, baik itu dengan membaca, menghafal,
mempelajari, memahami serta mengamalkan serta mengajar-kannya.
Adab Terhadab Al-Quran
Setiap muslim harus meyakini kesucian Kalam Allah, keagungannya, dan
keutamaannya di atas seluruh kalam (ucapan). Al-Qur'anul Karim itu Kalam Allah
yang di dalamnya tidak ada kebatilan. Al-Qur'an memberi petunjuk jalan yang lurus
dan memberi bimbingan kepada umat manusia di dalam menempuh perjalanan
hidupnya, agar selamat di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan
orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Allah Ta'ala.
Untuk itulah tiada ilmu yang lebih utama dipelajari oleh seorang muslim melebihi
keutamaan mempelajari Al-Qur'an. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam: "Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an dan
mengajarkan-nya." (HR. Bukhari).
Dalam riwayat Imam Muslim dijelaskan: "Bacalah Al-Qur'an, sesungguhnya Al-
Qur'an itu akan menjadi syafa'at di hari Qiyamat bagi yang membacanya (ahlinya)."
(HR. Muslim).
Wajib bagi kita menghalalkan apa yang dihalalkan Al-Qur'an dan meng-haramkan
apa yang diharamkannya. Diwajibkan pula beradab dengannya dan berakhlaq
terhadapnya. Di saat membaca Al-Qur'an seorang muslim perlu memperhatikan adab-
adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Al-
Qur'an:
Agar membacanya dalam keadaan yang sempurna, suci dari najis, dan
dengan duduk yang sopan dan tenang. Dalam membaca Al-Qur'an dianjurkan
dalam keadaan suci. Namun apabila dia membaca dalam keadaan najis,
diperbolehkan dengan Ijma' umat Islam. Imam Haromain berkata; orang yang
membaca Al-Qur'an dalam keadaan najis, dia tidak dikatakan mengerjakan
hal yang makruh, akan tetapi dia meninggalkan sesuatu yang utama. (At-
Tibyan, hal.58-59).
Membacanya dengan pelan (tartil) dan tidak cepat, agar dapat menghayati
ayat yang dibaca. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Siapa saja yang membaca Al-Qur'an (khatam) kurang dari tiga hari, berarti
dia tidak memahami" (HR. Ahmad dan para penyusun Kitab-Kitab Sunan).
Dan sebagian kelompok dari generasi pertama membenci pengkhataman Al-
Qur'an sehari semalam, dengan dasar hadits di atas. Rasulullah telah
memerintahkan Abdullah Ibnu Umar untuk mengkhatamkan Al-Qur'an setiap
satu minggu (7 hari). (Muttafaq Alaih). Sebagaimana yang dilakukan
Abdullah bin Mas'ud, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit , mereka
mengkhatamkan Al-Qur'an sekali dalam seminggu.
Membaca Al-Qur'an dengan khusyu'. Dengan memeperlihatkan duka cita
atau menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh
jiwa dan perasaan. Rasulullah n bersabda:
"Bacalah Al-Qur'an dan menangislah, apabila kamu tidak menangis maka
usahakan seakan-akan menangis (karena ayat yang engkau baca). (HR. Al-
Bazzar).
Di dalam sebuah ayat Al-Qur'an, Allah Ta'ala menjelaskan sebagian dari
sifat-sifat hambaNya yang shalih:
" Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka
bertambah khusyu' (Al-Isra': 109).
Agar membaguskan suara di dalam membacanya, sebagaimana sabda
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
"Hiasilah Al-Qur'an dengan suaramu" (HR Ahmad, Ibnu Majah dan Al-
Hakim).
Di dalam hadits lain dijelaskan:
"Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur'an" (HR. Al-
Bukhari dan Muslim).
Maksud hadits di atas, membaca Al-Qur'an dengan susunan bacaan yang jelas
dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai
keluar dari ketentuan kaidah Tajwid.
Membaca Al-Qur'an dimulai dengan Isti'adzah.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Dan bila kamu akan membaca Al-Qur'an, maka mintalah perlindungan
kepada Allah dari (godaan-godaan) syaithan yang terkutuk" (An-Nahl: 98).
Apabila ayat yang dibaca dimulai adri awal surat, setelah isti'adzah terus
membaca Basmalah, dan apabila tidak di awal surat cukup membaca
isti'adzah. Khusus surat At-Taubah walaupun dibaca mulai awal surat tidak
usah membaca Basmalah, cukup dengan membaca isti'adzah saja.
Membaca Al-Qur'an dengan berusaha mengetahui artinya dan memahami inti
dari ayat yang dibaca dengan beberapa kandungan ilmu yang ada di
dalamnya. Firman Allah Ta'ala:
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an, ataukah hati mereka
terkunci? (Muhammad: 24).
Membaca Al-Qur'an dengan tidak mengganggu orang yang sedang shalat,
dan tidak perlu membacanya dengan suara yang terlalu keras atau di tempat
yang banyak orang. Bacalah dengan suara yang lirih atau dalam hati secara
khusyu'. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Orang yang terang-terangan (di tempat orang banyak) membaca Al-Qur'an,
sama dengan orang yang terang-terangan dalam shadaqah" (HR. Tirmidzi,
Nasa'i, dan Ahmad).
Dalam hadits lain dijelaskan:
"Ingatlah bahwasanya setiap hari dari kamu munajat kepada Rabbnya, maka
janganlah salah satu dari kamu mengganggu yang lain, dan salah satu dari
kamu tidak boleh mengangkat suara atas yang lain di dalam membaca (Al-
Qur'an)" (HR. Abu Dawud, Nasa'i, Baihaqi dan Hakim), ini hadits shahih
dengan syarat Shaikhani (Bukhari-Muslim).
Jadi jangan sampai ibadah yang kita lakukan tersebut sia-sia karena kita tidak
mengindahkan sunnah Rasulullah dalam melaksanakan ibadah membaca Al-
Qur'an. Misalnya, dengan suara yang keras pada larut malam, yang akhirnya
mengganggu orang yang istirahat dan orang yang shalat malam.
Dengarkan bacaan Al-Qur'an
Jika ada yang membaca Al-Qur'an, maka dengarkanlah bacaannya itu dengan
tenang, Allah Ta'ala berfirman:
"Dan tatkala dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, semoga
kamu diberi rahmat" (Al-A'raaf: 204).
Membaca Al-Qur'an dengan saling bergantian.
Apabila ada yang membaca Al-Qur'an, boleh dilakukan membacanya itu
secara bergantian, dan yang mendengarkannya harus dengan khusyu' dan
tenang. Rasulullah bersabda:
"Tidaklah berkumpul suatu kaum di dalam rumah-rumah Allah, mereka
membaca Al-Qur'an dan saling mempelajarinya kecuali akan turun atas
mereka ketenangan, dan mereka diliputi oleh rahmat (Allah), para malaikat
menyertai mereka, dan Allah membang-ga-banggakan mereka di kalangan
(malaikat) yang ada di sisiNya." (HR. Abu Dawud).
Berdo'a setelah membaca Al-Qur'an. Dalam sebuah riwayat dijelas-kan,
bahwa para sahabat apabila setelah khatam membaca Al-Qur'an, mereka
berkumpul untuk berdo'a dan mengucapkan: 'Semoga rahmat turun atas
selesainya membaca Al-Qur'an'. Dan sebuah hadits dijelaskan, diriwayatkan
dari Anas bin Malik radhiyallah 'anhu bahwasanya apabila ia telah khatam
membaca Al-Qur'an, ia mengumpulkan keluarganya dan berdo'a. (HR Abu
Dawud)
Keunggulan Al-Qur'an Al-Qur'an adalah mukjizat yang abadi (QS.4 : 174)
Allah menghendaki agar Al-Qur'an berlaku secara umum (mencangkup
permasalahan) dan bersifat universal. Maka disusun dan dikumpulkan Al-Qur'an itu
dengan sistematis yang memperlihatkan universalitas dan kekekalannya dan
dijauhkan dari susunan yang bersifat temporer, yang hanya memperlihatkan urgensi
suatu masa saja, yaitu ketika diturunkannya Al-Qur'an.
Keunggulan Al-Qur'an secara ilmiah
Pemikiran modern dalam berbagai bidang disiplin ilmu dewasa ini telah menetapkan
bahwa Al-Qur'an merupakkan kitab ilmiah yang menghimpun segala disiplin ilmu
dan filsafah. Ilmu itu datang dari Allah SWT sebagai tanda kemuliaan dan ketinggian
ilmu-Nya (QS.96 : 1-5)
Jaminan Kemurnian Al-Qur'an
Allah sendiri yang menjamin kemurnian Al-Qur'an (QS.6 : 115,15 : 9)
Al-Qur'an bersifat umum dan universal
Umum : mencakup seluruh bidang / permasalahan manusia (QS.6 : 38)
Universal : berlaku selamanya dan untuk seluruh kaum (QS.25 : 1)
Al-Qur’an Mendahului Ilmu Pengetahuan
BENTUK BULAT PLANET BUMI
"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam
atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, 39:5).
Dalam Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta
sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat
di atas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk
menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara
melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.
Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling
menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan
ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur'an, yang telah
diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.
Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di
masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan
ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur'an berisi informasi
yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al Qur'an adalah
firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-
ayatnya ketika menjelaskan jagat raya.
GARIS EDAR (ORBIT)
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa
masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33)
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak
dalam garis edar tertentu:
"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan
astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak
dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega
dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh
kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan
satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya,
semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini,
dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:
"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)
Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari
hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian
besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam
garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-
masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang
sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama
sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya. Semua benda langit termasuk planet, satelit
yang mengiringi planet, bintang, dan bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar
mereka masing-masing. Semua orbit ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang
sangat teliti dengan cermat. Yang membangun dan memelihara tatanan sempurna ini
adalah Allah, Pencipta seluruh sekalian alam.
Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-
galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung
dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini
memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati
bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya
saling bersentuhan.
Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop
masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan
kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu
tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi
lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini
dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu:
karena Al Qur'an adalah firman Allah.
SESAKNYA DADA
Penemuan para pilot tentang semakin sesaknya dada mereka setiap kali mereka
menambah ketinggian di udara sampai-sampai mereka merasa tercekik karena tak mampu
bernafas akibat berkurangnya kadar oksigen. Realita ini belum diketahui sebelumnya,
orang menganggap bahwa udara tersedia ke planet-planet dan bintang-bintang yang ada
di langit. Sedangkan Al-qur;an telah menganggap hakikat ini sejak empat belas abad
lebih. Alloh swt. berfirman:
”Barangsiapa yang Alloh kehendaki akan memberi petunjuk, niscaya Dia melapangkan
dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Alloh
kesesatannya niscaya Alloh menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang
mendaki langit. Begitulah Alloh menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak
beriman.” (Al-An’am : 125)
Maksudnya : Barangsiapa berhak disesatkan Alloh swt. karena amal-amalnya yang buruk
dan permusuhannya terhadap Islam, maka Alloh swt. menjadikan dadanya sempit bila
mendengar mauziah (nasihat) yang mengingatkannya tentang kebenaran islam seperti
sempitnya dada orang yang naik ke langit . Hal ini tidak diketahui manusia yang tidak
beriman sebelum mereka menggunakan pesawat terbang. Lalu apakah Nabi Muhammad
saw memiliki pesawat khusus untutk menyampaikan informasi ini??
INFORMASI TENTANG PUSAT PERASA DI KULIT
Dulu orang percaya bahwa saraf perasa terdapat di seluruh tubuh dengan kepekaaan yang
sama. Namun, ilmu pengetahuan modern mengungkap kekeliruan ini, ternyata pusat
kepekaan terhadap rasa sakit dan lainnya terletak pada kulit dimana jarum suntik hanya
terasa sakit pada kulit. Al-Qur’an menyebutkan hakikat ini sebelum penemuan para ahli :
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak Kami akan
masukan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit
mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Alloh
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (An-Nisa:56)
Maksudnya : Perasaan sakit menerima azab terpusat pada kulit mereka dan apabila kulit
mereka itu telah hangus matang mereka tidak ,merasakan sakitnya azab lagi. Oleh karena
nya, Alloh swt.Yang Maha Mengetahui ciptaan-Nya menggantinya dengan kulit yang
baru agar mereka tetap merasakan azab.
Apakah Muhammad mempunyai alat – alat bedah khusus untuk mengetahui informasi
ini? Atau apakah ini hanyalah bukti bahwa AL-Qur’an adalah firman Alloh yang
diturunkan dengan ilmu-Nya?
TIGA TAHAPAN BAYI DALAM RAHIM
Dalam ayat ke-6 surat Az Zumar, disebutkan bahwa manusia diciptakan dalam rahim ibu
dalam tiga kegelapan. Embriologi modern telah mengungkap bahwa perkembangan
ebriologi bayi terjadi pada tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu.
"... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang
mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka
bagaimana kamu dapat dipalingkan?" (Al Qur'an, 39:6)
Sebagaimana yang akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia
diciptakan dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi
modern telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga
tempat yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi
yang dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan
dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama
dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:
"Kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu
pertama, embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan
sampai kelahiran." (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s. 64.)
Fase-fase ini mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi.
Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana berikut:
- Tahap Pre-embrionik
Pada tahap pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah
segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring
pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri
mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.
- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut
sebagai "embrio". Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari
lapisan- lapisan sel tersebut.
- Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai
sejak kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus
tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan
kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua organnya telah
nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan
berlanjut hingga minggu kelahiran.
Informasi mengenai perkembangan yang terjadi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah
serangkaian pengamatan dengan menggunakan peralatan modern. Namun sebagaimana
sejumlah fakta ilmiah lainnya, informasi-informasi ini disampaikan dalam ayat-ayat Al
Qur'an dengan cara yang ajaib. Fakta bahwa informasi yang sedemikian rinci dan akurat
diberikan dalam Al Qur'an pada saat orang memiliki sedikit sekali informasi di bidang
kedokteran, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah ucapan manusia tetapi
Firman Allah.
TANDA PENGENAL MANUSIA PADA SIDIK JARI
Setiap orang, termasuk mereka yang terlahir kembar identik, memiliki pola sidik jari yang
khas untuk diri mereka masing-masing, dan berbeda satu sama lain. Dengan kata lain,
tanda pengenal manusia tertera pada ujung jari mereka. Sistem pengkodean ini dapat
disamakan dengan sistem kode garis (barcode) sebagaimana yang digunakan saat ini.
Saat dikatakan dalam Al Qur'an bahwa adalah mudah bagi Allah untuk menghidupkan
manusia setelah kematiannya, pernyataan tentang sidik jari manusia secara khusus
ditekankan:
"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-
belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan
sempurna." (Al Qur'an, 75:3-4)
Penekanan pada sidik jari memiliki makna sangat khusus. Ini dikarenakan sidik jari setiap
orang adalah khas bagi dirinya sendiri. Setiap orang yang hidup atau pernah hidup di
dunia ini memiliki serangkaian sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain.
Itulah mengapa sidik jari dipakai sebagai kartu identitas yang sangat penting bagi
pemiliknya dan digunakan untuk tujuan ini di seluruh penjuru dunia.
Akan tetapi, yang penting adalah bahwa keunikan sidik jari ini baru ditemukan di akhir
abad ke-19. Sebelumnya, orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan
biasa tanpa makna khusus. Namun dalam Al Qur'an, Allah merujuk kepada sidik jari,
yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu, dan mengarahkan perhatian kita
pada arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang.
Bagian Otak yang Mengendalikan Gerak Kita
"Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-
ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka." (Al Qur'an, 96:15-
16)
Ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" dalam ayat di atas sungguh
menarik. Penelitian yang dilakukan di tahun-tahun belakangan mengungkapkan bahwa
bagian prefrontal, yang bertugas mengatur fungsi-fungsi khusus otak, terletak pada bagian
depan tulang tengkorak. Para ilmuwan hanya mampu menemukan fungsi bagian ini
selama kurun waktu 60 tahun terakhir, sedangkan Al Qur'an telah menyebutkannya 1400
tahun lalu. Jika kita lihat bagian dalam tulang tengkorak, di bagian depan kepala, akan
kita temukan daerah frontal cerebrum (otak besar). Buku berjudul Essentials of Anatomy
and Physiology, yang berisi temuan-temuan terakhir hasil penelitian tentang fungsi
bagian ini, menyatakan:
Dorongan dan hasrat untuk merencanakan dan memulai gerakan terjadi di bagian depan
lobi frontal, dan bagian prefrontal. Ini adalah daerah korteks asosiasi…(Seeley, Rod R.;
Trent D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2.
edition, St. Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211; Noback, Charles R.; N. L. Strominger;
and R. J. Demarest, 1991, The Human Nervous System, Introduction and Review, 4.
edition, Philadelphia, Lea & Febiger , s. 410-411)
Buku tersebut juga mengatakan:
Berkaitan dengan keterlibatannya dalam membangkitkan dorongan, daerah prefrontal
juga diyakini sebagai pusat fungsional bagi perilaku menyerang…(Seeley, Rod R.; Trent
D. Stephens; and Philip Tate, 1996, Essentials of Anatomy & Physiology, 2. edition, St.
Louis, Mosby-Year Book Inc., s. 211)
Jadi, daerah cerebrum ini juga bertugas merencanakan, memberi dorongan, dan memulai
perilaku baik dan buruk, dan bertanggung jawab atas perkataan benar dan dusta.
Jelas bahwa ungkapan "ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka" benar-benar
merujuk pada penjelasan di atas. Fakta yang hanya dapat diketahui para ilmuwan selama
60 tahun terakhir ini, telah dinyatakan Allah dalam Al Qur'an sejak dulu.
Maha Benar Alloh swt. Yang telah beriman:
”Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala
wilayah bumi dan pada diri mereka sendirir, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an
itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu?” (Fushilat:53)
Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Dari Utsman bin Affan radhiyallah 'anhu , beliau berkata: Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur'an
dan mengajarkannya." (HR. Al-Bukhari).
Al-Qur’an akan menjadi penolong di hari kiamat. Rasulullah bersabda : “Bacalah Al-
Qur’an sesungguhnya ia akan menjadi penolong pembacanya di hari kiamat” HR
Muslim dari Abu Umamah
Dari Aisyah radhiallahu ‘anhu, katanya : Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Orang yang membaca Al-Qur’an dan dia lancar membacanya akan bersama para
malaikat yang mulia dan baik. Dan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-
bata, ia mendapatkan dua pahala”(Muttafaq alaih). Dua pahala yakni pahala membaca
dan pahala susah payahnya.
Aroma orang beriman. Sabda Nabi : “Perumpamaan orang beriman yang membaca
Al-Qur’an adalah bagaikan buah utrujah, aromanya harum dan rasanya nikmat
Bukti hati yang terjaga
Dari Ibn Abbas ra berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Sesunggunya orang yang di
hatinya tidak ada sesuatupun dari Al-Qur’an, maka bagaikan rumah kosong dan
rusak. HR At Tirmidzi
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu’anhuma, bahwa Nabi
shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “Dikatakan kepada pembaca Al-Qur’an :
“Bacalah, naiklah dan bacalah dengan pelan sebagaimana yang telah kamu lakukan di
dunia, karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR Abu
Dawud dan At Tirmidzi dengan mengatakan hadist hasan shahih)
Tingkatan surga seorang mukmin ditentukan dari hafalan Qur’annya. Serta secara
medis, orang yang menghafal Al-Qur’an senantiasa dihindarkan dari kepikunan di
masa tua nanti.
Turunnya rahmah dan sakinah
Sabda Nabi : Tidak ada satu kaum yang mereka sedang berdzikir kepada Alloh,
kecuali para malaikat akan mengitarinya, dan rahmat Alloh akan tercurah kepadanya,
dan sakinah (kedamaian) akan turun di atasnya, dan Alloh akan sebutkan mereka
pada malaikat yang ada di sisi-Nya. HR At Tirmidzi dan Ibn Majah dari Abu
Hurairah dan Abu Said
Wallahu a’lam
Evaluasi
Diskusi
Temanmu, Ibnu sangat senang membaca Al-Qur'an. Tetapi ia juga memiliki kegemaran
menuliskan ayat-ayat Al-Qur'an di secarik kertas kecil yang dipergunakannya untuk
berbagai keperluan. Misalnya : menolak bahaya yang mungkin akan menimpanya, atau
agar ia banyak disenangi orang lain. Bagaimana pendapatmu mengenai perilaku Ibnu
tersebut ?
Selain itu bisa juga dengan metode review materi
Sumber Materi Men
toring Agama Islam yang Disusun dari FORUM MAHASISWA DAN PEMUDA PA
RIAMAN (FASPAR)
Buku Super Mentoring Panduan Keislaman Untuk Remaja ILNA Youth
fajargeograf.blogspot.com
www.ALSOFWAH.or.id
Penekanan Penyampaian:
Keutamaan membaca Al-Qur’an
Keajaiban Al-Qur’an mentee tertarik sekali
Kumpulan Materi Tarbiyah Tsaqofiyah (TTS), Ma’had Madani Yogyakarta Kelas 1
Al-Qur’an dan terjemahan ”Al-Qur’an digital” versi 2.1
“Wahai orang-orang yang beriman,
kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
(Ash Shaff : 2 dan 3)
Fitria Susilowati