PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG .docx
-
Upload
emma-femi-p -
Category
Documents
-
view
251 -
download
20
Transcript of PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG .docx
A. Definisi Penyakit
Tanaman yang merupakan tumbuhan yang diusahakan dan diambil
manfaatnya, dapat ditinjau dari dua sudut (pandangan) :
1. Sudut BIOLOGI yang berarti organisme yang melakukan kegiatan
fisiologis seperti tumbuh, berpihak dan lain-lain.
2. Sudut EKONOMI yang berarti penghasil bahan yang berguna bagi
manusia seperti buah, biji, bunga, daun, batang dan lain-lain.
Sedang PENYAKIT sendiri sebenarnya berarti proses di mana bagian-bagian
tertentu dari tanaman tidak dapat menjalankan fungsinya dengan sebaik-
baiknya.
Patogen atau penyebab penyakit dapat berupa organisme, yang
tergolong dalam dunia tumbuhan, dan bukan organisme yang biasa disebut
fisiophat. Sedangkan organisme dapat dibedakan menjadi : parasit dan
saprofit. Sumber inokulum atau sumber penular adalah tempat dari mana
inokulum atau penular itu berasal dan sesuai dengan urutan penularannya
dibedakan menjadi sumber penular primer, sumber penular sekunder, sumber
penular tertier dan seterusnya.
Siklus atau daur penyakit adalah rangkaian kejadian selama
perkembangan penyakit. Di samping itu ada yang disebut siklus hidup
patogen yaitu perkembangan patogen dari suatu stadium kembali ke stadium
yang sama. Siklus ini biasanya dapat dibedakan menajdi :
1. Stadium Patogenesis adalah stadium patogen di mana berhubungan
dengan jaringan hidup tanaman inangnya.
2. Stadium Saprogenesis adalah stadium patogen di mana tidak
berhubungan dengan jaringan hidup tanaman inangnya.
B. Penyebab Penyakit
Penyebab penyakit (pathogen) tumbuhan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok besar, yaitu kelompok biotik atau organis yang biasa disebut
parasit dan kelompok abiotik atau anorganik yang biasa disebut fisiopat.
Parasit yang paling penting adalah tumbuhan tingkat tinggi, jamur, virus dan
nematoda, sedang fisiopat ada yang berasal dari dalam tumbuhan.
1. Tumbuhan Tinggi Parasitik
Tumbuhan tinggi parasitik dapat dibedakan menjadi dua golongan :
Tumbuhan Setengah Parasitik dan Tumbuhan Parasitik Sejati.
2. Jamur
Jamur adalah jenis tumbuhan yang tumbuhnya berupa thallus
(belum ada defferensiasi menjadi akar, batang dan daun), tidak
berklorofil dan mempunyai inti sejati. Kedua sifat terakhir untuk
membedakan dengan Gangang dan Bakteri.
Bagian vegetatif jamur berupa benang-benang halus tumbuh
memanjang bercabang-cabang, bersekat atau tidak disebut hifa (hyphae),
kumpulan dari hifa-hifa ini disebut miselium (micelium). Berdasarkan
ada tidaknya sekat, hifa dibedakan menjadi coenocytis (yang tidak
bersekat) dan celluler (yang bersekat).
Miselium dapat membentuk berkas memanjang dan mempunyai
lapisan luar yang liat dan keras. Berkas semacam ini disebut rhizomorf.
Ada pula jamur yang membentuk alat untuk beristirahat atau bertahan
disebut sclerotium, yaitu suatu massa hifa yang rapat/padat, sel-selnya
memendek dan membesar serta berisi banyak cairan.
3. Bakteri
Bakteri meliputi divisio Schizophyta dan kelas Schizomycetes.
Sifat utamanya terdiri dari satu sel, berkembang biak terutama dengan
membelah dan tidak mempunyai inti sejati. Kelas Schizomycetes
mempunyai lima ordo yaitu Eubacteriales, Chlamydobacteriales,
Myxobacteriales, Spirochaetales dan Actimycetales. Ordo yang terakhir
ini karena tidak memnuhi semua sifat-sifat bakteri pada umunya sekarang
disendirikan menjadi Actimycetes Like Bacterium (ALB). Diduga ALB
ini merupakan peralihan dari baketri ke jamur karena thallusnya sudah
sperti benang, tetapi intinya bukan inti sejati.
4. Virus
Virus hanya dapat membiak di dalam sel yang hidup dan disebut
parasit yang biotroph. Secara kimiawi virus terdiri dari nucleoprotein, suatu
persenyawaan dari asam inti dan putih telur. Asam inti pada virus dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu RNA atau Ribo Nuclei Acid yang
terdapat pada virus yang menyerang tumbuhan dan DNA atau Deoxy Nuclei
Acid yang terdapat pada virus yang menyerang hewan dan bakteri.
Pada virus yang berbentuk batang ternyata di dalamnya terdapat
rongga sebesar 9,0 nm. Asam inti pada virus tersebut berupa nucleotida
yang membentuk spiral dan setiap tiga nucleitida mengikat satu unit putih
telur. Virus sebenarnya bentuknya macam-macam. Tetapi kita tidak dapat
mengadakan determinasi hanya berdasarkan bentuk atau morfologi saja,
sebab di samping satu virus bentuknya dapat berubah-ubah juga ada
beberapa virus yang bentuknya sama. Secara garis besar bentuk virus
dibedakan atas bulat (coccus), batang pendek (bacillus), batang biasa dan
benang (filamen).
Virus dapat menular dari suatu tanaman ke tanaman lain dengan
berbagai cara antara lain secara mekanis, melalui biji, dengan
penyambungan atau penempelan dan yang paling umum melalui vektornya
yang dapat berupa serangga, nematoda, jamur, bakteri dan tumbuhan tinggi
parasitis. Virus yang ditularkan oleh vektor serangga dapat dibedakan
menjadi nonpersisten artinya begitu dihisap oleh serangga segera dapat
ditularkan ke tanaman lain, tetapi daya infektifnya cepat habis dan yang
persisten artinya agar dapat ditularkan ke tanaman lain memerlukan waktu
di dalam tubuh serangganya, tetapi kalau sudah ditularkan daya infektifnya
lama bahkan ada yang dapat diturunkan ke anak cucunya.
5. Nematoda
Nematoda meskipun termasuk hewan tapi biasa kiita golongkan
sebagai penyebab penyakit karena gejala dan cara penyerangannya mirip
dengan patogen lainnya. Nematoda boleh diartikan sebagai cacing
silindris yang tidak bersegmen (unsegmented roundworm) meskipun
sebenarnya nematoda berarti menyerupai benang (threadlike). Namun
demikian nematoda ini sangat berbeda dengan cacing yang lain.
Nematoda mempunyai sejumlah spesies yang sangat banyak. Nematoda
ada yang bersifat saprofitis dan ada yang bersifat parasitis pada berbagai
organisme lain seperti serangga, ikan, burung, manusia, tumbuhan
termasuk jamur dan bakteri bahkan juga terhadap nematoda yang lain.
C. Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung
Penyakit bulai pada jagung merupakan penyakit utama yang paling
berbahaya karena sebarannya yang sangat luas meliputi beberapa negara
penghasil jagung di dunia seperti Filipina, Thailand, India, Indonesia, Afrika,
dan Amerika dan hampir di semua propinsi di Indonesia. Hal ini seperti yang
di alami petani di kabupaten Tegal, Jawa Tengah, dimana lebih dari 220
hektar lahan jagung mereka terserang bulai, sehingga kerugian yang diderita
petani akibat penyakit ini mencapai 500 juta lebih. Bulai merupakan penyakit
yang bersifat parasit obligat, dimana cendawan ini hanya mampu tumbuh dan
berkembang pada jaringan hidup dan hanya pada tanaman inang (jagung).
Penyakit bulai pada jagung merupakan penyakit yang paling merugikan
karena kerusakan yang ditimbulkannya dapat mencapai 100% terutama pada
varietas yang rentan (Sudjono dan Sopandi 1988). Penyebab yang banyak
dilaporkan di Indonesia adalah Peronosclerospora maydis (Shurtleff 1980)
yang sebelumnya disebut Sclerospora maydis (Semangun 1973). Adapula
yang menyebut Sclerospora javanica (Waterhouse 1964). Selain P. maydis,
penyakit bulai pada jagung dapat disebabkan oleh spesies cendawan lain dari
genus yang sama dan genus lain (Frederiksen dan Renfro 1977).
Gambar Penyakit Bulai pada Tanaman Jagung (Zea mays)
D. Penyebab
Shurtleff (1980), Wakman dan Djatmiko (2002), serta Rathore dan
Siradhana (1988) melaporkan bahwa penyakit bulai pada jagung dapat
disebabkan oleh 10 spesies dari tiga generasi yaitu:
Tabel Sepuluh spesies cendawan penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung.
No. Genus/Spesies Nama Umum *) Sumber
1.Peronosclerospora maydis (Racib.) C.G. Shaw
Jawa DM Renfro, 1980
2.Peronosclerospora philippinensis (Weston) C.G. Shaw
Philipines DM Renfro, 1980
3.Peronosclerospora sacchari (T. Miyake in/to) C.G. Shaw
Sugarcane DM Renfro, 1980
4.Peronosclerospora sorghi (Weston & Upal) C.G. Shaw
Sorghum DM Renfro, 1980
5.Peronosclerospora heteropogoni Rajasthan DM Rathore et
al. 2002
6.Peronosclerospora miscanthi (T. Miyake apud Sacc.) C.G. Shaw
Leaf-splitting DM Renfro, 1980
7.Peronosclerospora spontanea (Weston) C.G. Shaw
Spontaneum DM Renfro, 1980
8.Sclerophthora macrospora (Sacc.) Thirum, Shaw & Naras
Crazy top of maize
Renfro, 1980
9.Sclerophthora rayssiae var zeae Payak & Renfro
Brown striped DM
Renfro, 1980
10.Sclerospora graminicola (Sacc.) Schroet
Graminicola DM Renfro, 1980
*) DM = Downy Mildew = Penyakit Bulai
Penyakit bulai di Inonesia di sebabkan oleh 3 spesies cendawan dari genus
Peronosclerospora yaitu P. maydis, P. philippinensis, P. sorghi.
E. Gejala
Gejala daun yang terinfeksi berwarna khlorotik, biasanya memanjang
sejajar tulang daun, dengan batas yang jelas, dan bagian daun yang masih
sehat berwarna hijau normal. Warna putih seperti tepung pada permukaan
bawah maupun atas bagian daun yang berwarna khlorotik, tampak dengan
jelas pada pagi hari. Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai
titik tumbuh sehingga semua daun terinfeksi. Daun yang khlorotik sistemik
menjadi sempit dan kaku. Tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan
pembentukan tongkol terganggu sampai tidak bertongkol sama sekali.
Tanaman yang terinfeksi sistemik sejak muda di bawah umur 1 bulan
biasanya mati. Gejala lainnya adalah terbentuk anakan yang berlebihan dan
daun-daun menggulung dan terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa
daun yang berlebihan dan daun sobek-sobek. Tanaman jagung mengalami
periode kritis antara umur 1 minggu hingga 5 minggu, apabila selama periode
kritis tersebut tanaman tidak menimbulkan gejala serangan maka tanaman
jagung akan tumbuh normal dan bisa menghasilkan tongkol.
F. Siklus Hidup
Jamur dapat bertahan hidup sebagai miselium dalam biji, namun tidak
begitu penting sebagai sumber inokulum. Infeksi dari konidia yang tumbuh di
permukaan daun akan masuk jaringan tanaman melalui stomata tanaman
muda dan lesio lokal berkembang ke titik tumbuh yang menyebabkan infeksi
sistemik. Konidiofor dan konidia terbentuk keluar dari stomata daun pada
malam hari yang lembab. Apabila bijinya yang terinfeksi, maka daun
kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika inokulum berasal dari spora, daun
kotiledon tetap sehat.
G. Epidemiologi
Pembentukan konidia jamur ini menghendaki air bebas, gelap, dan suhu
tertentu, P. maydis di bawah suhu 24 ºC, P. philippinensis 21-26 ºC, P. sorghi
24-26 ºC, P. sacchari 20-25 ºC, S. rayssiae 20-22 ºC, S. graminicola 17-34
ºC, dan S. macrospora 24-28 ºC.
H. Tanaman Inang
Beberapa jenis serealia yang dilaporkan sebagai inang lain dari patogen
penyebab bulai jagung adalah Avena sativa (oat), Digitaria sp. (jampang
merah), Euchlaena sp. (jagung liar), Heteropogon contartus, Panicum sp.
(millet, jewawut), Setaria sp.(pokem/seperti gandum), Saccharum sp.(tebu),
Sorghum sp., Pennisetum sp.(rumput gajah), dan Zea mays (jagung).
I. Pengendalian
Oleh karena itu dalam pengembangan jagung di Indonesia,
kewaspadaan terhadap penyakit bulai perlu mendapat perhatian serius dengan
berpegang pada 5 komponen pengendalian yaitu :
1. Periode bebas tanaman jagung,
2. Tanam serempak,
3. Eradikasi tanaman terserang bulai,
4. Varietas tahan bulai,
5. Fungisida berbahan aktif metalaksil (Bisa menggunakan Demorf
berbahan aktif Dimethomorp).
Komponen pengendalian penyakit bulai yang umum dilakukan selama
ini adalah perlakuan benih dengan fungisida saromil atau ridomil yang
berbahan aktif metalaksil, karena praktis dan mudah dilakukan, bahkan petani
tidak perlu melakukan tindakan apapun, hanya menanam benih jagung yang
sudah diberi perlakuan fungisida. Selain pengendalian dengan fungisida,
varietas tahan bulai sebenarnya sudah lama diteliti, namun tidak banyak yang
memanfaatkannya karena adanya fungisida barbahan aktif metalaksil yang
selama ini efektif mengendalikan penyakit bulai melalui perlakukan biji.
Dalam penerapan varietas tahan bulai untuk pengendalian penyakit
bulai, pemerintah Indonesia telah membuat aturan, dalam pelepasan varietas
jagung harus memiliki sifat ketahanan terhadap penyakit bulai. Hal ini amat
penting karena sekalipun telah dilepas, apabila tidak tahan bulai tidak akan
tersebar luas karena bisa gagal panen akibat penyakit bulai yang telah tersebar
luas di seluruh wilayah Indonesia, dan juga baru-baru ini diketahui telah
terjadinya resistensi P. maydis terhadap fungisida metalaksil di Kabupaten
Bengkayang, Kalimantan Barat (Wakman, 2002).
Terjadinya outbreak atau wabah penyakit bulai di beberapa daerah
penghasil jagung seperti di Bengkayang (Kalbar), di Kediri dan Jombang
(Jawa Timur), dan Medan (Sumatera Utara) yang sekalipun diberi perlakuan
dengan fungisida berbahan aktif metalaksil, merupakan indikasi telah
terjadinya perubahan ketahanan yang meningkat dari Peronosclerospora
penyebab penyakit bulai. Adanya resistensi P. maydis terhadap metalaksil
yang telah terbukti terjadi di Kalbar, merupakan ancaman bagi
pengembangan jagung di Indonesia, hal ini disebabkan fungisida metalaksil
tidak efektif lagi digunakan dalam pengendalian penyakit bulai. Oleh
karenanya komponen pengendalian bulai lainnya perlu digalakkan.
Pengembangan varietas tahan bulai merupakan langkah yang perlu
dilakukan untuk pengembangan tanaman jagung di Indonesia. Ketahanan
terhadap penyakit bulai dipengaruhi oleh banyak gen (polygenic) dan bersifat
aditif. Dengan varietas jagung tahan bulai petani akan lebih untung karena
resiko gagal panen kecil dan biaya perawatan lebih murah karena penggunaan
fungisida lebih sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Frederiksen, R.A. and B.L. Refro. 1977. Global Status Of Maize Downy Mildew. Ann. Rev. Phytopathol 15:249-275.
Rathore, R.S., A. Trivedi, and K. Mathur. 2002. Rajasthan Downy Mildew : The Problem And Management Perspectives. Makalah disajikan pada 8th Asian Regional Maize Workshop. Bangkok, Thailand. Augusts 5-8 : 22 hal.
Shurtleff, M.C. 1980. Compendium Of Corn Diseases. Second Edition. The American Phytopathological Society. P.105.
Sudjono, M.S. and Sopandi. 1988. Pendugaan Penurunan Hasil Jagung Oleh Penyakit Bulai (P. maydis) (Rac.) Shaw. Seminar Balittan Bogor, 1996. p.384-390.
Wakman, W. 2002. Sebaran Dua Spesies Cendawan Peronosclerospora Berbeda Morfologi Konidianya Di Indonesia. Makalah disajikan pada pertemuan membahas Organisme Pengganggu Tanaman Karantina (OPTK) di Hotel Indo Alam. Cianjur, 9-12 September 2002.
Wakman, W. dan H.A. Djatmiko. 2002. Sepuluh Spesies Cendawan Penyebab Penyakit Bulai Pada Tanaman Jagung. Makalah disajikan pada Seminar PFI di Universitas Negeri Jenderal Sudirman Purwokerto. 7 September 2002.
Waterhouse, G.M. 1964. The Genus Of Sclerospora, Diagnosis (Or Descriptions) From The Original Papers And A Key. Miscellaneous Publications No. 17:30p. Commonwealth Mycological Institute. Kew Surrey.
Tugas Mata Kuliah Perlindungan Tanaman
PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG
Oleh :
EMMA FEMI P.
H0711039
Agroteknologi B
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012