HPT jagung

21
Hama utama pada jagung yang sering menimbulkan kerusakan berat di Indonesia adalah penggerek batang, lalat bibit, semut, dan hama kumbang bubuk. Penelitian tentang komponen pengendalian penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis telah dilakukan sampai sekarang. Trichogramma evanessen dapat mengendalikan hama penggerek batang apabila dilepas dengan populasi 500.000 ekor/ha tanaman jagung. Komponen pengendalian penggerek batang jagung lainnya yang telah dan sedang diteliti yaitu penggunaan cendawan parasit Beauveria bassiana. Pengujian beberapa isolat memperoleh B. bassiana yang virulen dan telah dibuat formulasi dalam bentuk pellet alginat. Daya tahan simpannya sedang diteliti pada 2004 dan efektivitasnya di lapangan masih perlu diuji. Pengendalian lalat bibit yang efektif yaitu dengan memberikan pestisida carbofuran bersama benih pada lubang tanam. Komponen pengendalian semut yang efektif selain menggunakan carbofuran dapat pula dilakukan dengan perlakuan benih menggunakan insektisida indovin. Hama kumbang bubuk Sitophillus zeamays masih merupakan kendala dalam penyimpanan biji jagung di masyarakat. Kehilangan hasil dapat mencapai 30% dan kerusakan biji dapat mencapai 100%. Pengendalian yang biasa dilakukan untuk hama kumbang bubuk pada penyimpanan skala besar adalah dengan fumigasi methylbromida. Cara pengendalian lain yaitu dengan menyimpan jagung pada ruang/tempat kedap udara. Namun kedua cara ini tidak mudah diadopsi oleh petani. Perlakuan benih dengan zat kimia sangat membahayakan sehingga perlu dicari teknologi pengendalian lain yang ramah lingkungan. Penelitian tentang penggunaan bahan nabati dan hayati mulai dilakukan tahun 2003. Tanaman liar Ageratum conyzoides dan tanaman rempah Andropogon nardus dalam skala kecil di laboratorium mampu menekan Sitophillus sp. Dalam skala yang lebih besar masih perlu pengujiannya.Penyakit bulai (Peronosclerospora sp.) merupakan penyakit yang paling berbahaya karena penyebarannya yang luas dan sering menimbulkan kerusakan sampai 100%. Penelitian mengenai komponen pengendaliaannya telah banyak dilakukan dan telah tersedia seperti varietas jagung tahan bulai, kultur praktis (rotasi tanaman, menanam serempak, dan periode bebas jagung) dan perlakuan benih dengan fungisida berbahan aktif metalaksil. Penyakit hawar daun oleh Helminthosporium sp. juga sering menimbulkan kerusakan berat dan penyebarannya sangat luas.

Transcript of HPT jagung

Page 1: HPT jagung

Hama utama pada jagung yang sering menimbulkan kerusakan berat di Indonesia adalah penggerek batang, lalat bibit, semut, dan hama kumbang bubuk. Penelitian tentang komponen pengendalian penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis telah dilakukan sampai sekarang. Trichogramma evanessen dapat mengendalikan hama penggerek batang apabila dilepas dengan populasi 500.000 ekor/ha tanaman jagung.

Komponen pengendalian penggerek batang jagung lainnya yang telah dan sedang diteliti yaitu penggunaan cendawan parasit Beauveria bassiana. Pengujian beberapa isolat memperoleh B. bassiana yang virulen dan telah dibuat formulasi dalam bentuk pellet alginat. Daya tahan simpannya sedang diteliti pada 2004 dan efektivitasnya di lapangan masih perlu diuji. Pengendalian lalat bibit yang efektif yaitu dengan memberikan pestisida carbofuran bersama benih pada lubang tanam. Komponen pengendalian semut yang efektif selain menggunakan carbofuran dapat pula dilakukan dengan perlakuan benih menggunakan insektisida indovin. Hama kumbang bubuk Sitophillus zeamays masih merupakan kendala dalam penyimpanan biji jagung di masyarakat. Kehilangan hasil dapat mencapai 30% dan kerusakan biji dapat mencapai 100%. Pengendalian yang biasa dilakukan untuk hama kumbang bubuk pada penyimpanan skala besar adalah dengan fumigasi methylbromida. Cara pengendalian lain yaitu dengan menyimpan jagung pada ruang/tempat kedap udara. Namun kedua cara ini tidak mudah diadopsi oleh petani. Perlakuan benih dengan zat kimia sangat membahayakan sehingga perlu dicari teknologi pengendalian lain yang ramah lingkungan.

Penelitian tentang penggunaan bahan nabati dan hayati mulai dilakukan tahun 2003. Tanaman liar Ageratum conyzoides dan tanaman rempah Andropogon nardus dalam skala kecil di laboratorium mampu menekan Sitophillus sp. Dalam skala yang lebih besar masih perlu pengujiannya.Penyakit bulai (Peronosclerospora sp.) merupakan penyakit yang paling berbahaya karena penyebarannya yang luas dan sering menimbulkan kerusakan sampai 100%. Penelitian mengenai komponen pengendaliaannya telah banyak dilakukan dan telah tersedia seperti varietas jagung tahan bulai, kultur praktis (rotasi tanaman, menanam serempak, dan periode bebas jagung) dan perlakuan benih dengan fungisida berbahan aktif metalaksil.

Penyakit hawar daun oleh Helminthosporium sp. juga sering menimbulkan kerusakan berat dan penyebarannya sangat luas. Serangan yang meluas di Sumatera Utara akhir-akhir ini telah menyebabkan ratusan hektar puso dan ribuan hektar mengalami serangan berat. Pengujian ketahanan varietas jagung telah dilakukan di Berastagi dan diketahui 11 varietas/galur jagung yang memiliki ketahanan terhadap penyakit hawar daun Helminthosporium turcicum yaitu Kenia-1, Kenia-2, Kenia-3, Pioneer-8, C10, IPB-4, MK-11, Exp.9702, Exp.9703, FPC-9923, dan Trop Late White. Varietas unggul hasil Balisereal yang tergolong agak tahan yaitu Sukmaraga, Wisanggeni, dan Kresna. Varietas/galur tahan tersebut akan dikoleksi Balitsereal sebagai sumber ketahanan dalam persilangan untuk pembentukan varietas unggul baru tahan hawar daun.Penyakit busuk batang disebabkan oleh beberapa patogen diantaranya yaitu Fusarium sp., Diplodia sp., dan Gibberella sp. Penyakit ini sering menimbulkan kerusakan berat pada tanaman jagung terutama di musim hujan. Komponen pengendaliannya yang telah diteliti di Balitsereal adalah pengujian ketahanan varietas jagung terhadap busuk batang Fusarium sp.

Beberapa varietas unggul baru (bersari bebas dan hibrida) dan galur-galur jagung koleksi Balitsereal diketahui memiliki sifat ketahanan terhadap penyakit busuk batang seperti Antasena, Bisma, Lagaligo, Surya, dan Wisanggeni. Namun varietas-varietas

Page 2: HPT jagung

jagung tersebut belum tersebar luas di masayarakat. Komponen lain pengendalian busuk batang jagung yang telah diteliti adalah penggunaan pestisida kimia. Fungisida Mancozeb dan Carbendazim diketahui efektif mengendalikan Fusarium sp. tanpa menimbulkan resistensi. Dalam mengacu pada pengendalian secara terpadu (PHT), penggunaan bahan kimia harus dihindari.

Sehubungan dengan itu mulai diteliti penggunaan bahan nabati dan hayati yang ramah lingkungan. Bahan hayati yang berhasil diidentifikasi mampu menekan penyebab penyakit busuk batang Fusarium adalah cendawan antagonis Trichoderma sp., dan bahan nabati yang efektif menekan Fusarium sp. yaitu tepung daun cengkeh, namun masih dalam skala laboratorium. Pengujian lama penyimpanan dan efektivitasnya di lapangan serta formulasi dan cara aplikasinya masih perlu dilakukan penelitian. Adanya bahan nabati dan hayati yang efektif, akan mengurangi resiko terhadap kesehatan dan diharapkan mengurangi input dalam budidaya jagung.

Page 3: HPT jagung

I. PENDAHULUANDi Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHANCurah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl

Page 4: HPT jagung

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYAA. Syarat benihBenih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

B. Pengolahan LahanLahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

C. Pemupukan

Waktu

Dosis Pupuk Makro (per ha)

Dosis POCNASA

Urea (kg)

TSP (kg)

KCl (kg)

Perendaman benih

- - -2 - 4 cc/ lt air

Pupuk dasar120 80 25

20 - 40 tutup/tangki

( siram merata )

2 minggu- - -

4 - 8 tutup/tangki( semprot/siram)

Susulan I (3 minggu)

115 - 55

-

4 minggu- - -

4 - 8 tutup/tangki( semprot/siram )

Susulan II (6minggu)

115 - -4 - 8 tutup/tangki( semprot/siram )

Page 5: HPT jagung

Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis ± 1 botol/1000 m2 dengan cara :- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.- alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 m bedengan.

D. Teknik Penanaman1. Penentuan Pola TanamanBeberapa pola tanam yang biasa diterapkan :a. Tumpang sari ( intercropping ),melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.

2. Lubang Tanam dan Cara TanamLubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan Tanaman1. Penjarangan dan PenyulamanTanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan

Page 6: HPT jagung

dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.

2. PenyianganPenyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3. PembumbunanPembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

4. Pengairan dan PenyiramanSetelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

F. Hama dan Penyakit1. Hamaa. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONAb. Ulat PemotongGejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.

2. Penyakita. Penyakit bulai (Downy mildew) Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P.

Page 7: HPT jagung

philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit karat (Rust)Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk bijiPenyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami

Page 8: HPT jagung

belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

G. Panen dan Pasca Panen 1. Ciri dan Umur PanenUmur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

2. Cara PanenPutar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

3. PengupasanDikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

4. PengeringanPengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.

5. PemipilanSetelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.

6. Penyortiran dan PenggolonganBiji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.

Pengendalian Hama dan Penyakit.Pengendalian hama dan penyakit bertujuan untuk menjaga kesehatantanaman agar tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.Pengendalian yang sering dilakukan adalah pengendalian secara terpadu,sedangkan penggunaan pestisida hanya sebagai tindakan terakhir.6.1. Hama Penyakit Yang. Sering Menyerang Tanaman Yute antara laina. Hama Nematoda Puru Akar (Meloidogynesp).Jenis pestisida yang digunakan adalah 1200 gramkarbofuran (Furadan 3 G) dengan dosis 40 kg/ha.b. Hama Pengisap Daun (Empoasca sp).Jenis pestisida yang digunakan adalah monokrotofos 1,2 -

Page 9: HPT jagung

2,4 gram/liter (setara dengan 2 - 4 mm Azodrin WCS/literair).c. Hama Ulat Spodoptera lituraJenis pestisida yang digunakan adalah 80 gram metomil/ha (1 ml Lannate 18/liter air ) Perlakuannya untuk 1 ml lannate18 dilarutkan dalam 1 ltr air, kemudian disemprotkan padatanaman sampai rata. Untuk 1 (satu) ha diperlukan 500 ltrlarutan.d. Penyakit Layu Fusarium sp.Jenis pestisida yang digunakan adalahKarbendazim 0,19 gr/ltr air, Mankozeb 2,21 gr/Itr air (setaradengan 3 gram Delsene 200 MX/ltr air).6.2. Hama Penyakit yang sering Menyerang Tanaman Jagung antaralaina. Hama Ulat Tanah ( Agrotis sp ), Ulat Grayak (Spodpteramourita), penggerek Batang (Sesamia inferens),penggerek Tongkol (Heliothis armigera) dan hama Tikus.b. Penyakit Bulai, Busuk Tongkol serta penyakit Tongkol danBiji.IV. PANEN DAN PASCA PANEN3.1. Tanaman Yute1). Waktu

HAMA KUMBANG BUBUK MERUSAK JAGUNG YANG TERSIMPAN

Page 10: HPT jagung

JAGUNG hasil panen yang melimpah untuk kebutuhan konsumsi,pakan ternak maupun untuk benih dan keperluan lainnya, para petani menyimpan nya di gudang.Namun,petani harus mewaspadai terhadap adanya serangan hama Kumbang Bubuk Jagung (Sitopillus zeamays) .Sebab,hama ini merupakan perusak buah jagung pasca panen atau yang ada dalam penyimpanan.Apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat,maka jagung hasil panen yang kita simpan itu akan rusak,yang akhirnya kualitas maupun kuantitasjagung yang tersimpan akan menurun.Hal ini yang tidak kita kehendaki.Lantas,untuk mengetahui apakah jagung yang tersimpan itu diserang serangga ini,sebenarnya cukup mudah.Lihat saja pada biji jagungnya.Jika pada butir jagung tersebut ada lubang-lubang kecil (2-2,5 mm) dan ditekan, butiran jagung itu patah atau hancur,maka itu pertanda bahwa jagung itu sudah diserangnya.Keadaan mudah patah atau hancurnya jagung yang sudah disrang kumbang itu karena butiran jagung sudah rapuh/kosong.Jika serangannya sudah kelewat parah dan wadah tempat penyimpanannya digoyang,maka hama kumbang akan keluar dan bubuk jagung pun akan beterbangan.Adapun sosok kumbang bubuk jagung ini berwarna hitam kecokelatan, bentuk silindris dengan panjang sekitar 2,5-8 mm,kelapa meruncing berbentuk moncong dan antenanya bersiku berbentuk gada.Pada sayapnya terdapat empat bercak kemerah-merahan.Kalau kumbang disentuh,maka ia akan diam saja dan melipatkan kaki,seolah-olah mati.Lantas,bagaimana caranya agar jagung yang kita simpan itu aman dari serangan hama Kumbang Bubuk Jagung,paling tidak serangannya tidak menimbulkan kerugian yang besar? Yakni simpanlah jagung pada tempat yang bersih,tidak lembab,dan mempunyai sirkulasi udara yang baik.Pada ventilasi,masuknya udara dalam gudang penyimpanan dipasang saringan kawat (kassa) atau bahan lain, sehingga kumbang tersebut tidak dapat masuk ke dalam gudang penyimpanan.Kemudian wadah penyimpanan jagung jangan ditaruh langsung pada lantai gudang.Untuk itu,wadah penyimpanan jagung tersebut di taruh di atas di atas batu/batu bata/bahan lainnya,karena yang penting tidak bersentuhan langsung dengan lantai gudang penyimpanan.Juga wadah penyimpanan jagung harus bersih.Selain itu,jagung yang akan disimpan harus benar-benar sudah tua dan kering,serta tidak ada tanda-tanda serangan hama kumbang bubuk jagung.Namun,jika jagung yang kita simpan itu sudah nampak adanya serangan hama Sitopillus zeamays ,untuk mengatasinya bisa dilakukan dengan cara fumigasi,misalnya dengan Methyl Bromide (CH3Br) atau pakai Phospine. Cara penggunaan dan dosis/ dan aturan pakainya bisa dibaca pada label pembungkusnya serta harus diperhatikan dengan seksama.Sebab,jika salah dalam penggunaannya,tidak saja hama yang kita berantas itu tidak mati,tapi kita akan membuang-buang waktu,tenaga dan biaya,serta dapat membahayakan pemakainya.(REDI MULYADI)***

Page 11: HPT jagung

Diposkan oleh PETANI BERDASI di 18.03

0 komentar:

Poskan Komentar

Headlines

  Print This Page

Bookmark with:

01/09/2008 21:07:40

A new pest for maize farmers

So far only small numbers of insects have been found, but it is only a matter of time before the Western corn rootworm becomes a problem for maize farmers in Germany. In North America, and in many countries of Southern and Eastern Europe, the beetle is spreading rapidly. Once it has become established it is not easy to control. In the spring numerous bee colonies died in south-west 

email this s Email

Page 12: HPT jagung

Germany because of incorrect treatment of the maize seed. The authorities had ordered the measure in order to halt any further spread of the Western corn rootworm (Diabrotica virgifera).

The Western corn rootworm has been spreading rapidly since it first appeared in Europe in the early 1990s. It is a major maize pest in the USA

Between July and September, the peak flight period of the Western corn rootworm , pheromone traps are set up in many of the German maize-growing areas. Following the first discoveries in 2007 near Freiburg, large numbers of the beetles were caught in July this year in Bavaria, Baden-Württemberg and neighbouring Alsace. To combat a rapid spread of the new pest in southern Baden and large areas of Germany, the authorities immediately introduced control measures. As well as insecticide treatment against the adult beetles, infestation and safety zones were set up around the spots where the insects had been found. Depending on the number of beetles observed, the farmers have to comply with certain conditions, the most severe of these requiring them to cease growing maize as part of the crop rotation for one or two years.

The larvae of the Western corn rootworm cause the greatest damage. They destroy the roots so that the affected maize plants fall over.Photos: Mihaly Czepo, Hungary 2003

Page 13: HPT jagung

If Diabrotica spreads in Germany, the Julius Kühn Institute in Braunschweig estimates that around 350 000 of the 1.8 million hectares now under maize cultivation would be at risk. In the absence of control measures, they estimate that the damage would amount to at least EUR 25 million per year.

A high-clearance tractor is used to apply insecticides to control the Western corn rootworm. A number of different active ingredients have been granted restricted approval for this purpose

Diabrotica is a major maize pest in the USA. The costs for the damage it causes there and for controlling the pest amount to around one billion US dollars each year. Around the world, an area of around 20 million hectares is infested with the Western corn rootworm, 13.5 million of them in the USA alone. Diabrotica is the pest against which most insecticide applications are targeted. Each year insecticides to control the Western corn rootworm are used on 5.2 million hectares.

Poorly treated – bee deaths from insecticide treatment of maizeIn 2008, in order to prevent the pest spreading further or even becoming established in Germany, the whole maize-growing area in the infestation and safety zones was sown only with maize seed that had been treated with an insecticide containing a particular active ingredient to protect it against the Diabrotica larvae. This was in response to a recommendation from the expert authorities that had advised increasing the application volume as a precautionary measure. In late April and early May 2008 bee deaths were recorded in some regions of south-west Germany – in precisely those areas where the treated seed had been sown – which, according to the latest figures, resulted in around 11 000 bee colonies being affected, some of them seriously. Research by the Julius Kühn Institute (JKI) and other expert authorities confirm that the active ingredient Clothianidin used in the seed treatment was responsible for the bee deaths. As the result of incorrect treatment of the maize seed, dust was produced during sowing which meant that the insecticide was carried to flowering plants. It had long been known that Clothianidin is harmful to bees, however it had been assumed that there would be no contact between bees and the active insecticide ingredient applied to the seed. As a precaution, in mid-May the German Federal Office of Consumer Protection and Food Safety 

Page 14: HPT jagung

(BVL) therefore ordered the suspension of the approval for various active ingredients used in seed treatments. It will not be decided until the autumn at the earliest whether seed treatments with the active ingredient Clothianidin will be available to maize farmers next year. It is possible that improved procedures for applying the treatment and sowing the seed will be prescribed in order to rule out the production of dust to a large extent. 

Genetically modified maize: The weapon of choice against the Western corn rootworm in the USA

Since 2003 genetically modified maize varieties have been available on the American market that express a special variant of the Bt toxin which specifically targets the larvae of the Western corn rootworm, in a similar way to the familiar concept used to combat the European corn borer . Numerous varieties are now available that offer a combination of resistances against both pests as well as herbicide tolerance . In 2007, between 40 and 45 per cent of the maize plants grown already had this kind of ’stacked’ resistance.

In particular, the new GM lines are proving very successful against the beetle larvae, which seriously damage the maize roots. The adult beetles eat the leaves and above all the maize silks, which reduces kernel formation. This type of damage is less important in the USA.

In Europe first release trials with Diabrotica-resistant lines are taking place, including in Spain, Eastern Europe and Germany. However, these varieties are not likely to be introduced onto the market in Europe in the next few years. 

Maize cultivation: Preparing for Diabrotica 

In Germany so far the only sightings have been of isolated beetles that have flown in. The urgent measures taken by the authorities, such as insecticide spraying against the beetles, the creation of zones with short-term bans on maize cultivation, and the recommendations regarding special treatment of the maize seed are designed to prevent the beetles becoming established and building up a resident population. 

According to experts, however, the spread of the pest in Europe cannot be prevented, so maize farmers will have to prepare for it and will need appropriate control strategies in the near future. The US experience has shown that Diabrotica-resistant maize varieties can be an effective means of combating the larvae on the plant roots. While these GM varieties are not approved for cultivation in Europe, treating the maize seed with insecticides or applying soil insecticides are alternative options. 

Breaking up the maize crop rotation with cereals or leaf crops would interrupt the main food supply of the Diabrotica beetle, but on its own this kind of measure will only reduce the pest pressure and the harvest losses. It cannot eradicate the pest.

Page 15: HPT jagung

Awas, Hawar Daun Incar Tanaman Jagung

Sabtu, 11 Juli 2009 Leave a Comment 

Munculnya kembali serangan penyakit hawar daun (Grey Lead Spot) yang merusak tanaman jagung dikhawatirkan akan meluas di Sumatera Utara karena penyebarannya sudah ditemui pada beberapa sentra produksi jagung. Data terakhir sejak tanggal 15 Juni 2009, serangan hawar daun di Sumut sudah mencapai 40,9 hektar.

Hawar daun yang disebabkan bakteri Cercorpora zeamaydis ini, seperti yang disampaikan Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Distan Sumut John Robert Panjaitan biasanya menyerang komoditi jagung yang ditanam di wilayah dataran tinggi.“Kecendrungan bakteri ini berkembang biak tergantung pada kelembaban dan suhu permukaan tanah. Semakin lembab atau dingin dipastikan akan subur penyebarannya,” ujar John Robert kepada MedanBisnis di sela-sela Seminar Pengembangan Tanaman Jagung, Rabu, (1/7) di Garuda Plaza Hotel, Medan.Selain itu, John Robert Panjaitan katakan di beberapa daerah dataran rendah jarang ditemui tetapi tidak separah yang ada di pegunungan. Penyakit jagung ini susah dicegah karena penularannya terbawa dari benih jagung yang mutunya tidak bagus.Dia melihat upaya petani untuk menghilangkan bakteri di benih jagungnya bisa sia-sia seandainya tanah di lahan tidak disemprot dengan pemusnah bakteri. “Kalau jagung ditanam di lahan yang pernah terkena hawar daun, akan susah memberantasnya karena pengalaman kami kejadiannya bisa berulang di lahan yang sama,” paparnya.Untuk, pencegahannya kata Jhon, pihaknya menyarankan petani untuk melakukan penanaman tumpang sari dan merotasi jagung dengan tanaman lain. “Dalam merotasi sebaiknya tidak satu famili dengan jagung seperti padi,” ujarnya.Lebih lanjut, John menjelaskan, penyakit yang menyerang jagung dari usia satu hingga tiga bulan akan merusak kelopak daun jagungnya hingga kuning. Bila sudah terkena tanaman akan sulit berkembang dan berujung pada kematian atau tidak akan berbuah sama sekali.Saat ini wabah yang telah menyebar di beberapa kabupaten ini, menurutnya masih pada tahap serangan ringan bila dibandingan dengan areal tanaman jagung di Sumut yang sangat luas.

Page 16: HPT jagung

“Untuk Simalungun lahan jagung yang terkena ada sekitar 21 hektar, Dairi 6,8 hektar, Karo 8,5 hektar, Deliserdang 2,5 hektar dan Langkat 2,1 hektar,” sebut Jhon Robert.