Pengkajian Klien Kelolaan & LP ReMatHoiD

41
LAPORAN PENDAHULUAN I. PENGERTIAN Rheumatoid Arthritis adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas dan keletihan. Rheumatoid arthritis terjadi antara usia 30 dan 50 tahun dengan puncak insiden antara usia 40 tahun dan usia 60 tahun (Boughman, 2000). II. ETIOLOGI Penyebab dari penyakit ini belum dapat dipastikan dan diduga faktor genetik dan lingkungan berperan dalam timbulnya penyakit ini. Disamping itu penyebab yang lain adalah: faktor hormonal, proses penuaan, proses imun, faktor infeksi oleh bakteri, mikoplasma atau virus dan faktor Heat Shock Protein (HSP) yaitu: sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh sel seluruh species sebagai respon terhadap stress. III. MANIFESTASI KLINIK Rasa nyeri merupakan gejala penyakit Rheumatoid yang paling sering. Gejala yang sering lainnya mencakup pembengkakan sendi, gerakan yang terbatas, kekakuan, kelemahan dan perasaan mudah lelah (Brunner and Suddart, 2000) 1

description

contoh pengkjian keperawatan gerontik

Transcript of Pengkajian Klien Kelolaan & LP ReMatHoiD

LAPORAN PENDAHULUAN

I. PENGERTIAN

Rheumatoid Arthritis adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai

membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan nyeri

persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas dan keletihan. Rheumatoid arthritis

terjadi antara usia 30 dan 50 tahun dengan puncak insiden antara usia 40 tahun

dan usia 60 tahun (Boughman, 2000).

II. ETIOLOGI

Penyebab dari penyakit ini belum dapat dipastikan dan diduga faktor

genetik dan lingkungan berperan dalam timbulnya penyakit ini. Disamping itu

penyebab yang lain adalah: faktor hormonal, proses penuaan, proses imun, faktor

infeksi oleh bakteri, mikoplasma atau virus dan faktor Heat Shock Protein (HSP)

yaitu: sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh sel seluruh

species sebagai respon terhadap stress.

III. MANIFESTASI KLINIK

Rasa nyeri merupakan gejala penyakit Rheumatoid yang paling sering.

Gejala yang sering lainnya mencakup pembengkakan sendi, gerakan yang

terbatas, kekakuan, kelemahan dan perasaan mudah lelah (Brunner and Suddart,

2000)

Pola karakteristik dari persendian yang terkena:

1. Mulai dari persendian kecil ditangan, pergelangan dan kaki.

2. Secara progresif mengenai persendian lutut, bahu, pinggul dan siku.

3. Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris.

4. Persendian bisa dapat hangat, bengkak dan nyeri: kaku pada pagi hari

berlangsung lebih dari 30 menit.

5. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.

1

IV. KLASIFIKASI

Penderita rheumatoid arthritis dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu:

a. Penderita yang mengalami serangan arthritis rheumatoid, tetapi

selanjutnya dapat sembuh secara sempurna.

b. Penderita yang mengalami serangan arthritis rheumatoid sepanjang hidup

tetapi sesekali diselingi kesembuhan yang sifatnya singkat.

c. Penderita yang mengalami serangan arthritis rheumatoid secara progresif

yaitu disertai dengan penurunan fungsi sendi pada setiap kali terjadi

serangan rematik.

V. PATOFISIOLOGI

(Miller, 1995)

2

Perubahan Berhubungan dengan Usia

Menurunnya autoimun Kartilago sebagai pelumas Kekuatan otot berkurang Perubahan struktur tulang Penurunan mekanisme profilasi tulang

Faktor resiko Asam urat Obesitas dan cedera Konsumsi lemak yang

berlebihan Kebiasaan diet yang

mengandung lemak hewani

Kurang beraktivitas

Pengaruh negatif dari fungsi yang terganggu:

Pembengkakan jaringan lemak sendi

Peradangan sendi-sendi Berkuranngnya respon

adaptif terhadap aktivitas yang berlebihan

Kelainan bentuk pada sendi/ kontraktur

Menurunnya kekuatan otot Meningkatnya kerentanan

terhadap cedera

Respon Imun Stimulus antigen Pengaktifan limfosit dan monosit T

Kompleks Imun

Proses fagositosis

Menghasilkan zat kimia leukotrin dan prostaglandin

Menghasilkan enzimkoligenase

Pemecahan kolagen - Edema/ inflamasi - Proferasi membran sinovial - Pembentukan pannus - Penghancuran kartilago (Stuart and Suddart, 2001)

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan Laboratorium

Faktor rheumatoid positif pada 80-95% kasus.

Protein (reaktif biasanya positif selama masa eksaserbasi).

Laju endap darah umumnya meningkat pesat (80-100mm/h) mungkin

kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat.

Sel darah putih meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.

Anemia akibat adanya inflamasi kronis.

Trombosis meningkat.

Kadar albumin serum turun dan globulin meningkat.

Ig (IgM dan IgG) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun

sebagai penyebab arthritis rheumatoid.

3

Gangguan keseimbangan Fisiologis(stres mekanis)

Perubahan Pelumasan Imobilisasi

Proses degenerasi

b. Pemeriksaan Radiologi

Sinar X pada sendi yang sakit

Menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, energi sendi dan

osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang

menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasi.

Scan Radionuklida

Identifikasi peradangan sinovial

c. Pemeriksaan Patologi Anatomi

Terlihat adanya hipertropi dari villi pada sendi, penebalan jaringan

sinovial, adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun, jaringan

fibrosis dan pusat nekrosis, semua menghasilkan pembengkakan sendi

yang amat nyeri dalam keadaan diam maupun bila digerakkan.

Pembentukan pannus yang cepat akan menerobos tulang rawan sendi,

sehingga pada akhirnya sendi tersebut dengan pannus yang berlapis-lapis,

maka lambat laun merupakan anyaman yang saling bertaut sehingga pada

akhirnya timbul ankilos. Proses penerobosan ini akan berlangsung terus

kedalam tulang sehingga pada suatu saat tulang menjadi rapuh dan hancur,

akibatnya timbulnya deformitas, subluksasi bahkan destruksi yang hebat.

Akibat ini pula otot-otot sekitar sendi tidak digunakan dan timbul diseased

arthropy. Akhirnya penderita akan cacat dan sendi-sendi besarnya juga

akan mengalami ankilosis.

VII. PENATALAKSANAAN

A. Tujuan dari penatalaksanaan termasuk penyuluhan, keseimbangan antara

istirahat dan latihan dan rujukan lembaga di komunitas untuk mendapat

dukungan

1. Rheumatoid arthritis dini: penatalaksanaan pengobatan termasuk dosis

terapeutik salisilat atau obat-obatan anti inflamasi non steroid (NSAID)

dan analgetika serta penisilamin.

2. Rheumatoid Arthritis sedang, erosif: program formal terapi okupasi dan

terapi fisik.

4

3. Rheumatoid persisten, erosif: pembedahan rekonstruksif dan

kortikostreroid.

4. Rheumatoid tahap lanjut yang tak pulih: preparat imunosupresif seperti

metatreksat, siklofosfamid dan azatioprin.

B. Penatalaksanaan penyuluhan kesehatan sebagai strategi penatalaksanaan pada

pasien dengan penyakit Rheumatoid Arthritis

1. Meningkatkan pengetahuan pasien terhadap proses penyakit dengan cara

menyampaikan dan menyegarkan kembali informasi tentang penyakit

rheumatoid arthritis pada pasien.

2. Mengendalikan nyeri

Dengan cara mengajarkan cara merendahkan nyeri dengan bidai, bentuk

terapi suhu, terapi tradisional dan tehnik relaksasi

3. Mensupresi inflamasi

Dengan memberikan obat-obatan anti inflamasi melalui pemanfaatan

sarana kesehatan yang ada seperti puskesmas sekaligus menjelaskan efek

samping dari obat yang digunakan.

4. Menegaskan keefektifan terapi dengan gaya hidup

Dengan menjelaskan penatalaksanaan terapi secara mandiri dan

pengaturan diet sesuai gaya hidup dengan penyakit yang diderita.

C. Penatalaksanaan Diet Rheumatoid Arthritis

Diet untuk rheumatoid arthritis adalah rendah purin, rendah lemak, cukup

vitamin dan mineral.

Syarat Diet Rheumatoid adalah:

1. Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila pasien kegemukan dikurangi

bertahap 500-1000 kkal.

2. Protein cukup 1,0-1,2 gr/kg BB.

3. Hindari bahan makanan yang mengandung purin > 150 mg/100gr.

4. Lemak 10-20% dari kebutuhan energi total.

5. Karbohidrat 65-75% dari kebutuhan energi total.

6. Vitamin dan mineral sesuai kebutuhan.

7. Cairan rata-rata 2-21/2 liter/ hari

5

Diet Untuk Rheumatoid Arthritis Terdiri dari:

1. Diet purin rendah I/ DPR I (1500 kkal)

2. Diet purin rendah II/DPR II (1700 kkal)

Bahan Makanan Sehari:

Bahan Makanan DPR I DPR II Berat (gr) URT Berat (gr) URT

Beras 200 3 gls nasi 250 31/2 gls nasi

Telur ayam 50 1 btr 50 1 btr

Ayam tanpa kulit 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg

Ikan 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg

Tempe 50 2 ptg sdg 50 1 ptg sdg

Sayuran 250 2 ½ gls 300 3 gls

Buah 400 4 ptg sdg pepaya 400 4 ptg sdg

Minyak 15 1 ½ sdm 15 2 ½ sdm

Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm

Tepung susu skim 20 4 sdm 20 4 sdm

Pembagian Makanan Sehari

Waktu dan bahan makanan 1500 kkal 1700 kkal

Berat (gr) ukr Berat (gr) ukr

Pagi

Beras 50 gr = ½ gls nasi 75 gr = 1 gls nasi

Telur ayam 50 gr = 1 btr 50 gr = 1 btr

Sayuran 50 gr = ½ gls 100 gr = 1 gls

Minyak 5 gr = ½ sdm 5 gr = ½ sdm

Susu Skim Bubuk 20 gr = 4 sdm 20 gr = 4 sdm

Gula pasir 10 gr = 1 sdm 10 gr = 1 sdm

Pukul : 1000: Buah 1 ptg sdg pepaya 1 ptg sdg pepaya

6

Siang

Beras 75 gr = 1 gls nasi 100 gr = 1 ½ gls

Ikan 50 gr = 1ptg sdg 50 gr = 1ptg sdg

Tempe 25 gr = 1 ptg sdg 25 gr = 1 ptg sdg

Sayuran 100gr = 1gls 100 gr = 1 gls

Buah 100gr = 1 ptg sdg pepaya 100 gr = 1 ptg

Minyak 5 gr = ½ sdm 5 gr = ½ sdm

Pukul 1600: Buah 1 ptg dg pepaya 1 ptg sdg pepaya

Malam

Beras 75 gr = gls 75 gr = 1 gls

Ayam 50 gr = 1ptg sdg 50 gr = 1ptg sdg

Tempe 25 gr = 1 ptg sdg 25 gr =1ptg sdg

Sayuran 100gr = 1 gls 100 gr = 1 gls

Buah 100gr = 1 ptg sdg pepaya 100 gr = 1ptg sdg

Minyak 5 gr = ½ sdm 5 gr = ½ sdm

Contoh Menu Diet Purin Rendah II ( 1700 kkal)

Pagi

Nasi

Telur ceplok air

Tumis labu siam + wortel

Susu skim

Pukul 10 00 Semangka/ pisang kukus

Siang

Nasi

Ikan bakar

Tempe goreng

Cah sawi wortel

Pepaya

7

Malam

Nasi

Semir ayam

Pepes tahu

Tumis kacang panjang

Pisang raja

Pengelompokan Bahan Makanan Menurut Kadar Purin dan Anjuran

Makan

Kelompok 1: Kandungan purin tinggi (100-1000 mg purin/100 gr bahan

makanan) Sebaiknya dihindari: otak, hati, jantung, ginjal, jeroan,

extrak daging (kaldu), ikan sarden, makarel, remis, kerang.

Kelompok 2: Kandungan purin sedang (9-100 mg purin/100gr bahan makanan,

dibatasi maksimal 50-75 ( 1-1 ½ ptg) terdiri dari: daging, ikan

atau unggas, ayam, udang, kacang kering dan hasil olahan

asparagus, bayam, daun singkong, daun dan biji melinjo.

Kelompok 3: Kandungan purin rendah (dapat diabaikan) dapat dimakan setiap

hari: nasi, ubi, singkong, jagung, roti, mie, bihun, tepung beras,

cake, kue kering, puding, susu, keju, telur, lemak dan minyak,

gula, buah-buahan (kecuali sayuran dalam kelompok 2)

VII. PENCEGAHAN

Pencegahan yang harus dilakukan dalam mengatasi penyakit rheumatoid adalah:

1. Latihan fisik atau olah raga teratur.

2. Mengurangi beban pada sendi yang sakit.

3. Mengurangi konsumsi makanan yang dapat mencetuskan rheumatik

seperti kacang-kacangan, ikan teri, melinjo, emping, jeroan.

Bila Nyeri Timbul

1. Istirahatkan persendian.

2. Bila nyeri berkurang lakukan aktifitas kembali seperti semula untuk

mencegah kekakuan sendi.

8

3. Jaga supaya sendi selalu hangat di malam hari dengan menggunakan kaos

kaki atau selimut.

4. Minum obat anti sakit dan anti radang.

IX. RAMUAN TRADISIONAL RHEUMATIK DAN CARA

PENGOLAHANNYA

1. Kumis kucing

Cara Mengelolanya:

Seluruh bagian tumbuhan segar secukupnya di cuci bersih lalu ditumbuk

halus. Hasil tumbukan ditempelkan di bagian yang sakit lalu dibalut.

Kumis kucing secukupnya di rebus dengan air bersih beberapa menit

kemudian dalam keadaan hangat-hangat disiramkan sedikit demi sedikit ke

bagian yang sakit.

2. Putri Malu

Cara Mengelolanya:

Akar tanaman sebanyak 154 gram di rendam dalam 500 ml arak putih

selama 2-3 minggu. Ramuan digunakan sebagai obat gosok.

Tanaman putri malu di cuci bersih, lalu rebusan sebanyak 3 gelas

dijadikan 2 gelas kemudian diminum seperti air putih.

3. Sembung

Cara Mengelolanya:

Daun dan batang segar masing-masing 20-30 gr, direbus dengan 6 gelas air

hingga menjadi 3 gelas. Diminum 3x sehari masing-masing 1 gelas.

4. Meniran

Cara Mengelolanya:

Meniran segar dicuci hingga bersih, lalu direbus dengan 2 gelas air hingga

menjadi satu gelas. Air rebusan diminum 1 kali sehari sebanyak 1 gelas selama 1

minggu berturut-turut.

9

5. Daun Pandan

Daun pandan segar sebanyak 5 lembar dan daun serai 20 lembar dicuci lalu

ditumbuk sampai halus. Tambahkan minyak kayu putih dan minyak ganda pura

masing-masing satu sendok makan. Aduk sambil di remas sampai merata.

Ramuan ini digunakan untuk menggosok dan mengurut bagian tubuh yang sakit.

10

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya

(misalnya: mata, jantung, ginjal) tahapan (misal eksaserbasi akut atau remisi) dan

keberadaan bersama bentuk- bentuk artritis lainnya:

a. Aktivitas Istirahat

* Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, kekakuan di pagi hari, biasanya

terjadi secara bilateral dan simetris, limitasi fungsional yang

terpengaruh gaya hidup, waktu senggama, pekerjaan, keletihan.

* Tanda: Mailase, keterbatasan rentang gerak, atropi otot, kulit, kontraktur/

kelainan pada sendi dan otot.

b.Kardiovaskuler

* Gejala: Fenomena Renaoud jari tangan/ kaki misalnya pucat intermiten, sianosis

kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

c. Integritas Ego

*Gejala: Faktor-faktor stres akut/ kronis (misalnya: finansial, pekerjaan,

ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan dan ketidak

berdayaan/ situasi ketidakmampuan) ancaman pada konsep diri, citra

tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).

d. Makanan/ Cairan

* Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan, cairan

adekuat, mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.

* Tanda: Penurunan berat badan, kekeringan pada mukosa.

e Hygiene

*Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,

ketergantungan orang lain.

11

f. Neuro Sensori

*Gejala: Kebas, kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari

tangan.

* Tanda : Pembengkakan sendi simetris.

g. Nyeri Kenyamanan

*Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin disertai oleh pembengkakan jaringan

lunak pada sendi, rasa nyeri kronis dan kekakuan terutama pada pagi

hari)

h. Keamanan

*Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki,

kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan dalam rumah tangga,

demam ringan menetap, kekeringan pada mata dan membran mukosa.

i. Interaksi Sosial

*Gejala: Kerusakan interaksi dengan keluarga/ orang lain, perubahan peran,

isolasi.

j. Penyuluhan Pembelajaran

*Gejala: Riwayat pada keluarga (pada awitan remaja), penggunaan makanan

kesehatan, vitamin, riwayat perikarditis, lesi katup, vibrosis pulmonal,

pleuritis.

II. PRIORITAS KEPERAWATAN

1. Menghilangkan nyeri

2. Meningkatkan mobilisasi

3. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan

keperluan pengobatan.

12

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b/d inflamasi, kerusakan jaringan dan imobilitas sendi.

2. Keletihan b/d peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, tidur/ istirahat

yang tidak memadai.

3. Kerusakan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelemahan otot,

nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik.

4. Gangguan istirahat tidur b/d nyeri, keletihan.

5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d kurangnya informasi,

prognosis dan kebutuhan pengobatan

IV. PERENCANAN DAN IMPLEMENTASI

Tujuan pasien termasuk menghilangkan nyeri dan rasa tidak nayaman,

menurunkan keletihan, meningkatkan mobilitas, pencapaian suatu tingkat

kemandirian individu yang optimal untuk aktivitas kehidupan sehari-hari,

meningkatkan aktivitas tidur, meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit

reumatik.

V. INTERVENSI

A. Menghilangkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman

No Intervensi Rasionalisasi

1.

2.

3.

Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanana. Kompres panas atau dinginb. Masase, perubahan posisi,

istirahatc. Beri bantal penyangga, bidaid. Tehnik relaksasi, aktivitas yang

mengalihkan perhatian.

Berikan preparat anti inflamasi analgesik dan anti reumatik yang dianjurkan.

Dorong klien untuk mengatakan perasaannya tentang rasa nyeri yang dirasakan

1. Rasa nyeri responsif terhadap intervensi bukan obat-obatan, seperti perlindungan sendi, latihan fisik, tehnik relaksasi dan bentuk-bentuk terapi suhu.

2. Nyeri pada penyakit rheumatik responsif terhadap pemberian obat- obatan satu macam saja atau kombinasi

3. Pengungkapan dengan kata-kata merupakan tahap yang penting dalam koping

13

4. Jelaskan patofisiologi nyeri rheumatik dan membantu pasien untuk menyadari bahwa rasa nyeri sering membawanya pada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya

4. Pengetahuan tentang nyeri yang tepat dapat membantu pasien untuk menghindari bentuk-bentuk terapi yang tidak aman dan tidak efektif

B. Mengurangi keletihan

No Intervensi Rasionalisasi

1.

2.

3.

4.

Berikan penjelasan tentang keletihana. Hubungan antara aktivitas

penyakit dengan keletihanb. Mengembangkan tindakan rutin

untuk tidur (mandi air hangat dan tehnik relaksasi untuk memudahkan tidur)

Jelaskan cara menggunakan tehnik-tehnik untuk menghemat energi

Atur jadwal aktivitas dan istirahat yang tepat.

Dorong nutrisi yang adekwat termasuk sumber zat besi dari suplemen dan makanan

1. Pemahaman klien tentang keletihan akan mempengaruhi tindakannnya:a. Tingkat keletihan berhubungan

langsung dengan aktivitas penyakit

b. Tindakan rutin yang efektif pada waktu tidur akan memudahkan tidur yang memulihkan kondisi pasien

2. Berbagai tindakan dapat dilakukan untuk menghemat tenaga

3. Istirahat dan aktivitas yang bergantian akan menghemat tenaga sementara sebagian besar produktivitas masih berjalan

4. Diet zat besi dapat membantu melawan keletihan

C. Meningkatkan mobilitas dan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri

No Intervensi Raasionalisasi

1.

2.

3.

Kaji tingkat gangguan mobilitas

Pertahankan istirahat/ tirai baring duduk, jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat dan tidur malam yang tidak terganggu

Bantu rentang gerak aktif/ pasif

1. Menentukan intervensi yang tepat

2. Istirahat sistemik dianjurkan untuk mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan

3. Mempertahankan, meningkatkan fungsi sendi

14

4.

5.

6.

Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan

Modifikasi lingkungan dan berikan lingkungan yang nyaman

Tingkatkan pemakaian alat bantu dan alas kaki yang nyaman

4. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas

5. Menghindari cedera akibat kecelakaan/ jatuh

6. Mempertahankan mobilitas yang optimal

D. Meningkatkan kualitas tidur

No Intervensi Rasionalisasi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Identifikasi penyebab masalah tidur

Modifikasi lingkungan misalnya: atur suhu ruangan, menciptakan lingkungan yang tenang, matikan lampu yang tidak perlu

Ajarkan pada keluarga untuk memberikan tindakan kenyamanan seperti gosok pada punggung dengan pijitan ringan

Ajarkan pada klien untuk menghindari minuman yang berkafein, alkohol, menghisap rokok pada saat menjelang tidur

Ajarkan klien untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung magnesium, asam amino triptopan

Anjurkan klien untuk mengkonsumsi karbohidrat kompleks seperti roti, krekes

Anjurkan klien untuk menghindari makanan dengan bumbu

1. Mengkaji lebih lanjut kebutuhan klien

2. Meningkatkan kemampuan untuk tidur

3. Sentuhan terapeutik sangat membantu terutama pada klien dengan stres emosional dan fisik yang bisa mempengaruhi tidur

4. Dapat memicu insomnia, kafein dapat meningkatkan kerja jantung sehingga mengganggu proses tidur

5. Asam amino triptopan membantu pengeluaran serotinin sehingga memudahkan tidur. Fungsi magnesium adalah merileksasikan otot sedangkan kalsium berdampak “Calming Effect” yang menenangkan pikiran

6. Zat gizi tersebut dapat memacu pengeluaran serotinin yaitu neuro transmiter yang merangsang rasa kantuk

7. Gula dan sirup dapat memacu pengeluaran serotinin yaitu neuro

15

menyengat, karbohidrat sederhana (gula, sirup), makanan berpengawet (makanan kaleng, MSG, keju, coklat) sayur seperti bayam, tomat menjelang tidur

taransmiter yang merangsang rasa kantuk, gula dan sirup bersifat meningkatkan gula darah sehingga akan mengganggu tidur, MSG memunculkan reaksi stimulan sedangkan keju, coklat, sayur bayam dan tomat mengandunng piramin yang merangsang keluarnya nor epinefrin.

E. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang kondisi, prognosis

dan kebutuhan pengobatan serta penatalaksanaan diet yang tepat sesuai gaya

hidup yang konsisten

No Intervensi Rasionalisasi

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Kaji pengetahuan klien tentang penyakit, prognosis dan harapan masa yang akan datang

Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, latihan dan istirahat

Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas, terintegrasi yang realistis dan manajemen stres

Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen terapi

Rekomendasikan penggunaan aspirin

Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin dan zat besi

1. Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi

2. Tujuan kontrol penyakit untuk menekan inflamasi

3. Untuk mengurangi terjadinya/ bertambahnya nyeri akibat stres yang meningkat

4. Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung dari ketepatan dosis

5. Untuk meminimalkan iritasi pada gaster mengurangi resiko perdarahan

6. Meningkatkan perasan sehat dan perbaikan degenerasi jaringan.

16

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & Suddart. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:

EGC

2. Bouhman. (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

3. Wim de Jong. ( 2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

4. Sjaifoella Noer. (1999). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 3.

Jakarta: FKUI

5. Sunuta. (2005). Penuntun Diet. Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia

17

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU

(KELOLAAN)

I. IDENTITAS

Nama : Ny. R

Umur : 60 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Janda

Agama : Islam

Suku : Mandailing

Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat rumah : Jl. Brigjen Zein Hamid Gg. Balai Desa,

Lingkungan X Kel.Titi Kuning Kec. Medan Johor

PENANGGUNG JAWAB

Nama : An. I

Alamat : Jl. Brigjen Zein Hamid Gg. Balai Desa,

Lingkungan X Kel.Titi Kuning Kec. Medan Johor

Hubungan : Anak kandung klien

18

II. RIWAYAT KELUARGA

Genogram

Keterangan:

: Klien (Ny. R 60 thn)

Penyakit keturunan :

Dalam keluarga Ny.R tidak dapat diidentifikasi adanya penyakit menular,

tetapi suami Ny.R meninggal akibat penyakit hipertensi dan anaknya nomor dua

meninggal dikarenakan infeksi pada tenggorokan setahun setelah dioperasi

amandel.

III. RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan utama lansia:

Klien merasa nyeri pada kedua lutut yang dirasakan sejak ± 1 tahun yang

lalu. Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit rheumatik, namun klien

merasakan terkadang badannya terasa lemah dan mudah lelah setelah menderita

penyakit ini karena sendi lutut, tangan dan pinggang sering terasa ngilu apalagi di

pagi hari setelah bangun tidur dan cuaca yang dingin.

19

Ny. R (60 thn)

: Tinggal serumah

: Laki-laki/ Perempuan

:Laki-laki/ Perempuan meninggal

Penyebab:

Klien tidak tahu pasti apa penyebab dari penyakitnya akan tetapi klien pada

usia mudanya membuka warung makan.

Timbul keluhan secara:

Klien mengatakan keluhan yang dialami timbulnya tidak menentu akan

tetapi keluhan paling sering dialami pada saat cuaca dingin.

Faktor yang memperberat:

Keluhan yang dialami oleh klien akan semakin berat apabila klien berdiri

terlalu lama.

Kemampuan lansia yang dapat dilakukan untuk meringankan penyakitnya:

Klien mengatakan apabila klien mengalami keluhan maka klien tidak

melakukan apa-apa untuk mengatasinya kecuali dengan cara beristirahat.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

Penyakit yang pernah diderita

Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit parah, akan tetapi klien

pernah jatuh ± 1 tahun yang lalu. Pada saat itu klien berobat ke dokter tetapi

kurang memuaskan akhirnya klien berobat pula ke alternatif. Setelah jatuh klien

mengalami perubahan gaya berjalan.

V. RIWAYAT SEHARI-HARI

Persepsi lansia terhadap sehat sakit :

Klien mengatakan bahwa sehat adalah ketika seseorang terbebas dari

berbagai penyakit dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari, sedangkan sakit

adalah kebalikanya dimana badan terasa tidak enak/ sakit dan tidak bisa

melakukan apa-apa.

Kebiasaan

Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang dapat merugikan

kesehatan, setiap pagi klien jalan-jalan pagi di sekitar rumah.

Pola nutrisi (makan/minum) :

Klien mengatakan pola makannya yaitu 3x sehari (pagi, siang, sore) dengan

komposisi nasi, ikan, dan sayur. Nutrisi diatur oleh anak dan klien sendiri, klien

20

menghabiskan porsi yang sudah dibuat. Klien minum air putih dan biasanya klien

akan minum apabila klien terasa haus.

Pola Istirahat Tidur

Pola tidur klien teratur atau tidak mengalami gangguan setiap harinya, tidur

pukul 21.00 WIB dan bangun pukul 05.00 WIB dan klien mempunyai kebiasaan

tidur siang.

Pola eliminasi (BAB/BAK) :

Klien mengatakan BAB 1x sehari dengan kosistensi keras dan kadang-

kadang klien harus mengedan saat klien BAB tapi kondisi ini tidak pernah

menghambat aktivitas sehari-hari klien. Pola BAK normal 5-6x sehari namun bila

cuaca dingin dan mendung bisa lebih sering dan warna urin kuning jernih tidak

ada kelainan.

Kebiasaan olahraga :

Klien setiap pagi selalu jalan-jalan di sekitar rumah.

Kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari :

Klien masih bisa melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

seperti makan, minum, berpakaian, kebutuhan eliminasi, personal hygiene tanpa

bantuan orang lain. Dengan kata lain skala ketergantungan klien adalah 20

(mandiri). Namun melakukan kegiatan bersih-bersih rumah seperti merendam

baju klien melakukannya dengan lambat dan sangat hati-hati.

Rekreasi

Klien mengatakan saat ini tidak pernah melakukan rekreasi seperti

berkunjung ke tempat-tempat hiburan atau ke tempat-tempat parawisata.

VI. RIWAYAT PSIKOLOGI

Aspek psikologi lansia :

Keadaan emosi klien stabil, klien tampak tenang dan kooperatif saat

berkomunikasi dengan perawat dan menjawab semua pertanyaan dengan jelas,

klien tidak merasa terganggu dengan kehadiran perawat, sebaliknya klien merasa

senang dan terhibur untuk berbagi cerita.

21

VII. RIWAYAT SOSIAL

Klien jarang berkunjung ke rumah saudara-saudara yang lain namun klien

sering di kunjungi oleh anak-anak klien ataupun saudara-saudara yang lain. Klien

lebih sering berjalan-jalan di sekitar rumah saja bergaul dengan tetangga terdekat

namun klien mengenal banyak orang di sekitar daerah rumahnya.

VIII. RIWAYAT SPIRITUAL/KULTURAL

Aspek spiritual/ kultural lansia:

Klien tidak dapat lagi melakukan sholat 5 waktu berhubungan dengan trauma

yang dialami oleh klien yang menyebabkan klien kesulitan dalam merubah posisi

dari duduk ke berdiri atau sebaliknya. Klien juga mengatakan sudah siap

menghadap yang kuasa karena semua anaknya sudah menikah dan klien tidak

pernah bertengkar dengan anak-anaknya. Klien hanya terus berharap setiap

lebaran tiba seluruh keluarganya dapat berkumpul.

IX. RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Klien berharap klien tidak akan mendapat masalah selama bergaul dengan

orang-orang di sekitar tempat tinggalnya..

X. PEMERIKSAAN FISIK

A. TANDA VITAL

Keadaan umum : Kondisi klien saat wawancara baik dan sangat

kooperatif. Klien mengenakan pakaian yang bersih

dan sesekali wajah klien tampak sedih ataupun

gembira saat mengingat masa lalunya.

Kesadaran : Compos mentis

Suhu : 36,8ºC

Nadi : 71 x/menit

Tekanan darah : 140/80 mmHg

Pernafasan : Suara nafas vesikuler, frekuensi 21x/menit

Tinggi badan : ±145 cm

Beran badan : ± 40 kg

22

B. KEBERSIHAN PERORANGAN

1. Kepala

Rambut: Rambut klien lurus dan sudah beruban, rambut rapi,

bersih dan tersebar merata.

Mata: Tidak dijumpai tanda-tanda anemis ataupun ikterus,

penglihatan klien masih baik (klien masih mampu membaca

dalam jarak 25 cm), pada kedua bola mata tampak lensa mata

agak keruh, kedua pupil isokor dengan pinggiran pupil berwarna

putih keruh.

Hidung: Bentuk hidung anatomis, lubang hidung simetris

kanan/kiri, tidak ada tanda-tanda perdarahan maupun peradangan,

penciuman klien tidak terganggu, klien masih mengenal bau-

bauan.

Mulut/ tenggorokan: Tidak dijumpai peradangan dan perdarahan

gusi. Gigi seri atas 2 (masing-masing kanan dan kiri) sudah

tanggal dan gigi geraham bawah 2 sudah tanggal (masing-masing

kanan dan kiri).

Telinga : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda-tanda

perdarahan maupun peradangan, fungsi pendengaran masih baik,

dalam melakukan wawancara tidak perlu suara yang keras. Klien

tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

2. Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada tanda-tanda

peningkatan tekanan vena jugularis, kulit di sekitar leher sudah mulai

mengendur.

3. Dada/thorax

Dada: Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi iga saat bernafas.

Paru-paru: Suara nafas vesikuler dengan frekuensi 21 x/menit,

suara tambahan tidak ada, pola nafas reguler.

Jantung: BJ I dan BJ II normal, tidak ada bunyi jantung

tambahan. Tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 71x/ menit, irama

teratur dan tidak dijumpai adanya edema pada kedua ekstremitas.

23

4. Abdomen

Bentuk soepel, tidak ada tanda-tanda ascites, tidak ada nyeri ulu hati,

peristaltik terdengar, kulit abdomen keriput dan elastisitas kulit

berkurang.

5. Muskuloskeletal (tingkat mobilisasi, paralysis, kiposis, ROM)

Klien mampu melakukan rentang gerak aktif pada kedua ekstremitas

atas kiri dan kanan secara optimal tetapi pada ekstremitas bawah

klien tidak dapat melakukan ROM dengan optimal. Tidak ada

pembengkakan pada kedua ekstremitas kiri dan kanan walaupun klien

merasakan nyeri pada kedua lutut dan kebas-kebas pada kedua jari

tangan. Klien mengatakan nyeri sangat terasa dipagi hari dan bila

udara dingin (skala 5-6). Terdapat kiposis pada tulang belakang.

Tidak terdapat paralisis.

6. Neurologis

N I masih normal dimana klien dapat membedakan bau-bauan yang

diberi seperi minyak angin dan kopi. N II, N III, N IV dan N VI; klien

dapat mengenali angka dalam jarak ± 25 cm dan refleks cahaya

positif. N V: klien dapat menggerakkan bola matanya ke segala arah.

N VII: klien dapat mengangkat alis mata, menggembungkan pipi dan

bersiul. N IX dan X: klien dapat menelan dengan baik tanpa ada rasa

sulit menelan. N VIII dan N XII berfungsi dengan baik. Memori

jangka pendek klien masih baik, memori jangka panjang klien juga

masih baik, klien mampu mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi

di masa lalu.

7. Kulit

Kulit klien tampak keriput, elastisitas berkurang dan terdapat

hiperpigmentasi pada wajah dan leher seperti tahi lalat akibat proses

penuaan.

8. Lain-lain

Reproduksi: Kemampuan vitalitas mulai menurun dan klien tidak

pernah lagi melakukan hubungan seksual setelah suami meninggal.

24

9. Keadaan lingkungan

Lingkungan rumah klien tampak sedikit kotor. Kamar klien

berukuran ± 3x3, tampak tidak beraturan, pakaian-pakaian banyak

yang tergantung. Dalam kamar ada 2 tempat tidur.

XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosa Medis : Reumathoid Arthritis

Laboratorium : -

XII. RIWAYAT TERAPI

- Antasida, CTM.

- Suplemen zat besi

- Tankwe Gin (obat Cina)

- Untuk obat-obat rematik, data tidak ada lagi karena klien sudah lama

tidak berobat berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi.

ANALISA DATA

No DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

1. DS :

Klien mengatakan nyeri

pada kedua lutut tetapi

tidak tahu apa

penyebabnya.

DO :

Klien bertanya tentang

penyebab dan obat

tradisional untuk

mengatasi penyakitnya.

Reumathoid Arthritis

(rematik)

Kurang informasi

tentang penyakit

Kurang pengetahuan

Kurang

pengetahuan

tentang penyakit

Rheumathoid

Arthritis

25

2. DS :

Klien mengatakan kedua

lututnya sering terasa

nyeri, kedua jari tangan

terasa kebas-kebas

apalagi di pagi hari dan

udara dingin.

Skala nyeri 5-6

DO :

Klien tampak sering

memegang lututnya.

Klien lambat ketika

berjalan.

Tidak ada pembengkakan

pada kedua ekstremitas

klien.

Perubahan yang

berhubungan dengan

proses penuaan

Perubahan

perfusi/aliran darah ke

jaringan dan ekstremitas

berkurang

Kurang/tidak lancarnya

peredaran darah

Kurangnya cairan

sinovial di sendi

Nyeri

Nyeri akut/ kronik

3. DS :

Klien mengatakan sangat

capek di usia yang

semakin tua.

Klien mengatakan bila

banyak berjalan mudah

lelah dan terasa sesak.

DO :

Klien tampak lelah dan

lemah saat diajak jalan-

jalan.

Nafas tersengal-sengal

saat banyak berjalan

Proses penuaan

Penurunan kemampuan fisik

Kelelahan

Kelelahan

26

04 DS: Klien mengatakan

lututnya terasa nyeri bila

terlalu lama berdiri atau

terlalu banyak berjalan

Klien mengatakan bila

terlalu lelah ia segera

duduk istirahat

DO:

Klien tampak lemah

Proses penuaan

Penurunan kemampuan fisik

Kelemahan

Resiko tinggi terjadinya injuri

Resiko tinggi

terjadinya injuri

DIAGNOSA KEPERAWATAN:

1. Kurang pengetahuan tentang perawatan Reumathoid arthritis b/d

kurangnya informasi tentang penyakit Reumathoid arthritis d/d Klien

mengatakan nyeri pada kedua lututnya dan tidak tahu apa penyebabnya,

klien bertanya tentang penyebab dan obat tradisional untuk mengatasi

penyakitnya.

2. Nyeri akut/kronik b/d proses penuaan dan perubahan perfusi jaringan dan

ekstremitas berkurang (berkurangnya cairan sinovial di sendi) d/d Klien

mengatakan kedua lututnya sering terasa nyeri, kedua jari tangan terasa

kebas-kebas apalagi di pagi hari dan udara dingin, skala nyeri 5-6, Klien

tampak sering memegang lututnya, klien lambat ketika berjalan, Tidak ada

pembengkakan pada kedua ekstremitas klien.

3. Keletihan b/d penurunan kemampuan fisik d/d klien mengatakan sangat

capek diusia semakin tua, klien mengatakan bila banyak berjalan mudah

lelah dan terasa sesak, nafas tersengal-sengal saat banyak berjalan.

4. Resiko tinggi terjadinya injuri b/d kelemahan d/d klien mengatakan sering

nyeri pada kaki bila terlalu banyak berjalan dan terlalu lama berdiri, klien

mengatakan kalau terlalu lelah ia duduk untuk istirahat dan klien tampak

lemah.

27