Pengkajian Klien Kelolaan & LP ReMatHoiD
-
Upload
mahzar-wahyudi -
Category
Documents
-
view
26 -
download
0
description
Transcript of Pengkajian Klien Kelolaan & LP ReMatHoiD
LAPORAN PENDAHULUAN
I. PENGERTIAN
Rheumatoid Arthritis adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas dan keletihan. Rheumatoid arthritis
terjadi antara usia 30 dan 50 tahun dengan puncak insiden antara usia 40 tahun
dan usia 60 tahun (Boughman, 2000).
II. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit ini belum dapat dipastikan dan diduga faktor
genetik dan lingkungan berperan dalam timbulnya penyakit ini. Disamping itu
penyebab yang lain adalah: faktor hormonal, proses penuaan, proses imun, faktor
infeksi oleh bakteri, mikoplasma atau virus dan faktor Heat Shock Protein (HSP)
yaitu: sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh sel seluruh
species sebagai respon terhadap stress.
III. MANIFESTASI KLINIK
Rasa nyeri merupakan gejala penyakit Rheumatoid yang paling sering.
Gejala yang sering lainnya mencakup pembengkakan sendi, gerakan yang
terbatas, kekakuan, kelemahan dan perasaan mudah lelah (Brunner and Suddart,
2000)
Pola karakteristik dari persendian yang terkena:
1. Mulai dari persendian kecil ditangan, pergelangan dan kaki.
2. Secara progresif mengenai persendian lutut, bahu, pinggul dan siku.
3. Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris.
4. Persendian bisa dapat hangat, bengkak dan nyeri: kaku pada pagi hari
berlangsung lebih dari 30 menit.
5. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.
1
IV. KLASIFIKASI
Penderita rheumatoid arthritis dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu:
a. Penderita yang mengalami serangan arthritis rheumatoid, tetapi
selanjutnya dapat sembuh secara sempurna.
b. Penderita yang mengalami serangan arthritis rheumatoid sepanjang hidup
tetapi sesekali diselingi kesembuhan yang sifatnya singkat.
c. Penderita yang mengalami serangan arthritis rheumatoid secara progresif
yaitu disertai dengan penurunan fungsi sendi pada setiap kali terjadi
serangan rematik.
V. PATOFISIOLOGI
(Miller, 1995)
2
Perubahan Berhubungan dengan Usia
Menurunnya autoimun Kartilago sebagai pelumas Kekuatan otot berkurang Perubahan struktur tulang Penurunan mekanisme profilasi tulang
Faktor resiko Asam urat Obesitas dan cedera Konsumsi lemak yang
berlebihan Kebiasaan diet yang
mengandung lemak hewani
Kurang beraktivitas
Pengaruh negatif dari fungsi yang terganggu:
Pembengkakan jaringan lemak sendi
Peradangan sendi-sendi Berkuranngnya respon
adaptif terhadap aktivitas yang berlebihan
Kelainan bentuk pada sendi/ kontraktur
Menurunnya kekuatan otot Meningkatnya kerentanan
terhadap cedera
Respon Imun Stimulus antigen Pengaktifan limfosit dan monosit T
Kompleks Imun
Proses fagositosis
Menghasilkan zat kimia leukotrin dan prostaglandin
Menghasilkan enzimkoligenase
Pemecahan kolagen - Edema/ inflamasi - Proferasi membran sinovial - Pembentukan pannus - Penghancuran kartilago (Stuart and Suddart, 2001)
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Laboratorium
Faktor rheumatoid positif pada 80-95% kasus.
Protein (reaktif biasanya positif selama masa eksaserbasi).
Laju endap darah umumnya meningkat pesat (80-100mm/h) mungkin
kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
Sel darah putih meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
Anemia akibat adanya inflamasi kronis.
Trombosis meningkat.
Kadar albumin serum turun dan globulin meningkat.
Ig (IgM dan IgG) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun
sebagai penyebab arthritis rheumatoid.
3
Gangguan keseimbangan Fisiologis(stres mekanis)
Perubahan Pelumasan Imobilisasi
Proses degenerasi
b. Pemeriksaan Radiologi
Sinar X pada sendi yang sakit
Menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, energi sendi dan
osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasi.
Scan Radionuklida
Identifikasi peradangan sinovial
c. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Terlihat adanya hipertropi dari villi pada sendi, penebalan jaringan
sinovial, adanya sebukan sel-sel radang mendadak dan menahun, jaringan
fibrosis dan pusat nekrosis, semua menghasilkan pembengkakan sendi
yang amat nyeri dalam keadaan diam maupun bila digerakkan.
Pembentukan pannus yang cepat akan menerobos tulang rawan sendi,
sehingga pada akhirnya sendi tersebut dengan pannus yang berlapis-lapis,
maka lambat laun merupakan anyaman yang saling bertaut sehingga pada
akhirnya timbul ankilos. Proses penerobosan ini akan berlangsung terus
kedalam tulang sehingga pada suatu saat tulang menjadi rapuh dan hancur,
akibatnya timbulnya deformitas, subluksasi bahkan destruksi yang hebat.
Akibat ini pula otot-otot sekitar sendi tidak digunakan dan timbul diseased
arthropy. Akhirnya penderita akan cacat dan sendi-sendi besarnya juga
akan mengalami ankilosis.
VII. PENATALAKSANAAN
A. Tujuan dari penatalaksanaan termasuk penyuluhan, keseimbangan antara
istirahat dan latihan dan rujukan lembaga di komunitas untuk mendapat
dukungan
1. Rheumatoid arthritis dini: penatalaksanaan pengobatan termasuk dosis
terapeutik salisilat atau obat-obatan anti inflamasi non steroid (NSAID)
dan analgetika serta penisilamin.
2. Rheumatoid Arthritis sedang, erosif: program formal terapi okupasi dan
terapi fisik.
4
3. Rheumatoid persisten, erosif: pembedahan rekonstruksif dan
kortikostreroid.
4. Rheumatoid tahap lanjut yang tak pulih: preparat imunosupresif seperti
metatreksat, siklofosfamid dan azatioprin.
B. Penatalaksanaan penyuluhan kesehatan sebagai strategi penatalaksanaan pada
pasien dengan penyakit Rheumatoid Arthritis
1. Meningkatkan pengetahuan pasien terhadap proses penyakit dengan cara
menyampaikan dan menyegarkan kembali informasi tentang penyakit
rheumatoid arthritis pada pasien.
2. Mengendalikan nyeri
Dengan cara mengajarkan cara merendahkan nyeri dengan bidai, bentuk
terapi suhu, terapi tradisional dan tehnik relaksasi
3. Mensupresi inflamasi
Dengan memberikan obat-obatan anti inflamasi melalui pemanfaatan
sarana kesehatan yang ada seperti puskesmas sekaligus menjelaskan efek
samping dari obat yang digunakan.
4. Menegaskan keefektifan terapi dengan gaya hidup
Dengan menjelaskan penatalaksanaan terapi secara mandiri dan
pengaturan diet sesuai gaya hidup dengan penyakit yang diderita.
C. Penatalaksanaan Diet Rheumatoid Arthritis
Diet untuk rheumatoid arthritis adalah rendah purin, rendah lemak, cukup
vitamin dan mineral.
Syarat Diet Rheumatoid adalah:
1. Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila pasien kegemukan dikurangi
bertahap 500-1000 kkal.
2. Protein cukup 1,0-1,2 gr/kg BB.
3. Hindari bahan makanan yang mengandung purin > 150 mg/100gr.
4. Lemak 10-20% dari kebutuhan energi total.
5. Karbohidrat 65-75% dari kebutuhan energi total.
6. Vitamin dan mineral sesuai kebutuhan.
7. Cairan rata-rata 2-21/2 liter/ hari
5
Diet Untuk Rheumatoid Arthritis Terdiri dari:
1. Diet purin rendah I/ DPR I (1500 kkal)
2. Diet purin rendah II/DPR II (1700 kkal)
Bahan Makanan Sehari:
Bahan Makanan DPR I DPR II Berat (gr) URT Berat (gr) URT
Beras 200 3 gls nasi 250 31/2 gls nasi
Telur ayam 50 1 btr 50 1 btr
Ayam tanpa kulit 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
Ikan 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg
Tempe 50 2 ptg sdg 50 1 ptg sdg
Sayuran 250 2 ½ gls 300 3 gls
Buah 400 4 ptg sdg pepaya 400 4 ptg sdg
Minyak 15 1 ½ sdm 15 2 ½ sdm
Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm
Tepung susu skim 20 4 sdm 20 4 sdm
Pembagian Makanan Sehari
Waktu dan bahan makanan 1500 kkal 1700 kkal
Berat (gr) ukr Berat (gr) ukr
Pagi
Beras 50 gr = ½ gls nasi 75 gr = 1 gls nasi
Telur ayam 50 gr = 1 btr 50 gr = 1 btr
Sayuran 50 gr = ½ gls 100 gr = 1 gls
Minyak 5 gr = ½ sdm 5 gr = ½ sdm
Susu Skim Bubuk 20 gr = 4 sdm 20 gr = 4 sdm
Gula pasir 10 gr = 1 sdm 10 gr = 1 sdm
Pukul : 1000: Buah 1 ptg sdg pepaya 1 ptg sdg pepaya
6
Siang
Beras 75 gr = 1 gls nasi 100 gr = 1 ½ gls
Ikan 50 gr = 1ptg sdg 50 gr = 1ptg sdg
Tempe 25 gr = 1 ptg sdg 25 gr = 1 ptg sdg
Sayuran 100gr = 1gls 100 gr = 1 gls
Buah 100gr = 1 ptg sdg pepaya 100 gr = 1 ptg
Minyak 5 gr = ½ sdm 5 gr = ½ sdm
Pukul 1600: Buah 1 ptg dg pepaya 1 ptg sdg pepaya
Malam
Beras 75 gr = gls 75 gr = 1 gls
Ayam 50 gr = 1ptg sdg 50 gr = 1ptg sdg
Tempe 25 gr = 1 ptg sdg 25 gr =1ptg sdg
Sayuran 100gr = 1 gls 100 gr = 1 gls
Buah 100gr = 1 ptg sdg pepaya 100 gr = 1ptg sdg
Minyak 5 gr = ½ sdm 5 gr = ½ sdm
Contoh Menu Diet Purin Rendah II ( 1700 kkal)
Pagi
Nasi
Telur ceplok air
Tumis labu siam + wortel
Susu skim
Pukul 10 00 Semangka/ pisang kukus
Siang
Nasi
Ikan bakar
Tempe goreng
Cah sawi wortel
Pepaya
7
Malam
Nasi
Semir ayam
Pepes tahu
Tumis kacang panjang
Pisang raja
Pengelompokan Bahan Makanan Menurut Kadar Purin dan Anjuran
Makan
Kelompok 1: Kandungan purin tinggi (100-1000 mg purin/100 gr bahan
makanan) Sebaiknya dihindari: otak, hati, jantung, ginjal, jeroan,
extrak daging (kaldu), ikan sarden, makarel, remis, kerang.
Kelompok 2: Kandungan purin sedang (9-100 mg purin/100gr bahan makanan,
dibatasi maksimal 50-75 ( 1-1 ½ ptg) terdiri dari: daging, ikan
atau unggas, ayam, udang, kacang kering dan hasil olahan
asparagus, bayam, daun singkong, daun dan biji melinjo.
Kelompok 3: Kandungan purin rendah (dapat diabaikan) dapat dimakan setiap
hari: nasi, ubi, singkong, jagung, roti, mie, bihun, tepung beras,
cake, kue kering, puding, susu, keju, telur, lemak dan minyak,
gula, buah-buahan (kecuali sayuran dalam kelompok 2)
VII. PENCEGAHAN
Pencegahan yang harus dilakukan dalam mengatasi penyakit rheumatoid adalah:
1. Latihan fisik atau olah raga teratur.
2. Mengurangi beban pada sendi yang sakit.
3. Mengurangi konsumsi makanan yang dapat mencetuskan rheumatik
seperti kacang-kacangan, ikan teri, melinjo, emping, jeroan.
Bila Nyeri Timbul
1. Istirahatkan persendian.
2. Bila nyeri berkurang lakukan aktifitas kembali seperti semula untuk
mencegah kekakuan sendi.
8
3. Jaga supaya sendi selalu hangat di malam hari dengan menggunakan kaos
kaki atau selimut.
4. Minum obat anti sakit dan anti radang.
IX. RAMUAN TRADISIONAL RHEUMATIK DAN CARA
PENGOLAHANNYA
1. Kumis kucing
Cara Mengelolanya:
Seluruh bagian tumbuhan segar secukupnya di cuci bersih lalu ditumbuk
halus. Hasil tumbukan ditempelkan di bagian yang sakit lalu dibalut.
Kumis kucing secukupnya di rebus dengan air bersih beberapa menit
kemudian dalam keadaan hangat-hangat disiramkan sedikit demi sedikit ke
bagian yang sakit.
2. Putri Malu
Cara Mengelolanya:
Akar tanaman sebanyak 154 gram di rendam dalam 500 ml arak putih
selama 2-3 minggu. Ramuan digunakan sebagai obat gosok.
Tanaman putri malu di cuci bersih, lalu rebusan sebanyak 3 gelas
dijadikan 2 gelas kemudian diminum seperti air putih.
3. Sembung
Cara Mengelolanya:
Daun dan batang segar masing-masing 20-30 gr, direbus dengan 6 gelas air
hingga menjadi 3 gelas. Diminum 3x sehari masing-masing 1 gelas.
4. Meniran
Cara Mengelolanya:
Meniran segar dicuci hingga bersih, lalu direbus dengan 2 gelas air hingga
menjadi satu gelas. Air rebusan diminum 1 kali sehari sebanyak 1 gelas selama 1
minggu berturut-turut.
9
5. Daun Pandan
Daun pandan segar sebanyak 5 lembar dan daun serai 20 lembar dicuci lalu
ditumbuk sampai halus. Tambahkan minyak kayu putih dan minyak ganda pura
masing-masing satu sendok makan. Aduk sambil di remas sampai merata.
Ramuan ini digunakan untuk menggosok dan mengurut bagian tubuh yang sakit.
10
ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
(misalnya: mata, jantung, ginjal) tahapan (misal eksaserbasi akut atau remisi) dan
keberadaan bersama bentuk- bentuk artritis lainnya:
a. Aktivitas Istirahat
* Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, kekakuan di pagi hari, biasanya
terjadi secara bilateral dan simetris, limitasi fungsional yang
terpengaruh gaya hidup, waktu senggama, pekerjaan, keletihan.
* Tanda: Mailase, keterbatasan rentang gerak, atropi otot, kulit, kontraktur/
kelainan pada sendi dan otot.
b.Kardiovaskuler
* Gejala: Fenomena Renaoud jari tangan/ kaki misalnya pucat intermiten, sianosis
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
c. Integritas Ego
*Gejala: Faktor-faktor stres akut/ kronis (misalnya: finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan, keputusan dan ketidak
berdayaan/ situasi ketidakmampuan) ancaman pada konsep diri, citra
tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
d. Makanan/ Cairan
* Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan, cairan
adekuat, mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.
* Tanda: Penurunan berat badan, kekeringan pada mukosa.
e Hygiene
*Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi,
ketergantungan orang lain.
11
f. Neuro Sensori
*Gejala: Kebas, kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
* Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
g. Nyeri Kenyamanan
*Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi, rasa nyeri kronis dan kekakuan terutama pada pagi
hari)
h. Keamanan
*Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan dalam rumah tangga,
demam ringan menetap, kekeringan pada mata dan membran mukosa.
i. Interaksi Sosial
*Gejala: Kerusakan interaksi dengan keluarga/ orang lain, perubahan peran,
isolasi.
j. Penyuluhan Pembelajaran
*Gejala: Riwayat pada keluarga (pada awitan remaja), penggunaan makanan
kesehatan, vitamin, riwayat perikarditis, lesi katup, vibrosis pulmonal,
pleuritis.
II. PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Menghilangkan nyeri
2. Meningkatkan mobilisasi
3. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan
keperluan pengobatan.
12
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d inflamasi, kerusakan jaringan dan imobilitas sendi.
2. Keletihan b/d peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, tidur/ istirahat
yang tidak memadai.
3. Kerusakan mobilitas fisik b/d penurunan rentang gerak, kelemahan otot,
nyeri pada saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik.
4. Gangguan istirahat tidur b/d nyeri, keletihan.
5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit b/d kurangnya informasi,
prognosis dan kebutuhan pengobatan
IV. PERENCANAN DAN IMPLEMENTASI
Tujuan pasien termasuk menghilangkan nyeri dan rasa tidak nayaman,
menurunkan keletihan, meningkatkan mobilitas, pencapaian suatu tingkat
kemandirian individu yang optimal untuk aktivitas kehidupan sehari-hari,
meningkatkan aktivitas tidur, meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit
reumatik.
V. INTERVENSI
A. Menghilangkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman
No Intervensi Rasionalisasi
1.
2.
3.
Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanana. Kompres panas atau dinginb. Masase, perubahan posisi,
istirahatc. Beri bantal penyangga, bidaid. Tehnik relaksasi, aktivitas yang
mengalihkan perhatian.
Berikan preparat anti inflamasi analgesik dan anti reumatik yang dianjurkan.
Dorong klien untuk mengatakan perasaannya tentang rasa nyeri yang dirasakan
1. Rasa nyeri responsif terhadap intervensi bukan obat-obatan, seperti perlindungan sendi, latihan fisik, tehnik relaksasi dan bentuk-bentuk terapi suhu.
2. Nyeri pada penyakit rheumatik responsif terhadap pemberian obat- obatan satu macam saja atau kombinasi
3. Pengungkapan dengan kata-kata merupakan tahap yang penting dalam koping
13
4. Jelaskan patofisiologi nyeri rheumatik dan membantu pasien untuk menyadari bahwa rasa nyeri sering membawanya pada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya
4. Pengetahuan tentang nyeri yang tepat dapat membantu pasien untuk menghindari bentuk-bentuk terapi yang tidak aman dan tidak efektif
B. Mengurangi keletihan
No Intervensi Rasionalisasi
1.
2.
3.
4.
Berikan penjelasan tentang keletihana. Hubungan antara aktivitas
penyakit dengan keletihanb. Mengembangkan tindakan rutin
untuk tidur (mandi air hangat dan tehnik relaksasi untuk memudahkan tidur)
Jelaskan cara menggunakan tehnik-tehnik untuk menghemat energi
Atur jadwal aktivitas dan istirahat yang tepat.
Dorong nutrisi yang adekwat termasuk sumber zat besi dari suplemen dan makanan
1. Pemahaman klien tentang keletihan akan mempengaruhi tindakannnya:a. Tingkat keletihan berhubungan
langsung dengan aktivitas penyakit
b. Tindakan rutin yang efektif pada waktu tidur akan memudahkan tidur yang memulihkan kondisi pasien
2. Berbagai tindakan dapat dilakukan untuk menghemat tenaga
3. Istirahat dan aktivitas yang bergantian akan menghemat tenaga sementara sebagian besar produktivitas masih berjalan
4. Diet zat besi dapat membantu melawan keletihan
C. Meningkatkan mobilitas dan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri
No Intervensi Raasionalisasi
1.
2.
3.
Kaji tingkat gangguan mobilitas
Pertahankan istirahat/ tirai baring duduk, jadwalkan aktivitas untuk memberikan periode istirahat dan tidur malam yang tidak terganggu
Bantu rentang gerak aktif/ pasif
1. Menentukan intervensi yang tepat
2. Istirahat sistemik dianjurkan untuk mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan
3. Mempertahankan, meningkatkan fungsi sendi
14
4.
5.
6.
Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri dan berjalan
Modifikasi lingkungan dan berikan lingkungan yang nyaman
Tingkatkan pemakaian alat bantu dan alas kaki yang nyaman
4. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas
5. Menghindari cedera akibat kecelakaan/ jatuh
6. Mempertahankan mobilitas yang optimal
D. Meningkatkan kualitas tidur
No Intervensi Rasionalisasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Identifikasi penyebab masalah tidur
Modifikasi lingkungan misalnya: atur suhu ruangan, menciptakan lingkungan yang tenang, matikan lampu yang tidak perlu
Ajarkan pada keluarga untuk memberikan tindakan kenyamanan seperti gosok pada punggung dengan pijitan ringan
Ajarkan pada klien untuk menghindari minuman yang berkafein, alkohol, menghisap rokok pada saat menjelang tidur
Ajarkan klien untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung magnesium, asam amino triptopan
Anjurkan klien untuk mengkonsumsi karbohidrat kompleks seperti roti, krekes
Anjurkan klien untuk menghindari makanan dengan bumbu
1. Mengkaji lebih lanjut kebutuhan klien
2. Meningkatkan kemampuan untuk tidur
3. Sentuhan terapeutik sangat membantu terutama pada klien dengan stres emosional dan fisik yang bisa mempengaruhi tidur
4. Dapat memicu insomnia, kafein dapat meningkatkan kerja jantung sehingga mengganggu proses tidur
5. Asam amino triptopan membantu pengeluaran serotinin sehingga memudahkan tidur. Fungsi magnesium adalah merileksasikan otot sedangkan kalsium berdampak “Calming Effect” yang menenangkan pikiran
6. Zat gizi tersebut dapat memacu pengeluaran serotinin yaitu neuro transmiter yang merangsang rasa kantuk
7. Gula dan sirup dapat memacu pengeluaran serotinin yaitu neuro
15
menyengat, karbohidrat sederhana (gula, sirup), makanan berpengawet (makanan kaleng, MSG, keju, coklat) sayur seperti bayam, tomat menjelang tidur
taransmiter yang merangsang rasa kantuk, gula dan sirup bersifat meningkatkan gula darah sehingga akan mengganggu tidur, MSG memunculkan reaksi stimulan sedangkan keju, coklat, sayur bayam dan tomat mengandunng piramin yang merangsang keluarnya nor epinefrin.
E. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang kondisi, prognosis
dan kebutuhan pengobatan serta penatalaksanaan diet yang tepat sesuai gaya
hidup yang konsisten
No Intervensi Rasionalisasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kaji pengetahuan klien tentang penyakit, prognosis dan harapan masa yang akan datang
Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet, obat-obatan, latihan dan istirahat
Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas, terintegrasi yang realistis dan manajemen stres
Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen terapi
Rekomendasikan penggunaan aspirin
Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin dan zat besi
1. Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
2. Tujuan kontrol penyakit untuk menekan inflamasi
3. Untuk mengurangi terjadinya/ bertambahnya nyeri akibat stres yang meningkat
4. Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung dari ketepatan dosis
5. Untuk meminimalkan iritasi pada gaster mengurangi resiko perdarahan
6. Meningkatkan perasan sehat dan perbaikan degenerasi jaringan.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddart. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC
2. Bouhman. (2000). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
3. Wim de Jong. ( 2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
4. Sjaifoella Noer. (1999). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 3.
Jakarta: FKUI
5. Sunuta. (2005). Penuntun Diet. Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia
17
FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU
(KELOLAAN)
I. IDENTITAS
Nama : Ny. R
Umur : 60 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Janda
Agama : Islam
Suku : Mandailing
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat rumah : Jl. Brigjen Zein Hamid Gg. Balai Desa,
Lingkungan X Kel.Titi Kuning Kec. Medan Johor
PENANGGUNG JAWAB
Nama : An. I
Alamat : Jl. Brigjen Zein Hamid Gg. Balai Desa,
Lingkungan X Kel.Titi Kuning Kec. Medan Johor
Hubungan : Anak kandung klien
18
II. RIWAYAT KELUARGA
Genogram
Keterangan:
: Klien (Ny. R 60 thn)
Penyakit keturunan :
Dalam keluarga Ny.R tidak dapat diidentifikasi adanya penyakit menular,
tetapi suami Ny.R meninggal akibat penyakit hipertensi dan anaknya nomor dua
meninggal dikarenakan infeksi pada tenggorokan setahun setelah dioperasi
amandel.
III. RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama lansia:
Klien merasa nyeri pada kedua lutut yang dirasakan sejak ± 1 tahun yang
lalu. Klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit rheumatik, namun klien
merasakan terkadang badannya terasa lemah dan mudah lelah setelah menderita
penyakit ini karena sendi lutut, tangan dan pinggang sering terasa ngilu apalagi di
pagi hari setelah bangun tidur dan cuaca yang dingin.
19
Ny. R (60 thn)
: Tinggal serumah
: Laki-laki/ Perempuan
:Laki-laki/ Perempuan meninggal
Penyebab:
Klien tidak tahu pasti apa penyebab dari penyakitnya akan tetapi klien pada
usia mudanya membuka warung makan.
Timbul keluhan secara:
Klien mengatakan keluhan yang dialami timbulnya tidak menentu akan
tetapi keluhan paling sering dialami pada saat cuaca dingin.
Faktor yang memperberat:
Keluhan yang dialami oleh klien akan semakin berat apabila klien berdiri
terlalu lama.
Kemampuan lansia yang dapat dilakukan untuk meringankan penyakitnya:
Klien mengatakan apabila klien mengalami keluhan maka klien tidak
melakukan apa-apa untuk mengatasinya kecuali dengan cara beristirahat.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit parah, akan tetapi klien
pernah jatuh ± 1 tahun yang lalu. Pada saat itu klien berobat ke dokter tetapi
kurang memuaskan akhirnya klien berobat pula ke alternatif. Setelah jatuh klien
mengalami perubahan gaya berjalan.
V. RIWAYAT SEHARI-HARI
Persepsi lansia terhadap sehat sakit :
Klien mengatakan bahwa sehat adalah ketika seseorang terbebas dari
berbagai penyakit dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari, sedangkan sakit
adalah kebalikanya dimana badan terasa tidak enak/ sakit dan tidak bisa
melakukan apa-apa.
Kebiasaan
Klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan yang dapat merugikan
kesehatan, setiap pagi klien jalan-jalan pagi di sekitar rumah.
Pola nutrisi (makan/minum) :
Klien mengatakan pola makannya yaitu 3x sehari (pagi, siang, sore) dengan
komposisi nasi, ikan, dan sayur. Nutrisi diatur oleh anak dan klien sendiri, klien
20
menghabiskan porsi yang sudah dibuat. Klien minum air putih dan biasanya klien
akan minum apabila klien terasa haus.
Pola Istirahat Tidur
Pola tidur klien teratur atau tidak mengalami gangguan setiap harinya, tidur
pukul 21.00 WIB dan bangun pukul 05.00 WIB dan klien mempunyai kebiasaan
tidur siang.
Pola eliminasi (BAB/BAK) :
Klien mengatakan BAB 1x sehari dengan kosistensi keras dan kadang-
kadang klien harus mengedan saat klien BAB tapi kondisi ini tidak pernah
menghambat aktivitas sehari-hari klien. Pola BAK normal 5-6x sehari namun bila
cuaca dingin dan mendung bisa lebih sering dan warna urin kuning jernih tidak
ada kelainan.
Kebiasaan olahraga :
Klien setiap pagi selalu jalan-jalan di sekitar rumah.
Kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari :
Klien masih bisa melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
seperti makan, minum, berpakaian, kebutuhan eliminasi, personal hygiene tanpa
bantuan orang lain. Dengan kata lain skala ketergantungan klien adalah 20
(mandiri). Namun melakukan kegiatan bersih-bersih rumah seperti merendam
baju klien melakukannya dengan lambat dan sangat hati-hati.
Rekreasi
Klien mengatakan saat ini tidak pernah melakukan rekreasi seperti
berkunjung ke tempat-tempat hiburan atau ke tempat-tempat parawisata.
VI. RIWAYAT PSIKOLOGI
Aspek psikologi lansia :
Keadaan emosi klien stabil, klien tampak tenang dan kooperatif saat
berkomunikasi dengan perawat dan menjawab semua pertanyaan dengan jelas,
klien tidak merasa terganggu dengan kehadiran perawat, sebaliknya klien merasa
senang dan terhibur untuk berbagi cerita.
21
VII. RIWAYAT SOSIAL
Klien jarang berkunjung ke rumah saudara-saudara yang lain namun klien
sering di kunjungi oleh anak-anak klien ataupun saudara-saudara yang lain. Klien
lebih sering berjalan-jalan di sekitar rumah saja bergaul dengan tetangga terdekat
namun klien mengenal banyak orang di sekitar daerah rumahnya.
VIII. RIWAYAT SPIRITUAL/KULTURAL
Aspek spiritual/ kultural lansia:
Klien tidak dapat lagi melakukan sholat 5 waktu berhubungan dengan trauma
yang dialami oleh klien yang menyebabkan klien kesulitan dalam merubah posisi
dari duduk ke berdiri atau sebaliknya. Klien juga mengatakan sudah siap
menghadap yang kuasa karena semua anaknya sudah menikah dan klien tidak
pernah bertengkar dengan anak-anaknya. Klien hanya terus berharap setiap
lebaran tiba seluruh keluarganya dapat berkumpul.
IX. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Klien berharap klien tidak akan mendapat masalah selama bergaul dengan
orang-orang di sekitar tempat tinggalnya..
X. PEMERIKSAAN FISIK
A. TANDA VITAL
Keadaan umum : Kondisi klien saat wawancara baik dan sangat
kooperatif. Klien mengenakan pakaian yang bersih
dan sesekali wajah klien tampak sedih ataupun
gembira saat mengingat masa lalunya.
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36,8ºC
Nadi : 71 x/menit
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Pernafasan : Suara nafas vesikuler, frekuensi 21x/menit
Tinggi badan : ±145 cm
Beran badan : ± 40 kg
22
B. KEBERSIHAN PERORANGAN
1. Kepala
Rambut: Rambut klien lurus dan sudah beruban, rambut rapi,
bersih dan tersebar merata.
Mata: Tidak dijumpai tanda-tanda anemis ataupun ikterus,
penglihatan klien masih baik (klien masih mampu membaca
dalam jarak 25 cm), pada kedua bola mata tampak lensa mata
agak keruh, kedua pupil isokor dengan pinggiran pupil berwarna
putih keruh.
Hidung: Bentuk hidung anatomis, lubang hidung simetris
kanan/kiri, tidak ada tanda-tanda perdarahan maupun peradangan,
penciuman klien tidak terganggu, klien masih mengenal bau-
bauan.
Mulut/ tenggorokan: Tidak dijumpai peradangan dan perdarahan
gusi. Gigi seri atas 2 (masing-masing kanan dan kiri) sudah
tanggal dan gigi geraham bawah 2 sudah tanggal (masing-masing
kanan dan kiri).
Telinga : Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada tanda-tanda
perdarahan maupun peradangan, fungsi pendengaran masih baik,
dalam melakukan wawancara tidak perlu suara yang keras. Klien
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
2. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan tidak ada tanda-tanda
peningkatan tekanan vena jugularis, kulit di sekitar leher sudah mulai
mengendur.
3. Dada/thorax
Dada: Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi iga saat bernafas.
Paru-paru: Suara nafas vesikuler dengan frekuensi 21 x/menit,
suara tambahan tidak ada, pola nafas reguler.
Jantung: BJ I dan BJ II normal, tidak ada bunyi jantung
tambahan. Tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 71x/ menit, irama
teratur dan tidak dijumpai adanya edema pada kedua ekstremitas.
23
4. Abdomen
Bentuk soepel, tidak ada tanda-tanda ascites, tidak ada nyeri ulu hati,
peristaltik terdengar, kulit abdomen keriput dan elastisitas kulit
berkurang.
5. Muskuloskeletal (tingkat mobilisasi, paralysis, kiposis, ROM)
Klien mampu melakukan rentang gerak aktif pada kedua ekstremitas
atas kiri dan kanan secara optimal tetapi pada ekstremitas bawah
klien tidak dapat melakukan ROM dengan optimal. Tidak ada
pembengkakan pada kedua ekstremitas kiri dan kanan walaupun klien
merasakan nyeri pada kedua lutut dan kebas-kebas pada kedua jari
tangan. Klien mengatakan nyeri sangat terasa dipagi hari dan bila
udara dingin (skala 5-6). Terdapat kiposis pada tulang belakang.
Tidak terdapat paralisis.
6. Neurologis
N I masih normal dimana klien dapat membedakan bau-bauan yang
diberi seperi minyak angin dan kopi. N II, N III, N IV dan N VI; klien
dapat mengenali angka dalam jarak ± 25 cm dan refleks cahaya
positif. N V: klien dapat menggerakkan bola matanya ke segala arah.
N VII: klien dapat mengangkat alis mata, menggembungkan pipi dan
bersiul. N IX dan X: klien dapat menelan dengan baik tanpa ada rasa
sulit menelan. N VIII dan N XII berfungsi dengan baik. Memori
jangka pendek klien masih baik, memori jangka panjang klien juga
masih baik, klien mampu mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi
di masa lalu.
7. Kulit
Kulit klien tampak keriput, elastisitas berkurang dan terdapat
hiperpigmentasi pada wajah dan leher seperti tahi lalat akibat proses
penuaan.
8. Lain-lain
Reproduksi: Kemampuan vitalitas mulai menurun dan klien tidak
pernah lagi melakukan hubungan seksual setelah suami meninggal.
24
9. Keadaan lingkungan
Lingkungan rumah klien tampak sedikit kotor. Kamar klien
berukuran ± 3x3, tampak tidak beraturan, pakaian-pakaian banyak
yang tergantung. Dalam kamar ada 2 tempat tidur.
XI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosa Medis : Reumathoid Arthritis
Laboratorium : -
XII. RIWAYAT TERAPI
- Antasida, CTM.
- Suplemen zat besi
- Tankwe Gin (obat Cina)
- Untuk obat-obat rematik, data tidak ada lagi karena klien sudah lama
tidak berobat berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi.
ANALISA DATA
No DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
1. DS :
Klien mengatakan nyeri
pada kedua lutut tetapi
tidak tahu apa
penyebabnya.
DO :
Klien bertanya tentang
penyebab dan obat
tradisional untuk
mengatasi penyakitnya.
Reumathoid Arthritis
(rematik)
Kurang informasi
tentang penyakit
Kurang pengetahuan
Kurang
pengetahuan
tentang penyakit
Rheumathoid
Arthritis
25
2. DS :
Klien mengatakan kedua
lututnya sering terasa
nyeri, kedua jari tangan
terasa kebas-kebas
apalagi di pagi hari dan
udara dingin.
Skala nyeri 5-6
DO :
Klien tampak sering
memegang lututnya.
Klien lambat ketika
berjalan.
Tidak ada pembengkakan
pada kedua ekstremitas
klien.
Perubahan yang
berhubungan dengan
proses penuaan
Perubahan
perfusi/aliran darah ke
jaringan dan ekstremitas
berkurang
Kurang/tidak lancarnya
peredaran darah
Kurangnya cairan
sinovial di sendi
Nyeri
Nyeri akut/ kronik
3. DS :
Klien mengatakan sangat
capek di usia yang
semakin tua.
Klien mengatakan bila
banyak berjalan mudah
lelah dan terasa sesak.
DO :
Klien tampak lelah dan
lemah saat diajak jalan-
jalan.
Nafas tersengal-sengal
saat banyak berjalan
Proses penuaan
Penurunan kemampuan fisik
Kelelahan
Kelelahan
26
04 DS: Klien mengatakan
lututnya terasa nyeri bila
terlalu lama berdiri atau
terlalu banyak berjalan
Klien mengatakan bila
terlalu lelah ia segera
duduk istirahat
DO:
Klien tampak lemah
Proses penuaan
Penurunan kemampuan fisik
Kelemahan
Resiko tinggi terjadinya injuri
Resiko tinggi
terjadinya injuri
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. Kurang pengetahuan tentang perawatan Reumathoid arthritis b/d
kurangnya informasi tentang penyakit Reumathoid arthritis d/d Klien
mengatakan nyeri pada kedua lututnya dan tidak tahu apa penyebabnya,
klien bertanya tentang penyebab dan obat tradisional untuk mengatasi
penyakitnya.
2. Nyeri akut/kronik b/d proses penuaan dan perubahan perfusi jaringan dan
ekstremitas berkurang (berkurangnya cairan sinovial di sendi) d/d Klien
mengatakan kedua lututnya sering terasa nyeri, kedua jari tangan terasa
kebas-kebas apalagi di pagi hari dan udara dingin, skala nyeri 5-6, Klien
tampak sering memegang lututnya, klien lambat ketika berjalan, Tidak ada
pembengkakan pada kedua ekstremitas klien.
3. Keletihan b/d penurunan kemampuan fisik d/d klien mengatakan sangat
capek diusia semakin tua, klien mengatakan bila banyak berjalan mudah
lelah dan terasa sesak, nafas tersengal-sengal saat banyak berjalan.
4. Resiko tinggi terjadinya injuri b/d kelemahan d/d klien mengatakan sering
nyeri pada kaki bila terlalu banyak berjalan dan terlalu lama berdiri, klien
mengatakan kalau terlalu lelah ia duduk untuk istirahat dan klien tampak
lemah.
27