PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE · 2014. 2. 28. · Lins dan Warnock (2004) menyatakan...

54
i PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP DISCLOSURE (STUDI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2012) Oleh : SARI WULAN NIM : 232009055 KERTAS KERJA Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013

Transcript of PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE · 2014. 2. 28. · Lins dan Warnock (2004) menyatakan...

  • i

    PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

    TERHADAP DISCLOSURE

    (STUDI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA

    EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2012)

    Oleh :

    SARI WULAN

    NIM : 232009055

    KERTAS KERJA

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

    Guna Memenuhi Sebagian dari

    Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai

    Gelar Sarjana Ekonomi

    FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

    PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2013

  • ii

  • iii

  • iv

    ABSTRACT

    The purpose of this study was to determine the level of IFRS disclosure and voluntary

    disclosure to determine the effect of corporate governance mechanisms that identified as

    managerial ownership, institutional ownership, number of board meetings and the number of

    audit committee meetings on the level of disclosure. This study used profitability, leverage

    and size as a control variable.

    This research uses a sample of bangking companies that are listed in the Indonesia

    Stock Exchange from the 2009-2012 research period. The sample is chosen using a purposive

    sampling method, and 106 companies are used for the sample. Data analysis with classic

    assumtion and hypothesis test is used multiple regression method in SPSS 16.0 software.

    The average level of IFRS disclosure is 73,65% and voluntary disclosure 68,61%,

    with the test results of multiple regression showed that corporate governance mechanisms

    affects the level of IFRS disclosure and voluntary disclosure. Independent variables that

    affect the level of disclosure are number of audit committe meetings. Other variable namely

    are managerial ownership, institutional ownership, number of board meetings, profitability,

    leverage and size do not affect the level of disclosure.

    Keywords: corporate governance mehanisms, IFRS disclosure, voluntary disclosure and

    banking companies

  • v

    SARIPATI

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengungkapan IFRS dan

    pengungkapan sukarela serta mengetahui pengaruh mekanisme corporate governance yang

    diidentifikasi sebagai kepemilikan manajeman, kepemilikan institusi domestik, jumlah rapat

    dewan komisaris dan jumlah rapat komite audit terhadap tingkat pengungkapan. Penelitian ini

    menggunakan profitabilitas, leverage dan size sebagai variabel kontrol.

    Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

    Efek Indonesia dengan periode penelitian 2009-2012. Sampel dipilih menggunakan metode

    purposive sampling dan diperoleh 106 perusahaan yang menjadi sampel. Analisis data

    dengan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis menggunakan metode regresi berganda

    dengan menggunakan program SPSS 16.0.

    Rata-rata tingkat pengungkapan IFRS 73,65% dan pengungkapan sukarela 68,61%,

    serta hasil uji regresi berganda menunjukan bahwa mekanisme corporate governance

    mempengaruhi tingkat pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukrela. Variabel independen

    yang mempengaruhi tingkat pengungkapan adalah jumlah rapat komite audit. Variabel

    lainnya yaitu kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, jumlah rapat dewan

    komisaris, profitabilitas, leverage dan size tidak mempengaruhi tingkat pengungkapan.

    Kata kunci: mekanisme corporate governance, pengungkapan IFRS, pengungkapan sukarela,

    perusahaan perbankan

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu menyertai penulis

    selama proses pembuatan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

    ini guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar sarjana di Fakultas Ekonomika dan Bisnis

    Universitas Kristen Satya Wacana.

    Dalam penulisan skripsi ini penulis meneliti pengaruh mekanisme corporate

    governance terhadap disclosure. Corporate governance adalah seperangkat mekanisme baik

    institusional maupun market based yang mendorong pengendali kepentingan perusahaan

    untuk membuat keputusan yang memaksimalkan nilai perusahaan kepada pemilik (pemasok

    modal). Adanya pengelolaan yang baik terhadap corporate governance yang dimiliki

    perusahaan diharapkan dapat meningkatkan disclosure.

    Penulis menyadari bahwa ada banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh

    karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan

    penelitian yang serupa di kemudian hari. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat

    memberikan manfaat bagi pembaca.

    Salatiga, 19 Juli 2013

    Penulis

  • vii

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Terimakasih sebesar-besarnya penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas

    berkatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Mekanisme Corporate

    Governance Terhadap Disclosure (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI

    tahun 2009-2012)” ini.

    Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan yang sangat

    berati dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih

    yang tulus kepada :

    1. Allah SWT, atas segala Rahmat dan HidayahNya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi.

    2. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, PhD selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan

    Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

    3. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE, MBA selaku Ketua Program Studi Akuntansi

    Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.

    4. Ibu Maria Rio Rita, SE, M.Si selaku wali studi yang telah memberikan

    pengarahan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Kristen

    Satya Wacana.

    5. Ibu Roos Kities Andadari, SE.,MBA.,PhD. selaku dosen pembimbing, yang

    senantiasa meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk membimbing penulis selama

    masa penyusunan skripsi ini.

    6. Seluruh dosen UKSW yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan

    serta seluruh civitas akademika UKSW.

    7. Kedua Orang tua tercinta, Ibu Sunarsih dan Bapak Djati Harmadi atas kasih

    sayang, doa, bimbingan serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

    8. Kakakku tersayang, Wida Wati dan Dwi Aribowo yang telah memberikan doa dan

    dukungan kepada penulis.

    9. Seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan semangat, doa serta

    dukungan kepada penulis.

    10. Teman-teman seperjuangan, Florentina Paula Putri Gany, SE, Diah Intan Pandini,

    SE dan Wisnu Ayona Taranika Nirwana yang telah memberikan dukungan dan

    menjadi patner selama masa-masa kuliah dari semester 1 hingga akhir semester.

  • viii

    11. Sahabat- sahabat saya Harmany Aji Setya, khususnya Elly Febriana yang selalu

    memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

    12. Teman-teman akuntansi angkatan 2009 Fakultas Ekonomika dan Bisnis

    Universitas Kristen Satya Wacana, terima kasih atas segala kebersamaan dan

    pengalaman yang didapat.

    13. Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu

    persatu.

    Akhirnya penulis berharap dan berdoa agar skripsi ini bermanfaat bagi semuanya, dan

    semoga segala budi baik, dan bantuan yang penulis terima selama menyelesaikan skripsi

    mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

    Salatiga, 19 Juli 2013

    Penulis

    Sari Wulan

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

    ABSTRACT ....................................................................................................... iv

    SARIPATI ......................................................................................................... v

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi

    UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................. vii

    DAFTAR ISI...................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii

    PENDAHULUAN...................................................................................... ....... 1

    TELAAH TEORI .............................................................................................. 3

    Mekanisme Corporate Governance ......................................................... 3

    Disclosure.................................................................................................. 4

    Penelitian Terdahulu ............................................................................... 5

    Kerangka Pemikiran ............................................................................... 7

    Hipotesis Penelitian ................................................................................. 8

    METODE PENELITIAN ................................................................................. 10

    Populasi dan Sampel ............................................................................... 10

    Variabel Independen ............................................................................... 10

    Variabel Dependen .................................................................................. 11

    Variabel Kontrol ...................................................................................... 12

  • x

    Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 13

    Teknik Analisis ........................................................................................ 13

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN................................................................... 14

    Deskriptif Data......................................................................................... 14

    Pengujian Data......................................................................................... 16

    Hasil Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 16

    Hasil Uji Hipotesis ................................................................................... 17

    PENUTUP .......................................................................................................... 21

    Kesimpulan ............................................................................................. 21

    Keterbatasan ............................................................................................ 22

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 23

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... 32

    LAMPIRAN....................................................................................................... 33

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Penelitian terdahulu ............................................................................ 5

    Tabel 3.1 Jumlah Sample Penelitian ................................................................... 34

    Tabel 4.1 Statistik Deskriptif IFRS Disclosure Per Tahun ................................. 34

    Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Voluntary Disclosure Per Tahun ......................... 34

    Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel Independen dan Variabel Kontrol ......... 35

    Tabel 4.4 Uji Normalitas IFRS Disclosure ......................................................... 35

    Tabel 4.5 Uji Normalitas Voluntary Disclosure ................................................. 35

    Tabel 4.6 Uji Multikolinearitas IFRS Disclosure ............................................... 36

    Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas Voluntary Disclosure ....................................... 36

    Tabel 4.8 Uji Autokorelasi IFRS Disclosure ...................................................... 36

    Tabel 4.9 Uji Autokorelasi Voluntary Disclosure .............................................. 36

    Tabel 4.10 Uji Heteroskedastisitas IFRS Disclosure .......................................... 37

    Tabel 4.11 Uji Heteroskedastisitas Voluntary Disclosure .................................. 37

    Tabel 4.12 Model Summary IFRSDISC ............................................................. 38

    Tabel 4.13 Anova IFRSDIS ................................................................................ 38

    Tabel 4.14 Model Summary VOLDISC ............................................................. 38

    Tabel 4.15 Anova VOLDISC ............................................................................. 38

    Tabel 4.16 Coefficients IFRSDISC .................................................................... 39

    Tabel 4.17Coefficients VOLDISC...................................................................... 39

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 PSAK Konvergen IFRS.................................................................. 40

    Lampiran 2 Item Pengungkapan Sukarela ......................................................... 40

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 7

  • 1

    PENDAHULUAN

    Beberapa tahun terakhir, pengungkapan dan transparansi dalam laporan keuangan

    menjadi isu penting di Indonesia. Forum for corporate governance in Indonesia (FCGI,

    2006) mempublikasikan sebuah survey yang dilakukan Princewaterhouse and Coopers pada

    tahun 1999 terhadap investor-investor internasional di Asia, yang menunjukkan bahwa

    Indonesia dinilai sebagai salah satu yang terendah dalam bidang standar pengungkapan dan

    transparansi.

    Pengungkapan memberikan implikasi bahwa keterbukaan merupakan basis

    kepercayaan publik terhadap manajemen di dalam sistem korporasi. Dengan kata lain,

    kualitas mekanisme corporate governance seharusnya dapat dilihat dari tingkat keterbukaan

    atau transparansi (Lins dan Warnock, 2004). Pengungkapan adalah cara yang efektif untuk

    mempublikasikan informasi terkait kondisi perusahaan kepada para stakeholder.

    Mulai tahun 2008 Pemerintah Indonesia sebagai anggota The Group of Twenty (G20

    Forum) telah bersepakat untuk melakukan konvergensi PSAK terhadap IFRS secara bertahap.

    IFRS (International Financial Reporting Standard) adalah suatu upaya untuk memperkuat

    arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya

    transparansi informasi keuangan.

    Berbagai perusahaan di Indonesia yang semakin berkembang masih banyak

    menghadapi masalah-masalah yang apabila diamati, penyebabnya adalah lemah dan tidak

    diterapkannya corporate governance dengan baik. Tidak transparannya praktik dan

    pengelolaan suatu perusahaan mengakibatkan otoritas moneter sulit mendeteksi praktik

    kecurangan yang dilakukan oleh pengurus dan pejabat perusahaan (Sitompul, 2006 dalam

    Venny, Rudi, dan Fara, 2011).

    Lins dan Warnock (2004) menyatakan bahwa terdapat dua mekanisme untuk

    menyamakan perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer dalam rangka

    penerapan corporate governance, yaitu mekanisme internal perusahaan dan mekanisme

    eksternal. Mekanisme internal diproksikan dengan kepemilikan manajeman, jumlah rapat

    dewan komisaris dan jumlah rapat komite audit, sedangkan mekanisme eksternal diproksikan

    dengan kepemilikan institusional.

    Penelitian yang dilakukan oleh Clemente dan Lambat (2005) menyebutkan bahwa

    corporate governance mempengaruhi pengungkapan. Dewan komisaris berfungsi untuk

    melakukan pengawasan terhadap manajerial. Menurut Ettredge et al. (2010), dewan

  • 2

    komisaris yang lebih sering mengadakan pertemuan akan meningkatkan kepatuhan

    pengungkapan.

    Komite audit merupakan bagian integral dari corporate governance yang dibebani

    dengan tanggung jawab pelaporan keuangan dan efektivitas sistem pegendalian internal

    (Owolabi dan Dada, 2011). Penelitian yang dilakukan Ettredge et al. (2010) menunjukan

    jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan.

    Salah satu mekanisme corporate governance yang merupakan perwujudan dari

    prinsip transparansi adalah kepemilikan manajerial. Penelitian Nasir dan Abdullah (2004)

    menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap pengungkapan.

    Menurut Shleifer dan Vishny (1996), investor institusional memiliki peran penting dalam

    menciptakan sistem corporate governance yang baik dalam suatu perusahaan. Penelitian

    yang dilakukan Akhtaruddin et al. (2009) pada perusahaan nonfinancial di Malaysia

    menunjukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan

    sukarela.

    Krisis perbankan di Indonesia yang dimulai akhir tahun 1997 bukan semata- mata

    diakibatkan oleh krisis ekonomi, tetapi juga diakibatkan oleh belum dilaksanakannya

    corporate governance. Usaha untuk mengembalikan kepercayaan kepada dunia perbankan

    Indonesia dilakukan melalui penataan kembali dan perbaikan struktur yang dapat mempunyai

    dampak jangka panjang dan mendasar apabila disertai tiga tindakan penting lainnya, yaitu :

    ketaatan terhadap prinsip kehati-hatian, pelaksanaan corporate governance dan pengawasan

    yang efektif dari otoritas pengawas bank (Zarkasyi, 2008).

    Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009-2012. Maraknya pembobolan pada

    perusahaan perbankan akhir-akhir ini (kasus Citibank dan Bank Mega), memuat penelitian

    terhadap perbankan menjadi relevan untuk dilakukan. Di era globalisasi sekarang ini, produk

    dan aktivitas bank semakin kompleks mengakibatkan resiko yang dihadapi akan semakin

    meningkat. Sementara itu penelitian tentang struktur corporate governance terhadap tingkat

    kepatuhan pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela belum banyak dilakukan di

    Indonesia.

    Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa struktur corporate governance yang

    terdiri dari kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi domestik, jumlah rapat dewan

    komisaris dan jumlah rapat komite audit terhadap tingkat pengungkapan IFRS dan

    pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan.

  • 3

    TELAAH TEORI

    Mekanisme Corporate Governance

    Denis dan McConnell (2003) dalam Hapsoro (2007) mendefinisikan corporate

    governance sebagai seperangkat mekanisme baik institusional maupun market based yang

    mendorong pengendali kepentingan perusahaan untuk membuat keputusan yang

    memaksimalkan nilai perusahaan kepada pemilik (pemasok modal). Herwidayatmo (2000)

    mengatakan bahwa elemen dari corporate governance meliputi struktur dan proses yang

    digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan kegiatan perusahaan ke arah

    peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas.

    Efektifitas corporate governance ditentukan oleh bagaimana mekanisme corporate

    governance tersebut bekerja dalam perusahaan (Utami, Suhardjanto dan Hartoko, 2012).

    Sebaiknya apapun suatu struktur corporate governance tetapi jika mekanisme atau prosesnya

    tidak berjalan sebagaimana mestinya maka tujuan akhir melindungi kepentingan pemegang

    saham dan stakeholders tidak akan pernah tercapai (Herwidayatmo, 2000). Oleh karena itu,

    penelitian ini menekankan pada mekanisme corporate governance.

    Beberapa study menunjukan bahwa terdapat dua potensi agency problem yang

    berkaitan dengan kepemilikan. Pertama, agency problem antara manajeman dan pemegang

    saham (Jensen and Meckling, 1976). Kedua, agency problem antara pemegang saham

    mayoritas dan minoritas (Shleifer dan Vishny, 1996). Solusi untuk agency problem tersebut

    cenderung berasal dari kategori, yaitu melalui insentif dan monitoring (Anyta, 2012). Insentif

    tersebut antara lain dengan memberi kepemilikan saham kepada manajer (Jensen dan

    meckling, 1976) dan adanya kepemilikan saham oleh investor institusional untuk monitoring

    (Hapsoro, 2007). Mekanisme lain yang dilakukan dewan komisaris dan komite audit adalah

    dengan melakukan rapat atau pertemuan tetap.

    Kepemilikan manajemen adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang

    secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan (Rustiarini 2011). Manajemen sebagai pihak

    yang mengontrol dan menjalakan perusahaan tidak dapat dipercaya untuk bertindak sebaik

    mungkin bagi kepentingan para pemegang saham yang biasa disebut dengan agency problem

    (Wahyuningtyas dan Nugrahanti, 2011). Dengan adanya kepemilikan saham oleh manajemen

    diharapkan dapat mengurangi agency problem.

    Sedangkan kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pemegang

    saham luar yang merupakan institusi, perusahaan, lembaga asuransi, bank, dan dana pensiun

  • 4

    (Eng dan Mark, 2003). Menurut Mursalim (2007) kepemilikan institusional dapat dijadikan

    upaya mengurangi masalah agensi melalui monitoring terhadap manajemen.

    Forum for Corporate Governance in Indonesia (2002) menyatakan bahwa dewan

    komisaris merupakan inti dari corporate governance yang mengawal pelaksanaan strategis,

    mengawasi manajemen, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dalam rangka

    menjalankan tugasnya, dewan komisaris mengadakan rapat-rapat rutin untuk membahas

    masalah mengenai arah dan strategi perusahaan, mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang

    diambil oleh dewan direksi, dan mengatasi masalah benturan kepentingan (FCGI, 2002).

    Peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi monitoring dari

    implementasi kebijakan direksi. Keberadaan dewan komisaris ditugaskan untuk memastikan

    bahwa direktur dan manajemen perusahaan bekerja dengan baik guna kepentingan pemegang

    saham (Fama, 1980 dalam Prasetyo, 2009). Untuk mendukung efektifitas pelaksanaan

    tugas dan tanggung jawabnya dewan komisaris dibantu oleh komite audit.

    Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan

    tugas pengelolaan perusahaan (BAPEPAM No: kep. 29/PM/2004). Dengan dibentuknya

    komite audit diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi perusahaan. Agar

    tugas dan tanggungjawabnya berjalan dengan baik, komite audit harus rutin mengadakan

    rapat internal.

    Disclosure

    Pengungkapan (disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang

    dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien (Hendikson, Breda,

    (1992) dalam Widiastuti, (2002)). Laporan tahunan merupakan media bagi perusahaan untuk

    menyampaikan informasi perusahaan baik yang berupa kondisi keuangan maupun informasi

    lainnya kepada pemegang saham, kreditur, dan stakeholder lainnya. Menurut Suhardjanto

    (2009), informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat dikelompokkan menjadi

    dua, yaitu pengungkapan wajib yang didasarkan pada ketentuan (mandatory disclosure) dan

    pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary disclosure).

    Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan informasi yang diharuskan oleh

    peraturan yang berlaku, dalam hal ini peraturan yang digunakan adalah IFRS Presentation

    and Disclosure Checklist dari Deloitte. Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan

    pemerintah Indonesia sebagai anggota The Group of Twenty (G20 Forum) di Washington

    DC, 15 November 2008. Tujuan dari kesepakatan ini adalah untuk meningkatkan transparansi

  • 5

    dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan. Selain itu, konvergensi IFRS akan

    meningkatkan arus investasi global melalui keterbandingan laporan keuangan.

    Sedangkan pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi yang dilakukan

    secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku, sehingga

    perusahaan bebas memilih jenis informasi yang akan diungkapkan. Menurut Hadi dan Sabeni

    (2002) suatu perusahaan dalam mengambil keputusan untuk melakukan pengungkapan akan

    memperhatikan manfaat dan biaya yang ditimbulkan. Bila manfaat yang akan diperoleh lebih

    besar dibanding biaya yang dikeluarkan maka perusahaan dengan sukarela mengungkapkan

    informasi. Dengan melakukan pengungkapan sukarela perusahaan dapat meningkatkan

    kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan dan untuk membantu investor dalam memahami

    strategi bisnis perusahaan (Yularto dan Chariri, 2003).

    Penelitian Terdahulu

    Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi sebagai bahan telaah dalam penelitian

    ini seperti tertuang dalam tabel di bawah ini :

    Tabel 2.1

    Telaah Penelitian Sebelumnya

    No Peneliti Tujuan Penelitian Hasil Penelitian

    1. Hossain,

    2008

    a. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui tingkat pengungkapan

    wajib dan pengungkapan sukarela

    dan menganalisis pengaruh Size,

    profitabilitas, komposisi dewan

    komisaris, umur perusahaan,

    kompleksitas bisnis dan leverage

    terhadap tingkat pengungkapan pada

    perusahaan perbankan yang terdaftar

    di India.

    a. Size, profitabilitas dan

    komposisi dewan

    komisaris mempengaruhi

    tingkat pengungkapan.

    b. Sedangkan umur

    perusahaan kompleksitas

    bisnis dan leverage tidak

    berpengaruh terhadap

    tingkat pengungkapan.

    2. Al-Mutawaa

    dan

    Hewaidy,

    2010

    a. Penelitian ini dijalankan dengan

    tujuan untuk mengetahui tingkat

    kepatuhan pengungkapan wajib IFRS

    dan menganalisis pengaruh ukuran

    a. Rerata tingkat kepatuhan

    pengungkapan wajib

    69%.

    b. Ukuran perusahaan dan

  • 6

    perusahaan, profitabilitas, leverage,

    likuiditas, jenis industri, jenis auditor

    dan umur perusahaan terhadap

    tingkat pengungkapan wajib pada 48

    perusahaan non-financial di Kuwait.

    b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan kontribusi untuk studi

    empiris sebelumnya dan

    pengembangan praktik

    pengungkapan yang lebih baik.

    jenis industri

    mempengaruhi tingkat

    kepatuhan pengungkapan

    wajib IFRS.

    c. Sedangkan profitabilitas,

    leverage, likuiditas, jenis

    auditor dan umur

    perusahaan tidak

    mempengaruhi tingkat

    kepatuhan pengungkapan

    wajib IFRS.

    3. Utami,

    Suhardjanto,

    Hartoko,

    2012

    a. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui tingkat kepatuhan

    pengungkapan wajib dalam

    konvergensi International Financial

    Reporting Standards (IFRS)

    perusahaan manufaktur yang listing

    di Bursa Efek Indonesia (BEI).

    b. Untuk mengetahui pengaruh

    mekanisme corporate governance

    yang diproksikan oleh kepemilikan

    manajerial, kepemilikan

    institusional, jumlah rapat dewan

    komisaris, dan proporsi komisaris

    independen terhadap tingkat

    kepatuhan pengungkapan wajib.

    a. Kepemilikan manajerial

    dan kepemilikan

    institusional

    mempengaruhi tingkat

    kepatuhan pengungkapan

    wajib IFRS.

    b. Jumlah rapat dewan

    komisaris dan proporsi

    komisaris independen,

    tidak berpengaruh

    terhadap tingkat

    kepatuhan pengungkapan

    wajib IFRS.

    Sari,

    Anugerah,

    Dwiningsih,

    2010

    a. Penelitian ini dijalankan dengan

    tujuan untuk mengetahui dan

    menganalisis pengaruh struktur

    kepemilikan, kualitas audit dan

    ukuran perusahaan terhadap tingkat

    a. Kepemilikan

    Manajemen, kepemilikan

    institusional, dan

    kualitas audit tidak

    berpengaruh terhadap

  • 7

    transparansi informasi pada

    perusahaan 100 perusahaan publik

    terbesar di Indonesia.

    b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

    menambah pemahaman kita tentang

    faktor-faktor yang menyebabkan

    bervariasinya tingkat transparansi

    informasi.

    transparansi informasi.

    b. Ukuran perusahaan dan

    kepemilikan asing

    berpengaruh terhadap

    transparansi informasi.

    Kerangka Pemikiran

    Berdasarkan tinjauan pustaka, maka peneliti mengindikasikan mekanisme corporate

    governance yang diproksikan dengan kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi

    domestik, jumlah rapat dewan komisaris dan jumlah rapat komite audit sebagai variabel

    independen, leverage, profitabilitas dan size sebagai variabel kontrol serta pengungkapan

    IFRS dan pengungkapan sukarela sebagai dependen. Adapun model kerangka pemikiran

    penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Pengungkapan Sukarela

    Kepemilikan Manajeman

    Kepemilikan Institusi Domestik

    Jumlah Rapat Dewan Komisaris

    Jumlah rapat Komite Audit

    Leverage

    Profitabilitas

    Size

    Pengungkapan IFRS

    Variabel Independen

    Variabel Dependen

    Variabel Kontrol

    Gambar 1

  • 8

    Hipotesis Penelitian

    Pengaruh Kepemilikan Manajemen Terhadap Pengungkapan

    Kepemilikan oleh manajemen dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan

    kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen and Meckling, 1976).

    Nasir dan Abdullah (2004) di Malaysia menemukan bahwa kepemilikan manajerial

    berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan wajib IFRS. Menurut Al-Fayoumi et al.

    (2010), manajer yang memiliki saham perusahaan mempunyai insentif lebih besar untuk

    memaksimalkan kinerjanya, diantaranya kepatuhan terhadap pengungkapan yang

    disyaratkan.

    Selain itu, struktur modal dengan kepemilikan majerial tinggi akan menurunkan biaya

    keagenan dan meningkatkan pengungkapan sukarela. Menurut Hongxia dan Qi (2008)

    perusahaan dengan tingkat kepemilikan manajemen yang tinggi memiliki tingkat

    pengungkapan sukarela yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikembangkan

    hipotesis:

    H1: Kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan IFRS.

    H2: Kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela.

    Pengaruh Kepemilikan Institusi Domestik Terhadap Pengungkapan

    Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengurangi insentif para

    manajer yang mementingkan diri sendiri melalui proses monitoring secara efektif sehingga

    akan mempengaruhi tingkat pengungkapan Boediono (2005). Penelitian yang dilakukan

    Rouf dan Al-harun (2011), menemukan pengaruh positif antara kepemilikan institusional dan

    pengungkapan sukarela, sehingga diharapkan dengan adanya kepemilikan institusional yang

    besar akan membuat tingkat pengungkapan semakin banyak.

    Pengawasan yang tinggi dari pihak luar terhadap manajeman akan menuntut

    perusahaan untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas. Prayogi (2003) dalam Rawi

    (2008) menyatakan bahwa semakin besar presentase kepemilikan saham institusi maka

    semakin luas perusahaan melakukan pengungkapan sukarela dalam laporan keuangan.

    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikembangkan hipotesis:

    H3: Kepemilikan insititusi berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan IFRS.

    H4: Kepemilikan insititusi berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela.

  • 9

    Pengaruh Jumlah Rapat Dewan Komisaris Terhadap Pengungkapan

    Rapat dewan komisaris merupakan media komunikasi dan koordinasi diantara

    anggota-anggota dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas

    manajeman. Dalam rapat akan membahas masalah mengenai arah dan strategi perusahaan,

    evaluasi kebijakan yang telah diambil atau dilakukan oleh manajeman, dan mengatasi

    masalah benturan kepentingan (FCGI, 2002). Semakin tingginya frekuensi rapat dewan

    komisaris dalam suatu perusahaan maka perusahaan tersebut diharapkan melakukan lebih

    banyak pengungkapan sukarela, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya

    withholding information (penahanan informasi) oleh manajeman (Suta dan Laksito, 2012).

    Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Xie et al. (2003) dalam

    Ratnasari (2010) yang menemukan bahwa semakin sering dewan komisaris megadakan rapat,

    maka fungsi pengawasan semakin efektif sehingga pengungkapan sukarela yang dilakukan

    perusahaan akan semakin luas. Ettredge et al. (2010) juga menemukan bahwa dewan

    komisaris yang lebih sering mengadakan pertemuan akan meningkatkan kepatuhan

    pengungkapan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikembangkan hipotesis:

    H5: Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan IFRS.

    H6: Jumlah rapat dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan

    sukarela.

    Pengaruh Jumlah Rapat Komite Audit Terhadap Pengungkapan

    Rapat komite audit merupakan koordinasi antara anggota-anggotanya agar dapat

    menjalankan tugas secara efektif dalam hal pengawasan laporan keuangan, pengendalian

    internal, dan pelaksanaan GCG perusahaan. Dengan semakin sering mengadakan rapat, maka

    koordinasi komite audit akan semakin baik sehingga dapat melaksanakan pengawasan

    terhadap manajeman dengan lebih efektif dan diharapkan dapat mendukung peningkatan

    pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan.

    Penelitian Putri (2009) dalam Waryanto (2011) menemukan adanya hubungan antara

    jumlah pertemuan komite audit berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan informasi

    laba perusahaan. Hal ini berarti, semakin sering komite audit mengadakan rapat maka

    pengungkapan yang dilakukan perusahaan akan semakin transparan. Ettredge et al. (2010)

    dan Allegrini dan Greco (2011) menyebutkan bahwa frekuensi rapat komite audit

    berpengaruh positif terhadap pengungkapan. Semakin sering diadakan rapat komite audit

  • 10

    diharapkan meningkatkan pengungkapan IFRS dan sukarela. Berdasarkan uraian di atas maka

    dikembangkan hipotesis:

    H7: Jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan IFRS.

    H8: Jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap tingkat pengungkapan sukarela.

    METODE PENELITIAN

    Populasi dan Sample

    Populasi dan sample dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar

    pada Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012. Jumlah populasi tahun 2009-2012 masing-

    masing berjumlah 32 perusahaan. Teknik pengambilan sample dilakukan secara purposive

    sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sample yang representative sesuai dengan

    kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan yaitu perusahaan perbankan

    tersebut terdaftar di BEI tahun 2009-2012, menerbitkan annual report tahun 2009-2012 yang

    dapat memberikan informasi lengkap sesuai dengan variabel yang terdapat dalam penelitian

    ini. Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh sample yang sesuai sebanyak 106 (empat tahun).

    Insert Tabel 3.1

    Variabel Independen

    a. Kepemilikan manajerial

    Kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan persentase jumlah saham yang

    dimiliki direksi dan dewan komisaris dari seluruh modal saham perusahaan yang

    beredar (Rustriarini, 2010) dan (Huangfang dan Jianguo, 2007).

    b. Kepemilikan Institusional Domestik

    Kepemilikan institusional dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indikator

    persentase jumlah saham yang dimiliki institusi (institusi, perusahaan, lembaga

    asuransi, dana pensiun) dari seluruh modal saham yang beredar (Suhardjanto, 2012)

    dan (Baroko, 2007).

    c. Jumlah Rapat Dewan Komisaris

    Jumlah rapat dewan komisaris independen merupakan rapat yang dilakukan suatu

    perusahaan selama satu tahun (Corporate Governance Guidelines, 2007). Indikator

    yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan Etteredge et al (2010) serta

  • 11

    Allegrini dan Greco (2011) yaitu jumlah rapat yang dilakukan oleh dewan komisaris

    dalam satu tahun.

    d. Jumlah Rapat Komite Audit

    Indikator dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Permatasari (2010) dan

    Allegrini dan Greco (2011), yaitu jumlah rapat komite audit yang dilaksanakan dalam

    satu tahun.

    Variabel Dependen

    a. Tingkat kepatuhan pengungkapan IFRS

    Variabel dependen pertama dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan

    pengungkapan IFRS. Identifikasi item pengungkapan menggunakan Deloitte IFRS

    Presentation and Disclosure Checklist (Al-Mutawaa dan Hewaidy, 2010). Item-item

    yang dipilih dari checklist ini disesuaikan dengan PSAK yang berlaku di Indonesia,

    wajib diterapkan untuk periode 2009-2012, digunakan perusahaan perbankan serta

    lebih memprioritaskan pada informasi yang dibutuhkan investor. Pengungkapan IFRS

    diukur dengan menggunakan teknik scoring, yakni jika item tersebut dapat diterapkan

    dalam perusahaan dan diungkapkan diberi skor 1 dan jika tidak diungkapkan diberi

    skor 0. Persamaan yang digunakan untuk menghitung tingkat kepatuhan

    pengungkapan IFRS ini adalah:

    IFRSDISCAX = X 100%

    IFRSISCAX menunjukan kor kepatuhan pengungkapan IFRS industri perbankan A

    pada tahun X, mDISCAX menunjukan jumlah item yang diungkapkan industri

    perbankan A pada tahun X, dan mMAXBYA menunjukan nilai maksimum yang

    mungkin dicapai industri perbanka A pada tahun X.

    b. Tingkat kepatuhan pengungkapan sukarela

    Variabel dependen kedua dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan

    pengungkapan sukarela. Identifikasi item pengungkapan sukarela yang dipilih dan

    dikembangkan berdasarkan literatur Khomsiyah (2005), Lokman et al. (2009) dan

    Hossain (2008). Pengungkapan sukarela diukur dengan menggunakan teknik scoring,

    yakni jika item tersebut dapat diterapkan dalam perusahaan dan diungkapkan diberi

    skor 1 dan jika tidak diungkapkan diberi skor 0. Skor yang diperoleh setiap

  • 12

    perusahaan dijumlahkan untuk mendapatkan skor total. Persamaan yang digunakan

    untuk menghitung tingkat kepatuhan pengungkapan sukarela ini adalah:

    VOLDISCAX = X 100%

    VOLDISCAX menunjukan skor kepatuhan pengungkapan sukarela industri perbankan

    A pada tahun X, vDISCAX menunjukan jumlah item yang diungkapkan industri

    perbankan A pada tahun X dan vMAXBYAX menunjukan nilai maksimum yang

    mungkin dicapai industri perbankan A pada tahun X.

    Variabel Kontrol

    Tujuan penggunaan variabel kontrol ini untuk mengendalikan pengaruh faktor-faktor

    yang mungkin dapat mengacaukan analisis.

    a. Leverage

    Leverage menunjukan seberapa besar ekuitas yang tersedia untuk memberikan

    jaminan terhadap hutang. Hutang di sini meliputi hutang lancar dan hutang jangka

    panjang. Penggunaan hutang yang berhasil akan meningkatkan pendapatan

    perusahaan atau meningkatkan ekuitas perusahaan (Munawir, 2001). Semakin besar

    leverage menunjukkan besarnya risiko dalam pembayaran hutang perusahaan,

    sehingga akan semakin sempit dalam pengungkapan laporan keuangan. Sebaliknya,

    semakin kecil leverage menunjukkan rendahnya tingkat hutang perusahaan, maka

    akan semakin luas dalam pengungkapan laporan keuangan. Indikator yang digunakan

    dalam penelitian ini sesuai dengan Suhardjanto dan Miranti (2009), Enache dan

    Parbonetti (2011) yaitu menggunakan rasio hutang terhadap modal sendiri.

    b. Profitabilitas

    Tingkat profitabilitas bertujuan untuk mengukur efisiensi aktivitas perusahaan dan

    kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Untuk mengukur

    profitabilitas perusahaan, penelitian saat ini menggunakan Return on Asset. Rasio ini

    menggambarkan bahwa laba bersih yang dapat dicapai setiap total asset perusahaan

    (Munawir, 2001). Semakin besar profitabilitas maka akan semakin luas dalam

    pengungkapan laporan keuangan. Sebaliknya, semakin kecil profitabilitas maka akan

    semakin sempit dalam pengungkapan laporan keuangan. Indikator yang digunakan

    dalam penelitian ini sesuai dengan Primastuti dan Achmad (2012), Enache dan

  • 13

    Parbonetti (2011) yang dihitung dengan membandingkan laba bersih dengan total

    aset.

    c. Size

    Perusahaan besar berkemungkinan memperoleh keuntungan-keuntungan dengan

    mengungkapkan informasi yang memadai dalam laporan tahunan, misalnya

    kemudahan untuk memasarkan saham dan kemudahan memperoleh dana dari pasar

    modal. Sedangkan perusahaan kecil umumnya sulit untuk mendapatkan dana dari

    pasar modal, mengingat pembatasan ukurn aset bila terjun ke bursa, sehingga

    perusahaan kecil tidak dapat menukmati keuntungan dari pengungkapan informsi

    yang memadai. Indikator yang digunakan dalam penelitia ini sesuai dengan Utama

    (2012), Enache dan Parbonetti (2011) yaitu log natural total aktiva perusahaan.

    Variabel leverage, profitabilitas dan size merupakan variabel yang paling sering

    digunakan untuk menjelaskan mengenai variasi pengungkapan dalam laporan tahunan. Hal

    ini dapat dilihat dari berbagai penelitian empiris yang telah dilakukan menunjukan

    bahwa pengaruh total aktiva sebagai cermin atas ukuran perusahaan hampir selalu konsisten

    dan secara statistik signifikan. Sedangkan profitabilitas dapat dilihat dari semakin tinggi

    tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasinya. Variabel

    leverage menunjukkan bahwa semakin rendah rasio leverage yang dimiliki perusahaan

    semakin baik kondisinya. Hal-hal yang disebutkan di atas merupakan alasan yang

    melatarbelakangi penggunaan ketiganya sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini.

    Jenis dan Sumber Data

    Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yang

    diambil dari laporan tahunan perusahaan perbankan yang listing di BEI pada tahun 2009-

    2012 yang diperoleh situs www.idx.co.id.

    Teknik Analisis

    Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan statistik deskriptif, uji

    asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan dengan menggunakan bantuan

    program SPSS. Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

    autokorelasi dan uji heterokedastisitas. Persamaan regresi berganda untuk pengujian hipotesis

    dalam penelitian ini adalah:

    http://www.idx.co.id/

  • 14

    a. IFRSDISC = β0 + β1 KEPMAN + β2 KEPINS + β3 RPTDWN + β4 RPTAUD +

    β5 LEV + β6 PROF + β7 SIZE + e

    b. VOLDISC = β0 + β1 KEPMAN + β2 KEPINS + β3 RPTDWN + β4 RPTAUD +

    β5 LEV + β6 PROF + β7 SIZE + e

    Dimana:

    IFRSDISC : IFRS Disclosure

    VOLDISC : Voluntary Disclosure

    KEPMAN : Kepemilikan Manajemen

    KEPINS : Kepemilikan Institusional Domestik

    RPTDWN : Jumlah Rapat Dewan Komisaris

    RPTAUD : Jumlah Rapat Komite Audit

    LEV : Leverage

    PROF : Profitabilitas

    SIZE : Ukuran Perusahaan

    β0 : Konstan

    β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi

    e : error

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    Deskriptif Data

    Tabel menggambarkan hasil perhitungan statistik deskriptif variabel dependen tingkat

    kepatuhan IFRS disclosure

    Insert Tabel 4.1

    Hasil statistik deskriptif menunjukan bahwa rerata kepatuhan pengungkapan sebelum

    full IFRS sebesar 72,468%, sedangkan setelah full IFRS sebesar 77,225%. Hal tersebut

    mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan rerata pengungkapan, akan tetapi tingkat

    pengungkapan wajib pada perusahaan perbankan di Indonesia belum sesuai dengan yang

    disyaratkan, mengingat perusahaan wajib mengungkapkan 100,00%.

  • 15

    Penelitian tingkat pengungkapan di negara maju telah dilakukan oleh Muller et al.

    (2008) di Eropa dan menghasilkan rerata tingkat kepatuhan sebesar 79,40%. Penelitian juga

    dilakukan pada beberapa negara berkembang, antarai lain Mesir dengan rerata sebesar

    55,000% (Dahawy, 2009), Ghana 60,98% (Mensah, 2011), Kuwait 72,00% (Alanezi dan

    Albuloushi, 2011), Kuwait 69,00% (Al-Mutawaa danHewaidy, 2010). Rerata pengungkapan

    IFRS di Indonesia sudah lebih tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya.

    Tingkat pengungkapan paling rendah dilakukan oleh Bank Capital Indonesia, Tbk

    dengan tingkat pengungkapan sebesar 33,33 % pada tahun 2010, karena banyak tidak

    mengungkapkan item yang disyaratkan.

    Tabel menggambarkan hasil perhitungan statistik deskriptif variabel dependen tingkat

    kepatuhan voluntary disclosure

    Insert Tabel 4.2

    Hasil statistik deskriptif menunjukan bahwa rerata kepatuhan pengungkapan sukarel a

    sebesar 68,617%. Utama (2012) menemukan bahwa tingkat pengungkapan sukarela di

    Indonesia 56,10%. Penelitian tingkat pengungkapan sukarela di negara lain telah dilakukan

    oleh Al-Shammri dan Al-Sultan (2010) di Kuwait dan menghasilkan rerata tingkat kepatuhan

    sebesar 19,00%, Malaysia dengan rerata sebesar 31,00% (Ghazali dan Weetman, 2006),

    Saudi Arabian 56,00% (Robertson et al, 2012), Zimbabwe 39,10% (Mangena dan

    Tauringana, 2007), India 25,84% (Hossain, 2008). Rerata pengungkapan wajib di Indonesia

    sudah mengalami peningkatan dan lebih tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya.

    Tingkat pengungkapan paling rendah dilakukan oleh Bank Tabungan negara

    (Persero), Tbk dengan tingkat pengungkapan sebesar 26,09 % pada tahun 2011 dan Bank

    Nusantara Parahyangan, Tbk dengan pengungkapan sebesar 36,96%. Perusahaan tersebut

    memiliki tingkat pengungkapan terendah karena banyak tidak mengungkapkan item yang

    disyaratkan.

    Tabel menunjukan statistik deskriptif variabel independen dan variabel kontrol.

    Insert Tabel 4.3

    Statistik deskriptif variabel independen menghasilkan rerata kepemilikan manajerial

    sebesar 3,28%; rerata kepemilikan institusional 41,36%; rerata jumlah rapat dewan

  • 16

    komisaris sebanyak 12 kali; rerata jumlah rapat komite audit sebanyak 10 kali ; rerata rasio

    laverage sebesar 8,82; rerata profitabilitas sebesar 1,73; dan rerata size sebesar 8,71.

    Pengujian Data

    Hasil Uji Asumsi Klasik

    a. Hasil Uji Normalitas

    Insert Tabel 4.4 dan Tabel 4.5

    Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi, data yang

    diperoleh berdistribusi normal. Dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-

    sminov, data dikatakan berdistribusi normal jika memiliki sig > 5% (Ghozali, 2005).

    Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukan tingkat sig diatas 5% yaitu 27,90%

    untuk uji normalitas satu, dan 93,40% untuk uji normalitas dua. Dengan demikian

    dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.

    b. Hasil Uji Multikolinearitas

    Insert Tabel 4.6 dan Tabel 4.7

    Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

    ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Untuk mengetahui ada tidaknya

    multikolinearitas dalam penelitian ini dilihat dari nilai tolerance value > 0,10 dan

    variance inflation factor (VIF) < 10 (Ghozali, 2005). Berdasarkan uji

    multikolinearitas dengan menggunakan SPSS 1.6 menunjukan bahwa semua nilai

    tolerance dari masing-masing variabel > 0,10 yaitu berkisar antara 0,633 – 0,920 dan

    nilai VIF < 10 yaitu 1,086 – 1,581 untuk uji multikolinearitas satu dan dua. Dengan

    demikian dapat disimpulkan bahwa data terbebas dari multikolinearitas.

    c. Hasil Uji Autokorelasi

    Insert Tabel 4.8 dan Tabel 4.9

    Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier

    ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

    pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Dalam penelitian ini menggunakan uji

    Run Test untuk melakukan uji autokorelasi, data dikatakan tidak ada autokorelasi jika

  • 17

    nilai Asymp.Sig (2-tailed) > 5% (Ghozali, 2005). Berdasarkan hasil uji autokorelasi

    menunjukan bahwa tingkat Asymp.Sig (2-tailde) diatas 5% yaitu 24,2% untuk uji

    autokorelasi satu dan 43,5% untuk uji autokorelasi dua. Dengan demikian dapat

    dinyatakan bahwa data terdapat autokorelasi.

    d. Hasil Uji Heteroskedastisitas

    Insert Tabel 4.10 dan Tabel 4.11

    Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

    regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

    yang lain. J ika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,

    maka disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah

    homoskedastisitas. Untuk mengetahui hal tersebut, dalam penelitian ini menggunakan

    uji glejser. Jika nilai sig > 5% maka disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas.

    Hasil dari uji heteroskedastisitas menunjukan bahwa tingkat signifikan dari masing-

    masing variabel di atas 5% yaitu antara 0,108 - 0,908 untuk uji heteroskedastisitas

    satu dan 0,062 – 0,694 untuk uji heteroskedastisitas dua. Dapat disimpulkan model

    regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.

    Hasil Uji Hipotesis

    Bersadarkan pada tabel 4.12 pengelolaan hasil output SPSS 1.6 menunjukan bahwa

    nilai R Square (R2) sebesar 0,143 dan Adjusted R Square (Adjusted R

    2) sebesar 0,082.

    Berdasarkan nilai Adjusted (R2) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 8,2% variabel

    dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel kontrol, sedangkan sisanya

    91,8% dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

    Pada tabel 4.13 dari uji ANOVA nilai F sebesar 2,335 dengan probabilitas 0,030 (p-

    value

  • 18

    Bersadarkan pada tabel 4.14 pengelolaan hasil output SPSS 1.6 menunjukan bahwa

    nilai R Square (R2) sebesar 0,223 dan Adjusted R Square (Adjuste R

    2) sebesar 0,168.

    Berdasarkan nilai Adjusted (R2) tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 16,8% variabel

    dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan variabel kontrol, sedangkan sisanya

    83,2% dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

    Pada tabel 4.15 dari uji ANOVA nilai F sebesar 4,028 dengan probabilitas 0,001 (p-

    value

  • 19

    mengandung biaya. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan yang sahamnya juga dimiliki oleh

    pihak manajerial cenderung tidak transparan dalam mengungkapkan informasi (Huafang dan

    Jianguo, 2007).

    Pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengungkapan

    Kepemilikan institusional (KEPINS) terhadap IFRS disclosure (IFRSDISC) memiliki

    (p-value 0,421 > 0,050). Sedangkan hasil Kepemilikan institusional (KEPINS) terhadap

    voluntary disclosure (VOLDISC) memiliki p-value (0,406 > 0,050). Nilai ini menunjukan

    bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pengungkapan

    IFRS dan pengungkapan sukarela. Hal ini bertentangan dengan hipotesis ketiga dan keempat

    sehingga hipotesis tersebut ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Matoussi

    dan Chakroun (2008) yang menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara kepemilikan

    saham institusional dengan luas pengungkapan sukarela, karena dengan kepemilikan yang

    tinggi, yang ditunjukkan maka institusi dapat memperoleh informasi tentang perusahaan

    secara langsung dari manajemen karena kepemilikan mayoritasnya dalam perusahaan.

    Hal itu dapat membuat manajemen kurang termotivasi untuk mengungkapkan informasi

    dalam laporan tahunan perusahaan. Sehingga, semakin sedikitnya informasi perusahaan

    yang diungkapkan oleh pihak manajemen perusahaan.

    Selain itu semakin banyak saham perusahaan yang dimiliki pihak institusi, maka

    institusi mempunyai kemampuan untuk melakukan intervensi terhadap jalannya perusahaan

    dan mengatur proses penyusunan laporan keuangan. Akibanya manajer terpaksa melakukan

    tindakan tertentu untuk memenuhi keinginan pihak-pihak tertentu, diantaranya pemilik

    (Buediono, 2005).

    Pengaruh jumlah rapat dewan komisaris terhadap pengungkapan

    Jumlah rapat dewan komisaris (RPTDWN) terhadap IFRS disclosure (IFRSDISC)

    memiliki p-value sebesar 0,749. Sedangkan hasil Jumlah rapat dewan komisaris (RPTDWN)

    terhadap voluntary disclosure (VOLDISC) memiliki p-value sebesar 0,599, dua-duanya

    memiliki p-value lebih besar dari 0,050. Artinya hipotesis kelima dan keenam ditolak.

    Berapapun frekuensi rapat dewan komisaris, tidak akan mempengaruhi luas pengungkapan

    yang disajikan dalam laporan tahunan. Hasil penelitian ini konsisten dengan Mizrawati

    (2009) yang menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara frekuensi pertemuan dewan

  • 20

    komisaris dengan tingkat pengungkapan sukarela. Hal ini terjadi mungkin karena rapat-rapat

    yang dilakukan dewan komisaris kurang efektif dan adanya dominasi suara dari dewan

    komisaris yang mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya sehingga

    mengesampingkan kepentingan perusahaan (Muntoro, 2006).

    Semakin banyak rapat dewan komisaris justru akan kurang efektif bagi perusahaan,

    dikarenakan dewan komisaris akan semakin sulit mendapatkan kesepakatan dalam penentuan

    pengawasan. Persetujuan semua anggota dewan komisaris yang lebih banyak akan semakin

    sulit terlaksana karena adanya keanekaragaman pendapat sehingga dewan komisaris justru

    kurang mampu menekan kebijakan direksi untuk mengungkapkan informasi yang lebih luas.

    Pengaruh jumlah rapat komite audit terhadap pengungkapan

    Jumlah rapat komite audit (RPTAUD) terhadap IFRS disclosure (IFRSDISC)

    memiliki p-value sebesar 0,008 pada tingkat signifikansi 0,050 dan memiliki koefisien positif

    0,380. Sedangkan hasil jumlah rapat komite audit (RPTAUD) terhadap voluntary disclosure

    (VOLDISC) memiliki p-value 0,003 < 0,050 dan memiliki koefisien positif 0,527. Hal ini

    menunjukan hipotesis ketujuh dan kedelapan diterima. Semakin sering komite audit

    mengadakan rapat, maka koordinasi komite audit akan semakin baik sehingga dapat

    melaksanakan pengawasan terhadap manajeman dengan lebih efektif dan diharapkan dapat

    mendukung peningkatan pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Ettredge et al. 2010

    dalam penelitiannya menyebutkan bahwa frekuensi rapat komite audit berpengaruh positif

    terhadap pengungkapan. Semakin sering diadakan rapat komite audit akan meningkatkan

    pengungkapan wajib IFRS dan sukarela.

    Pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan

    Profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Asset (ROA). Profitabilitas (PROF)

    terhadap IFRS disclosure (IFRSDISC) memiliki p-value 0,573 0 > ,050. Sedangkan hasil

    jumlah rapat komite audit (RPTAUD) terhadap voluntary disclosure (VOLDISC) memiliki p-

    value 0,058 > 0,050. Hal ini berarti profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tingkat

    kepatuhan pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela. Hasil penelitian mempunyai

    hasil yang sama dengan penelitian Al-Mutawa dan Hewaidy (2010), Glaum dan Street

    (2003), Ali et al. (2004). Karena adanya budaya yang berkembang di Indonesia, yang menganggap bahwa praktik corporate governance adalah suatu bentuk kepatuhan terhadap

    peraturan dan ketentuan yang berlaku di Indonesia (Mintara, 2008). Menurut perusahaan

  • 21

    yang berusaha menerapkan corporate governance dengan baik akan tetap mengungkapkan

    informasi yang memadai, tidak peduli apakah profitabilitasnya tinggi atau rendah untuk

    memenuhi prinsip-prinsip corporate governance, salah satunya adalah pengungkapan dan

    transparansi.

    Pengaruh leverage terhadap pengungkapan

    Variabel lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah leverage. Laverage

    memiliki p-value 0,891 terhadap IFRS disclosure dan p-value 0,647 terhadap voluntary

    disclosure, sehingga dapat disimpulkan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap

    pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela. Perusahaan dengan tingkat leverage tinggi

    akan mengurangi pengungkapan sukarela untuk menghindari sorotan dari debtholder (

    Suhardjanto dan Wardhani, 2010). Tingkat leverage yang rendah juga tidak mendorong

    pengungkapan wajib yang lebih tinggi. Hal ini karena kreditor (institusi keuangan) tidak

    mengandalkan laporan keuangan, tetapi lebih sering mengakses informasi secara langsung

    (Al-Mutawa dan Hewaidy, 2010)

    Pengaruh size terhadap pengungkapan

    Size sebagai variabel kontrol terakhir memiliki p-value 0,334 terhadap IFRS disclosure dan

    p-value 0,694. Keduanya menunjukkan angka > dari 0,05, artinya size tidak berpengaruh

    terhadap pengungkapan IFRS dan pengungkapan sukarela. Perusahaan yang besar belum

    tentu melakukan pengungkapan yang luas dalam laporan tahunan, karena pertimbangan biaya

    dalam pengungkapan informasi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya

    Akirson dan Ulfani (2009) dalam Utami (2012) yang membuktikan bahwa ukuran perusahaan

    tidak mempunyai pengaruh yang signifukan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan

    tahunan perusahaan.

    PENUTUP

    Kesimpulan

    1. Hasil penelitian menunjukan tingkat pengungkapan IFRS sebesar 73,65%. Sedangkan

    pengungkapan sukarela sebesar 68,61%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat

    kepatuhan pengungkapan wajib di Indonesia masih kurang, mengingat perusahaan

    harus mengungkapkan 100% untuk pengungkapan IFRS.

  • 22

    2. Hasil pengujian hipotesis menunjukan mekanisme corporate governance

    mempengaruhi tingkat kepatuhan pengungkapan IFRS dan sukarela. Variabel

    independen yang mempengaruhi tingkat kepatuhan pengungkapan wajib dan sukarela

    yaitu jumlah rapat komite audit. Variabel independen dan variabel kontrol lainnya tidak

    berpengaruh.

    Keterbatasan

    1. Dasar pengidentifikasian item pengungkapan wajib IFRS dan pengungkapan sukarela

    hanya berfokus pada perusahaan perbankan dan informasi yang dibutuhkan oleh para

    pemegang saham, tidak mencangkup pengungkapan wajib dan pengungkapan sukarela

    secara keseluruhan.

    2. Hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasi untuk jenis perusahaan lain karena tiap

    perusahaan belum tentu mengungkapkan item yang sama.

  • 23

    DAFTAR PUSTAKA

    ____, Bapepam- LK Nomor: Kep-134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan

    Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik.

    ____, Bapepam-LK Nomor Kep-29/PM/2004 nomor IX.1.5 tentang pembentukan dan

    Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. 2004. Jakarta.

    ____, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good

    Corporate Governance bagi Bank Umum.

    ____, 2010. Salinan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

    Keuangan Nomor Kep-554/BL/2010 tentang Perubahan Keputusan Ketua Badan

    Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-06/PM/2000 tentang Perubahan Peraturan

    Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan.

    http://bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/peraturan_pm/index.htm. 13

    September 2011.

    Akhtaruddin, M., M.A.A. Hossain, M. Hossain and L. Yao. 2009. “Corporate Governance

    and Voluntary Disclosure in Corporate Annual Reports of Malaysian Listed

    Firms”. Journal of Applied Management Accounting Research, 7 (1): 1-20.

    Alanezi, F.S. and S.S. Albuloushi. 2011. “Does the Existence of Voluntary Audit Committees

    Really Affect IFRS-Required Disclosure? Kuwaiti Evidance”. International Journal

    of Disclosure and Governance, 8 (2):148-173.

    Al-Fayoumi, N., B. Abuzayed, and D. Alexander. 2010. “Ownership Structure and Earnings

    Management in Emerging Markets: The Case of Jordan”. International Research

    Journal of Finance and Economics, (38): 28-47.

    Ali, M., K. Ahmed, and D. Henry. 2004. “Disclosure compliance with national accounting

    standards by listed companies in South Asia”. Accounting and Business Research, 34

    (3): PP. 183-199.

  • 24

    Allegrini, M. and G. Greco. 2011. “Corporate Boards, Audit Committees and

    Voluntary Disclosure: Evidence From Italian Listed Companies”. Journal

    Management Government, 26: 208-229.

    Al-Mutawaa, A. and A.M. Hewaidy. 2010. “Disclosure Level and Compliance with IFRSs:

    An Empirical Investigation of Kuwaiti Companies”. The International Business

    and Economics Research Journal, 9 (5): 33.

    Al-Shammari, B. and W. Al-Sultan. 2010. “Corporate Governance and Voluntary Disclosure

    in Kuwait”. International Journal of Disclosure and Governance, 7 (3):262-280.

    Anyta, dan M. Siti. 2012. “Voluntary Corporate Governance Disclosure (VCGR) Versi

    Investor dan Determinan VCGR di Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan,

    2 (2): 301-312.

    Arshad, R., Nor, Md, R., and N.A.A. Noruddin,. 2011. “Ownership Structure and Interaction

    Effects of Firm Perfomance on Management Comentary Disclosure”. Journal of

    Global management, 2 (2):124-145.

    Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.2006. Keputusan Ketua Badan

    Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Kep-134/BL/2006tentang

    Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik.

    http://bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/peraturan_pm/index.htm.5 Juni

    2011.

    Barako, D.G. 2007. “Determinants of Voluntary Disclosures in Kenyan Companies Annual

    Reports”. African Journal of Business Management, 1(5): 113-128.

    Boediono, G.S.B. 2005. “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance

    dan Dampak Manajemen Laba Dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Simposium

    Nasional Akuntansi VIII Solo.

    http://bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/peraturan_pm/index.htm.5%20Juni%202011http://bapepam.go.id/pasar_modal/regulasi_pm/peraturan_pm/index.htm.5%20Juni%202011

  • 25

    Clemente, A.G. dan B.N. Labat. 2005.“Corporate Governance Mechanisms and Voluntary

    Disclosure: The Role of Independent Directors in The Boards of Listed Spanish

    Firms”. http://www.ucm.es/centros/cont/descargas/documento16048.pdf. 9 Mei 2011.

    Corporate Governance Guidelines. 2007. http://www.ecgi.org/codes/documents/cg_guidelines

    en.pdf. 15 September 2011.

    Dahawy, K. 2009. “Company Characteristics and Disclosure Level: The Case of

    Egypt”. International Research Journal of Finance and Economics, (34): 194-208.

    Deloitte Touche Tohmatsu. 2009. “International Financial Reporting Standards. Presentation

    and Disclosure Checklist 2009”. http://www.iasplus. com/fs/2009ifrschecklist.pdf. 15

    April 2011.

    Dibiyantoro., 2011. “Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Perusahaan terhadap

    Mandatory Disclosure Financial Statement pada Perusahaan Manufaktur yang

    Terdaftar di BEI”. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi, 1 (2): 174-199.

    Enache, L. and A. Parbonetti. 2012. “Corporate Governance and Product Related Voluntary

    Disclosure. An Analysis of Biotech Firms”. University of Padova, Italy.

    Eng, L.L. dan Y.T. Mak. 2003. “Corporate Governance and Voluntary Disclosure”. Journal

    of Accounting and Public Policy, 22: 325–345.

    Ettredge, M., K. Johnstone, M. Stone and Q. Wang. 2010. “The Effects of Company Size,

    Corporate Governance Quality, and Bad News on Disclosure Compliance”. Review of

    Accounting Studies, Forthcoming: 1-34.

    Fama, E. F., and M. Jensen. 1983. “Separation of ownership and control”. Journal of

    Lawand Economics, 26: 301–325.

    Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2002. “Peran Dewan Komisaris dan

    Komite Audit dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan (corporate governance)”.

    Jakarta.

    http://www.ucm.es/centros/cont/descargas/documento16048.pdf.%209%20Mei%202011

  • 26

    Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2006. How is the Indonesian

    Corporate Governance Condition in Reality?. http://www.fcgi.or.id/corporate-

    governance/articles.html. Diakses 10 Mei 2011.

    Ghazali, N. and P. Weetman. 2006. “Perpetuating traditional influences: Voluntary disclosure

    in Malaysia”. Journal of International Accounting Auditing and Taxation 15(2): 226 –

    248.

    Ghozali, Imam. 2005. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Edisi

    2005”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

    Glaum, M. and D. L. Street. 2003. “Compliance with the disclosure requirements of

    Germany's New Market: IAS versus US GAAP”. Journal of Intemational Financial

    Management and Accounting, 14 (I): PP. 64-\00.

    Hadi, Nor dan A. Sabeni. 2002. “Analisa Faktor-Faktor yang mempengaruhi Luas

    Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan perusahaan Go Publik di Bursa

    Efek Jakarta”.Jurnal Maksi, 1(8).

    Hapsari, I. 2009.“Hubungan Antara Good Corporate Governance dan Transparansi dengan

    Kinerja Perusahaan”. Tidak Dipublikasikan.

    Hapsoro, Dody., 2007.“Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Transparansi : Studi

    Empiris Di Pasar Modal”. Jurnal akuntansi dan Manajemen, 18 (2): 65-85.

    Herwidayatmo. 2000. “Implementasi GCG untuk Perusahaan Publik di Indonesia”.

    Majalah Usahawan Th XXIX, (10): 25-32.

    HongxiaLi and Ainian Qi. 2008. “Impact of Corporate Governance on Voluntary Disclosure

    in Chinese Listed Companies”. Corporate Ownership and Control, 5(2): 360-366.

    Hossain, Mohammed. 2008. “The Extent of Disclosure in Annual Report of Banking

    Companies: The Case of India”. European Journal of Scientific Research, 23(4): 659-

    680.

    http://www.fcgi.or.id/corporate-governance/articles.html.%20Diakses%2010%20Mei%202011http://www.fcgi.or.id/corporate-governance/articles.html.%20Diakses%2010%20Mei%202011

  • 27

    Huafang, X. dan Y. Jianguo. 2007. “Ownership Structure, Board Composition and Corporate

    Voluntary Disclosure: Evidence From Listed Companies in China”. Managerial

    Auditing Journal, 22 (6): 604-619.

    Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency

    Cost and Ownership Structure”. Journal of Financial Economics, (3): 305-360.

    Kartika, Adi., 2009. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan

    Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

    Indonesia”. Kajian Akuntansi, 1 (1):29-47.

    Khomsiyah. 2005. “Analisis Hubungan Indeks dan Struktur Corporate Governance Dengan

    Kualitas Pengungkapan”. Disertasi Doktor Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    Lins, K.V. dan F.E. Warnock. 2004. “Corporate Governance and the Shareholder Base”.

    International Finance Discussion Papers, (816).

    Lokman, N., J. Cotter and J. Mula. 2009. “Corporate Governance Quality, Incentive Factor

    and Voluntary Corporate Governance Disclosure in Annual Reports of Malaysian

    Publicly Listed Companies”. University of Southern Queensland Toowoomba,

    Australia.

    Mangena, M. and V. Tauringana. 2007. “Disclosure, Corporate Governance and Foreign

    Share Ownership on the Zimbabwe Stock Exchange” . Journal of International

    Financial Managemant and Accounting, 18:2.

    Marwata. 2001.”Hubungan Antara Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela

    Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Publik di Indonesia”. Makalah, SNA IV

    Bandung.

    Matoussi, H. and Chakroun, Rida. 2008. “Board Composition, Ownership Structure And

    Voluntary Disclosure In Annual Reports Evidence From Tunisia”. Laboratoire

    Interdisciplinaire De Gestion Universite-Entreprise(LIGUE).

  • 28

    Mensah, B.K.A. 2011. “The Impact Of Adopting International Accounting Standards 1

    (IAS1) in Ghana: The Extent Of Disclosures, and Their Relationship to

    Corporate Characteristics”. Swiss Management Center University Working Paper.

    Mizrawati, Alfathira. 2009. “Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Transparansi Perusahaan

    (Tinjauan dari Agency Theory dan Stewardship Theory)”. Skripsi Program S1,

    Universitas Diponegoro, Semarang.

    Muller, K.A.III, E.J. Riedl dan T. Sellhorn. 2008. “Consequences of Voluntary and

    Mandatory Fair Value Accounting: Evidence Surrounding IFRS Adoption in the EU

    Real Estate Industry”. Harvard Business School Working Paper, 09-033.

    Muntoro, R.K. 2006. “Membangun Dewan Komisaris yang Efektif”. Makalah, Universitas

    Indonesia, Jakarta.

    Mursalin. 2007. “Simultanitas Aktivisme Institusional, Struktur Kepemilikan, Kebijakan

    Deviden dan Utang dalam Mengurangi Konflik Keagenan”. Sinopsium Nasional

    Akuntansi 10, Makasar.

    Nasir, N.M. dan S.N. Abdullah. 2004. “Voluntary Disclosure and Corporate Governance

    among Financially Distressed Firms in Malaysia”.Curtin Business School, 3 (1): 1-39.

    Natalia, T.W., 2012.”Standarisasi, Harmonisasi, dan konvergensi IFRS (International

    Financial Reporting Standart and Practices)”.

    Nurkhin, A., 2010. “Corporate Governance dan Profitabilitas, Pengaruhnya Terhadap

    Pengungkapan CSR Sosial Perusahaan”. Jurnal Dinamika Akuntansi, 2 (1): 46-55.

    Nuryaman., 2009. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Mekanisme

    Corporate Governance terhadap Pengungkapan Sukarela”, Jurnal Akuntansi dan

    Keuangan Indonesia, 6 (2): 89-116.

  • 29

    Owolabi, S. A. dan S.O. Dada. 2011. “Audit Committee: An Instrument of Effective

    Corporate Governance”. European Journal of Economics, Finance and

    Administrative Sciences, 35: 173-183.

    Permatasari, N.I., 2010. “Pengaruh Luas Pengungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan

    Perusahaan Terhadap Reaksi Investor”. Rangkuman Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu

    Ekonomi Perbanas, Surabaya.

    Pramunia, Agy., 2010. “Pengaruh Corporate Governance dan Financial Distressed Terhadap

    Luas prngungkapan”. Skripsi Program S1, Universitas Diponegoro, Semarang.

    Primastuti, S. dan Achmad, T., 2012. “Pengaruh Corporate Governance dan Karakteristik

    Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Informasi Strategis”. Diponegoro Journal

    Of Accounting 1 (2).

    Ratnasari, Y. 2011.”Pengaruh Corporate Governance Terhadap Luas Pengungkapan

    Tanggung Jawab Social Perusahaan di dalam Sustainability Report”. Skripsi Program

    S1, Universitas Diponegoro, Semarang.

    Rawi,. 2008. “Pengaruh Kepemilikan Manajeman, Institusi, dan leverage Terhadap Corporate

    Social Responsibility pada Perusahaan manufaktur yang Listing di Bursa Efek

    Indonesia”. Tesis Universitas Diponegoro Semarang.

    Robertson, J.C., H.A. Al-Angari and S.A. Al-Alsheikh. 2012. “The Impact of Voluntary

    Disclosure on the Mandatory Disclosure of Financial Information: A Study of

    Companies on the Saudi Arabian Stock Exchange”. International Journal of

    Management, 29(1).

    Rouf, A. dan A. Al-Harun. 2011, “Ownership Structure and Voluntary Disclosure in Annual

    Reports of Bangladesh”. Pakistan Journal of Commerce and Social Science, 5 (1),

    129-139.

  • 30

    Rustiarini, Niwayan. 2010. “Pengaruh Corporate Governance pada Hubungn Corporate

    Social Responsibility dan Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi XII.

    Purwokerto.

    Sari, R.N., R. Anugerah dan R. Dwiningsih. 2010. “Pengaruh Struktur Kepemilikan,

    Kualitas Audit dan Ukuran Perusahaan terhadap Transparansi Informasi”. Pekbis

    Jurnal, 2 (3): 326-335.

    Sejjaaka, S. 2003. “Corporate Mandatory Disclosure by Financial Institutions in Uganda”.

    Journal of African Business, 6 (1-2): 1-34.

    Shleifer, A. dan R. Vishny. 1996. “A Survey of Corporate Governance”. National

    Bureau of Economic Research Working Paper 5554.

    Suhardjanto, D. dan L. Miranti. 2009. “Praktik Penerapan Indonesian Environmental

    Reporting Index dan Kaitannya dengan Karakteristik Perusahaan”. Jurnal Akuntansi

    dan Auditing Indonesia, 13 (1): 63-77.

    Suhardjanto, D. dan M. Wardhani. 2010. “Praktik Intellectual Capital Disclosure

    Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Akuntansi dan Auditing

    Indonesia 14 (1): 71–85.

    Suta, A.Y dan Laksito, H. 2012. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas

    Pengungkapan Informasi Sukarela Laporan Tahunan (Studi Empiris Pada Perusahaan

    manufakturing yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010”.

    Diponegoro Journal of Accounting, 1 (1):1-15.

    Utama, C.A. 2012. “Company Disclosure In Indonesia: Corporate Governance Pratice,

    Ownership Structure, Competition and Total Assets”. Asian Journal of Business and

    Acounting, 5(1): 75-108.

  • 31

    Utami, D.W., D. Suhardjanto dan S. Hartoko. 2012. “Investigasi dalam Konversi IFRS di

    Indonesia : Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib dan Kaitannya dengan

    Mekanisme Corporate Governance”. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Venny, F., Z. Rudi dan F. Fara. 2011. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Risk

    Management Disclosure : Studi Survei Industry Perbankan yang Listing di Bursa Efek

    Indonesia Tahun 2008-2010”. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

    Wahyuningtyas, W dan Y.W. Nugrahanti. 2011. “Pengaruh Mekanisme Corporate

    Governance Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Universitas

    Kristen Satya Wacana.

    Waryanto. 2010. “Pengaruh Katakteristik Good Governance (GCG) Terhadap Luas

    Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility di Indonesia”. Skripsi Program S1,

    Universitas Diponegoro, Semarang.

    www.idx.co.id

    Yolanda, A. dan H. Laksito. 2012. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas

    Pengungkapan Informasi Sukarela laporan Tahunan : Studi Empiris Pada Perusahaan

    Manufaktur yang Terdaftar di bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010”. Diponegoro

    Journal Of Accounting 1 (1).

    Yularto, A. dan A. Chariri. 2003. “ Analisis Perbandingan Luas Pengungkapan Sukarela

    dalam Laporan Tahunan Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Sebelum

    Krisis dan Pada Periode Krisis”. Jurnal Maksi 2(1): 35-51.

    Zarkasyi, Wahyudin. 2008. Good Corporate Governance. Bandung : Alfabeta.

  • 32

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Sari Wulan

    Tempat, Tanggal Lahir : Kab.Semarang, 18 Februari 1992

    Alamat : Ujung-ujung Rt 01/02 Kab.Semarang

    Email : [email protected]

    Riwayat Pendidikan

    2009-2013 Program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen

    Satya Wacana (UKSW), Salatiga.

    2006-2009 SMA N 2, Salatiga

    2003-2006 SMP N 9, Salatiga

    1997-2003 SD N 01, Ujung-ujung Kab.Semarang

    Riwayat Kepanitiaan

    Panitia SATGAS Kegiatan “One For All”, 2012

    Panitia PESAKOM “Pesta Rakyat Ekonomi”, 2013

    Riwayat Seminar

    Seminar “Enterpreneurship”, FEB UKSW, 2009.

    Seminar Nasional Akuntansi “Peran Akuntansi Dalam Pemberantasan Korupsi”, Kelompok

    Studi Akuntansi FEB UKSW, 2010.

    Seminar “Prospek Perdagangan Berjangka Komoditi Sebagai Alternatif Investasi”, Kelompok

    Studi Ilmu Pembangunan FEB UKSW, 2011.

    Seminar Nasional Kewirausahaan “Inspire, Instruct, Improved : Other Side Of Business”,

    Kelompok Studi Manajeman FEB UKSW, 2012.

    Seminar “Peran Perbankan dan Sektor Bisnis Dalam Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”, FEB

    UKSW, 2013.

    Seminar “Kontrak Derivatif Komoditi dan Peluang Bisnis Perdagangan Berjangka”, FEB

    UKSW, 2013.

    mailto:[email protected]

  • 33

    LAMPIRAN

  • 34

    Tabel 3.1

    Jumlah Sample Penelitian

    Keterangan Jumlah

    Perusahaan

    Perusahaan Perbankan yang terdaftar 132

    di BEI tahun 2009-

    2012

    Perusahaan yang tidak mempublikasikan (26)

    laporan keuangan dan laporan tahunan

    2009-2012 dengan lengkap

    Jumlah sample yang dipakai dalam 106

    Penelitian

    Tabel 4.1

    Statistik Deskriptif IFRS Disclosure Per Tahun

    Tahun Minimum Maximum Mean Std.Deviation

    2009 41,67 91,67 68,9391 13,40813

    2010 33,33 91,67 70,6903 15,04384

    2011 60,24 93,98 77,7767 7,21677

    2012 67,54 85,09 77,2254 4,74900

    Total 33,33 93,98 73,6579 10,10444

    Tabel 4.2

    Statistik Deskriptif Voluntary Disclosure Per Tahun

    Tahun Minimum Maximum Meann Std.Deviation

    2009 39,13 76,09 61,2650 11,05872

    2010 36,96 89,13 67,3917 13,10770

    2011 26,09 97,83 69,8063 17,44658

    2012 50,00 95,65 76,0086 12,5855

    Total 26,09 97,83 68,6179 13,549625

  • 35

    Tabel 4.3

    Statistik Deskriptif Variabel Independen dan Variabel Kontrol

    Variabel N Minimum Maximum Mean Std.Deviation

    KEPMAN 106 0,00 79,26 3,2819 10,85433

    KEPINS 106 0,00 99,99 41,3637 33,67226

    RPTDWN 106 0,00 57,00 12,8208 13,52021

    RPTAUD 106 0,00 46,00 10,7075 9,28590

    ROA 106 -12,00 5,15 1,7352 2,14603

    LEV 106 -31,53 50,09 8,8216 6,23747

    SIZE 106 5,45 13,28 8,7106 1,77719

    Valid N

    (listwise) 106

    Tabel 4.4

    Uji Normalitas IFRS Disclosure

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Unstandar

    dized

    Residual

    N 106

    Normal

    Parametersa

    Mean .0000000

    Std. Deviation 10.54796

    812

    Most Extreme

    Differences

    Absolute .096

    Positive .049

    Negative -.096

    Kolmogorov-Smirnov Z .991

    Asymp. Sig. (2-tailed) .279

    a. Test distribution is Normal.

    Tabel 4.5

    Uji Normalitas Voluntary Disclosure

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    Unstandar

    dized

    Residual

    N 106

    Normal

    Parametersa

    Mean .0000000

    Std. Deviation 12.85787

    066

    Most Extreme

    Differences

    Absolute .052

    Positive .052

    Negative -.040

    Kolmogorov-Smirnov Z .538

    Asymp. Sig. (2-tailed) .934

    a. Test distribution is Normal.

  • 36

    Tabel 4.6

    Uji Multikolinearitas

    Coefficientsa

    Model

    Collinearity Statistics

    Tolerance VIF

    1 KEPMAN .727 1.376

    KEPINS .864 1.158

    RPTDWN .633 1.581

    RPTAUD .659 1.518

    PROF .811 1.234

    LEVERAGE .750 1.333

    SIZE .920 1.086

    a. Dependent Variable: IFRSDISC

    Tabel 4.7

    Uji Multikolinearitas

    Coefficientsa

    Model

    Collinearity Statistics

    Tolerance VIF

    1 KEPMAN .727 1.376

    KEPINS .864 1.158

    RPTDWN .633 1.581

    RPTAUD .659 1.518

    PROF .811 1.234

    LEVERAGE .750 1.333

    SIZE .920 1.086

    a. Dependent Variable: VOLDISC

    Tabel 4.8

    Uji Autokorelasi

    IFRS Disclosure

    Runs Test

    Unstandardized

    Residual

    Test Valuea .99543

    Cases < Test Value 53

    Cases >= Test Value 53

    Total Cases 106

    Number of Runs 48

    Z -1.171

    Asymp. Sig. (2-tailed) .242

    a. Median

    Tabel 4.9

    Uji Autokorelasi

    Voluntary Disclosure

    Runs Test

    Unstandardized

    Residual

    Test Valuea .00386

    Cases < Test Value 53

    Cases >= Test Value 53

    Total Cases 106

    Number of Runs 50

    Z -.781

    Asymp. Sig. (2-tailed) .435

    a. Median

  • 36

    Tabel 4.10

    Uji Heteroskedastisitas IFRS Disclosure

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) 9.354 3.858 2.424 .017

    KEPMAN .056 .075 .085 .745 .458

    KEPINS -.023 .022 -.107 -1.025 .308

    RPTDWN -.008 .064 -.015 -.124 .901

    RPTAUD -.149 .092 -.194 -1.623 .108

    PROF -.067 .358 -.020 -.187 .852

    LEVERAGE -.015 .128 -.013 -.115 .908

    SIZE .125 .406 .031 .308 .759

    a. Dependent Variable: AbsUnst

    Tabel 4.11

    Uji Heteroskedastisitas Voluntary Disclosure

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) 14.874 4.400 3.380 .001

    KEPMAN -.046 .085 -.061 -.534 .594

    KEPINS -.033 .025 -.137 -1.303 .196

    RPTDWN .117 .073 .195 1.595 .114

    RPTAUD -.198 .105 -.227 -1.890 .062

    PROF .554 .409 .147 1.356 .178

    LEVERAGE -.058 .146 -.044 -.394 .694

    SIZE -.375 .463 -.082 -.810 .420

    a. Dependent Variable: AbsUnsta

  • 37

    Tabel 4.12

    Model Summaryb

    Model R R Square Adjusted R Square

    Std. Error of the

    Estimate

    1 .378a .143 .082 10.91818

    a. Predictors: (Constant), SIZE, KEPINS, RPTAUD, LEVERAGE, PROF, KEPMAN, RPTDWN

    b. Dependent Variable: IFRSDISC

    Tabel 4.13

    ANOVAb

    Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression 1948.412 7 278.345 2.335 .030a

    Residual 11682.261 98 119.207

    Total 13630.673 105

    a. Predictors: (Constant), SIZE, KEPINS, RPTAUD, LEVERAGE, PROF, KEPMAN, RPTDWN

    b. Dependent Variable: IFRSDISC

    Tabel 4.14

    Model Summaryb

    Model R R Square Adjusted R Square

    Std. Error of the

    Estimate

    1 .473a .223 .168 13.30916

    a. Predictors: (Constant), SIZE, KEPINS, RPTAUD, LEVERAGE, PROF, KEPMAN, RPTDWN

    b. Dependent Variable: VOLDISC

    Tabel 4.15

    ANOVAb

    Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

    1 Regression 4994.623 7 713.518 4.028 .001a

    Residual 17359.108 98 177.134

    Total 22353.731 105

    a. Predictors: (Constant), SIZE, KEPINS, RPTAUD, LEVERAGE, PROF, KEPMAN, RPTDWN

    b. Dependent Variable: VOLDISC

  • 38

    Tabel 4.16

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) 65.370 5.936 11.012 .000

    KEPMAN -.133 .115 -.126 -1.152 .252

    KEPINS -.028 .034 -.081 -.808 .421

    RPTDWN .032 .099 .038 .321 .749

    RPTAUD .380 .141 .309 2.686 .008

    PROF .312 .551 .059 .565 .573

    LEVERAGE -.027 .197 -.015 -.138 .891

    SIZE .607 .625 .095 .972 .334

    a. Dependent Variable: IFRSDISC

    Tabel 4.17

    Coefficientsa

    Model

    Unstandardized Coefficients

    Standardized

    Coefficients

    t Sig. B Std. Error Beta

    1 (Constant) 63.465 7.236 8.771 .000

    KEPMAN -.024 .140 -.018 -.174 .863

    KEPINS -.035 .042 -.080 -.835 .406

    RPTDWN .064 .121 .059 .528 .599

    RPTAUD .527 .172 .335 3.058 .003

    PROF 1.291 .672 .190 1.920 .058

    LEVERAGE .111 .240 .047 .460 .647

    SIZE -.300 .762 -.037 -.394 .694

    a. Dependent Variable: VOLDISC

  • 39

    Lampiran 1

    Jumlah PSAK Konvergen IFRS

    No PSAK Ref Issued Effective

    Date Checklist Jumlah

    2 PSAK 16 Aset Tetap IAS 16 2007 01-Jan-08 2009 9

    3 PSAK 30 Sewa IAS 17 2007 01-Jan-08 2009 1

    5 PSAK 26 Biaya Pinjaman IAS 23 2008 01-Jan-10 2009 2

    8 PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan IAS 1 2009 01-Jan-11 2011 38

    9 PSAK 2 Laporan Arus Kas IAS 7 2009 01-Jan-11 2011 4

    11 PSAK 4 Laporan Keuangan Konsolidasi IAS 27 2009 01-Jan-11 2011 1

    dan Laporan Keuangan Tersendiri

    12 PSAK 5 Segmen Operasi IFRS 8 2009 01-Jan-11 2011 3

    13 PSAK 7 Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi IAS 24 2010 01-Jan-11 2011 5

    14 PSAK 8 Peristiwa Setelah Periode Pelaporan IAS 10 2010 01-Jan-11 2011 3

    17 PSAK 19 Aset Takberwujud IAS 38 2010 01-Jan-11 2011 3

    19 PSAK 23 Pendapatan IAS 18 2010 01-Jan-11 2011 2

    20 PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan IAS 8 2009 01-Jan-11 2011 4

    Estimasi Akuntansi dan Kesalahan

    21 PSAK 48 Penurunan Nilai Aset IAS 36 2009 01-Jan-11 2011 2

    22 PSAK 57 Provisi, Liabilitas Kontijensi dan IAS 37 2009 01-Jan-11 2011 5

    Aset Kontijensi

    23 PSAK 58 Aset Tidak Lancar yang Dimiliki

    untuk IFRS 5 2009 01-Jan-11 2011 1

    Dijual dan Operasi yang Dihentikan

    24 PSAK 10 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta

    Asing IAS 21 2009 01-Jan-12 2012 2

    25 PSAK 18 Akuntansi dan Pelaporan Program IAS 26 2010 01-Jan-12 2012 2

    Manfaat Purnakarya

    26 PSAK 24 Imbalan Kerja IAS 19 2010 01-Jan-12 2012 8

    32 PSAK 46 Pajak Penghasilan IAS 12 2010 01-Jan-12 2012 8

    33 PSAK 53 Pembayaran Berbasis Saham IFRS 2 2010 01-Jan-12 2012 3

    34 PSAK 56 Laba Per Saham IAS 33 2010 01-Jan-12 2012 4

    35 PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan IFRS 7 01-Jan-12 2012 3

    Lampiran 2

    Jumlah Pengungkapan Sukarela No Kategori Jumlah

    1 Profil Perusahaan 8

    2 Analisa dan pembahasan

    manajemen 12

    3 Ikhtisar keuangan 5

    4 Ikhtisar saham dan obligasi 3

    5 Informasi sumber daya manusia 3

    6 Good corporate governance 11

    7 Tanggung jawab sosial perusahaan 4