PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS … IRFAN... · 2018. 9. 26. · PENERAPAN ASUHAN...

87
PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS DEMAM TIFOID DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARI Karya Tulis Ilmiah Diajukan Sebagai Salah Satu Persayaratan Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari OLEH MUH. IRFAN SAPUTRA NIM: P0032015036 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2018

Transcript of PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS … IRFAN... · 2018. 9. 26. · PENERAPAN ASUHAN...

  • PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KASUS

    DEMAM TIFOID DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

    DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

    KOTA KENDARI

    Karya Tulis Ilmiah

    Diajukan Sebagai Salah Satu Persayaratan Menyelesaikan Pendidikan

    Program Diploma III Keperawatan

    Politeknik Kesehatan Kendari

    OLEH

    MUH. IRFAN SAPUTRA

    NIM: P0032015036

    KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

    POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

    JURUSAN KEPERAWATAN

    TAHUN 2018

  • ii

  • iii

  • iv

    MOTTO

    Setiap orang punya

    Jatah gagal

    Habiskan jatah

    Gagal mu saat muda

    karya tulis ini kupersembahkan untuk

    alamaterku

    bangsa dan negaraku

    kedua orang tuaku,dan saudara-saudaraku

    doa, nasehat dan keikhlasan kalian

    menunjang keberhasilanku

  • v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    I. IDENTITAS

    1. Nama : Muhammad Irfan Saputra

    2. Tempat/Tanggal Lahir : Kendari/ 20 Mei 1997

    3. Jenis Kelamin : Laki-Laki

    4. Suku/ Bangsa : Moronene/ Indonesia

    5. Agama : Islam

    6. Alamat : Jln. Chairil Anwar Lrg. Durian No.43 Kel. Wua-

    Wua

    II. JENJANG PENDIDIKAN

    1. SD Negeri 5 Baruga, Tamat tahun 2009

    2. SMP Negeri 12 kendari, Tamat tahun 2012

    3. SMK Tunas Husada Kendari, Tamat tahun 2015

    4. Poltekes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan, Tamat tahun 2018

  • vi

    ABSTRAK

    Demam tifoid merupakan penyakit yang masih endemik di indonesia, di

    wilayah kerja RSUD Kota Kendari masih banyak terdapat penderita demam

    tifoid dan korban banyak di derita oleh anak-anak. Berdasarkan data yang

    diperoleh RSUD Kota Kendari didapatkan pada tahun 2015 tercatat data

    penderita tifoid dan paratifoid sejumlah 206 kasus, di tahun 2016 data

    penderita tifoid dan paratifoid sebanyak 198 kasus, sedangkan di tahun 2017

    tercatat jumlah penderita tifoid dan paratifoid meningkat dengan jumlah

    penderita sebanyak 273 kasus dan diantaranya terdapat 73 penderita dengan

    usai 5-14 tahun Tanda dan gejala pada penderita demam tifoid umumnya

    terjadi demam, gangguan saluran pencernaan seperti mual muntah, hilangnya

    nafsu makan serta pada lidah nampak selaput putih yang menutupi

    permukaan lidah. Masalah dalam penelitian ini adalam bagaimana mengatasi

    gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak dengan penyakit demam

    tifoid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat efektivitas dari terapi

    oral care dalam peningkatan nafsu makan anak dengan gangguan

    pemenuhan kebutuhan nutrisi akibat dari penyakit tifoid. Subjuek studi kasus

    ini yakni anak usia sekolah (6-12 tahun) yang menderita demam tifoid

    dengan gejala mual muntah dan penurunan nafsu makan. Hasil studi kasus

    diperoleh dengan diberikannya terapi oral care 2 kali sehari selama 3 hari

    ditemukan hasil bahwa terjadi peningkatan nafsu makan pada anak secara

    perlahan-lahan, hal ini dikarenakan kebersihan mulut yang terjaga sehingga

    adanya rangsangan untuk makan dan merasakan makanan lebih baik

    sehingga asupan menjadi meningkat. Bagi perawat pemberian teapi oral care

    dapa dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan di mana perawat

    terlibat secara aktif dan mandiri dalam kegiatannya.

    Kata kunci : Demam Tifoid, Nutrisi, Asuhan Keperawatan Anak, dan Oral

    Care

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena

    limpahan Rahmat dan Hidayah-nya sehingga penulisan Karya Tulis Ilmiah

    dengan judul “Penerapan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kasus

    Demam Tifoid Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisidi Rumah Sakit

    Umum Daerahkota Kendari Tahun 2018” dapat terselesaikan.

    Proses penyusunan Proposal penelitian ini telah melewati perjalanan

    panjang dalam penyusunanya yang tentunya tidak lepas dari bantuan moril

    dan materil dari pihak lain. Karena itu sepertinya penulis dengan segala

    kerendahan dan keikhlasan hati menyampaikan ucapan terima kasih kepada

    1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.

    2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep,Ns,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

    Politeknik Kesehatan Kendari.

    3. Ibu Hj. Nurjannah, BSc, SPd,M.Kes, selaku pembimbing I dengan penuh

    kesabaran dan keikhlasan membimbing penuh dan membantu penulis sehinggah

    dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

    4. Ibu Reni Deviyanti U, M.Kep,Sp.KMB selaku pembimbing II yang telah

    bersedia mengorbankan waktunya dalam memberikan bimbingan dan saran

    kepada penulis.

    5. Ibu Hj. St. Rachmi Misbah, SKp, M.Kes selaku penguji I, H. Taamu,

    A.Kep,SPd,M.Kes selaku penguji II, Lena Atoy, SST,MPH selaku penguji III

    yang telah memberikan kritik dan saran dalam karya tulis ilmiah ini serta

    seluruh dosen dan staff yang telah mendidik dan membantu penulis selama

    menjalani pendidikan jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kendari.

  • viii

    6. Kepada kedua orang tua saya, ayah saya Joni Rege. ST dan ibu saya Munaisa

    S.Pdi yang selalu menjadi pendorong bagi penulis untuk menyelesaikan karya

    tulis ilmiah ini serta yang selalu mendoakan penulis dan saudara-saudaraku

    7. Spesial untuk Gita S Bahar yang telah memberi dukungan, motivasi dan doa

    sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

    8. Teman-teman saya Arfan Salelu, Eky Pratama, Arif Hasanuddin, Hilya

    Mahzura, Muh.Irfan, Dery Abdi Pratama, Astawan dan teman-teman angkatan

    2015 lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima kasih atas

    dorongan dan motivasinya

    Akhirnya penulis menyadari bahawa Proposal penelitan ini Masih

    jauh dari kata kesempurnaan, maka dari itu saran dan kritik yang sifatnya

    membangun untuk kesempurnaan penulis sangat harapkan atas saran dan

    kritirk, penulis ucapkan banyak terima kasih.

    Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi Pembaca. Amin

    Kendari, Agustus 2018

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i

    HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ..........ii

    HALAMAN PENGESAHAN iii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............. ............................................................. .iv

    MOTTO .................................................. ............................................................. ..v

    ABSTRAK .............................................. ............................................................. vi

    KATA PENGANTAR ............................ ............................................................. vii

    DAFTAR ISI ix

    DAFTAR GAMBAR xi

    DAFTAR TABEL xii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG 1

    B. RUMUSAN MASALAH 5

    C. TUJUAN SUDI KASUS 5

    D. MANFAAT STUDI KASUS 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. KONSEP DASAR DEMAM TIFOID

    1. Pengertian 7

    2. Etilogi 7

    3. Patofisologi 8

    4. Gejala klinis ........................................ ............................................................. 9

    5. Pemeriksaan Penunjang 12

    6. Penatalaksanaan 13

    B. ASUHAN KEPERAWATAN DALAM KEBUTUHAN NUTRISI

    1. Pengakjian kebutuhan nutrisi 14

    2. Diagnosa kebutuhan nutrisi 17

    3. Perencanaan kebutuhan nutrisi 20

    4. Pelaksanaan kebutuhan nutrisi 21

    5. Evaluasi kebutuhan nutrisi 23

    C. ORAL CARE

    1. Pengertian................................................................................................ .... ... 24

    2. Tujuan Oral Care ................................ ................................. .................. ........ 24

    3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Oral Care ..................... .................. ........ 25

    4. Akibat Tidak Dilakukannya Oral Care ................................ .................. ........ 26

    5. Waktu menyikat gigi .......................... ................................. .................. ........ 27

    6. Indikasi ............................................... ................................. .................. ........ 27

    7. Kontraindikasi .................................... ................................. .................. ........ 28

  • x

    8. Prosedur Tindakan ............................. ................................. .................. ........ 28

    D. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID

    1. Pengkajian 29

    2. Diagnosa keperawatan 33

    3. Intervensi keperawatan 33

    4. Implementasi keperawatan 34

    5. Evaluasi 35

    BAB III METODE STUDI KASUS

    A. DESAIN PENELITIAN 36

    B. SUBYEK STUDI KASUS 36

    C. FOKUS STUDI 37

    D. DEFINISI OPERASIONAL 37

    E. TEMPAT DAN WAKTU 40

    F. METODE PENGUMPULAN DATA 41

    G. ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA 42

    H. ETIKA STUDI KASUS 43

    BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

    A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    1. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari ......................................................... ...45

    2. Sarana Gedung ................................................................................................. ...46

    3. Ketenagaan ....................................................................................................... ...47

    4. Visi ................................................................................................................... ...47

    5. Misi .................................................................................................................. ...47

    B. HASIL STUDI KASUS

    1. Pengkajian ........................................................................................................ ...48

    2. Diagnosa keperawatan ..................................................................................... ...56

    3. Intervensi keperawatan .................................................................................... ...56

    4. Implementasi keperawatan ............................................................................... ...57

    5. Evaluasi keperawatan ....................................................................................... ...58

    C. PEMBAHASAN .................................................................................................... ...60

    BAB V KESIMPULAN

    1. Kesimpulan .................................................................................................... ...63

    2. Saran .............................................................................................................. ...64

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 pathway demam tifoid ........................................................................ 9

    Gambar 4.1 genogram keluarga ............................................................................. 49

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 intervensi keperawatan .......................................................................... 31

    Tabel 4.1 indetitas saudara kandung ...................................................................... 49

    Tabel 4.2 konsumsi makan sebelum sakit .............................................................. 52

    Tabel 4.3 konsumsi makan selama sakit ................................................................ 53

    Tabel 4.4 analisi data ............................................................................................. 55

    Tabel 4.5 implementasi keperawatan ..................................................................... 57

    Tabel 4.6 master tabel evaluasi .............................................................................. 59

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Demam tifoid adalah infeksi yang mengancam jiwa yang disebabkan

    oleh bakteri Salmonella Thypi. Hal ini biasanya menyebar melalui makanan dan

    air yang terkonataminasi. Demam tifoid dapat diobati dengan antibiotik meski

    meningkatkan resistensi terhadap berbagai jenis antibiotik yang membuat

    perawatan menjadi lebih rumit. Bahkan sesorang yang pernah menderita

    penyakit ini mungkin masih membawa bakteri tifoid, yang berarti mereka bisa

    menyebarkannya ke orang lain melalui kotorannya. Diperkirakan 11-20 juta

    orang sakit karena tifoid dan 128.000 sampai 161.000 orang meninggal dunia

    setiap tahunnya akibat menderita tifoid. Masyarakat miskin dan kelompok

    rentan termasuk anak-anak beresiko tinggi terserang penyakit tifoid.

    (WHO,2017)

    Saat ini penyakit demam tifoid dapat di jumpai pada negara yang

    sedang berkembang dengan kepadatan penduduk yang tinggi, serta kesehatan

    lingkungan yang tidak memenuhi syarat. Berdasarkan survei kesehatan rumah

    tangga tahun 1985/1986 menunjukkan penderita demam tifoid sebesar 1200 per

    105 penduduk/tahun. Umur penderita penyakit ini di indonesia dilaporkan antara

    3-19 tahun. Angka kejadian pada penyakit ini tidak berbeda antara anak laki-laki

    dan anak prempuan. (T.H. Rampengan, 2008)

    Demam tifoid merupakan penyakit yang masih endemik di Indonesia

    yang pada umumnya menyerang anak-anak usia dini dan remaja. Menurut data

    tahun 2010 profil kesehatan Indonesia tifoid masih menjadi masalah kesehatan

  • 2

    di masyarakat. Diketahui dari 10 macam penyakit terbanyak di rumah sakit

    rawat inap tifoid menduduki peringkat ke- 3 setelah penyakit diare, dengan

    jumlah penderita. Total kasus demam tifoid mencapai 41.081 penderita

    yaitu 19.706 jenis kelamin laki-laki, 21.375 permpuan 274 penderita

    meninggal dunia. Case fatality rate (CFR) demam tifoid pada tahun 2010

    sebesar 0,6%. Indonesia merupakan negara endemik demam tifoid diperkirakan

    terdapat 800 penderita per 100.000 penduduk setiap tahunnya. (Depkes RI,

    2010)

    Angka kejadian kasus demam thypoid di Indonesia diperkirakan rata-

    rata 900.000 kasus pertahun dengan lebih dari 20.000 kematian. Berdasarkan

    Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011 jumlah kejadian demam tifoid dan

    paratifoid di Rumah Sakit adalah 80.850 kasus pada penderita rawat inap

    dan 1.013 diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2012

    penderita demam thypoid dan parathypoid sejumlah 41.081 kasus pada

    penderita rawat inap dan jumlah pasien meninggal dunia sebanyak 276 jiwa.

    (Rois Kurnia Saputra, 2017)

    Pasien di rumah sakit hampir selalu beresiko mengalami kekurangan

    nutrisi karena penyakit yang diderita. Faktor langsung yang mempengaruhi

    terjadinya penurunan status gizi adalah konsusmsi (asupan) makanan dan

    penyakit infeksi. (Erlin Kurnia, 2016; Espasari, 2010).

    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan

    salah satu masalah yang di alami pada penderita typhoid karena S.Typhi masuk

    ke saluran pencernaan lewat minuman dan makanan yang terinfeksi,

  • 3

    meningkatkan asam lambung sehingga terjadi anoreksia (Nurarif & Kusuma,

    2015).

    Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan merupakan suatu

    keadaan ketika induvidu yang tidak puasa, mengalami atau beresiko mengalami

    penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat

    atau metabolisme nutrisi yang tidak adekuat untuk kebutuhan metaboli

    (Carpenito, 2009).

    Tugas perawat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien yakni

    dengan cara memberikan HE (health education), memberikan terapi diet dan

    intervensi perawatan dalam hal ini melakukan perawatan mulut (oral care), yang

    bertujuan untuk mempertahankan kebersihan mulut, memberikan rasa nyaman

    serta meningkatkan nafsu makan klien.

    Usia sekolah (usia 6 sampai 12 tahun), merupakan salah satu masa

    yang mengalami tumbuh kembang yang cepat. Pada usia ini aktifitas fisik terus

    meningkat. Asupan gizi yang baik dari segi kuantitas maupun kualitas

    diperlukan agar tumbuh kembang anak dapat optimal. Pemberian gizi pada usia

    ini biasanya tidak berjalan secara sempurna, karena faktor lingkungan yang

    sangat mempengaruhi prilaku makannya (Nuryanto,2014 dalam Dimas,2017).

    Berdasarkan data laporan tahunan di Dinas Kesehatan Provinsi

    Sulawesi Tenggara tahun 2014 jumlah kejadian demam tifoid adalah 3.828

    kasus sedangkan pada tahun 2015 jumlah kejadian demam tifoid ini adalah

    1.867 kasus, walaupun pada tahun 2015 terjadi penurunan kasus tetapi demam

    tifoid ini masih termasuk penyakit yang sangat tinggi walaupun prevalensi tifoid

  • 4

    tahun 2015 turun angka namun kejadian demam tifoid termasuk dalam 10

    penyakit terbesar di dua tahun terakhir. (Yunita Lestari, 2017)

    Berdasarkan data yang diperoleh RSUD Kota Kendari didapatkan pada

    tahun 2015 tercatat data penderita tifoid dan paratifoid sejumlah 206 kasus, di

    tahun 2016 data penderita tifoid dan paratifoid sebanyak 198 kasus, sedangkan

    di tahun 2017 tercatat jumlah penderita tifoid dan paratifoid meningkat dengan

    jumlah penderita sebanyak 273 kasus dan diantaranya terdapat 73 penderita

    dengan usai 5-14 tahun.(Rekam Medik dan SIRS RSUD Kota Kendari)

    Tifoid salah satu penyakit infeksi akut yang menyerang sistem

    pencernaai disebabkan oleh bakteri salmonella thyphosa. Pada penderita demam

    typhoid tanda dan gejala yang muncul adalah demam lebih dari 7 hari, sakit

    kepala, mual, muntah, kembang, nyeri perut serta disertai pemeriksaan

    penunjang seperti. Masalah tersebut akan menyebabkan penurunan nafsu makan

    sehingga asupan nutrisi tidak adekuat(Lestari, 2016).

    Berdasarkan data-data yang di peroleh di atas maka peneliti tertarik

    untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Asuhan Keperawatan Anak

    Dengan Kasus Demam Tifoid Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di RSUD

    Kota Kendari”.

    B. RUMUSAN MASALAH

    Sesuai latar belakang yang di kemukakan diatas maka masalah dalam

    penelitian ini adalah “Penerapan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Kasus

    Demam Tifoid Dalam Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi”

  • 5

    C. TUJUAN

    a. Tujuan umum

    1. Melaksankan asuhan keperawatan anak dengan kasus demam

    tifoid dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi

    b. Tujuan khusus

    1. Melakukan pengkajian keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

    pada anak dengan kasus demam tifoid

    2. Menegakkan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

    pada anak dengan kasus demam tifoid

    3. Menerapkan intervensi (tindakan) keperawatan pemeberian oral

    care sbelum makan pada anak dengan gangguan pemenuhan

    kebutuhan nutrisi

    4. Melakukan implementasi keperawatan ketidakseimbangan nutrisi

    pada anak dengan kasus demam tifoid

    5. Melakukan evaluasi keperawatan ketidakseimbangan nutrisi pada

    anak dengan kasus demam tifoid

    D. MANFAAT STUDI KASUS

    1. Bagi Peneliti

    Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

    peneliti tentang asuhan keperawatan anak pada klien demam tifoid dalam

    pemenuhan kebutuhan nutrisi di ruang mawar RSUD Kota Kendari.

    2. Bagi pelayanan kesehatan

  • 6

    Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pelayanan

    kesehatan pada anakyang mengalami demam tifoid.

    3. Bagi Masyarakat

    Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat

    khususnya kepada orang tua anak tentang bahaya demam tifoid apabila

    tidak ditangani dengan baik.

    4. Bagi Peneliti Lain

    Sebagai data dasar atau pembanding bagi peneliti lain untuk melakukan

    penelitian selanjutnya.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. KONSEP TEORI DEMAM TIFOID

    1. Pengertian

    Thyphoid abdominalis merupakan penyakit endemis di asia. Thypoid fever

    (demam tifoid) adalah infeksi sistemik yang disebakan salmonella enterica,

    khususnya turunannya yaitu salmonella thypi yang biasanya menyerang saluran

    pencernaan dengan gejala demam lebih dari 1 minggu.(Suratun, 2010)

    Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang terjadi pada saluran

    pencernaan manusia terutama usus halus yang disebabkan oleh bakteri

    salmonella thypi.

    2. Etiologi

    Thypus abdominalis disebabkan oleh salmonella thypi(S.thypi), paratyphi A,

    parathypi B dan parathypi C. Salmonella thypi merupakan basil gram negative,

    berflagel dan tidak berspora, anaerob fakultatif, masuk dalam keluarga

    enterobacterisceae, panjang 1-3 um, dan lebar 0.5-0.7um, berbentuk batang

    single atau berpasangan. Salmonella hidup dengan baik pada suhu 37℃ dan

    dapat hidup pada air steril yang beku dan dingin, air tanah, air laut, dan sebu

    selama berminggu-minggu, dapat hidup berbulan-bulan dalam telur yang

    terkontaminasi dan tiram beku. Parasit ini dapat dimatikan pada suhu 60℃

    selama 15 menit. Hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu.

    S.thypi memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic berupa kompleks

  • 8

    polisakarida), antigen H (flagel), dan antigen Vi. Dalam serum penderita demam

    tifoid akan terbentuk antibody terhadap ketiga macam antigen tersebut.

    3. Patofisologi

    Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan/minuman yang tercemar

    oleh salmonella thypi, sebagian kuman dapat dimusnahkan oeleh HCL lambung

    dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa

    usus kurang baik maka basil salmonella akan menembus sel-sel epitel dan

    selanjutnya ke lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid dan

    kelenjar getah bening mesenterika sehingga kelenjar ini akan mengalami

    hipertropi. Basil tersebut masuk kedalam aliran darah melalui duktus thoracicus

    dan menyebar ke seluruh organ retikuleondotelial tubuh terutama hati, sumsum

    tulang belakang dan limfa melalui sirkulasi portal dari usus. Hati membesar

    (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit plasma dan sel mononuclear, serta

    terdapat nekrosis fokal dan pembesaran limpa (splenomegali). Di organ ini

    kuman S.thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi mengakibatkan

    bakteremia kedua disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise,

    mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskular, gangguan mental dan

    koagulasi), pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di

    sekitar plak peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses

    patologis ini dapat berlangsung hingga ke lapisan otot, serosa usus dan

    mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di reseptor sel

    endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi seperti gangguan

    neuropsikiatrik kardiovaskular, pernapasan dan gangguan organ lainnya. Pada

    minggu pertama penyakit terjadi hyperplasia (pembesaran sel-sel plak peyeri,

  • 9

    disusul minggu kedua terjadi nekrosis dan dalam minggu ketiga ulserasi plak

    peyeri dan selanjutnya dalam minggu keempat penyembuhan ulkus dengan

    meninggalkan sikatriks (jaringan parut).

    Gambar 2.1 pathway demam tifoid

    4. Gejala klinis

    Gejala klinis demam tifoid seringkali tidak khas dan sangat bervariasi yang

    sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Spektrum klinis demam tifoid tidak

    khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas disertai

    diare yang mudah disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat baik

  • 10

    berupa gejala sistemik panas tinggi, gejala septik yang lain, ensefalopati atau

    timbul komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau perdarahan. Hal ini

    mempersulit penegakan diagnosis berdasarkan gambaran klinisnya saja (Sudoyo

    A.W., 2010).

    Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding

    dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari. Setelah masa

    inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan,

    lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.

    Gejala- gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai

    dengan berat, dari asimptomatik hingga gambaran penyakit yang khas disertai

    komplikasi hingga kematian

    (Sudoyo A.W., 2010).

    Demam merupakan keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada

    semua penderita demam tifoid. Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2

    hari menjadi parah dengan gejala yang menyerupai septikemia oleh karena

    Streptococcus atau Pneumococcus daripada S.typhi. Gejala menggigil tidak

    biasa didapatkan pada demam tifoid tetapi pada penderita yang hidup di daerah

    endemis malaria, menggigil lebih mungkin disebabkan oleh malaria (Sudoyo

    A.W., 2010).

    Demam tifoid dan malaria dapat timbul secara bersamaan pada satu

    penderita. Sakit kepala hebat yang menyertai demam tinggi dapat menyerupai

    gejala meningitis, di sisi lain S.typhi juga dapat menembus sawar darah otak dan

    menyebabkan meningitis. Manifestasi gejala mental kadang mendominasi

  • 11

    gambaran klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau koma. Nyeri perut kadang

    tak dapat dibedakan dengan apendisitis. Penderita pada tahap lanjut dapat

    muncul gambaran peritonitis akibat perforasi usus (Sudoyo A.W, 2010).

    Gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

    a. Demam

    Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris

    remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh

    berangsur-angsur meningkatsetiap hari, biasanya menurun pada pagi hari

    dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua,

    penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu

    tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

    b. Gangguan pada saluran pencernaan

    Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah

    (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan

    tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin

    ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa 19

    membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi,

    akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.

    c. Gangguan kesadaran

    Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu

    apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (Sudoyo, A.

    W., 2010)

  • 12

    5. Pemeriksaan penunjang

    a. Pemeriksaan darah tepi

    1) Eritrosit: kemungkinan tendapat anemia terjadi gangguan absorbsi Fe

    di usus halus adanya inflamasi, hambatan pembentukan eritrosit dalam

    sumsum tulang atau adanya perforasi usus

    2) Leucopenia polimorfonuklear (PMN dengan jumlah leukosit antara

    3000 - 4000/𝑚𝑚3, dan jarang terjadi kadar < 3000/𝑚𝑚3. Leukopenia

    terjadi sebagai akibat penghancuran lekosit oleh endtoksin dan

    hilangnya eosinofil dari darah tepi. Namun dapat terjadi lekositosis,

    limfositosis relatif pada hari ke sepuluh demam, peningkatan laju

    endap darah

    3) Trombositopenia, biasanya terjadi pada minggu pertama (depresi

    fungsi sumsum tulang dan limpa).

    b. Pemeriksaan urin, didapatkan proteinuria ringan (< 2 gr/liter) dan lekosit

    dalam urine.

    c. Pemeriksaan tinja, kemungkinan terdapat lendir dan darah karena terjadi

    perdarahan usus dan perforasi. Biakan tinja untuk menemukan salmonella

    dilakukan pada minggu kedua dan ketiga serta biakan urin pada minggu

    ketiga dan keempat.

    d. pemeriksaan pada bakteriologis, diagnosis pasti bila dijumpai kuman

    salmonella pada tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.

  • 13

    e. pemeriksaan serologis yakni aglutinasi antara antigen dan antibodi test widal

    teaksi mulai positif pada. Selain itu tes widal meningkat sampai ke sepuluh

    dan titer akan semakin berakhirnya penyakit.

    f. pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada

    kelainan atau komplikasi akibat demam typhoid.

    6. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan pada pendertia tifoid adalah sebagai berikut :

    a. Bed rest, untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.

    Minimal 7 hari bebas demam/ ± 14 hari. Mobilisasi bertahap, sesuai dengan

    pulihnya kekuatan pasien. Tingkatkan personal hygiene, kebersihan tempat

    pakaian, dan peralatan oleh pasien. Ubah posisi minimal tiap 2 jam untuk

    menurunkan risiko terjadi dekubitus dan pneumonia hipostatik. Defekasi dan

    buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang terjadi obstipasi dan

    retensi urin, isolasi penderita dari desinfeksi pakaian dan ekskreta pasien.

    b. Diet dan terapi penunjang. Diet makanan harus mengandung cukup cairan

    dan tinggi protein, serta rendah serat. Diet bertahap dari mulai bubur saring,

    bubur kasar hingga rasi. Diet tinggi serat akan meningkatkan kerja usus

    sehingga risiko perforasi usus lebih tinggi.

    c. Pemberian antibiotikum, anti radang anti inflamasi, dan anti piretik

    1) Pemberian antibiotika

    a) Amoksisilin 100 mg/kgbb/hari, oral selama 10 hari.

    b) Kotrimoksazol 6 mg/kgbb/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis selama 10

    hari.

    c) Seftriakson 80 mg/kgbb/hari, IV atau IM, sekali sehari selama 5 hari

  • 14

    d) Sefiksim 10 mg/kgbb/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10 hari

    e) Untuk anak usia dini pilihan antibiotika yang utama adalah

    kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi

    pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat.

    2) Anti radang (antiinflamas). Kortikosteroid diberikan pada kasus berat

    dengan gangguan kesadaran. Deksametason 1-3 mg/kgbb/hari IV, dibagi

    3 dosis hingga kesadaran membaik.

    3) Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol.

    4) Antiemetik untuk menurunkan keluhan mual dan muntah pasien.

    B. ASUHAN KEPERAWATAN DALAM KEBUTUHAN NUTRISI

    1. Pengkajian Kebutuhan Nutrisi

    Pengkajian nutrisi merupakan bagian penting dari penilaian kesehatan

    lengkap. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi status nutrisi anak-status

    keseimbangan antara masukan nutrien pada penggunaan atau kebutuhan nutrien.

    Pengkajian nutrisi yang menyeluruh mancakup informasi tentang masukan diet,

    pengkajian klinis terhadap status diet, pengkajian klinis terhadap status nutrisi,

    dan status biokimia. Pengkajian nutrisi merupakan langkah awal yang penting

    dalam asuhan keperawatan dan pelayanan kesehatan preventif. Pengkajian

    nutrisi membantu dalam mengidentifikasi kebiasaaan makan, kesalahpahaman,

    dan gejala-gejala yang dapat memberi petunjuk adanya masalah nutrisi. Pada

    pengkajian nutrisi ada beberapa hal yang perlu di perhatiakan adalah sebagai

    berikut

    a. Pengukuran berat badan

  • 15

    Pengukuran berat badan dipetakan pada grafik pertumbuhan. Berat badan

    normal tetap dalam persentil yang sama dari pengukuran ke pengukuran

    selanjutnya. Peningkatan atau penurunan berat badan yang tiba-tiba harus

    diperhatikan.

    b. Pengukuran tinggi badan

    Pengukuran tiinggi badan anak dapat digambarkan pada suatu

    kurva/grafik sehingga dapat terlihat pola perkembangannya.

    c. Riwayat makanan

    Meliputi informasi atau keterangan tentang pola makanan, tipe makanan

    yang dihindari ataupun diabaikan, makan yang lebih disukai yang dapat

    digunakan untuk membantu merencanakan jenis makan untuk sekarang, dan

    rencana makanan untuk masa selanjutnya.

    d. Kemampuan makan

    Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain

    kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang

    lain.

    e. Pengetahuan tentang nutrisi

    Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah

    penentuan tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.

    f. Pemeriksaan fisik

    Pengkajian fisik atau pemeriksaan fisik adalah proses berkelanjutan yang

    dimulai selama wawancara, terutama dengan menggunakan inspeksi atau

    observasi. Selama pemeriksaaan yang lebih formal, alat-alat untuk perkusi,

  • 16

    palpasi auskultasi ditambahkan untuk menempatkan dan menyaring

    pengkajian sistem tubuh. Pemeriksaan fisik meliputi:

    1) Inspeksi: adalah sederhana, tetapi merupakan tehnik yang

    memerlukan keterampilan terlatih. Inspeksi melibatkan penggunaan

    penglihatan, pendengaran, dan penghidup dalam pengkajian yang

    sistematik pada bayi dan anak.

    2) Palpasi: adalah pengkajian yang dilakukan dengan jari dan telapak

    tangan untuk menentukan suhu, hidrasi, tekstur, bentuk, gerakanj,

    dan area nyeri tekan.

    3) Perkusi: adalah pengkajian yang dilakukan dengan ketukan untuk

    menghasilkan gelombang bunyi, yang ditandai dengan intensitas,

    nada, durasi, dan kualitas.

    4) Auskultasi: merupakan proses mendengarkan bunyi tubuh.

    Pemeriksaan dilakukan dengan menggunkan stetoskop. Stetoskop

    digunakan untuk bunyi dengan nada rendah (sebagai contoh, bunyi

    kardiovaskular), dan diafragma (bagian datar) untuk bunyi dengan

    nada tinggi (sebagai contoh gangguan pada paru-paru dan usus).

    Pemeriksaan fisik terhadap aspek-aspek berikut: rambut yang sehat

    berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak mengalami kebotakan bukan

    karena faktor usia, ; daerah diatas kedua pipih dan bawah kedua mata tidak

    berwarna gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau penonjolan

    pemebuluh darah; daerah bibir tidak kering, pecah-pecah, ataupun

    mengalami pembengkakan; lidah berwarna merah gelap, tidak berwarna

    merah terang, dan tidak ada luka pada permukaannya; gusi tidak bengkak,

  • 17

    tidak mudah berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat serta erat

    tidak tertarik ke bawah sampai di bawah permukaan gigi; gigi tidak

    berlubang dan tidak berwarna; kulit tubuh halus, tidak bersisik, tidak timbul

    bercak kemerahan, atau tidak terjadi pendarahan yang berlebihan; kuku jari

    kuat dan berwarna kemerahan.

    g. Pemeriksaan laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan

    pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb,

    glukosa, elektrolit, dan lain-lain.

    2. Diagnosa Kebutuhan Nutrisi

    Diagnosa keperawatan merupakan suatu pertanyaan yang menggambarkan

    respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual/potensial)

    dari individu atau kelompok tempat anda secara legal mengidentifikasi dan anda

    dapat memberikam intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan untuk

    mengurangi, menyingkirkan, atau mencegah perubahan.

    Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan nutrisi,

    meliputi:

    a. Perubahan nutrsi : kurang dari kebutuhan tubuh

    Definisi:

    Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan

    dimana intakenutrien seseorang kurang untuk mencukupi kebutuhan

    metabolisme.

    Berhubungan dengan:

    1) Ketidakmampuan untuk menelan dan mencerna makanan;

  • 18

    2) Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien;

    3) Peningkatan kebutuhan tubuh karena faktor biologi (nyeri, infeksi

    rongga mulut,kelemahan otot menelan, nyeri mulut karena

    patologi), psikologi (kurang tertarikuntuk makan, cepat kenyang

    setelah makan, ketidakmampuan mencernamakanan), atau faktor

    ekonomi (pendukung kurang makanan);

    4) Kurang informasi, misinformasi, miskonsepsi tentang nutrisi;

    5) Beberapa kondisi: kanker, trauma termal, sepsis, peningkatan

    kebutuhan tubuh.

    Ditandai dengan:

    1) Kehilangan berat badan dengan intake makanan adekuat;

    2) Kehilangan berat badan dengan intake kurang dari yang

    dibutuhkan;

    3) Catatan: berat badan ≥ 20% di bawah ideal memungkinkan

    konsekuensinyaterhadap fungsi tubuh.

    b. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh

    Definisi:

    Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan

    dimana intakenutrien seseorang melebihi kebutuhan metabolisme.

    Berhubungan dengan:

    1) Intake berlebihan berhubungan dengan kebutuhan metabolik

    yang menghasilkan peningkatan berat badan;

    2) Gaya hidup yang menetap yang menurunkan metabolik;

    3) Hipotiroidisme juga menurunkan metabolisme;

  • 19

    4) Intake berlebihan dihubungkan dengan disfungsi pola makan;

    5) Pola makan yang mendukung kenaikan berat badan (pasangan

    makanan sama, konsentrasi intake makanan di malam hari;

    6) Makan di luar (situasi waktu dan sosial), banyak makan karena

    distress emosi.

    Ditandai dengan:

    1) Berat badan 10 – 20% lebih dari ideal;

    2) Trisep skinfold > 15 mm pada laki-laki, dan 25 mm pada wanita.

    c. Perubahan nutrisi: risiko lebih dari kebutuhan tubuh

    Definisi:

    Perubahan nutrisi: risiko lebih dari kebutuhan tubuh terjadi jika

    seseorang berisikomengalami intake nutrien yang melebihi kebutuhan

    metabolisme.

    Berhubungan dengan:

    1) Pengunaan makanan solid sebelum usia 4 – 6 bulan;

    2) Penggunaan makanan untuk kenyamanan atau hadiah;

    3) Pasangan makanan yang sama;

    4) Konsentrasi intake di malam hari;

    5) Makan di luar, atau banyak makan.

    Ditandai dengan:

    1) Obesitas satu atau kedua orang tua;

    2) Transisi pertumbuhan bayi dan anak yang cepat;

    3) Disfungsi pola makan.

  • 20

    d. Kerusakan/gangguan menelan

    Definisi:

    Kerusakan/gangguan menelan adalah mekanisme fungsi menelan

    abnormalberhubungan dengan defisit struktur atau fungsi oral, faring,

    atau esofagus.

    Berhubungan dengan:

    1) Kerusakan neuromuskular: menurun atau tidak adanya gag

    refleks, kekuatan ototmengunyah menurun, kerusakan persepsi,

    paralisis fasial;

    2) Obstruksi mekanik: edema, trakheostomi tube, tumor;

    3) Fatigue;

    4) Kurang semangat;

    5) Rongga oroparing kemerahan akibat infeksi;

    6) Kesadaran berkurang.

    Ditandai dengan:

    1) Sulit menelan (stasis makanan di rongga mulut, batuk, atau

    tercekik;

    2) Aspirasi.

    3. Perencanaan Kebutuhan Nutrisi

    Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,

    mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam

    diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana anda

    mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah efektif dan efisien.

    Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan yang

  • 21

    membutuhkan berbagai pengetahuan dan keterampilan, di antaranya

    pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan dari pasien, nilai dan kepercayaan

    pasien, batasan praktik keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya,

    kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, menulis

    tujuan, serta memilih dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam

    memilih tujuan, menulis instruksi keperawatan, dan bekerja sama dengan tingkat

    kesehatan lain.

    Tujuan merupakan hasil yang ingin diicapai untuk mengatasi masalah

    diagnosi keperawatan. Tujuan yang ditetapkan merupakan perubahan perilaku

    pasien yang diharapkan setelah tindakan keperawatan berhasil dilakukan.

    Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standar evaluasi yang

    merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa

    tujuan telah tercapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan. Kriteria hasil

    merupakan batasan karakteristik atau indikator keberhasilan dari tujuann yang

    telah ditetapka. Selain itu, kriteria hasil berorientasi pada masalah dan

    kemungkinan penyebab dan merujuk pada simtom dan meliputi empat aspek

    yaitu kognitif( pengetahuan), afektif (perubahan status fungsi), psikomotor

    (perilaku), dan perubahan fungsi tubuh.

    Rencana tindakan dilaksanakan setelah menentukan tujuan dan kriteria hasil

    dengan menentukan rencana tindakan yang akan dilaksanakan dalam mengatasi

    masalah pasien dan merupakan desain spesifik untuk membantu pasien dalam

    mencapai tujuan dan kriteria hasil.

    Gangguan kebutuhan nutrisi pada anak yang menderita demam tifoid ini

    dapat disebabkan oleh menurunnya nafsu makan akibat adanya perasaan mual.

  • 22

    Dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi ada beberapa hal yang dilakukan dalam

    penentuan perencanaan, tujuan dan kriteria hasil serta rencana tindakan asuhan

    keperawatan. Seperti meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang salah

    satunya dengan mempertahankan kebersihan mulut (oral hygiene).

    4. Pelaksanaan Kebutuhan Nutrisi

    Pelaksanaan keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai

    tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaaan juga meliputi

    pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan

    sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. Tahap pelaksanaan

    merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan

    berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan.

    Dalam pelaksanaan kebutuhan nutrisi ada beberapa tindakan keperawatan

    yang perlu diketahui yaitu pemberian nutrisi melalui oral, pemberian nutrisi

    melalui pipa penduga/lambung, dan pemberian nutrisi melalui parenteral.

    a. Pemberian nutrisi melalui oral

    Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang

    tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara dengan cara membantu

    memberikan makan/nutrisi melalui oral (mulut), bertujuan memenuhi

    kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera makan pada pasien.

    b. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/lambung

    Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang

    tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu

    menelan dengan cara memberi makan melalui pipa lambung atau pipa

    penduga. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan pasien.

  • 23

    c. Pemberian nutrisi melalui parenteral

    Merupakan pemberian nutrisi berupa cairan infus yang dimasukkan

    ke dalam tubuh melalui darah vena, baik secara sentral (untuk nutrisi

    parenteral total) ataupun vena perifer (untuk nutrisi parenteral parsial).

    Pemberian nutrisi melalui parenteral dilakukan pada psien yang tidak

    bisa makan melalui oral atau pipa nasogastrik dengan tujuan untuk

    menunjang nutrisi enteral yang hanya memenuhi sebagian kebutuhan

    nutrisi harian.

    5. Evaluasi Kebutuhan Nutrisi

    Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan

    perubahan keadan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil

    yang dibuat pada tahap perencanaan. Tahap evaluasi merupakan tahap akhir

    proses keperawatan dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana

    keperawatan tercapai atau tidak. Dalam mengevaluasi perawat harus memiliki

    pengetahuan dan kemampuan untuk memahami respon terhadap intervensi

    keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang

    dicapai, serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada

    kriteria hasil. Tahap evaluasi terdiri atas dua kegiatan, yaitu evaluasi proses dan

    evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan selama proses

    perawatan berlangsung atau menilai respon pasien, sedangkan Evaluasi hasil

    adalah evaluasi yang dilakukan atas target tujuan yang diharapkan.

    Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai

    dengan adanya kemampuan dalam

  • 24

    a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukan dengan adanya kemampuan

    dalam makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang

    dari kebutuhan,

    b. Terpenuhnya kebutuhan nutrisi ditujukan dengan tidak adanya tanda

    kekurangan atau kelebihan berat badan.

    c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditujukan dengan

    adanya proses pencernaan makan yang adekuat.

    C. ORAL CARE

    1. pengertian

    Oral care dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting masalah mulut

    dan gigi bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi.

    Kesadaran menjaga oral hygiene sangat perlu dan merupakan obat pencegah

    terjadinya masalah gigi dan mulut yang paling manjur. Oral care menupakan

    tindakan untuk membensihkan dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi. Oral care

    bertujuan untuk : 1) mencegah penyakit gigi dan mulut;, 2) mencegah penyakit

    yang penularannya melalui mulun, 3) mempertinggi daya tahan tubuh , dan 4)

    memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafu makan(Clark, 2005)

    2. Tujuan Oral care

    a. Agar mulut tetap bersih /'tidak berbau

    b. Mencegah infeksi mulut, bibir dan lidah pecah-pecah stomatitis

    Membantu merangsang nafsu makan

    c. Meningkatkan daya tahan tutuh

    d. Melaksanakan kebenihan perorangan

    e. Merupakan suatu usaha pengobatan.

  • 25

    3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Oral care

    a. Status Sosial Ekonomi

    Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik

    kebersihan yang digunakan. Hal ini berpengaruh terhadap kemampuan

    klien menyediakan bahan-bahan yang penting seperti pasta gigi.

    b. Praktik Sosial

    Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang berhubungan dapat

    mempengaruhi praktek hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak. anak-

    anak mendapatkan praktik oral care dari orang tua mereka.

    c. Pengetahuan

    Pengetahuan yang kurang dapat membuat orang enggan memenuhi kebutuhan

    hygiene pribadi. Pengetahuan tentang oral care dan implikasinya bagi

    kesehatan mempengaruhi praktik oral care. Kendati demikian,

    pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk

    melakukan oral hygiene.

    d. Status Kesehatan

    Klien paralisis atau memiliki restriksi fisik pada tangan mengalami penurunan

    kekuatan tangan atau keterampilan yang diperlukan untuk melakukan

    hygiene mulut

    e. Cacat Jasmani / Mental Bawaan

    Kondisi cacat dan gangguan mental menghambat kemampuan individu untuk

    melakukan perawatan diri secara mandiri.

    4. Akibat Tidak Dilakukannya Oral care

  • 26

    a. Masalah umum

    1) Karries gigi

    Karries gigi merupakan masalah umum pada orang muda, perkembangan

    lubang merupakan proses patologi yang mellibatkan kerusakan email

    gigi dikarenakan kekurangan kalsium.

    2) Penyakit periodontal

    Adalah penyakit jaringan sekitar gigi, seperti peradangan membran pe-

    riodontal.

    3) Plak

    Adalah transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar kepala

    gigi pada margin gusi.

    4) Halitosis

    Merupakan bau napas, hal ini merupakan masalah umum rongga

    mulutakibat hygiene mulut yang buruk, makanan tertentu atau proses

    infeksi. Hygiene mulut yang tepat dapat mengeliminasi bau kecuali

    penyebabnya adalah kondisi sistemik seperti penyakit liver atau diabetes

    5) Keilosis

    Merupakan gangguan bibir retak, tenatama pada sudut mulut. Defisiensi

    vitamin, nafas mulut, dan salivasi yang berlebihan dapat menyebabkan

    keilosis

    b. Masalah mulut lain

    1) Stomatitis

    Kondisi peradangan pada mulut karena kontak dengan pengiritasi,

    defisiensi obat kemoterapi.

  • 27

    2) Glosisitis

    Peradangan lidah hasil karena infeksi atau cidera, seperti luka bakar atau

    gigitan.

    3) Gingivitis

    Peradangan gusi biasanya akibat hygiene vitamin, atau diabetes mellitus.

    Perawatan mulut khusus merupakan keharusan apabila klien memiliki

    masalah oral ini. Perubahan mukosa mulut yang berhubungan dengan

    mudah mengarah kepada malnutrisi

    5. Waktu menyikat gigi

    Gosok gigi dengan teliti sedikitnya dua kali sehari (setelah makan dan waktu

    tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif.

    6. Indikasi

    a. Pada pasien lumpuh

    b. Pada pasien sakit berat

    c. Pada pasien apatis

    d. Pada pasien stomatitis

    e. Pada pasien yang lama tidak menggunakan mulutPada pasien yang tidak

    mampu melakukan perawatan mulut secara mandiri.

    7. Kontraindikasi

    a. Perhatikan perawatan mulut pada pasien yang menderita penyakit diabetes

    dapat beresiko stomatitis ( penyakit yang disebabkan oleh kemoterapi,

    radiasi dan itubasi selang nase gratik)

    b. Luka pada gusi jika terlalu kuat membersihkannya.

  • 28

    8. Prosedur tindakan

    a. Kapas lidi

    b. Sikat gigi dan pasta gigi

    c. Handuk dan tissu

    d. Kom kecil

    e. Bengkok

    f. Gelas dengan air

    g. Perlak

    h. Sarung tangan sekali pakai

    i. masker

    Langkah-langkah tindakan yang dilakukan :

    a. Mengucapkan salam

    b. Memberitahu pasien

    c. Menyiapkan posisi pasien

    d. Mencuci tangan

    e. Menyiapkan alat (alat alat didekatkan)

    f. Memakai sarung tangan dan masker

    g. Meletakkan perlak di bawah dagu pasien

    h. Meletakkan handuk diatas perlak

    i. Meletakkan bengkok di dekat kepaia pasien (mendekati daerah

    j. Menyiapkan sikat gigi dan memberi pasta gigi

    k. Memberikan air kumur kepada pasien

    l. Menyikat gigi pasien mulai dari bagian depan gigi bagian atas lalu bagian

    bawah

  • 29

    m. Menyikat gigi samping kanan (bagian sisi atas dan bawah, bagian dalam

    atas dan bawah, permukaan gigi atas dan bawah )

    n. Menyikat gigi samping kiri (bagian sisi atas dan bawah, bagian dalam atas

    dan bawah, permukaan gigi atas dan bawah)

    o. Menyikat bagian dalam gigi depan atas dan bawah sampai pada langit-langit

    p. Memberikan air kumur pada pasien sampai bersih

    q. Membersihkan bibir dan mulu pesien dengan tissu dan handuk

    r. Mengevaluasi pasien

    s. Membereskan alat-alat

    t. Mengucapkan salam

    u. Mencuci tangan

    v. Mendokumentasikan kegiatan pada catatan perawatan

    D. ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DEMAM TIFOID

    1. Pengkajian

    Pengkajian klien dengan typhoid adalah sebagai berikut

    a. Keluhan utama

    Berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan kurang

    bersemangat serta nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi).

    b. Suhu tubuh.

    Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat

    febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama,

    suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada

    pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu

  • 30

    kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam.Pada minggu ketiga suhu

    berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

    c. Kesadaran.

    Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun hanya dalam kondisi

    apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma, atau gelisah (kecuali

    bila penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).Disamping

    gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan

    anggota gerak dapat ditemukan reseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena

    emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama

    demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia dan epistaksis pada

    anak besar.

    d. Aktivitas istirahat

    Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia akibat diare.

    Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas terkait efek proses

    penyakit.

    e. Sirkulasi

    respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyer),

    kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K) hipotensi, membrane

    mukosa kering, turgor kulit menurun, lidah pecah pecah (akibat kekurangan

    cairan)

    f. Integritas ego

    1) Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tidak berdaya/tidak ada

    harapan, stress terkait dengan pekerjaan atau biaya pengobatan yang

    mahal.

  • 31

    2) Menolak, perhatian menyempit, depresi.

    g. Eliminasi

    1) Tekstur feses bervariasi mulai dari bentuk padat, lunak atau berair.

    Diare berdarah dapat ditemukan, tidak dapat dikontrol atau kram

    (tenesmus). Defekasi berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar

    feses.

    2) Menurunnya bising usus, bunyi peristaltik kadang tidak terdengar,

    oliguria.

    h. Makanan/cairan

    1) Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan, intoleransi terhadap

    makanan/minuman seperti buah segar/sayur, produk susu makan dan

    berlemak

    2) Penurunan lemak subkutan/massa otot, kelemahan, tonus otot dan

    turgor kulit buruk, membran mukosa pucat dan inflamasi rongga

    mulut.

    i. Nyeri/kenyamanan

    1) Nyeri tekan pada kuadran kanan bawah, nyeri mata, foto-fobia.

    2) Nyeri tekan abdomen, distensi abdomen.

    j. Keamanan

    1) Anemia, vaskulitis, arthritis, peningkatan suhu (eksaserbasi akut.

    penglihatan kabur, alergi terhadap makanan/produk susu.

    2) lesi kulit mungkin ada, ankilosa spondilitis, uvetis, konjungtivitis,

    iritis.

    k. interaksi sosial

  • 32

    Gangguan hubungan atau peran terkait hospitalisasi, ketidakmampuan

    aktif dalam kegiatan sosial.

    l. hygiene

    Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri.

    m. Pemeriksaan fisik

    1) Mulut, terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan

    pecah-pecah, lidah tertutup selaput putih kotor, sementara ujung dan

    tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai tremor.

    2) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung. Bisa terjadi

    konstipasi, atau mungkin diare atau normal.

    3) Hati dan limpa membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.

    n. Pemeriksaan laboratorium:

    1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,

    limfositosis relatif, dan aneosinofilia pada permukaan sakit.

    2) Darah untuk kultur dan widal.

    3) Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam

    darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering

    ditemukan dalam urin dan feses

    4) Pemeriksaan widal untuk membuat diagnosa, pemeriksaan yang

    diperlukan ialah titer zat anti terhadap antigen O. Titer yang bernilai

    1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif.

    2. Diagnosa Demam Tifoid Pada Anak

    Diagnosa prioritas yang biasa muncul pada penderita deman tifoid ialah:

  • 33

    a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan intake

    makanan tidak ade kuat

    3. Intervensi keperawatan

    Tabel 2.1

    Intervensi keperawatan pada diagnosa

    Diagnosa

    Keperawatan

    Tujuan dan

    kriteria hasil

    (NOC)

    Intervensi

    Keperawatan

    (NIC)

    Rasional

    Ketidak

    seimbangan nutris

    kurang dari

    kebutuhan tubuh

    berhubungan

    dengan intake

    makanan yang

    tidak adekuat

    karena klien tidak

    nafsu makan

    Status nutrisi

    Tujuan:

    Pemenuhan

    kebutuhan

    nutrisi yang

    adekuat

    Kriteria hasil:

    1. Tidak ada

    mual

    2. Nafsu

    makan

    meningkat

    3. Makanan

    habis 1

    porsi

    4. Berat badan

    Manajemen

    nutrisi:

    1. Kaji pola

    makan dan

    status nutrisi

    klien

    2. Berikan

    makanan lunak

    selama fase

    akut

    3. Berikan

    makanan porsi

    kecil tapi

    sering

    4. Jelaskan

    pentingnya

    1. Sebagai dasar

    untuk menentukan

    intervensi

    2. Mencegah iritasi

    usus dan abdomen

    3. Mencegah

    rasangan mual/

    muntah.

    4. Agar klien

    kooperatif dalam

    pemenuhan

    nutrisi.

    5. meningkatkan

    nafsu makan.

  • 34

    meningkat/

    normal

    intake nutrisi

    yang adekuat

    Bantuan

    perawatan diri

    (NIC):

    5. Lakukan

    perawatan

    mulut (oral

    care) secara

    teratur dan

    sering

    Aktivitas

    kolaboratif

    6. Berikan terapi

    antimetik

    sesuai program

    6. untuk mengontrol

    mual dan muntah

    sehingga dapat

    meningkatkan

    asupan makanan.

    4. Implementasi Keperawatan

    Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi

    keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Didalam

    kegiatannya terdapat pengumpulan data yang berkelanjutan dan melakukan

    observasi pada klien sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

  • 35

    5. Evaluasi Keperawatan

    Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian dengan membandingkan

    perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah dibuat.

    Dalam studi kasus ini akan melakukan evaluasi terhadap data atau keluhan

    pasien atau keluarga pasien dengan melakukan observasi sebelum

    melakukan tindakan dan setelah melakukan tindakan apakah mengalami

    perubahan atau tidak.

  • 36

    BAB III

    METODE STUDI KASUS

    A. Desain penelitian

    Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini

    bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran bagaimana

    penerapan asuhan keperawatan anak pada klien demam tifoid dalam pemenuhan

    kebutuhan nutrisi di ruang Mawar RSUD Kota Kendari.

    B. Subyek studi kasus

    Subyek studi kasus dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah (6 tahun–

    12 tahun) yang mengalami gangguan kesehatan dengan diagnosa medis demam

    tifoid atau typhoid abdominalis dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.

    1. Kriteria Inklusi

    Kriteria inklusi adalah kriteria yang subyek penelitiannya mewakili

    seluruh subyek penelitian yang memenuhi syarat. Kriteria inklusi dalam

    penelitian ini adalah :

    a. Pasien yang mendapatkan perawatan dengan demam tifod yang memiliki

    masalah keperawatan ketidaksimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

    tubuh di RSUD Kota Kendari

    b. Pasien dalam kesadaran baik (compos mentis)

    c. Nadi dan suhu tubuh anak dalam batas normal

    d. Orang tua pasien bersedia untuk menjadi responden

  • 37

    2. Kriteria Eksklusi

    Kriteria eksklusi adalah kriteria yang subjek penelitian tidak dapat

    mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian,

    Dalam pemberian oral care, kriteria eksklusi ini adalah:

    a. Anak diluar usia sekolah

    b. Orang tua pasien yang tidak menyetujui untuk jadi responden.

    C. Fokus studi

    1. Pemenuhan kebetuhan nutrisi pada anak dengan kasus klien demam tifoid.

    2. Penerapan perawatan mulut (oral care) secara teratur dan sering pada anak

    dengan demam tifoid

    D. Definisi operasional

    1. Penyakit Demam Tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan salmonella

    thypi, yang menyerang saluran pencernaan. Penyakit ini menular melalui

    makanan, feses, lalat, dan instrument kesehatan.

    2. Kebutuhan nutrisi adalah proses masuknya makanan dan pengolahan zat

    makanan oleh tubuh yang bertujuan untuk menghasilkan energi dan

    digunakan dalam aktivitas tubuh.

    3. Asuhan keperawatan merupakan proses pemberian pelaksaan keperawatan

    secara langsung yang terdiri dari :

    a. Pengkajian yang menyeluruh mencakup informasi tentang masukan diet,

    pengakajian klinis terhadap status diet, pengkajian nutrisi merupakan

    langkah awal yang pentong dalam asuhan keperawatan dan pelayanan

    kesehatan preventif. pengkajian nutrisi membantu dalam

  • 38

    mengidentifikasi kebiasaan makan, kesalahpahaman, dan gejala-gejala

    yang dapat memberi petunjuk adanya masalah nutrisi.

    b. Diagnosa keperawatan merupakan suatau pertanyaan yang

    menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola

    interaksi aktual/potensial) dari individu atau kelompok tempat anda

    secara legal mengidentifikasi dan anda dapat memberikan intervensi

    secara pasti untuk menjaga status kesehatan untuk mengurangi,

    menyingkirkan, atau mencegah perubahan.

    Dalam penilitian ini peniliti memfokuskan pada diagnosa keperawatan,

    perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

    Definis :

    Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan

    dimana intake nutrien seseorang kurang untuk mencukupi kebutuhan

    metabolisme.

    Ditandai dengan : kehilangan berat badan dengan intake kurang dari

    yang dibutuhkan

    c. Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, dan

    mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa

    keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana anda

    mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah efektif dan efisien.

    d. Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari intervensi

    keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Didalam

    kegiatannya terdapat pengumpulan data yang berkelanjutan dan

  • 39

    melakukan observasi pada klien sebelum dan sesudah melakukan

    tindakan.

    e. Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian dengan membandingkan

    perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah

    dibat. Dalam studi kasus ini akan melakukan evaluasi terhadap data

    keluhan pasien dilakukan observasi sebelum dan setelah melakukan

    tindakan apakah mengalami perubahan atau tidak

    4. Oral care dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting masalah mulut

    dan gigi bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi.

    Manfaat dilakukannya oral care yakni untuk memperbaiki fungsi mulut

    untuk meningkatkan nafu makan, oral care efektif dilakukan 2 kali dalam

    sehari

    5. Dalam penilitian ini peniliti akan melakukan tindakan perawatan mulut (oral

    care). Tindakan ini akan peniliti lakukan sebanyak 2 kali dalam sehari

    selama 3 hari perawatan, untuk satu kali tindakan peniliti akan melakukanya

    kurang lebih 10 sampai 15 menit dengan kriteria hasil Nafsu Makan :

    a. Hasrat/ keinginan untuk makan: Tidak terganggu (5)

    b. Intake makanan: Tidak terganggu (5)

    c. Merasakan makanan: Tidak terganggu (5)

    d. Rangsangan untuk makan: Tidak terganggu (5)

    Dalam melakukan pengkajian sampai dengan evaluasi dibutuhkan alat ukur

    untuk melihat bagaiman intensitas yang dirasakan klien dan tingkat

    keberhasilan suatu intervensi terhadap masalah yang dialami klien,

    dengan menggunakan kriteria objektif:

  • 40

    a. Sangat terganggu (1)

    b. Banyak terganggu (2)

    c. Cukup terganggu (3)

    d. Sedikit terganggu (4)

    e. Tidak terganggu (5)

    NIC: manajemen nutrisi : bantuan perawatan diri pemberian makan

    a. Berikan kebersihan mulut (oral care) sebelum makan

    6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan

    nutrisi yang tidak mencukupi unutk memenuhi kebutuhan. Dalam penelitian

    ini peneliti menggunakan batasan karakteristik nafsu makan untun

    mendukung diagnosa tersebut, adapun cara rumus pengukurannya sebagai

    berikut.

    Jumlah skor X 100

    Total skor

    Dengan kriteria :

    Indeks 0% – 19,99% : Sangat terganggu

    Indeks 20% – 39,99% : Banyak terganggu

    Indeks 40% – 59,99% : Cukup terganggu

    Indeks 60% – 79,99% : Sedikit terganggu

    Indeks 80% – 100% : Tidak terganggu

    E. Tempat dan waktu

    Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Ruang Mawar Rumah Sakit

    Umum Daerah Kota Kendari dan dilaksanakan pada 17 Juli - 20 Juli 2018.

  • 41

    F. Metode pengumpulan data

    Sumber data yang di gunakan dalam studi kasus ini adalah data primer dan

    data sekunder, data primer diperoleh dengan cara melakukan pengkajian atau

    wawancara terhadap responden (klien maupun keluarga klien). Sedangkan data

    sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini di peroleh dari status klien

    dan rekam medis di RSUD Kota Kendari.

    1. Data primer

    Adalah data yang secara langsung diambil dari subyek penelitian oleh

    perorangan maupun organisasi. Data primer diperoleh dari.

    a. Wawancara yaitu motede yang digunakan untuk mengumpulkan

    data dimana penelitian mendapatkan keterangan atau penelitian

    secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau

    bercakap-cakap, berhadapan muka dengan orang tersebut(face to

    face).

    b. Observasi Adalah suatu prosedur terencana antara lain meliputi:

    melihat, mencatat jumlah data, syarat-syarat aktivitas tertentu

    yang ada hubungan dengan masalah yang diteliti.

    c. Pemeriksaan fisik Pengkajian fisik atau pemeriksaan fisik adalah

    proses berkelanjutan yang dimulai selama wawancara, terutama

    dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama

    pemeriksaaan yang lebih formal, alat-alat untuk perkusi, palpasi

    auskultasi ditambahkan untuk menempatkan dan menyaring

    pengkajian sistem tubuh.

  • 42

    2. Data sekunder

    Data sekunder adalah yang didapatkan tidak secara langsung dari objek

    penelitian. Data sekunder didapat dari, meliputi:

    a. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

    langsung ditujukan pada obyek penelitian, namum melalui

    dokumen.

    b. Kepustakaan adalah tehnik pengumpulan data yang di peroleh

    atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian

    memanfaatkan teori-teori yang sudah ada di buku atau hasil

    penelitian lain untuk kepentingan penelitian.

    G. Analisis dan penyajian data

    Setelah berhasil mengumpulkan data dari informan, maka peneliti

    melakukan proses pengolahan data dengan cara content analysis (analisis isi)

    yang mengkaji dokumen berupa kategori umum dari makna data yang di

    kumpulkan dan hasil wawancara serta diskusi yang telah dilakukan peneliti

    dengan informan. Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

    dilakukan dengan tiga alur, sebagai berikut.

    1. Reduksi data

    Analisis pada tahap ini merupakan proses pemulihan, pemutusan,

    penyerdehanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang ditemukan

    di lapangan, dengan kata lain pada tahap ini dilakukan analisis untuk reduksi

    data yang tidak perlu, dan di lakukan secara terus menerus selama

    pengumpulan data berlangsung.

  • 43

    2. Penyajian data

    Penyajian data adalah menyajikan data yang telah di reduksi pada alur

    pertama dan kemudian disajikan dalam bentuk narasi dan uraian penjelasan

    data dari informan.

    3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

    Langkah ketiga dalam pengumpulan data yaitu penarikan kesimpulan

    dan verifikasi data yang dapat menjawab sumusan masalah yang sudah

    dirumuskan sejak awal.

    H. Etika studi kasus

    Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya

    rekomendasi pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin

    kepada institusi tempat penelitian dalam hal ini RSUD Kota Kendari.

    Pertimbangan etik dalam peneltitian ini dilaksanakan dengan memenuhi prinsip-

    prinsip The Five Right Of Human Subjects In Research (Macne, 2004).

    1. Informent concent (lembar persetujuan menjadi responden)

    Informent concent di berikan kepada responden yang akan diteliti

    disertai judul penelitian, apabila responden menerima atau menolak, maka

    peneliti harus mampu menerima keputusan rsponden.

    2. Aninimity (tanpa nama)

    Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan menyebutkan nama

    responden tetapi akan mengganti menjadi inisial atau kode responden.

    3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

    Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti dan hanya

    kelompok data tertentu saja yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

  • 44

    4. Beneficience

    Penelitian melindungi subyek agar terhindar dari bahaya dan

    ketidaknyamanan fisik.

    5. Full disclosure

    Penelitian memberikan kepada responden untuk membuat keputusan

    secara suka rela tentang partisipasinya dalam penelitian ini dan keputusan

    tersebut tidak dapat di buat tanpa memberikan penjelasan selengkap-

    lengkapnya.

  • 45

    BAB IV

    HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

    A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    1. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari

    RSUD. Kota Kendari awalnya terletak di kota Kendari, tepatnya di

    Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari dengan luas lahan 3.527 M2 dan luas

    bangunan 1.800 M2RSUD. Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung

    peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan

    telah mengalami beberapa kali perubahan antara lain :

    a. Dibangun oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1927

    b. Dilakukan rehabilitasi oleh Pemerintah Jepang pada tahun 1942 –

    1945

    c. Menjadi Rumah Sakit Tentara pada tahun 1945 – 1960

    d. Menjadi RSU. Kabupaten Kendari pada tahun 1960 – 1989

    e. Menjadi Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989 – 2001

    f. Menjadi RSU Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan Perda Kota

    Kendari No.17 Tahun 2001

    g. Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD. Abunawas Kota Kendari

    oleh bapak Walikota Kendari pada tanggal 23 Januari 2003

    h. Pada Tahun 2008 , oleh pemerintah Kota Kendari telah membebaskan

    lahan seluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah Sakit, yang dibangun

    secara bertahap dengan menggunakan dana APBD, TP, DAK dan

    DPPIPD

  • 46

    i. Pada tanggal 9 Desember 2011 Rumah Sakit Umum Daerah

    Abunawas Kota Kendari resmi menempati Gedung baru yang terletak

    di Jl. Brigjen Z.A Sugianto No : 39 Kel Kambu Kec. Kambu Kota

    Kendari.

    j. Pada tanggal 12 – 14 Desember 2012 telah divisitasi oleh TIM

    Komite Akreditasi Rumah Sakit ( KARS ), dan berhasil terakreditasi

    penuh sebanyak 5 pelayanan ( Administrasi & Manajemen, Rekam

    Medik, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Medik dan IGD )

    k. Berdasarkan SK Walikota Kendari no 16 Tahun 2015 tanggal 13 Mei

    2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD Kota Kendari sesuai PERDA

    Kota Kendari No. 17 Tahun 2001

    2. Sarana Gedung

    ` RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung sbb :

    a. Gedung Anthurium ( Kantor )

    b. Gedung Bougenville ( Poliklinik )

    c. Gedung ( IGD )

    d. Gedung Matahari ( Radiologi )

    e. Gedung Crysant ( Kamar Operasi )

    f. Gedung Asoka ( ICU )

    g. Gedung Teratai ( Obgyn - Ponek )

    h. Gedung Lavender ( Rawat inap penyakit dalam

    i. Gedung Mawar ( Rawat Inap Anak )

    j. Gedung Melati ( Rawat Inap Bedah )

    k. Gedung Tulip (Rawat Inap Saraf & THT)

  • 47

    l. Gedung Anggrek ( Rawat Inap VIP, Kls I dan Kls II )

    m. Gedung Instalasi Gizi

    n. Gedung Loundry

    o. Gedung Laboratorium

    p. Gedung Kamar Jenazah

    q. Gedung VIP

    r. Gedung ICU, Bedah Sentral, IGD, Apotek (Pembangunan Tahun

    2016)

    s. Gedung PMCC ( Private Medical Care Centre ) dalam proses

    pembangunan menunjang pelaksanaan kegiatan, RSUD. Kota Kendari

    dilengkapi dengan 4 unit mobil ambulance, 1 buah mobil direktur, 11

    buah mobil operasional dokter spesialis dan 10 buah sepeda motor.

    3. Ketenagaan

    Jumlah tenaga kerja yang ada di RSUD. Kota Kendari pada tahun 2016

    sebanyak 486( 198 PNS dan 288 Non PNS ) ,yang terdiri dari dari :

    a. Tenaga medis

    b. Tenaga paramedis Perawatan

    c. Tenaga paramedis non perawatan

    d. Tenaga administrasi

    4. Visi

    “ RUMAH SAKIT PILIHAN MASYARAKAT "

    5. Misi

    a. Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan pelayanan

    yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau oleh masyarakat.

  • 48

    b. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan RSUD Kota Kendari

    menjadi RS mitra keluarga.

    c. Meningkatkan SDM , sarana dan prasarana medis serta non medis

    serta penunjang medis, agar tercipta kondisi yang aman dan nyaman

    bagi petugas, pasien dan keluarganya serta masyarakat pada

    umumnya.

    B. HASIL STUDI KASUS

    Nama Mahasiswa :Muhammad Irfan Saputra

    Nim : P00320015036

    No Rekam Medik :16-45-67

    Ruangan/RS : Mawar/ RSUD Kota Kendari

    Diagnosa Medis : Thypoid Fever

    1. Pengkajian

    a. Biodata

    1) Identitas Klien

    a) Nama /Nama Panggilan : An. S

    b) Tempat tanggal lahir : SAWA,01-09-2011

    c) Jenis Kelamin : Laki-Laki

    d) Agama : Islam

    e) Pendidikan : SD

    f) Alamat : Jalan Made Sabara no.3

    g) Tanggal Masuk : 16 Juli 2018

    h) Tanggal Pengkajian : 17 Juli 2018

    i) Diagnosa Medis : Thypoid Fever

    j) Rencana Terapi : oral care

  • 49

    2) Identitas Orang Tua

    a) Ayah b). Ibu

    a) Nama : Tn J a). Nama : Ny R

    b) Usia : 29 thn b). Usia : 29 thn

    c) Pendidikan: S1 c). Pendidikan : SMS

    d) Pekerjaan : swasta d). Pekerjaan : IRT

    e) Agama : islam e). Agama : islam

    3) Identitas Saudara Kandung

    Table 4.1

    No Nama Usia hubungan

    1 An. A 10 bln Saudara

    kandung

    4) Genogram keluarga

    29 29

    8 th 10 bln

  • 50

    a. Keluhan utama/alasan masuk rumah sakit

    1) Keluhan utama

    Klien datang dengan keluhan demam hari ke-4 disertai dengan mual dan

    muntah

    2) Keluhan saat dilakukan pengkajian

    An.S mengatakan ia tidak nafsu makan, ia merasa makanan yang

    dimakannya terasa tidak enak serta cepat merasa kenyang. Ny.R ibu dari

    klien mengatakan anaknya selama sakit hanya menghabiskan 2 sendok

    makan dari porsi yang diberikan

    b. Riwayat kesehatan

    1) Riwayat Kesehatan Sekarang

    a) Ibu klien mengatakan anaknya demam sejak 5 hari pada malam hari

    b) Timbulnya secara tiba-tiba

    c) Kondisi masih sama dengan sebelumnya,saat ini klien masih sulit untuk

    makan

    d) Untuk mengatasi demamnya keluarga hanya meberikan obat penurun

    panas, paracetamol yang dibeli di warung

    2) Riwayat Kesehatan Lalu

    Klien sebelumnya tidak pernah menjalani proses operasi ataupun di

    rawat di rumah sakit

    3) Riwayat Kesehatan Keluarga

    Ibu klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita

    penyakit turunan atau penyakit yang menurun kegenerasi berikutnya

    c. Riwayat psikososial

  • 51

    Klien tinggal bersama kedua orang tuanya, klien tinggal di rumah pribadi

    milik orang tuanya, klien memiliki beberapa teman di sekitar lingkungan

    tempat ia tinggal. Klien memilik hobi bermain game di gadget ataupun

    handphone.

    d. Reaksi hospitalisasi

    1) Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap

    a) Ibu klien mengatakan anaknya di bawa ke rumah sakit karena demam

    yang sudah 3 hari di sertai mual muntah yang tidak kunjung membaik

    selama dirawat di rumah.

    b) Saat ini kedua orang tua klien berharap agar anaknya cepat sembuh dan

    sehat kembali seperti dulu

    c) Selama dirawat di rumah sakit keluarga klien selalu datang berkunjung

    d) Selama klien dirawat di rumah sakit ibu klien yang tinggal serta menjaga

    klien di rumah sakit

    2) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

    a) An.S mengatakan ia di bawah kerumah sakit karena ia sedang sakit

    demam

    b) Klien tidak tahu apa yang membuat ia sakit

    c) Klien mengatakan ingin cepat pulang kerumahnya

    e. Aktivitas sehari – hari

    1) Riwayat kebutuhan nutrisi

    a) Sebelum sakit

    1) Problem pemasukan nutrisi

    Nafsu makan : biasa

  • 52

    Apakah ada gangguan : tidak

    Apakah ada kesulitan mengunyah : tidak ada

    Jumlah gigi : Atas 10 , Bawah 10

    Apakah mengalami kesulitan menelan: tidak

    2) Pola dan Kebiasaan makan :

    Konsumsi makan :

    Table 4.2 konsumsi makanan sebelum sakit

    Waktu Jenis Jumlah/Porsi

    07.00 - -

    11.00

    Nasi, dan

    sayur, ikan

    Porsi sedang

    19.00

    Nasi, dan

    sayur, ikan

    Porsi sedang

    3) Jenis makanan yang paling disukai : makanan pedas dan daging

    4) Jenis makanan yang tidak di sukai : sayur-sayuran

    5) Apakah ada alergi terhadap makanan : tidak ada

    6) Apakah makanan di batasi : tidak

    7) Intake cairan :

    Air putih 8 , gelas/hari

    Air teh - , gelas/hari

    Susu - , gelas/hari

    b) Selama sakit

    1) Problem pemasukan nutrisi

  • 53

    Nafsu makan : menurun

    Apakah ada gangguan : Ya

    Alasan : klien merasa cepat kenyang, dan mengalami mual disertai

    muntah.

    Apa yang menyebabkan gangguan : gejala dari proses perkembangan

    penyakit

    Apakah ada kesulitan mengunyah : tidak ada

    Jumlah gigi : Atas 10, Bawah 10

    Apakah mengalami kesulitan menelan: tidak

    2) Pola dan Kebiasaan makan :

    Konsumsi makan :

    Table 4.3 konsumsi makanan selama sakit

    Waktu Jenis Jumlah/Porsi

    07.00 bubur, dan lauk pauk Beberapa sendok makan

    12.00 bubur, dan lauk pauk Beberapa sendok makan

    17.30 bubur, dan lauk pauk Beberapa sendok makan

    3) Jenis makanan yang paling disukai : makanan pedas dan daging

    4) Jenis makanan yang tidak di sukai : sayur-sayuran

    5) Apakah ada alergi terhadap makanan : tidak ada

    6) Apakah makanan di batasi : tidak

    7) Intake cairan :

    Air putih 8 , gelas/hari

    Air teh - , gelas/hari

    Susu - , gelas/hari

  • 54

    c) Personal Hygiene

    Ibu klien mengatakan selama sakit anaknya belum pernah mandi dan

    hanya mengganti pakaian kotor dengan pakaian bersih tanpa melakukan

    kebersihan perorangan (personal hygiene) baik itu mandi, menggosok gigi,

    dan lain sebagainya.

    f. Pemeriksaan fisik

    1) Keadaan Umum Klien

    Saat ini An.S masih berbaring lemah ditempat tidur,kesadaran

    composmentis dengan hasil GCS 15, ekspresi wajah klian nampak murung,

    klien berpakain rapi, kebersihan klien nampak buruk salah satunya dapat

    dilihat pada kondisi bibir dan rongga mulut klien yang nampak kering,

    pecah-pecah dan beraroma tidak sedap

    2) Tanda-Tanda Vital

    a) Tekana darah : 110/80 mmHg

    b) Suhu : 36,4℃

    c) Nadi : 89x/menit

    d) Pernapasan : 20x/menit

    3) Sistem pencernaan

    a) Sklera : ikterik (-)

    b) Bibir : mukosa bibir nampak kering dan pecah-pecah

    c) Mulut : stomatitis (-), bau mulut tidak sedap, kondisi rongga mulut

    nampak kotor, kondisi gigik nampak kuning, pada daerah lidah nampak

    selaput putih menutupi permukaan lidah, kemampuan menguyah baik,

    tidak terdapat adanya gangguan menelan

  • 55

    d) Gaster : klien merasa kembung

    e) Abdomen : tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen

    f) Anus : ibu klien mengatakan hingga hari ini selama sakit klien hanya

    BAB 2 kali

    g. Klasifikasi data

    1) Data subjektif

    a) Ibu klien mengatakan anaknya demam hari ke-4 disertai dengan mual

    dan muntah

    b) An.S mengatakan ia tidak nafsu makan, merasa makanan yang

    dimakannya tidak enak

    c) Klien mengatakan cepat merasa kenyang

    d) Ibu klien mengatakan klien hanya makan 2 sendok dari porsi yang

    diberikan

    2) Data objektif

    a) Tanda-tanda vital : tekanan darah 110/80mmHg, suhu 36,4℃, nadi

    89x/menit, pernafasan 20x/menit

    b) klien nampak lemah

    c) klien nampak mengalami mual

    d) klien nampak tidak menghabiskan porsi makannya

    e) kondisi mulut klien nampak kotor ditandai dengan mukosa bibir yang

    kering dan pecah-pecah, kondisi gigi nampak kuning, lidah nampak kotor

    dan bau mulut klien tidak sedap

  • 56

    2. Diagnosa keperawatan

    a. Analisis data

    Table 4.4 analisis data

    Data Etiologi Masalah

    Ds:

    - An.S mengatakan ia tidak nafsu makan,

    merasa makanan

    yang dimakannya

    tidak enak

    - Cepat merasa kenyang

    - Ibu klien mengatakan klien

    hanya makan 2

    sendok dari porsi

    yang diberikan

    Do:

    - Tanda-tanda vital : tekanan darah

    110/80mmHg, suhu

    36,4℃, nadi 89x/menit,

    pernafasan

    20x/menit

    - klien nampak lemah - klien nampak

    mengalami mual

    - klien nampak tidak menghabiskan porsi

    makannya

    - kondisi mulut klien nampak kotor

    ditandai dengan

    mukosa bibir yang

    kering dan pecah-

    pecah, kondisi gigi

    nampak kuning,

    lidah nampak kotor

    dan bau mulut klien

    tidak sedap

    Invasi salmonela typhi

    Saluran pencernaan

    Usus halus

    Inflamasi

    Mual muntah

    Intake nutris tidak adekuat

    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    Ketidakseimbangan

    nutrisi kurang dari

    kebutuhan tubuh

  • 57

    b. Diagnosa keperawatan

    Berdasarkan data-data yang diperoleh maka peneliti menegakkan

    diagnosa keperawatan sebagai berikut :

    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

    dengan asupan nutrisi tidak adekuat, mual muntah

    3. Intervensi keperawatan

    Dalam penelitian ini peneliti mefokuskan pada satu intevernsi keperawatan.

    Adapun intervensi keperawatan yang akan diberikan yakni manajemen nutrisi :

    bantuan perawatan diri pemberian makan dengan salah satu aktivitasnya ialah

    berikan kebersihan mulut (oral care) sebelum makan. Tindakan ini akan peniliti

    lakukan sebanyak 2 kali dalam sehari selama 3 hari perawatan, untuk satu kali

    tindakan peniliti akan melakukanya kurang lebih 10 sampai 15 menit dengan

    kriteria hasil Nafsu Makan :

    e. Hasrat/ keinginan untuk makan: normal

    f. Intake makanan: normal

    g. Merasakan makanan: normal

    h. Rangsangan untuk makan: normal

    4. Implementasi keperawatan

    Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

    keperawatan. Implementasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh

    peneliti sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dengan membuat

    strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien. Implementasi pada

    diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

    berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat, mual muntah dilakukan dari

  • 58

    tanggal 18 Juli – 20 Juli 2018. Adapun pelaksanaannya dapat dilihat pada table

    berikut.

    Table 4.5 implementasi keperawatan

    Hari/ tanggal Waktu

    Evaluasi hasil Pagi sore

    Rabu/18/07/2018 06.00 16.30 Ds:

    Klien mengatakan merasa segar

    setelah mulutnya dibersihkan

    Do:

    Mulut klien nampak bersih klien

    telah diberikan perawatan oral

    care

    Kamis/19/07/2018 06.00 16.30 Ds:

    Klien mengatakan merasa

    nyaman dengan terapi yang

    diberikan

    Do:

    klien telah diberikan perawatan

    oral care, lidah klien nampak

    lebih bersih

    Jum’at/20/07/2018 06.00 16.30 Ds:

    Klien mengatakan senang saat

    diberikan terapi oral care

    Ibu klien mengatakan nafsu

    makan anaknya membaik selama

    diberikan terapi oral care

    Do:

    Mulut klien nampak bersih,nafas

    klien berbau segar,mukosa bibir

    nampak tidak kering, klien telah

    diberikan perawatan oral care

    5. Evaluasi Keperawatan

    Evaluasi dilakukan sebanyak 1 sesi dalam satu hari dan dilakukan

    selama 3 hari. Dan didapatkan hasil klien mengalami peningkatan dari segi nafsu

    makan, adapun hasil perkembangan terapi oral care dari penelitian yang

    dilakukan selama 3 hari sejak tanggal 18 Juli-20 Juli 2018 pada An.S dapat

    dilihat pada table berikut :

  • 59

    Table 4.6 Master table evaluasi

    Penerapan asuhan keperawatan anak dengan kasus demam tifoid dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi di rumah sakit

    umum daerah kota kendari

    N

    o

    Perkembangan nafsu makan

    Hari

    ke-

    Hasrat/keinginan

    makan Intake makan

    Merasakan

    makanan

    Rangsangan untuk

    makan

    Nafsu makan

    skor Kriteria Skor Kriteria Skor Kriteria Skor kriteria Nilai

    total

    Presentase

    % Kriteria

    1 Hari

    ke- 1 2

    Banyak

    terganggu 1

    sangat

    terganggu 2

    Banyak

    terganggu 3

    Cukup

    terganggu 8 40 %

    Cukup

    terganggu

    2 Hari

    ke-2 4 Baik 4

    Cukup

    terganggu 3

    Cukup

    terganggu 3

    Cukup

    terganggu 14 70 %

    Sedikit

    terganggu

    3 Hari

    ke-3 4 Baik 4 Baik 4 Baik 4 Baik 16 80 % Tidak terganggu

  • 60

    C. PEMBAHASAN

    Dari hasil penelitian yang dilakukan selama 3 hari dari 18 Juli 2018-20

    Juli 2018 pada 1 pasien anak di ruang mawar RSUD Kota Kendari dengan kasus

    demam tifoid ditemukan salah satu masalah keperawatan ketidakseimbangan

    nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh hal ini di sebabkan karena terjadi karena

    bakteri salmonella thyphosa yang menyerang sistem pencernaan yang

    mengakibatkan respon tubuh menjadi mual dan muntah sehingga terjadi

    penurunan nafsu makan dan asupan nutrisi menjadi tidak adekuat, hal ini di

    dukung dalam Lestari, (2016).

    Asumsi peneliti tidak jauh berbeda antara teori dan temuan dilapa