STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

144
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI PANTI WERDHA MAJAPAHIT MOJOKERTO MUHLISOL LAHUDIN 1312010019 PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO 2016

Transcript of STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Page 1: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGANHAMBATAN MOBILITAS FISIK DI PANTI WERDHA MAJAPAHIT

MOJOKERTO

MUHLISOL LAHUDIN1312010019

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATANPOLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT

MOJOKERTO2016

Page 2: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

i

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGANHAMBATAN MOBILITAS FISIK DI PANTI WERDHA MAJAPAHIT

MOJOKERTO

Tugas Akhir Studi Kasus ini diajukan kepada Politeknik Kesehatan Majapahituntuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Studi D3

Keperawatan

MUHLISOL LAHUDIN1312010019

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATANPOLITEKNIK KESEHATAN MAJAPAHIT

MOJOKERTO2016

Page 3: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

ii

LEMBAR PENGESAHANSTUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGANHAMBATAN MOBILITAS FISIK DI PANTI WERDHA MAJAPAHIT

MOJOKERTO

Dipertahankan didepan Tim Penguji Studi KasusPoliteknik Kesehatan Majapahit, Program Studi D III Keperawatanditerima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep.)Pada tanggal 03 agustus 2016

Mengesahkan

Ketua Program Studi

Dwiharini Puspitaningsih, M. kepNIK 220 250 092

Direktur Politeknik Kesehatan Majapahit

dr. Rahmi Syarifatun AbidahNIK 220 250 088

Page 4: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

iii

LEMBAR PENETAPAN TIM PENGUJI

Telah diujiPada tanggal 03 agustus 2016

PANITIA PENGUJI

Penguji : Vonny Nurmala Megawati, M. Kep ( ......................................)NIK. 220 250 058

Pembimbing :1. Dwiharini Puspitaningsih, M. Kep ( ......................................)NIK. 220 250 092

2.Yudha Laga H. K. M, Kes ......................................()

NIK. 220 250 002

Page 5: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

iv

LEMBAR PERSETUJUANSTUDI KASUS

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelarAhli Madya Keperawatan (AMd. Kep.)

Oleh :

MUHLISOL LAHUDIN1312010019

Mojokerto, 03 agustus 2016

Menyetujui,

Pembimbing I

Dwiharini Puspitaningsih, M. KepNIK. 220 250 092

Pembimbing II

Yudha Laga H. K, M. KesNIK. 220 250 002

Page 6: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

v

SURAT PERNYATAAN TENTANG ORIGINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : MUHLISOL LAHUDIN

NIM : 1312010019

Program Studi : D III Keperawatan

Minat studi : Gerontik

Angkatan : 2016

Jenjang : Diploma III

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan studi

kasus saya yang berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia Pasca Stroke Dengan

Hambatan Mobilitas Fisik Di Panti Werdha Majapahit Mojokerto”. Apabila suatu

saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya akan menerima

sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Mojokerto, 03 agustus 2016

(MUHLISOL LAHUDIN)1312010019

Page 7: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

vi

Motto“Jadilah Seperti Karang Di Lautan Yang Kuat Dihantam Ombak Dan Kerjakanlah

Hal Yang Bermanfaat Untuk Diri Sendiri Dan Orang Lain, Karena HidupHanyalah Sekali. Ingat Hanya Pada Allah Apapun Dan Di Manapun Kita Berada

Kepada Allah Tempat Meminta Dan Memohon”.

Dengan Bangga Dan Hati Dan Tulus Kupersembahkan Study Kasus Ini Buat :1) Ayah dan Ibuku tercinta, maaf kalau saya belum bisa buat kalian bangga dan

bahagia punya anak seperti saya. Terima kasih kalian berdua telah membantumewujudkan cita-cita saya.

2) Terima kasih kakak saya tercinta tak henti-hentinya memberi dukungan kepadasaya.

3) Terima kasih kepada dosen pembimbing akademik yang dengan sabarmembimbing dan menuntun saya dalam mengerjakan study kasus ini.

4) Teman-teman saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu saya sangatberterima kasih atas semangat dan bantuan yang kalian berikan selama ini danmau bersamaku saat keadaan senang ataupun terpuruk.

Page 8: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas segala rahmat

dan karunia-nya sehingga dapat terselesaikannya karya tulis ilmiah dengan judul

“Asuhan Keperawatan Lansia Pasca Stroke Dengan Gangguan Mobilisasi Di

Panti Werdha Majapahit Mojokerto”. Sebagai salah satu prasyarat dalam rangka

menyelesaikan kuliah di Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto.

Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada yang terhormat :

1. Dartho, S.H, Selaku kepala UPT. Panti Werdha Mojokerto yang telah

memberikan kesempatan melaksanakan penelitian.

2. dr. Rahmi Syarifatun Abidah selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Majapahit Mojokerto.

3. Dwiharini Puspitaningsih, S. Kep, selaku kepala program studi keperawatan

Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto.

4. Dwiharini Puspitaningsih, S. Kep, selaku Pembimbing 1 yang telah

memberikan arahan pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal Laporan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu.

5. Yudha Laga HK., M. Kep Selaku Pembimbing 2 yang telah memberikan

arahan pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Laporan

Tugas Akhir ini dengan tepat waktu.

6. Serta pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala

amal yang telah diberikan dan semoga proposal Laporan Tugas Akhir ini

berguna bagi diri kami sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Mojokerto, 03 agustus 2016

Penulis

MUHLISOL LAHUDIN1312010019

Page 9: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

viii

ABSTRAK

Menurut pandangan dari segi fisioterapi, penderita pasca stroke akanmengalami gangguan atau keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari–hari(AKS), aktivitas perawatan diri (APD) serta kemampuan untuk ambulasi. Tujuanpenelitian ini untuk melaksanakan asuhan keperawatan klien lansia pasca strokedengan hambatan mobilitas fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokerto.

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus untuk mengeksplorasimasalah Asuhan Keperawatan Lansia pasca stroke dengan hambatan mobilitasfisik di UPT. Panthi Werdha Mojokerto. Rencana asuhan keperawatan untukhambatan mobilitas fisik yaitu dengan latihan ROM (Range Of Motion) danevaluasi skala ADL (Activiti Daily Living). Kriteria hasil yang diharapkan adalahpasien dapat meningkat dalam aktivitas fisik dengan mandiri sesuai kemampuan.Jumlah partisipan 2 (dua) lansia pasca stroke dengan hambatan mobilitas fisik dandirawat di UPT. Panti Werda Mojokerto. Pengumpulan data melalui wawancara,observasi, dan dokumentasi. Selanjutnya dilakukan analisa data, reduksi data,penyajian data, dan kesimpulan.

Hasil penelitian tanda dan gejala penyakit stroke yang dialami keduapartisipan sama. Partisipan 1 mengalami hemiparesis sebelah kanan tubuh danpartisipan 2 mengalami hemiparesis sebelah kiri tubuh yaitu kedua partisipanmengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan. Kedua partisipan bedreshdi tempat tidur dan keduanya beraktivitas menggunakan kursi roda. Keduapartisipan mempunyai masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik. Awalperencanaan tindakan pada partisipan 1 dan 2 sama dan intervensi dilanjutkan.Tindakan hari pertama pada pasien 1 dan 2 sama dan pada hari kedua masalahbelum teratasi intervensi dilanjutkan. Hasil perawatan antara partisipan 1 denganpartisipan 2 sama masalah yang terjadi belum teratasi, sehingga intervensidilanjutkan.

Saran bagi perawat khususnya yang memberikan asuhan keperawatan padalansia pasca stroke sebaiknya melakukan latihan rentan gerak (ROM) secaraterprogram, bertahap, serta bila perlu berkonsultasi pada ahli fisioterapi.

Kata Kunci: Lansia, pasca stroke, hambatan mobilitas fisik

Page 10: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

ix

ABSTRACT

According to point view of physiotherapy, clients post-stroke willexperience interference or limitations in performing activities of daily living, self-care activities, and the ability to ambulation. The purpose of this study was toimplement the nursing care of post-stroke elderly with physical mobility limitationin UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokerto.

This research using case study method to explore nursing care of post-stroke elderly with physical mobility limitation in UPT.Panthi Werdha Mojokerto.The nursing care plan for impaired physical mobility was the ROM (Range OfMotion) exercise and ADL (Activiti Daily Living) evaluation. The criteria of resultthat expected was patients could increase in physical activity by self according toability. The number of participants were two (2) elderly people of post-strokeclient with impaired physical mobility and treated in UPT. Panti WerdaMojokerto. Collecting data through interviews, observation, and documentation.Furthermore, it was done data analysis, data reduction, data presentation, andconclusion.

The results of assessment, signs and symptoms of both participants weresimilar. The first participant had hemiparesis on right side of body and the secondparticipants had hemiparesis on left of body. The clients can increase ADL(activity daily living) by self according to ability. Both of participants rest in bedand the move using wheel chair. Both participants had a nursing problem ofimpaired physical mobility. Early planning of action to participants 1 and 2 wascontinued intervention. On the second day the problem was not resolved,intervention continued. Results of treatment on both participants were the same,the nursing problem as not resolved, so intervention of nursing is to be continued.

Suggestions for nurses in particular are on the nursing care of the elderlyof post-stroke should do range of motion (ROM) programmed, gradually, and ifnecessary do consultation to physiotherapist.

Keywords: Elderly, post-stroke, physical mobility limitation

Page 11: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................... iHALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iiHALAMAN PENETAPAN TIM PENGUJI ................................................... iiiHALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ivSURAT PERNYATAAN TENTANG ORIGINALITAS ............................... vHALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO.............................................. viKATA PENGANTAR ..................................................................................... viiABSTRAK ....................................................................................................... viiiABSTRACT ....................................................................................................... ixDAFTAR ISI.................................................................................................... xDAFTAR TABEL............................................................................................ xiiDAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiiiDAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xivBAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1B. Batasan Masalah................................................................................... 3C. Rumusan Masalah ................................................................................ 3D. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4

1. Tujuan Umum .................................................................................. 42. Tujuan Khusus.................................................................................. 4

E. Manfaat Penulisan ................................................................................ 51. Manfaat Teoritis ............................................................................... 52. Manfaat Praktis ................................................................................ 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6A. Konsep Dasar Lansia............................................................................ 6

1. Pengertian Lansia ............................................................................. 62. Klasifikasi Usia ................................................................................ 63. Karakteristik Lansia ......................................................................... 74. Perubahan Fungsional Akibat Menua .............................................. 75. Tugas Perkembangan Pada Lanjut Usia........................................... 10

B. Konsep Dasar Mobilisasi ..................................................................... 111. Pengertian......................................................................................... 112. Jenis-jenis Mobilisasi ....................................................................... 113. Faktor–faktor Yang Dapat Mempengaruhi Mobilisasi .................... 124. Respon Fisiologik Dari Perubahan Mobilisasi ................................. 145. Respon Psikososial ........................................................................... 156. Pengaruh Terapi Mobilisasi Dan Pembinaan Lansia Penderita

stroke ................................................................................................ 157. Tujuan Mobilisasi............................................................................. 16

C. Konsep dasar stroke ............................................................................. 191. Pengertian......................................................................................... 192. Etiologi ............................................................................................. 193. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Stroke........................................ 204. Manifestasi Klinis ............................................................................ 21

Page 12: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

xi

5. Komplikasi Stroke............................................................................ 226. Pemeriksaan Penunjang.................................................................... 237. Penatalaksanaan Stroke .................................................................... 238. Program Rehabilitasi Pasien Paska Stroke....................................... 289. WOC Stroke Lansia ......................................................................... 39

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Lansia Paska Stroke ................... 401. Pengkajian Keperawatan .................................................................. 402. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 423. Intervensi .......................................................................................... 454. Implementasi .................................................................................... 495. Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 49

BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................................... 511. Desain Penelitian.............................................................................. 512. Batasan Istilah .................................................................................. 513. Partisipan.......................................................................................... 524. Lokasi Dan Waktu Penelitian........................................................... 525. Pengumpulan data ............................................................................ 526. Uji Keabsahan data........................................................................... 547. Analisa Data ..................................................................................... 548. Etika Penelitian ................................................................................ 55

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 57A. HASIL .................................................................................................. 57

1. Gambaran lokasi............................................................................... 572. Pengkajian ........................................................................................ 573. Diagnosa keperawatan...................................................................... 734. Rencana keperawatan ....................................................................... 735. Implementasi .................................................................................... 756. Evaluasi ............................................................................................ 83

B. Pembahasan .......................................................................................... 891. Pangkajian ........................................................................................ 892. Diagnosa keperawatan...................................................................... 923. Tindakan/intrvensi............................................................................ 934. Implementasi .................................................................................... 955. Evaluasi ............................................................................................ 101

BAB 5 KESIMPILAN DAN SARAN ............................................................. 107A. Kesimpulan........................................................................................... 107

1. Pangkajian ........................................................................................ 1072. Diagnosis .......................................................................................... 1073. Perencanaan...................................................................................... 1074. Tindakan........................................................................................... 1075. Evaluasi ............................................................................................ 108

B. Saran..................................................................................................... 108DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

Page 13: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

xii

DAFTAR TABEL

No Judul Tabel Halaman

2.1 Kemunduran dan kelemahan lansia ...................................................... 82.2 Perubahan fisiologis pada lansia........................................................... 82.3 Perbedaan stroke iskemik dengan stroke hemoragik.......................... 224.1 Identitas klien lansia pasca stroke dengan masalah hambatan

mobilitas fisik di asrama 5 & 6 di UPT. Panti Werdha MajapahitMojokerto pada tanggal 23 Juli 2016 ................................................. 57

4.2 Riwayat kesehatan lansia pasca stroke dengan masalah hambatanmobilitas fisik di asrama 5 & 6 di UPT. Panti Werdha MajapahitMojokerto pada tanggal 23 Juli 2016 ................................................. 60

4.3 Pemeriksaan fisik lansia pasca stroke dengan masalah hambatanmobilitas fisik di asrama 5 & 6 di UPT. Panti Werdha MajapahitMojokerto pada tanggal 23 Juli 2016 ................................................. 60

4.4 Pola prilaku kesehatan lansia pasca stroke dengan masalahhambatan mobilitas fisik di asrama 5 & 6 di UPT. Panti WerdhaMajapahit Mojokerto pada tanggal 23 Juli 2016 ................................ 65

4.5 Tingkat kemandirian lansia pasca stroke dengan masalah hambatanmobilitas fisik di asrama 5 & 6 di UPT. Panti Werdha MajapahitMojokerto pada tanggal 23 Juli 2016 ................................................. 66

4.6 Pengkajian lingkungan lansia pasca stroke dengan masalahhambatan mobilitas fisik di asrama 5 & 6 di UPT. Panti WerdhaMajapahit Mojokerto pada tanggal 23 Juli 2016 ................................ 68

4.7 Sistem pendukung lansia pasca stroke dengan masalahhambatan mobilitas fisik di asrama 5 & 6 di UPT. Panti WerdhaMajapahit Mojokerto pada tanggal 23 Juli 2016 ................................ 68

4.8 Status psikososial lansia pasca stroke dengan masalahhambatan mobilitas fisik di asrama 5 & 6 di UPT. Panti WerdhaMajapahit Mojokerto pada tanggal 23 Juli 2016 ................................ 68

4.9 Terapi lansia pasca stroke dengan masalah hambatan mobilitasfisik di asrama 5 & 6 di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokertopada tanggal 23 Juli 2016 ................................................................... 69

4.10 Analisa data lansia pasca stroke dengan masalah hambatanmobilitas fisik di asrama 5 & 6 di UPT. Panti Werdha MajapahitMojokerto pada tanggal 23 Juli 2016 ................................................. 70

4.11 Rencana keperawatan lansia pasca stroke dengan masalahhambatan mobilitas fisik di asrama 5 & 6 di UPT. Panti WerdhaMajapahit Mojokerto pada tanggal 23 Juli 2016 ................................ 73

4.12 Implementasi lansia pasca stroke dengan masalah hambatanmobilitas fisik di asrama 5 & 6 di UPT. Panti Werdha MajapahitMojokerto pada tanggal 23 Juli 2016 ................................................. 75

4.13 Evaluasi lansia pasca stroke dengan masalah hambatan mobilitasfisik di asrama 5 & 6 di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokertopada tanggal 23 Juli 2016 ................................................................... 83

Page 14: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

xiii

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Halaman

2.1 Latihan posisi berbaring terlentang .................................................... 322.2 Latihan posisi miring kesisi yang sehat .............................................. 332.3 Latihan posisi miring kesisi yang lumpuh .......................................... 332.4 Latihan fleksi/ekstensi ........................................................................ 342.5 Latihan abduksi/aduksi ....................................................................... 342.6 Latihan siku fleksi/ekstensi ................................................................ 352.7 Latihan jari fleksi/ekstensi .................................................................. 352.8 Latihan pinggul fleksi ......................................................................... 362.9 Latihan pinggul fleksi/ kekuatan ........................................................ 362.10 Latihan lutut fleksi/ekstensi ................................................................ 362.11 Latihan jari kaki fleksi/ekstensi .......................................................... 372.12 Latihan duduk ..................................................................................... 382.13 WOC lansia pasca stroke dengan hambatan mobilitas fisik .............. 39

Page 15: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran1. Lembar Bimbingan Karya Tulis Ilmiyah.2. Format Pengkajian Keperawatan Gerontik Poltekes Majapahit Mojokerto.3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden4. Surat Ijin Penelitian5. Surat tanda terima penyerahan studi kasus ke lokasi penelitian6. Dokumentasi

Page 16: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

1

BAB 1PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian

secara global. Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit yang terjadi

pada pembuluh darah, akibatnya bisa bermacam-macam, salah satunya

darah tinggi (hipertensi), jika tidak tertanggulangi dan berlanjut akan

sampai pada komplikasinya yaitu penyakit stroke. Penyakit tidak menular

(PTM)ini cenderung lebih banyak menyerang pada usia lanjut karena

berhubungan dengan proses penuaan dan penyakit degeneratif (Kemenkes,

2012).

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization)

pada tahun2011, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM)

diperkirakan akan terus meningkat diseluruh dunia, peningkatan terbesar

akan terjadi di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga

(70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit tidak menular

seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah,

hipertensi dan stroke) 38,5%, kanker (34%), penyakit kronis lainnya

(10,3%). Dalam jumlah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52 juta

jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa

dari 38 juta jiwa pada saat ini.

Menurut Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia menunjukkan

kecenderungan peningkatan pada kasus stroke baik dalam hal kematian,

Page 17: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

2

kejadian maupun kecacatan,angka kematian berdasarkan umur adalah

sebesar 15,9% (umur 45-55 tahun), 26,8% (umur 55-64 tahun) dan 23.5%

(umur >65 tahun) (Riskesdas RI, 2013). Penyakit tidak menular di Jawa

Timur diperkirakan pada tahun 2020 sebesar 7,6 juta orang akan

meninggal karena stroke dan 23% terjadi pada kelompok lansia

(Kesmenkes RI, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan di UPT. Panti

Werdha Majapahit Mojokerto pada tanggal 08 juni 2016 didapatkan angka

kejadian lansia pasca stroke ada 5 pasien dalam satu tahun terakhir pada

tahun 2015.

Stroke pada kelompok lansia terjadi terutama karena faktor

degeneratif yaitu penebalan dinding pembuluh darah, sehingga

menjadikannya mengeras dan menyempit (arterioklerosis) yang dapat

menyebabkan sumbatan (emboli). Hal ini juga memungkinkan terjadi

pecahnya pembuluh darah karena penyampitan pembuluh darah

menyebabkan jantung memompa darah lebih cepat. Secara umum

kurangnya aliran darah dan oksigen menyababkan serangkaian reaksi

biokima, yang dapat merusakan atau mematikan sel-sel saraf di otak

(Nurarif & Kusuma, 2015).

Menurut pandangan dari segi fisioterapi penderita pasca stroke akan

mengalami gangguan atau keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-

hari (AKS), aktivitas perawatan diri (APD) dan kemampuan untuk transfer

dan ambulasi.Selain itu penderita stroke ini juga potensial mengalami

permasalahan seperti kekakuan pada persendian, menurunya kapasitas

Page 18: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

3

paru dan terjadinya ulkus (luka terbuka) tekan. Oleh karena itu upaya

untuk mengurangi dampak dari stroke maka sebagai seorang perawat harus

memberikan intervensi yang tepat agar dapat menghambat terjadinya

ketergantungan fisik total, salah satu pendekatan yang dilakukan adalah

terapi latihan gerak aktif dan pasif (ROM), positioning, breathing exercise,

teknik stimulasi, dan latihan aktifitas. Latihan ini berguna untuk

mengembalikan kemampuan gerak dan fungsional, untuk memanfaatkan

semaksimal mungkin kapasitas sel-sel otak yang masih sehat diperlukan

latihan-latihan yang pada hakikatnya merupakan proses (Pudjiastuti &

Utomo, 2003), serta untuk mempertahankan kemandirian lansia terutama

aktivitas hidup sehari-hari, sehingga lansia dapat hidup sehat dan berguna,

yang perlu ditambahkan yaitu adanya terapi TAKS (Terapi Aktivitas

Kelompok Sosial) sehingga rasa kebersamaan dan kekeluargaan terbina

dan memodifikasi fasilitas yang ada dengan pengaman (pagar untuk

pegangan) agar lansia terhindar dari bahaya terjatuh (Kusuma, 2010).

Maka dengan dilaksanakannya asuhan keperawatan gerontik diatas saya

tertarik untuk memberikan perawatan kesehatan kepada lansia pasca

stroke dengan hambatan mobilitas fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit

Mojokerto.

B. BATASAN MASALAH

Masalah pada studi kasaus ini dibatasi pada asuhan keperawatan

lansia pasca stroke dengan hambatan mobilitas fisik di UPT. Panti Werdha

Majapahit Mojokerto.

Page 19: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

4

C. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana asuhan keperawatan lansia pasca stroke dengan hambatan

mobilitas fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokerto.

D. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan umum

Melaksanakan asuhan keperawatan klien lansia pasca stroke

dengan hambatan mobilitas fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit

Mojokerto.

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian keperawatan pada lansia pasca stroke dengan

hambatan mobilitas fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit

Mojokerto.

b. Menetapkan diagnosis keperawatan pada lansia pasca stroke dengan

hambatan mobilitas fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit

Mojokerto.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada lansia pasca stroke

dengan hambatan mobilitas fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit

Mojokerto.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada lansia pasca stroke

dengan hambatan mobilitas fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit

Mojokerto.

e. Melakukan evaluasi pada lansia pasca stroke dengan hambatan

mobilitas fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokerto.

Page 20: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

5

E. MANFAAT

1. Manfaat teoritis

Sebagai refrensi serta menambah informasi dan pengetahuan

kepada peneliti selanjutnya mengenai asuhan keperawatan lansia pasca

stroke dengan hambatan mobilitas fisikdan dapat mengaplikasikan di

lapangan.

2. Manfaat praktis

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam

pelaksanaan pelayanan keperawatan khususnya pada pasien lansia

pasca stroke dengan hambatan mobilitas fisik di Panthi Werdha

Majapahit Mojokerto yaitu:

a. Meningkatkan kekuatan otot lansia.

b. Mencegah terjadinya kekakuan otot lansia.

c. Meningkatkan kemampuan aktivitas lansia dalam mobilisasi.

Page 21: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

6

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR LANSIA

1. Pengertian lansia

Lansia adalah proses menua termasuk biologis, psikologis, dan sosial

(Kusumawati dan Hartono, 2010).

Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

ulang kehidupaan (Maryam & dkk, 2012).

Kelompok lansia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun

keatas (Istiany & Rusilanty, 2013).

2. Klasifikasi usia

Menurut Maryam, dkk (2012), klasifikasi usia lansia sebagai berikut:

a. Pralansia (prasenilis)

Sesorang yang berusia antara 45-59.

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia

60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjakan dan/atau kegiatan

yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

Page 22: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

7

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada orang lain (Depkes RI, 2003).

Menurut Organisasi Keshatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi:

a. Usia pertengahan (midle age) adalah kelompok usia antara 45–59 tahun.

b. Lanjut usia (elderly) adalah usia 60–74 tahun.

c. Usia lanjut tua (old) adalah kelompok usia antara 75–90 tahun.

d. Usia sangat tua (very old) adalah kelompok usia di atas 90 tahun.

(Azizah, 2011).

3. Karakteristik lansia

Menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam & dkk (2012),

karakteristik penyakit yang sering dijumpai pada lansia diantaranya :

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No. 13

tentang kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,

dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi

adaptif hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

4. Perubahan fungsional akibat menua

Usia tua hampir selalu datang bersama dengan “kesengsaraan” fisik,

psikis, sosial, dan ekonomi. Kekuatan, ketahanan, kelenturan otot rangka

berkurang. Akibatnya, kepala dan leher terfleksi kedepan, sementara ruas

tulang belakang mengalami pembengkokan (kifosis), punggung dan lutut

Page 23: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

8

juga terfleksi sedikit, keadaan tersebut menyebabkan postur tubuh

terganggu. Kemunduran dan kelemahan yang diderita oleh lansia dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Kemunduran dan Kelemahan LansiaNo Kemunduran dan Kelemahan1 Pergerakan dan kesetabilan terganggu2 Intelektual terganggu (dementia)3 Isolasi diri (Depresi)4 Inkontensia dan impotensia5 Difisiensi imunologis6 Infeksi, konstipasi dan malnutrisi7 Latrogenesis dan Insomnia8 Kemunduran penglihatan, pendengaran, pengecapan, pembauan,

komunikasi, integritas kulit.9 Kemunduran proses penyembuhan

(sumber : “Gizi Terapan”, Istiany & Rusilanty, 2013)

Perubahan-perubahan yang terjadi pada proses penuaan antara lain:

a. Berkurangnya cairan dalam jaringan

b. Meningkatnya kadar lemak dalam tubuh

c. Meningkatnya kadar zat kapur dalam jaringan otak dan pembuluh

darah, tetapi mengalami penurunan dalam tulang

d. Terjadinya pembuluh darah dalam jaringan ikat

e. Menurunya laju metabolisme basal per-satuan berat badan

f. Terbentuknya pigmen ketuaan pada tonus otot jantung, sel-sel saraf,

kulit dan sebagainya.

Tabel 2.2 Perubahan Fisiologis Pada LansiaSistem Perubahan

fisiologisImplikasi Penanggulangan

Kulit Kekuatan,sensitifitas kulit,dan kekebalanberkurang

Kerusakan,misalnyadekubitus,bengkak, dankulit kering

1. Pegang dengan perlahan2. Gunakan sabun atau lotion

untuk mengurangikekeringan kulit

Page 24: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

9

Lanjutan Tabel 2.2Sistem Perubahan

fisiologisImplikasi Penanggulangan

Tulang Tulang rapuhatauosteoporosis

Potensi untukkerapuhanmeningkat

Hindarkanbahayaperbanyakmengonsumsikalsium

Otot Kekurangankekuatan sepertiotot gerak

Mudah letihkecenderunganuntuk tidakbergerak

Olah raga rutinmelakukanaktifitas ringansetiap hari

Kardiovaskular Pemompaanjantungberkurang

Tekanan diastolicdan sistolikmeningkat

Menjaga polamakanmengonsumsisuplemen, olahraga rutin

Pernafasan Diameteranteroposteriorparu membesar

Penurunan fungsiparu, pernafasanterganggu

1. Mengatur polahidup sehat

2. Senampernafasan

Gigi Gigi dan gusikerap terinfeksi,sekresi air ludahberkurang

Tanggalnya gigipengeringan ronggamulut menurunkancita rasa

Menjagakebersihan gigi

Hati Perubahan alirandarah danaktivitas enzimhepatic

Menggangumetabolisme danpenetralisir racun

Mengurangikonsumsimakanan atauobat-obatan yangdapat menganggufungsi hati

Ginjal Berkurangnyadarah renal dankerja ginjaldalam prosespencernaanterganggu

Nokturiameningkat,metabolismeberkurang

Mengkonsumsimakanan yangmudah dicerna

Gastrausus Pergerakankolon berkurang

Sembelit Perbanyakkonsumsimakanan berserat

Saraf Reaksi terhadaprangsanganlambat,kinesthesiaberkurang,gangguanpengecapan,penglihatan, danpendengaran

Pelaksanaan fungsisyaraf memerlukanwaktu yang lama,kemampuanberjalan berkurangkehilangan indrasecara berangsur-angsur

1. Memperbaikimassa untukreaksi

2. Kurangirangsangantertentu

3. Jalan santai

Page 25: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

10

Lanjutan Tabel 2.2Sistem Perubahan

fisiologisImplikasi Penanggulangan

4. Berikanrangsangantehadap seleramakan

5. Gunakan kacamata, kurangisilauan daricahaya,gunakan alatbantupendengaran,jauhkan darisuara bising

Saraf pusat Fungsi otakberkurang, polatidur berubah

Dimensia(gangguan dayaingat), susah untuktidur lelap

1. Menjagakesetabilanemosi danhindari depresi

2. Hindarikonsumsi kopi,alcohol

3. Hindari tidurlarut malam

(sumber : “Gizi Terapan”, Istiany & Rusilanty, 2013).

5. Tugas perkembangan pada lanjut usia

Menurut Erickson, dalam Maryam, dkk (2012), kesiapan lansia untuk

beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan lansia

dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila

seseorang pada proses sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan

teratur dengan baik serta membina hubungan baik dengan orang

disekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang

biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olah

raga,mengembangkan hobi bercocok tanam dan lain-lain. Ada beberapa

tugas perkembangan yang terjadi pada lansia yaitu:

a. Penyesuaian diri kepada penurunan kesehatan dan kekuatan fisik.

Page 26: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

11

b. Penyesuaian diri kepada masa pensiun dan hilangnya pendapatan.

c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.

d. Mempersiapkan kehidupan baru.

e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat

secara santai.

f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya.

B. KONSEP DASAR MOBILISASI

1. Pengertian mobilisasi

Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas

merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi

(Handiyani, 2013).

Immobilisasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami atau

berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Handiyani, 2013).

2. Jenis–jenis mobilisasi

Berdasarkan jenisnya, menurut Aziz (2009), dalam Handayani

(2013), mobilisasi terbagi atas dua jenis, yaitu:

a. Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

dengan batasan tidak jelas dan mampu bergerak secara bebas tanpa

adanya gangguan pada bagian tubuh.

b. Mobilisasi sebagian adalah ketidakmampuan seseorang untuk

bergerak secara bebas dan aktif karena dipengaruhi oleh gangguan

saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya.

Page 27: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

12

Mobilisasi terbagi atas dua jenis, yaitu:

1) Mobilisasi sebagian temporer, merupakan kemampuan individu

untuk bergerak dengan batasan yang tidak menetap. Hal tersebut

dinamakan sebagai batasan yang bersifat reversible pada sistem

muskuloskeletal, contohnya: adanya dislokasi pada sendi atau tulang.

2) Mobilisasi sebagian permanen, merupakan kemampuan individu

untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap, Contohnya:

terjadinya kelumpuhan karena stroke, lumpuh karena cedera tulang

belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik

dan sensorik.

3. Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi mobilisasi

Menurut Handayani (2013), ada beberapa faktor yang berpengaruh

dalam mobilisasi:

a. Sistem neuromuscular

b. Gaya hidup

c. Ketidakmampuan

d. Tingkat energi

e. Tingkat perkembangan

1) Bayi: sistem muskuloskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstremitas

lentur dan persendian memiliki ROM lengkap. Posturnya kaku

karena kepala dan tubuh bagian atas dibawa kedepan dan tidak

seimbang sehingga mudah terjatuh.

Page 28: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

13

2) Balita: kekakuan postur tampak berkurang, garis pada tulang belakang

servikal dan lumbal lebih nyata.

3) Balita dan anak sekolah: tulang-tulang panjang pada lengan dan tungkai

tumbuh. Otot, ligamen, dan tendon menjadi lebih kuat, berakibat pada

perkembangan postur dan peningkatan kekuatan otot. Koordinasi yang

lebih baik memungkinkan anak melakukan tugas-tugas yang

membutuhkan keterampilan motorik yang baik.

4) Remaja: remaja putri biasanya tumbuh dan berkembang lebih dulu

dibanding yang laki-laki. Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan

atas, paha, dan bokong. Perubahan laki-laki

pada bentuk biasanya menghasilkan pertumbuhan tulang panjang dan

meningkatnya massa otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul

menjadi lebih sempit. Perkembangan otot

meningkat didada, lengan, bahu, dan tungkai atas.

5) Dewasa: postur dan kesegarisan tubuh lebih baik. Perubahan normal

pada tubuh dan kesegarisan tubuh pada orang dewasa terjadi terutama

pada wanita hamil. Perubahan ini akibat dari respon adaptif tubuh

terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus (janin). Pusat

gravitasi berpindah kebagian depan. Wanita hamil bersandar ke

belakang dan agak berpunggung lengkung. Dia biasanya mengeluh

sakit punggung.

6) Lansia: kehilangan progresif pada massa tulang total terjadi pada

orangtua.

Page 29: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

14

f. Kondisi patologik:

1) Postur abnormal:

a) Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, dimana adanya kontraktur

pada otot sternoklei domanstoid.

b) Lordosis: kurva spinal lumbal yang terlalu cembung

kedepan/anterior.

c) Kifosis: peningkatan kurva spinal torakal.

d) Kipolordosis: kombinasi dari kifosis dan lordosis.

e) Skolioasis: kurva spinal yang miring kesamping, tidak samanya

tinggi hip/pinggul dan bahu.

f) Kiposkoliosis: tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan

lateral.

g) Footdrop: plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena

kerusakan saraf peroneal.

2) Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi muskular, terjadi

karena gangguan yang disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal

3) Kerusakan sistem saraf pusat

4) Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal: kontusio, salah urat,

dan fraktur.

4. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:

a. Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot,

atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme

kalsium.

Page 30: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

15

b. Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja

jantung, dan pembentukan thrombus.

c. Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik

d. Metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolik; metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan

(seperti konstipasi).

e. Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran

perkemihan dan batu ginjal.

f. Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat ischemia dan anoksia

jaringan.

g. Neurosensori: sensori deprivation

(Handiyani, 2013).

5. Respon psikososial

Meningkatkan respon emosional, intelektual, sensori, dan sosiokultural.

Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan

perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan gangguan koping

(Handiyani, 2013).

6. Pengaruh terapi latihan mobilisasi dan pembinaan kesehatan lansia

penderita stroke

Latihan mobilisasi merupakan latihan menggerakan tubuh baik itu aktif

maupun pasif, yang mana setiap gerakanya membutuhkan energi untuk

mengerakanya. Latihan yang terencana dan terstruktur yang melibatkan

Page 31: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

16

gerakan tubuh yang berulang–ulang serta ditujukan untuk meningkatkan

kebugaran jasmani disebut olah raga.Hal ini sejalan dengan teori pada

sebuah penelitan yang menyatakan, bahwa latihan mobilisasi adalah

latihan gerakan sendi baik itu aktif ataupun pasif yang memungkinkan

terjadinya kontraksi dan peregangan otot, dimana pasien menggerakkan

masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal. Latihan mobilisasi

dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan

kemampuan pergerakan sendi secara normal dan lengkap untuk

meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,2009; dalam

Andarwati, N. A, 2013).

Manfaatnya pada lansia antara lain dapat menyehatkan jantung, dan

tulang, membuat lansia lebih mandiri. Olah raga juga dapat melancarkan

perederan darah sehingga olah raga dapat menurunkan resiko penyakit

kardiovaskular seperti DM, Hipertensi, penyakit jantung termasuk

stroke.Secara umum olah raga pada lansia dapat menunjang kesehatan,

yaitu meningkatkan nafsu makan, membuat kualitas tidur lebih baik

(Johnston, 2008).

7. Tujuan mobilisasi

Menurut maryam & dkk (2013), tujuan dari mobilisasi meliputi:

a. Tujuan

1) Tujuan umum

Meningkatnya derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia dipanti,

agar mereka dapat hidup layak.

Page 32: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

17

2) Tujuan khusus

a) Meningkatnya pembinaan dan pelayanan kesehatan lansia di panti,

baik oleh petugas kesehatan maupun petugas panti.

b) Meningkatnya kesadaran dan kemampuan lansia khususnya yang

tinggal dipanti dalam memelihara kesehatan diri sendiri.

c) Meningkatnya peran serta keluarga dalam masyarakat dalam upaya

pemeliharaan kesehaan lansia dipanti.

b. Sasaran

1) Sasaran umum

a) Pengelola panti

b) Keluarga lansia

c) Masyarakat luas

d) Instansi dan keluarga terkait

2) Sasaran khusus

Lansia penghuni panti

c. Persiapan responden

1) Menjelaskan kepada responden tentang prosedur dan tujuan tindakan

yang akan dilakukan.

2) Mengatur senyaman mungkin berbaring atau duduk.

d. Kegiatan

Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia ini dilakukan

melalui upaya preventif, yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan

Page 33: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

18

terjadinya penyakit–penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan

komplikasinya.

Kegiatanya dapat berupa berikut ini :

1) Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dipanti oleh petugas

kesehatan yang datang kepanti secara periodik atau di puskesmas

dengan menggunakan KMS lansia.

2) Penjaringan penyakit pada lansia oleh petugas kesehatan yang telah

dilatih dalam pemeliharaan kesehtan lansia.

3) Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas

panti yang menggunakan buku catatan pribadi.

4) Melakukan olah raga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan

kondisi masing–masing.

5) Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan

kondisi kesehatan masing–masing.

6) Meningkatkat ketaqwaan kepada tuhan yang maha esa.

7) Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap

produktif.

8) Melakukan orientasi realita yaitu upaya pengenalan terhadap

lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu mengadakan

hubungan dan pembatasan waktu, tempat, dan orang secara optimal.

Page 34: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

19

C. KONSEP DASAR STROKE

1. Pengertian

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,

progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan/atau global, yang

berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian,

dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak

nontraumatik. Bila gangguan peredaran darah otak berlangsung

sementara, beberapa detik hingga beberapa jam (kebanyakan 10-20

menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan iskemia otak

sepintas (transient ischaemia attack = TIA) (Mansjoer & dkk, 2007).

Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan

defisit neurologis mendadak sebagai akibat ischemia atau hemoragik

sirkulasi saraf otak (Nurarif & Kusuma, 2015).

2. Etiologi

Stroke di bagi menjadi dua jenis yaitu strokeischemic dan stroke

hemoragik.

a. Stroke ischemic yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang

menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan

terhenti. 80% stroke adalah stroke iscemic.

Stroke iscemic dibagi menjadi 3 jenis :

1) Stroke trombotic: proses terbentuknya thrombus yang membuat

penggumpalan.

2) Stroke embolic : tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

Page 35: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

20

3) Hipopervusion sistemic: berkurangnya aliran darah keseluruh bagian

tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.

b. Stroke hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya

pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada

penderita hipertensi.

Stroke hemoragik ada 2 jenis yaitu :

1) Hemoragik intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan

otak.

2) Hemoragik subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang

subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan

jaringan yang menutupi otak).

(Nurarif & Kusuma, 2015).

3. Faktor- faktor yang menyebabkan stroke:

a. Faktor yang tidak dapat dirubah (nonreversible)

1) Jenis kelamin : pria lebih sering ditemukan menderita stroke dari

pada wanita.

2) Usia :Makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.

3) Keturunan :Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.

b. Faktor yang dapat dirubah (reversible)

1) Hipertensi

2) Penyakit jantung

3) Kolesterol tinggi

4) Obesitas

Page 36: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

21

5) Diabetes militus

6) Polisetemia

7) Stress omosional

c. Kebiasan hidup

1) Merokok

2) Minuman beralkohol

3) Obat-obatan terlarang

4) Aktivitas yang tidak sehat: kurang olah raga, makanan berkolesterol

(Nurarif & Kusuma, 2015).

4. Manifestasi klinis

a. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan

b. Tiba-tiba hilang rasa peka

c. Bicara pelo

d. Gangguan bicara dan bahasa

e. Gangguan penglihatan

f. Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai

g. Gangguan daya ingat

h. Nyeri kepala hebat

i. Vertigo

j. Kesadaran menurun

k. Proses kencing terganggu

l. Gangguan fungsi otak

Page 37: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

22

Tabel 2.3 Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke IschemicGejala klinis Stroke hemoragik Stroke Ischemic

PIS PSAGejala defisit lokal Berat Ringan Berat/ringan

SIS sebelumnya Amat jarang (-) +/biasaPermulaan (onset) Menit/jam 1 – 2 menit Pelan (jam/hari)

Nyeri kepala Hebat Sangat hebat Ringan/tak ada

Muntah pada awalnya Sering Sering Tidak kecualilesi pada batang

otakHipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kaliKesadaran Bisa hilang Bisa hilang

sebentarDapat hilang

Kaku kuduk Jarang Bisa ada padapermulaan

Tidak ada

Hemiparesis Sering sejak awal Tidak ada Sering dari awal

Deviasi mata Bisa ada Tidak ada Mungkin adaGangguan bicara Sering Jarang Sering

Likuor Sering berdarah Selalu berdarah JernihPendarahan subhialoid Tak ada Bisa ada Tak ada

Paresis/gangguan N III (-) Mungkin (+)

(Sumber: Kapita Selekta Kedokteran; Edisi Ketiga; Jilid Dua: olehMansjoer,Suprohaita,Wardani, & Setiowulan, 2007).

5. Komplikasi stroke

a. Dini (0–48 jam pertama): edema seribri, defisit neurologis cenderung

memberat, dapat mengakibatkan peningkatan TIK, dan akhirnya dapat

menimbulkan kematian.

Infark miokard, penyebab kematian mendadak pada stroke stadium

awal.

b. Jangka pendek (1 – 14 hari)

Pneumonia akibat immobilisasi lama

Infark miokard

Page 38: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

23

Emboli paru; cenderung terjadi 7–14 hari paska stroke, sering kali

terjadi pada saat penderita mulai mobilisasi

Stroke rekuren: dapat terjadi setiap saat

c. Jangka panjang (>14 hari)

Stroke rekuren

Infark miokard

Gangguan vaskular lain : penyakit vaskular perifer

(Nurarif & Kusuma, 2015)

6. Pemeriksaan penunjang

a. Angiogarafi serebri

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti

pendarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari

pendaraan seperti aneurisma atau malformasi vaskular.

b. Lumbal pungsi, CT Scan, EEG, Magnetic Imaging Resnance (MRI)

c. USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem

karotis).

(Nurarif & Kusuma, 2015).

7. Penatalaksanaan stroke

a. Stadium hiperakut

Tindakan distadium ini dilakukan di instalasi rawat darurat dan

merupakan tindakan resusitasi.Serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar

pendarahan di otak tidak meluas.

Page 39: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

24

Pada stadium ini pasien diberi:

1) Oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari cairan dekstrosa

atau salin dalam HO.

2) Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto torak,

darah perifer lengkap, dan jumlah trombosit, protombin time/INR,

APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk elektrolit).

3) Jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah.

4) Tindakan lain di instalasi gawat darurat adalah memberikan dukungan

minta kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya

agar tetap tenang.

b. Stadium akut

1) Stroke iskemik

Terapi umum:

a) Letakkan kepala pasien pada posisi 30;

b) Kepala dan dada pada satu bidang;

c) Ubah posisi tidur setiap 2 jam;

d) Mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.

Selanjutnya:

a) Bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2 L/menit sampai didapatkan

hasil analisis gas darah.

b) Jika perlu dilakukan instubasi.

Page 40: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

25

c) Demam diatasi dengan kompres dan anti piretik, kemudian dicari

penyebabnya; jika kandung kemih penuh dikosongkan (sebaiknya dengan

kateter intermiten).

d) Pemberian nutrisi isotonik, kristaloid/ koloid 1500-2000 ml dan elektrolit

sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik.

e) Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika

didapatkan gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan

melalui selang nasogastrik.

f) Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah

sampai 150% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari

pertama.

g) Hipoglikemia (kadar gula darah <60/80 mg% dengan gejala) diatasi segera

dengan dektrosa 40% iv sampai kembali normal dan harus dicari

penyebabnya.

h) Nyeri kepala atau muntah diatasi dengan pemberian obat- abatan sesuai

dengan gejala.

i) Tekanan darah tidak perlu langsung diturunkan kecuali tekanan sistolik

>220 mmHg dan diastolik dan 120 mmHg, mean arterial blood pressure

(MAP) >130 mmHg (pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 30

menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta

gagal ginjal.

j) Jika hipotensi yaitu tekanan darah sistolik <90 mmHg dan diastolik <70

mmHg, diberi NaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL

Page 41: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

26

selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat

teratasi. Jika hipotensi belum teratasi dapat diberikan dopamin 2-20

ug/kg/menit sampai tekanan darah diastolik 110 mmHg.

k) Jika kejang diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama tiga menit,

maksimal 100 mg perhari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan peroral

(fenitoin, karbamazepin). Jika kejang muncul setelah 2 minggu,

diberikan anti konvulsan per oral jagka panjang.

l) Jika didapatkan TIK meningkat di berikan manitol bolus iv 0,25 sampai

1 g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau

keadaan umum memburuk, dilanjutkan 0,25 g/kgBB per 30 menit setiap

6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320

mmol); sebagai alternative, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl

3%)atau furosemid.

Terapi khusus: ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian dengan anti

platelet seperti aspirin dan anti koagulan atau diajurkan dengan cairan

trombolitik rt-PA (recombinant tissue plasminogen activator). Dapat

juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam (jika di

dapatkan afasia).

2) Stroke hemoragik

a) Terapi umum: pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika

folume hematoma >30 ml, pendarahan intraventrikular dengan

hidrosefalus, dan keadaan klinis selalu memburuk. Tekanan darah harus

diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan

Page 42: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

27

sistolik >180 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma

bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera

diturunkan dengan labetalov iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit)

sampai 20 mg; (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg;

enalapril iv 0,625-1,25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per

oral. Jika di dapatkan TIK menigkat posisikan kepala naikan 30,

posisi kepala dan dada satu bidang, pemberian manitol dan

hiperventilasi (pCO2 20-35 mmHg).

b) Terapi khusus: neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat

vasodilator tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak

pendarahan yaitu pada pasien yang kondisinya yang memburuk

dengan pendarahan sebelum beriameter >3 cm, hidrosefalus akut

akibat pendarahan intraventrikel atau sebelum, dilakukan VP-

sunting, dan pendarahan lebar lebih 60 ml dengan tanda peningkatan

tekanan intracranial akut dan ancaman berherniasi. Pada pendarahan

subaraknoid, dapat digunakan antagonis kalsium (nemodipin) atau

tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirfasi, maupungama

knife)jikapenyebabnya adalah aneurisma atau malformasi arteri-

vena (arteriovenous malformation, AVM).

c. Stadium subakut

Tidakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan,

terapi wicara, dan bladder training (termasuk terapi fisik).Mengingat

perjalanan penyakit yang panjang, dibutuhkan penatalaksanaan khusus

Page 43: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

28

intensif pasca stroke dengan tujuan kemandirian pasien, mengerti,

memehami dan melaksanakan progam prefentif primer dan skunder.

Terapi pasien subakut antara lain:

1) Melanjutkan terapi sesuai kondisi akut sebelumnya

2) Penatalasanaan komplikasi

3) Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien) yaitu fisioterapi, terapi

wicara, terapi kognitif, dan terapi okupasi

4) Revensi skunder

5) Edukasi keluarga dan Discharge planning

(Nurarif & Kusuma, 2015).

8. Program rehabilitasi klien pasca stroke

Menurut Smeltzer & Bare (2008), dalam Cahyati(2011), rehabilitasi

adalah suatu proses dinamis, yang berorientasi pada kesehatan yang

membantu individu yang sakit atau cacat untuk mencapai tingkat fungsi

fisik, mental, spiritual, sosial dan ekonomi yang setinggi mungkin. Fase

rehabilitasi dapat dimulai sesegera mungkin pada pasien yang mengalami

stroke, namun proses ini ditekankan selama fase konvalesen dan

memerlukan upaya tim koordinasi. Sasaran utama program rehabilitasi

adalah perbaikan mobilitas dan proses fikir, menghindari nyeri bahu,

pencapaian perawatan diri dan beberapa bentuk komunikasi, mendapatkan

kontrol kandung kemih, pemeliharaan integritas kulit, perbaikan fungsi

keluarga dan tidak adanya komplikasi.Salah satu program rehabilitasi yang

dilakukan untuk memperbaiki mobilitas pasien pasca stroke adalah

Page 44: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

29

latihan. Terapi latihan/exercise berupa latihan range of motion (ROM)

merupakan salah satu bentuk latihan yang efektif sebagai program

rehabilitasi pada pasien pasca stroke. Latihan ini dapat dilakukan 4 sampai

5 kali dalam sehari (Smeltzer & Bare, 2008; dalam Cahyati, 2011).

Sedangkan menurut Perry & Poter (2006), dalam Cahyati (2011),

latihan ROM bisa dilakukan minimal 2X/hari. Terapi latihan ini

dimaksudkan untuk meningkatkan kemandirian pasien, mengurangi

tingkat ketergantungan pada keluarga, dan meningkatkan harga diri dan

mekanisme koping pasien.

Menurut Purwanti & Maliya(2008), Rehabilitasi meliputi tiga hal, yaitu

rehabilitasi medikal, sosial, dan vokasional.

1. Rehabilitasi medik merupakan upaya mengembalikan kemampuan

klien secara fisik pada keadaan semula sebelum sakit dalam waktu

sesingkat mungkin.

2. Rehabilitasi sosial merupakan upaya bimbingan sosial berupa bantuan

sosial guna memperoleh lapangan kerja.

3. Rehabilitasi vokasional merupakan upaya pembinaan yang bertujuan

agar penderita cacat menjadi tenaga produktif serta dapat melaksanakan

pekerjaannya sesuai dengan kemampuannya.

Prinsip rehabilitasi menurut Harsono (1996), dalam Purwanti dan

Maliya (2008),adalah:

Page 45: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

30

1. Rehabilitasi dimulai sedini mungkin, bahkan dapat dikatakan bahwa

rehabilitasi segera dimulai sejak dokter melihat penderita untuk pertama

kalinya.

2. Tidak ada seorang penderitapun yang boleh berbaring satu hari lebih lama

dari waktu yang diperlukan, karena akan mengakibatkan komplikasi.

3. Rehabilitasi merupakan terapi multidisipliner terhadap seorang penderita

dan rehabilitasi merupakan terapi terhadap seorang penderita seutuhnya.

4. Factor yang paling penting dalam rehabilitasi adalah kontinuitas

perawatan.

5. Perhatian untuk rehabilitasi lebih dikaitkan dengan sisa kemampuan fungsi

neuromuskuler yang masih ada, atau dengan sisa kemampuan yang masih

dapat diperbaiki dengan latihan.

6. Dalam pelaksanaan rehabilitasi termasuk pula upaya pencegahan serangan

berulang.

7. Penderita stroke lebih merupakan subjek rehabilitasi dan bukannya sekadar

objek. Pihak medis, paramedik, dan pihak lainnya termasuk keluarga

berperan untuk memberikan pengertian, petunjuk, bimbingan dan

dorongan agar penderita selalu mempunyai motivasi yang kuat.

8. Ungkapan Benjamin Franklin berikut ini perlu direnungkan maknanya: “a

little neglect may breed mischief”

Menurut Purwanti & Maliya (2008), Tahap Rehabilitasi meliputi:

1. Rehabilitasi stadium akut

Page 46: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

31

Sejak awal tim rehabilitasi medik sudah diikutkan, terutama untuk

mobilisasi. Programnya dijalankan oleh tim, biasanya latihan aktif dimulai

sesudah prosesnya stabil, 24-72 jam sesudah serangan, kecuali

perdarahan. Sejak awal Speech terapi diikut sertakan untuk melatih otot-

otot menelan yang biasanya terganggu pada stadium akut. Psikolog dan

Pekerja Sosial Medik untuk mengevaluasi status psikis dan membantu

kesulitan keluarga.

2. Rehabilitasi stadium subakut.

Pada stadium ini kesadaran membaik, penderita mulai menunjukan

tanda-tanda depresi, fungsi bahasa mulai dapat terperinci.Pada penderita

stroke pola kelemahan ototnya menimbulkan hemiplegic posture. Kita

berusaha mencegahnya dengan cara pengaturan posisi, stimulasi sesuai

kondisi klien.

3. Rehabilitasi stadium kronik

Pada saat ini terapi kelompok telah ditekankan, dimana terapi ini

biasanya sudah dapat dimulai pada akhir stadium subakut. Keluarga

penderita lebih banyak dilibatkan, pekerja medik sosial, dan psikolog

harus lebih aktif.

Menurut Purwanti dan Maliya (2008) dalam Brillianti (2015), program

rehabilitasi segera dijalankan oleh tim, biasanya aktif dimulai sesudah

prosesnya stabil, 24-72 jam sesudah serangan kecuali pada perdarahan.

Tindakan mobilisasi pada perdarahan subarachnoid dimuali 2-3 minggu

Page 47: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

32

sesudah serangan. Latihan gerakan sendi anggota badan secara pasif 4 kali

sehari untuk mencegah kontraktur.

Adapun langkah-langkah mobilisasi dalam rehabilitasi menurut Purwanti

dan Maliya (2008), dalam Brillianti (2015), ini meliputi:

a. Pelaksanaan mobilisasi dini posisi tidur.

1) Berbaring terlentang

Posisi kepala leher dan punggung harus lurus, letakkan bantal dibawah

lengan yang lumpuh secara hati-hati, sehingga bahu terangkat ke atas

dengan lengan agak ditinggikan dan memutar ke arah luar, siku dan

pergelangan tangan agak ditinggikan.Letakkan pula bantal dibawah

paha yang lumpuh dengan posisi agak memutar kearah dalam lutut agak

ditekuk.

Gambar 2.1Latihan Posisi Berbaring Terlentang

2) Miring ke sisi yang sehat

Bahu yang lumpuh harus menghadap ke depan, lengan yang lumpuh

memeluk bantal dengan siku di luruskan. Kaki yang lumpuh diletakkan

di depan, di bawah paha dan tungkai diganjal bantal, lutut ditekuk.

Page 48: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

33

Gambar 2.2Latihan Posisi Miring Kesisi Yang Sehat

3) Miring ke sisi yang lumpuh

Lengan yang lumpuh menghadap ke depan, pastikan bahwa bahu

penderita tidak memutar secara berlebihan. Tungkai agak ditekuk,

tungkai yang sehat menyilang di atas tungkai yang lumpuh dengan

diganjal bantal.

Gambar 2.3Latihan Posisi Miring Kesisi Yang Lumpuh

b. Latihan gerak sendi (range of motion)

Latihan Range of Motion (ROM) adalah kegiatan latihan yang bertujuan

untuk memelihara fleksibilitas dan mobilitas sendi (Tseng, et al, 2007;

dalam Cahyati, 2011).

Latihan gerak sendi aktif adalah klien menggunakan ototnya untuk

melakukan gerakan dan intinya tidak ada ketidaknyamanan.

Menggambarkan gerakan sistematik dengan rangkaian urutan selama atau

Page 49: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

34

setiap tahap. Menampilkan setiap latihan 3x dan rangkaian latihan 2x

sehari.

Latihan gerak sendi pasif adalah perawat menggerakkan anggota gerak dan

memerintahkan keikutsertaan klien agar terjadi gerakan penuh (Purwanti

& Maliya, 2008).

1. Latihan gerak sendi pada anggota gerak atas menurut Hoeman (1996),

dalam Purwanti dan Maliya (2008), adalah:

a. Fleksi/ekstensi

Dukung lengan dengan pergelangan tangan

dan siku, angkat lengan lurus melewati

kepala klien, istirahatkan lengan terlentang

diatas kepala di tempat tidur.

Gambar 2.4Latihan Fleksi/ekstensi

b. Abduksi/adduksi

Dukung lengan di pergelangan dengan

telapak tangan dan siku dari tubuhnya

klien, geser lengan menjauh menyamping

dari badan, biarkan lengan berputar dan

berbalik sehingga mencapai sudut 90ᵒ

dari bahu.

Gambar 2.5Latihan Abduksi/adduksi

Page 50: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

35

c. Siku fleksi/ekstensi

Dukung siku dan pergelangan tangan, tekuk

lengan klien sehingga lengan menyentuh ke

bahu, luruskan lengan ke depan.

Gambar 2.6Latihan Fleksi/ekstensi Siku

d. Pergelangan tangan

Dukung pergelangan tangan dan tangan klien dan jari-jari dengan jari yang

lain; tekuk pergelangan tangan ke depan danmenggenggam, tekuk

pergelangan tangan ke belakang dantegakkan jari-jari, gerakkan

pergelangan tangan ke lateral.

e. Jari fleksi/ekstensi

Dukung tangan klien dengan memegang

telapak tangan, tekuksemua jari sekali,

luruskan semua jari sekali

Gambar 2.7Latihan Jari Feksi/ekstensi.

2. Latihan gerak sendi pada anggota gerak bawah menurut Hoeman

(1996),dalam Purwanti & Maliya (2008), adalah:

Page 51: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

36

a. Pinggul fleksi

Dukung dari bawah lutut dan tumit klien, angkat lutut mengarah ke dada

tekuk pinggul sedapat mungkin, biarkan lutut menekuk sedikit atau dengan

toleransi klien.

Gambar 2.8 Latihan Pinggul Fleksi

b. Pinggul fleksi/kekuatan

Dukung dari bawah lutut dan tumit klien,

mengangkat kaki klien diluruskan setinggi

mungkin, pegang sampai hitungan kelima

Gambar 2.9Latihan Pinggul Fleksi Kekuatan

c. Lutut Fleksi/ekstensi

Dukung kaki bila perlu tumit dan belakang lutut,

tekuk setinggi 90 derajat dan luruskan lutut.

Gambar2.10Latihan Lutut Fleksi/ekstensi

Page 52: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

37

d. Jari kaki Fleksi/ekstensi

Dukung telapak kaki klien, tekuk semua jari menurun dan dorong

semua jari ke belakang

Gambar 2.11 Latihan Jari Fleksi/Ekstensi

e. Tumit inverse/eversi

Dukung kaki klien di tempat tidur dengan satu tangan dan pegang

telapak kaki dengan tangan yang lain, putar telapak kaki keluar, putar

telapak kaki ke dalam

3. Latihan duduk

Menurut Harsono (1996), dalam Purwanti dan Maliya (2008), latihan

dimulai dengan meninggikan letak kepala secara bertahap untuk kemudian

dicapai posisi setengah duduk dan pada akhirnya posisi duduk. Latihan

duduk secara aktif sering kali memerlukan alat bantu, misalnya trapeze

untuk pegangan penderita.

Sedang menurut Kandel, dkk (1995), dalam Purwanti dan Maliya

(2008), bangun duduk dilakukan dengan bantuan perawat yang memegang

kuat siku sisi yang lumpuh pada tempat tidur, dengan tangan yang lain

berjabatan tangan dengan tangan penderita yang sehat. Siku penderita yang

Page 53: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

38

sakit harus berada langsung di bawah bahu, bukan di belakang

bahu.Latihan ini diulang-ulang sampai penderita merasakan gerakannya.

Penyanggaan berat di siku yang menyebar ke atas sendi bahu sisi yang

mampu merupakan bagian yang penting dalam rehabilitas penderita stroke

menuju penyembuhan total.

Gambar 2.12Latihan Duduk

Page 54: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

39

9. WOC StrokeLansia

Gambar 2.13 WOC lansia pasca strokeNurarif& Kusuma, (2015) dan Maryam, dkk (2012).

Kelemahan Pada Satu/Keempat Anggota Gerak

Hemiparase/Plegia Kanan & Kiri

DX. HAMBATAN MOBILITAS FISIK

Lansia

Proses Penuaan

Penyakit Degeneratif

Perubahan Fisiologis Tubuh Lansia

Terjadi Perubahan Pada Vaskular : Elastisitas Pembuluh Darah Menurun

Tubuh Menyusut Dikarenakan Jumlah Sel Dalam Tubuh Berkurang

Lemak/Kolestrol Yang Terbawa Oleh DarahTertimbun Dan Mengendap Pada Dinding Vaskular

Lemak Yang Sudah Nekrotik Dan BerdegenerasiMenjadi Kapur Dgn Ilfiltrsi Limfosit (Trombus)

Ateriosklerosis Pembuluh Darah Menjadi Kaku Dan Pecah

Trombus/Emboli Di SerebralStroke Hemoragik

Stroke Iskemik

Proses Metabolisme Dalam Otak Terganggu

Suplai Darah Dan Oksigen Ke Otak Menurun

Arteri Carotis Interna Arteri VertebraBasilaris

Arteri CerebriMedia

Disfungsi N.Ii (Optikus) Kerusakan Neuro CerebroSpinal, N.Vii (Facialis),N.Ix (Glossofariengus)

Kerusakan N.I(Olfaktorius),N.Iv (Troklearis),

N.Xii (Hipoglosus)

Disfungsi N.Xi(Assesoris)

Penurunan Fungsi Motorik DanMuskuluskeletal

Page 55: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

40

D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASKA

STROKE

1. Pengkajian keperawatan

Menurut Maryam (2012), pengkajian merupakan tahap awal dasar

utama proses keperawatan. Tahap pengkajian pada lansia pasca stroke

dikembangkan sesuai dengan keberadaan lansia. Format pengkajian

yang dikembangkan minimal terdiri atas: data dasar (identitas, usia,

alamat, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, identitas

penanggung jawab, catatan masuk, riwayat pekerjaan, serta genogram);

riwayat kesehatan pasien; pemeriksaan fisik; pengkajian pola kognitif-

perceptual; lingkungan; fasilitas penunjang kesehatan yang ada; data

psikososialspiritualkultural; data penunjang, terapi medis, analisa data,

serta prioritas diagnosa keperawatan.

Data subjektifmeliputi :

a. Identitas klien :

1) Nama (agar data dapat diketahui siapa pemiliknya dan agar tidak

tertukar dengan pasien lain)

2) Umur (mengkaji usia dihubungkan dengan penurunan aktivitas

fisik pada usia lanjut).

3) Alamat (ditanyakan karena mungkin memiliki nama yang sama

dengan alamat yang berbeda).

4) Agama (untuk mengetahui keyakinan pasien yang berhubungan

dengan spiritual).

Page 56: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

41

5) Suku bangsa (berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-

hari).

6) Pendidikan (berpengaruh dalam berkomunikasi dengan pasien,

menyesuaikan tingkat pendidikan pasien dalam berkomunikasi untuk

dapat memahami dan mempermudah dalam memberikan informasi

kepada pasien).

7) Pekerjaan pasien (guna mengetahui dan mengukur tingkat sosial

ekonominya, karena ini mempengaruhi dalam gizi psien tersebut).

8) Identitas penanggung jawab (ditanyakan suatu saat oleh dokter atau

perawat sebagai penanggung jawab dari keluarga pasien).

9) Catatan masuk (tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruang rawat, nomor

rekam medik dan diagnosa medis).

10) Riawayat pekerjaan (guna untuk mengetahui tingkat ekonomi pasien).

11) Genogram (guna untuk mengetahui apakah dalam rumah atau keluarga

pasien ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama pada anggota

yang lain).

b. Riwayat kesehatan

Pengkajian riwayat kesehatan pasien dapat berupa keluhan saat ini,

penyakit saat ini dan penyakit yang pernah diderita.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik terdiri dari keadaan umum, tingat kesadaran, GCS,

pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan dan pemeriksaan fisik

head to toe.

Page 57: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

42

d. Pola aktivitas kesehatan

Pada pengkajian pola kesehatan ini berguna untuk mengetahui

keseharian pasien sampai pada sebelum dan saat dirawat, salah satunya

pola diet pasien sebelumhingga sakit.

e. Pengkajian lingkungan (guna untuk mengetahui keadaan lingkungan

tempat tinggal pasien yang berhubungan dengan kesehatan pasien).

f. Fasilitas penunjang kesehatan yang ada (guna untuk membantu pasien

dalam menanggapi penyakitnya menuju tempat pelayanan kesehatan

terdekat).

g. Pengkajian data psikososialspiritualkultural

Pengkajian pada aspek ini dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana

respon psikologis pasien dan nilai keyakinan yang dianut serta dampak

yang terjadi akibat gangguan aktifitas pasien terhadap kehidupan sehari-

hari.

h. Data penunjang

Berfungsi sebagai data pendukung dan memperkuat suatu masalah.

i. Analisa data

Guna untuk mengumpulkan semua data yang telah diperoleh dari pasien

dan menentukan prioritas masalah keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Wilkinson, Judith M & Ahern (2011), diagnosa keperawatan

pada pasien pasca stroke salah satunya yaitu:

a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan musculoskeletal

Page 58: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

43

Definisi: keterbatasan dalam, pergerakan fisik mandiri dan terarah pada

tubuh atau satu ekstrimitas atau lebih.

Dengan skala tingkatannya:

1) Tingkat 0: Mandiri total.

2) Tingkat 1: Memerlukan penggunaan peralatan atau alat bantu.

3) Tingkat 2: Memerlukan bantuan orang lain untuk pertolongan,

pengawasan dan pengajaran.

4) Tingkat 3: Memerlukan bantuan dari orang lain dan peralatan atau alat

bantu.

5) Tingkat 4: Ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

Batasan karakteristik:

Objektif

1) Penurunan waktu reaksi.

2) Kesulitan membolak-balik posisi.

3) Melakukan aktifitas lain sebagai pengganti pergerakan (mis;

meningkatkan pada aktivitas orang lain, mengendalikan prilaku, fokus

pada ketunadayaan/aktivitas sebelum sakit).

4) Dispnea setelah beraktifitas.

5) Perubahan cara berjalan (misalnya; penurunan aktivitas, perubahan cara

berjalan, kesulitan untuk memulai berjalan, langkah kecil, berjalan

dengan menyeret kaki, pada saat berjalan badan mengayun kesamping).

6) Gerakan bergetar

Page 59: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

44

7) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar ataupun

halus.

8) Keterbatasan rentang gerak sendi.

9) Tremor yang diinduksi oleh gerakan.

10) Ketidakstabilan postur

11) Melambatnya pergerakan

12) Pergerakan tidak terkoordinasi.

Faktor yang berhubungan:

1) Perubahan metabolisme sel

2) Indeks massa tubuh diatas persentil ke-75 sesuai usia

3) Penurunan kekuatan, kendali dan massa otot

4) Keadaan alam perasaan dalam depresi atau ansietas

5) Keterlambatan dalam perkembangan

6) Ketidaknyamanan

7) Intoleransia aktivitas dan penurunan kekuatan dan ketahanan

8) Kaku sendi atau kontraktur

9) Defisiensi pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik

10) Kurang dukungan lingkungan fisik atau sosial

11) Keterbatasan dalam kardiovaskular

12) Hilangnya integritas struktur tulang

13) Medikasi

14) Gangguan muskuloskeletal

15) Gangguan neuromuskular

Page 60: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

45

16) Nyeri

17) Progam pembatasan pergerakan

18) Gaya hidup yang kurang gerak atau disuse atau melemah

19) Malnutrisi (umum atau selektif)

20) Gangguan sensori persepsi

3. Intervensi

Intervensi keperawatan adalah upaya yang dilakukan perawat untuk

mencapai hasil yang diharapkan yaitu kesembuhan pasien dan kemampuan

pasien melakukan atau memenuhi kebutuhan hidupnya kembali dan tujuan

pemulangan pasien (Nursalam, 2015).

Menurut Wilkinson, Judith M & Ahern (2011), rencana tindakan

perawat pada pasien lansia pasca stroke dengan diagnosa sebagai berikut

adalah:

a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal.

Tujuan/kriteria evaluasi (NOC):

1) Pasien dapat meningkatkan kemampuan mandiri dalam aktivitas

fisik baik dengan atau tanpa alat bantu.

2) Pasien dapat meminta bantuan untuk aktivitas mobilisasi, jika

diperlukan.

3) Pasien mengerti tujuan dari peningkatan mobilisasi.

Page 61: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

46

4) Pasien mampu berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain secara

mandiri (seperti dari kursi roda ke tempat tidur dan sebaliknya).

5) Pasien mampu untuk mempertahankan keseimbangan tubuh dalam

aktivitas mobilisasi.

Intervensi keperawatan (NIC):

a. Aktivitas keperawatan tingkat 1

1) Mengkaji kebutuhan pasien terhadap bantuan pelayanan kesehatan

terdekat terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama.

2) Mengajarkan pasien tentang dan pantau penggunaan alat bantu

mobilitas (misalnya; tongkat, walker, kruk, atau korsi roda).

3) Mengajarkan dan bantu pasein dalam proses berpindah (misalnya; dari

tempat tidur ke kursi).

4) Merujuk pasien keahli terapi fisik untuk progam latihan.

5) Memberikan penguatan positif selama aktivitas.

6) Mengatur posisi pasien (NIC):

a) Pantau pemasangan alat traksi yang benar.

b) Letakan matras atau tempat tidur terapeutik dengan benar.

c) Atur posisi pasien dengan kesejajaran tubuh yang benar.

d) Letakan pada posisi terapeutik (misal; hindari penempatan puntung

amputasi pada posisi fleksi; tinggikan bagian tubuh yang terkena,

jika diperlukan; imobilisasi atau sangga bagian tubuh yang terkena,

jika diperlukan).

Page 62: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

47

e) Ubah posisi pasien yang imobilisasi minimal tiap dua jam sekali,

berdasarkan jadwal spesifik.

f) Dukung latihan ROM aktif atau pasif, jika diperlukan.

b. Aktivitas keperawatan tingkat 2

1) Mengkaji kebutuhan belajar pasien.

2) Mengkaji kebutuhan pasien terhadap bantuan pelayanan kesehatan

terdekat terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama.

3) Mengajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif

untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan

otot.

4) Mengajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman.

5) Mengintruksikan pasien untukmenyangga dan memperhatikan

kesejajaran tubuh dengan benar.

6) Menggunakan ahli terapi fisik dan okupasi sebagaisuatu sumber untuk

mengembangkan perencanaan dan mempertahankan atau meningkatkan

mobilitas.

7) Memberikan penguatan positif selama latihan.

8) Mengawasi seluruh upaya mobilitas dan bantu pasien, jika diperlukan.

c. Aktivitas keperawatan tingkat 3 dan 4

1) Menentukan tingkat motivasi pasien untuk mempertahankan atau

mengembalikan mobilitas sendi dan otot.

2) Menggunakan ahli fisioterapi sebagai suatu sumber dalam perencanaan

aktivitas perawatan pasien.

Page 63: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

48

3) Memberikan penguatan positif selama aktivitas.

4) Memberikan analgesik sebelum memulai aktivitas latihan fisik.

5) Menyusun rencana yang spesifik, seperti: tipe alat bantu, jadwal

aktivitas, dll.

d. Perawatan dirumah

1) Mengkaji lingkungan rumah pasien terhadap kendala dalam mobilitas

(misalnya; lantai tidak rata, dll).

2) Merujuk pasien untuk mendapat layanan di rumah untuk mendapat

bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.

3) Merujuk pasien kelayanan fisioterapi untuk memperoleh latihan

kekuatan, keseimbangan dan cara berjalan.

4) Merujuk pasien kelayanan terapi okupasi untuk alat bantu

5) Menganjurkan pasien untuk berlatih bersama anggota keluarga atau

teman.

6) Mengajarkan pasien cara bangun dari tempat tidur secara perlahan.

e. Untuk lansia

1) Memantau komplikasi imobilisasi (misal; pneumonia, ulkus dekubitus),

yang terjadi lebih cepat terjadi pada lansia.

2) Memantau hipotensi ortostatik; saat membantu pasien bangun dari

tempat tidur, minta pasien untuk menjuntaikan kakinya sebelum berdiri.

Page 64: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

49

4. Implementasi

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan.

Implementasi atau juga disebut sebagai tindakan keperawatan adalah

pelaksanaan intervensi yang telah ditentukan, mencakup tindakan yang

mandiri dan kolaboratif.Pada tahap ini, anda siap untuk melaksanakan

intervensi dan aktivitas–aktivitas yang telah dicatat dalam rencana

perawatan klien.

Aktivitas–aktivitas tersebut meliputi hal–hal berikut :

1. Mengidentifikasi prioritas perawatan.

2. Membantu dan mencatat respon.

3. Mengomunikasikan kepada penyedia perawatan kesehatan lain.

4. Mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan (Renpra).

5. Identifikasi prioritas perawatan

(Priyoto, 2015).

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi dalam perawatan adalah tahapan menilai tindakan

keperawatan yang telah dilakukan, untuk mengetahui pemenuhan

kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses

keperawatan (Priyoto, 2015).

Ada empat yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu :

a. Masalah teratasi seluruhnya

b. Masalah teratasi sebagian

c. Masalah tidak teratasi

Page 65: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

50

d. Timbul masalah baru

Evaluasi merupakan keputusan mengenai efektivitas asuhan

keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah

ditetapkan dan respons prilaku klien yang tampak pada saat pengkajian.

Tujuan evaluaasi adalah sebagai berikut :

a. menentukan perkembangan pasien.

b. menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas asuhan keperawatn yang

telah diberikan.

c. menilai asuhan keperawatan.

d. Mendapat umpan balik.

e. Sebagai penanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan

pelayanan keperawatan.

(Priyoto, 2015).

Page 66: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

51

BAB 3METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Studi kasus merupakan rancangan penelitian yang mencakup

pengkajian suatu unit penelitian secara intensif: misalnya satu pasien,

keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi. Meskipun jumlah dari

subjek cenderung sedikit, jumlah variabel yang diteliti sangat luas, oleh

karena itu sangat penting untuk mengetahui semua variabel yang

berhubungan dengan masalah penelitian. Desain dari studi kasus

tergantung dari keadaan kasus tetapi tetap mempertimbangkan waktu,

riwayat dan pola perilaku sebelumnya biasanya dikaji secara rinci

(Nursalam, 2014).

Studi kasus ini adalah studi kasus untuk mengeksplorasi masalah

asuhan keperawatan lansia pasca stroke dengan hambatan mobilitas fisik

diPanthi Werdha Majapahit Mojokerto.

B. Batasan istilah

Asuhan keperawatan pada pasien lansia pasca stroke dengan hambatan

mobilitas fisik di Panthi Werdha Majapahit Mojokerto adalah proses yang

meliputi adanya pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan,

ditujukan pada lansia pasca stroke dengan hambatan mobilitas fisik di

Panthi Werdha Majapahit Mojokerto. Rencana asuhan keperawatan untuk

hambatan mobilitas fisik yaitu ditujukan dengan latihan ROM (Range Of

Page 67: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

52

Motion) dan skala ADL (Activiti Daily Living). Kriteria hasil yang

diharapkan pada penelitian ini adalah pasien dapat meningkat dalam

aktivitas fisik dengan mandiri secara penuh.

C. Partisipan

Jumlah partisipan 2 (dua) orang, dengan kriteria yang diambil pada

partisipasi studi kasus ini adalah lansia pasca stroke dengan hambatan

mobilitas fisikdan dirawat di UPT. Panti Werda Majapahit Mojokerto.

D. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di UPT. Panti Werda Majapahit Mojokerto.

Penelitian dilakukan pada semester genap pada tanggal 23 sampai 26 juli

2016.

E. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data

yang akan dilakukan dalam penelitian. Sebelum melakukan pengumpulan

data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat

hasil penelitian (Hidayat, 2007).

Studi kasus ini, dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode

wawancara, observasi, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data, dimana pewawancara

(peneliti atau yang diberi tugas pengumpulan data) dalam pengumpulan

data mengajukan suatu pertanyaan kepada yang diwawancara.

Wawancara dapat dilalukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur,

Page 68: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

53

dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan

menggunakan telepon (Sugiyono, 2013). Teknik wawancara dalam

studi kasus ini adalah wawancara terstruktur, yaitu wawancara

dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara sistematis

dan pertanyaan yang diajukan telah disusun. Wawancara pada studi

kasus ini bertujuan untuk menggali data obyektif dari pasien, misalnya

data dasar (identitas, usia, alamat, agama, suku bangsa, pendidikan,

pekerjaan, riwayat pekerjaan, serta genogram); riwayat kesehatan

pasien.

2. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang

sesuai dengan sifat penelitian karena mengadakan pengamatan secara

langsung atau disebut pengamatan terlibat dimana peneliti juga menjadi

isntrumen atau alat dalam penelitian sehingga peneliti harus mencari

data sendiri dengan terjun langsung atau mengamati dan mencari

langsung kebeberapa informan yang telah ditentukan sebagai sumber

data. Observasi dilakukan dengan komunikasi terapeutik (Sugiyono,

2013). Observasi pada studi kasus ini dilakukan untuk mendapatkan

data subyektif dari klien, misalnya mengobservasi tanda-tanda vital,

keadaan umum, dan pemeriksaan fisik per sistem.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut

Page 69: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

54

dapat berupa gambar, table, atau daftar periksa, dan film dokumenter

(Hidayat, 2007). Dokumen yang dipakai pada studi kasus ini adalah

Format Pengkajian Lansia Prodi D3 Keperawatan Poltekes Majapahit

Mojokerto.

F. Uji keabsahan data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/informasi

yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi,

disamping intergritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument

pertama), uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu

pengamatan/tindakan, sumber informasi tambahan menggunakan

triangulasi dari 3 waktu data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien

sehingga nantinya didapat hasil yang relavan.

G. Analisa data

1. Analisa data

Studi kasus ini dalam analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingan dengan teori,

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang

digunakan dengan menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari

hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah.

2. Mereduksi data

Studi kasus ini dalam mereduksi data menggunakan bentuk format

asuhan keperawatan dijadikan satu dalam bentuk narasi dan

Page 70: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

55

dikelompokkan menjadi data subyektif dan objektif, dianalisis

berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai

normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dalam studi kasus ini disajikan dalam bentuk narasi

dan tabel.

4. Kesimpulan

Studi kasus yang disajikan ini, kemudian data dibahas dan

dibandingkan dengan hasi-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis

dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data

pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

H. Etika penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitin keperawatan akan

berhubungan langsung dengan manusia mempunyai hak asasi dalam

kegiatan penelitian. Masalah etika penelitian keperawatan meliputi:

1. Informed Consent (persetujuan Menjadi Klien)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (informed concert).

Mengetahui dampaknya, jika subjeknya sudah bersedia maka mereka

harus menanda tangani lembar persetujuan dan jika responden tidak

bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.

Page 71: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

56

2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara

tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur, hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan hasil

penelitian baik informasi maupun maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh

peneliti, hanyan kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset (Utami, 2011).

Page 72: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

57

BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran lokasi penelitian

Penelitian studi kasus ini dilakukan di UPT. Panti Werdha

Majapahit Mojokerto, JL. Prajurit Kulon, No. 862, Sooko, Mojokerto,

Indonesia. Pengambilan data dan asuhan keperawatan dilakukan di

asrama 5 dan 6.Pada studi kasus ini dimana klien 1 dirawat di asrama 5

dengan 1 ruangan berisi 6 lansia, klien berumur 63 tahundan klien 2

dirawat di asrama 6 dengan satu ruangan berisi 4 lansia, klien berumur

53 tahun. Dari kedua partisipan diantaranya terdiagnosa menderita

stroke yang mengalami masalah hambatan mobilitas fisik.Sehingga

studi kasus ini dilakukan di asrama 5 dan 6.

2. Pengkajian

Pengkajian dilakukan mulai tanggal 23 juli 2016 pukul 12.30 WIB

a. Identitas klien

Tabel 4.1 Identitas Klien Lansia Pasca Stroke dengan Masalah HambatanMobilitas Fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokertopada tanggal 23 juli 2016

Identitas Klien 1 Klien 2Nama Ny. S Ny. SmUmur 73 tahun 63 tahunJenis kelamin Perempuan PerempuanTempat & tanggallahir

Jombang, 30/01/1943 Jombang, 30/01/1953

Pendidikan terakhir Tidak sekolah SR (sekolah rakyat)Agama Islam IslamSuku Jawa JawaStatus perkawinan Menikah MenikahAsrama 5 6

Page 73: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

58

Lanjutan Tabel 4.1Identitas Klien 1 Klien 2

Alamat Ds. Sooko, Kec. Sooko,Kab. Mojokerto

Ds. Japanan, Kec.Sugran, Kab. Mojokerto

Orang yang mudah dihubungi

Tn. “E” Tn. “B”

Hubungan denganpasien

Anak Anak

Waktu kunjungan Tidak pernah 1 bulan sekaliRiwayat pekerjaan Buruh tani Buruh tani

GENOGRAM

Kien 1 :Ny. S

Penjelasan:

Kliendi rumah mempunyai ayah dan ibu, klien merupakan 12

bersaudara dari 4 laki-laki, 8 perempuan dan klien merupakan anak

terakhir dari semua saudaranya.Sekarang ayah dan ibu klien serta semua

saudaranya sudah meninggal, tinggal klien yang masih hidup. Klien di

rumah mempunyai suami dan satu anak perempuan, semenjak suaminya

meninggal 5 tahun yang lalu dan anaknya sudah berumah tangga dan ikut

suaminya, klien dirumah tinggal sendirian dan tidak ada yang mengurusi

akhirnya klien dipindahkan oleh anaknya ke panti werdha majapahit

mojokerto.

Page 74: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

59

Klien 2 :Ny. Sm

Penjelasan:

Klien di rumah mempunyai ayah dan ibu serta saudara 1 laki-laki dan

klien juga sudah berumah tangga dan mempunyai 2 anak; satu laki-

lakidan satu perempuan, sekarang ayah dan ibu serta suami klien sudah

meninggal. Anak-anak klien semua sudah berumah tangga, klien dirumah

tinggal sendirian tidak ada yang mengurusi, akhirnya klien dipindahkan

oleh anaknya ke panti werdha majapahit mojokerto.

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Menikah

: Keturunan

: Tinggal serumah

Page 75: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

60

b. Riwayat kesehatan

Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan Lansia Pasca Stroke dengan Masalah HambatanMobilitas Fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokerto padatanggal 23 juli 2016

Riwayat Kesehatan Klien 1 Klien 2Keluhan yangdirasakan saat ini

klien mengatakan sakitpada bahu tangankanannya serta kaku,dan kaki kanannya tidakbisa digerakan

klien mengatakan kakupada tangan dan kakikirinya serta tidak bisadigerakan

Keluhan yangdirasakan 3 bulanterakhir

Klien mengatakankesulitan BAB

Klien mengatakankepalanya sering pusing

Penyakit saat ini Klien mengatakan tidakbisa menggerakan kakidan tangan kanannya

Klien mengatakan tidakbisa menggerakan tangandan kaki kirinya

Riwayat penyakitdahulu

Klien mengatakanmengerti mempunyaidarah tinggi saat mulaimasuk panti 4 tahunyang lalu pada tahun2012, dan klien tidakbisa menggerakananggota badannyasebelah kanan sejak 1tahun yang lalu padatahun 2015, dikarenakansepulang dari pasar jalankaki pasien terpleset danjatuh di gerbang pantisetelah itu klienmengeluh pusingdantiba-tiba pasien tidakbisa menggerakanangota badanya sebelahkanan

Klien mengatakanmengerti mempunyaidarah tinggi mulai saatmasuk panti 7 tahun yanglalu pada tahun 2009, danklien tidak bisamenggerakan anggotabadannya sebelah kirisejak 4 tahun yang lalupada tahun 2012,dikarenakan klien jatuhsaat jalan-jalanpagidihalaman pantisetelah itu klien mengeluhpusing dan anggotabadannya sebelah kirilemas dan tidak bisadigerakan

c. Status fisiologis/pemeriksaan fisik

Tabel 4.3 Pemeriksaan Fisik Lansia Pasca Stroke dengan Masalah HambatanMobilitas Fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokerto padatanggal 23 juli 2016

Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2Keadaan umum Klien tampak lemah,

klienberbaring di tempattidur

Klien tampak lemah,klienberbaringdi tempattidur

Tingkat kesadaran Klien sadar penuh Klien sadar penuhGCS 4/5/6 4/5/6

Page 76: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

61

Lanjutan Tabel 4.3Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2

Aye (respon membukamata): 4; pasien spontanmembuka mata saatdiajak bicara

Aye (respon membukamata): 4; pasien spontanmembuka mata saatdiajak bicara

Verbal (responberbicara): 5; pasiensaat diajak bicarakoperatif,

Verbal (responberbicara): 5; pasiensaat diajak bicarakoperatif,

Motorik (respon gerak):6; mengikuti perintah

Motorik (respon gerak):6; mengikuti perintah

Tanda-tanda vital :TDNadiRRS

120/6080x/menit20x/menit36C

100/6080x/menit18x/menit36C

Integument:Kebersihan Pasien cukup bersih

dengan mandi 2x/hari,pagi dan sore

Pasien cukup bersihdengan mandi 2x/hari,pagi dan sore

Perubahan pigmentasiKulit

Warna kulit pasienPucat

Warna kulit pasiensawo matang

Lesi/luka Kulit pasien bersih tidakada lesi/luka

Kulit pasienbersih tidakada lesi/luka

Kelembaban Kulit pasien lembab Kulit pasien lembabTurgor Saat dilakukan

pemeriksaan turgor kulitpasien melambat yaitulebih dari 2 detikberhubungan prosespenuaan

Saat dilakukanpemeriksaan turgor kulitpasien normal yaitukurang dari 2 detik

Kepala

Kebersihan rambut Saat inspeksi kulit danrambut pasien bersih tidakada lesi ataupun ketombe,dengan warna rabut hitamdengan sedikit warnaputih

Saat inspeksi kulit danrambut pasien bersihtidak ada lesi ataupunketombe, dengan warnarabut hitam dengansedikit warna putih

Kerontokan rambut Saat inspeksi dan palpasikepala pasien tidak adakerontokan pada rambutpasien

Saat inspeksi dan palpasikepala pasien tidak adakerontokan pada rambutpasien

Persebaran rambut Saat palpasi persebaranrambut pasien merata

Saat palpasi persebaranrambut pasien merata

Page 77: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

62

Lanjutan tabel 4.3Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2

KepalaMata, telinga, hidunga) Mata

Perubahanpenglihatan

Pasien tidak bisa melihatpada mata sebelah kanan

Tidak ada

Konjungtiva Normal (merah muda) Normal (merah muda)Sklera Putih bersih Putih bersih

Kornea Hitam keruh dan terdapatwarna putih pada pupilsebelah kanan

Hitam bersih

b) TelingaPerubahanpendengaran

Tidak ada, orientasi baik,pendengaran normal,pasien masih koperatifjika di ajak bicara

Tidak ada, orientasi baik,pendengaran normal,pasien koperatif jika diajak bicara

Bentuk telinga Simetris kanan dan kiri Simetris kanan dan kiriPenggunaan alatbantu

Tidak ada Tidak ada

a) HidungKebersihan Cukup bersih, tidak ada

polipCukup bersih, tidak adapolip

Gangguanpenciuman

Tidak ada Tidak ada

LeherVena jugularis Tidak ada pembesaran

vena jugularis, tidak adanyeri tekan

Tidak ada pembesaranvena jugularis, tidak adanyrei tekan

Kelenjar thyroid Tidak ada pembesarankelenjar thyroid, tidak adanyeri telan

Tidak ada pembesarankelenjar thyroid, tidakada nyeri telan

Dada (jantung dan paru-paru)a. Jantung

Palpasi(pembesaranjatung)

Tidak ada nyeri tekan,Ictuscordis tidak tampakpada coste 4 & 5

Tidak ada nyeri tekan,Ictuscordis tidak tampakpada coste 4 & 5

Perkusi Pekak PekakAuskultasi (BJ 1 &BJ2 terdengar:tunggal/ganda,keras/lemah,regular/irregular)

BJ 1 & BJ 2 tunggal tidakada suara tambahan,bunyi keras, regular

BJ 1 & BJ 2 tunggal tidakada suara tambahan,bunyi keras, regular

Keluhan lainya Tidak ada Tidak ada

Page 78: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

63

Lanjutan Tabel 4.3Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2

b. Paru-paru

Inspeksi Bentuk dada simetrisantara kanan dan kiri,bersih, tidak ada luka/lesi

Bentuk dada simetrisantara kanan dan kiri,bersih, tidak ada luka/lesi

Perkusi Sonor SonorAuskultasi Bersih diseluruh lapang

dada (pada ics 2 & 4parasternal dekstra dansinistra, ics 4 mid axialdextra dan sinistra

Bersih diseluruh lapangdada (pada ics 2 & 4parasternal dekstra dansinistra, ics 4 mid axialdextra dan sinistra

AbdomenInspersi Bersih tidak ada luka

ataupun benjolan, bentukcekung

Bersih tidak ada lukaataupun benjolan, bentukcekung

Auskultasi Peristaltic usus 5x/menit Peristaltic usus 6x/menitPalpasi Tidak ada nyeri tekan

pada regio 1-9Tidak ada nyeri tekanpada regio 1-9

Perkusi Suara timpani Suara timpaniEkstremitas atas dan bawaha) Ekstremitas atas

Inspeksi Ekstremitas lengkapkanan dan kiri, Keduatangan pasien tidaksimetris antara kanan dankiri, bahu kanan pasienmengsle dan terdapatspasme serta deformitas(tangan pasien menekukekstensi, pergelangantangan pasien menekukfleksi pada tangan sebelahkanan).

Ekstremitas lengkapkanan dan kiri, Keduatangan pasien tidaksimetris antara kanan dankiri, tangan kiri pasienkaku dan lemah, terdapatdeformitas (tangan pasienmenekuk kedalam,pergelangan tanganpasien menekuk fleksipada tangan sebelah kiri)

Palpasi Tangan kiri pasiennormal, tangan kananpasien kaku, jika disentuhmasih terasa,tapi tidakbisa digerakan

Tangan kanan pasiennormal, tangan kiri pasienkaku jika di sentuh masihterasa tapi tidak bisadigerakan

Perkusi1) Bisep Terdapat respon pada

kedua tangan saatpemeriksaanmenggunakan hamer

Terdapat respon padakedua tangan saatpemeriksaan mengunakanhammer

Page 79: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

64

Lanjutan Tabel 4.3Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2

1) Trisep Terdapat respon padatangan kiri dan tidak adaperson pada tangan kananpasien saat pemeriksaanmenggunakan hammer

Terdapat respon padatangan kanan dan tidakada person pada tangankiri pasien saatpemeriksaanmenggunakan hamer

b) Ekstremitas bawah

Palpasi Kaki kanan dan kiripasien tidak simetris, kakikanan pasien kaku danterjadi pengecilan volumeotot pada betis, tapi jikadisentuh pasien masihterasa

Kaki kanan dan kiripasien tidak simetris, kakikiri pasien kaku denganposisi seperti segi tigayaitu betis masukkedalam dan telapak kakiekstensi, tapi jikadisentuh pasien masihterasa

Perkusi1) Patella Terdapat respon pada

kedua patella saatdilakukan pemeriksaanmenggunakan hammer

Terdapat respon padapatela kanan, dan tidakterdapat respon padapatela kiri saat dilakukanpemeriksaanmenggunakan hammer

2) Babinski Ekstensipada kaki kanansaat dilakukanpemeriksaanmenggunakan hammerdengan cara digoreskan ditelapak kaki

Tidak ada respon saatdilakukan pemeriksaanmenggunakan hammerdengan cara digoreskandi telapak kaki

Penggunaan alatbantu

pasien beraktivitasmenggunakan kursi rodapanti sewaktu pagiharisaat berjemur, jika adamahasiswa praktek,pasien beraktivitas denganbantuan mahasiswa

pasien beraktivitasmenggunakan kursi rodapanti sewaktu pagi harisaat berjemur, jika adamahasiswa praktek,pasien beraktivitasdengan bantuanmahasiswa

Kekuatan tonus otot1 51 5

5 15 1

Keterangan : 0 : Tidak adarespon/kontraksi,lumpuh total

0 : Tidak adarespon/kontraksi,lumpuh total

Page 80: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

65

Lanjutan Tabel 4.3Pemeriksaan Fisik Klien 1 Klien 2

1 : Terdapat sedikitkontraksi otot, jikaditekan masih terasanamun tidakdidapatkangerakanpada persendiaan yangharus digerakkanolehotot tersebut

2 : Terdapat gerakan,tetapi gerakan ini tidakmampumenahan gayaberat (gravitasi)

3 :Dapat mengadakangerakan melawan gayaberat.

4 :Dapat melawan gayaberat ia dapatpulamengatasi sedikittahanan yangdiberikan.

5 : Kekuatan penuh,Tidak ada kelumpuhan(normal)

1 : Terdapat sedikitkontraksi otot, jikaditekan masih terasanamun tidakdidapatkangerakanpada persendiaan yangharus digerakkanolehotot tersebut

2 : Terdapat gerakan,tetapi gerakan initidak mampumenahangaya berat (gravitasi)

3 :Dapat mengadakangerakan melawan gayaberat.

4 :Dapat melawan gayaberat ia dapatpulamengatasi sedikittahanan yangdiberikan.

5 : Kekuatan penuh,Tidak ada kelumpuhan(normal)

d. Pengkajian pola prilaku kesehatan

Tabel 4.4 Pola Prilaku Kesehatan Lansia Pasca Stroke dengan MasalahHambatan Mobilitas Fisik di UPT. Panti Werdha MajapahitMojokerto pada tanggal 23 juli 2016

Pola prilakukesehatan

Klien 1 Klien 2

Pola nutrisi

Frekuensi makan Pasien makan 2x/hari,pagi dan sore

Pasien makan 2x/hari,pagi dan sore

Jumlah makan Satu porsi tidak habis Satu porsi tidak habis

Jenis makan Nasi dan sayur termasuktempe

Nasi dan sayur termasuktempe

Nafsu makan Menurun Menurun

Frekuensi minum 3x/hari sehabis makandan minum lagi jika haus

3x/hari sehabis makandan minum lagi jika haus

Jumlah minum 1 gelas ukuran 250 cc,dan minum sedikit-dikit

1 gelas ukuran 250 cc,dan minum sedikit-dikit

Jenis minuman Pasien minum air putihdan kopi susu

Pasien minum air putihdan kopi susu

Page 81: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

66

Lanjutan Tabel 4.4Pola prilaku

kesehatanKlien 1 Klien 2

Pola istirahat/tidur

Frekuensi 2x sehari 2x sehari

Jumlah waktu tidur Malam hari 18.00 – 03.00WIB, dan siang hari11.00–12.00 WIB

Malam hari 18.00 – 03.00WIB, dan siang hari10.30 – 11.30 WIB

Gangguan tidur Pasien bangun jika temanseasrama rebut

Pasien bangun jika temanseasrama rebut

Pola eliminasiBAB 1x sehari waktu pagi hari 1x sehari waktu pagi hariBAK Tidak tentu Tidak tentuPola aktivitas

Kegiatan produktifyang sering di lakukan

pasien bedrest, pasienberaktivitasmakan, minum, BAK,BAB di tempat tidur danpasien mandi dibantupenuh oleh petugas pantiataupun mahasiswapraktek

pasien bedrest, pasienberaktivitasmakan, minum, BAK,BAB di tempat tidur danpasien mandi dibantupenuh oleh petugas pantiataupun mahasiswapraktek

Tingkat kemandirian lansia dalam menjalani aktivitas ADL (activity daily

living) sehari-hari:

Klien 1 Ny. S

Tabel 4.5 Tingkat Kemandirian Lansia Pasca Stroke pada klien 1 DenganMasalah Hambatan Mobilitas Fisik Dalam Menjalankan AktivitasSehari-Hari Dengan Menggunakan Skala Indeks Bartel Di UPT. PantiWerdha Majapahit Mojokerto Pada Tanggal 23 Juli 2016

INDEKS BARTELNo Jenis aktivitas Nilai Penilaian

Bantuan Total1 Makan 5 10 52 Minum 5 10 53 Berpindah dari kursi roda ke tempat

tidur dan sebaliknya5 10 5

4 Kebersihan diri : cuci makan,menyisir, menggosok gigi

5 10 5

5 Aktivitas di kamar mandi (toileting) 5 10 56 Mandi 5 10 57 Berjalan di jalan yang datar 5 10 58 Naik turun tangga 5 10 5

Page 82: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

67

Lanjutan Tabel 4.5 klien 1No Jenis aktivitas Nilai Penilaian

Bantuan Total9 Berpakaian 5 10 510 Mengontrol berkemih 5 10 511 Olah raga 5 10 5

Nilai total 55

Klien 2 Ny. Sm

Table 4.5 Tingkat Kemandirian Lansia Pasca Stroke Pada Klien 2 DenganMasalah Hambatan Mobilitas Fisik Dalam Menjalankan AktivitasSehari-Hari Dengan Menggunakan Skala Indeks Bartel Di UPT. PantiWerdha Majapahit Mojokerto Pada Tanggal 23 Juli 2016

INDEKS BARTELNo Jenis aktivitas Nilai Penilaian

Bantuan Total1 Makan 5 10 52 Minum 5 10 53 Berpindah dari kursi roda ke tempat

tidur dan sebaliknya5 10 5

4 Kebersihan diri : cuci makan,menyisir, menggosok gigi

5 10 5

5 Aktivitas di kamar mandi (toileting) 5 10 56 Mandi 5 10 57 Berjalan di jalan yang datar 5 10 58 Naik turun tangga 5 10 59 Berpakaian 5 10 510 Mengontrol berkemih 5 10 511 Olah raga 5 10 5

Nilai total 55

Interpretasi :

60 : ketergantungan penuh

65-125 : ketergantungan ringan

130 : mandiri

Pola nilai &kepercayaan: selama pasien di panti dengan segala

ketergantungannya, pasien jarang mengikuti kegiatan keagamaan dan

melakukan sholat.

Page 83: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

68

e. Pengkajian lingkungan

Tabel 4.6 Pengkajian Lingkungan Lansia Pasca Stroke dengan MasalahHambatan Mobilitas Fisik di UPT. Panti Werdha MajapahitMojokerto pada tanggal 23 juli 2016

Lokasi Klien 1 Klien 2Bentuk bangunan Asrama AsramaLantai Tegel TegelKenersihan lantai Cukup bersih Cukup bersih

Ventilasi Pertukaran udara kurangbaik

Pertukaran udarakurang baik

Pencahayaan Terang TerangPengaturan penatanperabotan

Teratur Teratur

f. Sistem pendukung

Tabel 4.7 Sistem Pendukung Lansia Pasca Stroke dengan Masalah HambatanMobilitas Fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokerto padatanggal 23 juli 2016

Lokasi Klien 1 Klien 2Jarak dari tempat tinggal Cukup dekat dari asrama

klienCukup dekat dariasrama klien

Fasilitas kesehatanterdekat

Klinik panti Klinik panti

Pelayanan kesehatan ditempat tinggal

Ada Ada

g. Pengkajian status psikososial

Tabel 4.8 Status Psikososial Lansia Pasca Stroke dengan Masalah HambatanMobilitas Fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokerto padatanggal 23 juli 2016

Status psikososial Klien 1 Klien 2Hubungan/interaksidengan orang laindidalam panti

Hubungan pasien dengandengan pasien lain dalampanti cukup baik

Hubungan pasiendengan dengan pasienlain dalam panti kurangbaik karena pasientemperamen

Hubungan/interaksidengan orang lain diluarwisma dalam panti

Hubungan pasien denganorang lain diluar wismadalam panti kurang baikkarena pasien jarangkeluar wismanyasemanjak pasien sakit danpasien bedrest di tempattidur

Hubungan pasiendengan orang lain diluarwisma dalam pantikurang baik karenapasien jarang keluarwismanya semanjakpasien sakit dan pasienbedrest di tempat tidur

Page 84: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

69

Lanjutan Tabel 4.8Status psikososial Klien 1 Klien 2

Kebiasaan lansiaberinteraksi ke wismalainnya dalam panti

Pasien jarang berinteraksidengan pasien laindiwisma lainya dalampanti semenjak pasienjatuh sakit pada 1 tahunyang lalu (2015)

Pasien jarangberinteraksi denganpasien lain diwismalainya dalam pantisemenjak pasien jatuhsakit pada 4 tahun yanglalu (2012)

Stabilitas emosi Pasien pasrah danmenerima penyakit yangdiderita sekarang

Pasien pasrah danmenerima penyakityang diderita sekarang

Motivasi penghuni panti: (mandiri/dipaksa)

Pasien menganggap dipanti sebagai rumahnya

Pasien menganggapbahwa berada di pantisedang pergi bermain

Frekuensi kunjungankeluarga

Pasien mengeluh pasienjarang dijenguk keluarga,anak ataupun saudaranya

Pasien mengeluh pasienjarang dijenguk kelargaanak ataupunsaudaranya

h. Data penunjang

1) Terapi

Tabel 4.9 Terapi Lansia Pasca Stroke dengan Masalah Hambatan MobilitasFisik di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokerto pada tanggal 23juli 2016

Terapi Klien 1 Klien 2Oabat-obatan : 1. HCT; obat diberikan jika

diketahui tekanan darahklien tinggi (>180mmHg).

1. HCT; obat diberikanjika diketahuitekanan darah klientinggi (>180mmHg).

2) Kaptopril; obat diberikanjika diketahui tekanandarah klien tinggidibawah 180 mmHg

2) Kaptopril; obatdiberikan jikadiketahui tekanandarah klien tinggidibawah 180 mmHg

3) Nipedipin; obat diberikanjika diketahui tekanandarah pasien tinggidibawah 180 mmHg, biladikatahui klienmual/muntah setalahpemberian kaptopril

3) Nipedipin; obatdiberikan jikadiketahui tekanandarah pasien tinggidibawah 180 mmHg,bila dikatahui klienmual/muntah setalahpemberian kaptopril

Page 85: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

70

Lanjutan Tabel 4.9Terapi Klien 1 Klien 2

Keterangan:Semua terapi klien 1bearada di klinikpanti, obat diberikan1x sehari jika diketahui waktupemeriksaan tensioleh mahasiswapraktek tekanan darahpasien tinggi

Keterangan:Semua terapi klien 2bearada di klinikpanti, obat diberikan1x sehari jika diketahui waktupemeriksaan tensioleh mahasiswapraktek tekanandarah pasien tinggi

i. Analisa data

Tabel 4.10 Analisa Data Lansia Pasca Stroke dengan Masalah HambatanMobilitas Fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokerto padatanggal 23 juli 2016.

Analisa data Etiologi Masalah keperawatanPartisipan 1Ds :pasien mengatakan sakit padabahu tangan kanannya sertakaku dan kaki kanannya tidakbisa digerakanDo :Keadaan umum : pasien tampaklemah, pasien cuma berbaring ditempat tidurKesadaran : sadar penuhGCS : 4/5/6TTVTD : 120/60 mmHgN : 80x/menitS : 36CRR : 20x/menitKekuatan tonus otot :

1 51 5

Pemeriksaan reflekmenggunakan hammer:1) Bisep: terdapat respon pada

kedua tangan2) Trisep: terdapat respon pada

tangan kiri, dan tidak adarespon pada tangan kanan

3) Patella: terdapat respon padakedua patella

Disfungsi N.xi(Assesoris)

Penurunan fungsimotorik dan

musculoskeletal

Kelemahan padasatu atau dua dankeempat anggota

gerak

Gangguanmusculoskeletal

(Hemiparasisdextra)

Hambatan mobilitasfisik

Page 86: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

71

Lanjutan Tabel 4.10Analisa data Etiologi Masalah keperawatan

4) Reflek babinski: ekstensi padakaki kanan saat dilakukanpemeriksaan

pasien beraktivitas keluar wismamenggunakan kursi roda pantisewaktu pagi hari saat berjemur,jika ada mahasiswa praktek, pasienberaktivitas dengan bantuanmahasiswa.pasien bedrest, pasien beraktivitasmakan, minum, BAK, BAB ditempat tidur dan pasien mandidibantu penuh oleh petugas pantiataupun mahasiswa praktekSkala ADL: 55 yaitu pasienmengalami ketergantungan penuhTerapi:1) HCT; obat diberikan jika

diketahui tekanan darah klientinggi (>180 mmHg).

2) Kaptopril; obat diberikan jikadiketahui tekanan darah klientinggi dibawah 180 mmHg

3) Nipedipin; obat diberikan jikadiketahui tekanan darah pasientinggi dibawah 180 mmHg, biladikatahui klien mual/muntahsetalah pemberian kaptopril

Keterangan:Semua terapi klien 1 bearada diklinik panti, obat diberikan 1xsehari jika di ketahui waktupemeriksaan tensi oleh mahasiswapraktek tekanan darah pasien tinggi.

Page 87: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

72

Lanjutan Tabel 4.10partisipan 2

Analisa data Etiologi Masalah keperawatanDs :Pasien mengatakan kaku padatangan dan kaki kirinya serta tidakbisa digerakanDo :Keadaan umum : pasien tampaklemah, pasien berbaring di tempattidurKesadaran : pasien sadar penuhGCS : 4/5/6TTVTD : 100/60 mmHgN : 80x/menitS : 36CRR : 18x/menitKekuatan tonus otot

5 15 1

Pemeriksaan reflek menggunakanhammer:a) Bisep: terdapat respon pada

kedua tanganb) Trisep: terdapat respon pada

tangan kanan pasien dan tidakada respon pada tangan kiri

c) Patella: terdapat respon padapatella kanan dan tidak adarespon pada pada patella kiri

d) Reflek babinski: tidak adarespon

pasien beraktivitas keluar wismamenggunakan kursi roda pantisewaktu pagi hari saat berjemur,jika ada mahasiswa praktek, pasienberaktivitas dengan bantuanmahasiswa.pasien bedrest, pasien beraktivitasmakan, minum, BAK, BAB ditempat tidur dan pasien mandidibantu penuh oleh petugas pantiataupun mahasiswa praktekSkala ADL: 55 yaitu pasienmengalami ketergantungan penuh

Disfungsi N.xi(Assesoris)

Penurunanfungsi motorik

danmusculoskeletal

Kelemahan padasatu atau duadan keempat

anggota gerak

Gangguanmusculoskeletal

(Hemiparasissinistra)

Hambatan mobilitasfisik

Page 88: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

73

Lanjutan Tabel 4.10Analisa data Etiologi Masalah keperawatan

Terapi:1) HCT; obat diberikan jika

diketahui tekanan darah klientinggi (>180 mmHg).

2) Kaptopril; obat diberikan jikadiketahui tekanan darah klientinggi dibawah 180 mmHg

3) Nipedipin; obat diberikan jikadiketahui tekanan darah pasientinggi dibawah 180 mmHg, biladikatahui klien mual/muntahsetalah pemberian kaptopril

Keterangan:Semua terapi klien 1 bearada diklinik panti, obat diberikan 1xsehari jika di ketahui waktupemeriksaan tensi oleh mahasiswapraktek tekanan darah pasien tinggi.

3. Diagnosa Keperawatan

a. Klien 1

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal (hemiparasis dextra)

b. Klien 2

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal (hemiparasis sinistra)

4. Rencana keperawatan

Tabel 4.11 Rencana Keperawatan Lansia Pasca Stroke dengan MasalahHambatan Mobilitas Fisik di UPT. Panti Werdha MajapahitMojokerto pada tanggal 23 juli 2016

Klien 1 Ny. SMasalah Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi

Hambatan mobilitasfisik berhubungandengan gangguanmusculoskeletal.

Tujuan: Setelah dilakukantindakan keperawatan selama1x4 jam dalam 3 harimasalah hambatan mobilitasfisik berkurang

1. Kaji kebutuhanpasien terhadappelayanankesehatanterdekatterhadap peralatanpengobatan yangtahan lama

Page 89: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

74

Lanjutan Tabel 4.10 klien 1Masalah Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi

Kriteria Hasil (NOC) :a) Spasme otot berkurangb) Pasien mengerti akan

tujuan latihan gerak(ROM)

c) Tidak terjadi kekuanotot dan sendi

d) Pasien dapat melatihanggota akstremitasyang kaku secaramandiri

e) Kolaborasi denganpihak panti untukpemberian terapi obatanti hipertensi

2. Ajarkan dan dukungpasien dalam latihangerak (ROM) aktifdan pasif untukmenurunkankekakuansendi danmempertahankanatau meningkatkankekuatan sertaketahanan otot

3. Memonitoring vitalsign sebelumatausesudah latihandan lihat responpasien saat latihan

4. Kolaborasi denganpihak panti untukpemberian obat antihipertesi jika terjadipeningkatan tekanandarah dari batasnormal

Klien 2 Ny. SmHambatan mobilitasfisik berhubungandengan gangguanmusculoskeletal.

Tujuan: Setelah dilakukantindakan keperawatanselama1x4 jam dalam 3 harimasalah hambatanmobilitas fisik berkurangKriteria Hasil (NOC) :f) Spasme otot berkurangg) Pasien mengerti akan

tujuan latihan gerak(ROM)

h) Tidak terjadi kekuanotot dan sendi

i) Pasien dapat melatihanggota akstremitasyang kaku secaramandiri

a) Kolaborasi denganpihak panti untukpemberian terapi obatanti hipertensi

1. Kaji kebutuhanpasien terhadappelayanankesehatan terdekatterhadap peralatanpengobatan yangtahan lama

2. Ajarkan dandukung pasiendalam latihangerak (ROM) aktifdan pasif untukmenurunkankekakuan sendidanmempertahankanatau meningkatkankekuatan sertaketahanan otot

3. Memonitoringvital sign sebelumatau sesudahlatihan dan lihatrespon pasiensaatlatihan

Page 90: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

75

Lanjutan Tabel 4.11 klien 2Masalah Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi

4. Kolaborasi denganpihak panti untukpemberian obatanti hipertesi jikaterjadipeningkatantekanan darah daribatas normal

5. Implementasi

Tabel 4.12 Implementasi Lansia Pasca Stroke dengan Masalah HambatanMobilitas Fisik di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokerto.

Klien 1 Ny. SMasalah Keperawatan Tanggal /Jam Implementasi

Hambatan mobilitasfisik berhubungandengan gangguanmusculoskeletal

24 juli 201607.30 WIB

08.30 WIB

1) Mengkaji kebutuhan pasienterhadap pelayanan kesehatanterdekat:Tidak ada

2) Mengajarkan dan mendukungpasien dalam latihan gerak(ROM) aktif atau pasif untukmenurunkan kekakuan sendi danmempertahankan ataumeningkatkan kekuatan sertaketahanan otota) Latihan gerak sendi pada

anggota gerak atas:fleksi/ekstensi;aduksi/abduksi; klienmengeluh sakit pada tangankanan yang kaku

b) Latihan gerak sendi padaanggota gerak bawah: pinggulfleksi/ekstensi; klienmengeluh sakit pada kakikanannya yang kaku

Pemeriksaan reflek menggunakanhammer:a) Bisep: terdapat respon pada

kedua tanganb) Trisep: terdapat respon pada

tangan kiri, dan tidak adarespon pada tangan kanan

c) Patella: terdapat respon padakedua patella

Page 91: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

76

Lanjutan Tabel 4.12 klien 1Masalah Keperawatan Tanggal /Jam Implementasi

d) Reflek babinski: ekstensi padakaki kanan saat dilakukanpemeriksaan

3) Memonitoring vital signsebelum atau sesudah latihandan lihat respon pasien saatlatihan.TTVSebelum latihanTD: 120/60 mmHgN : 80x/menitS : 36CRR: 20x/menitSesudah tindakanTD: 140/80 mmHgN: 80x/menitS: 36CRR: 20x/menit

4) Kolaborasi dengan pihak pantiuntuk pemberian obat antihipertesi jika terjadipeningkatan tekanan darah daribatas normal; tekanan darahklien normal

Hambatan mobilitasfisik berhubungandengan gangguanmusculoskeletal

25 juli 201607.15 WIB

08.00 WIB

1) Menjemur pasien (caring)2) Mengkaji kebutuhan pasien

terhadap pelayanan kesehatanterdekat:Tidak ada

3) Mengajarkan dan mendukungpasien dalam latihan gerak(ROM) aktif atau pasif untukmenurunkan kekakuan sendidan mempertahankan ataumeningkatkan kekuatan sertaketahanan otota) Latihan gerak sendi pada

anggota gerak atas:fleksi/ekstensi;aduksi/abduksi; kekakuanpada tangan kanannya mulaimenurun

b) Latihan gerak sendi padaanggota gerak bawah:pinggul fleksi/ekstensi;kekakuan pada kakikanannya mulai menurun

Page 92: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

77

Lanjutan Tabel 4.12 klien 1Masalah Keperawatan Tanggal /Jam Implementasi

Pemeriksaan reflekmenggunakan hammer:a) Bisep: terdapat respon

pada kedua tanganb) Trisep: terdapat respon

pada tangan kiri, dantidak ada respon padatangan kanan

c) Patella: terdapat responpada kedua patella

d) Reflek babinski: ekstensipada kaki kanan saatdilakukan pemeriksaan

4) Memonitoring vital signsebelum atau sesudah latihandan lihat respon pasien saatlatihanTTVSebelum latihanTD:120/60 mmHgN : 80x/menitS : 36CRR: 20x/menitSesudah tindakanTD:120/70 mmHgN: 80x/menitS: 36CRR: 20x/menitPasien sudah tidak mengeluhsakit kepalanya sebelah kiri

5) Kolaborasi dengan pihakpanti untuk pemberian obatanti hipertesi jika terjadipeningkatan tekanan darahdari batas normal; tekanandarah klien normal

Hambatan mobilitasfisik berhubungandengan gangguanmusculoskeletal

26 juli 201607.15 WIB

1) Menjemur pasien (caring)

2) Mengkaji kebutuhan pasienterhadap pelayanankesehatan terdekat: kienmenengeluh perutnya sakitkarena tidak bisa BAB: daripihak panti dikasih terapipamol dan dulcolak

Page 93: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

78

Lanjutan Tabel 4.12 klien 1Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Implementasi

08.00 WIB 3) Mengajarkan danmendukung pasien dalamlatihan gerak (ROM) aktifatau pasif untuk menurunkankekakuan sendi danmempertahankan ataumeningkatkan kekuatan sertaketahanan otota) Latihan gerak sendi pada

anggota gerak atas:fleksi/ekstensi;aduksi/abduksi;kekakuan pada tangankanan yang kaku sudahmenurun dan tanganmulai bisa diluruskan

b) Latihan gerak sendi padaanggota gerak bawah:pinggul fleksi/ekstensi;kekakuan pada kakikanannya yang kakusudah menurun dan kakikanan mulai bisadiluruskan

Pemeriksaan reflekmenggunakan hammer:a) Bisep: terdapat respon

pada kedua tanganb) Trisep: terdapat respon

pada tangan kiri, dan adarespon lemah padatangan kanan

c) Patella: terdapat responpada kedua patella

d) Reflek babinski: ekstensipada kaki kanan saatdilakukan pemeriksaan

4) Memonitoring vital signsebelum atau sesudah latihandan lihat respon pasien saatlatihan

TTVSebelum latihanTD:120/60 mmHgN : 80x/menitS : 36CRR: 20x/menit

Page 94: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

79

Lanjutan Tabel 4.12 klien 1Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Implementasi

Sesudah tindakanTD:120/70 mmHgN: 80x/menitS: 36CRR: 20x/menit

Pasien sudah tidak mengeluhsakit kepalanya sebelah kiri

5) Kolaborasi dengan pihakpanti untuk pemberian obatanti hipertesi jika terjadipeningkatan tekanan darahdari batas normal; tekanandarah klien normal

Klien 2 Ny. SmHambatan mobilitasfisik berhubungandengan gangguanmusculoskeletal

24 juli 201609.15 WIB

90.30 WIB

1) Menjemur pasien (caring)2) Mengkaji kebutuhan pasien

terhadap pelayanankesehatan terdekat: tidak ada

3) Mengajarkan danmendukung pasien dalamlatihan gerak (ROM) aktifatau pasif untuk menurunkankekakuan sendi danmempertahankan ataumeningkatkan kekuatan sertaketahanan otota) Latihan gerak sendi pada

anggota gerak atas:fleksi/ekstensi;aduksi/abduksi; klienmengeuh sakit padatangan kirinya yang kaku

b) Latihan gerak sendi padaanggota gerak bawah:pinggul fleksi/ekstensi;klien mengeluh sakitpada kaki kirinya yangkaku

Pemeriksaan reflekmenggunakan hammer:a) Bisep: terdapat respon

pada kedua tangan

b) Trisep: terdapat responpada tangan kanan pasiendan tidak ada respon padatangan kiri

Page 95: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

80

Lanjutan Tabel 4.12 klien 2Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Implementasi

c) Patella: terdapat respon padapatella kanan dan tidak adarespon pada pada patella kiri

d) Reflek babinski: tidak adarespon

4) Memonitoring vital signsebelum atau sesudah latihandan lihat respon pasien saatlatihanTTVSebelum latihanTD:100/60 mmHgN : 80x/menitS : 36CRR: 20x/menitSesudah tindakanTD:120/80 mmHgN: 80x/menitS: 36CRR: 20x/menitPasien mengeluh sakitkepalanya sebelah kanan

5) Kolaborasi dengan pihak pantiuntuk pemberian obat antihipertesi jika terjadipeningkatan tekanan darah daribatas normal; tekanan darahklien normal

Hambatan mobilitasfisik berhubungandengan gangguanmusculoskeletal

25 juli 201607.15 WIB

09.00 WIB

1) Menjemur pasien (caring)2) Mengkaji kebutuhan pasien

terhadap pelayanan kesehatanterdekat: tidak ada

3) Mengajarkan dan mendukungpasien dalam latihan gerak(ROM) aktif atau pasif untukmenurunkan kekakuan sendidan mempertahankan ataumeningkatkan kekuatan sertaketahanan otota) Latihan gerak sendi pada

anggota gerak atas:fleksi/ekstensi;aduksi/abduksi; klien sudahtidak mengeluh sakit,kekakuan pada tangan kiriklien mulai menurun

Page 96: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

81

Lanjutan Tabel 4.12 kien 2Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Implementasi

b) Latihan gerak sendi padaanggota gerak bawah:pinggul fleksi/ekstensi;klien masih mengeluhsakit pada kaki kirinyayang kaku

Pemeriksaan reflekmenggunakan hammer:a) Bisep: terdapat respon

pada kedua tanganb) Trisep: terdapat respon

pada tangan kanan pasiendan tidak ada respon padatangan kiri

c) Patella: terdapat responpada patella kanan dantidak ada respon padapada patella kiri

d) Reflek babinski: tidakada respon

4) Memonitoring vital signsebelum atau sesudah latihandan lihat respon pasien saatlatihanTTVSebelum latihanTD:120/60 mmHgN : 80x/menitS : 36CRR: 20x/menitSesudah tindakanTD:120/70 mmHgN: 80x/menitS: 36CRR: 20x/menitPasien sudah tidak mengeluhsakit kepalanya sebelahkanan

5) Kolaborasi dengan pihakpanti untuk pemberian obatanti hipertesi jika terjadipeningkatan tekanan darahdari batas normal; tekanandarah klien normal

Page 97: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

82

Lanjutan Tabel 4.12 klien 2Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Implementasi

Hambatan mobilitasfisik berhubungandengan gangguanmusculoskeletal

26 juli 201607.15 WIB

09.15 WIB

1) Menjemur pasien (caring)2) Mengkaji kebutuhan pasien

terhadap pelayanankesehatan terdekat: tidak ada

3) Mengajarkandanmendukung pasien dalamlatihan gerak (ROM) aktifatau pasifuntuk menurunkankekakuan sendi danmempertahankan ataumeningkatkan kekuatan sertaketahanan otota) Latihan gerak sendi pada

anggota gerak atas:fleksi/ekstensi;aduksi/abduksi;kekakuan pada tangankiri klien mulai menurun

b) Latihan gerak sendi padaanggota gerak bawah:pinggul fleksi/ekstensi;klien mengeluh sakitpada kaki kiri yang kaku

Pemeriksaan reflekmenggunakan hammer:a) Bisep: terdapat respon

pada kedua tanganb) Trisep: terdapat respon

pada tangan kanan pasiendan tidak ada respon padatangan kiri

c) Patella: terdapat responpada patella kanan dantidak ada respon padapada patella kiri

d) Reflek babinski: tidakada respon

Klien belum bisameluruskan tangan dan kakisebelah kirinya yang kaku

4) Memonitoring vital signsebelum atau sesudahlatihan dan lihat responpasien saat latihan

Page 98: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

83

Lanjutan Tabel 4.12 klien 2Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Implementasi

TTVSebelum latihanTD:120/60 mmHgN : 80x/menitS : 36CRR: 20x/menitSesudah tindakanTD:120/70 mmHgN: 80x/menitS: 36CRR: 20x/menitSetelah latihan sakitkepala sebelah kanansudah hilang

5) Kolaborasi denganpihak panti untukpemberian obat antihipertesi jika terjadipeningkatan tekanandarah dari batas normal;tekanan darah kliennormal

6. Evaluasi

Tabel 4.13 Evaluasi Lansia Pasca Stroke dengan Masalah Hambatan MobilitasFisik di UPT. Panti Werdha Majapahit Mojokerto pada tanggal 23 juli2016

Klien 1 Ny. SMasalah Keperawatan Tanggal/Jam Evaluasi

(SOAP)Hambatan mobilitasfisik berhubungandengan ganguanmusculoskeletal

25 juli 201607.30 WIB

S :pasien mengatakan tangan dankaki kanannya masih kaku danbelum bisa di gerakanO :Keadaan umum pasien lemah,pasien berbaring di tempattidurKesadaran:pasien sadar penuhGCS :4/5/6TTVTD: 120/60 mmHgN: 80x/menitS: 36CRR: 20x/menit

Page 99: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

84

Lanjutan Tabel 4.13 klien 1Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Intervensi

(SOAP)Kekuatan tonus otot :

1 5

1 5

Latihan gerak (ROM):a. Latihan gerak sendi pada

anggota gerak atas:fleksi/ekstensi;aduksi/abduksi; Kekakuanpada tangan kanannya mulaimenurun

b. Latihan gerak sendi padaanggota gerak bawah: pinggulfleksi/ekstensi; kekakuan padakaki kanannya mulai menurunPemeriksaan reflekmenggunakan hammer:a) Bisep: terdapat respon

pada kedua tanganb) Trisep: terdapat respon

pada tangan kiri, dan tidakada respon padatangan kanan

c) Patella: terdapat responpada kedua patella

d) Reflek babinski: ekstensipada kaki kanan saatdilakukan pemeriksaan

Pasien beraktivitas keluar wismamenggunakan kursi roda pantisewaktu pagi hari saat berjemur,jika ada mahasiswa praktek,pasien beraktivitas denganbantuan mahasiswa.Pasien bedrest, pasienberaktivitasmakan, minum, BAK, BAB ditempat tidur dan pasien mandidibantu penuh oleh petugas pantiataupun mahasiswa praktek.Skala ADL: 55 yaitu pasienmengalami ketergantungan penuh

Page 100: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

85

Lanjutan Tabel 4.13 klien 1Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Intervensi

(SOAP)A :Masalah hambatan mobilitasfisik taratasi sebagianP :Intervensi 1 sampai 6dilanjutkan

Hambatan mobilitasfisik berhubungandengan ganguanmusculoskeletal

26 juli 201607.15

S :pasien mengatakan tangan dankaki kanannya belum bisa digerakanO :Keadaan umum pasien lemah,pasien berbaring di tempattidurKesadaran: pasien sadar penuhGCS :4/5/6TTVTD: 120/70 mmHgN: 80x/menitS: 36CRR: 20x/menitKekuatan tonus otot :

1 5

1 5

Latihan gerak (ROM):a) Latihan gerak sendi pada

anggota gerak atas:fleksi/ekstensi;aduksi/abduksi; kekakuanpada tangan kanan yangkaku sudah menurun dantangan mulai bisadiluruskan

b) Latihan gerak sendi padaanggota gerak bawah:pinggul fleksi/ekstensi;kekakuan pada kakikananya sudah menurundan kaki mulai bisa diluruskan

Pemeriksaan reflekmenggunakan hammer:a) Bisep: terdapat respon

pada kedua tangan

Page 101: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

86

Lanutan Tabel 4.13 klien 2Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Intervensi

(SOAP)b) Trisep: terdapat respon

pada tangan kiri, dan adarespon lemah pada tangankanan

c) Patella: terdapat responpada kedua patella

d) Reflek babinski: ekstensipada kaki kanan saatdilakukan pemeriksaan

Klien sudah mulai bisameluruskan tangan dan kakikanannya yang kakuPusing kepala klien sebelahkiri setelah latihan geraksudah hilangKlien dapat menirukanlatihan gerak ROM)A :Masalah hambatan mobilitasfisik taratasiP :Intervensi 1 sampai 6dilanjutkan

Klien 2 Ny. S

Hambatan mobilitasfisik berhubungandengan ganguanmusculoskeletal

25 juli 201607.30 IB

S :pasien mengatakan tangan dankaki kirinya masih kaku danbelum bisa digerakanO :Keadaan umum pasien lemah,pasien berbaring di tempattidurKesadaran: pasien sadarpenuhGCS :4/5/6TTVTD: 120/60 mmHgN: 80x/menitS: 36CRR: 20x/menitKekuatan tonus otot :

5 1

5 1

Page 102: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

87

Lanjutan Tabel 4.13 Klien 2Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Intervensi

(SOAP)Latihan gerak (ROM):a) Latihan gerak sendi pada

anggota gerak atas:fleksi/ekstensi;aduksi/abduksi; kliensudah tidak mengeluhsakit, kekakuan padatangan kiri klien mulaimenurun

b) Latihan gerak sendi padaanggota gerak bawah:pinggul fleksi/ekstensi;klien masih mengeluh sakitpada kaki kirinya

Pemeriksaan reflekmenggunakan hammer:a) Bisep: terdapat respon

pada kedua tanganb) Trisep: terdapat respon

pada tangan kanan pasiendan tidak ada respon padatangan kiri

c) Patella: terdapat responpada patella kanan dantidak ada respon pada padapatella kiri

d) Reflek babinski: tidak adarespon

Klien belum bisa meluruskantangan dan kaki kiri pasienyang kaku

Pasien beraktivitas keluarwisma menggunakan kursiroda panti sewaktu pagi harisaat berjemur, jika adamahasiswa praktek, pasienberaktivitas dengan bantuanmahasiswa.Pasien bedrest, pasienberaktivitasmakan, minum, BAK, BAB ditempat tidur dan pasien mandidibantu penuh oleh petugaspanti ataupun mahasiswapraktek

Page 103: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

88

Lanjutan Tabel 4.13 klien 2Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Intervensi

(SOAP)Skala ADL: 55 yaitu pasienmengalami ketergantungan penuh

A :Masalah hambatan mobilitas fisikbelum taratasiP :Intervensi 1 sampai 6 dilanjutkan

Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Intervensi(SOAP)

Hambatan mobilitasfisik berhubungandengan ganguanmusculoskeletal

26 juli 201607.30

S :pasien mengatakan tangan dan kakikirinya masih kaku dan belum bisadi gerakanO :Keadaan umum pasien lemah, pasienberbaring di tempat tidurKesadaran: pasien sadar penuhGCS :4/5/6TTVTD: 120/80 mmHgN: 80x/menitS: 36CRR: 20x/menitKekuatan tonus otot :

5 1

5 1

Latihan gerak (ROM):a) Latihan gerak sendi pada anggota

gerak atas: fleksi/ekstensi;aduksi/abduksi; kekakuan padatangan kiri klien mulai menurun

b) Latihan gerak sendi pada anggotagerak bawah: pinggulfleksi/ekstensi; klien mengeluhsakit pada kaki kiri yang kaku

Pemeriksaan reflek menggunakanhammer:a) Bisep: terdapat respon pada

kedua tanganb) Trisep: terdapat respon pada

tangan kanan pasien dan tidakada respon pada tangan kiri

Page 104: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

89

Lanjutan Tabel 4.13 klien 2Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Intervensi

(SOAP)c) Patella: terdapat respon pada

patella kanan dan tidak adarespon pada pada patella kiri

d) Reflek babinski: tidak ada responsaat dilakukan pemeriksaanmenggunakan hammer.

Pasien beraktivitas keluar wismamenggunakan kursi roda pantisewaktu pagi hari saat berjemur, jikaada mahasiswa praktek, pasienberaktivitas dengan bantuanmahasiswa.pasien bedrest, pasien beraktivitasmakan, minum, BAK, BAB ditempat tidur dan pasien mandidibantu penuh oleh petugas pantiataupun mahasiswa praktekSkala ADL: 55 yaitu pasienmengalami ketergantungan penuhA :Masalah hambatan mobilitas fisikbelum taratasiP :Intervensi 1 sampai 6 dilanjutkan

B. Pembahasan

1. Pengkajian

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan pada tanggal 23 juli 2016,

klien 1 mengatakan tinggal di panti mulai 4 tahun yang lalu (2012).

Pada tahun 2015 klien 1 sepulang jalan-jalan dari pasar berbelanja

makanan, setibanya di panti klien 1 terpleset dan jatuh di gerbang panti,

klien mengeluh pusing kepalanya dan separo badan sebelah kanan klien

tidak bisa digerakan. Setelah saat itu klien dipindahkan di asrama 5

sampai sekarang, sebelumnya klien tinggal di asrama 1, klien tidak

memiliki keluhan seperti sekarang ini.

Page 105: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

90

Klien memiliki riwayat hipertensi, saat pengkajian klien mengeluh sakit

pada bahu tangan kanannya serta kaku dan kaki kanannya tidak bisa

digerakan.

Pada klien 2 berumur 53 tahun, klien tinggal di panti mulai 7 tahun

yang lalu (2009). Pada tahun 2012 waktu jalan–jalan pagi di panti klien

terjatuh dan pasien mengeluh pusing serta anggota badannya sebelah kiri

tidak bisa digerakan. Setelah itu klien dipindahkan di asrama 6 sampai

sekarang, sebelumnya klien tinggal di asrama 1, klien tidak memiliki

keluhan seperti saat ini. Klien memiliki riwayat hipertensi, saat pengkajian

klien mengeluh kaku pada tangan dan kaki kirinya serta tidak bisa

digerakan.

Saat dilakukan pemeriksaan fisik, klien 1 bedresh di tempat tidur,

klien beraktivitas jika ada mahasiswa praktek, klien beraktivitas dengan

bantuan mahasiswa pada pagi hari sewaktu berjemur dengan menggunakan

kursi roda panti, tanda-tanda vital; tekanan darah: 120/60 mmHg; nadi:

80x/menit; suhu: 36C; respiratori rate (RR): 20x/menit, saat dilakukan

pemeriksaan tonos otot pada anggota ekstremitas sebelah kiri dengan nilai

5 yaitu kekuatan penuh (tidak ada kelumpuhan/kekakuan), dan ekstremitas

sebelah kanan dengan nilai 1 yaitu anggota ekstremitas sebelah kanan

klien terdapat sedikit kontraksi otot dan jika ditekan masih terasa.

Pemeriksaan reflek menggunakan alat hammer; bisep: terdapat respon

pada kedua tangan, trisep: terdapat respon pada tangan kiri, dan tidak ada

respon pada tangan kanan, patella: terdapat respon pada kedua patella,

Page 106: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

91

reflek babinski: ekstensi pada kaki kanan saat dilakukan pemeriksaan

dengan skala ADL nilai 55 yaitu ketergantungan penuh.

Pada klien 2 bedresh di tempat tidur, klien beraktivitas jika ada

mahasiswa praktek, klien beraktivitas dengan bantuan mahasiswa pada

pagi hari sewaktu berjemur dengan menggunakan kursi roda panti, tanda-

tanda vital; tekanan darah: 100/60 mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36C;

respiratori rate (RR): 18x/menit, saat dilakukan pemeriksaan tonos otot

pada anggota ekstremitas sebelah kanan dengan nilai 5 yaitu kekuatan

penuh (tidak ada kelumpuhan/kekakuan), dan ekstremitas sebelah kiri

dengan nilai 1 yaitu anggota ekstremitas sebelah kiri klien terdapat sedikit

kontraksi otot dan jika ditekan masih terasa.Pemeriksaan reflek

menggunakan hammer; bisep: terdapat respon pada kedua tangan, trisep:

terdapat respon pada tangan kanan pasien dan tidak ada respon pada

tangan kiri, patella: terdapat respon pada patella kanan dan tidak ada

respon pada pada patella kiri, reflek babinski: tidak ada respon, skala ADL

55 yaitu pasien mengalami ketergantungan penuh.

Menurut Mansjoer, Suprohaita, Wardhani, & Setiowulan (2007),

tanda dangejala klien pasca stroke yaitu nyeri kepala, tiba-tiba mengalami

kelemahan atau kelumpuhan separo badan, tiba-tiba hilang rasa peka,

gangguan daya ingat, gangguan fungsi otak, bicara pelo, gangguan bicara

dan bahasa, gangguan penglihatan, mulut mencong atau tidak simetris

ketika menyeringai, vertigo, kesadaran menurun, proses kencing

terganggu. Berdasarkan tanda dan gejala klien pasca stroke pada kedua

Page 107: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

92

partisipan sesuai dengan teori, yaitu keduanya mengalami pusing dan

kelumpuhan/kekakuan separo badan saat kejadian.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditemukan dari kedua klien pasca stroke

adalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal. Penulis menegakkan diagnosa keperawatan ini karena

data yang diperoleh bahwa klien 1 berusia 63 dan klien 2 berusia 53 tahun,

jenis kelamin perempuan, kedua lansia tersebut mengalami kekakuan dan

kelemahan/kelumpuhan separo badan (hemiparase). Klien 1 mengalami

kekakuan dan kelemahan/kelumpuhan separo badan di extremitas sebelah

kanan, danpada klien 2 mengalami kekakuan dan kelemahan/kelumpuhan

separo badandi extremitas sebelah kiri. Kedua klien bedresh di tempat

tidur, klien beraktivitas jika ada mahasiswa praktek, klien beraktivitas

dengan bantuan mahasiswa pada pagi hari sewaktu berjemur dengan

menggunakan kursi roda panti, saat dilakukan pemeriksaan dengan skala

ADL nilai 55 yaitu ketergantungan penuh

Penyebab penyakit stroke pada lansia yaitu berhubungan dengan

penyakit degenerative, dimana tubuh lansia yang mengalami proses

penuaan yaitu suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tubuh tidak dapat bertahan

terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang ada (Maryam & dkk,

2012). Seiring dengan proses menua tubuh lansia tersebut akan mengalami

Page 108: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

93

berbagi masalah salah satunya yaitu terjadi perubahan vascular: elastisitas

pembuluh darah menurun, dimana lemak dan kolesterol yang terbawa oleh

darah akan tertimbun pada dinding pembuluh darah sehingga mengeras

dan menyampit yang dapat menyebabkan sumbatan atau pecahnya

pembuluh darah (Nurarif & Kusuma, 2015). Tanda dan gejalanya penyakit

stroke yaitu nyeri kepala, tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan

separo badan, tiba-tiba hilang rasa peka, gangguan daya ingat, gangguan

fungsi otak, bicara pelo, gangguan bicara dan bahasa, gangguan

penglihatan, mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai,

vertigo, kesadaran menurun, proses kencing terganggu (Mansjoer,

Suprohaita, Wardhani, & Setiowulan, 2007). Sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa penyebab ataupun tanda dan gejala stroke yang muncul

pada kedua klien lansia dengan hambatan mobilitas fisik b/d gangguan

musculoskeletal sama yaitu keduanya berhubungan dengan penyakit

degeneratif, dimana tubuh kedua lansia secara perlahan-lahan kemempuan

jaringan untuk memperbaiki diri mengalami penurunan fungsi, dan kedua

klien mengalami kelumpuhan/kekakuan separo badan.

3. Intervensi

Intervensi yang akan dilakukan pada kedua partisipan sama. Intervensi

yang pertama kaji kebutuhan pasien terhadap pelayanan kesehatan terdekat

terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama. Intervensi yang kedua

ajarkan dan dukung klien dalam latihan gerak (ROM) aktif dan pasif untuk

menurunkan kekakuan sendi dan mempertahankan atau meningkatkan

Page 109: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

94

kekuatan serta ketahanan otot. Intervensi ketiga catat memonitoring vital

sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan.

Intervensi keempat kolaborasi dengan pihak panti untuk pemberian obat

anti hipertesi jika terjadi peningkatan tekanan darah dari batas normal.

Pada tujuan intervensi klien 1 dan klien 2 sama yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan 1x4 jam selama 3 hari hambatan

mobilitas fisik menurun, dengan kriteria hasil spasme otot berkurang,

pasien mengerti akan tujuan latihan gerak (ROM), tidak terjadi kekuan

otot dan sendi, pasien dapat melatih anggota akstremitas yang kaku secara

mandiri, kolaborasi dengan pihak panti untuk pemberian terapi obat anti

hipertensi.

Salah satu program rehabilitasi klien pasca stroke menurut Smeltzer

& Bare (2008), dalam Cahyati (2011), yang dilakukan untuk memperbaiki

mobilitas pasien pasca stroke adalah latihan. Terapi latihan/exercise

berupa latihan range of motion (ROM) merupakan salah satu bentuk

latihan yang efektif sebagai program rehabilitasi pada pasien pasca stroke.

Latihan ini dapat dilakukan 4 sampai 5 kali dalam sehari.

Sedangkan menurut Perry & Poter (2006), dalam Cahyati (2011),

latihan ROM bisa dilakukan minimal 2X/hari. Terapi latihan ini

dimaksudkan untuk meningkatkan kemandirian pasien, mengurangi

tingkat ketergantungan pada keluarga, dan meningkatkan harga diri dan

mekanisme koping pasien.

Page 110: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

95

4. Implementasi

Hasil pengkajian bahwa klien mengalami hambatan mobilitas fisik b/d

gangguan musculoskeletal. Implementasi hari pertama pada tanggal 24 juli

2016, Tindakan pertama mengkaji kebutuhan klien terhadap pelayanan

kesehatan terdekat terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama: kedua

klien mengatakan tidak ada.

Tindakan kedua mengajarkan dan mendukung klien dalam latihan

gerak (ROM) aktif dan pasif untuk menurunkan kekakuan sendi dan

mempertahankan atau meningkatkan kekuatan serta ketahanan otot, klien 1

dan 2 ikut berpartisipasi dalam latihan gerak sampai selesai. Klien 1

latihan gerak sendi pada anggota gerak atas fleksi/ekstensi;

aduksi/abduksi: klien mengeluh sakit pada tangan kanan yang kaku,

latihan gerak sendi pada anggota gerak bawah: pinggul fleksi/ekstensi;

klien mengeluh sakit pada kaki kanannya yang kaku. Pemeriksaan reflek:

bisep terdapat respon di kedua tangan; trisep terdapat respon pada tangan

kiri dan tidak ada respon pada tangan kanan; patella terdapat respon pada

kedua kaki; reflek babinski ekstensi pada kaki kanan menggunakan

hammer. Klien 2 latihan gerak sendi pada anggota gerak atas

fleksi/ekstensi; aduksi/abduksi: klien mengeluh sakit pada tangan kirinya

yang kaku, latihan gerak sendi pada anggota gerak bawah: pinggul

fleksi/ekstensi; klien mengeluh sakit pada kaki kirinya yang kaku.

Pemeriksaan reflek: bisep terdapat respon di kedua tangan; trisep terdapat

respon pada tangan kanan dan tidak ada respon pada tangan kiri; patella

Page 111: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

96

terdapat respon pada kanan dan tidak ada respon pada kaki kiri; reflek

babinski tidak ada respon.Latihan gerak atau aktifitas ini sangat efektifbagi

kedua klien pasca stroke dengan gangguan hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan musculoskelatal, guna untuk

mengembalikan kemampuan gerak dan fungsional, dan meningkatkan

semaksimal mungkin kapasitas sel-sel otak yang masih sehat atau utuh.

Tindakan ketiga mencatat monitoring vital sign sebelum atau sesudah

latihan dan lihat respon klien saat latihan, sebelum latihan klien 1 tekanan

darah: 120/60 mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36C; RR: 20x/menit;

kaadaan umum klien tampak lemah klien berbaring di tempat tidur;

kesadaran klien sadar penuh; GCS 4/5/6, sesudah latihan; tekanan darah:

140/80 mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36C; respiratori rate: 20x/menit, keadaan

umum klien tampak lemah klien berbaring di tempat tidur; kesadaran klien

sadar penuh; GCS 4/5/6. Klien 2 sebelum latihan tekanan darah: 100/60

mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36C; respiratori rate: 20x/menit; keadaan

umum klien tampak lemah klien berbaring di tempat tidur; kesadaran klien

sadar penuh; GCS 4/5/6, sesudah latihan tekanan darah: 120/80 mmHg;

nadi: 80x/menit; suhu: 36C; RR: 20x/menit; kaadaan umum klien tampak

lemah klien berbaring di tempat tidur; kesadaran klien sadar penuh; GCS

4/5/6; hal ini berguna untuk mencegah jika terjadi peningkatan tekanan

darah dari batas normal karena sangat berefek untuk kesembuhannya

penderita stroke.

Page 112: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

97

Tindakan keempat mengkolaborasikan dengan pihak panti untuk

pemberian obat anti hipertesipada kedua klien, jika terjadi peningkatan

tekanan darah dari batas normal, konsultasikan pada klinik Panti Werdha

Majapahit Mojokerto tentang terapi pemberian obat: jika tekanan darah

lebih dari 180 mmHg maka oleh pihak Panti Werdha Majapahit Mojokerto

diberi obat HCT 1x sehari, jika tekanan darah tinggi dibawah 180 mmHg

bisa di beri kaptopril atau nipedipin diberikan 1x sehari.

Melanjutkan tindakan pada hari kedua tanggal 25 juli 2016,tindakan

pertama menjemur klien (caring), tindakan kedua mengkaji kebutuhan

klien terhadap pelayanan kesehatan terdekat terhadap peralatan

pengobatan yang tahan lama: kedua klien mengatakan tidak ada.

Tindakan ketiga mengajarkan dan mendukung klien dalam latihan

gerak (ROM) aktif dan pasif untuk menurunkan kekakuan sendi dan

mempertahankan atau meningkatkan kekuatan serta ketahanan otot, klien 1

dan 2 ikut berpartisipasi dalam latihan gerak sampai selesai. Klien 1

latihan gerak sendi pada anggota gerak atas fleksi/ekstensi;

aduksi/abduksi: kekakuan pada tangan kanannya mulai menurun, latihan

gerak sendi pada anggota gerak bawah: pinggul fleksi/ekstensi; kekakuan

pada kaki kanannya mulai menurun. Pemeriksaan reflek: bisep terdapat

respon di kedua tangan; trisep terdapat respon pada tangan kiri dan tidak

ada respon pada tangan kanan; patella terdapat respon pada kedua kaki;

reflek babinski ekstensi pada kaki kanan saat dilakukan pemeriksaan

menggunakan hammer. Klien 2 latihan gerak sendi pada anggota gerak

Page 113: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

98

atas fleksi/ekstensi; aduksi/abduksi: klien sudah tidakmengeluh sakit,

kekakuan pada tangan kirinya sudah mulai menurun, latihan gerak sendi

pada anggota gerak bawah: pinggul fleksi/ekstensi; klien masih mengeluh

sakit pada kaki kirinya yang kaku. Pemeriksaan reflek: bisep terdapat

respon di kedua tangan; trisep terdapat respon pada tangan kanan dan tidak

ada respon pada tangan kiri; patella terdapat respon pada patellakaki kanan

dan tidak ada respon pada kaki kiri; reflek babinski tidak ada respon.

Latihan gerak atau aktifitas ini sangat efektif bagi kedua klien pasca stroke

dengan gangguan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskelatal, guna untuk mengembalikan kemampuan gerak dan

fungsional, dan meningkatkan semaksimal mungkin kapasitas sel-sel otak

yang masih sehat atau utuh.

Tindakan keempatmencatat monitoring vital sign sebelum atau

sesudah latihan dan lihat respon klien saat latihan, sebelum latihan klien 1

tekanan darah: 120/60 mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36C; RR:

20x/menit; kaadaan umum klien tampak lemah klien berbaring di tempat

tidur; kesadaran klien sadar penuh; GCS 4/5/6, sesudah latihan; tekanan

darah: 120/70 mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36C; respiratori rate: 20x/menit,

keadaan umum klien tampak lemah klien berbaring di tempat tidur;

kesadaran klien sadar penuh; GCS 4/5/6. Klien 2 sebelum latihan tekanan

darah: 120/60 mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36C; respiratori rate:

20x/menit; keadaan umum klien tampak lemah klien berbaring di tempat

tidur; kesadaran klien sadar penuh; GCS 4/5/6, sesudah latihan tekanan

Page 114: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

99

darah: 120/70 mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36C; RR: 20x/menit;

kaadaan umum klien tampak lemah klien berbaring di tempat tidur;

kesadaran klien sadar penuh; GCS 4/5/6; hal ini berguna untuk mencegah

jika terjadi peningkatan tekanan darah dari batas normal karena sangat

berefek untuk kesembuhannya penderita stroke.

Tindakan kelima mengkolaborasikan dengan pihak panti untuk

pemberian obat anti hipertesipada kedua klien, jika terjadi peningkatan

tekanan darah dari batas normal, konsultasikan pada klinik Panti Werdha

Majapahit Mojokerto tentang terapi pemberian obat: jika tekanan darah

lebih dari 180 mmHg maka oleh pihak Panti Werdha Majapahit Mojokerto

diberi obat HCT 1x sehari, jika tekanan darah tinggi dibawah 180 mmHg

bisa di beri kaptopril atau nipedipin diberikan 1x sehari.

Melanjutkan tindakan hari ketiga pada tanggal 26 juli 2016, tindakan

pertama menjemur klien (caring), tindakan kedua mengkaji kebutuhan

klien terhadap pelayanan kesehatan terdekat terhadap peralatan

pengobatan yang tahan lama: klien 1 tidak ada keluhan, klien 2 mengeluh

perutnya sakit karena tidak bisa BAB dari pihak panti dikasih terapi pamol

dan dulcoak.

Tindakan ketiga mengajarkan dan mendukung klien dalam latihan

gerak (ROM) aktif dan pasif untuk menurunkan kekakuan sendi dan

mempertahankan atau meningkatkan kekuatan serta ketahanan otot, klien 1

dan 2 ikut berpartisipasi dalam latihan gerak sampai selesai. Klien 1

latihan gerak sendi pada anggota gerak atas fleksi/ekstensi;

Page 115: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

100

aduksi/abduksi: kekakuan pada tangan kanannya sudah menurun dan

tangan mulai bisa diluruskan, latihan gerak sendi pada anggota gerak

bawah: pinggul fleksi/ekstensi; kekakuan pada kaki kanannya

sudahmenurun dan kaki sudah mulai bisa diluruskan. Pemeriksaan reflek:

bisep terdapat respon di kedua tangan; trisep terdapat respon pada tangan

kiri dan ada respon lemah pada tangan kanan; patella terdapat respon pada

kedua kaki; reflek babinski ekstensi pada kaki kanan saat di lakukan

pemeriksaan menggunakan hammer. Klien 2 latihan gerak sendi pada

anggota gerak atas fleksi/ekstensi; aduksi/abduksi: klien sudah tidak

mengeluh sakit, kekakuan pada tangan kirinya sudah mulai menurun,

latihan gerak sendi pada anggota gerak bawah: pinggul fleksi/ekstensi;

klien masih mengeluh sakit pada kaki kirinya yang kaku. Pemeriksaan

reflek: bisep terdapat respon di kedua tangan; trisep terdapat respon pada

tangan kanan dan tidak ada respon pada tangan kiri; patella terdapat respon

pada patella kaki kanan dan tidak ada respon pada kaki kiri; reflek

babinski tidak ada respon. Latihan gerak atau aktifitas ini sangat efektif

bagi kedua klien pasca stroke dengan gangguan hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan musculoskelatal, guna untuk

mengembalikan kemampuan gerak dan fungsional, dan meningkatkan

semaksimal mungkin kapasitas sel-sel otak yang masih sehat atau utuh.

Tindakan keempat mencatat monitoring vital sign sebelum atau

sesudah latihan dan lihat respon klien saat latihan, sebelum latihan klien 1

tekanan darah: 120/60 mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36C; RR:

Page 116: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

101

20x/menit; kaadaan umum klien tampak lemah klien berbaring di tempat

tidur; kesadaran klien sadar penuh; GCS 4/5/6, sesudah latihan; tekanan

darah: 120/70 mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36C; respiratori rate: 20x/menit,

keadaan umum klien tampak lemah klien berbaring di tempat tidur;

kesadaran klien sadar penuh; GCS 4/5/6. Klien 2 sebelum latihan tekanan

darah: 120/60 mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36C; respiratori rate:

20x/menit; keadaan umum klien tampak lemah klien berbaring di tempat

tidur; kesadaran klien sadar penuh; GCS 4/5/6, sesudah latihan tekanan

darah: 120/70 mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36C; RR: 20x/menit;

kaadaan umum klien tampak lemah klien berbaring di tempat tidur;

kesadaran klien sadar penuh; GCS 4/5/6; hal ini berguna untuk mencegah

jika terjadi peningkatan tekanan darah dari batas normal karena sangat

berefek untuk kesembuhannya penderita stroke.

Tindakan kelima mengkolaborasikan dengan pihak panti untuk

pemberian obat anti hipertesipada kedua klien, jika terjadi peningkatan

tekanan darah dari batas normal, konsultasikan pada klinik Panti Werdha

Majapahit Mojokerto tentang terapi pemberian obat: jika tekanan darah

lebih dari 180 mmHg maka oleh pihak Panti Werdha Majapahit Mojokerto

diberi obat HCT 1x sehari, jika tekanan darah tinggi dibawah 180 mmHg

bisa di beri kaptopril atau nipedipin diberikan 1x sehari.

5. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam melakukan asuhan

keperawatan dengan evaluasi.Tanggal 25 juli 2016, klien 1 mengatakan

Page 117: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

102

tangan dan kaki kanannya masih kaku dan belum bisa di gerakan, keadaan

umum klien tampak lemah, klien berbaring di tempat tidur, klien sadar

penuh. GCS 4/5/6, tanda-tanda vital: tekanan darah: 120/60 mmHg; nadi:

80x/menit; suhu: 36˚C; respiratori rate: 20x.menit; kekuatan tonus otot:

ekstremitas kanan dengan nilai 1 yaitu terdapat sedikit kontraksi otot, jika

ditekan masih terasa namun tidak didapatkan gerakan pada persendian

yang harus digerakan oleh otot tersebut, dan ekstremitas kiri dengan nilai 5

yaitu kekuatan penuh; latihan gerak (ROM) aktif/pasif: ektremitas atas:

fleksi/ekstensi, aduksi/abduksi kekakuan pada tangan kanan klien sudah

menurun; ekstremitas bawah: pinggul fleksi/ekstensi, aduksi/abduksi

kekakuan pada kaki kanan klien sudah menurun. Pemeriksaan reflek: bisep

terdapat respon di kedua tangan; trisep terdapat respon pada tangan kiri

dan tidak ada respon pada tangan kanan; patella terdapat respon pada

kedua patella; reflek babinski ekstensi saat dilakukan pemeriksaan

menggunakan hammer. Pasien beraktivitas keluar wisma menggunakan

kursi roda panti sewaktu pagi hari saat berjemur, jika ada mahasiswa

praktek, pasien beraktivitas dengan bantuan mahasiswa. Pasien bedrest,

pasien beraktivitasmakan, minum, BAK, BAB di tempat tidur dan pasien

mandi dibantu penuh oleh petugas panti ataupun mahasiswa praktek.

Dengan skala ADL: 55 yaitu pasien mengalami ketergantungan penuh.

Masalah hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian, intervensi 1 sampai 6

dilanjutkan pada tanggal 26 juli 2016

Page 118: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

103

Klien 2 mengatakan tangan dan kaki kirinya masih kaku dan belum

bisa digerakan, keadaan umum klien tampak lemah, klien berbaring di

tempat tidur, klien sadar penuh. GCS 4/5/6, tanda-tanda vital: tekanan

darah: 120/60 mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36˚C; respiratori rate:

20x/menit; kekuatan tonus otot: ekstremitas kiri dengan nilai 1 yaitu

terdapat sedikit kontraksi otot, jika ditekan masih terasa namun tidak

didapatkan gerakan pada persendian yang harus digerakan oleh otot

tersebut, dan ekstremitas kanan dengan nilai 5 yaitu kekuatan penuh;

latihan gerak (ROM) aktif/pasif: ektremitas atas: fleksi/ekstensi,

aduksi/abduksi kekakuan pada tangan kiri klien sudah menurun, klien

sudah tidak mengeluh sakit saat latihan; ekstremitas bawah: pinggul

fleksi/ekstensi, aduksi/abduksi masih terdapat kekakuan pada kaki

kiriklien yang kaku, klien masih mengeluh sakit saat latihan. Pemeriksaan

reflek: bisep terdapat respon di kedua tangan; trisep terdapat respon pada

tangan kanan dan tidak ada respon pada tangan kiri; patella terdapat respon

pada patella kaki kanan dan tidak ada respon pada patella kaki kiri; reflek

babinski tidak ada respon saat dilakukan pemeriksaan menggunakan

hammer. Pasien beraktivitas keluar wisma menggunakan kursi roda panti

sewaktu pagi hari saat berjemur, jika ada mahasiswa praktek, pasien

beraktivitas dengan bantuan mahasiswa. Pasien bedrest, pasien beraktivitas

makan, minum, BAK, BAB di tempat tidur dan pasien mandi dibantu

penuh oleh petugas panti ataupun mahasiswa praktek. Dengan skala ADL:

55 yaitu pasien mengalami ketergantungan penuh. Masalah hambatan

Page 119: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

104

mobilitas fisik belum teratasi, intervensi 1 sampai 6 dilanjutkan pada

tanggal 26 juli 2016.

Melanjutkan evaluasi tanggal 26 juli 2016, klien 1 mengatakan tangan

dan kaki kanannya masih kaku dan belum bisa di gerakan, keadaan umum

klien tampak lemah, klien berbaring di tempat tidur, klien sadar penuh.

GCS 4/5/6, tanda-tanda vital: tekanan darah: 120/70 mmHg; nadi:

80x/menit; suhu: 36˚C; respiratori rate: 20x.menit; kekuatan tonus otot:

ekstremitas kanan dengan nilai 1 yaitu terdapat sedikit kontraksi otot, jika

ditekan masih terasa namun tidak didapatkan gerakan pada persendian

yang harus digerakan oleh otot tersebut, dan ekstremitas kiri dengan nilai 5

yaitu kekuatan penuh; latihan gerak (ROM) aktif/pasif: ektremitas atas:

fleksi/ekstensi, aduksi/abduksi kekakuan pada tangan kanan klien sudah

menurun dan tangan mulai bisa diluruskan; ekstremitas bawah: pinggul

fleksi/ekstensi, aduksi/abduksi kekakuan pada kaki kanan klien sudah

menurun dan kaki mulai bisa diluruskan.Pemeriksaan reflek: bisep

terdapat respon di kedua tangan; trisep terdapat respon pada tangan kiri

dan tidak ada respon pada tangan kanan; patella terdapat respon pada

kedua patella; reflek babinski ekstensi saat dilakukan pemeriksaan

menggunakan hammer. Klien dapat menirukan latihan gerak (ROM).

Pasien beraktivitas keluar wisma menggunakan kursi roda panti sewaktu

pagi hari saat berjemur, jika ada mahasiswa praktek, pasien beraktivitas

dengan bantuan mahasiswa.Pasien bedrest, pasien beraktivitasmakan,

minum, BAK, BAB di tempat tidur dan pasien mandi dibantu penuh oleh

Page 120: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

105

petugas panti ataupun mahasiswa praktek. Dengan skala ADL: 55 yaitu

pasien mengalami ketergantungan penuh. Masalah hambatan mobilitas

fisik teratasi.

Klien 2 mengatakan tangan dan kaki kirinya masih kaku dan belum

bisa digerakan, keadaan umum klien tampak lemah, klien berbaring di

tempat tidur, klien sadar penuh. GCS 4/5/6, tanda-tanda vital: tekanan

darah: 120/80 mmHg; nadi: 80x/menit; suhu: 36˚C; respiratori rate:

20x/menit; kekuatan tonus otot: ekstremitas kiri dengan nilai 1 yaitu

terdapat sedikit kontraksi otot, jika ditekan masih terasa namun tidak

didapatkan gerakan pada persendian yang harus digerakan oleh otot

tersebut, dan ekstremitas kanan dengan nilai 5 yaitu kekuatan penuh;

latihan gerak (ROM) aktif/pasif: ektremitas atas: fleksi/ekstensi,

aduksi/abduksi kekakuan pada tangan kiri klien mulai menurun, klien

sudah tidak mengeluh sakit saat latihan; ekstremitas bawah: pinggul

fleksi/ekstensi, aduksi/abduksi masih terdapat kekakuan pada kaki

kiriklien yang kaku, klien masih mengeluh sakit saat latihan.Pemeriksaan

reflek: bisep terdapat respon di kedua tangan; trisep terdapat respon pada

tangan kanan dan tidak ada respon pada tangan kiri; patella terdapat respon

pada patella kaki kanan dan tidak ada respon pada patella kaki kiri; reflek

babinski tidak ada respon saat dilakukan pemeriksaan menggunakan

hammer. Pasien beraktivitas keluar wisma menggunakan kursi roda panti

sewaktu pagi hari saat berjemur, jika ada mahasiswa praktek, pasien

beraktivitas dengan bantuan mahasiswa. Pasien bedrest, pasien

Page 121: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

106

beraktivitasmakan, minum, BAK, BAB di tempat tidur dan pasien mandi

dibantu penuh oleh petugas panti ataupun mahasiswa praktek. Dengan

skala ADL: 55 yaitu pasien mengalami ketergantungan penuh. Masalah

hambatan mobilitas fisik belum teratasi, intervensi 1 sampai 6 dilanjutkan

dan dikonsultasikan pada pihak panti untuk melanjutkan intervensi.

Page 122: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

107

BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Dari data hasil pengkajian tanda dan gejala penyakit stroke yang

dialami kedua partisipan sama. Partisipan 1 mengalami hemiparesis

sebelah kanan tubuh dan partisipan 2 mengalami hemiparesis sebelah

kiri tubuh yaitu kedua partisipan mengalami kelemahan atau

kelumpuhan separo badan. Kedua partisipan bedresh di tempat tidur

dan keduanya beraktivitas menggunakan kursi roda.

2. Diagnosis

Partisipan 1 dan 2 memiliki masalah keperawatan hambatan

mobilitas fisik.Partisipan 1 tanda dan gejala stroke cenderung pada

hambatan mobilitas fisik. Parrtisipan 2 tanda dan gejala stroke

cenderung pada hambatan mobilitas fisik

3. Intervensi

Awal perencanaan tindakan pada partisipan 1 dan 2 samayaitu

mengajarkan dan mendukung klien dalam latihan gerak (ROM) aktif

dan pasif, yang berguna untuk menurunkan kekakuan sendi dan

mempertahankan atau meningkatkan kekuatan serta ketahanan otot

dan intervensi dilanjutkan.

Page 123: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

108

4. Implementasi

Tindakan hari pertama pada klien 1 dan 2 sama yaitu 1x4 jam selama 3

hari sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat dan pada hari kedua

masalah belum teratasi intervensi dilanjutkan.

5. Evaluasi

Hasil perawatan antara partisipan 1 dengan partisipan 2 sama dan

keduanya partisipan ini mengalami stroke dan masalah yang terjadi

belum teratasi

B. Saran

Pada penderita stroke dapat juga mengakibatkan hambatan mobilitas

fisik.Hambatan mobilitas fisik merupakan suatu keterbatasan dalam

kemandirian aktivitas sehari–hari, maka disarankan bagi penderita stroke

untuk latihan gerak dan mengkonsultasikan pada ahli fisioterapi sesegera

mungkin guna untuk menghindari dan menurunkan kekakuan sendi dan

mempertahankan atau meningkatkan kekuatan serta ketahanan otot. Saran

bagi perawat khususnya yang memberikan asuhan keperawatan pada

lansia pasca stroke sebaiknya melakukan latihan rentan gerak (ROM)

secara terprogram, bertahap, serta bila perlu berkonsultasi pada ahli

fisioterapi.

Page 124: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. 2012. Gambaran penyakit tidak menular Di RumahSakit Di Indonesia 2009-2010. Buletin jendela data dan informasikesehatan. 1. (Diakses pada tanggal 19 juli 2016 pukul 20.10 wib).

World Health Organization (2011) Global status report non-communicablediseases 2010. Geneva World Health Organization.http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-ptm.pdf. (Diakses pada tanggal 19 juli 2016 pukul 20.10 wib).

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. Risetkesehatan dasar. Jakarta : Bakti Husada; 2013.http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf. (Diakses pada tanggal 19 juli 2016 pukul 21.33 wib).

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Situasi kesehatan jantung 2013. Info datin pusatdata dan informasi kementrian dan kesehatan Indonesia.http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-jantung.pdf.

Pudjiastuti, S. S., & Utomo, B. (2003). Fisio Terapi Pada Lansia. Jakarta: Bukukedokteran : EGC.

Kusuma, Y. L. H. (2010). Tingkat Ketergantungan Lansia Dalam Aktivitas HidupSehari-hari Di Panti Sosial Tresa Wreda (PSTW) Jombang. Jurnal HospitalMajapahit, Vol. 2, No. 1, Hal 78-79.

Kusumawati, F & Hartono, Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika.

Maryam, R. S., & dkk. (2012). Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya.Jakarta:Salemba Medika.

Istiany, d., & Rusilanty, d. (2013). Gizi Terapan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu.Handiyani, H. (2013). Mobilisasi Dan Immobilisasi. Konsep Dasar Mobilisasi: 3-

5http://staff.ui.ac.id/system/files/users/honey/material/mobilisasi-materi.pdf.(Diakses pada tanggal 19 juli 2016 pukul 22.09 wib).

Andarwati, N. A. (2013). Pengaruh latihan aktifitas terhadap peningkatankekuatan otot pasien Stroke Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Naskahpublikasi.http://eprints.ums.ac.id/26024/19/Naskah_publikasi.pdf.(Dikutippadatanggal 21 juli 2016 pukul 22.09 WIB).

Page 125: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Brillianti, P. A. (2015). Hubugan Self-Management Dengan Kualitas HidupPasien Pasca Stroke Di Wilayah Puskesmas Pisangan Ciputat. 12-17.HYPERLINK"http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30628/1/PRETTY%20ANGELINA%20BRILLIANTI-FKIK.PDF"http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30628/1/PRETTY%20ANGELINA%20BRILLIANTI-FKIK.PDF .(diakses tanggal 03agustus2016pukul 22.49 WIB).

Cahyati, Y. (2011). Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Progam MagisterKeperawatan Peminatan Keperawatan Medikal Bedah Depok.Perbandingan Latihan ROM Unilateral dan Latihan ROM BilateralTerhadap Kekuatan Otot Pasien Hemiparase Akibat Stroke Iskemik DiRSUD Kota Tasikmalaya dan RSUD Kab. Ciamis , 31-35. HYPERLINK"http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282727-T%20Yanti%20Cahyati.pdf"http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282727-T%20Yanti%20Cahyati.pdf. (diakses tanggal 03agustus 2016pukul 23.15 WIB).

Purwanti, O. S., & Maliya, A. (2008). Rehabilitasi pasien Pasca Stroke. BeritaIlmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1 No.1: 43-46. HYPERLINK"https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/471/1h.pdf?sequence=1"https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/471/1h.pdf?sequence=1 . (diakses tanggal 03agustus 2016pukul 23.20 WIB).

Johnston, M. (2008). Participation of Eldery in Cardiac Rehabilitation:ExerciseConsideration for the Eldery. Current issue in CardiacRehabilitation and Prevention (Vol. 16). (R. L. Ambardini, Trans.)http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/karidn/article/download/311/310. (Dikutip pada tanggal 21 juli 2016 pukul 22.09 WIB).

Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. I., & Setiowulan, W. (2000). KapitaSelekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius.

Stuart, Gail W (2007). Buku Saku keperawatan jiwa. jakarta : EGC.Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & Nanda Nic- Noc Jilid 3. Jogjakarta: MediactionPublishing Jogjakarta.

Priyoto. (2015). Nursing Intervention Classification (NIC) Dalam KeperawatanGerontik. Jakarta: Salemba Medika.

Rahayu, K. I. (2015). Pengaruh Pemberian Latihan Range Of Motion (Rom)Terhadap Kemampuan Motorik Pada Pasien Post Stroke.The Influence ofRange of Motion Exercise to Motor Capability of Post-Stroke Patient at theGambiran Hospital , 102-107.

Page 126: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Asmadi. (2008). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: SalembaMedika.

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2011). buku saku diagnosis keperawatan; Edisi9. Nanda NIC NOC , 472-478.

Page 127: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...
Page 128: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...
Page 129: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Format asuhan keperawatan gerontik Prodi Poltekes Majapahit Mojokerto

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

GERONTIK

POLTEKKES MAJAPAHIT MOJOKERTO

A. PENGKAJIAN

1. DATA BIOGRAFI

Nama : Tgl

pengkajian :

Umur : Jam

pengkajian :

Jenis Kelamin : L / P

Tempat & tanggal lahir :

Pendidikan terakhir : SD SMP SMA

Perguruan tinggi lainnya :

Agama : Islam Kristen Hindhu

Budha Lainnya :

Suku : Jawa Madura

lainnya :

Status perkawinan : Menikah Belum menikah

Keterangan :

Alamat :

Orang yang mudah dihubungi :

Hubungan dengan pasien :

Alamat& telepon :

Waktu kunjungan :

Riwayat pekerjaan :

GENOGRAM :

Page 130: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Format asuhan keperawatan gerontik Prodi Poltekes Majapahit Mojokerto

2. RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan yang dirasakan saat ini :

Keluhan yg dirasakan 3 bulan terakhir :

Penyakit saat ini :

3. STATUS FISIOLOGIS/PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum :

Tingkat kesadaran :

GCS :

Tanda-tanda vital

TD :

Nadi :

RR :

S :

a. Integumen

Kebersihan :

Perubahan pigmentasi :

Lesi/Luka :

Kelembaban :

Turgor :

b. Kepala

Kebersihan rambut :

Kerontokan rambut :

Persebaran rambut :

c. Mata, Telinga, Hidung

1) Mata

Perubahan pengelihatan :

Konjungtiva :

Sklera :

Page 131: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Format asuhan keperawatan gerontik Prodi Poltekes Majapahit Mojokerto

2) Telinga

Perubahan pendengaran :

Bentuk telinga :

Penggunaan alat bantu :

3) Hidung

Kebersihan :

Gangguan penciuman :

d. Leher

Vena jugularis :

Kelenjar thyroid :

e. Dada (jantung dan paru-paru)

1) Jantung

Palpasi :

Pembesaran jantung

Auskultasi :

BJ 1& BJ 2 terdengar : tunggal/ganda, keras/lemah ,regular/irregular

Keluhan lainnya yang terkait dengan jantung :

2) Paru-paru

Inspeksi :

Palpasi :

Perkusi :

Auskultasi :

f. Abdomen

Inspeksi :

Bentuk abdomen

cembung Cekung Datar

massa atau benjolan :

Auskultasi : peristaltik usus

Palpasi: nyeri tekan /lepas di regio 1-9 :

Perkusi :(suara timpani, hipertimpani, pekak, lainya + di region)

Page 132: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Format asuhan keperawatan gerontik Prodi Poltekes Majapahit Mojokerto

g. Ekstremitas atas dan bawah

Nyeri persendian

Pembengkakan sendi

Spasme

Masalah cara berjalan

Kekakuan

Deformitas

Kelemahan otot

Nyeri pinggang

Edema

Penggunaan alat bantu :

Reflek : Bisep, Trisep, Pathela, Achiles

Kekuatan tonus otot :

4. PENGKAJIAN POLA PERILAKU KESEHATAN

a. Pola Nutrisi

Frekuensi makan :

Jumlah makan :

Jenis makanan :

Nafsu makan :

Frekuensi minum :

Jumlah minum :

Jenis minuman :

b. Pola istirahat/tidur

Frekuensi :

Jumlah waktu tidur :

Gangguan tidur :

Page 133: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Format asuhan keperawatan gerontik Prodi Poltekes Majapahit Mojokerto

c. Pola eliminasi

BAB :

BAK :

d. Pola aktifitas

Kegiatan produktif yang sering dilakukan :

Tingkat kemandirian dalam menjalani aktivitas sehari-hari :

INDEKS BARTEL

interpretasi :60 : Ketergantungan penuh

65-125 : Ketergantungan ringan

130 : Mandiri

e. Pola tata nilai & kepercayaan :

5. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

a. Bentuk bangunan : rumah/asrama

b. Lantai : semen/tegel/keramik

c. Kebersihan lantai :

d. Ventilasi :

e. Pencahayaan :

No Jenis AktivitasNILAI

PenilaianBantuan Total

1. Makan 5 10

2. Minum 5 103. Berpindah dari kursi rodake tempat

tidur dan sebaliknya5 10

4. Kebersihan diri: cuci muka, menyisir,menggosok gigi

5 10

5. Aktivitas di kamar mandi (toileting) 5 106. Mandi 5 107. Berjalan di jalan yang datar 5 108. Naik turun tangga 5 109. Berpakaian 5 1010. Mengontrol berkemih 5 1011. Olahraga 5 10NILAI TOTAL

Page 134: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Format asuhan keperawatan gerontik Prodi Poltekes Majapahit Mojokerto

f. Pengaturan penataan perabotan :

6. SISTEM PENDUKUNG

a. Jarak dari tempat tinggal :

b. Fasilitas kesehatan terdekat : rumah sakit/klinik/puskesmas

c. Pelayanan kesehatan di tempat tinggal :

7. PENGKAJIAN STATUS PSIKOSOSIAL

a. Hubungan/interaksi dengan orang lain dalam panti

b.Hubungan/interaksi dengan orang lain di luar wisma dalam panti

c. Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya dalam panti

d.Stabilitas emosi

e. Motivasi penghuni panti : (mandiri/dipaksa)

f. Frekuensi kunjungan keluarga

8. PENGKAJIAN FUNGSIONAL

TINGKAT KERUSAKAN INTELEKTUAL

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUISIONER(SPMSQ)

SkorNO PertanyaanBenar Salah1 Tanggal berapa hari ini?2 Hari apa sekarang?3 Apa nama tempat ini?4 Dimana alamat anda?5 Berapa umur anda?6 Kapan anda lahir?7 Siapa presiden Indonesia sekarang?8 Siapa nama kepala perawat disini?9 Siapa nama ibu anda?10 Kurang 3 dari 10 berapa?

Jumlah kesalahan total :

Page 135: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Format asuhan keperawatan gerontik Prodi Poltekes Majapahit Mojokerto

KETERANGAN :

1. Kesalahan 0-3 : Fungsi Intelektual Utuh

2. Kesalahan 4-5 : Kerusakan Intelektual Ringan

3. Kesalahan 6-8 : Kerusaka Intelektual Sedang

4. Kesalahan 9-10 : Kerusakan Intelektual Berat

9. DATA PENUNJANG

a. Lain-lain

b. Terapi

Mojokerto,

( )

Page 136: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Format asuhan keperawatan gerontik Prodi Poltekes Majapahit Mojokerto

10. ANALISA DATA

Nama :

Diagnosamedis :

No. RM :

Data Etiologi Masalah Keperawatan

Page 137: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Format asuhan keperawatan gerontik Prodi Poltekes Majapahit Mojokerto

11. INTERVENSI

Masalah Keperawatan Tujuan & Kriteria

Hasil

Intervensi

Keperawatan

Page 138: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Format asuhan keperawatan gerontik Prodi Poltekes Majapahit Mojokerto

12. IMPLEMENTASI

Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Implementasi

Keperawatan

Ttd

Perawat

Page 139: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Format asuhan keperawatan gerontik Prodi Poltekes Majapahit Mojokerto

13. EVALUASI

Masalah Keperawatan Tanggal/Jam Evaluasi

(S.O.A.P)

Page 140: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...

Format asuhan keperawatan gerontik Prodi Poltekes Majapahit Mojokerto

Page 141: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...
Page 142: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...
Page 143: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...
Page 144: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PASCA STROKE DENGAN ...