84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

51
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun, dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19 juta jiwa penduduk Indonesia 8,5% yang mengalami stroke yaitu lansia. Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita. Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan pembuluh darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses 1

Transcript of 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Page 1: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam

ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan

waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang

menetapkan 60 tahun, 65 tahun, dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO)

menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang

berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19 juta jiwa

penduduk Indonesia 8,5% yang mengalami stroke yaitu lansia.

Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi

secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden

stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali

lebih besar pada pria dibanding wanita. Kecenderungan pola penyakit neurologi

terutama gangguan susunan saraf pusat tampaknya mengalami peningkatan

penyakit akibat gangguan pembuluh darah otak, akibat kecelakaan serta karena

proses degenerative system saraf tampaknya sedang merambah naik di Indonesia.

Walaupun belum didapat data secara konkrit mengenai hal ini.

Selain itu, usia harapan hidup di Indonesia kian meningkat sehingga

semakin banyak terdapat lansia. Dengan bertambahnya usia maka permasalahan

kesehatan yang terjadi akan semakin kompleks. Salah satu penyakit yang sering

dialami oleh lansia adalah stroke. Usia merupakan factor resiko yang paling

penting bagi semua jenis stroke. Maka dari itu dengan adanya permasalahan

diatas, penulis mengambil judul Askep Lansia dengan stroke.

1

Page 2: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

B.     Tujuan

1.      Tujuan Umum

Agar mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan Lansia

dengan Stroke.

2.      Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui Definisi stroke

b. Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi dari stroke

c. Mahasiswa mampu mengetahui Patofisiologi stroke

d. Mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan stroke

e. Mahasiswa mampu mengetahui dan membuat Askep Lansia dengan Stroke

C. Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan Stroke?

b. Apa penyebab dari penyakit Stroke?

c. Bagaimana patofisiologi penyakit Stroke?

d. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan penyakit Stroke?

e. Bagaimana cara membuat asuhan keperawatan Lansia dengan Stroke?

2

Page 3: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teori

1. Definisi

Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi

otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan

Suddarth, 2002 : hal. 2131 ).

Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah

otak ( Elizabeth J. Corwin, 2001 : hal. 181 ).

Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat,

berupa deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24 jam atau lebih atau

langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan

peredaran otak non traumatic (Mansjoer 2000: 17)

Stroke adalah gangguan neurologik fokal yang dapat timbul sekunder dari

proses patologis pada pembuluh darah serebral, misal: Trombosis, embolis,

ruptura dinding pembuluh atau penyakit vaskuler dasar (Prince, 2002 : 964).

Stroke adalah gangguan darah di pembuluh arteri yang menuju ke otak

(Mardjono, 2000: 54).

3

Page 4: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Menurut WHO, stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi

serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat.

Berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan maut tanpa ditemukannya

penyebab selain daripada gangguan vaskuler. Persoalan pokok pada stroke adalah

gangguan peredaran darah pada daerah otak tertentu.

2. Epidemiologi

Di seluruh bagian dunia, stroke merupakan penyakit yang terutama

mengenai populasi usia lanjut. Insidensi pada usia 75-84 tahun sekitar 10 kali dari populasi 55-

64 tahun. Di Inggris stroke merupakan penyakit kedua setelah infark miokard akut

(AMI) sebagai penyebab kematian utama usia lanjut, sedangkan di Amerika

stroke masih merupakan penyebab kematian usia lanjut ketiga. Dengan makin

meningkatnya upaya pencegahan terhadap penyakit hipertensi, diabetes mellitus,

dan gangguan lemak, insiden stroke di Negara-negara maju makin menurun.

3. Jenis stroke

Menurut Lumbantobing (2002 : 5) kelainan yang terjadi akibat gangguan

peredaran darah stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

a.       Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi). Hal ini terjadi karena adanya

penyumbatan pembuluh darah otak. Infark iskemic terbagi menjadi dua yaitu :

stroke trombotik, yang disebabkan oleh thrombus dan stroke embolik, yang

disebabkan oleh embolus.

Harsono (2002 : 30) membagi stroke non haemoragi berdasarkan bentuk

klinisnya antara lain  :

1) Serangan Iskemia Sepintas atau Transient Ischemic Attack (TIA).

4

Page 5: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran

darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

2) Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/Reversible Ischemic Neurologik Defisit

(RIND).

Gejala neurologik timbul ± 24 jam, tidak lebih dari seminggu.

3) Stroke Progresif (Progresive Stroke/ Stroke in evolution).

Gejala makin berkembang ke otak lebih berat.

4) Completed Stroke

Kelainan saraf yang sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi.

b.      Perdarahan (Stroke Hemoragi). Stroke hemoragik disebabkan oleh

pembuluh darah yang bocor atau pecah di dalam atau di sekitar otak sehingga

menghentikan suplai darah ke jaringan otak yang dituju. Selain itu, darah

membanjiri dan memampatkan jaringan otak sekitarnya sehingga mengganggu

atau mematikan fungsinya.

Dua jenis stroke hemoragik:

Perdarahan intraserebral. Perdarahan intraserebral adalah perdarahan di

dalam otak yang disebabkan oleh trauma (cedera otak) atau kelainan

pembuluh darah (aneurisma atau angioma). Jika tidak disebabkan oleh

salah satu kondisi tersebut, paling sering disebabkan oleh tekanan darah

tinggi kronis. Perdarahan intraserebral menyumbang sekitar 10% dari

semua stroke, tetapi memiliki persentase tertinggi penyebab kematian

akibat stroke.

Perdarahan subarachnoid. Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan

dalam ruang subarachnoid, ruang di antara lapisan dalam (Pia mater) dan

lapisan tengah (arachnoid mater) dari jaringan selaput otak (meninges).

5

Page 6: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Penyebab paling umum adalah pecahnya tonjolan (aneurisma) dalam

arteri. Perdarahan subarachnoid adalah kedaruratan medis serius yang

dapat menyebabkan cacat permanen atau kematian. Stroke ini juga satu-

satunya jenis stroke yang lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan

pada pria.

4. Etiologi

1. Thrombosis.

Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab

utama thrombosis serebral dan merupakan penyebab yang paling umum terjadi.

Tanda-tanda thrombosis serebral ini bervariasi. Sakit kepala merupakan awitan

yang umum terjadi. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif, atau

kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari

hemoragi intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum thrombosis serebral

tidak terjadi secara tiba-tiba. Kehilangan bicara sementara, hemiplegia,

atau parastesia pada setengah tubuh dapat menjadi awitan paralisis berat

pada beberapa jam atau hari. Thrombosis ini tidak hanya terjadi pada pembuluh

darah otak tetapi dapat juga terjadi di pembuluh darah leher.

 

2. Embolisme serebral

  Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak

dari bagian tubuh yang lain). Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti

endocarditis infektif, penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta

infeksi pulmonal, adalah tempat-tempat asal emboli. Embolus biasanya

menyumbat arteriserebral tengah, atau cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi

serebral.

 

3. Iskemia serebral

6

Page 7: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena

konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.

 

4. Hemoragi serebral

Hemoragi dapat terjadi diluar durameter (ekstradural atau epidural),

dibawah durameter (subdural), diruang subarachnoid (hemoragi subarakhnoid),

atau dalam substansia otak (hemoragi intraserebral). Hemoragi intraserebral

merupakan yang paling umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan

aterosklerosis serebral.

5. Faktor resiko 

- Faktor risiko utama

Hipertensi

Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya

pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran

darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian.

Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus mampu menebalkan dinding pembuluh darah otak

sampai berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan

menyempitkan diameter pembuluh darah yang akan menggangu kelancaran

aliran darah ke otak, pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel- sel

otak.

Penyakit Jantung

Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan stroke.

Dikemudian hari seperti penyakit jantung reumatik, penyakit jantung

koroner dengan infark obat jantung dan gangguan irana denyut jantung.

7

Page 8: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Factor resiko ini pada umumnya akan menimbulkan hambatan atau

sumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepaskan sel- sel / jaringan-

jaringan yang telah mati ke aliran darah.

- Faktor resiko tambahan

1)     Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida.

Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk

terjadinya asterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang

diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah.

2)      Kegemukan atau obesitas

3)      Merokok

Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan

mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan

peningkatan kekentalan darah.

4)      Riwayat keluarga dengan stroke

5)      Lanjut usia

6. Manefestasi klinis

Stroke ini menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung pada

lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya

tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori)

Kehilangan motorik : hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi

pada sesi otak yang berlawanan, hemiparesis atau kelemahan salah satu

sisi tubuh.

8

Page 9: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Kehilangan komunikasi : disartria (kesulitan bicara), disfasia atau afasia

(bicara defektif atau kehilangan bicara), apraksia (ketidakmampuan untuk

melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya)

Gangguan persepsi: disfungsi persepsi visual, gangguan hubungan visual-

spasial, kehilangan sensori

Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis

Disfungsi kandung kemih

Gejala – gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang

disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul

bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu. Gejala-gejala itu antara lain

bersifat:

Sementara

Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa

jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut

Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam

wujud sama, memperberat atau malah menetap.

Sementara,namun lebih dari 24 jam

Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic

neurologic defisit (RIND).

Gejala makin lama makin berat (progresif)

Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat

yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution.

Sudah menetap/permanent (Harsono,1996, hal 67)

9

Page 10: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

7.  Patofisiologi

a. Stroke Hemoragic

Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama

kasus gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar

duramater (hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah duramater, (hemoragi

subdural), diruang subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam substansi

otak (hemoragi intraserebral).

1. Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang

memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak

dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain.

2. Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya

sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural

biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan

hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan

tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi

subdural kronik tanpa menunjukkan tanda dan gejala.

3. Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau

hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada

area sirkulus wilisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak.

Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisma.

4. Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan

aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif penyakit ini biasanya

menyebabkan ruptur pembuluh darah. Pada orang yang lebih muda dari 40

10

Page 11: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

tahun, hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-

vena, hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan oleh tipe patologi

arteri tertentu, adanya tumor otak dan penggunaan medikasi (antikoagulan

oral, amfetamin dan berbagai obat aditif).

Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia.

Biasanya awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar,

makin jelas defisit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan

abnormalitas pada tanda vital. Pasien dengan perdarahan luas dan hemoragi

mengalami penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.

b. Stroke Non Hemoragic

Terbagi atas 2 yaitu :

1. Pada stroke trombotik, oklusi disebabkan karena adanya penyumbatan

lumen pembuluh darah otak karena thrombus yang makin lama makin

menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran

arah ini menyebabakan iskemi yang akan berlanjut menjadi infark. Dalam

waktu 72 jam daerah tersebut akan mengalami edema dan lama kelamaan

akan terjadi nekrosis. Lokasi yang tersering pada stroke trombosis adalah

di percabangan arteri carotis besar dan arteri vertebra yang berhubungan

dengan arteri basiler. Onset stroke trombotik biasanya berjalan lambat.

2. Sedangkan stroke emboli terjadi karena adanya emboli yang lepas dari

bagian tubuh lain sampai ke arteri carotis, emboli tersebut terjebak di

pembuluh darah otak yang lebih kecil dan biasanya pada daerah

percabangan lumen yang menyempit, yaitu arteri carotis di bagian tengah

atau Middle Carotid Artery ( MCA ). Dengan adanya sumbatan oleh

emboli akan menyebabkan iskemi.

11

Page 12: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

8. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa

stroke antara lain adalah:

a. Angiografi

Arteriografi dilakukan untuk memperlihatkan penyebab dan letak

gangguan. Suatu kateter dimasukkan dengan tuntunan fluoroskopi dari arteria

femoralis di daerah inguinal menuju arterial yang sesuai kemudian zat warna

disuntikkan.

b. CT-Scan

CT-scan dapat menunjukkan adanya hematoma, infark dan perdarahan.

c. EEG (Elektro Encephalogram)

Dapat menunjukkan lokasi perdarahan, gelombang delta lebih lambat di

daerah yang mengalami gangguan.

d. Pungsi Lumbal

a)  Menunjukan adanya tekanan normal

b)  Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan

adanya perdarahan

e. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.

f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.

g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.

12

Page 13: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

(Doenges E, Marilynn, 2000 hal 292).

9. Komplikasi

Komplikasi utama pada stroke menurut Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal

2131 yaitu :

a. Hipoksia Serebral

b. Penurunan darah serebral

c. Luasnya area cedera

10. Penatalaksanaan

a. Perawatan umum stroke

Mengenai penatalaksanaan umum stroke, konsensus nasional pengelolaan

stroke di Indonesia, mengemukakan hal-hal berikut:

Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan

oksigen 0-2 L/menit sampai ada hasil gas darah.

Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi

intermiten.

Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus.

Tekanan darah dapat berkurang bila penderita dipindahkan ke tempat yang

tenang, kandung kemih dikosongkan, rasa nyeri dihilangkan, dan bila penderita

dibiarkan beristirahat.

Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi.

13

Page 14: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Keadaan hiperglikemia dapat dijumpai pada fase akut stroke, disebabkan

oleh stres dan peningkatan kadar katekholamin di dalam serum. Dari percobaan

pada hewan dan pengalaman klinik diketahui bahwa kadar glukosa darah yang

meningkat memperbesar ukuran infark. Oleh karena itu, kadar glukosa yang

melebihi 200 mg/ dl harus diturunkan dengan pemberian suntikan subkutan

insulin.

Konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia mengemukakan

bahwa hiperglikemia ( >250 mg% ) harus dikoreksi sampai batas gula darah

sewaktu sekitar 150 mg% dengan insulin intravena secara drips kontinyu selama

2-3 hari pertama. Hipoglikemia harus diatasi segera dengan memberikan

dekstrose 40% intravena sampai normal dan diobati penyebabnya.

Suhu tubuh harus dipertahankan normal.

Suhu yang meningkat harus dicegah, misalnya dengan obat antipiretik atau

kompres. Pada penderita iskemik otak, penurunan suhu sedikit saja, misalnya 2-3

derajat celsius, sampai tingkat 33ºC atau 34 °C memberi perlindungan pada otak.

Selain itu, pembentukan oxygen free radicals dapat meningkat pada keadaan

hipertermia. Hipotermia ringan sampai sedang mempunyai efek baik, selama

kurun waktu 2-3 jam sejak stroke terjadi, dengan memperlebar jendela

kesempatan untuk pemberian obat terapeutik.

Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan

baik, bila terdapat gangguan menelan atau penderita dengan kesadaran menurun,

dianjurkan melalui pipa nasogastrik.

Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan. Pemberian cairan

intravena berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang mengandung glukosa

murni atau hipotonik.

Bila ada dugaan trombosis vena dalam, diberikan heparin dosis rendah

subkutan, bila tidak ada kontra indikasi.

14

Page 15: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Terapi farmakologi yang dapat diberikan pada pasien stroke :

1) Antikoagulasi dapat diberikan pada stroke non haemoragic, diberikan

sdalam 24 jam sejak serangan gejala-gejala dan diberikan secara intravena.

2) Obat antipletelet, obat ini untuk mengurangi pelekatan platelet. Obat ini

kontraindikasi pada stroke haemorhagic.

3) Bloker kalsium untuk mengobati vasospasme serebral, obat ini

merilekskan otot polos pembuluh darah.

4) Trental dapat digunakan untuk meningkatkan aliran darah kapiler

mikrosirkulasi, sehingga meningkatkan perfusi dan oksigenasi ke jaringan

otak yang mengalami iskemik.

b. Perawatan pasca stroke

Sekali terkena serangan stroke tidak membuat pasien terbebas dari stroke.

Selain menimbulkan kecacatan, masih ada kemungkinan dapat terserangkembali

di kemudian hari. Pasca stroke biasanya penderita memerlukan rehabilitasi serta

terapi psikis seperti terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, dan penyediaan alat

bantu di unit orthotik prostetik. Juga penanganan psikologis pasien, seperti

berbagi rasa, terapi wisata, dan sebagainya. Selain itu, juga dilakukan community

based rehabilitation (rehabilitasi bersumberdaya masyarakat) dengan melakukan

penyuluhan dan pelatihan masyarakat di lingkungan pasien agar mampu

menolong, setidaknya bersikap tepat terhadap penderita. Hal ini akan

meningkatkan pemulihan dan integrasi dengan masyarakat. Bahaya yang

menghantui penderita stroke adalah serangan stroke berulang yang dapat fatal atau

kualitas hidup yang lebih burukdari serangan pertama. Bahkan ada pasien yang

mengalami serangan stroke sebanyak 6-7 kali. Hal ini disebabkan pasien tersebut

15

Page 16: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

tidak mengendalikan faktor risiko stroke. Bagi mereka yang sudah pernah terkena

serangan stroke, Gaya hidup sehat haruslah menjadi pilihan agar tidak kembali

diserang stroke, seperti: berhentimerokok, diet rendah lemak atau kolesterol dan

tinggi serat, berolahragateratur 3 X seminggu (30-45 menit), makan secukupnya,

dengan memenuhi kebutuhangizi seimbang, menjaga berat badan jangan sampai

kelebihan berat badan,berhenti minum alkohol dan atasi stres.

1) Rehabilitasi Stroke

Rehabilitasi stroke termasuk seluruh tujuan dari rehabilitasi lansia.

Pencegahan komplikasi dan keterbatasan sekunder adalah hasil utama yang

diharapkan. Peningkatan kualitas dan arti dalam hidup dengan keterbatasan dan

deficit klien lansia juga merupakan hal yang penting bagi keberhasilan program

rehabilitasi stroke.

Aktivitas kehidupan sehari-hari

Selain memposisikan klien dan latihan rentang gerak , suatu program

rehabilitasi stroke memfokuskan pada AKS. Aktivitas kehidupan sehari-hari

termasuk makan, berdandan, hygiene, mandi, dan yang sejenisnya. Dengan

melibatkan ahli terapi fisik dan okupasi dapat meningkatkan kemampuan perawat

untuk merencanakan perawatan.

Evaluasi tingkat sensorik motorik , pengukuran rentang gerak sendi , dan

kekuatan otot adalah tujuan spesifik bagi ahli terapi dan perawat. Pemeriksaan

genggaman , kekuatan trisep, dan keseimbangan memberikan data yang berharga

untuk perencanaan strategi kompensasi untuk menyelesaikan tugas tugas

perawatan diri. Propriosepsi, sensasi,dan tonus otot dievaluasi. Suatu pengkajian

yang seksama juga termasuk tingkat deficit neurologis yang mungkin telah di

alami oleh klien akibat stroke. Data tersebut termasuk kemampuan klien untuk

mandi, berpakaian, makan, ke toilet, dan berpindah. Selain itu, status fungsi usus

dan kandung kemih klien adalah informasi yang sangat penting untuk

perencanaan perawatan. Fungsi penglihatan dan pendengaran dikaji dan setiap

penyimpangan dimasukkan dalam pendekatan tim.

Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kemandirian klien dengan

terus memberikan peluang untuk melakukan tugas yang mampu ia lakukan.

16

Page 17: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Perawat adalah kunci pemberi perawatan dalam proses rehabilitasi,

mengkoordinasikan asuhan perawatan dan terapi rehabilitative. Dengan

memperhatikan tujuan ini, perawat dapat memaksimalkan potensi klien tersebut.

2) Kognisi dan komunikasi

Konfusi, disorientasi, dan maslah komunikasi adalah akibat yang sering

dari stroke. Maslah komunikasi dapat diakibatkan oleh afasia dan disartria,

perawat perlu menyertakan teknik komunikasi yang memfasilitasi kemampuan

klien untuk memahami kata-kata. Teknik komunikasi tersebut meliputi berbicara

secara perlan-lahan, memberikan petunjuk sederhana(satu pada satu waktu),

membatasi distraksi, dan mendengar secara aktif.Selain itu, menghubungkan kata-

kata dengan objek,menggunakan pengulangan dan kata-kata yang banyak, dan

mendorong keluarga untuk membawa objek kecil yang dikenal oleh klien dan

untuk menyebutkan nama objek-objek tersebut dapat meningkatkan pola

komunikasi.Dapat juga digunakan papan abjad,mesin tik,dan program computer

untuk membantu pemahaman klien tentang lingkungannya. Mengevaluasi

penglihatan dan pendengaran dapat juga membantu mengatasi masalah

yang,sekali dapat diperbaiki, secara drastic akan meningkatkan komunikasi.

3) Dukungan psikologis

Klien lanjut usia mengalami berbagai kehilangan berdasar dengan

terjadinya stroke, mencakup perubahan citra tubuh, fungsi tubuh, dan perubahan

peran. Dukungan psikologis diarahkan agar dalam menghadapi kehilangan ini

dapat mendorong keberhasilan adaptasi dan penyesuaian. Tujuan yang realistis

dapat ditetapkan hanya setelah perawat mengkaji gaya hidup klien sebelumnya,

tipe kepribadian, perilaku koping, dan aktivitas pekerjaan. Dengan menyediakan

situasi untuk penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan, perawat member

klien suatu kesempatan untuk memperoleh kendali atas lingkungannya. Keadaan

seperti itu dapat sederhana seperti membiarkan klien untuk memilih di antara dua

aktivitas, untuk memutuskan waktu terapi, untuk memilih pakaian, dan untuk

membuat pilihan makanan. Memfokuskan pada kekuatan dan kemampuan klien

daripada terhadap deficit dapat mendorong harapan klien tersebut.

17

Page 18: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Depresi sering terjadi dengan terjadinya kehilangan fungsi tubuh dan

perubahan peran dan citra tubuh. Konsultasikan kepada seorang perawat

kesehatan mental untuk membantu mengatasi masalah ini. Klienn lansia mungkin

mengalami suatu perasaan isolasi dan pengasingan. Keluarga mungkin

memerlukan dukungan emosional dan psikologis ketika berusaha untuk

memahami apa arti kehilangan bagi klien. Jika kebutuhan untuk mendapatkan

dukungan keluarga ini tidak diperhatikan, klien mungkin mempertimbangkan

untuk bunuh diri.Ajarkan anggota keluarga tentang depresi dan peringatkan

mereka terhadap tanda dan gejala yang penting dalam memberikan dukungan

psikososial.

Kelabilan emosional dan ledakan-ledakan mungkin terjadi setelah stroke.

anggota keluarga yang telah diajarkan tentang strategi komunikasi dan bagaimana

cara bermain peran dalam situasi yang potensial akan menjadi lebih percaya

diri.dalam merawat klien. merujuk keluarga dan klien pada pelayanan pendukung

seperti pelayanan kesehatan di rumah, Kelompok pendukung, dan respite care

dapat mengurangi beban ketergantungan yang mungkin mengikuti stroke

melibatkan manajemen factor-faktor yang pada akhirnya dapat membuat

perbedaan dalam memelihara kemandirian maksimum dan menurunkan

komplikasi sekunder yang dapat berkembang dari penyakit kronis yang

melumpuhkan. (Mickey Stanley, Buku Ajar Keperawatan gerontik edisi 2. 2006)

Gangguan emosional, terutama ansietas, frustasi dan depresi merupakan

masalah umum yang dijumpai pada penderita pasca stroke. Korban stroke dapat

memperlihatkan masalah-masalah emosional dan perilakunya mungkin berbeda

dari keadaan sebelum mengalami stroke. Emosinya dapat labil, misalnya pasien

mungkin akan menangis namun pada saat berikutnya tertawa, tanpa sebab yang

jelas. Untuk itu, peran perawat adalah untuk memberikan pemahaman kepada

keluarga tentang perubahan tersebut.

Hal-hal yang bisa dilakukan perawat antara lain memodifikasi perilaku

pasien seperti seperti mengendalikan simulasi di lingkungan, memberikan waktu

istirahat sepanjang siang hari untuk mencegah pasien dari kelelahan yang

18

Page 19: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

berlebihan, memberikan umpan balik positif untuk perilaku yang dapat diterima

atau perilaku yang positif, serta memberikan pengulangan ketika pasien sedang

berusaha untuk belajar kembali satu ketrampilan.

B.     Asuhan Keperawatan

1.       Pengkajian

a.       Aktivitas dan istirahat

1)      Data Subyektif :

Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, kehilangan

sensasi atau paralysis.

Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )

2)      Data obyektif :

Perubahan tingkat kesadaran

Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis

( hemiplegia ) , kelemahan umum.

Gangguan penglihatan

b.      Sirkulasi

1)      Data Subyektif :

19

Page 20: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal

jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.

2)      Data obyektif :

Hipertensi arterial

Disritmia, perubahan EKG

Pulsasi : kemungkinan bervariasi

Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta

abdominal

c.       Integritas ego

1)      Data Subyektif :

Perasaan tidak berdaya, hilang harapan

2)      Data obyektif:

Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan ,

kegembiraan

kesulitan berekspresi diri

d.      Eliminasi

1) Data Subyektif:

Inkontinensia, anuria

distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak

adanya suara usus( ileus paralitik )

e.       Makan/ minum

20

Page 21: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

1)      Data Subyektif:

Nafsu makan hilang

Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK

Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia

Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah

2)      Data obyektif:

Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum

dan faring )

Obesitas ( factor resiko )

f.       Sensori neural

1)      Data Subyektif:

Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )

nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub

arachnoid.

Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti

lumpuh/mati

Penglihatan berkurang

Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas

dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )

Gangguan rasa pengecapan dan penciuman

2)      Data obyektif:

21

Page 22: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,

gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan

gangguan fungsi kognitif

Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua

jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek

tendon dalam ( kontralateral )

Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )

Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan

ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata

komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.

Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,

stimuli taktil

Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik

Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada

sisi ipsi lateral

g.      Nyeri / kenyamanan

1)      Data Subyektif :

Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya

2)      Data obyektif:

Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial

h.      Respirasi

22

Page 23: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

1)      Data Subyektif:

Perokok ( factor resiko )

Tanda:

1.1  Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas

1.2  Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur

1.3  Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

i.        Keamanan

1)      Data obyektif:

Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan

Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,

hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang

pernah dikenali

Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi

suhu tubuh

Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap

keamanan, berkurang kesadaran diri

j.        Interaksi social

1)      Data obyektif:

Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi

23

Page 24: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

k.      Pengajaran / pembelajaran

1)      Data Subjektif :

Riwayat hipertensi keluarga, stroke

Penggunaan kontrasepsi oral

l.        Pertimbangan rencana pulang

Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi

Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,

perawatan diri dan pekerjaan rumah

(Doenges E, Marilynn, 2000 hal 292).

2.      Diagnosa Keperawatan

Dx 1 :

Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah : penyakit

oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.

Dibuktikan oleh :

1) Perubahan tingkat kesadaran , kehilangan memori

2) Perubahan respon sensorik / motorik, kegelisahan

3) Defisit sensori , bahasa, intelektual dan emosional

24

Page 25: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

4) Perubahan tanda-tanda vital

Tujuan Pasien / kriteria evaluasi :

1) Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori

/ motorik

2) Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK

3) Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran / kekambuhan

Intervensi :

1) Monitor dan catat status neurologis secara teratur

R/ melihat penurunan dan peningkatkan saraf

2) Monitor tanda-tanda vital

R/ menentukan keadaan klien

3) Evaluasi pupil 9 ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya 0

R/ melihat reaksi dan fungsi

4) Bantu untuk mengubah pandangan , misalnya pandangan kabur, perubahan

lapang pandang / persepsi lapang pandang

R/ mengurangi penurunan penglihatan

5) Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami

gangguan fungsi

R/ mengurangi penurunan fungsi

6) Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral.

25

Page 26: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

R/ agar tidak kaku

7) Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur

kunjungan sesuai indikasi

R/ Untuk kenyamanan

Kolaborasi

2) Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi

3) Berikan medikasi sesuai indikasi

4) Antifibrolitik, misal aminocaproic acid ( amicar )

5) Antihipertensi

6) Vasodilator perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine.

7) Manitol

Dx : 2

Ketidakmampuan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskular,

ketidakmampuan dalam persespi kognitif.

Dibuktikan oleh :

Ketidakmampuan dalam bergerak pada lingkungan fisik : kelemahan,

koordinasi, keterbatasan rentang gerak sendi, penurunan kekuatan otot.

Tujuan Pasien / kriteria evaluasi ; Tidak ada kontraktur, foot drop.

1) Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi dari

bagian tubuh

26

Page 27: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

2) Menampakan kemampuan perilaku / teknik aktivitas sebagaimana

permulaannya

3) Terpeliharanya integritas kulit

Intervensi :

1) Ubah posisi tiap dua jam ( prone, supine, miring )

R/ mencegah terjadinya dekubitus

2) Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas

R/ agar tidak terjadinya kekakuan

3) Topang ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot board pada saat

selama periode paralysis flaksid. Pertahankan kepala dalam keadaan netral

R/ kenyamanan klien

4) Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi

R/ untuk kenyamanan

5) Bantu meningkatkan keseimbangan duduk

R/ untuk kenyamanan

 Kolaborasi

8) Konsul ke bagian fisioterapi

9) Bantu dalam meberikan stimulasi elektrik

10)Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi

Dx 3 :

27

Page 28: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan

neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut, kelemahan umum / letih.

Ditandai :

1) Gangguan artikulasi

2) Tidak mampu berbicara / disartria

3) ketidakmampuan moduasi wicara , mengenal kata , mengidentifikasi objek

4) Ketidakmampuan berbicara atau menulis secara komprehensif.

Tujuan pasien / kriteria evaluasi

1) Pasien mampu memahami problem komunikasi

2) Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi

3) Menggunakan sumber bantuan dengan tepat

 Intervensi :

1) Bantu menentukan derajat disfungsi

R/ agar tidak terjadinya disfungsi

2) Sediakan bel khusus jika diperlukan

R/ mencegah kegawatdaruratan

3) Sediakan metode komunikasi alternative

R/ kenyamanan

4) Antisipasi dan sediakan kebutuhan pasien

28

Page 29: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

R/ untuk kenyamanan

5) Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas

R/ terciptanya saling kepercayaan

6) Bicara dengan nada normal

R/ mencegah terjadinya prasanka buruk dan mengurangi keadaan

 Kolaborasi : Konsul dengan ahli terapi wicara

Dx 4 :

Perubahan persepsi sensori b.d penerimaan perubahan sensori transmisi,

perpaduan          ( trauma / penurunan neurologi), tekanan psikologis

( penyempitan lapangan persepsi disebabkan oleh kecemasan).

Ditandai ;

1) Disorientasi waktu, tempat , orang

2) Perubahan pola tingkah aku

3) Konsentrasi jelek, perubahan proses piker

4) Ketidakmampuan untuk mengatakan letak organ tubuh

5) Perubahan pola komunikasi

6) Ketidakmampuan mengkoordinasi kemampuan motorik.

Tujuan / kriteria hasil :

29

Page 30: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

1) Dapat mempertahakan level kesadaran dan fungsi persepsi pada level

biasanya.

2) Perubahan pengetahuan dan mampu terlibat

3) Mendemonstrasikan perilaku untuk kompensasi

 Intervensi :

1) Kaji patologi kondisi individual

R/ mencegah penurunan kesadaran

2) Evaluasi penurunan visual

R/ mencegah penurunan kesadaran

3) Lakukan pendekatan dari sisi yang utuh

R/ agar pasien tidak tersinggung

4) Sederhanakan lingkungan

R/ untuk kenyamanan dan memepercepat kesembuhan

5) Bantu pemahaman sensori

R/ mengurangi ketidak reaksi saraf

6) Beri stimulasi terhadap sisa-sisa rasa sentuhan

R/ mengurangi kematian sel-sel saraf

7) Lindungi psien dari temperatur yang ekstrim

R/ menjaga kenyamanan

30

Page 31: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

8) Pertahankan kontak mata saat berhubungan

R/ meningkatkan kepercayaan

9) Validasi persepsi pasien

R/ menentukan keluhan

 Dx 5 :

Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan kekuatan

dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot.

Ditandai dengan :

Kerusakan kemampuan melakukan AKS misalnya ketidakmampuan

makan ,mandi, memasang/melepas baju, kesulitan tugas toileting.

Kriteria hasil:

1) Melakukan aktivitas perwatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri

2) Mengidentifikasi sumber pribadi /komunitas dalam memberikan bantuan

sesuai kebutuhan

3) Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kenutuhan

perawatan diri

 Intervensi:

1) Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 1-4)

untuk melakukan kebutuhan sehari-hari

2) Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasien sendiri,

tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan

31

Page 32: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

3) Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk

menghindari dan atau kemampuan untuk menggunakan urinal,bedpan.

4) Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikan pada kebiasaan

pola normal tersebut. Kadar makanan yang berserat, Anjurkan untuk minum

banyak dan tingkatkan aktivitas.

5) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau

keberhasilannya.

Kolaborasi :

1) Berikan supositoria dan pelunak feses

2) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/okupasi

Dx 6 :

Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk,

ketidakmampuan mengatasi lender.

Kriteria hasil :

1) Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas

2) Ekspansi dada simetris

3) Bunyi napas bersih saaatauskultasi

4) Tidak terdapat tanda distress pernapasan

5) GDA dan tanda vital dalam batas normal

Intervensi :

1) Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi

32

Page 33: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

2) Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan

memmberikan pengeluaran sekresi yang optimal

3) Penghisapan sekresi

4) Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam

5) Berikan oksigenasi sesuai advis

6) Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi

Dx 7 :

Gangguan pemenuhan nutrisi b.d reflek menelan turun,hilang rasa ujung

lidah.

Ditandai dengan:

1) Keluhan masukan makan tidak adekuat

2) Kehilangan sensasi pengecapan

3) Rongga mulut terinflamasi

Kriteria evaluasi :

1) Pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu

makan

2) BB stabil

3) Pasien mengungkapkan pemasukan adekuat

 Intervensi :

1) Pantau masukan makanan setiap hari

R/ untuk menentukan intake dan output

33

Page 34: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

2) Ukur BB setiap hari sesuai indikasi

R/ melihat penuruna BB

3) Dorong pasien untuk makan diit tinggi kalori kaya nutrien sesuai program

R/ menjaga keseimbangan BB

4) Kontrol faktor lingkungan (bau, bising), hindari makanan terlalu

manis,berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan

R/ untuk kenyamanan

5) Identifikasi pasien yang mengalami mual muntah

R/ melihat output

Kolaborasi:

1) Pemberian anti emetic dengan jadwal regular

2) Vitamin A,D,E dan B6

3) Rujuk ahli diit

4) Pasang /pertahankan slang NGT untuk pemberian makanan enteral

34

Page 35: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi

secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Stroke

juga menjadi salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang utama.

Stroke dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi)

Hal ini terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah otak, dan Perdarahan

(Stroke Hemoragi) Terjadi pecahnya pembuluh darah otak.

Faktor-faktor risiko yang dapat ditemui pada klien dengan stroke yaitu

faktor risiko utama seperti Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit Jantung,

Transient Ischemic Attack (TIA) dan faktor resiko tambahan seperti Kadar lemak

darah yang tinggi termasuk kolesterol dan trigliserida, Kegemukan atau obesitas,

Merokok, Riwayat keluarga dengan stroke, Lanjut Usia, Penyakit darah tertentu

35

Page 36: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

seperti polisitemia dan leukemia, Kadar asam urat darah tinggi, Penyakit paru-

paru menahun.

B. Saran

Dari uraian diatas dapat kami sarankan sebaiknya para pembaca khususnya

perawat dengan kasus stroke mengetahui tentang: Faktor-faktor resiko yang dapat

ditemui pada lansia dengan stroke, laboratorium yang perlu dilakukan dan asuhan

keperawatan pada lansia dengan sroke.

 

 

36

Page 37: 84831390 Askep Lansia Dengan Stroke 1

DAFTAR PUSTAKA

 

Ancowitz, A. 1993. The Stroke Book. New York : William Morrow and

Company, inc.

Hudak Gallo. 2002. Keperawatan Kritis. Edisi VI Volume II. Jakarta :

EGC.

Lumbantobing. 2001. Neurogeriatri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Marilynn E, Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.

Jakarta : EGC.

Pahria, Tuti, dkk. 2002. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan

Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : EGC.

http://www.suyotohospital.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=80:rehabilitasi-pasca-stroke-memberi-

kualitas-hidup-lebih-baik&catid=3:artikel&Itemid=2

http://www.ekahospital.com/id/rehabilitation-as-the-important-stroke-

treatment/

http://www.g-excess.com/5017/pengertian-dan-macam-macam-serta-

penyebab-terjadinya-stroke/

http://medicastore.com/brown_seaweed/obat_rawat_stroke.htm

http://www.klikdokter.com/tanyadokter/read/2008/11/02/2035/rehabilitasi-

stroke

37