Penelitian Prematur Tahun 2012

32
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi kurang dari 37 minggu (20-37 minggu atau 259 hari terhitung sejak HPHT) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Penyebab persalinan preterm sering dapat dikenali dengan jelas. Namun, pada banyak kasus penyebab pasti tidak dapat diketahui. Beberapa faktor mempunyai andil dalam terjadinya persalinan preterm seperti faktor pada ibu, faktor janin dan plasenta, ataupun faktor lain seperti sosioekonomik. Dari data yang diketahui penyebab persalinan prematur yaitu iatrogenik (20%), infeksi (30%), ketuban pecah dini saat preterm (20-25%), dan persalinan preterm spontan (20-25%). Secara teoritis faktor risiko premature dibagi menjadi 4 faktor, yaitu faktor iatrogenik, faktor maternal, faktor janin, dan faktor perilaku. Faktor iatrogenik merupakan faktor dari kesehatan medis. Faktor maternal meliputi riwayat prematur sebelumnya, umur ibu, paritas ibu, plasenta previa, kelainan 1

Transcript of Penelitian Prematur Tahun 2012

Page 1: Penelitian Prematur Tahun 2012

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi kurang dari 37 minggu (20-37

minggu atau 259 hari terhitung sejak HPHT) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram.

Penyebab persalinan preterm sering dapat dikenali dengan jelas. Namun, pada banyak kasus

penyebab pasti tidak dapat diketahui. Beberapa faktor mempunyai andil dalam terjadinya

persalinan preterm seperti faktor pada ibu, faktor janin dan plasenta, ataupun faktor lain seperti

sosioekonomik. Dari data yang diketahui penyebab persalinan prematur yaitu iatrogenik (20%),

infeksi (30%), ketuban pecah dini saat preterm (20-25%), dan persalinan preterm spontan (20-

25%).

Secara teoritis faktor risiko premature dibagi menjadi 4 faktor, yaitu faktor iatrogenik,

faktor maternal, faktor janin, dan faktor perilaku. Faktor iatrogenik merupakan faktor dari

kesehatan medis. Faktor maternal meliputi riwayat prematur sebelumnya, umur ibu, paritas ibu,

plasenta previa, kelainan serviks (serviks inkompetensi), hidramnion, infeksi intra-amnion,

hipertensi dan trauma. Faktor janin meliputi kehamilan kembar (gemelli), janin mati (IUFD),

dan cacat bawaan (kelainan kongenital). Faktor perilaku meliputi ibu yang merokok dan minum

alkohol.

Persalinan prematur merupakan penyebab utama yaitu 60-80% morbiditas dan

mortalitas neonatal di seluruh dunia. Indonesia memiliki angka kejadian prematur sekitar 19%

dan merupakan penyebab utama kematian perinatal. Kelahiran di Indonesia diperkirakan sebesar

1

Page 2: Penelitian Prematur Tahun 2012

5.000.000 orang per tahun, maka dapat diperhitungkan kematian bayi 56/1000 KH, menjadi

sekitar 280.000 per tahun yang artinya sekitar 2,2-2,6 menit bayi meninggal.

Berdasarkan uraian di atas, angka persalinan prematur di Indonesia cukup tinggi,

termasuk di NTT. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan

“Gambaran Faktor Resiko Persalinan Prematur di RSUD Prof.DR.W.Z.Johannes Kupang Tahun

2012”.

1.2 Perumusan Masalah

a) Berapa jumlah persalinan prematur di RSUD Prof.dr.W.Z. Johannes Kupang tahun

2012?

b) Bagaimana gambaran faktor resiko persalinan prematur di RSUD

Prof.dr.W.Z.Johannes Kupang tahun 2012?

1.3 Tujuan Penelitian

a) Mengetahui jumlah persalinan prematur di RSUD Prof.dr.W.Z.Johannes Kupang

tahun 2012

b) Mengetahui gambaran faktor resiko persalinan prematur di RSUD

Prof.dr.W.Z.Johannes Kupang tahun 2012

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Sebagai wahana bagi peneliti untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan

tentang faktor-faktor resiko terjadinya persalinan prematur.

2

Page 3: Penelitian Prematur Tahun 2012

1.4.2 Bagi Pemerintah dan RSUD Prof.dr.W.Z.Johannes Kupang

Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pihak rumah sakit untuk

menurunkan angka kejadian persalinan prematur dan meningkatkan mutu pelayanan

terutama upaya pencegahan persalinan prematur.

1.4.3 Bagi Pembaca

Sebagai bahan informasi bagi pembaca,khususnya perempuan usia produktif

untuk menambah wawasan dan kewaspadaan terhadap faktor resiko dan penyebab

persalinan prematur.

3

Page 4: Penelitian Prematur Tahun 2012

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi kurang dari 37 minggu (20-37 minggu

atau 259 hari terhitung sejak HPHT) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram.

2.2 Epidemiologi

Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas neonates pada bayi preterm/prematur masih

sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas organ pada bayi lahir seperti paru, otak, dan

gastrointestinal. Di Negara Barat sampai 80% dari kematian neonates adalah akibat prematuritas,

dan pada bayi yang selamat 10% mengalami permasalahan dalam jangka panjang. Penyebab

persalinan preterm sering dapat dikenali dengan jelas. Namun, pada banyak kasus penyebab pasti

tidak dapat diketahui. Beberapa factor mempunyai andil dalam terjadinya persalinan preterm

seperti factor pada ibu, factor janin dan plasenta, ataupun factor lain seperti sosioekonomik.

Pendekatan obstetric yang baik terhadap persalinan preterm akan memberikan harapan terhadap

ketahanan hidup dan kualitas hidup bayi preterm. Di beberapa Negara maju Angka Kematian

Neonatal pada persalinan premature menunjukkan penurunan, yang umumnya disebabkan oleh

meningkatnya peranan neonatal intensive care dan akses yang lebih baik dari pelayanan ini. Di

Amerika Serikat bahkan menunjukkan kemajuan yang dramatis berkaitan dengan meningkatnya

umur kehamilan , dengan 50% neonates selamat pada persalinan usia kehamilan 25 minggu, dan

lebih dari 90% pada usia 28-29 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi dapat berperan

banyak dalam keberhasilan persalinan bayi preterm.

4

Page 5: Penelitian Prematur Tahun 2012

2.3 Etiologi

Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi keadaan

obstetric, sosiodemografi, dan faktor medik mempunyai pengaruh terhadap terjadinya persalinan

premature. Kadang hanya risiko tunggal dijumpai seperti distensi berlebih uterus, ketuban pecah

dini, atau trauma. Banyak kasus persalinan premature sebagai akibat proses patogenik yang

merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi rahim dan

perubahan serviks, yaitu :

1. aktivasi aksis kelenjar hipotalamus – hipofisi – adrenal baik pada ibu maupun janin, akibat

stress pada ibu atau janin.

2. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden darii traktus

genitourinaria atau infeksi sistemik.

3. Perdarahan desidua.

4. Peregangan uterus patologik.

5. Kelainan pada uterus atau serviks.

2.4 Faktor Risiko

Kondisi selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan preterm adalah :

2.4.1 Janin dan plasenta

- perdarahan trimester awal

- perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa previa)

- ketuban pecah dini (KPD)

- pertumbuhan janin terhambat

- cacat bawaan janin

- kehamilan ganda/gemeli

5

Page 6: Penelitian Prematur Tahun 2012

- polihidramnion

2.4.2 Ibu

- penyakit berat pada ibu

- diabetes mellitus

- preeclampsia/hipertensi

- usia

- infeksi saluran kemih/genital/intrauterine

- penyakit infeksi dengan demam

- stress psikologik

- kelainan bentuk uterus/serviks

- plasenta previa

- riwayat persalinan preterm/ abortus berulang

- inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)

- pemakaian obat narkotik

- trauma

- perokok berat

- kelainan imunologi/kelainan resus

2.5 Cara persalinan

Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam. Seksio sesarea tidak

memberi prognosis yang lebih baik bagi bayi, bahkan merugikan ibu. Seksio sesarea hanya

dilakukan atas indikasi obstetrik.

6

Page 7: Penelitian Prematur Tahun 2012

Pada kehamilan letak sungsang 30-34 minggu, seksio sesarea dapat dipertimbangkan.

Setelah kehamilan lebih dari 34 minggu, persalinan diperbolehkan karena morbiditas dianggap

sama dengan kehamilan aterm.

2.6 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada kehamilan prematur adalah :

1. Masalah pernapasan

2. Kesulitan dalam pencernaan

3. Cerebral palsy

4. Developmental delay

5. Masalah penglihatan

6. Gangguan pendengaran

A. Terhadap ibu

a. Tidak terlalu berbahaya

b. Kemungkinan kehamilan prematur kembali terulang

B. Terhadap janin

a. Mudah terkena infeksi

b. Perkembangan dan pertumbuhannya sering terlambat.

7

Page 8: Penelitian Prematur Tahun 2012

2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Tokolitik

Pemberian tokolisis perlu dipertimbangkan bila terjadi kontraksi uterus yang

reguler dengan adanya perubahan serviks.

Alasan pemberian tokolisis pada persalinan prematur adalah:

Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur.

Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulasi surfaktan paru

janin.

Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang lebih lengkap

Beberapa macam obat yang digunakan sebagai tokolisis adalah :

Kalsium antagonis : Nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam, dilanjutkan tiap 8 jam

sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi berulang.

Obat β-mimetik : seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin dan salbutamol dapat

digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek samping lebih kecil.

Sulfas magnesium dan anti prostaglandin (endometasin) : jarang dipakai karena efek

samping pada ibu maupun janin.

Untuk menghambat proses persalinan prematur selain pemberian tokolisis, adalah dengan

membatasi aktivitas atau tirah baring.

2.7.2 Kortikosteroid

Tujuan pemberian terapi kortikosteroid adalah untuk pematangan surfaktan paru

janin, menurunkan insidens RDS, menccegah perdarahan intraventrikular, yang akhirnya

menurunkan angka kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan pada usia

kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat yang diberikan adalah deksametason atau

8

Page 9: Penelitian Prematur Tahun 2012

betametason. Pemberian steroid ini tidak diulang karena merupakan resiko terjadinya

pertumbuhan janin terhambat.

Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah:

Betametason 2 x 12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam

Deksametason 4 x 6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam

2.7.3 Antibiotik

Antibiotik diberikan pada kasus kehamilan dengan risiko terjadinya infeksi seperti

pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan adalah : eritromisin 3 x 500

mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3 x 500 mg selama 3 hari, atau dapat

menggunakan antibiotik lain seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-

amoksiklaf karena risiko NEC.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemeriksaan pasien dengan KPD/PPROM

(Preterm premature rupture of the membrane) adalah :

Semua alat yang digunakan untuk periksa vagina harus steril.

Periksa dalam vagina tidak dianjurkan, tetapi dilakukan dengan pemeriksaan

spekulum.

Pada pemeriksaan USG jika didapat penurunan indeks cairan amnion (ICA) tanpa

adanya kecurigaan kelainan ginjal dan tidak adanya IUGR mengarah pada

kemungkinan KPD.

Persiapan persalinan prematur perlu pertimbangan berdasarkan :

Usia gestasi

o Usia gestasi 34 minggu atau lebih : dapat melahirkan di tingkat layanan primer,

mengingat prognosis relatif baik.

9

Page 10: Penelitian Prematur Tahun 2012

o Usia gestasi kurang dari 34 minggu : harus dirujuk ke rumah sakit dengan

fasilitas perawatan neonatus yang memadai.

Keadaan selaput ketuban

Bila didapat KPD dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, maka ibu

dan keluarga dipersilahkan untuk memilih cara pengelolaan setelah diberi konseling

dengan baik.

2.8 Perawatan neonates

Untuk perawatan bayi preterm baru lahir perlu diperhatikan keadaan umum, biometri,

kemampuan bernapas, kelainan fisik dan kemampuan minum. Keadaan kritis bayi prematur yang

harus dihindari adalah kedinginan, pernapasan yang tidak adekuat, atau trauma. Suasana hangat

diperlukan untuk mencegah hipotermia pada neonatus, bila mungkin sebaiknya bayi dirawat

dengan cara kanguru untuk menghindari hipotermia. Kemudian dibuat perencanaan pengobatan

dan asupan cairan. ASI diberikan lebih sering, tetapi bila tidak mungkin, diberikan dengan sonde

atau dipasang infus. Semua bayi baru lahir harus mendapat nutrisi sesuai dengan kemampuan

dan kondisi bayi.

Sebaiknya persalinan bayi terlalu muda atau terlalu kecil berlangsung pada fasilitas yang

memadai, seperti pelayanan perinatal dengan personel dan fasilitas yang adekuat termasuk

perawatan perinatal intesif.

10

Page 11: Penelitian Prematur Tahun 2012

2.9 Prognosis

Prognosis persalinan prematur:

a. Prematuritas merupakan faktor kematian yang terkait mortalitas dan morbiditas sebagian

bayi meninggal pada 28 hari pertama mempunyai bobot kurang dari 2500 g saat lahir.

b. Hipotermia

c. Anoksia 12 kali lebih sering pada bayi yang baru lahir.

d. Gangguan respirasi menyebabkan 44% bayi meningggal pada bayi kurang 1 bulan jika

bayi kurang dari 1000 g angka kematian sebesar 74%.

e. Rentan terhadap kompresi kepala karena lunaknya tulang tengkorak dan immaturitas

jaringan otak.

f. Perdarahan intra cranial 5x lebih sering

g. Cerebral Palsy

h. Prognosis untuk kesehatan fisik dan intelektual bayi belum diketahui dengan pasti

tampaknya insiden kerusakan otak organik otak lebih tinggi pada bayi prematur.

2.10 Pencegahan

Pencegahan persalinan premature :

1. Cervical cerclage

Untuk pasien dengan cervical incompetence tetapi tidak boleh likakukan pada pasien

dengan placenta previa, infeksi serviks atau vagina, perdarahan uterus, fetal malformations,

IUVD, gawat janin, dan perubahan jumlah cairan amnion. Cervical cerclage digunakan pada

pasien yang ada riwayat persalinan premature sebelumnya.

11

Page 12: Penelitian Prematur Tahun 2012

2. Cervical pessary

Pemasangan cervical pessary biasa pada pasien premature tanpa gejala dengan

kehamilan tunggal, dan pasien dengan serviks yang pendek yaitu kurang dari 25 mm, pada

usia kehamilan 20–24 minggu tanpa cervical incompetence. Tapi pemasanagan cervical

pessary, meningkatkan ririko dan insiden infeksi intrauterine.

3. Progesteron : sebelum pemberian progesterone, sebaiknya dilakukan USG transvaginal

untuk mengukur panjang serviks.

a. Pencegahan pada pasien dengan panjang serviks < 15 mm pada usia kehamilan 22-26

minggu diberikan progesterone 200 mg mg/hari per vaginal.

b. Pencegahan pada pasien dengan riwayat persalinan premature sebelumnya: 17 alpha-

hydroxyprogesterone 250 mg IM/minggu atou progesterone 100 mg/hari per vaginal.

Jika menurut umur kehamilan maka pemberian progesterone sebagai berikut :

a. Pada wanita hamil dengan tanpa riwayat persalinan premature sebelumnya, progesterone

profilaksis yang diberikan progesterone 200 mg/vaginal atau 17 alpha-

hydroxyprogesterone 250 mg IM/minggu, mulai diberikan mulai trimester kedua.

b. Pada wanita nullipara dengan panjang serviks < 15 mm pada usia kehamilan 22-26

minggu diberikan progesterone 200 mg mg/hari per vaginal.

Pada pasien dengan kehamilan ganda, baik gameli, triplet, dll, progesterone baik 17

alpha-hydroxyprogesterone maupun microionized progesterone tidak dapat digunakan sebagai

pencegahan.

12

Page 13: Penelitian Prematur Tahun 2012

Tabel 1. Perkiraan Harapan Hidup Bayi Prematur

2.10 Kerangka Konsep Penelitian

13

Persalinan

prematur

Faktor

risiko

Usia

Tingkat

pengetahuan

Riwayat

penyakit

Kelainan yang

didapat dari

pemeriksaan USG

Konsumsi

alkohol

merokok

Page 14: Penelitian Prematur Tahun 2012

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu

mendeskripsikan angka persalinan prematur yang terjadi pada tahun 2012 di RSUD Prof. Dr. W.

Z. Johannes Kupang.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang pada tanggal 15 – 20

April 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah semua persalinan prematur di

RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang tahun 2012 berjumlah 276 orang. Sampel penelitian

ditentukan dengan cara penarikan acak dari populasi sejumlah 40 orang.

3.4 Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder persalinan

prematur di RSUD Prof. W. Z. Johannes Kupang tahun 2012 dan kuisioner persalinan prematur.

Selain itu juga dipergunakan alat bantu laptop untuk proses pengolahan data dan printer untuk

penyajian hasil.

14

Page 15: Penelitian Prematur Tahun 2012

3.5 Cara Kerja

Prosedur kerja dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisis data dengan

melihat data-data rekapan statistik persalinan prematur tahun 2012 di RSUD Prof. Dr. W. Z.

Johannes Kupang sebagai gambaran dalam penelitian ini.

3.6 Analisis Data

Jenis analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif dengan metode

pendekatan retrospektif. Data yang dikumpulkan akan diolah dan diedit untuk melihat gambaran

persalinan prematur di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang tahun 2012.

15

Page 16: Penelitian Prematur Tahun 2012

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Karakteristik Tempat Penelitian

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes merupakan rumah sakit rujukan provinsi dengan kelas

Tipe B Non Pendidikan berdasarkan SK Menkes No. 94/Menkes/ SK/95 tentang RSUD Prof. W.

Z. Johannes Kupang sebagai RS Tipe B Non Pendidikan. Rumah sakit ini berdiri sejak tahun

1941 pada zaman penjajahan Belanda dan resmi menjadi rumah sakit milik dareah tingkat

provinsi pada tanggal 05 Juli 1954. Rumah sakit ini berada di jalan Moch. Hatta no. 19 Kupang.

Rumah sakit ini memiliki luas lahan sekitar 51.670 m2 dengan luas bangunannya sendiri sekitar

42.418 m2. Rumah sakit ini memiliki akreditasi 12 standar pelayanan dan memiliki kapasitas

tempat tidur sekitar 375 tempat tidur. Rumah sakit ini memiliki sekitar 1177 pegawai termasuk

di dalamnya tenaga medis maupun non medis. Berdasarkan data sekunder RSUD Prof. Dr. W. Z.

Johannes Kupang, tidak kurang dari 1000 kasus persalinan dilakukan di rumah sakit ini dengan

angka persalinan normal menempati urutan pertama. Untuk angka persalianan prematur sendiri

memiliki angka yang cukup signifikan setiap tahunnya dengan penyebab-penyebab yang

beragam pula.

16

Page 17: Penelitian Prematur Tahun 2012

4.1.2 Gambaran Persalinan Prematur

Tabel 4.1 Gambaran kasus persalinan prematur di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes tahun 2012

f (orang)

Sampel 40 (14,50%)

Total persalinan prematur 276 (100%)

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat jumlah persalinan tahun 2012 sebanyak 276 orang dengan

40 orang yang menjadi sampel penelitian untuk diteliti.

4.1.3 Gambaran Usia Ibu Pada Persalinan Prematur

Tabel 4.2 gambaran usia ibu pada persalinan prematur di RSUD Prof. W. Z. Johannes tahun

2012

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa paling banyak usia ibu yang mengalami persalinan

prematur adalah rentang usia 36-40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua usia

seseorang semakin besar risiko pasien tersebut untuk mengalami persalinan prematur.

17

Page 18: Penelitian Prematur Tahun 2012

4.1.4 Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 4.3 gambaran pendidikan terakhir ibu pada persalinan prematur di RSUD Prof. W. Z.

Johannes tahun 2012

Frequency Percent Valid Percent

Valid tidak tamat SD

SD

SMP

SMA

D3-S2

Total

2

8

20

8

2

40

5,0

20,0

50,0

20,0

5,0

100,0

5,0

20,0

50,0

20,0

5,0

100,0

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang paling banyak pada

penelitian ini adalah ibu dengan tingkat pendidikan terakhir SMP. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar ibu masih kurang pengetahuan dalam mempersiapkan kehamilan.

4.1.5 Gambaran Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Tabel 4.4 gambaran riwayat obstetri dan ginekologi ibu yang mengalami persalinan prematur di

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes tahun 2012

18

Page 19: Penelitian Prematur Tahun 2012

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa angka kejadian persalinan prematur lebih banyak

terjadi pada primigravida dan ibu dengan riwayat abortus. Hal ini sesuai dengan sumber yang

mengatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya persalinan prematur adalah riwayat abortus.

Selain riwayat abortus, riwayat persalinan prematur sebelumnya dapat meningkatkan risiko

persalinan prematur pada kehamilan selanjutnya.

19

Page 20: Penelitian Prematur Tahun 2012

4.1.6 Riwayat USG Abdomen

Tabel 4.5 gambaran hasil pemeriksaan USG abdomen pada persalinan prematur di RSUD Prof.

Dr. W. Z. Johannes tahun 2012

Berdasarkan data di atas, didapatkan 23 orang melakukan pemeriksaan USG selama

kehamilannya dan 17 orang tidak. Dari 23 orang yang melakukan pemeriksaan USG, 11 orang di

antaranya normal, 5 orang plasenta previa totalis, 3 orang kelainan anatamis uterus dan

insuffisiensi plasenta dan oligohidramnion masing-masing 2 orang. Salah satu penyebab

persalinan prematur adalah plasenta previa yang merupakan terbanyak dalam hasil penelitian ini.

Selain itu didapatkan kelainan anatomis yang juga merupakan salah satu penyebab dari

persalinan prematur.

20

Page 21: Penelitian Prematur Tahun 2012

4.1.7 Riwayat penyakit yang pernah diderita

Tabel 4.6 gambaran riwayat penyakit yang pernah diderita ibu yang mengalami persalinan

prematur di RSUD Prof. W. Z. Johannes tahun 2012.

Frequency Percent Valid percent Cumulative

percent

Valid tidak ada

Hipertensi

Trauma fisik

Total

33

6

1

40

82,5

15,0

2,5

100

82,5

15,0

2,5

100

82,5

15,0

2,5

100

Berdasarkan data di atas, didapatkan 6 orang mempunyai penyakit hipertensi yang menjadi salah

satu faktor risiko untuk persalinan prematur. Selain itu trauma fisik juga merupakan salah satu

penyebab persalinan prematur dan pada penelitian ini didapatkan 1 orang. Hal ini sesuai dengan

sumber yang mengatakan bahwa hipertensi meningkatkan risiko terjadinya persalinan prematur

pada ibu.

4.1.8 Riwayat merokok dan mengkonsumsi alkohol

Tabel 4.7 gambaran riwayat merokok dan alkohol yang dikonsumsi ibu yang mengalami

persalinan prematur di RSUD Prof. W. Z. Johannes tahun 2012.

21

Page 22: Penelitian Prematur Tahun 2012

Berdasarkan data di atas, didapatkan bahwa tidak terdapat ibu yang merokok dan mengkonsumsi

alkohol pada ibu yang mengalami persalinan prematur di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes

Kupang. Salah satu faktor risiko dalam terjadinya persalinan prematur adalah kebiasaan merokok

dan mengkonsumsi alkohol.

22

Page 23: Penelitian Prematur Tahun 2012

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang “Gambaran Faktor Resiko Persalinan

Prematur di RSUD Prof dr.W.Z.Johannes Kupang tahun 2012”, maka dapat disimpulkan:

a. Jumlah kasus persalinan prematur di RSUD Prof.dr.W.Z. Johannes Kupang tahun 2012

sebanyak 276 orang.

b. Faktor-faktor resiko terjadinya persalinan prematur di RSUD Prof dr.W.Z. Johannes di

Kupang tahun 2012 adalah faktor usia 36-40 tahun (30%), tingkat pengetahuan ibu

setingkat SMP (50%),primigravida (47,5%), abortus (15%), Plasenta Previa Totalis

(12,5%), Hipertensi (15%), merokok dan konsumsi alkohol (0%).

5.2 Saran

a. Bagi pemerintah daerah agar tetap menggalakkan dan meningkatkan kinerja program-

program, khususnya sosialisasi dan konseling- konseling bagi ibu-ibu hamil dalam upaya

menurunkan angka kejadian persalinan prematur di Kupang.

23

Page 24: Penelitian Prematur Tahun 2012

b. Bagi ibu hamil, diharapkan agar senantiasa berupaya memeriksakan kehamilannya

secara teratur sehingga persalinan secara prematur dapat dicegah secara dini.

c. Bagi peneliti lain, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat mengembangkan

permasalahan yang ada dengan meneliti faktor resiko lain yang berperan dalam terjadinya

persalinan prematur di NTT, khususnya kota Kupang.

24