Penelitian Manda-Mute Fix

54
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sering sekali kita melihat orang merokok dimana- mana dalam kehidupan sehari-hari, di kantor, pasar, maupun tempat-tempat umum lainnya, serta di dalam rumah tangga sendiri. (Amelia: 2009). Merokok seakan sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. hal ini terbukti dari peningkatan jumlah konsumsi rokok dunia tiap tahun yang juga disertai dengan peningkatan jumlah perokok di hampir semua negara, terutama negara berkembang tiap tahunnya. (Anonymous: 2008) Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh World Health Organisation (WHO), sebuah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang kesehatan, pada tahun 2008 sepertiga dari penduduk dunia adalah perokok. Sekitar 84% dari total perokok tersebut berada di negara berkembang, sedangkan 36% lainnya berada di negara maju. Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat di negara maju tentang bahaya merokok sudah baik. (Anonymous: 2008) Indonesia sendiri dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada dalam jajaran lima negara dengan jumlah 1

Transcript of Penelitian Manda-Mute Fix

Page 1: Penelitian Manda-Mute Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sering sekali kita melihat orang merokok dimana-mana dalam kehidupan

sehari-hari, di kantor, pasar, maupun tempat-tempat umum lainnya, serta di dalam

rumah tangga sendiri. (Amelia: 2009). Merokok seakan sudah menjadi bagian dari

kehidupan kita sehari-hari. hal ini terbukti dari peningkatan jumlah konsumsi

rokok dunia tiap tahun yang juga disertai dengan peningkatan jumlah perokok di

hampir semua negara, terutama negara berkembang tiap tahunnya. (Anonymous:

2008)

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh World Health Organisation

(WHO), sebuah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di

bidang kesehatan, pada tahun 2008 sepertiga dari penduduk dunia adalah perokok.

Sekitar 84% dari total perokok tersebut berada di negara berkembang, sedangkan

36% lainnya berada di negara maju. Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran

masyarakat di negara maju tentang bahaya merokok sudah baik. (Anonymous:

2008)

Indonesia sendiri dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada dalam

jajaran lima negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. (Anonymous: 2008)

Sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang belum menandatangani dan

meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), jumlah

perokok di Indonesia dari tahun ke tahun tidak beranjak turun, justru naik.

(Prabandari: 2009) Menurut data Departeman Kesehatan Republik Indonesia

tahun 2004, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima di dunia

dengan jumlah rokok yang dikonsumsi sebanyak 215 milyar batang rokok setiap

tahunnya setelah Republik Rakyat Cina (1,643 milyar), Amerika Serikat (451

milyar), Jepang (328 milyar), dan Rusia (258 milyar). (Nasution: 2007)

1

Page 2: Penelitian Manda-Mute Fix

Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan,

baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di sekelilingnya. (Amelia: 2009)

Tercatat tidak kurang dari 4000 jenis zat kimia terkandung di dalam sebatang

rokok, dan 60 zat di antaranya bersifat karsinogenik dan adiktif (Loren: 2009)

Bahan kimia ini akan memacu kerja susunan saraf pusat dan susunan saraf

simpatis sehingga megakibatkan tekanan darah meningkat dan denyut jantung

bertambah cepat.(Amelia: 2009)

Perokok aktif memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena kanker paru,

kanker mulut dan tenggorokan, kanker esofagus, kanker kandung kemih, serangan

jantung, serta penyakit lainnya seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan

darah tinggi, dan bronkitis kronis. Merokok juga merupakan penyebab terjadinya

kanker paru 90% pada laki-laki dan 70% pada perempuan, 22% dari penyakit

jantung dan pembuluh darah, bahkan kematian. (Loren: 2009) Pada tahun 2001,

tercatat bahwa 22,6% atau 427,948 orang yang memiliki kebiasaan merokok

maninggal dunia akibat penyakit yang timbul dari kebiasaannya merokok.

(Prabandari: 2009) Dalam penelitian yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2002

tercatat bahwa total 4,2 juta penduduk dunia meninggal akibat rokok, dimana 1,8

juta di antaranya adalah laki-laki dan berasal dari negara berkembang.

Kebanyakan meninggal dalam rentang usia 35 hingga 69 tahun. (Anonymous:

2008) Ibu hamil yang merokok selama kehamilannya dapat menyebabkan

kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, kemungkinan lahir dalam keadaan

cacat, gangguan perkembangan, bahkan kematian janin. (Amelia: 2009)

Efek dari rokok tidak hanya dirasakan oleh perokok aktif, tetapi juga dapat

dirasakan oleh perokok pasif. Efek yang timbul antara lain dapat menyebabkan

stroke, kanker sinus nasal, kanker payudara, aterosklerosis, penurunan fungsi

paru, serangan asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) (Prabandari:

2009) Pada anak-anak, partikel rokok yang terhirup dapat menyebabkan

pneumonia, bronkitis, batuk, memperberat gejala asma, gangguan telinga tengah,

dan meningkatkan resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah ketika

dewasa. Pada wanita hamil, paparan asap rokok dapat mengakibatkan berat badan

bayi lahir rendah, bahkan kematian bayi setelah dilahirkan atau Sudden Infant

2

Page 3: Penelitian Manda-Mute Fix

Death Syndrome (SIDS). Data kematian pada perokok pasif juga masih cukup

tinggi. Data yang didapatkan dari survei pada 23 negara di Eropa pada tahun 2002

menunjukkan bahwa kematian yang berkaitan dengan perokok pasif sebesar

79.449, dengan rincian sebesar 32.342 kematian karena penyakit jantung iskemik,

28.591 karena stroke, serta kanker paru sebesar 13.241 dan PPOK sebesar

5.275.3(Bruntland: 2002) Data di Amerika menunjukkan sebanyak 38.000

perokok pasif meninggal setiap tahunnya akibat kanker paru dan penyakit jantung.

(MacKay: 2006)

Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari merokok, akan

tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan fenomena. Artinya,

meskipun sudah diketahui dampak negatif dari merokok akan tetapi jumlah

perokok bukan semakin berkurang, justru semakin meningkat. Sebagian besar dari

kelompok perokok ini adalah remaja pria. Dalam salah satu penelitian yang

dilakukan oleh Nasution pada tahun 2007 dinyatakan bahwa usia pertama kali

merokok pada umumnya berkisar antara 11-13 tahun dan umumnya individu pada

usia tersebut merokok sebelum berusia 18 tahun. Dalam penelitian tersebut juga

disebutkan bahwa 20% dari total perokok di Indonesia adalah remaja dengan

rentang usia antara 15 hingga 21 tahun. (Nasution: 2007) Data WHO menguatkan

temuan ini, dimana 30% dari total perokok yang ada di dunia adalah remaja.

(Anonymous: 2008).

Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok. Menurut

Kurt Lewin perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu.

Artinya, perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam diri

juga disebabkan oleh faktor lingkungan. (Nasution: 2007) Salah satu faktor

lingkungan yang paling berperan adalah pengaruh teman. Penelitian yang

dilakukan oleh komalasari dan Helmi pada tahun 2008 pada remaja yang

merokok, 87% di antaranya memiliki sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat

yang perokok (Komalasari: 2008).

Hal ini juga berlaku pada mahasiswa kedokteran. Dalam penelitian yang

dilakukan di Dokuz Elyul University of Medical School juga didapati bahwa

penyebab tersering dari seorang mahasiswa untuk menjadi perokok adalah

3

Page 4: Penelitian Manda-Mute Fix

pengaruh dari teman-teman sebaya. Dari hasil penelitian tersebut juga didapati

bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa akan bahaya rokok cukup tinggi. Sebanyak

88,5% mahasiswa merasa tidak nyaman akan keberadaan perokok di sekitar

mereka. Namun, hanya 34,6% dari mahasiswa kedokteran yang diteliti yang

menegur bila melihat orang merokok (Itil: 2004)

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009 disebutkan bahwa

75,8% mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan yang sedang tentang bahaya

rokok terhadap kesehatan. Namun, dalam penelitian yang sama juga disebutkan

bahwa sebanyak 89,9% mahasiswa memiliki sikap yang baik terhadap perilaku

merokok (Loren: 2009). Penelitian lain yang dilakukan di Fakultas Kedokteran

Universitas Gajah Mada menunjukkan 9,3% mahasiswa laki-laki adalah perokok,

dan mereka tetap merokok meskipun telah menyandang status sebagai mahasiswa

kedokteran (Prabandari: 2009). Kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat

sebagai calon dokter sepantasnya mahasiswa kedokteran memiliki pengetahuan

yang baik tentang bahaya rokok terhadap kesehatan, dan tidak merokok. Hal ini

sejalan dengan adanya pernyataan bahwa dokter dan perawat merupakan simbol

praktek kesehatan yang baik, dan figur dokter yang merokok terlihat sangat

mengganggu simbol panutan kesehatan tersebut (Itil: 2004).

Dalam Tobacco atlas yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2002

disebutkan bahwa hampir di setiap negara dapat kita jumpai sejumlah dokter yang

merokok. Kebanyakan dari mereka adalah laki-laki, namun pada beberapa negara

seperti Bosnia Herzegovina dan Spanyol persentase dokter perempuan yang

merokok juga cukup besar. Negara dengan jumlah dokter perokok yang terbanyak

adalah Bosnia Herzegovina, yaitu sebanyak 55% dari total dokter yang ada di

negara tersebut. Sedangkan India menjadi negara dengan jumlah dokter paling

sedikit merokok, hanya 3%. Indonesia sendiri memiliki total 9% dokter yang

merokok, dengan rincian 8% laki-laki dan 1% wanita (Bruntland: 2002)

Keadaan yang kurang lebih sama juga dijumpai pada komunitas dokter

muda. Mereka, yang telah menamatkan pendidikan sarjana kedokteran dan akan

segera menjadi dokter sepatutnya memiliki pengetahuan yang baik tentang bahaya

4

Page 5: Penelitian Manda-Mute Fix

rokok dan menjauhinya. Dokter muda juga selayaknya memberikan contoh yang

baik kepada masyarakat. Akan tetapi, masih banyak kita jumpai dokter muda yang

merokok.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis ingin

mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku merokok di

kalangan dokter muda di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda

Aceh.

1.3. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah faktor pengetahuan berhubungan dengan perilaku merokok pada

dokter muda di RSUDZA Banda Aceh?

2. Apakah faktor psikologis berhubungan dengan perilaku merokok pada

dokter muda di RSUDZA Banda Aceh?

3. Apakah faktor lingkungan berhubungan dengan perilaku merokok pada

dokter muda di RSUDZA Banda Aceh?

4. Apakah faktor teman berhubungan dengan perilaku merokok pada dokter

muda di RSUDZA Banda Aceh?

5. Apakah faktor peran keluarga berhubungan dengan perilaku merokok pada

dokter muda di RSUDZA Banda Aceh?

6. Apakah faktor iklan berhubungan dengan perilaku merokok pada dokter

muda di RSUDZA Banda Aceh?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

merokok pada dokter muda di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin

Banda Aceh.

5

Page 6: Penelitian Manda-Mute Fix

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku

merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan pengetahuan.

2. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku

merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan psikologis.

3. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku

merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan pengaruh

lingkungan.

4. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku

merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan pengaruh teman.

5. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku

merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan peran keluarga.

6. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku

merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan pengaruh iklan.

1.5. Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam

menyusun sebuah penelitian.

Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai bahan informasi untuk penelitian dan penyuluhan kesehatan

sebagai usaha preventif.

Bagi Pihak-Pihak yang Berwenang

Sebagai bahan masukan terhadap orang tua, masyarakat, dan dokter

pendidikan dalam mendidik calon-calon dokter.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada dokter muda yang ada di Rumah Sakit

Umum Daerah dr.Zainoel Abidin, Banda Aceh.

6

Page 7: Penelitian Manda-Mute Fix

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Perilaku Merokok

2.1.1. Perilaku

Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku

adalah merupakan hasil hubungan antara perangsangan (stimulus) dan tanggapan

(respon) dan respons. (Notoatmodjo, 2002)

Sarwono (1993) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan

oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Menurut

Morgan (1986) tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku merupakan sesuatu

yang konkrit yang dapat diobservasi, direkam maupun dipelajari. Walgito (1994)

mendefinisikan perilaku atau aktivitas ke dalam pengertian yang luas yaitu

perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inert

behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut di samping aktivitas motoris

juga termasuk aktivitas emosional dan koqnitif. Chaplin (1999) memberikan

pengertian perilaku dalam dua arti. Pertama perilaku dalam arti luas didefinisikan

sebagai segala sesuatu yang dialami seseorang. Pengertian yang kedua, perilaku

didefinisikan dalam arti sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang

dapat diamati. (Nasution, 2007)

Menurut teori Lawrence Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor:

1. Faktor- faktor predisposisi yang terwujud dalam bentuk: umur, gender,

pendidikan, sikap, pengetahuan, nilai dan norma.

2. Faktor-faktor pendukung yang terwujud dalam bentuk: keterjangkauan sumber

daya, fasilitas-fasilitas, dan keterampilan.

3. Faktor-faktor penguat yang terwujud dalam bentuk: peran keluarga, dan peran

masyarakat.(Sari, 2003)

2.1.2. Jenis Perilaku

Skinner membedakan perilaku menjadi dua bagian yaitu :

7

Page 8: Penelitian Manda-Mute Fix

a. perilaku alami ( innate behavior ) yaitu perilaku yang dibawa sejak lahir

berupa refleks dan insting. Contoh dari perilaku ini adalah; gerakan refleks

atau spontan ketika tangan terkena panas api, kedipan mata bila kena cahaya

yang kuat. Perilaku ini secara otomatis digerakkan tanpa melalui pusat

susunan syaraf. Jadi reson akan timbul seketika setiap terkena stimulus

otomatis.

b. perilaku operan (operant behavior) adalah perilaku yang dibentuk melalui

proses belajar. Perilaku jenis ini dikendalikan oleh pusat syaraf atau kesadaran

otak. Pada kaitan ini setelah stimulus diterima, kemudian dilanjutkan ke otak.

Perilaku jenis ini lebih dominan dibanding perilaku alami. (Sosiawan, 2007)

Benyamin Bloom membagi perilaku dalam 3 domain, yaitu:

1) Kognitif ( pengetahuan )

2) Afektif ( sikap )

3) Psikomotor ( tindakan ) (Notoatmodjo, 2002)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan karena

diperlukan beberapa faktor pendukung untuk mencapai suatu tindakan, antara

lain:

1) Persepsi ( perception )

Mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan

diambil.

2) Respon terpimpin ( guided response )

Artinya bahwa subjek dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

3) Mekanisme ( mecanism )

Artinya apabila seeorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis sehingga sesuatu itu menjadi suatu kebiasaan.

4) Adopsi ( adoption )

Merupakan suatu praktek yang sudah berkembang dengan baik, tindakan tersebut

sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut

( Notoatmodjo, 2002 )

Lawrence Green ( 1980 ) mencoba menganalisa perilaku manusia dari

tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi 2 faktor

8

Page 9: Penelitian Manda-Mute Fix

pokok, yakni perilaku ( behavior causes ) dan factor diluar perilaku ( non behavior

causes ). (Notoatmodjo, 2002)

Perilaku kesehatan ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :

1) Faktor predisposisi ( predisposing factors )

Faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,

antara lain : pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai tradisi.

2) Faktor pendukung ( enabling factors )

Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-

fasilitas atau sarana kesehatan.

3) Faktor pendorong ( reinforcing factors )

Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas lainnya

yang merupakan kelompok referensi dari perilaku pasien. (Notoatmodjo, 2002).

Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam

diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

1. Awwarenes ( kesadaran ), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

2. Interest ( merasa tertarik ), terhadap stimulasi atau objek tersebut.

3. Evaluation ( evaluasi ), menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial ( mencoba ), dimana subjek mulai mencoba sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption ( adopsi ), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus ( Notoatmodjo, 2002)

2.1.3. Pengertian Perilaku Merokok

Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam

menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang

dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada

zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu

ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan

dihisap melalui hidung dan mulut.(Nasution, 2007)

9

Page 10: Penelitian Manda-Mute Fix

Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum

dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas social, status, serta kelompok umur

yang berbeda. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena rokok bisa didapatkan

dengan mudah dan dapat diperoleh di mana pun juga. Poerwadarmita (1995)

mendefinisikan merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri

adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas (Nasution, 2007)

Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh

dan menghembuskannya kembali keluar (Amstrong, 1990). Danusantoso (1991)

mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat

bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain menyatakan bahw

aperilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar

dan menghisap serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-

orang disekitarnya (Nasution, 2007)

2.1.4. Tipe Perilaku Merokok

Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly terdapat empat tahap

dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu:

1. Tahap Prepatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan

mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau hasil dari bacaan.

Hal ini menimbulkan minat untuk merokok.

2. Tahap initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang

akan memeruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.

3. Tahap becoming a smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok

sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi

perokok.

4. Tahap Maintenance of smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah

satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan

untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan. (Komalasari,

2000)

Menurut Tomkins (1991) ada empat tipe perilaku merokok sbb :

10

Page 11: Penelitian Manda-Mute Fix

a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok,

seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Ditambahkan, ada

tiga sub tipe ini yakni (1) merokok hanya untuk menambah atau

meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah

minum kopi atau makan, (2) merokok hanya dilakukan sekadarnya untuk

menyenangkan perasaan, dan (3) kenikmatan yang diperoleh dengan

memegang rokok.

b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang

yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya

bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka

menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar

dari perasaan yang lebih tidak enak.

c. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiksi, akan

menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok

yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah

membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau

rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan

rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka,

tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Pada orang-

orang tipe ini, merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat

otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan

api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.

(Nasution, 2007)

Menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan

menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe pokok tersebut adalah:

1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.

2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.

3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. (Nasution,

2007)

11

Page 12: Penelitian Manda-Mute Fix

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan

tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mu’tadin (2002)

menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi:

1. Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik.

a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol

mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih

menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di

smoking area.

b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang

tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll)

2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi.

a. Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat

seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang

kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.

b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan senagai orang yang suka

berfantasi. (Nasution, 2007)

2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab

mengapa sesorang merokok. Menurut Levy (1984) setiap individu mempunyai

kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka

merokok. Pendapat tersebut didukung oleh Smet (1994) yang menyatakan bahwa

seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti seperti kebiasaan

budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan. Menurut lewin perilaku

merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku

merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor

lingkungan. (Komalasari, 2000)

Mu’tadin (2002) mengemukakan alasan merokok, antara lain:

1. Pengaruh orang tua

Menurut Baer&Corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari

rumah Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk

12

Page 13: Penelitian Manda-Mute Fix

terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang

permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi

figur contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk

mencontohnya.

2. Pengaruh teman

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakn banyak remaja merokok maka

semakn besar kemunkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian

sebaliknya.

3. Faktor kepribadian

Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan

diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada

pengguna obat-obat(termasuk alcohol)ialah konformitas sosial.

4. Pengaruh iklan

Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampikan gambaran bahwa

perokok adalah lambang kejantanan atau glamour. (Mu’tadin, 2002)

Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen tentang faktor - faktor yang

mempengaruhi perilaku merokok, yaitu :

1. Faktor Biologis

Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu

bahan kimia yang berperan penting pada ketergan tungan merokok. Pendapat ini

didukung Aditama(1992) yang mengatakan nikotin dalam darah perokok yang

cukup tinggi.

2. Faktor Psikologis

Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa

kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat

memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering

bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sult untuk dihindari.

3. Faktor Lingkungan

Linkungan social berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu

pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan

lingkungan sosialnya.

13

Page 14: Penelitian Manda-Mute Fix

4. Faktor Demografis

Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok di usia dewasa

semakin banyak, akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tudak

terlalu berperan karena baik pria maupun wania sekarang sudah merokok.

5. Faktor Sosiol budaya

Kebiasaan budaya, kelas social, tingkat pendidikan, penghasilan, dan gengsi

pekerjaan

akan mempengaruhi perilaku merokok pada idividu.

6. Faktor Sosial Politik

Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang

bersifat melindungibagi orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan

kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. (Wahyuni,

2008)

2.1.6. Motif Perilaku Merokok

Laventhal & Chearly menyatakan motif seseorang merokok terbagi

menjadi dua motif utama , yaitu :

1. Faktor Psikologi

Pada umumnya faktor-faktor terbagi ke dalam lima bagian, yaitu:

a. Kebiasaan

Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa

adanya motif yang bersifat negative ataupun positif. Seseorang merokok

hanya untuk meneruskan perilakunnya tanpa tujuan tertentu.

b. Reaksi emosi yang positif

Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa

senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukkan

kejantanan (kebanggan diri) dan menunjukkan kedewasaan.

c. Reaksi untuk penurunan emosi

Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, ataupun

kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain.

d. Alasan Sosial

14

Page 15: Penelitian Manda-Mute Fix

Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada

remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain , dan untuk

menentuka image diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat

disebabkan adanya paksaan teman-temannya.

e. Kecanduan dan ketagihan

Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan. Kecanduan

terjadi karena adanya nikotin yang terkandung di dalam rokok. Semula hanya

mencoba-coba rokok, akhirnya tidak dapat menghentikan perilaku tersebut

karena kebutuhan tubuh akan nikotin.

2. Faktor biologis

Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok yang

dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada rokok secar biologis.

(Nasution, 2007)

2.2. Rokok

2.2.1. Defenisi Rokok

Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa

lebih jantan. Dibalik kegunaan atau manfaat rokok juga terkandung bahaya yang

sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang

bukan perokok. Perilaku merokok dapat dikatakan sebagai kegiatan sewaktu

menghisap tembakau yang dilakukan oleh individu. Perilaku merokok terjadi pada

saat individu berusia remaja, kebiasaan merokok ini akan terus berlanjut sampai

individu memasuki masa dewasa dan biasanya orang merokok untuk mengatasi

masalah emosional. Bagi sekelompok orang, merokok merupakan suatu kegiatan

yang menyenangkan dan sekaligus dapat dijadikan teman dalam menjalankan

kegiatan-kegiatan yang tergolong santai, bahkan ada pula yang beranggapan

bahwa merokok merupakan sebuah bantuan yang sangat dibutuhkan untuk

mengurangi kegelisahan ataupun ketegangan (Rasti, 2008).

Rokok merupakan salah satu bentuk industri dan komoditi internasional

yang menandung sekitar 1.500 bahan kimiawi. Unsur-unsur yang penting antara

lain: tar, nikotin, benzopyrin, metilkloride, aseton, ammonia, dan carbon

15

Page 16: Penelitian Manda-Mute Fix

monoksida. Diantara sekian banyak zat berbahaya ini, ada 3 yang paling penting,

khususnya terhadap kanker, yakni tar, nikotin dan carbon monoksida (Bustan,

2000).

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120

mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi

daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya

dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.

Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok

terbuat dari bahan busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin (Kelana,

2008).

2.2.2. Kandungan Zat dalam Rokok

a. Carbon Monoksida

Gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah

membawa oksigen.

b. Nikotin

Salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi

darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan.

c. Benzo(a)pyrene

Salah satu jenis hidrokarbon aromatic polisiklik, sejauh ini termasuk bahan

karsinogen yang paling banyak diteliti dan dikenal sebagai agen penyebab

mutasi.

d. Acrolein

Acrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna, seperti aldehyde. Zat ini

diperoleh dengan mengambil cairan dari glyceril atau dengan

mengeringkannya. Zat ini sedikit banyaknya mengandung bahan alkohol.

Dengan kata lain, acrolein itu adalah alkohol yang cairannya telah diambil.

Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.

e. Ammonia

Ammonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan

hydrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Ammonia ini

16

Page 17: Penelitian Manda-Mute Fix

sangat gampang memasuki sel-sel tubuh. Begitu kerasnya racun yang

terdapat pada ammonia itu, sehingga kalau disuntikkan sedikitpun kepada

peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan ataupun koma.

f. Formic Acid

Formic acid adalah jenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan

dapat berbuat lepuh. Zat ini sangat tajam dan menusuk baunya. Zat ini dapat

membuat seseorang merasa digigit semut. Bertambahnya jenis acid apapun di

peredaran darah dapat menambah cepatnya pernapasan seseorang.

g. Hydrogen Cyanide

Hydrogen Cyanide adalah jenis zat yang tidak berwarna, tidak berbau dan

tidak mempunya rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan serta mudah

terbakar. Zat ini sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide

adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit

saja cyanide dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat menyebabkan

kematian.

h. Formaldehyde

Formaldehyde adalah jenis gas yang tidak berwarna dengan bau yang tajam.

Gas ini adalah tergolong pengawet dan pembasmi hama. Salah satu jenis

formaldehyde ini ialah formalin. Formaldehyde ini banyak digunakan sebagai

pengawet di laboratorium.

i. Nitrous oxide

Nitrous oxide adalah jenis gas yang tidak berwarna, dan jika diisap dapat

menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa sakit. Nitrous

oxide ini adalah jenis zat yang pada mulanya dapat digunakan sebagai

anestesia (zat pembius) waktu diadakan operasi.

j. Phenol

Phenol adalah campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari distilasi

beberapa zat organik seperti kayu dan arang, dan juga diperoleh dari ter

arang. Bahan ini adalah merupakan zat racun yang sangat membahayakan.

Phenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktifitas enzyme.

k. Acetol

17

Page 18: Penelitian Manda-Mute Fix

Acetol adalah dari hasil pemanasan aldehyde sejenis zat yang tidak berwarna

yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.

l. Hydrogen Sulfide

Hydrogen sulfide adalah sejenis gas beracun yang gampang terbakar dengan

nau yang keras. Zat ini mengalami oxidasi enzim (zat besi yang berisi

pigmen).

m. Methyl Chloride

Methyl chloride adalah sesuatu dari zat-zat bervalensa satu dimana hidrogen

dan karbon merupakan unsur utama. Zat ini adalah merupakan compound

organis yang sangat beracun. Uapnya dapat berperan sebagai anestesia.

n. Methanol

Methanol adalah jenis cairan ringan yang gampang menguap, dan mudah

terbakar. Cairan ini dapat diperoleh dengan penyulingan bahan kayu atau dari

sintesis karbon monoxyda dan hydrogen. Meminum atau mengisap methanol

mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.

o. Tar

Zat ini sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang diperoleh

dengan distilasi dari kayu atau arang. Tar ini juga didapat dari getah

tembakau. Tar yang terdapat dalam rokok terdiri dari ratusan zat kimia yang

dapat menyebabkan kanker pada manusia. Bilamana zat-zat itu diisap waktu

merokok akan mengakibatkan kanker paru-paru (Nainggolan, 1998).

18

Page 19: Penelitian Manda-Mute Fix

Sumber : Rusdianto, 2007

Gambar 1. Komposisi Rokok

Menurut Fadli (2008), efek jangka panjang dari penggunaan

tembakau adalah timbulnya berbagai penyakit, antara lain:

a. Kecanduan nikotin.

b. Berbagai macam kanker, terutama kanker paru, ginjal, tenggorokan,

leher, payudara, kandung kemih, pankreas dan lambung. Satu dari

enam pria perokok akan menderita kanker paru.

c. Penyakit jantung dan pembuluh darah: stroke dan penyakit pembuluh

darah tepi.

d. Penyakit saluran pernapasan: flu, radang saluran pernapasan

(bronkhitis), penyakit paru obstruktif kronis.

e. Cacat bawaan pada bayi dari ibu yang merokok selama kehamilan.

f. Penyakit Buerger.

g. Katarak.

h. Gangguan kognitif (daya pikir): lebih rentan terhadap Penyakit

Alzheimer (pikun), penyusutan otak.

i. Impotensi.

19

Page 20: Penelitian Manda-Mute Fix

Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Para perokok

menggunakan rokok bukan untuk mengendalikan perasaannya, tetapi

karena benar-benar telah menjadi kebiasaan.

2.2.3. Bahaya Rokok

Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tapi

sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya.

Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua

diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik.

Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu

terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8 – 20 mg nikotin dan setelah

di bakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau

demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke

otak manusia.

Nikotin itu di terima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian

membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok

akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok

akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan

rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem

adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotonin.

Meningkatnya sorotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus

keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit

meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia

berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang (Prasetya,

2009).

Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200

diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh.

Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, carbon monoksida,dan

sebagainya. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan

pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan

pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap

20

Page 21: Penelitian Manda-Mute Fix

melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat

yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet. Seseorang yang

mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit

dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok

daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas. Perokok biasanya akan

mengajak orang lain yang belum merokok untuk merokok agar merasakan

penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok

yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat

umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga

orang lain akan terkena penyakit kanker. Berdasarkan data demografi Universitas

Indonesia, sebanyak 427.948 orang meninggal di Indonesia rata-rata per tahunnya

akibat berbagai penyakit yang disebabkan rokok ( Depkes, 2008).

2.2.4. Rokok terhadap Susunan Saraf Pusat (Loren, 2009)

Nikotin yang diabsorpsi dapat menimbulkan tremor tangan dan kenaikan

berbagai hormone dan neurohormon dopamine di dalam plasma. Berdasarkan

rangsangannya terhadap chemoreceptors trigger zone dari sumsum tulang

belakang dan stimulasinya dari refleks vagal, nikotin menyebabkan mual dan

muntah.

Dilain pihak, nikotin itu diterima oleh reseptor asetilkolin nikotinik yang

kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan,

perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya,

perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu

menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan

sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin,

meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan senang sekaligus mencari

tembakau lagi. Efek dari tembakau memberi stimulasi depredi ringan, gangguan

daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.

2.2.5. Rokok terhadap Penyakit Kardiovaskuler (Loren, 2009)

21

Page 22: Penelitian Manda-Mute Fix

Pada seseorang yang merokok, asap tembakau akan merusak dinding

pembuluh darah. Kemudian, nikotin yang terkandung dalam asap tembakau akan

merangsang hormon adrenalin yang akibatnya akan mengubah metabolisme

lemak dimana kadar HDL akan menurun. Adrenalin juga akan menyebabkan

perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah.

Demikian pula faktor stress yang akhirnya melalui jalur hormon adrenalin,

menyebabkan proses penyakit jantung koroner terjadi sebagaimana asap tembakau

tadi. Seseorang yang stress yang kemudian mengambil pelarian dengan jalan

merokok sebenarnyya sama saja dengan menambah resiko terkena jantung

koroner. Sekitar 90% penderita arteritis obliteran pada tingkat III dan IV

umumnya akan terkena penyakit jantung.

Oleh karena proses penyempitan arteri koroner yang memperdarahi otot

jantung, maka ketidakcukupan antara kebutuhan dengan suplai menimbulkan

kekurangan darah (ischemia). Bila melakukan aktifitas fisik atau stress,

kekurangan aliran darah meningkat sehingga menimbulkan sakit dada.

Penyempitan yang berat atau penumbatan dar salah satu atau lebih arteri koroner

berakhir dengan kematian jaringan/komplikasi dari infark miokard termasuk

irama jantung tidak teratur dan jantung berhenti mendadak. Iskemia yang berat

dapat menyebabkan oto jantung kehilangan kemampuannya untuk memompa

sehingga terjadi pengumpulan cairan di jaringan tepi maupun penimbunan cairan

di paru-paru.

Orang-orang yang merokok lebih dari 20 batang tembakau/hari memiliki

risiko 6 kali lebih besar terkena infark miokard dibandingkan dengan bukan

perokok. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama dari kematian di

negara-negara industri dan berkembang, yaitu sekitar 30% dari semua penyakit

jantung berkaitan dengan tembakau.

2.2.6. Resiko terhadap Arteriosklerosis (Loren, 2009)

Merokok merupakan penyebab utama timbulnya penyakit ini, yaitu

menebal dan mengerasnya pembuluh darah. Arteriosklerosis menyebabkan

pembuluh darah kehilangan elastisitas serta pembuluh darah menyempit.

22

Page 23: Penelitian Manda-Mute Fix

Arteriosklerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang disebabkan oleh

gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah.

Wanita yang merokok dan menggunakan pil kontrasepsi mempunyai

kemungkinan untuk menderita penggumpalan darah sekitar 10%. Dari 100% yang

menderita gangguan sirkulasi pada tungkai bawah (Arteriosklerosis Obliteran), 99

di antaranya adalah perokok:

Ada 4 tingkat gangguan Arteriosklerosis Obliteran, yaitu:

a. Tingkat I: tanpa gejala

b. Tingkat II: kaki sakit saat latihan, misalnya berjalan lebih dari 200m dan

kurang dari 200m dan keluhan hilang saat istirahat

c. Tingkat III: keluhan timbul saat istirahat umumnya saat malam hari dan bila

tungkai ditinggikan

d. Tingkat IV: jaringan mati. Dalam stadium ini tindakan yang mungkin adalah

amputasi. Jika penyumbatan terjadi di percabangan aorta daerah perut akan

menimbulkan sakit di daerah pinggang termasuk pula timbulnya ereksi.

2.2.7. Rokok terhadap Tukak Lambung (Loren, 2009)

Di dalam perut dan usus dua belas jari terjadi keseimbangan antar

pengeluaran asam yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan.

Temabakau meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak lambung dan

usus dua belas jari. Perokok menderita gangguan dua kali lebih tinggi daripada

bukan perokok.

2.2.8. Rokok terhadap Bayi (Loren, 2009)

Ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan melahirkan prematur. Jika

kedua orang tuanya perokok mengakibatkan daya tahan bayi menurun pada tahun

pertama, sehingga akan menderita radang paru-paru maupun bronkhitis dua kali

lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan terhadap infeksi lain

meningkat 30%. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya merokok

menunjukkan perkembangan mental terbelakang.

23

Page 24: Penelitian Manda-Mute Fix

2.2.9. Rokok terhadap Otak dan Daya Ingat (Loren, 2009)

Akibat proses aterosklerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke

otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen. Kelainan

tersebut dibagi menjadi empat bentuk:

a. Tingkat I: penyempitan kurang dari 75% tanpa disertai keluhan.

b. Tingkat II: defisit neurologis sementara

c. Tingkat III: defisit neurologis yang menghilang disekitar 3 hari atau

frekuensinya meningkat

d. Tingkat IV: terjadinya infark otak lengkap dan menyebabkan defisit

neurologis yang menetap

Studi tentang hubungan tembakau dan daya ingat juga dilakukan baru-baru

ini. Dari hasil analisis otak, peneliti dari Neuripsychiatric Institute University

of California menemukan bahwa jumlah dan tingkat kepadatan sel yang

digunakan untuk berfikir pada orang yang merokok jauh lebih rendah daripada

orang yang tidak merokok.

2.2.10. Rokok terhadap Impotensi (Loren, 2009)

Pada laki-laki berusia 30-40 tahun, merokok dapat meningkatkan disfungsi

ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas

ke penis. Oleh karena itu, pembuluh darah harus dalam keadaan baik.

Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri yang

menuju penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi

ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah merusak area lain dari

tubuh.

2.2.11. Rokok terhadap Kanker (Loren, 2009)

Insidensi kanker paru mempunyai hubungan antar rata-rata jumlah rokok

yang dihisap per hari. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan

menderita kanker paru. Dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa

perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker paru. Anak-anak yang

terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko

24

Page 25: Penelitian Manda-Mute Fix

kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan

perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga terkena resiko

kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok

adalah berasal dar perokok pasif (Amin, 2006). Asap tembakau bertanggung

jawab terhadap lebih dari 85% kanker paru-paru dan berhubungan dengan

kanker mulut, faring, laring, esofagus, lambung, pankreas, saluran kencing,

ginjal, ureter, kandung kemih, dan usus.

Tipe kanker mulut yang umumnya terjadi pada petembakau:

a. Kanker kandung kemih

b. Kanker esofagus

c. Kanker pada ginjal

d. Kanker pada pankreas

e. Kanker serviks

f. Kanker payudara

g. Dll

Mekanisme kanker yang disebabkan tembakau yaitu sebagai berikut:

merokok menyebabkan kanker pada berbagai organ, tetapi organ yang

terpengaruh langsung oleh karsinogen adalah saluran nafas. Sebagian besar

karsinogen dalam asap tembakau ditemukan pada fase tar seperti PAH dan fenol

aromatik. Tembakau yang mengandung nitrosamin dan derivat nikotin juga

bersifat karsinogen karena mudah diabsorbsi ke dalam darah. Berkembangnya

pengetahuan tentang karsinogen meningkatkan usaha mengurangi konsentrasi

berbagai senyawa dan kadar tar menurun hampir 3 kali sejak tahun 1955.

Pengurangan kadar senyawa tertentu dalam tembakau akan mengubah pola

merokok untuk memenuhi kebutuhannya.

2.2.12. Rokok terhadap PPOK (Loren, 2009)

Kebiasaan merokok mengubah bentuk jaringan saluran nafas dan fungsi

pembersih menghilang, saluran nafas membengkak dan menyempit. Seseorang

yang menunjukkan gejala batuk berat selama paling kurang 3 bulan pasa setiap

25

Page 26: Penelitian Manda-Mute Fix

tahun berjalan selama 2 tahun, dinyatakan mengidap bronkitis kronik. Hal tersebut

terjadi pada separuh perokok di atas umur 40 tahun.

Bronkus yang melemah kolaps sehingga udara tidak bisa disalurkan dan

alveoli melebar menimbulkan empisema paru-paru. Teori hubungan rokok-PPOK

yang saat ini digandrungi adalah peran keseimbangan oksidan-antioksidan dalam

pemeliharaan integritas paru. Oksidan berkemampuan merusak sel perenkim serta

jaringan ikat dari ekstraseluler, melalui sifatnya sebagai bahan kimia yang

elektrofilik reaktif. Asap rokok dapat meningkatkan kadar oksidan melalui

peningkatan sel radang antara lain makrofag alveolar meningkat 2-4 kali, netrofil

meningkat 3-5 kali, hal yang mengakibatkan bertambahnya kadar superoksida dan

hidrogen peroksida. Asap rokok juga bertindak sebagai oksidan serta menekan

aktifitas silia, dan dapat mengakibatkan hipertrofi mukus.

Kerusakan saluran nafas umumnya dan paru-paru khususnya tersebut

dipengaruhi oleh beberapa mekanisme di bawah ini sehingga terjadi penyakit paru

obstruksi kronik.

a. Cedera akibat oksidasi

1. Oksidasi langsung

Fase tar mengandung kuinon, radikal bebas, semikuinon dan hidrokuinon

dalam bentuk matriks polimer. Fase gas mengandung nitric oxide. Senyawa

ini dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan

selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak.

2. Oksidasi pada cell-mediated

Asap tembakau mengakibatkan peningkatan jumlah neutrofil dan makrofag

secara nyata pada petembakau yang secara normal tidak terjadi pada bukan

petembakau. Neutrofil yang dirangsang untuk melepaskan protease dan

oksigen dari radikal bebas. Petembakau mengalami penurunan kadar vitamin

E pada cairan alveolar, penurunan konsentrasi vitamin C dalam plasma dan

peningkatan superoksida dismutase (SOD) serta aktivitas katalase dalam

makrofag secara mencolok.

b. Aktivasi imunologik

26

Page 27: Penelitian Manda-Mute Fix

Perokok mengalami peningkatan kadar immunoglobulin E serum. Penyebab

belum diketahui tetapi peningkatan mencapai hampir 2 kali lipat. Toksisitas

dan kerusakan sel akibat oksidasi menimbulkan kerusakan permeabilitas sel

mukosa saluran nafas, sehingga memudahkan alergen untuk merangsang sel

menjadi aktif secara imunologik.

Merokok akan menimbulkan aktivitas subset limfosit T untuk

menghasilkan interleukin-4, suatu sitokin yang merangsang pembentukan

imunoglobulin E. Hubungan kadar imminoglobulin E dan perburukan fungsi

paru sudah terbukti pada asma (penempitan saluran nafas), tetapi hal ini belum

terbukti jelas pada perokok yang tidak mederita asma.

27

Page 28: Penelitian Manda-Mute Fix

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian-penelitian

yang akan dilakukan.

Variabel Independen: pengetahuan, riwayat merokok, psikologis, pengaruh

lingkungan, pengaruh teman, peran keluarga, dan pengaruh iklan.

Variabel dependen: perilaku merokok.

3.2. Definisi Operasional

28

Perilaku Merokok

Pengetahuan

Psikologis

Pengaruh Lingkungan

Pengaruh Teman

Peran Keluarga

Pengaruh Iklan

Page 29: Penelitian Manda-Mute Fix

No Variabel

Dependen

Definisi Alat Ukur Cara

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

1 Perilaku

Merokok

Kegiatan

atau

perbuatan

menghisap

rokok

Kuisioner Angket Merokok

Tidak

merokok

Nominal

No Variabel

Independen

Definisi Alat Ukur Cara

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

Ukur

1 Pengetahua

n

Mengetahui

bahaya

merokok

Kuisioner Angket Baik

Sedang

Kurang

Ordinal

2 Psikologis Efek yang

diperoleh dari

merokok yang

berupa

keyakinan dan

perasaan yang

menyenangkan

yang dirasakan

subjek.

Kuesioner Angket Ada

kepuasan

psikologis

Tidak ada

kepuasan

psikologis

Rasio

3 Pengaruh

Lingkungan

Pengaruh

masyarakat

terhadap

individu yang

merokok.

Kuisioner Angket Ada

Tidak ada

Rasio

4 Pengaruh

Teman

Sejauh mana

subjek

mempunyai

Kuisioner Angket Ada

Tidak ada

Rasio

29

Page 30: Penelitian Manda-Mute Fix

teman atau

kelompok

teman yang

merokok.

5 Peran

Keluarga

Bagaimana

penerimaan

orang tua

terhadap

perilaku

merokok

Kuisioner Angket Permisif

Tidak

permisif

Rasio

6 Pengaruh

Iklan

Pengaruh dari

media iklan

yang ada

(televisi,

pmflet, koran)

Kuisioner Angket Ada

Tidak ada

Rasio

3.3 Cara Mengukur Variabel

Perilaku merokok

- Merokok : bila responden merokok ≥ 1 batang perhari

- Tidak merokok : bila responden merokok < 1 batang perhari

Pengetahuan

- Baik : bila didapat jawaban

- Sedang : bila didapat jawaban

- Kurang : bila didapat jawaban

Kepuasan Psikologis

- Ada : bila didapat jawaban ≥ median

- Tidak ada : bila didapat jawaban < median

Faktor lingkungan

- Ada : bila didapat jawaban ≥ median

- Tidak ada : bila didapat jawaban < median

30

Page 31: Penelitian Manda-Mute Fix

Pengaruh teman

- Ada : bila didapat jawaban ≥ median

- Tidak ada : bila didapat jawaban < median

Peran keluarga

- Permisif : bila didapat jawaban ≥ median

- Tidak permisif : bila didapat jawaban < median

Pengaruh iklan

- Ada : bila didapat jawaban ≥ median

- Tidak ada : bila didapat jawaban < median

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

31

Page 32: Penelitian Manda-Mute Fix

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan

design Cross Sectional Survey yaitu pengumpulan data pada suatu saat (Point

Time Approach).

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin

Banda Aceh.

4.2.2. Waktu Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-23 Maret 2011.

4.3. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh dokter muda laki-laki yang tercatat

dalam siklus reguler Kepaniteraan Klinik Senior di Rumah Sakit Umum Daerah

dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.

4.4. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari seluruh dokter muda laki-laki yang

tercatat dalam siklus reguler Kepaniteraan Klinik Senior di Rumah Sakit Umum

Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.

4.4.1. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara nonprobalility sampling (quota

sampling). Besarnya sample ditentukan dengan rumus Slovin:

n = 214

1+214(0,1)2 = 214

1+2.14 = 68

Keterangan:

N = besar populasi = 214

n = besar sampel = 68

d = tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,1)

32

Page 33: Penelitian Manda-Mute Fix

4.4.2. Kriteria Sampel

Dokter muda laki-laki di RSUDZA Banda Aceh.

Terdaftar dalam siklus reguler Kapaniteraan Klinik Senior.

Sampel diambil secara acak hingga memenuhi quota yang telah

ditetapkan.

4.5. Cara Pengambilan Data

Data yang diambil adalah data primer yang diperoleh melalui angket dan

dilakukan langsung oleh peneliti dengan alat ukur berupa kuisioner.

4.6. Manajemen Data

4.6.1. Editing

Editing yaitu memeriksa kembali data yang diperoleh untuk menghindari

kesalahan data, jaminan data sudah lengkap dan benar(Budiarto: 2002).

4.6.2. Coding

Coding yaitu pemberian kode pada data yang diperoleh untuk

memudahkan pengelolaan data(Budiarto: 2002).

4.6.3. Skoring

Merupakan langkah pemberian nilai atau bobot terhadap jawaban

responden sehingga dapat menghasilkan jawaban dari variabel(Budiarto: 2002).

4.6.4. Tabulating

Tabulating yaitu memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam

tabel(Budiarto: 2002).

4.7. Analisa Data

Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariat.

(Notoatmodjo: 2002)

33

Page 34: Penelitian Manda-Mute Fix

DAFTAR PUSTAKA

Amelia, Adisti. 2009. Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Laki-Laki. Available from: http://www.repository_usu.ac.id/bitstream/123456789/14536/1/09E00589.pdf

Anonymous. 2008. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2008. Available from: http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full_2008.pdf

Bruntland, Gro Harlem. 2002. The Tobacco Atlas. Available from: http://www.who.int/entity/tobacco/media/en/title.pdf

Budiarto Eko. 2002. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC, Jakarta.

Bustan, 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta.

Depkes, 2003. Konsumsi Tembakau dan Prevalensinya di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Fadlie, 2008. Merokok dan Kesehatan. Available from http://fadlie.web.id/bangfad/dampak-rokok.html

Gondodiputro Sharon. 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk Sediaan Tembakau. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Available from: http://www.resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Rokok.pdf

Itil O, Ergor G, & Ceylan E. 2004. Knowledge and Attitudes about Smoking among Students in A Medical Faculty in Turkish Respiratory J 5 (2):p86-91.

Kelana, Indra , 2008. Efek Bahaya Asap Rokok Bagi Kesehatan Tubuh Manusia - Akibat Sebatang Rokok Racun, Ketagihan, Candu, Buang Uang Dan Dosa. Available from http://organisasi.org/efek-bahaya-asap-rokok-bagi-kesehatan-tubuh-manusia-akibat-sebatang-rokok-racun-ketagihan-candu-buang-uang-dan-dosa.

34

Page 35: Penelitian Manda-Mute Fix

Komalasari D, Helmi A.F. 2008. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Marokok pada Remaja. Universitas Gajah Mada Pres. Available from: http://www.avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilaku_merokok_avin.pdf

Loren, Jeff. 2009. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap Rokok. Available from: http://www.repository_usu.ac.id/bitstream /123456789/14273/1/10E01004.pdf

MacKay J, Eriksen M, & Shafey O. The Tobacco Atlas, 2nd ed. The American Cancer Society, Atlanta, USA, 2006

Mu’tadin Z. 2002. Remaja dan Rokok. Available from http://www.e-psikologi.com/remaja.050602.htm

Nainggolan, R., 1998. Anda Mau Berhenti Merokok?. Indonesia Publishing House. Bandung.

Nasution, Indri Kemala. 2007. Perilaku Merokok pada Remaja. Available from: http://www.library.usu.ac.id/download/fk/132316815.pdf

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Prabandari YS, Ng Nawi, dan Padmawati RS. 2009. Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus Bebas Rokok terhadap Perilaku dan Status Merokok Mahasiswa di Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta dalam Jurnal Pelayanan Kesehatan. Vol 12, No. 4, Desember 2009, h218-225.

Prasetya Y. 2009. Hubungan Faktor Lingkungan Terhadap Prilaku Merokok pada Remaja. Available from http://yudaprasetya.blogspot.com/2009/02/hubungan-faktor-lingkungan-terhadap.html

Rasti, 2008. Bahaya Rokok. Available from http://knoey.dagdigdug.com/2008/05/05/bahaya-merokok/

Rusdianto, 2007. Mengapa Anda Merokok. Available from http://kelompokclover.blogspot.com/2007/09/sekilas-tentanrokok.html

Sari AT, Ramdhani N, Eliza M. 2003. Empati dan Perilaku Merokok di Tempat Umum. Jurnal Psikologi Tahun XXX No.2 halaman 81-90. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

35

Page 36: Penelitian Manda-Mute Fix

Sosiawan EA. 2007. Konsepsi Manusia dan Perilakunya. Available from: www.edwias.com

Wahyuni DS. 2008. Perilaku Merokok pada Remaja. Available from

http://images.luqman1968.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/

SzMbIQooCGsAAD8r0co1/Deni%20Sri%20Wahyuni%202008.doc?

nmid=305949280

36