Noorasani Manda m

13
1 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI TERHADAP TERAPI DI PUSKESMAS TUREN KABUPATEN MALANG Nanik Setijowati*, Kumboyono**, Noorasani Manda Mufarika *** Abstrak Hipertensi saat ini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan mengingat hipertensi merupakan penyakit yang kronis. Sehingga, penyakit hipertensi membutuhkan perawatan yang lama dan terus menerus. Agar penderita dapat patuh menjalani terapi yang terus menerus tersebut dibutuhkan peran serta keluarga untuk membantu penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadap terapi di Puskesmas Turen Kabupaten Malang. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan didapatkan sampel sejumlah 73 orang. Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadap terapi. Uji statistik yang digunakan adalah korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisa bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadap terapi (p=0,000), dengan kekuatan korelasi sebesar 0,494. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pasien hipertensi yang berpenyakit kronis sangat membutuhkan dukungan dari keluarga untuk meningkatkan semangat dan motivasi pasien hipertensi dalam menjalani terapi. Kata kunci: dukungan keluarga, kepatuhan pasien hipertensi, terapi Abstract Hypertension currently is a global problem because of the prevalence continues to increase. The disease is not curable, but can be controlled considering the hypertension is a chronic disease. Thus, treatment of hypertension requires a long time and continuous. That patients can adherence to continuous therapy is required role of the family to help patients. This study aims to determine the relationship between family support with the level of adherence to therapy in hypertensive patients in Puskesmas Turen Kabupaten Malang. This study is observational study with cross sectional approach. Samples were selected using purposive sampling with inclusion and exclusion criteria and obtained samples 73 people. Variables that measuredin this study were family supportand level of patient adherence to therapy of hypertension. Statistical tests that used were Spearman correlations with 95% confidence level. The results of the bivariate analysis showed a significant association between family support and level of adherence to treatment of hypertensive patients (p=0,000), with the strength of correlation is 0,494. From the research we can conclude that hypertensive patients with chronic diseases need the support of families to improve spirit and motivation in hypertensive patients who undergoing therapy. Keywords: family support, adherence of hypertensive patients, therapy * Department of Public Health FKUB ** Department of Community Health Nursing FKUB *** Jurusan Ilmu Keperawatan FKUB

Transcript of Noorasani Manda m

Page 1: Noorasani Manda m

1

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI TERHADAP TERAPI

DI PUSKESMAS TUREN KABUPATEN MALANG

Nanik Setijowati*, Kumboyono**, Noorasani Manda Mufarika ***

Abstrak

Hipertensi saat ini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat.

Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan mengingat hipertensi merupakan penyakit yang kronis. Sehingga, penyakit hipertensi membutuhkan perawatan yang lama dan terus menerus. Agar penderita dapat patuh menjalani terapi yang terus menerus tersebut dibutuhkan peran serta keluarga untuk membantu penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadap terapi di Puskesmas Turen Kabupaten Malang. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan didapatkan sampel sejumlah 73 orang. Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadap terapi. Uji statistik yang digunakan adalah korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil analisa bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadap terapi (p=0,000), dengan kekuatan korelasi sebesar 0,494. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pasien hipertensi yang berpenyakit kronis sangat membutuhkan dukungan dari keluarga untuk meningkatkan semangat dan motivasi pasien hipertensi dalam menjalani terapi.

Kata kunci: dukungan keluarga, kepatuhan pasien hipertensi, terapi

Abstract

Hypertension currently is a global problem because of the prevalence continues to increase. The disease is not curable, but can be controlled considering the hypertension is a chronic disease. Thus, treatment of hypertension requires a long time and continuous. That patients can adherence to continuous therapy is required role of the family to help patients. This study aims to determine the relationship between family support with the level of adherence to therapy in hypertensive patients in Puskesmas Turen Kabupaten Malang. This study is observational study with cross sectional approach. Samples were selected using purposive sampling with inclusion and exclusion criteria and obtained samples 73 people. Variables that measuredin this study were family supportand level of patient adherence to therapy of hypertension. Statistical tests that used were Spearman correlations with 95% confidence level. The results of the bivariate analysis showed a significant association between family support and level of adherence to treatment of hypertensive patients (p=0,000), with the strength of correlation is 0,494. From the research we can conclude that hypertensive patients with chronic diseases need the support of families to improve spirit and motivation in hypertensive patients who undergoing therapy.

Keywords: family support, adherence of hypertensive patients, therapy * Department of Public Health FKUB ** Department of Community Health Nursing FKUB *** Jurusan Ilmu Keperawatan FKUB

Page 2: Noorasani Manda m

2

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan salah satu

masalah kesehatan yang sering terjadi

hampir diseluruh dunia. Menurut data dari

World Health Organization (WHO) tahun

2000 sekitar 26,4% penduduk dunia

menderita hipertensi dan diperkirakan akan

meningkat menjadi 29,2% pada tahun 2025.

Selain itu, hipertensi juga merupakan

penyakit penyebab kematian peringkat

keempat belas dengan prosentase 1,7%

dan diprediksi akan meningkat menjadi 2,1%

atau peringkat delapan pada tahun 2030.1

Angka kejadian atau prevalensi

hipertensi di Indonesia cukup tinggi.

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah

Tangga (SKRT) tahun 2001 prevalensi

hipertensi mancapai 21% dari jumlah

penduduk Indonesia. Angka tersebut

meningkat dibandingkan hasil SKRT pada

tahun 1995 yang hanya mencapai 8,3%

atau sekitar 83 per 1000 anggota rumah

tangga.2 Selain itu, berdasarkan studi

Monitoring Trends and Determinants of

Cardiovascular Disease (MONICA) Jakarta

melaporkan adanya peningkatan prevalensi

hipertensi pada populasi Indonesia dari

16,9%pada tahun 1993 menjadi 17,9% pada

tahun 2000.3

Berdasarkan studi pendahuluan di

Puskesmas Turen, hipertensi merupakan

salah satu dari lima keluhan terbanyak yang

membawa pasien datang ke Puskesmas.

Selain itu, dari jumlah pasien baru maupun

lama yang datang ke Puskesmas dan

dinyatakan hipertensi pada triwulan pertama

pada tahun 2011 mengalami peningkatan

setiap bulan. Rata-rata jumlah pasien

hipertensi yang datang baik untuk kontrol

maupun berobat adalah antara 70 hingga

140 orang perbulan dengan rentang usia 30

sampai 70 tahun. Hal ini menunjukkan

bahwa prevalensi hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Turen cukup tinggi.

Hipertensi harus diterapi dan

dikontrol dengan baik untuk menghindari

komplikasi. Beberapa komplikasi yang dapat

muncul meliputi stroke, penyakit gagal

jantung maupun penyakit kardiovaskuler

lainnya, dan juga penyakit gagal ginjal.4

Seperti halnya menurut data WHO tahun

2002, hipertensi menyebabkan 62%

kejadian stroke, dan 49% serangan jantung

di dunia.5

Hipertensi dapat dikendalikan dengan

cara modifikasi gaya hidup dan pengobatan.

Modifikasi gaya hidup pada pasien

hipertensi meliputi pembatasan asupan

garam, diet kolesterol dan lemak jenuh,

olahraga, pembatasan konsumsi alkohol

dan kopi serta tembakau, relaksasi untuk

meredakan stress.4 Hipertensi merupakan

penyakit kronis yang membutuhkan terapi

terus menerus dan seumur hidup. Terapi

pada pasien hipertensi ini sangat penting

untuk mengontrol tekanan darah, mencegah

komplikasi, menurunkan morbiditas dan

mortalitas.6

Kepatuhan terapi pada pasien

hipertensi merupakan hal yang penting

untuk diperhatikan mengingat hipertensi

merupakan penyakit yang tidak dapat

disembuhkan tetapi dapat dikendalikan.

Apabila tekanan darah pada pasien

Page 3: Noorasani Manda m

3

hipertensi tidak dapat dikontrol dengan baik

maka akan menyebabkan komplikasi yang

akhirnya akan menyebabkan

kematian.4Menurut hasil RISKESDAS tahun

2007, proporsi kematian akibat hipertensi

adalah sebesar 6,8% dan menduduki

peringkat ketiga penyebab kematian utama

untuk semua umur setelah stroke dan TB.7

Kepatuhan terapi pasien hipertensi

saat ini masih rendah.Sebagian besar

penderita hipertensi cenderung

mengabaikan program terapi selama belum

ada efek negatif atau komplikasi dari

penyakit yang dialaminya. Menurut data

WHO tahun 2003, pada negara berkembang

tingkat kepatuhan terapi hanya 50% dan

pada negara maju lebih rendah

dibandingkan dengan negara berkembang.8

Kepatuhan seorang individu dapat

dipengaruhi salah satunya dengan adanya

dukungan keluarga.Seperti dikatakan dalam

penelitian yang dilakukan oleh Tahan P.

Hutapea tentang pengaruh dukungan

keluarga terhadap pasien tuberkulosis.Hasil

penelitian tersebut menyatakan sebagian

besar pasien menerima dukungan dari

keluarga dalam bentuk dorongan berobat,

perhatian terhadap kemajuan pengobatan

pasien, dan bantuan transportasi. Dari

dukungan yang diberikan keluarga tersebut

menunjukkan 69,4% dari 134 pasien teratur

minum obat.9 Selain itu, penelitian Sundari

tentang hubungan dukungan sosial keluarga

dengan kepatuhan klien gagal ginjal kronik

yang menjalani terapi hemodialisa

menyebutkan sebanyak 85% dari seluruh

responden menyatakan mendapat

dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan

menjalani terapi hemodialisa sebanyak

85%.10

Berdasarkan paparan di atas, dapat

dilihat masih kurangnya kepatuhan pasien

hipertensi terhadap program terapi. Padahal

kepatuhan ini sangat penting mengingat

hipertensi merupakan penyakit kronis yang

pengobatannya harus terus menerus.Selain

itu, kepatuhan ini sangat penting untuk

menghindari komplikasi yang mungkin

terjadi.Sehingga untuk mendorong supaya

pasien hipertensi patuh dalam program

terapi diperlukan adanya dukungan salah

satunya dari dukungan keluarga.Perlu

adanya penelitian lebih lanjut mengenai

hubungan dukungan keluarga dengan

tingkat kepatuhan program terapi pasien

hipertensi dalam mengontrol tekanan darah.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian adalah desain studi

korelasional dengan menggunakan

pendekatan cross sectional.

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien

hipertensi yang dating ke Puskesmas

Turen.Sedangkan jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 73 orang.

Teknik sampling yang digunakan adalah

purposive sampling.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan

instrumen berupa kuisioner dukungan

keluarga dan kepatuhan terapi.

Page 4: Noorasani Manda m

4

69.9%

30.1%

Perempuan

Laki-laki

12.3%

39.7%41.1%

6.8%< 45 th

45-59 th

60-74 th

> 75 th

15.1%

38.4%

46.6% Pre HT

HT stage 1

HT stage 2

13.7%

47.9%20.5%

17.8%< 1 th

1-5 th

6-10 th

> 10 th

58.9%41.1%

Tdk Bekerja

Bekerja

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden

Gambar 1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari gambar 1.1 dapat diketahui

bahwa frekuensi tertinggi adalah berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 69,9%

atau 51 orang.

Gambar 1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Dari gambar 1.2 dapat diketahui

frekuensi tertinggi adalah umur 60-74 tahun

yaitu sebanyak 41,1% (30 orang).

Gambar 1.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Dari gambar 1.3 dapat diketahui

bahwa sebagian besar tingkat pendidikan

responden adalah SMP yaitu sebesar 35,6%

atau sebanyak 26 orang.

Gambar 1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Berdasarkan gambar 1.4 dapat

diketahui bahwa sebagian besar responden

tidak bekerja (pensiunan dan ibu rumah

tangga) yaitu sebanyak 58,9% atau 43

orang.

Gambar 1.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tekanan Darah

Berdasarkan gambar 1.5 dapat

diketahui bahwa tekanan darah yang paling

banyak adalah dalam kategori hipertensi

stage 2 sebanyak 46,6% (34 orang).

Gambar 1.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menderita Hipertensi

Berdasarkan gambar 1.6 dapat

diketahui bahwa dari 76 responden paling

banyak menderita hipertensi selama 1-5

tahun yaitu sebanyak 47,9% (35 orang).

8.2%

34.2%

35.6%

19.2%2.7% Tdk

SekolahSD

SMP

SMA

PT

45.2%

31.5%

16.4%6.8%Suami

Istri

Anak

Cucu

Page 5: Noorasani Manda m

5

46.6%42.5%

11.0% Baik

Cukup

Kurang

Gambar 1.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga yang Merawat

Berdasarkan gambar 1.7 dapat

diketahui bahwa anggota keluarga yang

paling bertanggungjawab merawat

responden adalah pasangan hidup mereka

yakni suami sebesar 45,2% (33 orang) dan

istri sebesar 31,5% (23 orang).

2. Gambaran Dukungan Keluarga

Gambar 2.1 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga

Berdasarkan gambar 2.1 didapatkan

bahwa sebagian besar dukungan keluarga

adalah baik yaitu sebesar 46,6% (34 orang).

.

Gambar 2.2 Distribusi Frekuensi Dukungan Emosional

Berdasarkan gambar 2.2 didapatkan

bahwa sebagian besar dukungan emosional

yang diberikan oleh keluarga termasuk

dalam kategori baik dan cukup yang masing-

masing sebesar 38,4% (28 orang).

Gambar 2.3 Distribusi Frekuensi Dukungan Penghargaan

Berdasarkan gambar 2.3 didapatkan

bahwa sebagian besar keluarga yaitu

sebanyak 53,4% (39 orang) termasuk dalam

kategori cukup dalam memberikan

dukungan penghargaan kepada pasien.

Gambar 2.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasional

Berdasarkan gambar 2.4 dapat

diketahui bahwa sebagian besar responden

mendapatkan dukungan informasional

dalam kategori baik yaitu sebanyak 49.3%

(36 orang).

Gambar 2.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Instrumental

Berdasarkan gambar 2.5 didapatkan

bahwa sebagian besar dukungan

instrumental yang diberikan oleh keluarga

termasuk dalam kategori cukup sebesar

49,3% (36 orang).

38.4%

38.4%

23.3% Baik

Cukup

Kurang

32.9%

53.4%

13.7% Baik

Cukup

Kurang

49.3%39.7%

11.0% Baik

Cukup

Kurang

35.6%

49.3%

15.1% Baik

Cukup

Kurang

Page 6: Noorasani Manda m

6

52.1%34.2%

13.7% Baik

Cukup

Kurang

3. Ga

mbaran Kepatuhan Terapi Gambar 3.1 Distribusi Frekuensi Kepatuhan

Terapi

Berdasarkan gambar 3.1 didapatkan

bahwa sebagian besar kepatuhan terapi

termasuk dalam kategori kepatuhan baik

yaitu sebesar 52,1% (38 orang).

Gambar 3.2 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diet

Berdasarkan gambar 3.2 didapatkan

bahwa dari 76 responden, paling banyak

termasuk dalam kategori kepatuhan baik

sebesar 45,2% (33 orang).

Gambar 3.3 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Minum Obat

Berdasarkan gambar 3.3 didapatkan

bahwa sebagian besar responden termasuk

dalam kategori kepatuhan minum obat baik

yaitu sebesar 47,9% (35 orang).

Gambar 3.4 Distribusi Frekuensi Kepatuhan Olahraga

Berdasarkan gambar 3.4 dapat

diketahui bahwa sebagian besar responden

termasuk dalam kategori tingkat kepatuhan

olahraga baik yaitu sebesar 39,7% (29

orang).

4. Hu

bungan Dukungan Keluarga dengan

Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi

terhadap Terapi

Gambar 4 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Hipertensi terhadap Terapi

Dari data di atas kemudian dicari

hubungan antara dukungan keluarga

dengan tingkat kepatuhan terapi

menggunakan uji korelasi Spearman dan

didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar

(+)0,494, yang artinya bahwa korelasi

berkekuatan sedang dan bersifat

positif.Bersifat positif berarti semakin tinggi

dukungan keluarga yang diberikan maka

45.2%35.6%

19.2% Baik

Cukup

Kurang

47.9%27.4%

24.7% Baik

Cukup

Kurang

39.7%

34.2%

26.0% Baik

Cukup

Kurang

0

10

20

30

Baik Cukup Kurang

Tin

gk

at

Ke

pa

tuh

an

Dukungan Keluarga

Baik

Cukup

Kurang

Page 7: Noorasani Manda m

7

semakin tinggi pula tingkat kepatuhan

pasien hipertensi terhadap terapi begitu pula

sebaliknya.Selain itu, uji korelasi ini memiliki

nilai Sig 2 tailed 0,000 (p<0,05) sehingga Ho

ditolak yang artinya terdapat hubungan

antara dukungan keluarga dan tingkat

kepatuhan pasien hipertensi terhadap terapi

di Puskesmas Turen Kabupaten Malang.

Kepatuhan pasien hipertensi

terhadap terapi ini terdiri dari tiga komponen

yaitu kepatuhan diet, kepatuhan minum

obat, dan kepatuhan olahraga. Berdasarkan

hasil uji korelasi Spearman didapatkan nilai

Sig 2 tailed untuk kepatuhan diet adalah

0,000; untuk kepatuhan minum obat adalah

0,000; dan untuk kepatuhan olahraga

adalah 0,001 yang artinya dukungan

keluarga memiliki hubungan yang signifikan

dengan tiap-tiap komponen kepatuhan

terapi. Dari uji korelasi Sperman juga

diperoleh nilai korelasi Spearman (r) untuk

kepatuhan diet 0,494, untuk kepatuhan

minum obat 0,465, dan untuk kepatuhan

berolahraga adalah 0,390. Sehingga,

kekuatan korelasi antara dukungan keluarga

dengan kepatuhan diet dan minum obat

adalah sedang, sedangkan kekuatan

korelasi antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan olahraga adalah rendah.

PEMBAHASAN

1.Dukungan Keluarga

Berdasarkan dari hasil penelitian,

sebanyak 34 responden (46,6%) termasuk

dalam dukungan keluarga kategori baik.

Sisanya yaitu sebanyak 31 responden

(42,5%) termasuk dalam dukungan keluarga

kategori cukup dan 8 responden (11%)

termasuk dalam dukungan keluarga kategori

kurang. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden telah mendapat

dukungan yang baik dari keluarga. Data

tersebut menunjukkan bahwa dukungan

keluarga terhadap satu orang dengan orang

yang lain berbeda, sesuai dengan teori

Friedman (1998) yang menyatakan bahwa

dukungan keluarga yang diberikan kepada

pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah ukuran keluarga, usia,

dan sosial ekonomi keluarga (pendapatan,

pekerjaan, dan pendidikan).11Berdasarkan

hasil penelitian, dukungan keluarga kategori

baik lebih banyak diberikan pada responden

yang tidak bekerja yaitu sebanyak 27,9%

(20 responden) dibandingkan dengan

kelompok yang bekerja. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Ardahan, et al

(2010) di Turki tentang dukungan keluarga

yang diberikan pada wanita yang menderita

kanker payudara menyebutkan bahwa

wanita yang hanya sebagai ibu rumah

tangga mendapatkan dukungan keluarga

yang lebih tinggi dibandingkan dengan

wanita yang bekerja atau memiliki

kesibukan.12 Selain itu, hasil penelitian

Anggina, et al (2010) menyatakan bahwa

pada pasien yang tidak bekerja baik hanya

sebagai ibu rumah tangga atau pensiunan

intensitas pertemuan antara pasien dan

kelaurga itu sering. Sehingga,

memungkinkan keluarga dapat memberikan

dukungan yang positif dan maksimal kepada

pasien.13

Page 8: Noorasani Manda m

8

Selain itu, berdasarkan hasil

penelitian didapatkan sebanyak 38,4% (28

responden) yang mendapat dukungan

keluarga baik berasal dari golongan yang

masih berstatus menikah atau memiliki

pasangan hidup. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian Ardahan, et al (2010) yang

menyebutkan bahwa wanita penderita

kanker payudara yang telah menikah

menerima dukungan keluarga yang lebih

baik. Selain itu, pernikahan akan

memberikan keuntungan bagi kesehatan

seseorang karena akan mendapatkan

perhatian dari pasangannya dibandingkan

dengan seseorang yang telah janda karena

pasangannya telah meninggal.12

Dalam dukungan keluarga terdapat

empat jenis dukungan yaitu dukungan

emosional, penghargaan, informasional, dan

instrumental. Dari keempat jenis dukungan

tersebut, dua diantaranya yaitu dukungan

emosional dan informasional termasuk

dalam kategori baik dalam memberikan

dukungan kepada responden. Sedangkan

dua lainnya yaitu dukungan penghargaan

dan instru,mental termasuk dalam kategori

cukup.

2. Kepatuhan Pasien Hipertensi

Terhadap Terapi

Berdasarkan dari hasil penelitian,

didapatkan sebanyak 52,1% (38 orang)

tergolong memiliki kepatuhan yang baik

terhadap terapi, kategori kepatuhan cukup

sebanyak 34,2% (25 orang), dan kategori

kepatuhan kurang sebanyak 13,7% (10

orang). Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden telah memiliki

kepatuhan dalam kategori baik.

Kepatuhan ini meliputi kepatuhan

pasien hipertensi terhadap diet hipertensi,

jadwal obat secara teratur, dan kebiasaan

berolahraga. Menurut Notoatmodjo (2005)

perilaku adalah suatu respon seseorang

terhadap stimulus atau rangsangan dari luar

subyek tersebut. Kepatuhan tersebut

didukung baik oleh faktor dari dalam

maupun dari luar. Faktor dari dalam meliputi

pengetahuan, persepsi, dan motivasi.

Sedangkan faktor dari luar meliputi

lingkungan sekitar baik fisik maupun

nonfisik.14

Berdasarkan hasil penelitian,

kepatuhan terapi kategori baik paling

banyak dimiliki oleh responden yang

berpendidikan terakhir hanya sampai SD

yaitu sebanyak 16 orang dibandingkan

dengan yang berpendidikan SMA hanya 10

orang yang memiliki kepatuhan kategori

baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian Widagdo (2002) di Puskesmas

Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan

yang menyatakan tidak ada hubungan

pendidikan dengan kepatuhan penderita

dalam pengobatan TB Paru. Hal ini bisa

disebabkan karena tidak selamanya

penderita yang berpendidikan dasar tingkat

pengetahuan mengenai penyakitnya rendah

dan juga tidak semua yang berpendidikan

menengah keatas pengetahuan mengenai

penyakit juga tinggi. Selain itu, tingkat

kepatuhan juga dipengaruhi oleh faktor

informasi yang diterima oleh responden.15

Page 9: Noorasani Manda m

9

Selain pengetahuan ada faktor lain

yang mempengaruhi kepatuhan yaitu

lamanya seseorang menderita sakit.

Berdasarkan hasil penelitian, responden

yang menderita hipertensi selama lebih dari

10 tahun hanya 9 orang saja yang memiliki

kepatuhan baik terhadap terapi. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Sackett dan

Snow (1979) dalam Smet (1994) yang

menyatakan bahwa derajat ketidakpatuhan

rata-rata 50% dan derajat kepatuhan

tersebut bertambah buruk sesuai waktu. Hal

ini disebabkan karena semakin lama waktu

yang dibutuhkan untuk memenuhi nasihat

atau anjuran terapi maka pasien akan

semakin merasa bosan dan kurang

mengikuti program terapi yang harus

dijalankannya.16

Dalam penelitian ini, terdapat tiga

jenis kepatuhan pasien hipertensi terhadap

terapi yang dibahas yaitu kepatuhan diet,

minum obat dan olahraga. Dari ketiga jenis

kepatuhan tersebut, sebagian besar

responden memiliki tringkat kepatuhna

ketegori baik. Hal ini ditunjukkan dengan

sebagian responden mengatakan telah

menghindari garam dan makanan

bersantan, selalu minum obat secara rutin,

dan selalu meluangkan waktu untuk berjalan

kaki setiap hari.

3. Hubungan Dukungan Keluarga

Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien

Hipertensi Terhadap Terapi

Berdasarkan hasil analisa data

menggunakan uji korelasi Spearman

diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000

(p<0,05), yang berarti terdapat hubungan

antara dukungan keluarga dan tingkat

kepatuhan pasien hipertensi terhadap terapi.

Nilai korelasi Spearman (r) sebesar (+)0,494

yang menunjukkan bahwa korelasi (r)

bersifat positif dan berkekuatan sedang.

Kepatuhan pasien hipertensi

terhadap terapi ini terdiri dari tiga komponen

yaitu kepatuhan terhadap diet, kepatuhan

minum obat, dan kepatuhan olahraga.

Masing-masing kepatuhan memiliki

hubungan yang signifikan dengan dukungan

keluarga. Hubungan dukungan keluarga

dengan kepatuhan diet memiliki hubungan

yang signifikan. Hasil penelitian ini sesuai

dengan hasil penelitian Anggina, et al (2010)

yang menyebutkan bahwa ada hubungan

positif dan bermakna antara dukungan

sosial keluarga dengan kepatuhan pasien

DM dalam melaksanakan program diet. Hal

ini disebabkan karenakeluarga mempunyai

pengaruh yang positif kepada sikap pasien

untuk menerima edukasi tentang

pengaturan pola makan yang dianjurkan

oleh tenaga kesehatan. Sehingga,

keberhasilan pengobatan hipertensi

bergantung pada kerja sama petugas

kesehatan, pasien, dan keluarga.13

Hubungan dukungan keluarga dan

kepatuhan minum obat juga memiliki

hubungan yang signifikan. Hasil penellitian

ini sesuai dengan hasil penelitian Hutapea

(2008), yang menyatakan semakin tinggi

dukungan keluarga maka akan semakin

tinggi pula kepatuhan penderita dalam

meminum obat. Dalam penelitian tersebut

juga disebutkan bahwa perhatian dari

Page 10: Noorasani Manda m

10

keluarga atas kemajuan pengobatan

memiliki pengaruh yang lebih besar

terhadap kepatuhan dibandingkan dengan

bantuan transportasi dan dorongan berobat

untuk kontrol. Hal ini disebabkan karena

perhatian atas kemajuan pengobatan

berpengaruh terhadap motivasi pasien

dalam menjalani pengobatan.9

Selain itu, dukungan keluarga

dengan kepatuhan olahraga juga memiliki

hubungan yang signifikan. Hasil penelitian

ini sesuai dengan hasil penelitian Young

(2005) yang menyebutkan bahwa dukungan

keluarga merupakan tipe penguat sosial

yang paling penting dibandingkan dengan

dukungan dari yang lainnya. Dalam

penelitian ini juga disebutkan bahwa

pasangan yang menikah dan memiliki

kebiasaan olahraga bersama-sama lebih

patuh terhadap program olahraga yang telah

dianjurkan oleh tenaga kesehatan.17

Dukungan keluarga dapat

mempengaruhi kesehatan fisik dan mental

seseorang, melalui pengaruhnya terhadap

pembentukan emosional, peningkatan

kognitif dan pembentukaan perilaku

khususnya pada pasien hipertensi dengan

penyakit kronis. Hasil penelitian

menunjukkan diantara keempat dukungan

keluarga, didapatkan dua diantaranya yakni

dukungan emosional dan dukungan

infomasional memberikan kontribusi yang

baik terhadap pasien hipertensi dalam

menjalani terapinya. Sedangkan, dua

sisanya yaitu dukungan penghargaan dan

dukungan instrumental memberikan

kontribusi yang cukup. Hal ini menunjukkan

bahwa dukungan keluarga yang diterima

oleh pasien hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Turen sebagian besar sudah

cukup baik.

Menurut Zaitun (2007) dalam Afriani

(2009) seseorang yang sedang dalam

menjalani suatu program terapi sangat

membutuhkan perhatian dari seluruh

anggota keluarga. Hal tersebut dapat

memberikan motivasi dan kepercayaan diri

individu agar tidak merasa dikucilkan oleh

keluarga karena menderita suatu penyakit.18

Seperti halnya diungkapkan oleh Pujiyanto

(2008) dalam penelitiannya, bahwa anggota

keluarga yang menunjukkan sikap caring

kepada anggota keluarga yang menderita

hipertensi berperan penting dalam

kepatuhan minum obat antihipertensi.

Keluarga dapat berperan sebagai motivator

yang dapat mendorong pasien hipertensi

untuk berperilaku positif dengan patuh

terhadap anjuran dan terapi yang telah

ditentukan oleh tenaga kesehatan.19

Kepatuhan terhadap terapi sangat

dipengaruhi oleh perilaku seseorang.Agar

perilaku seseorang khususnya pasien

hipertensi lebih patuh dibutuhkan faktor

pendukung dan penguat dimana salah

satunya adalah dukungan keluarga.

Semakin baik dukungan keluarga yang

diberikan maka perilaku pasien hipertensi

dalam mengontrol kesehatannya akan

semakin baik sehingga kepatuhan pasien

hipertensi terhadap terapi akan baik pula.

4. Keterbatasan Penelitian

Page 11: Noorasani Manda m

11

Dalam penelitian ini, keterbatasan

yang dihadapi oleh peneliti, diantaranya

adalah:

1. Rancangan penelitian ini menggunakan

desain penelitian cross sectional dimana

kedua variabel diukur dalam satu waktu.

Sehingga penelitian ini tidak dapat

menjelaskan dinamika kedua variabel

dalam waktu yang berbeda. Hal ini

menyebabkan penelitian ini berlaku pada

saat dilakukan penelitian saja.

2. Instrumen yang digunakan untuk

mengukur variabel dukungan keluarga

dan kepatuhan terapi hanya

menggunakan kuisioner tertutup dimana

hal ini memungkinkan responden

menjawab sesuai yang ditanyakan

sedangkan untuk mengukur dukungan

keluarga dan kepatuhan terapi tidak

cukup dengan kuesioner saja tetapi

dengan observasi agar hasilnya lebih

akurat.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dukungan keluarga yang diterima oleh

pasien hipertensi sebesar 46,6% telah

memberikan dukungan keluarga dalam

kategori baik.

a. Dukungan emosional sebesar 38,4%

termasuk dalam dukungan emosional

dalam kategori baik dan cukup.

b. Dukungan penghargaan yang

diperoleh oleh pasien hipertensi

sebesar 53,4% termasuk dalam

kategori cukup.

c. Dukungan informasional yang

diperoleh oleh pasien hipertensi

sebesar 49,3% termasuk dalam

dukungan informasional dalam

kategori baik.

d. Dukungan instrumental sebesar 39,7%

termasuk dalam dukungan

instrumental dalam kategori baik.

2. Kepatuhan pasien hipertensi terhadap

terapi sebesar 52,1% termasuk dalam

kepatuhan dalam kategori baik.

a. Hasil pengukuran tingkat kepatuhan

pasien hipertensi terhadap diet

didapatkan 45,2% memiliki tingkat

kepatuhan yang baik.

b. Tingkat kepatuhan minum obat pasien

hipertensi didapatkan 47,9% memiliki

tingkat kepatuhan yang baik.

c. Hasil pengukuran tingkat kepatuhan

olahraga didapatkan sebagian besar

39,7% memiliki tingkat kepatuhan

yang baik.

3. Ada hubungan yang bermakna antara

dukungan keluarga dengan tingkat

kepatuhan pasien hipertensi terhadap

terapi. Kepatuhan pasien hipertensi

terhadap terapi terdapat tiga komponen

yaitu kepatuhan diet, kepatuhan minum

obat, dan kepatuhan olahraga dimana

masing-masing komponen memiliki

hubungan yang bermakna dengan

dukungan keluarga.

Saran

Page 12: Noorasani Manda m

12

1. Bagi keluarga diharapkan dapat

menjalankan perannya sebagai sumber

pendukung bagi anggota keluarga yang

menderita penyakit, dengan cara

meningkatkan dukungan yang diberikan

kepada penderita yang meliputi

dukungan emosional dengan cara

menemani dan mengingatkan saat

minum obat dan berolahraga; dukungan

penghargaan dengan cara tidak

membatasi aktivitas pasien dan

mendorong untuk tetap aktif dalam

kegiatan; dukungan informasional

dengan cara menjelaskan tentang

penyakit, manajemen pengobatan, dan

pentingnya mematuhi terapi yang telah

dianjurkan; dan dukungan instrumental

dengan cara membiayai perawatan

pasien, menyediakan makanan untuk

dietnya, menyediakan obat, dan

transportasi ke pelayanan kesehatan.

2. Bagi penderita hipertensi agar dapat

meningkatkan kepatuhan terapi yang

meliputi olehrga, diet, dan minum obat

secara teratur.

3. Bagi petugas kesehatan selain

memberikan pengarahan dan informasi

kepada penderita hipertensi, diharapkan

juga memberikan pengarahan dan

informasi mengenai penyakit hipertensi

dan perawatannya kepada keluarga.

4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan

dapat mengadakan penelitian lanjutan

mengenai pengaruh dukungan keluarga

terhadap kepatuhan manajemen terapi

pasien hipertensi dimana peneliti

memberikan intervensi kepada keluarga

untuk meningkatkan pemahaman

mengenai perawatan pasien hipertensi.

Dimana tingkat kepatuhan pasien

hipertensi terhadap terapi diukur dua kali

yaitu sebelum dan sesudah diberikan

intervensi.Selain itu, pengukuran

dilakukan dengan metode wawancara

dan observasi langsung.

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. 2008. World Health Statistics 2008. Dapat diakses di http://www.who.int/whosis/whostat/EN_WHS08_Full.pdf

2. Indrawati L, dkk. 2009. Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin dengan Kejadian Hipertensi di Indonesia. Media Peneliti dan Pengembangan Kesehatan, 2009, 19 (4): 174-184.

3. Lilyasari, Oktavia. 2007. Hipertensi dengan Obesitas: Adakah Peran Endotelin-1?. Jurnal Kardiologi Indonesia, 2007, 28 (6): 460-475.

4. Smeltzer, Suzanne C . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC

5. Kurnia, R. 2007. Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Kota Padang Panjang Sumatra Barat.Skripsi FKM USU. Dapat diakses di http://repository. usu.ac.id/bitstream/123456789/14618/1/08E01513.pdf

6. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL Jr, et al. The seventh report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 Report. JAMA.2003;289: 2560–2572.

7. Depkes. 2009. Profil Kesehatan Indoneia 2008. Jakarta: Depkes RI. Dapat diakses di http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/

Page 13: Noorasani Manda m

13

Profil%20Kesehatan%20Indonesia%202008.pdf

8. Badan POM RI. 2006. Kepatuhan Pasien: Faktor Penting Dalam Keberhasilan Terapi. Info POM Badan POM RI, 2006; Vol. 5 No. 7: 1-11. Dapat diakses di http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/InfoPOM/0506.pdf

9. Hutapea, Tahan P. 2008. Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis.RSUD Dr. Syaiful Anwar. Dapat diakses di http://jurnalrespirologi.org/jurnal/April09/Dukungan%20Keluarga.pdf

10. Sundari.2011. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Klien Gagal Ginjal Kronik Menjalani Terapi Hemodialisis di Ruang Hemodialisa Siloam Hospitals Surabaya. Dapat diakses di http://www.stikesyarsis.ac.id/ HUBUNGAN-DUKUNGAN-KELUARGA-DENGAN-KEPATUHAN-KLIEN-GAGAL-GINJAL-KRONIK-MENJALANI-TERAPI-HEMODIALISIS-DI-RUANG-HEMODIALISA-SILOAM-HOSPITALS-SURABAYA.pdf

11. Friedman. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

12. Ardahan, M. and Yesilbalkan O.U. 2010.Perceived Family Support of Women with Breast Cancer and Affecting Factors in Turkey. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 2010; 11: 1425-1429

13. Anggina, Linggar Lestari, Ali Hamzah, dan Pandhit. 2010. Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Dalam Melaksanakan Program Diet di

Poli Penyakit Dalam RSUD Cibabat Cimahi. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 2010,

14. Notoatmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

15. Widagdo, Wahyu. 2002. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Penderita Mengenai Pengobatan Tuberkulosis dalam Konteks Keperawatan Komunitas di Wilayah Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Dapat diakses di http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-72984.pdf

16. Smet, Bar. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

17. Young, Theresa Dwyre. 2005. Factors Determining Exercise Adherence. Dapat diakses di http://findarticles.com/p/articles/mi_m0675/is_1_23/ ai_n9485471/?tag=content;col1

18. Afriani, Fitria. 2009. Hubungan Bentuk Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani Perawatan Pada Penderita Hipertensi di Poliklinik Jantung RS Dr. M. Djamil Padang.Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang

19. Pujiyanto.2008. Faktor Sosio Ekonomi yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 2008, 3 (3): 139-144.

Mengetahui, Dosen Pembimbing I

dr. Nanik Setijowati, M. Kes

NIP. 19650412 199601 2 001