Penegakan Dx Infertil

14
Diagnosis A. Anamnesis 1. Anamnesis infertilitas pada pria. a. Menanyakan adanya abnormalitas kongenital b. Menanyakan undesenden testis c. Menanyakan apakah sudah pernah memiliki anak sebelumnya d. Menanyakan frekuensi berhubungan seksual e. Menanyakan exposure terhadap toksin f. Sebelumnya Pernahkah dilakukan oprasi, khususnya organ pelvis g. Menanyakan adanya riwayat infeksi serta penanganannya h. Menanyakan pengobatan apa yang sedang dijalankan i. Menanyakan kesehatan secara umum ( seperti diet, kegiatan dan rivew system) 2. Anamnesis infertility pada wanita. a. Pernah terpapar dietilstilbestrol pada saat didalam uterus . b. Bagaimana riwayat perkembangan pubertasnya c. Menanyakan karakteristik siklus menstruasi ( lama,dan durasi) d. Menanyakan riwayat kontrasepsi e. Menanyakan riwayat kehamilan sebelumnya, serta bagaimana outcomenya f. Menanyakan riwayat oprasi khususnya pada pelvis. g. Menanyakan riwayat infeksi sebelumnya

description

infertil

Transcript of Penegakan Dx Infertil

Page 1: Penegakan Dx Infertil

Diagnosis

A. Anamnesis

1. Anamnesis infertilitas pada pria.

a. Menanyakan adanya abnormalitas kongenital

b. Menanyakan undesenden testis

c. Menanyakan apakah sudah pernah memiliki anak sebelumnya

d. Menanyakan frekuensi berhubungan seksual

e. Menanyakan exposure terhadap toksin

f. Sebelumnya Pernahkah dilakukan oprasi, khususnya organ pelvis

g. Menanyakan adanya riwayat infeksi serta penanganannya

h. Menanyakan pengobatan apa yang sedang dijalankan

i. Menanyakan kesehatan secara umum ( seperti diet, kegiatan dan rivew

system)

2. Anamnesis infertility pada wanita.

a. Pernah terpapar dietilstilbestrol pada saat didalam uterus .

b. Bagaimana riwayat perkembangan pubertasnya

c. Menanyakan karakteristik siklus menstruasi ( lama,dan durasi)

d. Menanyakan riwayat kontrasepsi

e. Menanyakan riwayat kehamilan sebelumnya, serta bagaimana outcomenya

f. Menanyakan riwayat oprasi khususnya pada pelvis.

g. Menanyakan riwayat infeksi sebelumnya

h. Menanyakan riwayat PAP smear, serta bila ditemukan keabnormalan

ditanyakan penanganannya

i. Menanyakan pengobatan yang sedang dijalankan

j. Menanyakan status kesehatan secara umum (diet, berat badan, aktivitas dan

kegiatan serta rivew system)

B. Pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan fisik infertilitas pada pria.

a. Vericocel dan Torsi : valsava manufer, testis teraba hangat serta bila telah

lanjut dapat membengkak serta ditemukan gambaran seperti cacing akibat

pelebaran vena serta nyeri.

Page 2: Penegakan Dx Infertil

b. Infeksi (mumps orchitis): teraba hangat dan nyeri di sekitar pelvis ataupun pada

alat genital eksterna.

c. Undesenden testis : Inspeksi dan palpasi testis.

d. Pemeriksaan umum seperti : tinggi badan, berat badan, distribusi rambut

kemaluan serta pemeriksaan pada pelvis dan kelenjar tiroid.

e. Serta perlu diperhatikan adanya kelainan-kelainan lainnya.

2. Pemeriksaan fisik infertilitas pada wanita

f. Pemeriksaan umum : tinggi badan, berat badan, distribusi rambut kemaluan

serta pemeriksaan pada pelvis dan kelenjar tiroid.

g. polycystic ovarian syndrome (PCOS) : nyeri di daerah pelvis.

h. Gangguan pada vagina : inspeksi apakah terdapat sumbatan ataupun

peradangan.

i. Gangguan pada serviks : inspeksi adanya sumbatan kanalis servikalis, lender

serviks yang abnormal, malposisi (atresia, polip serviks, stenosis akibat trauma,

peradangan ataupun sinekia) ataupun kombinasinya.

j. Gangguan pada uterus : inspeksi dengan speculum mencari adanya sinekia,

mioma ataupun polip, peradangan endometrium dan gangguan kontraksi

uterus.

k. Masalah pada tuba dan peritoneum : adanya nyeri pada daerah sekitar

pelvis dan perut.

l. Masalah ovarium : mendeteksi ovulasi : dapat memperkirakan waktu

terjadinya ovulasi dengan pengukuran temperature basal tubuh, terasa nyeri

serta pengeluaran lendir yang meningkat.

C. Pemeriksaan Laboratorium & Penunjang Lain

1. Uji Lendir Serviks

Pemeriksaan ntibo serviks dan usap vagina secara serial dapat menentukan

telah terjadinya dan saat terjadinya ovulasi berdasarkan perubahan-perubahan

sebagai berikut :

Bertambah besarnya pembukaan OUE

Page 3: Penegakan Dx Infertil

Bertambah banyaknya jumlah, bertambah panjangnya daya membenang,

bertambah jernihnya dan bertambah rendahnya viskositas ntibo serviks

Bertambah tingginya daya serbu spermatozoa

Meningkatnya persentase sel-sel kariopiknotik dan eosinofilik pda usap vagina

2. Uji Pascasengama

Sebenarnya belum ada kesepakatan tentang pelaksanaan uji in meliputi : kapan

dilakukan, berapa hari dibutuhkan abstinensi sebelum pemeriksaan, kapan waktunya

setelah senggama, dan berapa banyak spermatozoa yang harus tampak dalam 1

lapangan pandang besar/LPB.

Kebanyakan mengatakan dilakukan pada pertengahan siklus haid, yaitu 1-2 hari

sebelum meningkatnya suhu basal badan yang diperkirakan, abstinensi 2 hari

sebelumnya, setelah senggama antara 90 detik sampai 8 hari, kebanyakan 8 atau 2 jam.

Spermatozoa yang harus tampak > 20/LPB, atau bias juga 1-20/LPB

Cara pemeriksaan

1) Abstinensi 2 hari

2) Senggama setelahnya

3) 2 jam setelah senggama, pergi ke dokter

4) Dokter melakukan pemeriksaan inspekulo :

o Lendir diusap dengan kapas kering, jangan dengan antiseptic karena nti

membunuh sperma

o Ambil ntibo dengan isapan semprit tuberculin

o Semprotkan ke gelas obyek

o Lalu tutup dengan penutup gelas obyek

Page 4: Penegakan Dx Infertil

o Periksa di bawah mikroskop dengan LPB

3. Uji In Vitro

a. Uji gelas obyek

o Tempatkan 1 tetes air mani pada gelas obyek

o Kemudian 1 tetes ntibo serviks diteteskan berdekatan dengan air mani

o Lalu kedua tetes itu disinggungkan satu sama lain dengan meletakkan sebuah

gelas penutup di atasnya

o Spermatozoa akan menyerbu ke ntibo serviks didahului oleh pembentukan

phalanges air mani ke dalam ntibo serviks

Phalanges bukan merupakan kegiatan spermatozoa, tetapi hanya fenomena

fisik yang terjadi jika kedua cairan yang berbeda viskositas, tegangan

permukaan, dan reologinya bersinggungan satu sama lain di bawah gelas

penutup

b. Uji kontak air mani dengan ntibo serviks

Menurut Kremer dan Jager, pada ejakulat dengan autoimunisasi, gerakan

maju spermatozoa akan berubah menjadi terhenti, atau gemetar di tempat jika

bersinggungan dengan ntibo serviks. Gemetar juga akan terjadi jika air mani yang

normal bersinggungan dengan ntibo serviks wanita yang serumnya mengandung

antibody tehadap spermatozoa

Cara pertama

o Letakkan 1 tetes ntibo praovulasi pada gelas obyek di samping 1 tetes air

mani

o Campur dan aduk kedua tetesan itu dengan gelas penutup, kemudian tutup

dengan penutup tadi

Page 5: Penegakan Dx Infertil

o Penilaian dilakukan dengan membandingkan motilitas spermatozoa dari

kedua sediaan itu

o Lalu simpan dalam tatakan petri yang lembap pada pada suhu kamar selama

30 menit

o Lakukan penilaian lagi

Cara kedua

o Letakkan 1 tetes besar ntibo serviks pada obyek gelas, kemudian lebarkan

hingga diameternya mencapai 1 cm

o Letakkan 1 tetes air mani di tengah-tengah ntibo serviks itu

o Tutup dengan gelas penutup, sampil ditekan sedikit supaya air maninya dapat

menyebar tipis di atas ntibo serviks

o 1 tetes air mani yang sama diletakkan di obyek gelas tadi bersebelahan lalu

tutup

o Lakukan penilaian seperti cara pertama

Uji ini sangat berguna untuk menyelidiki adanya factor imunologi apabila

ternyata uji pascasenggama selalu negative atau kurang baik, sedangkan

kualitas air mani dan ntibo serviks normal. Perbandingan banyaknya

spermatozoa yang gemetar di tempat, yang maju pesat dan tidak bergerak

mungkin menentukan prognosis fertilitas pasangan itu.

4. Sitologi Vaginal

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyelidiki sel-sel yang terlepas dari selaput

ntibo vagina sebagai pengaruh hormone-hormon ovarium.

Pemeriksaan ini sederhana, mudah, tidak menimbulkan nyeri dan dapat

dilakukan berkala pada siklus haid.

Page 6: Penegakan Dx Infertil

Tujuan :

a. Memeriksa pengaruh estrogen dengan mengenal perubahan sitologik yang

khas pada fase proliferasi

b. Memeriksa adanya ovulasi dengan mengenal gambaran sitologik pada fase

luteal lanjut

c. Menentukan saat ovulasi dengan mengenal gambaran sitologik yang khas

d. Memeriksa kalainan fungsi ovarium pada siklus haid yang tidak berovulasi

Pada pemeriksaan ini tidak ada kontraindikasi

Pengenalan gambaran sitologik sulit dilakukan jika terdapat peradangan dan

perdarahan

Berikan Nimorazol 2 hari sebelum pemeriksaan agar sediaan tidak dikotori sel-

sel radang

5. Biopsy Endometrium

Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat perubahan khas yang

terjadi akibat pengaruh hormone ovarium. Gambaran endometrium merupakan

bayangan cermin dari pengaruh hormone ovarium, juga dilakukan untuk menilai

fungsi ovarium walaupun sudah tidak dilakukan lagi setelah tersedia fasilitas

pemeriksaan hormonal

Waktu paling baik yaitu : 5-6 hari postovulasi/sesaat sebelum implantasi blastokis

pada permukaan endometrium. Tujuannya untuk mengurangi kemungkinan

terganggunya kehamilan yang sedang terjadi

Perubahan yang terjadi dihitung/penanggalan dibuatS sejak ovulasi, bukan sejak

hari pertama siklus haid untuk mendiagnosis defek fase luteal

Defek fase luteal berarti korpus luteum tidak menghasilkan cukup progesterone

Diagnosisnya ditegakkan dengan kurva suhu basal badan, sitologi vagina

hormonal, biopsy endometrium dan pemeriksaan progesterone plasma

Page 7: Penegakan Dx Infertil

Jika kurva suhu basal badan : peningkatan suhu basal badan dipertahankan

kurang dari 10 hari diagnosis defek fase luteal dapat ditegakkan

Progesterone plasma : 3 ng/ml patokan terjadinya ovulasi

Progesteron plasma 3 kali pemeriksaan pada 4-11 hari sebelum haid : 15 ng/ml

patokan terjadinya ovulasi dengan fungsi korpus luteum normal

Siklus haid dengan defek fase luteal yang berulang hanya terjadi pada < 4%

pasangan infertile, sehingga indikasi pengobatan hanya pada defek fase luteal

yang berulang

6. Pemeriksaan Hormonal

a. FSH

o Pemeriksaan ini tidak mudah dilakukan karena peningkatan kadar tidak

merata kecuali di pertengahan siklus haid, itupun selalu lebih rendah

daripada peningkatan estrogen

o Pada fungsi ovarium yang tidak aktif, jika kadar FSH rendah sampai normal

menunjukkan kelainan terletak pada tingkat hipotalamus-hipofisis, tetapi

jika kadarnya tinggi berarti kelainan primernya ada pada ovarium

b. LH

o Jika diperiksa setiap hari pada wanita yang siklusnya berovulasi, akan terlihat

peningkatan yang nyata pada saat ovulasi. Tetapi pemeriksaan ini

mempunyai tingkat kekeliruan ± 1 hari, sehingga untuk mengurangi tingkat

kekeliruan ini dilakukan pemeriksaan LH serum atau urin beberapa kali sehari

tetapi prosedur ini sulit untuk dilakukan

o Kadar rendah, normal atau tinggi, interpretasinya sama dengan FSH

c. Estrogen

o Pemeriksaan estrogen serum atau urin 1x seminggu dapat memberikan

informasi tentang :

Page 8: Penegakan Dx Infertil

Aktifitas ovarium

Penentuan saat ovulasi, tetapi bukan saat tepat ovulasi

o Jika hasil menunjukkan kadar estrogen < 10 mikrogram/24 jam artinya

tidak ada aktifitas ovarium

o Jika > 15 mikrogram/24 jam artinya terdapat aktifitas folikular

d. Progesteron plasma dan Pregnandiol urin

o Pemeriksaan ini dilakukan untuk menunjukkan adanya ovulasi

o Ovulasi diikuti oleh peningkatan ntibodyine

o Pemeriksaan dapat dilakukan mulai 2 hari sebelum ovulasi dan ntibodyine

akan meningkat nyata 3 hari setelah ovulasi, dimana kadarnya dapat 20-40

kali lebih tinggi daripada fase folikular

o Akan tetapi pada siklus anovulasi juga terdapat peningkatan estrogen dan LH,

jadi pada pemeriksaan estrogen dan LH dengan tujuan untuk mengetahui

ovluasi harus disertai dengan pemeriksaan ntibodyine plasma dan

pregnandiol urin kira-kira 1 minggu setelah ovulasi diperkirakan terjadi

o Jika kadar ntibodyine plasma > 10 ng/ml dan kadar pregnandiol urin > 2

mg/24 jam hal itu menunjukkan telah terjadi ovulasi, jika nilai ini

dipertahankan selama ± 1 minggu

7. HISTEROSALPINGOGRAFI (HSG)

Merupakan pemeriksaan awal untuk mengetahui patensi tuba

Prinsip pemeriksaannya sama dengan pertubasi yaitu peniupan gas diganti

dengan penyuntikan media kontras yang akan melimpah ke kavum uteri (jika

tuba paten), penilaian dilakukan secara radiografik.

Tes ini harus dilakukan pada hari ke 6-11 siklus menstruasi

Page 9: Penegakan Dx Infertil

Untuk meghindari kemungkinan infeksi akibat tindakan, HSG harus dilakukan

saat darah menstruasi telah berhenti. Angka infeksi akibat prosedur berkisar

antara 1-3 % dan terjadi pada wanita yang mempunyai riwayat infeksi pelvis

Pada wanita yang diduga mengalami PID kronik, sebelum prosedur harus

dilakukan pengukuran sedimentasi eritrosit. Jika meningkat, berikan terapi

antibiotic.

Pemeriksaan bimanual juga dapat dilakukan, dengan tujuan mengidentifikasi

massa adneksa atau tenderness, jika ditemukan, HSG harus ditunda

Untuk menghindari kemungkinan irradiasi fetus, HSG harus dilakukan sebelum

ovulasi

HSG biasanya menimbulkan kram, sehingga dapat diberikan profilaksis yaitu

antiinflamasi nonsteroid untuk mengurangi ketidaknyamanan

Profilaksis rutin sebaiknya harus dilakukan untuk mencegah PID, walaupun PID

jarang terjadi dan terutama terjadi pada wanita dengan riwayat hidrosalping.

Regimen yang diberikan adalah doksisiklin 100 mg 2x sehari, dimulai pada hari

sebelum HSG dan dilanjutkan untuk 3-5 hari

Setelah pemeriksaan bimanual, kanula acorn atau kateter fooley pediatric

dimasukkan ke uterus. Terkadang pada beberapa pasien dibutuhkan anestesi

paraservikal. Setelah itu injeksikan kontras, baik kontras larut air (misalnya

meglumine diatrizoate/renografin-60) maupun berdasarkan minyak dengan

viskositas rendah (misalnya ethiodized oil/ethiodol).

Masing-masing kontras mempunyai keuntungan tersendiri. Kontras larut air :

lebih cepat diserap dan membawa risiko embolisme lipid atau formasi granuloma

lipid.

HSG harus dilakukan dengan pengawasan fluoroskopi dengan x-ray minimal pada

ovarium

Terkadang terjadi kejang tuba sehingga menimbulkan gambaran palsu seperti

sumbatan. Cara menghindarinya adalah dengan pemberian nitrogliserin

Page 10: Penegakan Dx Infertil

sublingual, obat penenang anestesi paraservikal, parenteral isoksuprin, tetapi

tidak selalu berhasil

Apabila prosedur dilakukan dengan baik akan memperlihatkan seluk beluk

kavum uteri, patensi tuba, dan peritoneum

Dengan bantuan fluoroskopi penguat bayangan, akan tampak 3 potret, yaitu :

1. Potret pendahuluan

2. Potret pelimpahan ke rongga perut

3. Potret 24 jam kemudian

HSG hanya dapat dilakukan di rumah sakit

Pengulangan pemeriksaan tidak perlu dilakukan untuk menghindari bahaya

radiasi

Kontraindikasi sama dengan pertubasi