Dx Prosto Lap
-
Upload
ega-sofianna -
Category
Documents
-
view
197 -
download
2
Transcript of Dx Prosto Lap
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut definisi ‘ADA’ (American Dental Association), prostodonsi adalah ilmu dan
seni pembuatan suatu penggantian yang padan (sesuai) bagi hilangnya bagian koronal gigi,
satu atau lebih gigi asli yang hilang serta jaringan sekitarnya, agar supaya fungsi, penampilan,
rasa nyaman dan kesehatan yang terganggu karenanya, dapat dipulihkan. Istilah ini sangat
luas artinya dan dapat digunakan untuk semua bagian restorative dalam ilmu kedokteran
gigi.Dalam hal ini, alat tiruannya sendiri disebut Geligi Tiruan (atau protesa, protesis,
restorasi).Jadi dapat dikatakan bahwa gigi tiruan adalah protesa yang menggantikan gigi yang
hilang serta jaringan sekitarnya.
Gigi mempunyai banyak fungsi, di antaranya untuk mengunyah makanan, selain
untuk mengunyah, terutama gigi depan untuk keindahan atau estetika dan agar dapat
berbicara dengan jelas atau fungsi fonetik. Jika seseorang kehilangan gigi karena tanggal atau
dicabut, maka seseorang itu harus memasang gigi palsu untuk mengembalikan fungsi
pengunyahan.
Dan seiringbertambahnya usia, semakin besar pula kerentanan seseorang untuk
kehilangan gigi. Hal itu berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan gigi tiruan. Gigi
mempunyai banyak peran pada seseorang.Jika seseorang kehilangan gigi, alternatifnya adalah
dengan memasang gigi palsu atau gigi tiruan.
Terdapat dua macam tipe gigi tiruan yaitu gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat.
Gigi tiruan lepasan dibagi lagi menjadi gigi tiruan lengkap lepasan dan gigi tiruan sebagian
lepasan.Gigi tiruan sebagian lepasan yaitu geligi tiruan yang menggantikan satu atau lebih,
tetapi tidak semua gigi serta jaringan sekitarnya dan didukung oleh gigi dan atau jaringan
dibawahnya, serta dapat keluar-masukkan ke dalam mulut oleh pemakainya.Sedangkan gigi
tiruan lengkap lepasan, dibuat suatu restorasi bila satu atau kedua lengkung rahang sudah
tidak ada giginya.Gigi tiruan cekat merupakan gigi tiruan yang menyangkut penggantian
dan perbaikan geligi dengan suatu penggantian tiruan yang tidak dapat dilepas-lepas dari
tempatnya oleh si pemakai.Untuk membuat gigi tiruan harus didahului dengan proses
pencetakan gigi. Apabila sudah melalui proses pencetakan, maka maksimal 1-2 minggu gigi
palsu yang sudah selesai dibuat harus segera dipasang. Letak gigi tiap hari
1
bergeser.Pemasangan gigi ini tergantung pada kasusnya.Gigi palsu cekat, biasanya hanya
untuk beberapa gigi yang hilang dan dilekatkan pada gigi-gigi yang membatasi daerah yang
ompong. Cara perawatan gigi tiruan cekat sama seperti gigi biasa, harus disikat dengan benar.
Selain menggunakan sikat gigi, sebaiknya disertai dengan dental floss dan obat kumur.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaiman cara menganamnesa pasien prostodonsia secara tepat?
2. Bagaimana pemeriksaan klinis pasien prostodonsia?
3. Bagaimana rencana perawatan pada pasien prostodonsia?
1.3 Tujuan
1. Mampu menjelaskan cara menganamnesa pasien prostodonsia secara tepat.
2. Mampu menjelaskan pemeriksaan klinis pasien prostodonsia.
3. Mampu menjelaskan rencana perawatan pada pasien prostodonsia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan sebagian adalah gigi tiruan yang menggantikan sebagian dari pada gigi asli
yang hilang dan dapat dilepas sendiri oleh sang pasien dari mulutnya. Menurut Glossary of
Prosthodontics (1999) gigi tiruan sebagian adalah bagian prostodonsia yang menggantikan
satu atau beberapa gigi yang hilang dengan gigi tiruan dan didukung oleh gigi, mukosa atau
kombinasi gigi-mukosa yang dipasang dan dilepas oleh pasien.
Dalam bidang Kedokteran Gigi bagian seni dan ilmu yang berseangkutan dengan
pekerjaan memperbaiki serta mempertahankan fungsi mulut dengan suatu penggantian tiruan
bagi satu atau lebih gigi yang hilang serta jaringan di sekitarnya, termasuk jaringan orofasial,
dinamakan prostodontia atau prostodonti. (Aryanto, 1991:12)
Akibat kehilangan gigi tanpa penggantian adalah :
1. Migrasi dan Rotasi Gigi
Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan
pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi
yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan
mengakibatkan kerusakan struktur periodontal. Gigi yang miring lebih sulit
dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapat meningkat. (Aryanto, 1991:31)
2. Erupsi berlebih
Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi
berlebih (over eruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan
tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa disertai pertumbuhan tulang alveolar, maka
struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai extrusi. Bila
terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan
menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan geligi tiruan
lengkap. (Aryanto, 1991:31)
3. Penurunan Efisiensi Kunyah
Mereka yang sudah kehilangan banyak gigi, apalagi yang belakang, akan
merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok orang yang dietnya
cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh, maklum pada masa kini
banyak jenis makanan yang dapat dicerna hanya dengan sedikit proses pengunyahan
saja. (Aryanto, 1991:31)
3
4. Gangguan pada Sendi Temporo-mandibula
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure),
hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan
gangguan pada struktur sendi rahang. (Aryanto, 1991:32)
5. Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung
Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih
ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan
berlebih. Hal ini mengakibatkan kerusakan membaran periodontal dan lama kelamaan
gigi tadi manjadi goyang dan akhirnya terpaksa dicabut. (Aryanto, 1991:32)
6. Kelainan bicara
Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan
bicara, karerna gigi – khususnya yang depan – termasukbagian organ fonetik.
(Aryanto, 1991:32)
7. Memburuknya Penampilan
Menjadi buruknya penampilan karena kehilangan gigi depan akan megurangi
daya tarik wajah seseorang, apalagi dari segi pandang manusia modern. (Aryanto,
1991:32)
8. Terganggunya Kebersihan Mulut
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan
tetangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya.Adanya ruang
interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi
makanan.Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah terjadi
plak.Tahap berikutnya terjadi karies gigi.Pada tahap berikut terjadinya karies gigi
dapat meningkat. (Aryanto, 1991:32)
9. Atrisi
Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli masih menerima
beban berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi
terhadap beban ini bisa berwujud atrisi pada gigi-gigi tadi, sehingga dalam jangka
waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertikal wajah pada saat keadaan
gigi beroklusi sentrik. (Aryanto, 1991:32)
10. Efek Terhadap Jaringan Lunak Mulut
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati jaringan
lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran
adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali
4
jaringan lunak tadi dari tempat yang ditempati protesis. Dalam hal ini, pemakaian
geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu.
Tujuan Pemakaian Gigi Tiruan :
Fungsi Geligi tiruan
Dengan maksud menghindari akibat-akibat yang tidak diinginkan seperti tersebut di
atas, biasanya dibuat gigi tiruan sebagai pengganti gigi yang sudah hilang, antara lain sebagi
berikut:
1. Pemulihan Fungsi Estetik
Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya
karena masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan,
warna maupun berjejalnya gigi geligi.Nampaknya banyak sekali pasien yang
dapat menerima kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun,
sepanjang penampilan wajahnya tidak terganggu.
Mereka yang kehilangan gigi depan, biasanya memperlihatkan wajah
dengan bibir masuk ke dalam, sehingga wajah menjadi depresi pada dasar hidung
dan dagu menjadi tampak lebih ke depan. Selain itu, timbul garis yang berjalan
dari lateral sudut bibir dan lipatan-lipatan yang tidak sesuai dengan usia penderita.
Akibatnya, sulcus labio-nasalis menjadi lebih dalam.
Hilangnya gigi depan dapat disebabkan oleh karies, penyakit periodontal,
ruda paksa (trauma) atau gigi yang mengalami malposisi dan karenanya dicabut.
Pada anak-anak, kehilangan gigi depan sering terjadi karena kecelakaan, dengan
akibat dicabutnya gigi tadi. Kehilangan gigi seperti ini kemudian
mengakibatkan migrasi gigi tetangga ke arah gigi yang hilang. Pada usia
muda, gigi depan biasanya hilang karena kecelakaan atau karies. Bila karies
sebagai penyebab maka penderita itu tidak menjaga kesehatan mulutnnya dengan
baik. Gigi depan juga hilang karena perawatan saraf, penambalan atau pembuatan
mahkota tiruan. Pada usia tua, kehilangan gigi depan lebih banyak disebabkan
oleh penyakit periodontal.
Penderita dengan gigi depan malposisi, protrusif atau berjejal dan tak
dapat diperbaiki dengan perawatan ortodontik, tetapi tetap ingin memperbaiki
penampilan wajahnya, biasanya dibuatkan suatu geligi tiruan imidiat yang
dipasang langsung segera setelah pencabutan gigi. (Aryanto, 1991:33)
5
2. Peningkatan Fungsi Bicara
Alat bicara dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian yang bersifat statis,
yaitu gigi, palatum dan tulang alveolar. Kedua yang bersifat dinamis, yaitu lidah,
bibir, vulva, tali suara dan mandibula. Alat bicara yang tidak lengkap
dan kurang sempurna dapat mempengaruhi suara penderita, misalnya
pasien yang kehilangan gigi depan atas dan bawah. Kesulitan bicara dapat
timbul, meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini geligi tiruan
dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia mampu
kembali mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi
lawan bicaranya. (Aryanto, 1991:35)
3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan
Sudah menjadi pendapat umum bahwa makanan haruslah dikunyah
terlebih dahulu, supaya pencernaan berlangsug dengan baik. Sebaliknya,
pencernaan yang tidak sempurna dapat menyebabkan kemunduran kesehaatan
secara keseluruhan.
Bila demikian halnya, lalu timbul pertanyaan: “Apa gunanya geligi
tiruan?” Jawaban yang dijumpai dalam banyak kasus, ternyata menunjukkan
betapa bermanfaatnya geligi tiruan dalam membantu pengunyahan.
Pola kunyah penderita yang sudah kehilangan sebagian gigi biasanya
mengalami perubahan. Jika kehilangan beberapa gigi terjadi pada kedua rahang,
tetapi pada sisi sama, maka pengunyahan akan dilakukan semaksimal mungkin
oleh geligi asli pada sisi lainnya. Dalam hal ini, tekanan kunyah akan dipikul satu
sisi atau bagian saja. Setelah pasien memakai protesa, ternyata ia merasakan
perbaikan. Perbaikan ini terjadi karena sekarang tekanan kunyah dapat disalurkan
secara lebih merata keseluruh bagian jaringan pendukung.Dengan demikian
protesa ini berhasil mempertahankan atau meningkatkan efisiensi kunyah.
(Aryanto, 1991:37)
4. Pelestarian Jaringan mulut yang masih tinggal
Pemakaian geligi tiruan berperan dalam mencegah atau mengurangi efek
yang timbul karena kehilangan gigi. (Aryanto, 1991:38)
5. Pencegahan Migrasi Gigi
Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak
memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya
menyebabkan renggangnya gigi lain. Dengandemikian terbukalah kesempatan
6
makanan terjebak disitu, sehingga mudah terjadi akumulasi plak interdental. Hal
ini menjurus kepada peradangan jaringan periodontal serta dekalsifikasi
permukaan proksimal gigi.
Membiarkan ruang bekas gigi begitu saja akan mengakibatkan pula
terjadinya overerupsi gigi antagonis dengan akibat serupa. Bila overerupsi ini
sudah demikian hebat sehingga menyentuh tulang alveolar pada rahang lawanya,
maka akan terjadi kesulitan untuk pembuatan protesa di kemudian hari. (Aryanto,
1991:38)
6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah
Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya beban
oklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini memperburuk kondisi
periodontal, apalagi bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal. Akhirnya
gigi jadi goyang dan miring, terutama ke labial untuk gigi depan atas. Bila
perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, beban berlebih tadi akan menyebabkan
abrasi berlebih pula pada permukaan oklusal/insisal atau merusak restorasi yang
dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus seperti ini menjadi rumit dan perlu waktu
lama. Overerupsi gigi pada
keadaan tertentu dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi premature
atau interferensi oklusal. Pola kunyah jdi berubah, karena pasien berusaha
menghindari kontak premature ini. Walaupun bebanoklusal sekarang berkurang.
Perubahan pola ini mungkin saja menyebabkan disfungsi otot kunyah. (Aryanto,
1991:39)
Macam dari Gigi Tiruan
Didalam bidang kedokteran gigi istilah gigi tiruan atau dental prosthetis
meliputi :
I. Gigi tiruan sebagian lepasan atau partial denture
Pembagian gigi tiruan sebagian lepasan
1. Berdasarkan bahan yang dipakai :
a. Vulcanite denture, gigi tiruan yang dibuat dari vukanit
b. Acrylic denture, gigi tiruan yang dibuat dari akrilik
c. Frame denture, gigi tiruan yang dibuat dari logam
2. Berdasarkan lepasan :
a. Removable partil denture, gigi tiruan sebagian lepasan
b. Fixen denture/bridge, gigi tiruan jembatan
7
3. Berdasarkan saat pemasangan :
a. Convesional, gigi tiruan yang dipasang setelah gigi hilang
b. Immediate, gigi tiruan yang dipasang segera setelah gigi hilang atau dicabut
4. Berdasarkan jaringan pendukung :
a. Tooth borne, didukung oleh gigi
b. Mucosa/tissue borne, didukung oleh mukosa
c. Mucosa and tooth, didukung oleh gigi dan mukosa
5. Berdasarkan letak daerah tak bergigi :
a. Anterior tooth supported case
b. All tooth supported case
c. Free and supported case
6. Berdasarkan pemakaian wing bagian bukal/labial atau tidak :
a. Open face, gigi tiruan sebagian yang dibuat tanpa gusi tiruan labial, gigi tiruan
tersebut dibuat apabila :
a. Keadaan prosessus alveolaris masih baik
b. Biasanya pada gigi anterior
c. Pasien mempunyai lebar mulut terlalu lebar
b. Close face, gigi tiruan sebagian yang dibuat dengan gusi tiruan bagian labial, gigi
tiruan tersebut dibuat apabila :
a. Prosessus alveolaris telah mengalami absorbsi
b. Perbaikan profil
II. Gigi tiruan cekat atau fixed denture
Pembagian gigi tiruan cekat/pemanen
a. Mahkota jaket(crown), gigi tiruan untuk merestorasi struktur gigi yang rusak dengan
cara membungkusnya.
b. Mahkota jembatan(bridge), gigi tiruan untuk mengganti gigi yang hilang dengan
membungkus gigi tetangga.
c. Veneer non-direct, untuk merestorasi sebagian permukaan gigi yang rusak.
Bahan gigi tiruan permanen meliputi logam, emas, akrilik, dan porselen.
a. Logam dan emas
Gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam atau emas mempunyai kekuatan
yang sangat bagus bahkan dapat bertahan sampai bertahun-tahun, keuntungan yang
8
lain adalah logam dan emas tidak korosif dan tidak berkarat. Tetapi gigi tiruan dari
bahan logam dan emas tampilan warnanya sangat berbeda dengan gigi asli.
b. Akrilik
Bahan akrilik biasanya digunakan untuk pembuatan mahkota jaket sementara
(menunggu mahkota jaket permanen).Bahan akrilik biasanya dikombinasikan dengan
logam karena sifat bahan akrilik tidak kuat menahan beban kunyah.Kelebihan dari
bahan akrilik warnanya dapat disesuaikan dengan gigi asli, namun mudah berubah
warnanya.
c. Porselen
Bahan porselen adalah bahan yang paling popular saat ini.Kelebihannya
adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan permukaannya mengkilap.Bahan
porselen sulit dibedakan dengan gigi asli.Kekuatannya lebih tinggi daripada bahan
akrilik, tetapi tidak sekuat logam.Kekurangan dari bahan porselen bersifat
rapuhsehingga tidak dapat diasah dan tidak dapatdiletakkan pada permukaan kunyah
gigi belakang.( drg. Donna pratiwi, Sp. Prosto; 2007)
III. Gigi tiruan lengkap atau full denture
IV. Implant
Dampak dari pemakaian gigi tiruan:
Dari berbagai penelitian yang selama ini dilakukan, ternyata pemasangan
geligi tiruan semacam ini, bila dilakukan tidak hati-hati dan desain kurang sempurna dapat
pula mengakibatkan kerusakan jaringan-jaringan organ pengunyahan. Demikian merisaukan
hal ini, sehingga ada suatu pomeo yang berbunyi : “a partial denture is a device for losing
one theet slowly, painfully and expensively”. (Aryanto, 1991:41)
1. Peningkatan Akumulasi Plak
Banyak hasil penelitian yang mengungkapkan hubungan pemakaian
protesa sebagian dengan meningkatnya akumulasi plak dalam segi kualitas, tetapi
yang pasti dalam segi kuantitas.Akumulasi ini tidak hanya terjadi disekitar gigi-
gigi disekitar protesa, tetapi juga pada geligi antagonisnya, kecuali pada pasien
yang telah mengikuti intruksi pemeliharaan kebersihan mulut dengan betul.
Sudah dipahami bahwa penimbunan plak yang dibiarkan akan
menyebabkan inflamasi, yang pada tahap lanjut menyebabkan periodontitis
kronis. Dengan sendirinya perlekatan periodontal akan cepat rusak, timbul poket
dan akhirnya reasorbi tulang alveolar berlebih. (Aryanto, 1991:40)
9
2. Trauma Langsung
Mukosa mulut amat renatan terhadap traumalangsung yang diterimanya
dari komponen protesa. Bar lingual yang diletakkan terlalu dekat pada tepi
gingival, cengkraman kontinu yang kurang mendapat dukungan gigi, terbenamnya
protesa pada gusi, merupakan beberapa contohyang sering dijumpai. Demikian
pula, lengan cengkram yang terlalu menekan email gigi.Sehingga seolah-olah
sengaja dikikis.(Aryanto, 1991:40)
3. Penyaluran Gaya Kunyah
Gaya-gaya fungsional disalurkan oleh protesa ke jaringan yang berkontak
dan berada dibawahnya. Pada geligi tiruan dukungan gigi, hampir seluruh gaya ini
diteruskan ke tulang alveolar melalui ligament periodontal. Mengingat
karakteristik serat-serat ini, sebaiknya selalu diusahakan agar semua gaya bersifat
renggang (tensile) dan disebarkan seluas mungkin yang dapat menerimanya.
Masalahnya menjadi lebih sulit pada geligi tiruan dukungan jaringan atau
kombinasi, sebab dalam hal ini gaya-gaya lebih bersifat kompresif dan permukaan
yang dapat menahannya relatif kurang luas.(Aryanto, 1991:40)
4. Permukaan Oklusal
Pada geligi tiruan sebagian lepasan yang permukaan oklusalnya tidak
didisain dengan betul, gerak penutupan rahang mungkin terhalang oleh adanya
kontak oklusi premature. (Aryanto, 1991:41)
Hal ini dapat mengakibatkan:
1. Kerusakan pada gigi atau jaringan periodontalnya, bila kontak premature itu
mengenai gigi tadi atau jaringan periodontalnya.
2. Terjadinya peradangan mukosa dan resorbsi tulang di bawahnya, bila kontak
premature diterima oleh sadel protesa
3. Disfungsi otot kunyah dan wajah, bila pasien berusaha menghindari kontak,
dengan cara mengubah pola gerak kunyahnya.
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Anamnesis
Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan
ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medic/dental.Melalui
anamnesis, dokter harus berusaha mengetahui sebanyak mungkin data fisik maupun
psikologik pasien.Mengenai pola psikologik ini, dikenal beberapa macam klasifikasi, tetapi
yang banyak dipakai adalah yang dikemukakan M.M. House (1937).Ia membagi orang dalam
empat kelompok watak berikut ini.
Philosophical Mind
Sifat orang yang termasuk kelompok ini biasanya rasional, tenng dan seimbang.Ia
berkeyakinan penuh akan kemampuan dokter giginya. Prinsipnya adalah: “Buatkan untuk
saya, dan saya akan memakainya!”.Prognosis untuk penderita semacam ini naik dan hanya
membutuhkan sedikit saja perlakuan khusus.Untunglah bahwa sebagian besar pasien
termasuk dalam kelompok ini.
Exacting or Critical Mind
Hidup orang-orang dari kelompok ini serba teratur, terlalu hati-hati, ingin segala
sesuatu secara tepat dan kadang-kadang kesehatannya jelek. Untuk segi estetik dan fungsi
protesa yang akan dipakainya, golongan ini mengharap terlalu banyak. Mereka sukar
menerima pendapat atau nasihat, bahkan mungkin ingin turut mengatur perawatan; tidak
mustahil pula ia minta suatu jaminan tertulis!
Untuk kelompok ini prognosis bias baik bila tendensi ingin sempurna dan sikap
kritisnya sepadan dengan pengertian dan kecerdasannya. Bagi pasien semacam ini, dokter
gigi harus mampu menunjukkan bahwa ia memang punya kemampuan merawat dengan
cermat dan tepat. Orang-orang kritis ini amat peka terhadap hal-hal yang menurut
keyakinannya tidak baik, bahkan untuk hal-hal yang sepele sekalipun.
Hysterical Mind
Sikap dan tingkah laku kelompok pasien ini biasanya gugup, selain tidak
memperdulikan kesehatan mulutnya sendiri.Pada umumnya pengambilan keputusannya
11
relative meragukan.Selain tidak kooperatif, mereka juga sulit menerima alas an. Dalam hal
ini, sekali lagi pribadi dan kemmpuan dokter gigi dalam meyakinkan pasien yang dirawatnya
amat berperan.Untuk kasus-kasus seperti ini, sukses hanyalah sesuatu yang relative, karena si
penderita selalu cenderung mengeluh dan mencari-cari kesalahan orang yang merawatnya.
Indifferent Mind
Penderita yang masuk kelompok ini tidak perduli dengan penampilan dirinya dan
tidak merasakan pentingnya masalah mastikasi.Mereka tidak ulet dan biasanya tidak mau
merepotkan dirinya sendiri dalam membiasakan pemakaian protesa.Upaya dokter gigi yang
merawatnya juga kurang dihargainya.Dietnya biasanya buruk, mungkin peminum dan kalau
mau berobat, aering kali karena bujukan relasi atau kawannya.Prognosis perawatan biasanya
tidak menguntungkan, kecuali bila penerangan dan instruksi kepadanya berhasil.(A. Gunadi,
1991: 44)
Ditinjau dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis:
1. Auto anamnesis, cerita mengenai keadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien.
2. Allo anamnesis, keadaan dimana cerita mengenai panyakit ini tidak disampaikan oleh
pasien yang bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang lain. Keadaan seperti ini
dijumpai seperti pada pasien bisu, kesulitan bahasa, penderita yang mengalami
kecelakaan atau pada anak-anak kecil.
Dari segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal dua tipe:
1) Anamnesis pasif, pasien sendiri yang menceritakan keadaan kepada si pemeriksa.
2) Anamnesis aktif, penderita perlu dibantu dengan pertanyaan-pertanyaan dalam
menyampaikan ceritanya.
Pada saat anamnesis, biasanya ditanyakan hal-hal berikut:
a) Nama Penderita.Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seorang penderita dari
yang lainnya, disamping mengetahui asal suku atau rasnya. Hal terakhir ini penting,
karena ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan. Contohnya, orang
Eropa (ras Kaukasus) mempunyai profil yang lurus, sedangkan Asia (ras Mongoloid)
cembung.
b) Alamat.Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapat dihubungi segera bila terjadi
sesuatu yang tidak diharapkan, umpamnya kekliruan pemberian obat. Pemanggilan
12
kembali penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga dapat membantu
kita mengetahui latar belakang lingkungan hidup seorang pasien, sehingga dapat pula
diketahui status sosialnya.
c) Pekerjaan. Dengan mengetahui pekerjaan pasien, keadaan social ekonominya juga
dapat diketahui. Pada umumnya lebih tinggi kedudukan social seseorang, lebih besar
tuntutannya terhadap factor estetik.
d) Jenis Kelamin. Secara jelas sebenarnya tidak terdapat karakteristik konkrit yang
berlaku untuk pria dan wanita. Namun demikian hal-hal beikut ini sebaiknya
diperhatikan. Wanita pada umumnya cenderung lebih memperhatikan factor estetik
disbanding pria. Sebaliknya pria membutuhkan protesa yang lebih kuat, sebab mereka
menunjukkan kekuatan mastikasi yang lebih besar. Pria juga lebih mementingkan rasa
enak/nyaman, disamping factor fungsional geligi tiruan yang dipakainya.
Selanjutnya, bentuk gigi wanita relative lebih banyak lengkungan/bulatannya,
disbanding ria yang member kesan lebih kasar dan persegi. Pengelolaan perawatan
penderita wanita dalam masa menopause membutuhkan pertimbangan lebih
teliti.Pada periode ini, mulut biasanya terasa lebih kering dan ada rasa seperti
terbakar.
e) Usia. Pengaruh lanjutnya usia pada perawatan prostodontik harus selalu menjadi
bahan pertimbangan. Proses menua mempengaruhi toleransi jaringan, kesehatan
mulut, koordinasi otot, mengalirnya saliva, ukuran pulpa igi, serta panjang mahkota
klinis. Usia juga menentukan bentuk, warna, serta ukuran gigi seseorang.
Kemampuan adaptasi penderita usia muda terhadap geligi tiruan biasanya lebih tinggi
disbanding penderita usia lanjut. Pada penderita usia lebih dari empat puluh tahun,
adaptasi biasanya mulai berkurang dan akan menjadi sukar setelah usia enampuluhan.
f) Pencabutan Terakhir Gigi. Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir
perlu diketahui. Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal
sendiri mungkin ada sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu anatara pencabutan
terakhir dengan saat dimulainya pembuatan geligi tiruan akan mempengaruhi hasil
perawatan.
g) Pengalaman Memakai Geligi Tiruan. Seorang penderita yang pernah memakai geligi
tiruan sudah mempunyai pengalaman, sehingga adaptasinya terhadap geligi tiruan
baru akan lebih mudah dan cepat. Ia juga sudah mengalami prosedur pembuatannya.
Sebaliknya, penderita semacam ini juga sering membanding-bandingkan protesa
barunya dengan yang pernah dipakai sebelumnya.
13
Mereka yang belum pernah memakai geligi tiruan, biasanya membutuhkan masa
adatasi lebih panjang karena kesulitannya menyesuaikan diri.Kelompok ini belum
berpengalaman dalam prsedur pembuatan protesa; seperti pada waktu pencetakan,
penentuan gigitan, maupun pada saat awal pemakaian, yang sering kali menimbulkan
rasa sakit.Itulah sebabnya penerangan yang diberikan kepada penderita sebelum
pembuatan geligi tiruan dilaksanakan menjadi penting sekali.
h) Tujuan Pembuatan Geligi Tiruan. Penderita perlu ditanyai mengenai tujuan
pembuatan geligi tiruannya, apakah dia lebih mementingkan pemenuhan factor estetik
atau fungsional. Biasanya konstruksi disesuaikan dengan kebutuhan penderita.
i) Keterangan Lain. Penderita ditanyai apakah penderita mempunyai kebiasaan buruk
dsb. Kadang-kadang kebiasaan tersebut sulit ditentukan tanpa suatu pengamatan yang
intensif. (Lusiana K Burhan, 1991: 106)
3.2 Pemeriksaan Klinis
3.2.1 Pemeriksaan Status Umum
Riwayat penyakit umum yang pernah diderita sebaiknya ditanyakan dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang
berada dalam perawatan dokter umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang
diminum. Hal ini perlu dikatahui karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat
mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam perawatan dental, umpamnya diabetes mellitus,
penyakit kardiovaskular, tuberculosis, lues, depresi mental, kecanduan alcohol, dsb.
1. Diabetes Mellitus
Pada pendertita diabetes, suatu kombinasi infeksi dan penyakit pembuluh darah
menyebabkan berkembangnya komplikasi-komplikasi di dalam mulut, seperti jaringan
mukosa yang meradang, cepat berkembangnya penyakit periodontal yang sudah ada dengan
hilangnya tulang alveolar secara menyolok dan mudah terjadinya abses periapikal.Infeksi
monilial, berkurangnya saliva, bertambahnya pembentukan kalkulus, merupakan hal yang
khas dari penyakit diabetes yang tidak terkontrol.Manifestasi klinis ini terjadi bersama-sama
dengan gejala-gejala yang sering ditemukan seperti poliuria, haus, mengeringnya kulit, gatal-
gatal, cepat lapar, cepat lelah, serta berkurangnya berat badan.Hal pertama yang harus
dilakukan adalah mengontrol diabetesnya dan menyehatkan kembali jaringan mulut.
14
Dalam lingkungan mulut yang sudah sehat kembali, pembuatan protesa dapat
dilakukan dengan saran-saran tambahan sebagai berikut.Pertama, hindari tindakan
pembedahan yang besar selama hal itu mungkin dilakukan.Gunakan bahan cetak yang bisa
mengalir bebas dan buat desain rangka geligi tiruan yang terbuka dan mudah dibersihkan,
serta distribusikan beban fungsional pada semua bagian yang dapat memberikan
dukungan.Lalu, susunlah oklusi yang harmonis.Bila dibutuhkan, rangsanglah pengaliran air
liur dengan obat hisap yang bebas karbohidrat.Tekankan kepada pasien mengenai pentingnya
pemeliharaan kesehatan mulut. Akhirnya, tentukan kunjungan ulang penderita setiap enam
bulan sekali (bahkan kalau oerlu lebih sering dari itu) untuk mempertahankan kesehatan
mulut (Gunadi, dkk., 1991 : 110).
2. Penyakit Kardiovaskular
Hal ini perlu diperhatikan pada waktu pencabutan gigi.Hindari pemakaian
anastetikum yang mengandung vasokonstriktor seperti adrenalin; oleh karena bahan ini dapat
mempengaruhi tekanan darah.
3. Depresi Mental
Penderita depresi mental biasanya diberi pengobatan dengan obat yang mempunyai
efek samping mengeringnya mukosa mulut. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya
retensi geligi tiruan. Maka perawatan dalam bidang prostodontik sebaiknya ditunda dahulu
sampai perawatan terhadap depresi mentalnya dapat diatasi.
Seorang penderita yang frustasi biasanya menempatkan faktor estetik tidak secara
realistic.Ia mungkin datang dengan sebuah foto yang dibuat pada waktu ia masih muda/
remaja serta mengharapkan penampilan yang sesuai dengan foto tadi diterapkan pada protesa
yang akan dibuat.
4. Anemia
Penderita anemia biasanya menunjukkan resorpsi tulang alveolar yang cepat.Untuk
kasus ini sebaiknya gunakanlah elemen gigi tiruan yang tidak ada tonjol (cusp).
5. Alkoholisme
Sebagai pemakai geligi tiruan sebagian lepasan, pecandu alcohol biasanya
mengecewakan. Tanda-tanda penderita semacam ini antara lain napasnya berbau alcohol,
tremor, mata dan kulit pada bagian tengah wajah memerah, gugup, dan kurus.
15
Dalam upaya menutupi rasa rendah dirinya, penderita alkoholik menuntut pemenuhan faktor
estetik yang tinggi untuk protesa yang akan dibuat. Keyakinan dirinya serta kerja sama
dengan penderita ini dapat dikembangkan, bila hal tadi dapat kita penuhi. Sebaliknya, bila hal
ini gagal, bisa membawa akibat yang buruk.
Perawatan gigi untuk penderita alkoholik pada umumnya dihindari sampai
kebutuhan ini sudah begitu mendesak, supaya pembuatan protesa dapat berhasil untuk jangka
waktu cukup panjang.Di samping semua problem di atas, seorang penderita alkoholik
cenderung mengalami kecelakaan. Patah atau hilangnya geligi tiruan karena jatuh atau
kecelakaan kendaraan adalah suatu hal yang biasa terjadi
6. Riwayat alergi atau hipersensitivitas
7. Riwayat penyakit umum (sedang berada dalam perawatan dokter atau konsumsi
obat)
8. Arteriosclerosis
Secara klinis penyakit ini dapat terjadi dalam banyak cara (angina pectoris, infark
jantung, hipertensi, dan gagal jantung kongestive). Pada pasien dengan penyakit ini sering
berkurangnya keahlian motorik dan bisa terjadi kebingungan dan pikiran kosong sehingga
sukar untuk dirawat.Arterial hipertensi sering dirawat dengan obat anti hipertensi yang efek
sampinganya dapat mengurangi laju saliva.Pasien penyakit symptomatik arteriosclerotik
vascular, perawatan prostodontik tidak boleh tanpa adanya konsultasi terlebih dahulu dengan
dokter umum.
9. Endocarditis
Penyakit ini biasanya disebabkan oleh dua kondisi predisposisi:
1. suatu peningkatan kerusakan kardiak
2. penurunan daya immunocompeten
Pada pasien ini harus diberikan antibiotik profilaksis yang dikombinasikan dengan
intervensi yang dapat menimbulkan bakteremia sebagai suatu pencegahan (pengoptimalan
OH).
10. Respiratory Disorder
16
Sebagai contoh, asma atau bronchitis secara khusus memilki pernapasan yang
hiperaktive, sesak napas, dyspenea dan batuk. Pasien i ni harus selalu dirawat dengan posisi
duduk yang tegak pada dental chair. Hal ini penting bagi pasien agar terhindar dari
semprotan air dan partikel girborne seperti resin komposit saat penempatan gigi tiruan
penuh.
3.2.2 Pemeriksaan Status Lokal
1. Kepala
Cara pemeriksaan kepala dilakukan dengan meminta pasien duduk tegak, kemudian
dilihat dari arah belakang atas.Perhatikan bentuk kepala sampai batas Trichion. Dikenal
macam-macam bentuk kepala, yaitu Persegi (square), Lonjong (oval) dan Lancip (tapering).
2. Muka
Bentuk muka penderita dilihat dari arah samping (sagittal) merupakan indikasi
hubungan rahang atas dan bawah.Dikenal tiga macam profil muka, yaitu lurus (straight),
cembung (convex) dan cekung (concave). Bentuk profil ini perlu diketahui untuk
penyesuaian bentuk labial gigi depan dilihat arah proksimal.
Cara pemeriksaan profil wajah dilakukan sebagai berikut: ambillah tiga buah titik
pada wajah, masing-masing pada dahi (glabella), dasar hidung dan puncak dagu. Bila ketiga
titik ini berada pada satu garis lurus, maka profil disebut lurus. Bila titik-titik pada glabella
dan puncak dagu berada lebih ke depan daripada titik pada dasar hidung, profil menjadi
cekung. Profil cembung tetjadi dalam hal sebaliknya.
3. Mata
Pemeriksaan mata dilakukan pada saat penderita duduk tegak dengan mata
memandang lurus ke depan, lalu dilihat adanya keadaan simetri atau tidak. Selnjutnya, bila
bla mata penderita dapat mengikuti gerakan sebuah instrument yang kita gerakkan ke segala
arah, hal ini disebut movable in all direction.Bila hal ini tidak terlaksana, keadaan ini disebut
unmovable in all direction.
Guna mata dalam pemeriksaan untuk menentukan:
a) Garis inter pupil, untuk menentukan tinggi gigit secara Sorenson dan kesejajaran
galengan gigit rahang ataas bagian anterior.
b) Bidang horizontal frrankfrut (FHP), melalui titik-titik infra-orbita dan tragus. Bidang
ini untuk proses pencetakan rahang drngan bahan cetak yang cair.
c) Garis tragus-canthus, yang menjadi panduan letak kondil rahang yang terletak lebih
kurang setengah inchi didepan tragus pada garis ini.
17
d) Garis tengah wajah penderita
4. Hidung
Cara : kaca mulut nomer 3 diletakkan didepan hidung pasien,jika kaca buram,berarti
pasien bernafas menggunakan hidung.
5. Telinga
Cara : pasien didudukkan tegak,lalu operator melihat simetri atau tidak telinganya.
6. Bibir
Manfaat : untuk menentukan panjang atau tinggi galengan gigit RA dan unruk menentukan ukuran atau lebar gigi depan atas.
Cara : pasien didudukkan tegak,lalu operator melihat tebal atau tipis kah bibir pasien
7. Kelenjar getah bening
Yang diperiksa adalah kelenjar submandibularis dan kelenjar submaksilaris.
Cara : pasien duduk dengan posisi kepala agak menunduk dan kedua jari-jari dari kedua tangan meraba bagian leher atas.
a. Normal : kelenjar hamper tidak terabab. Peradangan : bangkak dan sakitc. Peradangan akut : perabaan lunak dan sakitd. Peradangan kronis dan terdapat neoplasma : perabaan keras dan tidak sakite. Peradangan kronis dengan ekserbasi akut : perabaan keras dan sakit
8. Sendi rahang / TMJ
Untuk mengetahui adanya pergerakan seperti clicking ataupun crepitasi.Kelainan pada sendi rahang sering terjadi karena tidak sesuainya dimensi vertical, interfensi oklusal, disfungsi karena perubahan neuromuscular otot-otot yang terkait, atau perubahan-perubahan artririk dalam sendi sendiri.
3.2.3 Dalam Mulut (intra Oral)a) Keadaan Umum
Kebersihan Mulut (Oral Hygiene)Pemeriksaan meliputi adanya kalkulus, debris, plak, stai, dan halitosis.Kebersihan
mulut yang buruk menyebabkan timbulnya berbagai penyakit periodontal, karena itu perawatan periodontal sebaiknya mendahului perawatan prostodontik.Berdasarkan adanya kalkulus, halitosis dsb tadi, oral hygiene ditetapkan sebagai baik, sedang dan buruk.
Mukosa Mulut Adanya kelainan, iritasi atau keadaan patologik pada jaringan mukosa mulut
sebaiknya diperiksa dengan seksama. Frekuensi Karies
18
Setiap gigi yang masih ada, diteliti keadaannya. Tinggi rendahnya frekuensi karies mempengaruhi pemilihan desain geligi tiruan yang akan dibuat.
b) Oklusi
Hubungan gigi-gigi 6 dan 3 adalah mesioklusi, neutroklusi dan distoklusi.Hubungan gigi 6 atas dan bawah yang normal (neutroklusi) dicapai bila tonjol mesiobukal gigi 6 atas terletak pada groove bukal gigi 6 bawah.Hubungan gigi 3 atas dan bawah yang normal (neutroklusi) dicapai bila tonjol gigi 3 atas terletak diantara dan berkontak dengan lereng distal dari tonjol gigi 3 bawah dan lereng mesial dari tonjol bukal gigi 4 bawah.
Hubungan gigi-gigi depan dapat berupa:
Dalam arah horizontal: normal, edge to edge atau cross bite Dalam arah vertical: open bite, deep bite atau step bite
c) Artikulasi
Diperiksa untuk mengetahui adanya hambatan. Saranya dengan meminta pasien untuk oklusi, kemudian rahang diartikulasikan ke kiri dan kanan, serta ke depan dan belakang. Jika ada gigi yang tidak kontak, berarti ada gigi yang mengalami hambatan.
d) Vestibulum
Dalam atau dangkalnya vestibulum mempengaruhi retensi dan stabilisasi geligi
tiruan.Pemeriksaan vestibulum dilakukan dengan kaca mulut nomor tiga dan disebut dalam
bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya.Vestibulum sedang dijumpai bila kaca mulut
terbenam setengahnya dan menjadi dangkal bila bagian kaca yang terbenam kurang dari
setengahnya.Pemeriksaan dilakukan pada regio posterior dan anterior, terutama pada bagian
yang tak bergigi.Pengukuran dimulai dari dasar fornix sampai puncak ridge, sedangkan pada
daerah yang masih ada giginya, dasar fornix sampai ke tepi gingival.
e) Tuber Maksilaris
Tuber mempunyai perananpenting dalam memberikan retensi kepada suatu geligi
tiruan. Dengan sebuah kaca mulut nomer 3, yang diletakkan tegak lurus pada bagian
vestibulum, diamati :
- Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, hal ini dikatakan memiliki tuber
yang dalam.
- Bila kaca mulut yang terbenam hanya setengahnya maka dikatakan kedalaman tuber
sedang.
- Tuber dapat dikatakan rendah bila kaca mulut terbenam kurang dari setengahnya.
19
Tuber maksilaris kadang- kadang sedemikian besarnya sehingga merupakan gerong
yang sama sekali tidak menguntungkan. Bila kecil gangguan ini dapat diatasi dengan
mengubah- ubah arah pemasangan protesa atau dengan pembuatan rilif. Sebaliknya, pada
tuber yang besar dan bilateral biasanya suatu koreksi dengan tindakan bedah menjadi pilihan.
Kadang- kadang tindakan bedah ini cukup dilakukan hanya pada satu sisi saja.
f) Exostosis
Merupakan tonjolan tulang yang tajam pada prosesus alveolaris dan menyebabkan
rasa sakit pada pemakaian protesa.Pada tonjolan yang tajam dan besar, sehingga rilif tidak
dapat mengatasinya, maka perlu tindakan bedah.
g) Bentuk palatum
Bentuk palatum keras dibagi menjadi bentuk Quadaratic, Ovoid, dan
Taperring.Bentuk palatum seperti “U”/ kuadratik adalah yang paling menguntungkan.Bentuk
ini memberikan stabilitas dalam jurusan vertical maupun horizontal, sebaliknya bentuk
tapering atau ‘V’ memberikan retensi yang kurang baik.
B
A = Palatum Kuadratik, paling menguntungkan stabilitas
B = Palatum Ovoid
C = Palatum Tapering, memberikan stabilitas paling buruk
h) Frenulum
Pemeriksaan frenulum meliputi tinggi rendahnya perlekatan masing-masing.Frenulum
lingualis pada rahang bawah dan frenulum labialis pada rahang atas atau bawah merupakan
struktur yang perlekatannya sering kali dekat dengan puncak residual ridge.Perlekatan
20
semacam ini akan mengganggu penutup tepi ( seal ) dan stabilitas geligi tiruan. Letak
perlekatan frenulum dapat digolongkan sebagai berikut :
Tinggi :bila perlekatan hampir sampai ke puncak residual ridge
Sedang:bila perlekatan kira-kira ditengah antara puncak ridge dan fornix
Rendah:bila perlekatannya dekat dengan fornix.
i) Torus Palatinus dan Mandibula
Tonjolan ini merupakan kelainan konginetal dengan permukaan licin dan tidak begitu
sakit seperti pada exostosis. Torus terletak pada tempat-tempat tertentu dan terletak secara
simetris, seperti pada garis tengah palatum sehingga disebut torus palatinus. Kelainan ini
juga dapat dijumpai pada region lingual premolar bawah dan disebut torus mandibularis.
Penonjolan tulang seperti ini merupakan hambatan utama bagi kenyamanan
pemakaian geligi tiruan, karena mukosa yang terdapat di atas torus pada umumnya tipis dan
mudah kena trauma. Pada rahang atas, daerah torus biasanya dirilif atau bila hal ini tidak
mungkin dilakukan, bagian ini di bebaskan dari penutupan plat protesa. Sedangkan
torusmandibularis biasanya bilateral, pada permukaan lingual dari rahang bawah di daerah
bicuspid/ premolar dan molar.Rilif pada palatum bertujuan sebagai stabilisasi (pertahanan
kedudukan dari arah horizontal).Rilif dapat dibagi menjadi dua yaitu rilief of pain
(menghindari rasa sakit) dan rilief of chumber (sebagai stabilisasi).
j) Tuber Maksilaris
Tuber mempunyai perananpenting dalam memberikan retensi kepada suatu geligi
tiruan. Dengan sebuah kaca mulut nomor 3, yang diletakkan tegak lurus pada bagian
vestibulum, diamati :
- Bila kaca mulut terbenam lebih dari setengahnya, hal ini dikatakan memiliki tuber
yang dalam.
- Bila kaca mulut yang terbenam hanya setengahnya maka dikatakan kedalaman tuber
sedang.
- Tuber dapat dikatakan rendah bila kaca mulut terbenam kurang dari setengahnya.
Tuber maksilaris kadang- kadang sedemikian besarnya sehingga merupakan gerong
yang sama sekali tidak menguntungkan. Bila kecil gangguan ini dapat diatasi dengan
21
mengubah- ubah arah pemasangan protesa atau dengan pembuatan rilif. Sebaliknya, pada
tuber yang besar dan bilateral biasanya suatu koreksi dengan tindakan bedah menjadi pilihan.
Kadang- kadang tindakan bedah ini cukup dilakukan hanya pada satu sisi saja.
k) Retromylohyoid
Daerah ini penting untuk retensi geligi tiruan.Pemeriksaannya dilakukan pada daerah
lingual di belakang gigi-gigi molar 2 dan 3 rahang bawah dengan kaca mulut nomor 3.Kaca
mulut yang terbenam lebih dari setengahnya menunjukkan daerah retro yang dalam;
sebaliknya pada retro yang dangkal, dimana kaca mulut terbenam kurang dari
setengahnya.Bila kaca mulut terbenam kira-kira setengahnya, maka retronya sedang.
l) Lidah
Pemeriksaan lidah meliputi ukuran dan aktivitasnya.Ukuran lidah bisa normal,
mikroglosia atau makroglosia.Ada lidah yang pasif dan ada juga yang luar biasa aktif.
Lidah normal cukup besar tetapi tidak berlebihan mengisi dasar mulut, dengan
ujungnya yang berada sedikit dibawah tepi insisal gigi-gigi anterior bawah. Tepi
lateral lidah normal biasanya berkontak dengan permukaan gigi-gigi posterior. Besar
dan posisi lidah seperti ini paling menguntungkan untuk penutupan tepi protesa.
Makroglossia: menutupi dasar mulut dan juga prosesus alveolar yang telah
ditinggalkan geligi. Pada rahang bawah yang masih bergigi \, makroglossia mudah
dikenal karena adanya indentesi gigi pada permukaan lateral lidah. Pencetakkan sukar
dilakukan pada penderita dengan tipe lidah seperti ini. Stabilisasi protesa sulit pula
dicapai, karena lidah yang besar akan cenderung menggerakkan geligi tiruan pada
setiap gerakannya.
Mikroglossia lidah yang kecil juga tidak memberikan penutup tepi yang memadai
untuk protesa rahang bawah. Aktivitas lidah diperiksa dengan cara menyentuh sebuah
alat ke salah satu bagiannya. Pada lidah yang aktif, sentuhan ringan saja sudah akan
menyebabkan gerakan yang aktif. Aktifitas lidah biasanya mempengaruhi retensi
geligi tiruan.
m) Kedudukan Prosesus Alveolaris
Kedudukan prosesus alveolaris rahang atas dan bawah dilihat dalam jurusan sagital
dan transversal (Haryanto, A.G., dkk.1991.).
22
Dalam jurusan sagital adalah apabila sudut antara garis inter alveolaris dengan bidang
horizontal:
- 800 – 900 : hubungan normal
- Kurang dari 800 : hubungan Klas II
- Lebih dari 900 : hubungan Klas III
(Haryanto, A.G., dkk. 1991.).
Dalam jurusan transversal; klasifikasinya sama seperti untuk jurusan sagital, tetapi
pengukuran dilakukan pada region Molar dan rahang pasien berada dalam keadaan posisi
istirahat (rest position). (Haryanto, A.G., dkk. 1991.).
n) Selaput lendir mulut
Pengamatan ditunjukkan pada selaput lendir diatas prosesus alveolaris.Selaput lendir
mulut atau mukosa ini memberikan dukungan bagi geligi tiruan dan bertindak sebagai
bantalan antara geligi tiruan dan tulang.
Yang diperiksa disini adalah bergerak atau tidaknya bagian ini terhadap jaringan
dibawahnya. Bila selaput ini bergerak, maka protesa tidak akan stabil dan
menyebabkan rasa sakit, selain kesulitan pada waktu mencetak. Mukosa kendur yang
meliputi permukaan yang luas, biasanya perlu suatu tindakan pembedahan.
23
24
3.3 Rencana Perawatan
Perencanaan perawatan merupakan tahap yang tidakbisa dilepaskan dari proses
diagnostik. Sebelum menentukan langkah perawatan prostodontik, sebaiknya semua aspek
ditinjau dan dipertimbangkan.
Preparasi Mulut
Ada dua tahapan preparasi mulut:
Pertama, dalam proses ini biasanya langkah-langkah pendahuluan, seperti tindakan
bedah, perawatan periodontal, konservatif termasuk endodontic, bahkan ortodontik perlu
dilaksanakan untuk mempersiapkan mulut pasien menerima geligi tiruan yang akan
dipakainya. Tahapan pertama ini ditunjukkan untuk menciptakan lingkungan mulut yang
sehat.
Kedua, mulut pasien perlu dipersiapkan untuk pemasangan geligi tiruan yang akan
dibuat. Dalam tahapan ini dilakukan proses pengubahan kontur gigi untuk mengurangi
hambatan, mencari bidang bombing, membuat sandaran oklusal dan bila perlu menciptakan
daerah-daerah untuk retensi mekanis. Permukaan jaringan yang akan dipreparasi ditandai
25
pada model diagnostic. Model diapakai sebagai peta atau petunjuk untuk melaksanakan
perubahan-perubahan.
Tindakan bedah pra prostetik
Persiapan tindakan bedah, seperti pencabutan gigi, pembedahan gigi impaksi, tulang
atau jaringan sebaiknya dilakuka secepat mungkin. Prosedur bedah harus diselesaikan jauh
sebelum pembuatan protesa dilakukan,agar penyembuhan optimal dapat tercapai. Semakin
lama jarak antara pembedahan dan prosedur pencetakan, penyembuhan luka semakin mantap,
sehingga jaringan pendukung protesa jadi semakin stabil pula.
Setiap gigi yang masih ada sebaiknya dievaluasi secara cermat dan diteliti apakah
mungkin dipakai sebagai gigi penahan.Sedapat mungkin gigi tetap dipertahankan dupaya
tulang alveolar dapat lebih bertahan lama. Gigi yang rusak tinggal sisa akar atau impaksi
dicabut jauh sebelum geligi tiruan dibuat, kecuali bila tindakan bedah menimbulkan keadaan
patologik lain yang ditemukan pada foto Rontgen harus diperiksa, didiagnosa dan dirawat.
Perawatan Konservatif
Dalam bidang ini, kiranya dokter gigi tidak terpaku dengan pembuatan inlay saja i-
untuk memperbaiki gigi pendukung yang sudah karies.Tumpatan amalgam pun dapat
diterima, sepanjang tumpatan ini dipersiapkan sesuai prinsip-prinsip dasar yang berlaku.
Untuk perawatan jangka panjang, perawatan endodontic biasanya harus diperkuat
dengan pasak tuang atau dikembalikan fungsinya dengan mahkota tiruan atau modifikasi
untuk perawatan overdenture.
Perawatan konservatif atau restorative dengan demikian tidak terbatas hanya kepada
perawatan karies saja, tetappi juga harus:
1. Memberikan kekuatan yang cukup serta cukup tebal untuk preparasi sandaran oklusal
2. Mengurangi ruangan interproksimal yang berlebihan
3. Memberikan ruang oklusal yang cukup luas
4. Membentuk daerah gerong untuk retensi, bila daerah ini memang tidak ada
5. Mendukung terpenuhinya factor estetik
6. Memberikan kontur gigi yang sesuai
Perawatan Ortodontik
26
Gigi yang sudah lama dicabut biasanya meninggalkan ruang kosong yang makin lama
makin sempit karena terjadinya migrasi gigi tetangga. Hal seperti ini menyebabkan gigi
menjadi malposisi, sehingga kurang menguntungkan bila akan dipakai sebagai gigi penahan
protesa. Memaksakan gigi miring menahan beban juga akan menyebabkan kerusakan
jaringan periodontal. Jalan keluar bagi kasus seperti ini sebaiknya dengan melakukan sedikit
pergeseran gigi, sehingga gigi akan kembali ke posisi yang diharapkan.
Perawatan Periodontik
Pembersihan karang gigi, pernaikan tepi restorasi yang berlebihan atau sudah rusak
sangat bermanfaat untuk mengontrol plak. Sebagai tambahan bagi proses fisioterapi mulut,
seperti scalling, root palnning, kuretase dna pengasahan selektif, dapat pula dilakukan
tindakan bedah periodontal untuk meningkatkan kesehatan jaringan lunak mulut sebagai
pendukung geligi tiruan. Prosedur ini meliputi gingivektomi, bedah mukogingival,
augmentasi, grafting, bahkan bedah tulang.
Gigi yang sudah goyang perlu mendapatkan perhatian, karena dapat menimbulkan
masalah.Disharmoni oklusal, peradangan jaringan periodontium atau kombinasi keduanya
mungkin merupakan penyebabnya. Control dari factor-faktor loakal atau adanya kontak
premature biasanya dpat membantu mengatasi masalah ini. Bila dianggap perlu, splinting
geligi goyang ini dapt dipertimbangkan.
PEMBAHASAN SKENARIO
DIAGNOSIS
Diagnosis kasus prostodonsi pada scenario:
Partial edentulous ridge pada gigi:
- 11, 14 15, 16, 17, 1
- 21, 26, 27
- 31, 33, 34, 35, 36, 38
Pulpitis reversible:
- 23
Pulpitis irreversible dan sisa akar
- 24
Gingivitis Marginalis Kronis/Periodontitis
- 12 dan 13
- 22, 25 dan 28
27
- 32 dan 37
- 42, 43, 44, 45, 46, 47 dan 48
Gigi goyang 03 dan resesi gingiva:
- 12 dan 13
- 32 dan 37
- 42 dan 48
RENCANA PERAWATAN
1. Bedah Mulut
a. Sisa Akar
Ekstraksi (pencabutan gigi)
2. Bidang Konservatif
a. Pulpitis Reversibel
Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung untuk
perawatan pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium untuk merangsang
pembentukan dentin reparative.
Menghilangkan etiologinya
b. Pulpitis Irreversibel
Pulpektomi adalah pembuangan pulpa vital di bagian mahkota gigi agar vitalitas
pulpa dibagian akar tetap terpelihara.
c. Nekrosis Pulpa
Endo Intrakanal
3. Bidang Periodontologi
a. Gingivitis
Scalling dan root planning dilakukan untuk membersihakan sementum nekrosis
dan kalkulus di permukaan akar serta menghaluskan permukaan akar.
b. Periodontitis
Scalling dan root planning dilakukan untuk membersihakan sementum nekrosis
dan kalkulus di permukaan akar serta menghaluskan permukaan akar.
Kuretase dilakukan untuk membersihkan permukaan dalam dinding jaringan lunak
poket yang tujuannya untuk mengembalikan perlekatannya.
4. Prostodontik
GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan)
28
HAL HAL PENTING UNTUK MENCAPAI KEMANTAPAN GELIGI TIRUAN
1. Bentuk Lengkung Rahang
Kegunaan bentuk lengkung rahang menyangkut kemantapan dan kekokohan geligi
tiruan.Bentuk persegi dan lonjong lebih mantap dibandingkan dengn bentuk lancip.
Bntuk lengkung rahang ada 3 macam yaitu
a. bentuk persegi (square)
b. bentuk lancip (tapering)
c. bentuk lonjong (ovoid)
2. Besar Lengkung Rahang
Dapat dicatat besar/sedang/kecil. Makin besar lengkung rahang makin baik karena
geligi tiruan akan makin mantap. Besar lengkung rahang atas dan rahang bawah dapat
bervariasi, biasanya hamper sama sehingga geligi tiruan mantap. Besar lengkung rahang yang
tak sama, rahang bawah lebih besar dari rahang atas atau sebalikny, akan menjadi masalah
dalam penyusunan gigi. Cara mengatasinya ialah dengan menyusun gigi sedemikian rupa
sehingga dicapai geligi tiruan yang mantap.Biasanya gigi disusun dengan gigitan silang atau
menggunakan gigi buatan yang tidak bertonjol.
3. Bentuk Linggir
Dapat dicatat tinggi/sedang/ atau cukup/rendah/datar.Keadaan ini tergantung dengan
tulang dan ada tidaknya resorpsi.Makin tinggi linggir makin kokoh dan mantap geligi tiruan
yang kita buat. Namun ketinggian linggir akan mempengaruhi besar ruang antar rahang,
terutama daerah tuber maksilaris yang kadang kadang sampai kena pada linggir bawah.
Bentuk linggir ada tiga macam yaitu
- Bentuk “U” bila permukaan labial/ bukal sejajar permukaan lingual/palatal. Bentuk
ini paling menguntungkan dibandingkan dengan bentuk lainnya.makin lebar puncak
linggir makin dapat menahan daya kunyah.
- Bentuk “V” berpuncak sempit, kadang-kadang tajam seper pisau. Bentuk ini kurang
menguntungkan dibandingkan bentu “U” karena tajam seperti pisau. Geligi tiruan
yang dipasang akan menimbulkan rasa sakit karena mukoperiosteum sekitar linggir
29
akan terasa terjepit. Untuk mengatasinya dapat kita lakukan peredaan pada bagian
anatomi landasan di daerah sekitar sendi.
- Bentuk “jamur” bentuknya membesar atau melebar di puncaknya. Bentuk jamur,
berleher dan menimbulkan gerong. Bentu ini mempunyai keuntungan yang sama
seperti bentuk “U” tetapi adanya gerong akan menyulitkan dan menimbulkan rasa
sakit pada saat geligi tiruan dipakai atau dilepas
4. Kesejajaran Linggir Rahang Atas dan Rahang Bawah
Dapat dicatat sejajar/konvergen/divergen
Jaraknya kira kira antara 10-15 mm
Bila jarak kesejajaran linggir
> 15 mm atau 10 mm akan menimbulkan masalah saat menyusun gigi
<10 mm tidak dapat menggunakan gigi porselen, pilihlah gigi akrilik
BAB IV
PENUTUP
30
KESIMPULAN
1) Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan, berdasarkan
ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medic/dental.
Anamnesis meliputi: Nama Penderita, alama, pekerjaan, jenis kelamin, usia,
Pencabutan Terakhir Gigi, Pengalaman Memakai Geligi Tiruan dan Tujuan
Pembuatan Geligi Tiruan.
2) Pemeriksaan klinis pasien meliputi: pemeriksaan status umum dan status local pasien
(anatomi landmark rongga mulut).
3) Rencana perawatan pada paien prostodonsia dimulai dari perawatan yang
membutuhkan proses penyembuhan yang cukup lama yaitu dimulai dari tindakan
bedah pra prostetik, perawatan konservatif, perawatan ortodontik, perawatan
periodonsia kamudian perawatan prostodonsia.
DAFTAR PUSTAKA
31
Aryanto, Gunadi H., dkk. 1993. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Jakarta: Hipokrates
Aryanto,Gunadi H., dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid II.
Jakarta: Hipokrates
Harshanur, Itjingningsih Wangudjaja. 1996. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. Jakarta: EGC
32