Pendekatan Diagnosis Dan Managemen Nyeri Abdomen Akut
description
Transcript of Pendekatan Diagnosis Dan Managemen Nyeri Abdomen Akut
Pendpro’s Medicine Updates
Pendekatan Diagnosis dan Managemen Nyeri Abdomen Akut
Nyeri abdomen merupakan salah satu masalah yang sering ditemui, baik oleh dokter
umum maupun dokter spesialis. Secara umum, nyeri abdomen dikategorikan berdasarkan
onsetnya, akut atau kronik. Onset mendadak yang bertahan selama kurang dari 24 jam
dianggap sebagai nyeri abdomen akut. Nyeri abdomen akut digambarkan sebagai nyeri sangat
hebat (memiliki skor maksimal ketika digambarkan dengan VAS-visual analog scoring
system) yang timbul di area abdomen dan membutuhkan perawatan segera.
Anatomi dan Fisiologi
Secara umum, nyeri abdomen dibagi menjadi nyeri visceral dan parietal. Nyeri
visceral ditransmisikan oleh serabut saraf C yang terdapat pada otot, periosteum,
mesenterium, peritoneum dan viscera. Nyeri visceral diinterpretasikan sebagai nyeri tumpul,
hipertonik otot, sensasi terbakar, dan tidak terlokalisasi dengan baik. Nyeri visceral biasanya
terasa di epigastrium, periumbilical atau hypogastrium. Ini karena organ visceral abdomen
mentransmisi stimulus sensor afferen ke kedua sisi medulla spinalis. Nyeri visceral sulit
terlokalisasi karena sedikitnya jumlah ujung saraf pada organ visceral dibandingkan pada
organ lain seperti kulit, juga karena stimulus saraf viscera bersifat multisegmental.
Nyeri parietal disampaikan oleh serabut A-δ yang terdapat di kulit dan otot. Nyeri
terasa tajam, mendadak, terlokalisasi dengan baik dan seringkali bertambah buruk dengan
adanya gerakan dan getaran.
Istilah nyeri alih (reffered pain) digambarkan sebagai nyeri yang terasa jauh dari
organ terlibat. Nyeri timbul ketika terdapat penyatuan neuron afferent visceral dengan neuron
afferent parietal dari regio anatomi yang berbeda pada second-order neurons di medulla
spinalis dan pada segmen spinal yang sama.
Figure 2 mengilustrasikan bagaimana proses inflamasi diafragma yang disebabkan
oleh ruptur limpa atau subphrenic hematoma dapat dirasakan sebagai nyeri bahu (Kehr sign).
Sedangkan Table 1 menunjukkan tempat nyeri alih (referred pain) yang sering dilaporkan.
Etiologi
Nyeri abdomen akut dapat disebabkan oleh berbagai etiologi seperti ditunjukkan pada
Tabel 2. Terkadang etiologi nyeri abdomen dapat diprediksi berdasarkan lokasi dan tipe
nyeri, seperti yang ditunjukkan pada Figure 3 dan Figure 4.
Perlu diperhatikan pula bila terdapat keluhan lain seperti mual, muntah, anoreksia,
kembung, tinja cair dan konstipasi. Nyeri abdomen akut yang disertai anoreksia terjadi pada
appendisitis akut dan cholecystitis akut. Muntah progresif dan terus menerus dengan nyeri
abdomen hebat dapat dipertimbangkan sebagai obstruksi usus. Keluhan lain seperti obstipasi
yang dihubungkan dengan tidak adanya flatus dan disertai distensi abdomen, meningkatkan
kemungkinan ileus atau obstruksi usus. Sedangkan nyeri abdomen dengan konstipasi tetapi
tanpa disertai distensi abdomen, yang mana sering ditemui pada pasien yang lebih tua,
diperkirakan terjadi diverculitis. Jika nyeri abdomen disertai tinja cair dan berdarah terdapat
kemungkinan terjadi inflammatory bowel disease.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dimulai dengan menilai keadaan umum pasien dan status ABC
(Airway, Breathing, Circulation). Observasi kemampuan komunikasi pasien, pola nafas,
posisi di tempat tidur, dan ekspresi wajah. Pasien obesitas perlu ditanyakan tentang
pembesaran abdomen yang tidak biasa. Auskultasi bising usus perlu dilakukan sebelum
palpasi dan perkusi.
Beberapa tanda karakteristik yang sering digunakan untuk membantu memperkirakan
penyebab nyeri abdomen, antara lain:
a. Murphy’s sign, yaitu ketegangan otot kuadran atas kanan ketika pasien di palpasi
dalam keadaan inspirasi dalam. Ini merupakan tanda sensitif namun tidak spesifik
untuk akut cholecystitis
b. Ketegangan otot saat palpasi di McBurney’s point cukup sensitif untuk indikasi
akut appendisitis
c. Corvoiser sign (kandung empedu teraba) pada pasien jaundice cukup sensitif
untuk mencurigai kemungkinan tumor periampula pankreas
d. Cullen’s sign, yaitu periumbilical ecchymiosis berguna untuk indikasi
hemoperitoneum
e. Chest board phenomenon pada daerah endemik tuberculosis seperti Indonesia
memberi kesan peritonitis tuberculosis.
Tes Laboratorium
Pada pasien nyeri abdomen akut sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah lengkap
(termasuk hitung jenis leukosit), elektrolit serum, ureum, kreatinin, glukosa darah dan
urinalisis. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua wanita usia reproduktif dengan
nyeri abdomen. Tes fungsi hepar dan amilase serum sebaiknya dilakukan pada pasien nyeri
abdomen kuadran kanan atas, dengan atau tanpa jaundice.
Radiografi polos abdomen tiga posisi untuk menentukan adanya tanda perforasi, ileus,
dan obstruksi usus. Radiografi polos abdomen berguna untuk mengevaluasi kalsifikasi
pankreas, fraktur vertebra, dan batu radiolusent pada ginjal. Tes rutin lain yaitu USG
abdomen dapat memperlihatkan gangguan sisitem hepatobilier, traktus urinarius, traktus
gynekologis dan appendisitis akut.
Ringkasan pendekatan diagnosis dan tes diagnostik yang perlu dilakukan dengan
pasien nyeri abdomen diperlihatkan pada Figure 5.
Pentalaksanaan
Beberapa penelitian melaporkan penatalaksanaan dini dengan pemberian analgesik
dapat menghilangkan nyeri dan tidak mengaburkan diagnosis. Analgesik yang sering
digunakan yaitu opioid. Antibiotik yang tepat sebaiknya diberikan sesuai dengan indikasi,
seperti peritonitis. Antibiotik spektrum luas dapat diberikan ketika menetapkan diagnosis
kerja nyeri abdomen tanpa menunggu hasil tes kultur.
Secara umum, managemen pasien nyeri abdomen akut perlu ditentukan apakah kasus
tersebut merupakan kasus bedah yang memerlukan terapi bedah. Apalagi bila pembedahan
tidak dapat segera dilakukan, perlu diputuskan kapan pembedahan akan dilakukan.