managemen kelas

38
Tugas Strategi Belajar Mengajar Fisika “Managemen Kelas” (disusun guna memenuhi tugas mata kuliah strategi belajar mengajar fisika dengan dosen pengampu Prof. Dr. Sutarto, M.Pd ) Disusun Oleh : - Yenita Endriska (130210102044) - Zakaria Sandy Pamungkas (130210102071) - Rhika Adhika Setyanto (130210102101) Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan

Transcript of managemen kelas

Page 1: managemen kelas

Tugas Strategi Belajar Mengajar Fisika

“Managemen Kelas”

(disusun guna memenuhi tugas mata kuliah strategi belajar mengajar fisika dengan dosen

pengampu Prof. Dr. Sutarto, M.Pd )

Disusun Oleh :

- Yenita Endriska (130210102044)

- Zakaria Sandy Pamungkas (130210102071)

- Rhika Adhika Setyanto (130210102101)

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan

Universitas Jember

2014

Page 2: managemen kelas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sekolah adalah untuk anak didik. Tugas utama pendidik (guru) adalah mengusahakan

agar setiap anak didik dapat belajar dengan efektif; baik secara individual ataupun secara

kelompok. Artinya, mereka patut merasa betah atau merasa senang belajar di sekolah dan

mereka dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun banyak tempat untuk anak

melakukan kegiatan belajar, sesungguhnya filosofi kehadiran sekolah sepatutnya dipandang

sebagai tempat terbaik bagi terjadinya proses belajar dan bagi pencapaian prestasi belajar

yang tinggi itu.

Kelas merupakan segmen sosial dari kehidupan sekolah secara keseluruhan. Gairah

proses belajar dan semangat pencapaian prestasi belajar yang tinggi, amat tergantung pada

pembiasaan sehari-hari atas kehidupan yang terjadi di antara guru dan para anak didiknya di

dalam kelas. Karena itu manajemen atau pengelolaan atas kelas merupakan hal

utama dalam menunjang terciptanya proses belajar yang menyenangkan dan pencapaian

prestasi belajar yang tinggi itu.

Kondisi dan kehidupan kelas kita di tingkat pendidikan dasar, khususnya pada

Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah masih memprihatinkan. Penampilan fisik

kelas yang anak-anak tinggali setiap harinya nampak kurang kondusif atas penciptaan

kondisi belajar yang diinginkan. Meja, kursi atau bangku yang mereka duduki kurang

sesuai dengan kebutuhan belajar mereka. Kebiasaan bersih, indah dan tertib dalam

membuang sampah belum terciptakan dari dalam kelas secara kuat. Kelas-kelas kita di

antaranya masih belum asri, bahkan semrawut dan kotor. Sentuhan tangan untuk penataan

kelas dari orang- orang yang berkepentingan atas pendidikan anak amat terbatas.

Guru-gurupun untuk sebagian di antaranya bekerja dengan caranya yang typical (asal

melaksanakan tugas rutin) tanpa mempedulikan apakah kelasnya itu menyenangkan bagi

anak atau tidak. Konsep-konsep yang mendasari terwujudnya interaksi di dalam kelas

terasa masih miskin. Manipulative learning materials belum menjadi kepedulian guru

dalam mengusahakan linkungan belajar yang lebih menyenangkan. Pengetahuan

psikologis kontemporer guru- guru belum terlihat dalam hubungan implementasi kurikulum

dan penciptaan lingkungan belajar. Selain itu, dukungan birokrasi dan kepemimpinan

setiap sekolah belum sepenuhnya muncul. Kelas-kelas kita akhirnya menjadi kurang

menarik dan bahkan menjemukan sehingga anak nampak terbelenggu dalam kerangkeng

status quo pekerjaan guru/para pendidik.

Page 3: managemen kelas

Kelas-kelas kita mesti berubah ! Berubah menjadi lebih baik; lebih bermutu dan

lebih menyenangkan anak-anak! Presentasi dan diskusi melalui naskah ini, diharapkan

mendorong para peserta pelatihan memperoleh pemaknaan kembali mengenai arti

pentingnya pengelolaan kelas sebagai pendukung terjadinya gairah proses belajar dan

pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Secara lebih khusus melalui kegiatan pelatihan ini,

diharapkan akan diperoleh bekal pengetahuan yang berkaitan dengan pengertian, tujuan,

prinsip, pendekatan dan prosedur pengelolaan kelas dalam situasi proses belajar mengajar.

1.2 Rumusan Masalah

Mengkaji latar belakang di atas dapat diambil beberapa permasalahan sebagai kajian

dari pembuatan makalah ini yakni di antaranya :

1. Apakah yang dimaksud dengan pengelolaan kelas ?

2. Bagaimana prosedur dalam strategi pengelolaan kelas ?

3. Apakah tujuan, aspek, fungsi dan masalah dari pengelolaan kelas ?

4. Bagaimanakah prinsip-prinsip dalam pengelolaaan kelas ?

5. Bagaimana bentuk pendekatan dalam pengelolaan kelas ?

6. Bagaimana penerapan system dalam pengelolaan kelas ?

7. Apa saja komponen-komponen yang harus dipenuhi agar guru dapat mengelola

kelas dengan baik ?

8. Apa sajakah hal-hal yang harus dihindari dalam mengelola kelas ?

9. Bagaimana pengaruh pengelolaan kelas dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelas ?

10. Bagaimana indicator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur kesuksesan guru

dalam mengelola kelas ?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan atau pembahasan makalah ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari pengelolaan kelas

2. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur dalam strategi pengelolaan kelas

3. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan, aspek, fungsi dan masalah dari pengelolaan

kelas

4. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip dalam pengelolaaan kelas

5. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk pendekatan dalam pengelolaan kelas

6. Mahasiswa dapat mengetahui penerapan system dalam pengelolaan kelas

7. Mahasiswa dapat mengetahui komponen-komponen yang harus dipenuhi agar

guru dapat mengelola kelas dengan baik

8. Mahasiswa dapat mengetahui hal-hal yang harus dihindari dalam mengelola

kelas

Page 4: managemen kelas

9. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh pengelolaan kelas dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran di kelas ?

10. Mahasiswa dapat mengetahui indicator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur

kesuksesan guru dalam mengelola kelas

Page 5: managemen kelas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi pengelolaan kelas

2.1.1 Definisi Kelas

Seorang guru sering kurang menyadari mengenai banyaknya kejadian yang

melingkupi kehidupan kelasnya. Kelas bukanlah sekedar sekumpulan anak yang melakukan

kegiatan belajar di bawah tanggung jawab guru dan semata- mata dibatasi oleh keempat

dinding/tembok pembatas. Kelas sesungguhnya merupakan lingkungan yang kompleks

dan berbagai peristiwa bisa terjadi. Berikut merupakan aspek-aspek kehidupan kelas dari

Doyle (1986) dalam Good dan Brophy (1991: 2) yang patut dipelajari guru terutama

untuk bertindak selaku managers:

a. Multidimensionality. Terdapat tugas yang berbeda dan berbagai peristiwa muncul

di kelas. Laporan kegiatan belajar dan jadwal penyelesaiannya mesti dapat guru kendalikan.

Saat anak bekerja haruslah terkontrol. Pekerjaannya harus dapat dikumpulkan dan

dievaluasi. Satu peristiwa tertentu sering membawa berbagai akibat. Saat guru menunggu

seorang anak untuk menjawab satu pertanyaan saja, pertanyaan lain dari anak lainnya bisa

muncul. Hal itu dapat memberi pengaruh positif tetapi tidak mustahil memberi

pengaruh negatif sehingga kegiatan belajar anak berlangsung lambat sampai waktunya

beristirahat.

b. Simultaneity. Berbagai kejadian secara bersamaan sering pula muncul di dalam

kelas. Saat suatu diskusi berlangsung, seorang guru tidak hanya mendengarkan dan

membantu anak memberikan jawaban tetapi juga guru dituntut untuk memperhatikan anak

lainnya yang tidak memberikan respon agar suasana kelas tetap terkendali dan berlangsung

kondusif dan efektif.

c. Immediacy. Langkah dari berbagai peristiwa yang terjadi di kelas

sesungguhnya berlangsung cepat. Setiap anak umumnya menghendaki respon yang

cepat atas kebutuhan belajarnya. Mengevaluasi keterlibatan anak dalam proses

pengajaran, dalam satu jam saja, guru sangat mungkin harus melakukannya beberapa kali.

Tuntutan untuk memperhatikan kegiatan belajar anak secara individual dan beralih pada

kegiatan anak secara kelompok/klasikal, akan terus silih berganti dalam frekuensi yang

tinggi dan berlangsung cepat.

d. Unpredictable and public classroom climate. Berbagai peristiwa sering muncul di

dalam kelas melalui cara yang tidak terduga oleh guru. Apa yang terjadi pada diri anak

tertentu sering dapat dilihat dengan cepat oleh anak-anak yang lain, tetapi tidak dengan

cepat dapat dipelajari guru. Anak-anak sering pula dapat menangkap apa yang guru rasakan

Page 6: managemen kelas

menyangkut tindakannya atas anak lain, dan mereka memberi respon yang tidak terduga

terhadap gurunya. Interaksi demikian sering membentuk suatu iklim kelas yang kurang

menyenangkan dan tidak lagi kondusif atas proses pengajaran.

e. History. Setelah suatu penyelenggaraan pengajaran berlangsung beberapa minggu

atau beberapa bulan, norma-norma yang berlaku umum di kelas terbentuk dan berbagai

pengertian berkembang. Peristiwa yang muncul di awal tahun menjadi pembuka (bisa

positif atau negatif) bagi terjadinya peristiwa-peristiwa berikutnya. Selanjutnya, hal itu

berpengaruhi atas fungsi kelas di akhir tahun.

Mengingat hal di atas, maka kelas sepantasnya dipandang sebagai tempat untuk

tumbuh dan berkembangnya semua potensi anak. Karena itu kelas sepantasnya dikelola

dengan baik sehingga nyaman dan menyenangkan bagi kegiatan belajar anak. Kelas

septutnya rapi, bersih, sehat, tidak lembab, cukup cahaya, adanya sirkulasi udara,

perabotnya tertata baik, dan jumlah siswanya tidak terlalu banyak.

Untuk menunjang kenyamanan dan rasa senang anak dalam belajar, selain

berbagai aspek kehidupan kelas di muka harus dipahami guru, juga beberapa hal berikut

tidak boleh luput dari perhatian mereka, seperti tata ruang kelas, dan perabotnya: papan

tulis dan penghapusnya, meja kursi guru, meja kursi anak, lemari kelas, jadwal pelajaran,

papan absensi, daftar piket kelas, kalender pendidikan, gambar-gambar, tempat cuci

tangan dan lap tangan, tempat sampah, sapu lidi, sapu ijuk, sapu moceng, pajangan

pekerjaan anak, kapur, dan lain-lainnya.

2.1.2 Arti Pengelolaan Kelas.

Kali ini kita mencoba mendiskusikan arti pengelolaan kelas. Tentu saja banyak

pengertian atau definisi mengenai pengelolaan kelas ini. Namun demikian, dari

beberapa pengertian berikut (FIP IKIP Bandung: 1999), kirta-kira manakah pengertian

pengelolaan kelas yang menurut bapak/ibu/saudara paling berkenan ?

a. Pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan

dan mempertahankan ketertiban suasana kelas.

b. Pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan

kebebasan siswa.

Page 7: managemen kelas

c. Pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk memgembangkan

tingkah laku siswa yang diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak

diinginkan.

d. Pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan

hubungan interpersonal yang baik dan hubungan soio- emosional kelas yang positif.

e. Pengelolaan kelas merupakan seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan

dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

Berdasarkan pengertian pengelolaan kelas yang telah diuraikan di muka, maka pengelolaan

kelas yang ditampilkan seorang guru dapat lebih bersifat otoritatif, demokratis atau bersifat

laissez-faire. Sifat penampilan pengelolaan kelas ini bukanlah menunjukkan baik-buruknya

penampilan guru dalam mengelola kelas. Baik-buruk pengelolaan kelas itu sepatutnya terkait

dengan masalah efektivitas dan efektivitas pengelolaan kelas tersebut amat tergantung pada

unsur-unsur yang dipelajari.

Mari kita berdiskusi soal efektivitas pengelolaan kelas yang mungkin ditampilkan guru

dengan menganalisis unsur kematangan si anak, perilaku anak dalam pencapaian tujuan dan sifat

situasi yang dihadapi.

Memperhatikan hasil analisis di atas, maka akan diperoleh pengertian pengelolaan kelas

yang pluralistik. Pengertian demikian menerangkan bahwa pengelolaan kelas merupakan

seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan

mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, mengembangkan hubungan

interpersonal dan iklim sosio-emosional yang positif serta mengembangkan dan

mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan produktif. Semua pengertian pengelolaan

kelas di muka berlaku.

2.2 Prosedur pengelolaan kelas

Prosedur itu merupakan langkah-langkah yang dapat dilakukan guru dalam

mengelola kelas. Prosedur ini menyangkut dimensi pencegahan (preventif) dan dimensi

pengatasian/penyembuhan (kuratif).

1. Prosedur Dimensi Pencegahan

Prosedur pencegahan merupakan tindakan yang dilakukan guru dalam mengatur anak

didik, lingkungan dan peralatan kelas, serta format pembelajaran sehingga mendukung terhdap

Page 8: managemen kelas

suasana belajar yang menyenangkan dan pencapaian prestasi belajar yang tinggi. Dengan kata

lain, prosedur pencegahan ini menyangkut segala tindakan guru sebelum tingkah laku yang

menyimpang dan mengganggu proses pengajaran muncul. Keberhasilan dalam tindakan

pencegahan merupakan salah satu indikator keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya

adalah guru dalam menentukan langkah-langkah dalam rangka manajemen kelas harus

merupakan langkah yang efektif dan efisien untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Adapaun langkah-langkah pencegahannya (Rahman : 1998) sebagai berikut :

a. Peningkatan kesadaran diri sebagai guru

Langkah peningkatan kesadaran diri sebagai guru merupakan langkah yang strategis dan

mendasar, karena dengan dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab

dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.

Implikasi adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap guru yang demokratis,

sikap yang stabil, kepribadian yang harmonisdan berwibawa. Penampakan sikap seperti itu akan

menumbuhkan respon dan tanggapan positif dari peserta didik.

b. Peningkatan kesdaran peserta didik

Interaksi positif antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran terjadi apabila

dua kesadaran (kesadaran guru dan peserta didik) bertemu. Kurangnya kesadaran peserta didik

akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah tersinggung, yang pada gilirannya memungkinkan

peserta didik melakukan tindakan-tindakan yang kurang terpuji yang dapat mengganggu kondisi

optimal dalam rangka pembelajaran. Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik, maka kepada

mereka perlu melaksanakan hal-hal berikut : (1) memberitahukan akan hak dan kewajibannya

sebagai peserta didik, (2) memperhatikan kebutuhan, keinginan dan dorongan para peserta

didik, (3) menciptakan suasana saling pengertian, saling menghormatidan rasa keterbukaan

antara guru dan peserta didik.

c. Sikap jujur dan tulus dari guru

Guru hendaknya bersikap jujur dan tulus terhadap peserta didik. Sikap ini mengandung

makna bahwa guru dalam segala tindakannnya tidak boleh berpura-pura bersikap dan bertindak

apa adanya. Sikap dan tindak laku seperti itu sangat membantu dalam mengelola kelas. Guru

dengan sikap dan kepribadiannya sangat mempengaruhi lingkungan belajar, karena tingkah

laku, cara menyikapi dan tindakan guru merupakan stimulus yang akan direspon atau diberikan

reaksi oleh peserta didik. Kalau stimuli itu positif maka respon atau reaksinya juga positif.

Page 9: managemen kelas

Sebaliknya akalu stimuli itu negatif maka respon atau rekasi yang akan muncul adalah negatif.

Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan atau keluhan para siswa, akrab dengan guru

akan membuka kemungkinan terjadinya interaksi dan komunikasi wajar antara guru dan peserta

didik.

d. Mengenal dan mengenal alternatif pengelolaan

Untuk megenal dan menemukan alternatif pengelolaan, langkah ini menuntut guru : (1)

melakukan tindakan identifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik yang sifatnya

invidual maupun kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik baik individual maupun

kelompok tersebut termasuk penyimpangan yang disengaja dilakukan peserta didik yang hanya

sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya., (2) mengenal berbagai pendekatan

dalam manajemen kelas. Guru hendaknya berusaha menggunakan pendekatan manajemen

yang dianggap tepat untuk mengatasi suatu situasi atau menggantinya dengan pendekatan yang

dipilihnya, (3) mempelajari pengalaman guru-guru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga

dirinya memiliki alternatif yang bervariasi dalam menangani berbagai manajemen kelas.

e. Menciptakan kontrak sosial

Penciptaan kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan “standar tingkah laku” yang

diharapkan seraya memberi gambaran tentang fasilitas beserta keterbatasannyadalam memenuhi

kebutuhan peserta didik. Pemenuhan kebutuhan tersebut sifatnya individual maupun kelompok

dan memenuhi tuntutan dan kebutuhan sekolah. Standar tingkah laku ini dibentuk melalui

kontrak sosial antara sekolah/guru dan peserta didik. Norma atau nilai yang turunnya dari atas

dan tidak dari bawah, jadi sepihak, maka akan terjadi bahwa norma itu kurang dihormati dan

ditaati. Oleh sebab itu, dalam rangka mengelola kelas norma berupa kontrak sosial (tata tertib)

dengan sangsinya yang mengatur kehidupan di dalam kelas, perumusannya harus dibicarkan atau

disetujui oleh guru dan peserta didik. Kebiasaan yang terjadi dewasa ini bahwa aturan-aturan

sebagai standar tingkah laku berasal dari atas (sekolah/guru). Para peserta didik dalam hal ini

hanya menerima saja apa yang ada. Mereka tidak memiliki pilihan lain untuk menolaknya.

Konsekuensi terhadap kondisi demikianakan memungkinkan timbulnya persoalan-

persoalan dalam pengelolaan kelas karena para peserta didik tidak merasa turut membuat serta

memiliki peraturan sekolah yang sudah ada tersebut.

2. Prosedur Dimensi Pengatasian/Penyembuhan

Page 10: managemen kelas

Prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif merupakan tindakan yang dilakukan

guru sebagai respon untuk mengatasi tingkah laku anak yang menyimpang atau mengganggu itu.

Dalam hal ini, guru dituntut untuk berusaha menumbuhkan kesadaran anak dan tanggung jawab

memperbaiki tingkah lakunya sehingga yang bersangkutan bisa kembali berpartisipasi aktif

dalam pengajaran.

Usahan yang bersifat penyembuhan (kuratif) mengikuti langkah-langkah berikut:

a. Mengidentifikasi masalah

Mengidentifikasi masalahda langkah ini, guru mengenal atau mengetahui masalah-

masalah pengelolaan kelas yang timbul dalam kelas. Berdasar masalah tersebut guru

mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar belakang yang membuat

peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.

b. Menganalisis masalah

Pada langkah ini, guru menganalisis penyimpangan peserta didik dan menyimpulkan latar

belakang dan sumber-sumber dari penyimpangan itu Selanjutnya menentukan alternatif-

alternatif penanggulangannya.

c. Menilai alternatif pemecahan masalah

Pada langkah ini guru menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah yang dianggap

tepat untuk menanggulangi masalah.

d. Mendapatkan balikan

Pada langkah ini guru melaksanakan monitoring, dengan maksud menilai keampuhan

pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang dipilihuntuk mencapai sasaran yang sesuai

dengan yang direncanakan.Kegiatan kilas balik ini dapat dilaksanakan dg denganngadakan

pertemuan dengan para peserta didik.Maksud pertemuan perlu dijelaskan oleh guru sehingga

peserta didik mengetahui serta menyadari bahwa pertemuan diusahakan dg dengan penuh

ketulusan, semata-mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun sekolah.

2.3 Tujuan, aspek, fungsi, dan masalah dari pengelolaan kelas

Menurut Ahmad (1995:2) bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut:

Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai

kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal

mungkin.

Page 11: managemen kelas

Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi

belajar mengajar.

Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan

memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa

dalam kelas.

Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta

sifat-sifat individunya.

Tujuan pengelolaan kelas menurut Sudirman (dalam Djamarah 2006:170) pada hakikatnya

terkandung dalam tujuan pendidikan. Tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi

macam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam

kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja. Terciptanya

suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,

emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa. Sedangkan Arikunto (dalam Djamarah

2006:178) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat

bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

Adapun tujuan keterampilan mengelola kelas untuk siswa bermaksud :

a)    mendorong siswa mengembangkan tanggungjawab individu terhadap tingkah lakunya

serta sadar untuk mengendalikan dirinya,

b)   membantu siswa mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas,

dan melihat atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan dan bukan kemarahan,

c)    menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku

yang wajar sesuai dengan aktivitas-aktivitas kelas. 

Bagi guru, tujuan keterampilan mengelola kelas adalah untuk melatih keterampilan dalam:

a)    mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian

dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik,

b)   memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensinya di

dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa,

c)    memberikan respon secara efektif terhadap tingkah laku yang menimbulkan gangguan-

gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi

yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang berlebih-

lebihan atau terus menerus melawan di kelas.

Page 12: managemen kelas

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan,

memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap

aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen kelas adalah sifat kelas, pendorong

kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif .

Pengelolaan kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi

kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala

macam tugas seperti membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan

kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu

individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja,

merubah kondisi kelas dan memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancar.

Masalah manajenen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu masalah

individual dan masalah kelompok.

Munculnya masalah individual disebabkan beberapa kemungkinan tindakan siswa seperti :

1.    Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain baik aktif (melucu) maupun

pasif (berbuat serba lambat sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra).

2.    Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan baik aktif (mendebat, marah-marah,

menangis) maupun pasif (lupa peraturan-peraturan kelas yang sudah sepakati sebelumnya).

3.    Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (menyakiti orang lain seperti

mengata-ngatai, memukul, menggigit dan sebagainya).

4.    Peragaan ketidakmampuan (bersikap masa bodoh terhadap pekerjaan apapun dan

menolak untuk mencoba melakukan apapun karena ia yakin bahwa hanya mendapatkan

kegagalan).

Sedangkan masalah kelompok akan muncul apabila tidak terpenuhinya kebutuhan-

kebutuhan kelompok, kelas frustasi atau lemas dan akhirnya siswa menjadi anggota kelompok

bersifat pasif, acuh, tidak puas dan belajarnya terganggu. Masalah-masalah kelompok ini

mungkin muncul dalam kelas seperti:

1.    Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi,

dan sebagainya.

2.    Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakai sebelumnya.

3.    Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.

4.    “Membombang” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.

Page 13: managemen kelas

5.     Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari yang tengah digarap,

semangat kerja rendah, kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru seperti

gangguan jadwal guru terpaksa diganti sementara oleh guru lain.

2.4 Prinsip-prinsip pengelolaan kelas

Kita mulai dengan beberapa asumsi untuk mengembangkan prinsip- prinsip umum

suatu pengelolaan kelas yang baik. Asumsi berikut dikembangkan oleh Good dan Brophy (1991:

199), yaitu:

1. Anak-anak itu suka mengikuti aturan karena memang mereka itu mengerti dan

menerimanya.

2. Masalah disiplin kelas dapat dikurangi manakala si anak terlibat secara teratur

dalam aktivitas (belajar) yang bermakna yang mendorong minat dan sikapnya.

3. Manajemen atau pengelolaan (kelas) hendaklah lebih didekati dari tujuan

memaksimalkan atau menghabiskan banyaknya waktu anak untuk terlibat dalam kegiatan

produktif; daripada mendasarkan pada sudut pandangan yang negatif menekankan

pengawasan atas perilaku anak yang menyimpang, dan

4. Tujuan guru adalah mengembangkan self control dalam diri anak dan bukan semata-

mata melakukan pengawasan yang menekan atas diri mereka.

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, dapatlah dikembangkan prinsip- prinsip

pengelolaan kelas sebagai berikut:

1. Bahwa setiap aturan dan prosedur yang mengikat dan ditempuh haruslah direncanakan

terlebih dahulu sebelum hal itu dapat dillangsungkan.

2. Aturan-aturan yang ditetapkan dan prosedur yang ditempuh itu harus jelas dan

dibutuhkan.

3. Biarkan anak mengasumsikan tanggung jawabnya secara independent.

4. Kurangi gangguan dan keterlambatan atau penundaan.

5. Rencanakan kegiatan belajar yang independent atau individual dan juga kegiatan

belajar kelompok.

Prinsip-prinsip lainnya dikembangkan Bolla (1985: 5-6), yaitu:

1. Dalam setiap kegiatan pengelolaan kelas (termasuk belajar mengajar), antusias dan

kehangatan guru harus ditunjukkan

Page 14: managemen kelas

2. Setiap tutur kata, tindakan dan tugas-tugas yang diberikan kepada anak menantang;

tidak menimbulkan kebosanan tetapi justeru menimbulkan gairah belajar yang produktif.

3. Penggunaan variasi dalam alat, media, metoda dan gaya berinteraksi adalah kunci

sukses pengelolaan kelas.

4. Kewaspadaan akan jalannya proses kegiatan belajar-mengajar dari kemungkinan

terjadinya berbagai gangguan mengharuskan guru bersikap dan bertindak luwes.

5. Biasakanlah pemusatan pikiran secara positif dan menghindar pada hal-hal yang

negatif.

6. Pengelolaan kelas tidak bisa lepas dari kepentingan anak untuk berdisiplin atas dirinya

sendiri. Karena itu guru sepantasnya berdisiplin pada dirinya sendiri agar di hadapan anak

menjadi teladan.

2.5 Bentuk pendekatan pengelolaan kelas

Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai

faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk

meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.

Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa

tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan

yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)

Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:

1. Pendekatan Kekuasaan

Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak

didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.

Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya

ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam

bentuk norma itu guru mendekatinya.

2. Pendekatan Ancaman

Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu

proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak

didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan

memaksa.

3. Pendekatan Kebebasan

Page 15: managemen kelas

Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas

untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan

semaksimal mungkin kebebasan anak didik.

4. Pendekatan Resep

Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat

menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi

semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap

apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang

tertulis dalam resep.

5. Pendekatan Pengajaran

Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan

pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan

masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam

mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan

guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.

6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku

Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah

tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang

baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah

laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.

Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang

baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan

hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut

pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau

hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.

Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi

sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah

laku tersebut akan dihindari.

7. Pendekatan Sosio-Emosional

Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar

pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru

Page 16: managemen kelas

dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan

hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik

melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan

siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.

8. Pendekatan Kerja Kelompok

Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama

kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk

menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif,

dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi

kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan

mengurangi masalah-masalah pengelolaan.

9. Pendekatan Elektis atau Pluralistik

Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn

inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi

yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah

satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan

tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang

berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat

menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar

berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut

sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas

disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi

kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.

2.6 Keterampilan dalam pengelolaan kelas

Keterampilan Mengelola kelas terbagi menjadi 2 jenis keterampilan :

1. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar

yang optimal.

2. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.

Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi

belajar yang optimal.

Page 17: managemen kelas

Menunjukkan Sikap Tangkap

Menggambarkan tingkah laku guryu yang tampak pada siswa, bahwa guru sadar dan

tanggap terhadap perhatian keterlibatan, masalah dan ketidak acuan mereka. Dengan adanya

sikap ini siswa merasa guru hadir ditengah mereka. Kesan ketanggapan ini dengan cara :

Memandang Secara Saksama

Memungkinkan guru meliput keterlibatan siswa dalam tugas dikelas serta menunjukkan

kesiapan guru untuk memberi respon baik terhadap kelompok maupun individu.

Memberikan Pernyataan

Hal ini terkomunikasi kepada siswa melalui pernyataan guru bahwa ia telah siap untuk

memulai kegiatan belajar serta siap memberi respon terhadap kebutuhan siswa. Hal yang harus

dihindari adalah menunjukkan dominasi guru dengan pernyataan atau komentar yang

mengandung ancaman.

Contoh : “Saya menunggu sampai kalian diam”.

Gerak Mendekati

Hal ini menunjukkan kesiapan, minat dan perhatian kepada siswa. Hal ini membantu siswa

yang menghadapi kesulitan belajar, mengalami frustasi atau sedang marah. Gerak yang

mendekati hendaknya dilakukan dengan wajar, bukan menakuti atau maksud lain ??

Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan Dan Ketakacuan Siswa.

Dengan adanya teguran menandakan adanya guru bersama siswa. Teguran harus diberikan

pada saat yang tepat serta dialamatkan pada sasaran yang tepat.

Membagi Perhatian

Pengelolaan kelas yang efektif terjadi apabila guru membagi perhatian kepada beberapa

kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara

sebagai berikut :

Visual

Hal ini mennjukkan perhatian terhadap sekelompok siswa atau individu namun tidak

kehilangan keterlibatannya dengan kelompok siswa atau individu.

Keterampilan ini digunakan untuk memonitor kegiatan kelompok atau individu,

mengadakan koreksi kegiatan siswa, memberi komentar atau memberi reaksi terhadap siswa

yang mengganggu.

Verbal

Page 18: managemen kelas

Guru dapat memberikan komentar terhadap aktivitas seseorang yang dilihat atau

dilaporkan oleh siswa lain. Penggunaan teknik visual maupun verbal menunjukkan bahwa guru

menguasai kelas.

Memusatkan Perhatian

Keterlibatan siswa dalam KBM dapat dipertahnkan apabila dari waktu kewaktu guru

mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang dilaksanakan. Hal ini dengan cara :

Menyiagakan Siswa

Menciptakaan suasana yang menarik sebelum guru menyampaikan pertanyaan atau topic

pelajarannya. Misalnya : “ coba anak-anak, semuanya memperhatikan dengan teliti gambar ini

untuk membedakan daerah mana yang subur dan daerah mana yang tanahnya gersang.

Menuntut Tanggung Jawab Siswa

Komunikasi yang jelas dari guru mengenai tugas siswa merupakan hal yang sangat penting

dalam mempertahankan pusat perhatian siswa seperti : meminta untuk diperagakan hasil

pekerjaan tugas.

Memberikan Petunjuk Yang Jelas

Petunjuk yang diberikan harus bersifat langsung, dengan bahasa yang jelas dan tidak

membingungkan serta dengan tuntutan yang wajar dapat dipenuhi oleh siswa.

Menegur

Tidak semua tingkah laku yang mengganggukelompok, siswa dalam kelas dapat dicegah

atau dihindari dengan baik, sehingga guru harus melakukan teguran secara verbal atau

memperingatkan siswa. Teguran itu efektif jika :

Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu

Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkn serta mengandung penghinaan.

Menghindari ocehan atau ejekan guru atau yang berkepanjangan

Guru dan siswa lebih baik mengadakan kesepakatan sehingga penyimpangan yang

terjadi hanya sifatnya mengingatkan. Seperti : “suharto ingat”!

Memberi Penguatan

Komponen ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan

pembelajaran atau menggangu temanya. Yaitu dengan cara.

Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang menggagu yaitu dengan jalan”

menangkapnya” ketika ia melakukan tingkhlaku yang wajar dan berusaha “ menangkapnya”

Page 19: managemen kelas

ketika ia melakukan tingkah yang tidak wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia

melakukan tindakan yang tidak wajar dengan tujuan perbuatan yang wajar tadi dapat terulang.

Guru daapat memberikan berbagai komponen penguatan kepada siswa yang bertingkah

laku yang wajar kepada siswa yang lain untuk menjdi teladan.

Ketrampilan Yang Berhubungan Dengan Kondisi Belajar Optimal Setelah

Mendapat Gangguan.

Ketrampilan ini berhubungan dengan tanggapan guru terhadap gangguan anak didik yang

berkelanjutan dengan maksud guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan

tindakan optimal.

Apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun

guru telah mencoba memadamkan dengan tanggapan yang relevan tetap saja terjadi kembali,

guru dapat meminta bantuan :

Kepala Sekolah

Konselor/BP

Waka kesiswaan untuk membantu mengatasinya.

Bukanlah kesalahan professional guru apabila tidak dapat menangani permasalahan anak

didik dalam kelas berkenaan dengan itu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk

tindakan perbaikan terhadap tingkah anak didik yang terus menerus menimbulkan gangguan dan

yang tidak mau terlibat dalam kegiatan di kelas

Strategi Yang Dapat Digunakan

Modifikasi Tingkah Laku

Guru hendaklah menganalisis tingkah anak didik yang mengalami masalah dan berusaha

memodifikasi tingkahlaku tersebut. Dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara

sistematis.

Dapat kerjasama dengan rekan kerja mengatasi masalah

Merinci dengan tepat tingka yang menimbulkan masalah

Memilih dengan teliti tingkah yang diperbaiki dengan mudah untuk diubah, tingkah yang

paling menjengkelkan yang sering muncul.

Tepat memilih pemberian penguatan yang dapat digunakan untuk mempertahankan tingkah

yang telah menjadi baik.

Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok

Page 20: managemen kelas

Memperlancar tugas, mengadakan terjadinya kerjasama yang baik dalam pelaksanaan

tugas.

Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok, memelihara dan memulihkan semangat anak

didik dan menangani konflik yang timbul.

Menemukan dan memecahkan tingkahlaku yang menimbulkan masalah.

Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkahlaku keliru

yang muncul, guru harus mengetahui sebab dasar yang mengakibatkan ketidak patuhan tingkah

tersebut. Serta berusaha mencari pemecahanya.

2.7 Komponen dalam pengelolaan kelas yang baik

Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi

dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi

belajar yang optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan

pengembangan kondisi belajar yang optimal (Djamarah 2006:186).

Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang

optimal terdiri dari keterampilan sikap tanggap, membagi perhatian, pemusatan perhatian

kelompok. Keterampilan suka tanggap ini dapat dilakukan dengan cara memandang secara

seksama, gerakan mendekat, memberi pertanyaan, dan memberi reaksi terhadap gangguan dan

ketakacuhan. Keterampilan memberi perhatian adalah dengan cara visual dan verbal. Tetapi

memberi tanda, penghentian jawaban, pengarahan dan petunjuk yang jelas, penghentian

penguatan, kelancaran dan percepatan, merupakan sub bagian dari ketrampilan pemusatan

perhatian kelompok.

Masalah modifikasi tingkah laku, pendekatan pemecahan masalahkelompok, dan

menemukan serta memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah, adalah tiga buah

strategi yang termasuk ke dalam ruang lingkup ketrampilan yang berhubungan dengan

pengembangan kondisi belajar yang optimal.

2.8 Hal-hal yang dihindari dalam pengelolaan kelas

Hal-hal yang harus di hindari

Campur Tangan Yang Berlebihan

Seperti guru menyela kegiatan yang asik berlangsung dengan komen atau petunjuk

mendadak, maka kegiatan siswa akan terganggu atau terputus. Kesan guru tidak memperhatikan

kebutuhan siswa, hanya memuaskan dirinya saja.

Page 21: managemen kelas

Kelenyapan

Terjadi jika guru gagal secara tepat melengkapi suatu intruksi penjelasan atau petunjuk,

komentar. Kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alas an yang jelas dan

membiarkan pikiran anak mengawang-awang.

Ketidak tepatan memulai dan mengahiri kegiatan

Terjadi jika guru memulai suatu aktivitas tanpa mengakhiri aktivitas sebelumnya.

Penyimpangan

Terjadi jika dalam kegiatan PBM guru terlalu asik dengan kegiatan tertentu seperti sibuk

dengan tempat duduk yang tidak rapi atau cerita sesuatu yang tidak ada hubungan dengan materi

terlalu jauh, sehingga kelancaran kegiatan di kelas terganggu.

Bertele-tele

Terjadi jika pembicaraan guru bersifat :

Mengulang-ulangi hal-hal tertentu

Memperpanjang pelajaran atau penjelasan

Mengubah teguran menjadi ocehan yang panjang

Hal ini merupakan hambatan kemajuan pelajaran atau aktivitas kelas. Siswa pada

umumnya mencatat sebagai hal yang membosankan dan tidak mau terlibat dalam kegiatan di

kelas.

Pengulangan Penjelasan Yang Tidak Perlu Terjadi Jika Guru memberi petunjuk yang

berulang-ulang secara tidak perlu membagi kelas dalam memberikan petunjuk atau secara

terpisah memberi petunjuk ke setiap kelompok yang sebelumnya dapat diberikan secara

bersama-sama kepada seluruh kelompok sekali saja di depan kelas.

2.9 Pengaruh pengelolaan kelas terhadap kualitas pembelajaran

Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum,

fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan,

wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang, melainkan juga guru harus

menguasai kiat memanejemeni kelas.

Pemahaman akan prinsip-prinsip manajemen kelas ini penting dikuasai sebelum hal-hal

khusus diketahui. Dengan dikuasainya prinsip-prinsip manajemen kelas, hal ini akan menjadi

filter-filter penyaring yang menghilangkan kekeliruan umum dari manajemen kelas.

Page 22: managemen kelas

Manajemen kelas dapat mempengaruhi tingkat kualitas pembelajaran di kelas karena

manajemen kelas benar-benar akan mengelola susasana kelas menjadi sebaik mungkin agar

siswa menjadi nyaman dan senang selama mengikuti proses belajar mengajar. Oleh karena itu,

kualitas belajar siswa seperti pencapaian hasil yang optimal dan kompetensi dasar yang

diharapkan dapat tercapai dengan baik dan memuaskan. Selain itu, manajemen kelas juga akan

menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan mengajar dapat berlangsung

secara efektif dan efisien.

Di samping itu juga, dengan manajemen kelas tingkat daya serap materi yang telah

diajarkan guru akan lebih membekas dalam ingatan siswa karena adanya penguatan yang

diberikan guru selama proses belajar mengajar berlangsung.

2.10 Indikator kesuksesan dalam mengelola kelas

Ada beberapa indikator yang bisa digunakan sebagai tolak ukur bahwa pengelolaan kelas

dapat dikatakan berhasil adalah sebagai berikut :

1.   Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas.

2.   Sebagai guru jika Anda pulang ke rumah tidak dalam keadaan yang sangat lelah.

3.   Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi

contohnya cara masuk ke dalam kelas, mendiamkan siswa, bekerja secara bersamaan dan lain-

lain) dan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis misalnya tata cara masuk kelas,

pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas bukan peraturan kelas.

4.   Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab

prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab.

5.   Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi (stiker,

penghilangan hak siswa dan lain-lain).

6.   Guru mengerti bahwa perilaku siswa di kelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan

disiplin bisa dipelajari

Dalam prosesnya ada juga guru yang belum pandai dalam mengelola kelas, sehingga

tujuan pembelajarannya tidak bisa tercapai. Di sini akan dijelaskan hal-hal yang membedakan

antara guru yang berhasil dengan yang tidak :

1.   Guru yang kurang berhasil menghabiskan hari-hari pertama di tahun ajaran dengan

langsung mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan siswa selama

setahun penuh.

Page 23: managemen kelas

2.   Guru yang efektif menghabiskan dua minggu pertama di tahun ajaran dengan

meneguhkan prosedur.

Page 24: managemen kelas

BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Keterampilan pengelolaan kelas perlu dimiliki oleh guru, karena hal ini akan membantu

dalam pencapaian tujuan pembelajaran sendiri. Pengelolaan kelas adalah kegiatan yang

dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan

berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas ditekankan

pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan

pengaturan orang (siswa) dan barang/ fasilitas.

Tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan

belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual di dalam kelas. Keterampilan

dalam pengelolaan kelas dapat bersifat preventif serta refresif dan tingkah laku. Namun dalam

penerapannya kadang terdapat masalah dalam pengelolaan kelas baik secara individu maupun

kelompok yang timbul dikarenakan adanya keanekaragaman perilaku siswa.

3.2  Saran

Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih ditingkatkan

lagi. Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, Oleh karena itu guru kelas

diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam mengelola kelas agar suasana belajar yang

menyenangkan, efektif dan efisien dapat terlaksana dengan baik.

Page 25: managemen kelas

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1980. Pengelolaan Kelas dan Siswa Cetakan Kedua. Jakarta: Rajawali.

Azzahra, Titin. Makalah Keterampilan Mengelola Kelas. Diakses dari http://titinazzahra04.blogspot.com pada 9 November 2014.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Faturrahman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. PT Refika Aditama, Bandung.

Kosasi, Raflis. 2005. Efektifitas Pengelolaan Kelas. Jakarta: Viva Pakarindo.

Santawi, Susanto. Pengelolaan Kelas. Diakses dari http://gontor2007.blogspot.com pada 8 November 2014

Solihin, Santri Mambaus. Pengaruh Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Di Kelas. Diakses dari http://ernymath.wordpress.com pada 8 November 2014.