MANAGEMEN CIRKULASI

16
C : CIRCULATION PROBLEM DAN CIRCULATION MANAGEMENT (MASALAH DAN PENGELOLAAN FUNGSI SIRKULASI) OLEH : BAMBANG ISMANTA

description

tentang manajemen pernafasan gawat darurat

Transcript of MANAGEMEN CIRKULASI

Page 1: MANAGEMEN CIRKULASI

C : CIRCULATION PROBLEM DAN CIRCULATION MANAGEMENT

(MASALAH DAN PENGELOLAAN FUNGSI

SIRKULASI)

OLEH : BAMBANG ISMANTA

Page 2: MANAGEMEN CIRKULASI

C C : : CIRCULATIONPROBLEM DAN CIRCULATION MANAGEMENTCIRCULATIONPROBLEM DAN CIRCULATION MANAGEMENT (MASALAH DAN PENGELOLAAN FUNGSI SIRKULASI) (MASALAH DAN PENGELOLAAN FUNGSI SIRKULASI)

Gangguan sirkulasi yang mengancam jiwa Gangguan sirkulasi yang mengancam jiwa terutama bila terjadi henti jantung dan shock. terutama bila terjadi henti jantung dan shock. Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya denyut nadi karotis dalam 5 — 10 detik. adanya denyut nadi karotis dalam 5 — 10 detik. Henti jantung dapat disebabkan karena kelainan Henti jantung dapat disebabkan karena kelainan jantung (primer) dan kelainan di luar jantung jantung (primer) dan kelainan di luar jantung (sekunder) yang harus segera dikoreksi. (sekunder) yang harus segera dikoreksi. Diagnosis shock secara cepat dapat ditegakkan Diagnosis shock secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis radialis I I cubitis / brachialis cubitis / brachialis I I femoralis, pasien femoralis, pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas tampak pucat, perabaan pada ekstremitas mungkin teraba dingin, basah dan memanjangnya mungkin teraba dingin, basah dan memanjangnya waktu pengisian kapiler (capilary refill time> 2 waktu pengisian kapiler (capilary refill time> 2 detik). detik).

Page 3: MANAGEMEN CIRKULASI

Simpulkan kondisi sirkulasi Adakah layanan oksigenasi ditingkat jaringan adekuat Yang diperiksa: a.Ada I Tidak ada sirkulasi, raba denyut radialis — cubitis — brachialis — femoralis — karotis b.Hitung frekwensi denyut c.Keteraturan denyut d.Besar volume denyut e.Kekuatan angkat denyut f.Menghasilkan perfusi perifer. Hangat, Kering, Merah

Page 4: MANAGEMEN CIRKULASI

g. Waktu pengisian ulang kapiler pendek 2 g. Waktu pengisian ulang kapiler pendek 2 detik. detik.

Periksa tanda cidera kepala, dada, perut, tulang Periksa tanda cidera kepala, dada, perut, tulang belakang dan tulang panjang > timbunan darah belakang dan tulang panjang > timbunan darah

/ udara internal / udara internal Periksa tanda perdarahan eksternal Periksa tanda perdarahan eksternal

Lakukan pertolongan: Lakukan pertolongan: Yakin jalan nafas terbuka Yakin jalan nafas terbuka Oksigen sudah diberikan Oksigen sudah diberikan

Posisi shockPosisi shockPasang infus — ambil contoh darah Bebat Pasang infus — ambil contoh darah Bebat

tekan tekan Guyur cairan Guyur cairan

Page 5: MANAGEMEN CIRKULASI

• Sirkulasi normal : adekuat. • Sirkulasi terganggu : syok. • Sirkulasi berhenti : henti jantung, tidak didapatkan tanda-tanda adanya sirkulasi dan teiah clitakukan perneriksaan denyut nadi karotis selama 10 detik tidak drasakan adanya denyut maka dilakukan tindakan bantuan pernafasan dan pijat jantung luar.

KESIMPULAN:

Page 6: MANAGEMEN CIRKULASI

1. Sirkulasi normal lakukan monitoring ketat dan jaga jangan memburuk. 2. Sirkulasi terganggu, shock, bebaskan jalan nafas, berikan oksigen : posisi shock, hentikan perdarahan, pasang infus, guyur cairan. • Pada pasien shock, letakkan pasien dalam “posisi shock” yaitu mengangkat kedua tungkai lebih tinggi dari jantung. • Bila pasien shock karena perdarahan, lakukan penghentian sumber perdarahan yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di atas sumber perdarahan kemudian dilakukan pemasangan jalur intra vena (iv access). Dan pemberian cairan infus kristaloid berupa ringer lactat atau larutan garam faali (NaCI 0,9 %). • Pada pasien dewasa pernasangan jalur vena dilakukan dengan pilihan menggunakan jarum besar ( > 16 G) di daerah lengan alas - ante cubiti (lokasi lebih proximal). Sebaiknya dipasang 2 jalur intra vena bila terdapat perdarahan masif.

TINDAKAN

Page 7: MANAGEMEN CIRKULASI

3. Sirkulasi berhenti 3. Sirkulasi berhenti nafas buatan dan CPR nafas buatan dan CPR

Cari Layanan Darurat Lakukan BHD

Pengelolaan Air Way dan Pentilasi Intubasi, nafas buatanLakukan defibrilasi (Bila ada serta ada indikasi)

Memberikan obat-obatan emergensi

RJP dilakukan dengan benar sirkulasi dan oksigenasi ke otak dapat berjalan lagi.

Page 8: MANAGEMEN CIRKULASI

GANGGUAN FUNGSI SIRKULASI BERUPA GANGGUAN FUNGSI SIRKULASI BERUPA SHOCK SHOCK

Patofisiologi shock Shock merupakan kumpulan gejala yang diakibatkan oleh karena gangguan perfusi jaringan. Aliran darah ke organ tubuh tidak dapat mencukupi kebutuhan. Gangguan perfusi mengakibatkan jaringan kekurangan 02 dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan energi. Bila tidak dikelola dengan benar akan terjadi iaktik asidosis karena metabolisme berjalan secara anaerobic, yang akan menggangu fungsi sei dan pada akhirnya sel akan mati.

Page 9: MANAGEMEN CIRKULASI

Penggolongan jenis shock: Dikenal beberapa sebutan didalam penggoiongan jenis shock: A. Shock Hipovolemik, Shock Kardiogenik, Shock Septik, Shock Neurogenik B. Shock Hipovolemik, Shock Kardiogenik, Shock Obstruktif, Shock Distributif C. Shock Hemoragik, Shock Non Hemoragik

Page 10: MANAGEMEN CIRKULASI

1. Shock Hipovolemik Penyebab • Muntah, diare yang Bering (frekuensi)• Dehidrasi karena berbagal sebab. • Luka bakar gr Il-Ill yang luas. • Trauma dengan perdarahan. • Perdarahan masif karena sebab lain. Diagnosa: • Perubahan pada perfusi ekstremitas : dingin, basah dan

pucat. • Takikardia. • Pada keadaan lanjut. - Takipneu. - Penurunan tekanan darah. - Penurunan produksi urine. - Tampak pucat, Iemah, apatis.

Page 11: MANAGEMEN CIRKULASI

Tindakan: Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarurn besar dan diberikan infus cairan kristaloid (dengan jumlah ebih dan yang hilang).

Catatan: Untuk pendarahan dengan shock kelas III-IV selain diberikan infus kristaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dihentikan.

Page 12: MANAGEMEN CIRKULASI

2. Shock Kardiogenik Penyebab: Dapat terjadi pada keadaan-keadaan antara lain: • Kontusio jantung. • Tamponade jantung. • Tension pneumotoraks. Diagnosa: • Hipotensi disertai gangguan irama jantung. • Mungkin terdapat peninggian tekanan vena jugularis (JVP). • Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade jantung (bunyi jantung menjauh/redup) pada tension pneumotoraks (hipersonor dan pergeseran trakea) • Pemasangan jalur intravena dan pembenan infus kristaloid (hati-hati dengan jumlah cairan). • Pada aritmia mungkin diperlukan obat-obat inotropik. • Perikardiosentesis untuk tamponade jantung dengan monitoring EKG. • Pemasangan jarum torakostomi pada ICS 11 untuk mengurangi udara dalam rongga pleura.

Page 13: MANAGEMEN CIRKULASI

Catatan: Pada pembagian jenis shock ada pula yang membagi bahwa shock kardiogenik hanya karena gangguan pada fungsi myokard (misal : karena kontusio jantung) sedangkan tamponade jantung dan tension pneumotoraks dikelompokkan dalam shock obstruktif (shock karena obstruksi mekanik).

Page 14: MANAGEMEN CIRKULASI

Tindakan: Ditujukan agar tekanan sistolik> 90 — 100 mmHg (Mean Arterial Pressure 60 mmHg). • Tindakan awa, Infus cairan kristaloid, pemberian antibiotik, mornbuang sumber infeksi (pembedahan). • Tindakan lanjut, Penggunaan cairan koloid lebih baik dengan dibotikan vasopresor (Dopamine atau dikombinasi dengan Noradronalin).

3. Shock Septik Penyebab: Karena proses infeksi berlanjut. Diagnosa: a. Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi. b. Fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.

Page 15: MANAGEMEN CIRKULASI

4. Shock Anafilatik

• Reaksi anafilatik berat Penyebab :

Page 16: MANAGEMEN CIRKULASI

TERIMA TERIMA KASIHKASIH