Pencitraan Pada Pankreatitis 2

download Pencitraan Pada Pankreatitis 2

of 35

Transcript of Pencitraan Pada Pankreatitis 2

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    1/35

    JURNAL RADIOLOGI

    PENCITRAAN PADA PANKREATITIS

    Oleh:

    Dendri Kusuma Purborisanti 0810713059

    Victor Kristanto Soerodjo 0810713086

    Muhammad Dzahiruddin B. J. 0810714022Sharmila A/P Kumaran 0810714049

    Rahmawati Fika A. 0910710108

    Pembimbing:

    dr. Enny, Sp.Rad (K)

    LABORATORIUM RADIOLOGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    RUMAH SAKIT UMUM DR. SAIFUL ANWAR

    MALANG

    2013

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    2/35

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pankreatitis adalah peradangan pankreas akut atau kronis , yang

    dapat simtomatik atau asimtomatik dengan penyebab tersering alkoholisme

    dan panyakit saluran empedu (Dorland, 2000). Pankreatitis dapat dibedakan

    menjadi pankreatitis akut, kronis, dan autoimun. Pankreatitis akut cenderung

    ringan dan sembuh sendiri pada 80% pasien, namun menyebabkan

    komplikasi dan mortalitas yang bermakna pada hingga 20% pasien (Wang et

    al, 2009). Berbeda dengan pankreatitis akut yang kelainannya reversibel,

    pada pankreatitis kronis terjadi perubahan pankreas yang ireversibel (Fauci

    et al, 2008).

    Pankreatitis dapat dipicu oleh berbagai kondisi, misalnya

    alkoholisme, adanya obstruksi ductus, kelainan genetik, atau autoimun.

    Namun, mekanisme pasti terjadinya pankreatitis belum diketahui secara

    pasti. Pada pankreatitis akut, salah satu teori patogenesisnya adalah

    autodigesti, yaitu terjadinya pankreatitis karena enzim-enzim proteolitik

    (misalnya tripsinogen, kimotripsinogen, proelastase, dan fosfolipase A)

    teraktivasi di dalam pankreas sendiri karena adanya faktor pemicu, misalnya

    endotoksin, eksotoksin, infeksi virus, iskemia, dan trauma (Fauci et al, 2008).

    Di AS, terdapat sekitar 5000 kasus pankreatitis akut baru tiap

    tahunnya, dengan mortalitas sekitar 10%. Sementara itu, jumlah pasien

    dengan pankreatitis akut berulang atau pankreatitis kronis belum tercatat

    dengan jelas (Fauci et al, 2008)

    Pada kasus pankreatitis, ada beberapa modalitas pemeriksaan

    radiologi yang dapat dilakukan, antara lain foto polos, CT, MRI, dan USG

    (OConnor et al, 2011). Pemeriksaan-pemeriksaan radiologi tersebut dapat

    membantu penegakan diagnosis pankreatitis serta menentukan stadium

    penyakit. Oleh karena itu, dalam referat ini akan dijelaskan mengenai

    pankreatitis dan modalitas-modalitas pemeriksaan radiologi yang dapat

    dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis pankreatitis baik akut

    maupun kronis.

    1.2 Rumusan Masalah

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    3/35

    1. Apa pengertian pankreatitis?

    2. Apa saja etiologi pankreatitis?

    3. Bagaimana patogenesis pankreatitis?

    4. Apa saja hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan pada

    pasien dengan pankreatitis?

    5. Pencitraan radiologi apa saja yang bermanfaat dalam penegakan

    diagnosis pankreatitis?

    6. Bagaimana terapi pankreatitis?

    1.3 Tujuan

    1. Mengetahui pengertian pankreatitis

    2. Mengetahui etiologi pankreatitis

    3. Mengetahui patogenesis pankreatitis

    4. Mengetahui hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan

    pankreatitis

    5. Mengetahui pencitraan radiologi yang bermanfaat dalam penegakan

    diagnosis pankreatitis

    6. Mengetahui terapi pankreatitis.

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    4/35

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Pankreatitis

    Pankreatitis akut adalah proses inflamasi pankreas dengan

    manifestasi dan variasi klinis yang beragam. Secara umum, pankreatitis

    akut dapat didiagnosis pada pasien dengan 2 dari 3 ciri berikut: nyeri

    abdomen atas yang tiba-tiba, peningkatan serum amilase dan/atau lipase

    lebih dari 3 kali kadar normal, serta temuan pada CT scan, CT scan

    dengan kontras, atau USG abdomen yang mencirikan pankreatitis.

    (Zaheer et al, 2013). Pankreatitis akut cenderung ringan dan sembuh

    sendiri pada 80% pasien, namun menyebabkan komplikasi dan mortalitas

    yang bermakna pada hingga 20% pasien (Wang et al, 2009)

    Pankreatitis kronis kelainan heterogen dengan spektrum klinis

    yang mencakup nyeri, hilangnya fungsi eksokrin pankreas, diabetes

    mellitus, dan berbagai komplikasi yang biasanya melibatkan organ-organ

    di sekitar pankreas (Bchler et al, 2009). Pankreatitis kronis dicirikan

    dengan adanya kerusakan ireversibel pada pankreas, berbeda dengan

    pankreatitis akut yang memiliki perubahan reversibel. Pada pankreatitis

    kronis didapatkan abnormalitas histologis, termasuk inflamasi kronis,

    fibrosis, dan destruksi progresif baik pada jaringan eksokrin maupun

    endokrin (Fauci et al, 2008)

    Pankreatitis autoimun adalah bentuk pankreatitis yang secara

    klinis seringkali dicirikan oleh jaundice obstruktif dengan atau tanpa

    massa pankreas, adanya infiltrat limfoplasmasitik dan fibrosis pada

    pemeriksaan histologis, dan merespon terapi steroid dengan baik

    (Shimosegawa et al, 2011). Pankreatitis autoimun juga dikenal sebagai

    sclerosing pancreatitis, tumefactive pancreatitis, dan nonalcoholic

    destructive pancreatitis tergantung temuan patologis spesifik dan

    keberadaan manifestasi ekstrapankreatik (Fauci et al, 2008).

    2.2 Etiologi Pankreatitis

    2.2.1 Etiologi Pankreatitis Akut

    Pada negara berkembang, obstruksi ductus biliaris oleh batu

    (38%) dan penyalahgunaan alkohol (36%) adalah penyebab tersering

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    5/35

    pankreatitis akut. Obstruksi karena batu menyebabkan pankreatitis

    dengan meningkatkan tekanan ductus dan mengacaukan regulasi

    aktivasi enzim-enzim digestif. Sementara itu korelasi antara alkohol

    dengan pankreatitis belum sepenuhnya diketahui.

    Penyebab lain pankreatitis akut antara lain:

    - pancreas divisum (sekitar 7%), yaitu suatu kelainan kongenital pada

    ductus pancreaticus yang terjadi karena kegagalan fusi antara sistem

    ductal dorsal dan ventral

    - tumor yang mengobstruksi ductus pancreaticus

    - endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP),

    pankreatitis post-ERCP lebih berisiko terjadi bila ERCP dilakukan

    untuk mengatasi disfungsi sfingter Oddi dibandingkan bila dilakukan

    untuk menghilangkan batu pada ductus biliaris.

    - hiperkalsemia

    - obat, tetapi pankreatitis akut karena obat jarang terjadi

    (Wang et al, 2009)

    2.2.2 Etiologi Pankreatitis Kronis

    Di AS, alkoholisme adalah penyebab tersering pankreatitis kronis

    pada dewasa, sementara pada anak-anak penyebab terseringnya

    adalah fibrosis kistik. Pada hingga 25% orang dewasa, pankreatitisnya

    memiliki penyebab yang tidak diketahui, yang disebut pankreatitis kronis

    idiopatik. Menurut penelitian terbaru, sekitar 15% pasien dengan

    pankreatitis idiopatik mungkin mengalami pankreatitis yang disebabkan

    oleh defek genetik (Fauci et al, 2008)

    Defek genetik yang menyebabkan pankreatitis kronis

    kemungkinan adalah mutasi gen CFTR (cystic fibrosis transmembrane

    conductance regulator-gene), gen tripsinogen kationik PRSS-1

    (protease-serine-1), dan gen SPINK-1 (serine-protease inhibitor and

    Kazal type 1). Mutasi pada PRSS-1 kemungkinan memicu pankreatitis

    kronis, sementara CFTR dan SPINK-1 memicu munculnya pankreatitis

    bila terdapat faktor risiko, misalnya alkohol (Pezzilli, 2009).

    Selain etiologi-etiologi di atas, pankreatitis kronis juga bisa

    disebabkan oleh autoimun atau kombinasi dengan penyakit spesifik

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    6/35

    (misalnya penyakit Crohn), fibrosis kistik, tropical, obstruksi ductus

    pancreaticus, atau obat-obatan (Bchleret al, 2009)

    2.3 Patogenesis Pankreatitis

    2.3.1 Patogenesis Pankreatitis Akut

    Pankreatitis akut dapat terjadi ketika faktor-faktor yang terlibat

    dalam mempertahankan homeostasis seluler tidak seimbang. Kejadian

    awal mungkin sesuatu yang melukai sel asinar dan merusak sekresi

    butiran zymogen, contoh : komsumsi alkohol, batu empedu, dan obat-

    obatan tertentu.

    Saat ini, masih belum jelas bagaimana patofisiologi yang memicu

    terjadinya pankreatitis akut. Bagaimanapun, diyakini bahwa baik faktor

    ekstraselular (misalnya, respon saraf dan pembuluh darah) maupun

    faktor intraseluler (misalnya, aktivasi enzim pencernaan intraseluler)

    berperan. Selain itu, pankreatitis akut dapat berkembang ketika sel

    cedera duktal menyebabkan tertundanya atau tidak adanya sekresi

    enzim, seperti pada mutasi gen CFTR.

    Setelah pola cedera seluler dimulai, pertukaran membran sel

    menjadi kacau, dengan efek negatif berikut:

    -Kompartemen lisosomal dan granul zymogen granul menyatu,

    sehingga memungkinkan aktivasi tripsinogen ke tripsin

    -Tripsin intraseluler memicu aktivasi cascade di seluruh zymogen

    Neutrofil teraktivasi kemudian memperburuk kondisi dengan

    melepaskan superoksida (respiratory burst) atau enzim proteolitik

    (cathepsins B, D, dan G, kolagenase, dan elastase). Akhirnya,

    makrofag melepaskan sitokin yang memediasi respon inflamasi lokal.

    Para mediator awalnya adalah tumor necrosis factor-alpha (TNF-),

    interleukin (IL) -6, dan IL-8.

    Mediator-mediator inflamasi tersebut menyebabkan peningkatan

    permeabilitas pembuluh darah pankreas, menyebabkan perdarahan,

    edema, dan akhirnya nekrosis pankreas. Saat mediator diekskresikan

    ke dalam sirkulasi, komplikasi sistemik dapat timbul, seperti bacteremia

    karena gut flora yang mengalami translokasi, sindrom gangguan

    pernapasan akut (ARDS), efusi pleura, perdarahan gastrointestinal,

    dan gagal ginjal.

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    7/35

    Sindrom respons inflamasi sistemik (SIRS) juga dapat terjadi,

    mengarah ke terjadinya shock sistemik. Akhirnya, para mediator

    inflamasi dapat menjadi begitu banyak terkumpul sehingga

    menyebabkan ketidakstabilan hemodinamik dan kematian.

    Pada pankreatitis akut, edema parenkim dan nekrosis lemak

    peripankreatik terjadi pertama kali, ini dikenal sebagai pankreatitis akut

    edema. Ketika nekrosis melibatkan parenkim, disertai dengan

    perdarahan dan disfungsi kelenjar, peradangan berkembang menjadi

    pankreatitis hemoragik atau necrotizing. Pseudokista dan abses

    pankreas dapat disebabkan oleh pankreatitis necrotizingkarena enzim

    dapat dibatasi oleh jaringan granulasi (pembentukan pseudokista) atau

    melalui penyemaian bakteri pada jaringan pankreas atau

    peripankreatik (pembentukan abses) (Gardner, 2013)

    2.3.2 Patogenesis Pankreatitis Kronis

    Fibrogenesis pankreas tampaknya menjadi respon khas terhadap

    adanya jejas. Ini melibatkan interaksi kompleks dari faktor pertumbuhan,

    sitokin, dan kemokin, sehingga terjadi deposisi matriks ekstraseluler dan

    proliferasi fibroblas. Pada pankreas yang cedera, ekspresi lokal dan

    pelepasan faktor pertumbuhan transformasi beta (TGF-beta)

    merangsang pertumbuhan sel-sel asal mesenkimal dan meningkatkan

    sintesis protein matriks ekstraseluler seperti kolagen, fibronektin, dan

    proteoglikan. Bukti menunjukkan keterlibatan kemokin yang berbeda

    dalam inisiasi dan penyebab terjadinya pankreatitis kronis

    (Huffman,2012).

    2.4 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

    2.4.1 Anamnesis

    Secara umum, anamnesis pada pasien pankreatitis adalah

    sebagai berikut:

    a. Keluhan utama: nyeri hampir selalu merupakan keluhan yang

    diberikan oleh pasien dan nyeri dapat terjadi di epigastrium,

    abdomen bawah atau terlokalisir pada daerah torasika posterior dan

    lumbalis. Nyeri bisa ringan atau parah atau biasanya menetap dan

    tidak bersifat kram.

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    8/35

    b. Riwayat penyakit sekarang: pertanyaan tentang nyeri, lokasi, durasi,

    faktor-faktor pencetus dan hubungan nyeri dengan makanan, postur,

    minum alkohol, anoreksia, dan intoleransi makanan

    c. Riwayat penyakit lalu: tanyakan kepada pasien apakah pernah

    mendapat intervensi pembedahan seperti kolesistektomi, atau

    prosedur diagnostik seperti EKCP. Kaji apakah pernah menderita

    masalah medis lain yang menyebabkan pankreatitis meliputi :

    - ulkus peptikum

    - gagal ginjal

    - gangguan vaskular

    - hipoparatiroidisme

    - hiperlipidemia

    d. Riwayat kesehatan keluarga: tanyakan riwayat keluarga yang

    mengkonsumsi alkohol, mengidap pankreatitis dan penyakit biliaris

    e. Riwayat psikososial: penggunaan alkohol secara berlebihan adalah hal

    yang paling sering menyebabkan pankreatitis akut. (Hudak dan Gallo,

    1996)

    2.4.2 Pemeriksaan Fisik

    Hasil pemeriksaan fisik pada pasien pankreatitis secara umum

    adalah sebagai berikut:

    a. Tanda-tanda vital: terdapat peningkatan temperatur, takikardi, dan

    penurunan tekanan darah. Demam merupakan gejala yang umum

    biasanya (dari 39 C). demam berkepanjangan dapat menandakan

    adanya komplikasi gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis,

    kolesistitis atau abses intra abdomen.

    b. Sistem gastrointestinal: pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri

    abdomen. Juga terdapat distensi abdomen bagian atas dan

    terdengar bunyi timpani. Bising usus menurun atau hilang karena

    efek proses peradangan dan aktivitas enzim pada motilitas usus.

    Hal ini memperberat ketidakseimbangan cairan pada penyakit ini.

    Pasien dengan penyakit pankreatitis yang parah dapat mengalami

    asites, ikterik dan teraba massa abdomen.

    c. Sistem kardiovaskular: efek sistemik lainnya dari pelepasan kedalam

    sirkulasi adalah vasodilatasi perifer yang pada gilirannya dapat

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    9/35

    menyebabkan hipotensi dan syok.Penurunan perfusi pankreas

    dapat menyebabkan penurunan faktor depresan miokardial (MDF).

    Faktor depresan miokardial diketahui dapat menurunkan

    kontraktilitas jantung.

    d. Sistem sirkulasi: resusitasi cairan dini dan agresif diduga dapat

    mencegah pelepasan MDF. Aktivasi tripsin diketahui dapat

    mengakibatkan abnormalitas dalam koagulitas darah dan lisis

    bekuan. Koagulasi intravaskular diseminata dengan keterkaitan

    dengan gangguan perdarahan selanjutnya dapat mempengaruhi

    keseimbangan cairan.

    e. Sistem respirasi: pelepasan enzim-enzim lain (contoh fosfolipase)

    diduga banyak menyebabkan komplikasi pulmonal yang

    berhubungan dengan pankretitis akut. Ini termasuk hipoksemia

    arterial, atelektasis, efusi pleural, pneumonia, gagal nafas akut dan

    sindroma distress pernafasan akut.

    f. Sistem metablisme: komplikasi metabolik dari pankreatitis akut

    termasuk hipokalsemia dan hiperlipidemia yang diduga berhubungan

    dengan daerah nekrosis lemak disekitar daerah pankreas yang

    meradang. Hiperglikemia dapat timbul dan disebabkan oleh respon

    terhadap stress.

    g. Sistem urinari: oliguria, azotemia atau trombosis vena renalis bisa

    menyebabkan gagal ginjal

    h. Sistem neurologi: perubahan tingkah laku dan sensori yang dapat

    berhubungan dengan penggunaan alkohol atau indikasi hipoksia yang

    disertai syok

    i. Sistem integumen: membran mukosa kering, kulit dingin dan lembab,

    sianosis yang dapat mencerminkan dehidrasi ringan sampai sedang

    akibat muntah atau sindrom kebocoran kapiler.Perubahan warna

    keunguan pada panggul (tanda turney grey) atau pada area

    periumbilikus (tanda cullen) terjadi pada nekrosis hemoragik yang luas

    (Hudak dan Gallo, 1996)

    2.5 Pemeriksaan Radiologi

    Pemeriksaan radiologi pada pankreatitis dapat dilakukan dengan

    beberapa macam modalitas. Foto polos, CT, MRI dan USG dikatakan dapat

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    10/35

    membantu diagnosis dari pankreatitis. Akan tetapi, beberapa literatur

    menyebutkan, untuk diagnosis pankreatitis, pemeriksaan foto konvesional dan

    USG memiliki keterbatasan jika dibandingkan dengan pemeriksaan CT dan MRI.

    Dikatakan bahwa pemeriksaan CT adalah pemeriksaan yang paling umum

    dilakukan pada pankreatitis, terutama pankreatitis akut (OConnor et al, 2011).

    Pemeriksaan radiologi pada pankreatitis pada umumnya memiliki

    beberapa tujuan, antara lain (Allmon dan Liebman, 2006):

    1. Menyingkirkan kelainan abdominal lain yang dapat menyerupai

    pankreatitis

    2. Mengkonfirmasi diagnosis klinis dari pankreatitis

    3. Menentukan stadium dari penyakit, dengan evaluasi dari luas dan sifat

    dari luka pankreatik serta inflamasi peripankreas

    Pemeriksaan radiologi pada pankreatitis umumnya memiliki gambaran

    yang berbeda antara pankreatitis akut dan kronis. Pada pankreatitis akut,

    dikarenakan sifatnya yang dapat mengancam jiwa, pemeriksaan radiologi

    memiliki peranan penting dalam manajemen kasus tersebut, dimana diperlukan

    kecepatan serta ketepatan dalam penegakan diagnosis dan penatalaksanaan.

    Pankreatitis akut merupakan suatu proses inflamasi akut yang terjadi pada

    pankreas yang juga dapat meliputi jaringan serta organ yang berdekatan.

    Pankreatitis akut juga merupakan penyebab utama yang penting pada keluhan

    nyeri abdomen akut (Allmon dan Liebman, 2006; OConnor et al, 2011).

    2.5.1 Foto Konvensional

    Pada pemeriksaan foto konvesional, pemeriksaan foto polos abdomen

    dapat dilakukan pada pasien dengan pankreatitis. Akan tetapi, pemeriksaan

    tersebut lebih memiliki tujuan untuk menyingkirkan diagnosis banding yang

    memiliki manifestasi klinis serupa, seperti apendisitis. Pemeriksaan foto polos

    merupakan salah satu langkah yang cepat dan mudah dilaksanakan sehingga

    cukup bermanfaat untuk kondisi terjadinya keadaan gawat darurat yang

    membutuhkan tindakan bedah segera (Allmon dan Liebman, 2006).

    Foto polos abdomen merupakan bagian dari diagnostik awal sebagai

    penatalaksanaan dari nyeri akut abdomen. Penemuan dari foto polos umumnya

    tidak spesifik, namun dapat menjurus ke arah pankreatitis akut (Romero-

    Urquhart, 2011). Suatu studi menunjukan bahwa pada pemeriksaan foto polos

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    11/35

    abdomen pada pasien dengan pankreatitis akut pada umumnya akan ditemukan

    (Allmon dan Liebman, 2006):

    - Ileus duodenum pada 42% pasien

    -Colon cutoff (kekurangan gas pada distal dari fleksura splenik akibat

    spasme kolon yang terpengaruh penyebaran inflamasi pankreas)

    - Abses pankras (gelembung udara)

    - Nekrosis lemak abdominal dan saponifikasi (efek akibat lipase yang

    teraktivasi pada jaringan lemak)

    Pada review dari 73 kasus oleh Rifkind et al, temuan-temuan lain pada

    foto polos termasuk di dalamnya adalah penggelapan batas psoas,

    meningkatnya densitas jaringan lunak epigastrik, peningkatan pemisahan

    gastrokolik, distorsi kurvatura lambung, kalsifikasi pankreas, dan efusi pleura

    (biasanya di kiri). Akan tetapi, perlu diingat bahwa temuan gambaran normal

    pada foto polos abdomen juga dapat ditemukan pada pasien dengan pankreatitis

    akut (Romero-Urquhart, 2011).

    Gardner (2013) menyebutkan bahwa pemeriksaan radiografi abdomen

    memiliki peran yang terbatas pada pankreatitis akut. Pemeriksaan radiografi

    kidney-ureter-bladder (KUB) dengan pasien dalam posisi berdiri tegak lurus

    dilakukan secara primer untuk mendeteksi udara bebas dalam abdomen,

    mengindikasikan perforasi viscus, sebagaimana pada kasus dengan ulkus

    duodenum yang menimbulkan perforasi. Pada beberapa kasus, proses inflamasi

    dapat merusak struktur peripankreas, menyebabkan tanda berupa colon cutoff,

    sentinel loop, atau ileus.

    . Sementara pada pankreatitis kronis, yang dikarakterisasi oleh kerusakan

    pankreas yang progresif dan menjurus pada kerusakan fungsi endokrin serta

    eksokrin dari pankreas, pemeriksaan foto polos abdomen juga dapat dilakukan

    dan justru menghasilkan temuan yang lebih spesifik. Didapatkannya temuan

    kalsifikasi baik di dalam maupun di sekitar pankreas merupakan suatu tanda dari

    pankreatitis kronis (Gardner, 2013).

    Pada sekitar 25 59% pasien dengan diagnosis pankreatitis kronis,

    ditemukan temuan berupa kalsifikasi pankreas. Temuan tersebut merupakan

    suatu ciri yang patognomonis pada pankreatitis kronis. Kalsifikasi secara primer

    merepresentasikan kalkuli intraduktal, baik pada duktus utama pankreas maupun

    cabang-cabang duktus yang lebih kecil. Kalsifikasi berupa bentukan punktata

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    12/35

    atau kasar dang dapat memiliki distribusi fokal, segmental, ataupun difus (Khan,

    2013).

    Gambar 2.1 Pankreatitis kronis. Foto polos abdomen menunjukan distribusi

    kalsifikasi kasar dari pankreas akibat pankreatitis kalsifikasi kronis

    Gambar 2.2 Foto polos abdomen pada pankreatitis kronis menunjukan stent

    insitu pada ductus biliaris dan kalsifikasi pankreas yang cukup meluas

    Sementara itu, pemeriksaan foto dengan kontras juga dapat memberikan

    hasil yang cukup bermanfaat. Pemeriksaan seri traktus gastrointestinal atas

    dengan kontras barium dapat memberikan informasi yang penting untuk terapi

    pada pasien dengan pankreatitis kronis. Obstruksi saluran cerna dapat

    ditemukan pada pemeriksaan dan dapat disebabkan oleh pembesaran pankreas

    atau pseudokista yang menekan lambung. Fibrosis peripankreas juga dapat

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    13/35

    melibatkan antrum lambung atau duodenum, sehingga menyebabkan stenosis.

    Pembesaran dari kepala pankreas biasanya menyebabkan suatu penghapusan

    (effacement) dari antrum karena jarak anatomis yang tetap antara kepala

    pankreas dan antrum lambung, menyebabkan suatu gambaran yang dikenal

    dengan pad sign. Pankreatitis kronis juga dapat menyebabkan nodularitas

    lambung dan penebalan lipatan mukosa, dan temuan-temuan tersebut paling

    banyak tampakpada aspek posterior (Khan, 2013).

    Gambar 2.3 Pemeriksaan barium traktus gastrointestinal atas menunjukan tanda

    3 terbalik akibat pankreatitis kronis. Karsinoma pankreas juga dapat menunjukan

    gambaran serupa

    2.5.2 Ultrasonografi (USG)

    Pada pankreatitis akut, temuan abnormal pada USG didapatkan pada 33

    90% pasien. Akan tetapi pemeriksaan USG pada pasien dengan pankreatitis

    akut seringkali terjepit secara negatif karena ileus dan udara usus yang

    menutupi. Edema intersisial pada pankreatitis akut digambarkan pada USG

    sebagai suatu pembesaran kelenjar yang hipoechoic. Walaupun USG dapat

    digunakan untuk mengidentifikasi kumpulan cairan peripankreas akut,

    pemeriksaan tersebut tidak bermanfaat untuk mendeteksi nekrosis, dan oleh

    karena itu, peran USG dalam pencitraan pankreatitis akut adalah terbatas untuk

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    14/35

    mendeteksi kolelithiasis dan koledokolithiasis dan juga indentifikasi cairan pada

    peritoneum, retroperitoneum, dan rongga pleura (OConnor et al, 2011).

    Gambar 2.4 USG pada wanita 74 tahun dengan pankreatitis akut ringan. Badan

    pankreas dan ekor menunjukkan gambaran hipoechoic akibat edema anterior

    duktus pankreas (panah).

    Pemeriksaan USG pada pankreatitis akut juga dapat mengidentifikasi

    komplikasi-komplikasi yang terjadi. Kumpulan cairan bebas peripankreas

    diidentifikasi sebagai ill-defined kumpulan anechoic. Kumpulan atau akumulasi

    cairan mungkin mendemonstrasikan suatu internal-echo atau debris atau

    pembentukan septa-septa jika suatu perdarahan atau infeksi terjadi. Penyebaran

    ekstrapankreas dari pankreatitis akut juga mungkin merupakan satu-satunya

    manifestasi sonografis pada beberapa pasien (Romero-Uquhart, 2011).

    Temuan lain yang dapat tampak pada USG pada pankreatitis kronis

    antara lain suatu pseudokista, yang tampak sebagai akumulasi cairan anechoic

    bulat atau oval dengan batas tegas. Secara sonografis, pseudokista dapat

    dibedakan antara yang terinfeksi dengan yang tidak. Abses pankreas juga dapat

    tampak pada pankreatitis akut, dengan penampakan berupa struktur kista

    kompleks dengan debris atau pembentukan septa internal, dan kemungkinan

    besar dengan gelembung udara echogenik. Suatu pseudoaneurisma seringkali

    muncul sebagai massa kistik akan tetapi disertai aliran arteri turbulent di antara

    massa (Romero-Uquhart, 2011).

    Seain itu, Forsmark (2005) dalam bukunya mengatakan bahwa temuan

    pada pemeriksaan USG pada pasien dengan pankreatitis kronis dapat

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    15/35

    menentukan stadium dari penyakit tersebut. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel

    2.1 di mana penentuan stadium penyakit juga dapat ditentukan dari pemeriksaan

    CT.

    Tabel 2.1 Diagnosis dan Stadium Pankreatitis Kronis pada Ultrasonografi dan

    Computed Tomography

    USG bermanfaat dalam menggambarkan anatomi pankreas. Temuan

    primer USG abdomen pada pankreatitis kronis meliputi perubahan pada ukuran,

    kontur bentuk, dan tekstur echoic dari pankreas. Kontur iregular pankreas terlihat

    pada 45 60% pasien, pembesaran fokal terlihat pada 12 32%, dan

    pembesaran difus terlihat pada 27 45%. Sementara penebalan fascia

    peripankreas dan pengaburan batas pankreas tampak pada sekitar 15% pasien

    (Khan, 2013).

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    16/35

    Gambar 2.5 Pankreatitis kronis pada wanita 52 tahun dengan nyeri sedang pada

    kuadran kiri atas abdomen. Sonogram transversal melewati pankreas

    menunjukan pseudokista berukuran 4,37 cm pada ekor pankreas (panah)

    Gambar 2.6 Sonogram longitudinal pada pankreatitis kronis (pada pasien yang

    sama dengan gambar sebelumnya) menunjukan suatu pseudokista pada hilum

    splenik. Sonogram doppler (tidak tampak) menunjukan tidak ada sinyal pada

    vena splenika

    Pada tahap awal penyakit, pankreas dapat membesar dan hiperchoid

    dengan dilatasi duktus. Kemudian pankreas menjadi heterogen dengan area-

    area dengan peningkatan echogenisitas dan pembesaran fokal atau difus.

    Pseudokista juga dapat muncul, dan massa inflamatorik hiperechoid dapat

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    17/35

    menyerupai neoplasia pankreas. Kalkuli dan kalsifikasi pada kelenjar

    menyebabkan fokus echogenik tebal, yang juga dapat menunjukan suatu

    bayangan. Duktus pankreas dan common bile duct juga dapat berdilatasi.

    Sementara pada stadium akhir penyakit, pankreas menjadi atrofi dan fibrotik dan

    mengecil. Perubahan tersebut menghasilkan pankreas yang kecil dan echogenik

    dengan tekstur echoid heterogen. Duktus pankreas tetap dilatasi dan memiliki

    penampakan seperti manik-manik karena stenosis multipel. Saat terlihat, dilatasi

    bilier ada namun ringan (Khan, 2013).

    2.3.3 Computed Tomography (CT)

    Pemeriksaan CT dengan kontras (Contrast-enhanced CT / CECT)

    merupakan modalitas pencitraan pilihan pada pankreatitis akut. Pankreas

    menyangat secara seragam pada pankreatitis akut ringan dan dapat normal atau

    membesar dengan penyangatan pelaifan pada lemak yang berbatasan dalam

    jumlah yang bervariasi, yang disebut stranding. Edema lokal merupakan

    temuan yang umum dan dapat meluas sepanjang mesentrium, mesokolon, dan

    ligamen hepatoduodenum dan masuk ke dalam rongga peritoneal. Perluasan

    dari cairan edem ke dalam rongga perirenal anterior dapat menciptakan suatu

    efek massa dan tanda halo dengan pemisahan dari lemak perinefrik (O Connor

    et al, 2011).

    Gambar 2.7 Gambaran CT abdomen pada pria 67 tahun dengan pankreatitis

    akut dan koleksi pankreatik hemoragik akut. Pada gambaran CT unenhanced,

    pankreas menunjukkan area heterogen dengan densitas yang meningkat (tanda

    panah), konsisten dengan adanya darah di regio kepala dan ekor pankreas pada

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    18/35

    studio ini. Perhatikan tidak adanya wall around collection, seperti yang terlihat

    pada pseudokista.

    Pemeriksaan CECT abdomen dan pelvis pada pankreatitis akut dapat

    dilakukan menggunakan baik kontras intravena maupun oral. Protokol

    pemeriksaan dapat bervariasi, namun yang paling penting adalah untuk

    memperoleh gambar potongan-tipis selama puncak perfusi arteri pankreas, yang

    biasanya didapatkan dalam 30 40 detik setelah kontras iodine diberikan 3 4

    mL/detik menggunakan helical CT (Romero-Urquhart, 2011).

    CECT pada pankreatitis akut direkomendasikan untuk dilakukan pada

    situasi-situasi berikut (Romero-Uquhart, 2011):

    -pasien dengan diagnosis klinis yang meragukan

    - pasien dengan hiperamilasemia dan klinis pankreatitis berat, distensi

    abdomen, tenderness, demam tinggi, dan leukositosis

    - pasien dengan skor Ranson > 3 atau skor APACHE > 8

    - pasien yang tidak memiliki manifestasi perbaikan klinis yang cepat

    dalam 72 jam setelah terapi medis konservatif dimulai

    - pasien dengan perbaikan klinis selama pemberian terapi medis inisial

    namun lalu menunjukan perubahan akut pada status klinis,

    mengindikasikan adanya perkembangan dari suatu komplikasi

    Temuan lain yang dapat ditemukan pada CECT pankreatitis akut adalah

    gambaran komplikasi seperti pseudokista, abses, nekrosis, trombosis vena,

    pseudoaneurisma, dan pendarahan. Pseudokista memiliki gambaran berupa

    bentukan bulat atau oval dengan densitas cairan baik dengan dinding tipis

    ataupun tebal yang dapat meninggi, sementara abses memiliki gambaran

    akumulasi cairan berdinding tebal atau pelaifan rendah dengan gelembung

    udara atau akumulasi cairan dengan densitas tercampur yang sulit diidentifikasi

    (Romero-Uquhart, 2011).

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    19/35

    Gambar 2.8 CT pada wanita 67 tahun dengan pankreatitis akut ringan. Kepala

    pankreas tampak mengalami penyangatan secara homogeny (panah panjang)

    pada pencitraan fase vena porta. Terdapat stranding lemak retroperitoneal yang

    ekstensif serta terlihat koleksi cairan akut pada pararenal space anterior kiri

    (panah pendek).

    Pada pankreatitis akut, CECT dapat digunakan untuk menilai derajat

    keparahan pankreatitis akut dan menentukan prognosis. Balthazar et al

    mengembangkan sistem grading yang diklasifikasikan menjadi 5 stadium, yaitu

    (Romero-Urquhart, 2011):

    - Grade A penampakan pankreas normal

    - Grade B pembesaran fokal dan difus dari pankreas

    - Grade C abnormalitas kelenjar berasosiasi dengan infiltrasi lemak

    peripankreas

    - Grade D akumulasi cairan tunggal

    - Grade E dua atau lebih akumulasi cairan

    CT dikatakan jauh lebih sensitif dibandingkan dengan USG (75 90%)

    untuk diagnosis pada pankreatitis kronis. Kapasitas CT lebih berkembang untuk

    lebih mendeteksi abnormalitas fokal seperti kalsifikasi, dilatasi duktus pankreas,

    akumulasi cairan, atau pembesaran fokal. Sebagai tambahan, gambar CT dari

    pankreas tidak terbatasi oleh udara intestinal dan dapat menggambarkan

    pankreas secara esensial tiap pasien (Forsmark, 2005).

    Temuan CT pada pankreatitis kronis dapat tervisualisasi pada CT scan

    meliputi dilatasi duktus primer pankreas, kalsifikasi, perubahan ukuran, bentuk

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    20/35

    dan kontur, pseudokista, serta perubahan duktus bilier. Dilatasi duktus pankreas

    primer dapat didemonstrasikan, dengan pelebaran dari duktus melebihi 5 mm

    pada kepala, dan 2 mm pada corpus dan ekor. CT merupakan pemeriksaan yang

    paling sensitif dan juga spesifik untuk menggambarkan kalsifikasi yang dapat

    berupa kalsifikasi punktata yang kecil atau kalsifikasi yang kasar dan lebih besar.

    Terdapatnya pembesaran fokal berasosiasi dengan kalsifikasi atau dilatasi

    duktus pada suatu massa merupakan ciri dari pankreatitis kronis (Khan, 2013).

    Gambar 2.9 CT aksial non-enhanched melalu pankreas menunjukan suatu

    pembesaran pankreas berasosiasi dengan kalsifikasi punktata pada pankreatitiskronis

    2.5.3 Magnetic Resonance Imaging (MRI)

    Pada beberapa tahun terakhir, suatu perkembangan pada teknologi

    magnetic resonance imaging (MRI) menghasilkan suatu pencitraan yang lebih

    akurat baik pada parenkim maupun duktus pankreas. Metode ini juga sering

    dikenal dengan magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP). Masih

    belum terlalu jelas, apakah MRI dan MRCP ini lebih superior dibandingkan CT,

    akan tetapi secara umum memiliki akurasi yang ekuivalen dengan CT.

    Sementara itu, MRCP menjadi lebih digunakan secara luas untuk evaluasi

    penyakit pankreas dan bilier, dan secara khusus memiliki gambaran yang bagus

    untuk duktus pankreas yang berdilatasi (Formarks, 2005).

    Pada pankreatitis akut, MRI merupakan suatu alternatif modalitas

    pencitraan pilihan. MRI merupakan pilihan terutama jika terdapat kontraindikasi

    untuk pemeriksaan CECT, misalnya pada pasien dengan alergi kontras atau

    insufisiensi renal (O Connor et al, 2011).

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    21/35

    Perubahan morfologis pada MRI pankreatitis akut serupa dengan yang

    didapatkan pada CT. Pankreas dapat mebesar secara fokal (biasanya pada

    kepala pankreas) atau difus. Perubahan inflamatoris akut tampak seperti untaian

    dari intensitas sinyal rendah pada lemak peripankreas yang meliputi (Romero-

    Urquhart, 2011).

    Komplikasi dari pankreatitis akut juga dapat diidentifikasi menggunakan

    MRI. Pendarahan, misalnya, diidentifikasi dengan pemendekan T1 atau

    intensitas sinyal tinggi pada T1-weighted sequences dengan supresi lemak.

    Akumukasi cairan peripankreas, pseudokista, dan abses dikenali dari intensitas

    sinyal tinggi yang dihasilkan pada T2-weighted sequences. Devaskularisasi atau

    bagian yang mengalami nekrosis pada pankreas gagal untuk menyangat pada

    gambar gadolinium-enhanched dinamis. MRI juga dapat lebih baik daripada CT

    dalam area untuk mendeteksi nekrosis pankreas steril dalam suatu gambaran

    yang muncul sebagai pseudokista simpel pada CT (Romero-Urquhart, 2011).

    Gambar 2.10 Pankreatitis akut. Pankreatitis fokal yang melibatkan kepala

    pankreas. Kepala pankreas membesar dengan inflamasi ill-defineddi sekitarnya

    dan koleksi cairan.

    Pada kebanyakan pasien dengan pankreatitis kronis, duktus pankreas

    normal terlihat pada gambar diperoleh dengan pemeriksaan MRCP dan sekuens

    MRI T2-weighted short-tau inversion recovery. MRCP menggambarkan

    gambaran manik-manik khas dari duktus pankreas pada pankreatitis kronis.

    Kalkuli duktus pankreas digambarkan sebagai filling defect berbentuk bulat.

    Gambaran fat-suppressed-T1-weighted biasanya menunjukan kekurangan

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    22/35

    intensitas sinyal. Gambaran tersebut menjelaskan bahwa fibrosis pankreas

    menurunkan kandungan cairan protein pada pankreas, menghasilkan

    kekurangan intensitas sinyal pankreas. Fibrosis juga berasosiasi dengan

    penurunan vaskular, yang menyebabkan peninggian gadolinium pankreas (Khan,

    2013).

    Gambar 2.11 MRI transaksial T2-weighted melalui ekor pankreas menunjukan

    duktus pankreas berliku-liku (panah)

    Kalsifikasi punktata kecil pada pankreas cukup sulit ditemukan

    menggunakan MRI, namun kalsifikasi yang lebih besar dapat terlihat sebagai

    fokus dari kekosongan sinyal. Sebagai hasil dari kemampuan untuk

    menggambarkan cairan, MRI T2-weighted dapat mendemonstrasikan iregularitas

    duktus pankreas dan bilier serta pseudokista yang berasosiasi dengan

    pankreatitis kronis (Khan, 2013).

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    23/35

    Gambar 2.12 Magnetic resonance cholangiopancreatogram yang didapatkan 24

    jam setelah penempatan stentpada ductus biliaris menunjukkan drainase bilier

    yang baik melalui stenttersebut. Perhatikan striktur pankreas yang terdilatasi dan

    strikturdownstream pada kepala pankreas (kiri).

    2.5 Terapi Panreatitis

    2.5.1 Terapi Pankreatitis Akut

    Tujuan pengobatan adalah menghentikan proses peradangan

    dan antodigesti atau menstabilkan sedikitnya keadaan klinis

    sehingga memberi kesempatan resolusi penyakit. Pasien pankreatitis

    menerima terapi suportif yang teridiri dari kontrol nyeri secara

    efektif, penggantian cairan, dan nutrisi pendukung. Oleh karena itu

    manajemen pankreatitis akut, biasanya terdiri dari:

    - Manajemen Cairan

    - Nutrisi pendukung:

    Untuk mengistirahatkan saluran cerna

    Diberikan nutrisi secara enteral maupun parenteral

    - Manajemen nyeri

    Selain itu dapat juga dilakukan intervensi radiologi dan ERCP

    atau terapi bedah. Manajemen terapi yang diberikan tersebut

    dibagi dalam terapi farmakologi dan non farmakologi (Fauci et al,

    2008).

    1. Terapi non farmakologis

    a. Nutrisi pendukung

    Pemberian nutrisi pendukung dilakukan untuk

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    24/35

    mengistirahatkan saluran cerna sehingga mengurangi

    stimulasi terhadap pankreas juga karena terjadinya malnutrisi.

    Malnutrisi diakibatkan metabolisme pada pasien dengan

    pankreatitis akut berat menyerupai keadaan sepsis, yang

    ditandai dengan hiperdinamik, hipermetabolik, dan

    hiperkatabolik (Fauci et al, 2008)

    Dalam beberapa tahun lalu pemberian nutrisi yang

    direkomendasikan adalah nutrisi parenteral melalui vena

    sentral. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa pemberian

    nutrisi per-oral akan merangsang produksi enzim pankreas

    sehingga justru akan memperberat penyakit. Namun seiring

    dengan penelitian klinis konsep telah berubah, justru sebaiknya

    nutrisi diberikan secara enteral (Fauci et al, 2008)

    Berdasarkan penelitian, pemberian nutrisi parenteral dapat

    mengakibatkan:

    - Atrofi jaringan limfoid usus (GALT/gut associated

    lymphoid tissue) yang merupakan sumber utama imunitas

    mukosa,

    - Terganggunya fungsi limfosit Sel T dan sel B,

    menurunnya aktivitas kemotaksis leukosit dan fungsi

    fagositosis sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri

    (bacterial overgrowth),

    - Meningkatnya permeabilitas dinding usus yang dapat

    mempermudah terjadinya translokasi bakteri, endotoksin, dan

    antigen masuk ke dalam sirkulasi.

    Pemberian nutrisi enteral berdasarkan penelitian

    lebih menguntungkan karena dapat melindungi fungsi

    barrier usus dan menurunkan produksi mediator

    proinflamasi sehingga risio translokasi bakterial dan

    endotoksin menurun.

    Nutrisi enteral diberikan segera setelah dilakukan

    resusitasi cairan, dapat diberikan 48 jam pertama bila kondisi

    sudah stabil, dan tidak ada kontraindikasi seperti: adanya syok,

    perdarahan gastrointestinal masif, obstruksi intestinal, fistula

    jejunum atau enteroparalisis berat. Ada tiga alternatif

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    25/35

    pemberian nutrisi enteral pada pankreatitis akut berat, yaitu

    melalui nasojejunal tube, gastrostomy/jejunostomy tube, dan

    jejunostomi secara bedah Pemberian melalui nasojejunal tube

    lebih dipilih karena lebih aman, non-invasif dan lebih mudah

    dikerjakan dengan bantuan endoskopi/fluoroskopi (Fauci et al,

    2008)

    b. Intervensi radiologi dan ERCP

    Pengangkatan batu empedu dengan ERCP atau

    pembedahan biasanya dapat mengatasi pankreatitis akut dan

    mencegah kambuh kembali. Meskipun demikian pada saat ini

    terapi pankreatitis akut berat telah bergeser dari tindakan

    pembedahan awal ke perawatan intensif agresif. Seiring

    dengan berkembangnya radiologi dan endoskopi intervensi,

    tindakan bedah dapat diminimalisasi (Longmore, 2010)

    Tindakan ERCP, drainase endoskopis dan

    perkutaneus baik dengan panduan USG maupun CT scan

    dapat diindikasikan pada komplikasi pankreatitis berat seperti:

    timbunan cairan peripankreatik, pseudocyst dan abses

    lambat. Pseudocyst yang didefinisikan sebagai adanya

    timbunan cairan yang menetap selama lebih dari 4 minggu,

    terjadi akibat rupturnya duktus pankreatikus dapat didrainase

    secara endoskopis dengan keberhasilan sekitar 83%.

    (Longmore, 2010)

    Batu empedu yang bermigrasi dan terjebak di

    ampula merupakan penyebab tersering pankreatitis akut

    (acute biliary pancreatitis). Batu empedu ditemukan pada tinja

    sebesar 85-95% pada pasien yang menderita pankreatitis

    akut. ERCP merupakan prosedur endoskopik untuk

    mengevaluasi sistem bilier dan sistem duktus pankreatikus.

    Beberapa studi membuktikan bahwa ERCP yang dilakukan

    pada 2472 jam dari onset klinis pada pasien pankreatitis akut

    berat yang terbukti dengan obstruksi bilier, kolangitis dan

    peningkatan bilirubin dapat menurunkan morbiditas dan

    mortalitas (Fauci et al, 2008)

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    26/35

    Pasien yang menjalani ERCP seringkali dikombinasi

    dengan tindakan sfingterotomi endoskopis tanpa memandang

    ada/tidaknya batu di duktus biliaris. Pada pasien dengan

    kolangitis memerlukan tindakan sfingterotomi endoskopis atau

    drainase duktus dengan stent perlu dilakukan untuk

    menghilangkan obstruksi bilier (Fauci et al, 2008)

    c. Terapi bedah

    Tindakan bedah diindikasikan pada pankreatitis akut

    berat, yaitu pankreatitis nekrotik akut terinfeksi, pankreatitis

    nekrotik steril dengan pankreatitis akut fulminan (ditandai

    dengan menurunnya kondisi pasien akibat gagal organ

    multipel yang muncul dalam beberapa hari sejak onset gejala),

    dan pankreatitis akut dengan perdarahan usus.

    Tujuan tindakan bedah adalah untuk membersihkan

    jaringan nekrotik sebersih mungkin dengan menyisakan

    jaringan pankreas yang masih viabel.

    Tindakan debridement (necrotomy) merupakan gold

    standard pada pankreatitis nekrosis akut terinfeksi dan

    nekrosis peripankreatik. Pankreatitis nekrotik akut steril tidak

    perlu tindakan bedah, cukup konservatif kecuali terjadi

    pankreatitis akut fulminan. Berdasarkan penelitian, dari 172

    pasien dengan nekrosis steril mortalitas terjadi sebanyak

    13,1% pada kelompok yang menjalani pembedahan

    dibandingkan yang konservatif hanya 6,2%. Tindakan bedah

    dilakukan pada minggu ke 3-4 setelah onset gejala karena

    intervensi pada minggu awal meningkatkan risiko mortalitas

    >65% karena komplikasi pulmonal/kardial (Fauci et al, 2008).

    2. Terapi Farmakologi

    a. Manajemen Nyeri

    Untuk mengatasi nyeri perut diberikan analgesik.

    Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam memilih analgetik

    adalah efikasi dan keamanan. Dahulu pengobatan biasanya

    diawali dengan pemberian meperidine secara parenteral (50-100

    mg tiap 3-4 jam), karena tidak mengakibatkan pankreatitis.

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    27/35

    Sekarang ini, banyak rumah sakit yang membatasi atau malah

    tidak menggunakannya lagi karena tidak seefektif narkotik

    lainnya dan dikontraindikasikan pada pasien gangguan ginjal.

    Selain kurang efekif, juga dibutuhkan dosis dan frekuensi yang

    lebih tinggi. Hal yang terpenting adalah bahwa metabolit aktif

    meperidine berakumulasi pada pasien gagal ginjal dan dapat

    menyebabkan kejang atau psikosis (Longmore, 2010)

    Morfin parenteral lebih direkomendasikan, tetapi

    penggunaannya terkadang harus dihindari karena dapat

    menyebabkan spasme sfingter Oddi, meningkatkan serum

    amilase, dan (jarang) pankreatitis. Hidromorfon lebih disukai

    karena memiliki waktu paruh yang lebih panjang. Belum ada bukti

    bahwa obat antisekretori dapat mencegah eksarsebasi nyeri perut

    (Fauci et al, 2008)

    b. Pembatasan Komplikasi Sistemik Dan Pencegahan Nekrosis Pankres

    Manajemen cairan

    Terdapat hubungan erat antara hemokonsentrasi

    dengan nekrosis pankreas. Oleh karena itu penggantian cairan

    sangat penting utuk mengkoreksi volume intravaskular. Selain

    itu prognosis pasien sangat tergantung dengan restorasi cairan

    yang cepat dan adekuat, sesuai dengan jumlah cairan yang

    masuk ke rongga peritoneal. Pada pasien pankreatitis akut,

    mungkin terjadi penyisipan cairan sebanyak 4-12 L ke rongga

    peritoneal akibat inflamasi (Longmore, 2010).

    Vasodilatasi akibat respons inflamasi, muntah, dan

    nasogastrik juga menyebabkan hypovolemia dan kehilangan

    cairan dan elektrolit. Pada pankreatitis berat pembuluh darah di

    dan sekitar pankreas mungkin ruptur dan menyebabkan

    perdarahan. Pemberian koloid secara intravena mungkin

    diperlukan untuk mempertahankan volume dan tekanan

    darah karena kehilangan cairan kaya protein (Fauci et al

    2008)

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    28/35

    Obat-obatan

    Sejumlah obat diteliti efikasinya dalam mencegah

    komplikasi pankreas diantaranya adalah:

    -antagonis H2, proton pump inhibitor

    -protease inhibitor: gabexate, aprotinin

    -platelet-activating factor antagonist: lexipafant

    -somatostatin dan octreotide: Inhibitor potent sekresi enzim

    pankreas dan mengurangi kematian tetapi tidak mengurangi

    komplikasi

    c. Pencegahan infeksi

    Salah satu penyebab kematian pada pankreatitis akut

    berat adalah karena pankreatitis nekrotik akut. Pankreas yang

    mengalami nekrosis dapat bersifat steril atau terinfeksi.

    Pankreas yang terinfeksi mempunyai mortalitas lebih tinggi (10

    50%) dibandingkan yang steril (10%). Risiko pankreatitis

    nekrotika akut terinfeksi tergantung dari luasnya area nekrosis.

    Semakin luas nekrosis semakin besar risiko infeksi (Fauci et al,

    2008).

    Penyebab infeksi terbanyak adalah: Escherichia coli (32%),

    Enterococcus (25%), Klebsiella (15%), Staphylococcus

    epidermidis (15%), Staphylococcus aureus (14%), Pseudomonas

    (7%) dan Candida (11%). Infeksi lebih banyak bersifat

    monomikrobial (66%) dibandingkan polimikrobial (34%). Invasi

    bakterial ke jaringan pankreas dapat terjadi melalui beberapa cara:

    translokasi bakterial dari colon, refluks cairan bilier melalui

    duodenum, penyebaran secara hematogen atau melalui saluran

    limfatika. Saat ini diketahui translokasi bakteri dari lumen saluran

    cerna merupakan sumber utama bakteri yang mencapai dan

    menyebabkan nekrosis pankreas/abses yang merupakan salah

    satu bentuk komplikas lokal. Hal ini disebabkan penurunan motilitas

    saluran cerna sehingga memperlama eliminasi bakteri dan

    memungkinkan bakteri berproliferasi di intestine (Fauci et al, 2008)

    Pemberian antibiotika profilaksis pada pankreatitis

    nekrotik akut masih kontroversial. Salah satu keberatannya

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    29/35

    adalah meningkatnya resistensi mikroba dan risiko

    meningkatnya infeksi nosokomial akibat organisme

    nonenterik. Dilaporkan pemberian antibiotika awal pada pasien

    yang mengalami nekrosis pankreas akut dengan cefuroxime 4,5

    g/hari dibandingkan dengan plasebo dapat menurunkan

    mortalitas dan risiko sepsis (p=0,01) (Longmore, 2010)

    Untuk efektivitas pengobatan antibiotika yang diberika

    adalah antibiotika broad spectrum yang dapat menembus barier

    sehingga mencapai tempat infeksi, seperti metronidazole,

    cefotaxime, piperacillin, mezlocillin,ofloxacin, and

    ciprofloxacin. Apabila diberikan secara profilaktik disarankan

    lama pemberian berkisar antara 7-14 hari (Longmore, 2010)

    Pemeriksaan aspirasi jarum halus yang dipandu

    dengan USG/CT scan sebaiknya dilakukan untuk

    membedakan nekrosis pankreas akut bersifat steril atau

    terinfeksi dan melakukan kultur dan sensitivitas sebagai

    pedoman pemberian antibiotika yang tepat. Aspirasi jarum halus

    relatif aman dan memberikan hasil yang akurat, dengan

    tingkat sensitivitas dan spesifisitas untuk menegakkan

    nekrosis pankreas terinfeksi sebesar masing masing 90% dan

    96% (Longmore, 2010)

    d. Pankreatitis Post-ERCP

    Pankreatitis yang terjadi akibat trauma setelah ERCP

    (EndoscopicRetrograde Cholangiopancreatography) biasanya

    ringan dan dapat sembuh sendiri. Jika memerlukan

    pengobatan yang diberikan adalah somatostatin dan gabexate

    (Longmore, 2010).

    2.5.2 Terapi Pankreatitis Kronis

    1. Terapi non farmakologis

    Selama suatu serangan, yang sangat penting adalah

    menghindari alkohol. Menghindari semua makanan dan hanya

    menerima cairan melalui infus, dapat mengistirahatkan pankreas

    dan usus serta bisa mengurangi rasa nyeri (Fauci et al, 2008)

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    30/35

    Untuk mengurangi serangan, dianjurkan makan 4-5

    kali/hari, yang mengandung sedikit lemak dan protein, dan

    banyak karbohidrat. Alkohol harus tetap dihindari.

    Bila sakit berlanjut, kemungkinan telah terjadi komplikasi,

    seperti masa peradangan di kepala pankreas atau suatu

    pseudokista. Masa peradangan memerlukan terapi

    pembedahan. Pseudokista yang menyebabkan nyeri sejalan

    dengan perkembangannya, mungkin harus menjalani

    dekompresi (pengurangan penekanan) (Fauci et al, 2008)

    Pada pecandu alkohol yang mengalami

    penyembuhan, pengangkatan sebagian pankreas dilakukan

    hanya pada mereka yang dapat mengatasi diabetes yang akan

    terjadi setelah pembedahan (Fauci et al, 2008).

    2. Terapi farmakologis

    Tetapi pereda nyeri golongan narkotik, masih sering

    diperlukan untuk mengurangi rasa nyeri. Bila penderita terus

    menerus merasakan nyeri dan tidak ada komplikasi, biasanya

    dokter menyuntikan penghambat nyeri ke saraf pankreas sehingga

    rangsangannya tidak sampai ke otak. Bila cara ini gagal,

    mungkin diperlukan pembedahan. Jika saluran pankreasnya

    melebar, pembuatan jalan pintas dari pankreas ke usus halus,

    akan mengurangi rasa nyeri pada sekitar 70-80% penderita. Jika

    salurannya tidak melebar, sebagian dari pankreas mungkin harus

    diangkat. Bila kepala pankreas terkena, bagian ini diangkat

    bersamaan dengan usus dua belas jari. Pembedahan ini dapat

    mengurangi nyeri pada 60-80% penderita.

    Dengan meminum tablet atau kapsul yang

    mengandung ekstrak enzim pankreas pada saat makan, dapat

    membuat tinja menjadi kurang berlemak dan memperbaiki

    penyerapan makanan, tapi masalah ini jarang dapat teratasi.

    Bila perlu, larutan antasid atau penghambat H2 dapat diminum

    bersamaan dengan enzim pankreas. Dengan pengobatan

    tersebut, berat badan penderita biasanya akan meningkat,

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    31/35

    buang air besarnya menjadi lebih jarang, tidak lagi terdapat

    tetesan minyak pada tinjanya dan secara umum akan merasa lebih

    baik (Fauci et al, 2008)

    Jika pengobatan diatas tidak efektif, penderita dapat

    mencoba mengurangi asupan lemak. Mungkin juga dibutuhkan

    tambahan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E dan

    K) (Fauci et al, 2008).

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    32/35

    BAB 3

    PENUTUP

    Pankreas merupakan organ yang istimewa karena mempunyai

    dua fungsi sekaligus yaitu eksokrin dan endokrin. Kerusakan yang

    diawali pada sel asini unit eksokrin mengakibatkan terjadinya

    pankreatitis baik akut yang dapat normal kembali fungsi

    pankreasnya maupun pankreatitis kronik dengan kerusakan

    permanen.

    Dalam penatalaksanaannya yang penting untuk pankreatitis

    akut adalah mengatasi nyeri perut, manajemen penggantian cairan,

    dan pemberian nutrisi pendukung. Selain itu Juga diberikan

    antibiotika untuk profilaksis pada pankreatitis nekrosis. Terapi

    intervensi dengan endoskopi maupun bedah juga perlu dilakukan

    pada kondisi tertentu. Pada pankreatitis kronik terapi ditujukan untuk

    mengatasi nyeri kronik, malabsorpsi, dan diabetes.

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    33/35

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    34/35

  • 7/22/2019 Pencitraan Pada Pankreatitis 2

    35/35